Jurnal Cendekia Vol 13 No 1 Jan 2015
ISSN 1693-6094
MERAJUT UKHUWAH ISLAMIYAH DALAM KEANEKARAGAMAN BUDAYA DAN TOLERANSI ANTAR AGAMA Oleh: Siti Aminah ABSTRAK Ukhuwah adalah salah satu ajaran Islam mengenai Konsep persaudaraan. Ukhuwah dibagi menjadi tiga: Pertama Ukhuwah Basyariyah, Kedua Ukhuwah Islamiyah, Ketiga Ukhuwah Wathaniyah. Al-qur’an sebagai petunjuk umat manusia, pembeda yang baik dan yang buruk, memberikan konsep global tentang ukhuwah Islamiyah di dalam Alqur’an Surat Al-Hujurat ayat 10 dan Ali Imron ayat 103. Penjelasan ayat tersebut kemudian ditambah As-Sunnah (Hadist) sebagai operasional penjabaran Al-qur’an dimana secara rinci memberikan pedoman tentang ukhuwah Islamiyah. Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh bagaimana mempererat dan merajut Ukhuwah Islamiyah. Adapun faktor penyebab adanya ukhuwah Islamiyah: (1) Keanekaragaman budaya Indonesia; (2) Benturan antar budaya; (3) Fanatisme buta. (4) Perbedaan Madzab; dan (5) Adanya aliran sesat atau faham keagamaan yang menyimpang dengan syari’at Islam. Adapun usaha-usaha untuk merajut Ukhuwah Islamiyah dalam keanekaragaman budaya dan toleransi antar agama adalah (1) Menegakkan prinsip Islam dalam masyrakat multi; (2) Menegakkan toleransi beragama; (3) Menjalin hubungan toleransi dengan ukhuwah sesama muslim; (4) Menjalin hubungan toleransi dengan antar umat beragama; (5) Menjalin toleransi dalam praktik sejarah Islam; dan (6) Memperkokoh Ukhuwah Islamiyah dengan I’tisan Bi Hablillah, Ta’lif Al-qulub, Tasamuh, Musyawarah, Ta’awun, Takaluf Al-Ijma’ dan Istiqomah. Kata Kunci : Ukhuwah ABSTRACT Ukhuwah is one of the teachings of Islam regarding the concept of brotherhood. Ukhuwah divided into three: First, ukhuwah Basyariyah; second, Muslim brotherhood; and third, ukhuwah Wathaniyah. Qur'an as a guide mankind, distinguishing the good and the bad, giving a global concept of brotherhood Islamiyah in the Qur'an Surat Al-Hujurat paragraphs 10 and Ali Imron paragraph 103. Explanation of the verse is then added Sunnah (Hadist) as the operational translation of the Qur'an in detail which provide guidelines on ukhuwah Islamiyah. Prophet Muhammad has given an example of how to strengthen and knit Muslim brotherhood. The factors causing the ukhuwah Islamiyah: (1) diversity of Indonesian culture; (2) Conflict between cultures; (3) The blind fanaticism. (4) Difference madhhab; and (5) The existence of a cult or religious schools that deviate by Shari'ah. As for attempts to knit Muslim brotherhood in cultural diversity and religious tolerance is (1) Upholding the principles of Islam in society multi; (2) Enforce religious tolerance; (3) Establish relationships with ukhuwah fellow Muslim tolerance; (4) Maintaining relations with inter-religious tolerance; (5) Establish the practice of tolerance in Islamic history; and (6) strengthening the Muslim brotherhood with I'tisan Bi Hablillah, Ta'lif Al-qulub, Tasamuh, Deliberation, Ta'awun, Takaluf Al-consensus' and Istiqomah. Keyword : Ukhuwah 46
Jurnal Cendekia Vol 13 No 1 Jan 2015
ISSN 1693-6094 kepentingan sama dalam meneguk iman, dan saling berbuat baik. Setiap ada kerukunan antar dua perkara atau banyak itulah yang disebut “ukhuwah” (lighat musyidaliblogspot.com).
A. PENDAHULUAN Ukuwah Islamiyah adalah dasar keharmonisan bermasyarakat khususnya bagi masyarakat muslim antara satu muslim dengan muslim yang lainnya. Yusuf Qardlawi mengartikan ukhuwah sebagai bentuk kehidupan manusia dalam sebuah masyarakat yang saling mencintai, saling berkomunikasi dan tolong menolong. Mereka bersatu dalam sebuah keluarga yang saling mencintai satu'sama lain dan saling memperkuat satu dan yang lain. Mereka bersatu dalam-satu rasa bahwa persaudaraan adalah kekuatan bersama dan cerai-berai adalah kelemahan bersama mereka merasa besar ketika bersatu dan merasa kecil ketika berceraiberai. (lihat: al Qardlawi. malamihul mujtama' al muslim:138). Dalam hal Ukhuwah Islamiyah, Alloh SWT berfirman, bahwasannya: َّ ص ِل ُحوا َبيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا ْ َ ِإنَّ َما ْال ُمؤْ مِ نُونَ ِإ ْخ َوة ٌ فَأ َاَّلل )١٠( َلَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون Artinya : orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Arti penting akan ukhuwah isllamiyah juga telah dijelaskan dalam hadits: مثل المؤمنين فى ثواد هم وثر احمهم وتعاطفهم كمثل الجسد اذا اشتكى منه عذو تدعى له سائر الجسد بالسهر والحمى “Perumpamaan orong mu'min dalam saling mengasihi, saling mencintai dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh apabila salah satu anggota sakit maka seluruh tubuh akan terbawa sakit, susah tidur dan merasa demam” (HR Bukhori Muslim) B.
FAKTOR ADANYA UKHUWAH ISLAMIYYAH 1. Keanekaragaman Budaya Bangsa Indonesia Negara Indonesia dengan berbagai macam budaya di dalamnya adalah suatu penomena yang menarik dan bahkan menjadi keistimewaan tersendiri bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Lebih dari 500 suku dengan budaya yang sangat bervariasi, berkumpul dalam satu ikatan berkebangsaan yaitu bangsa lndonesia dengan bersemboyankan Bhineka Tunggal lka. Keanekaragaman yang ada dapat menjadi komponenkomponen yang dikombinasikan menjadi warna kehidupan yang indah dipandang dan nyaman serta tentram dirasakan. Wajar bila lndonesia termasuk Negara yaag multikultural dan dinilai sukses dalam menghimpum masyarakatnya yang bervariasi dari sisi budaya, agama, ras, suku dan lain sebagainya. Kesukesan yang diraih inilah yang menjadikan Indonesia sebagai field of research (lapangan penelitian) dan referensi kajian-kajian budaya. Banyak manusia menyadari bahwa dirinya berbudaya atau mungkin juga sadar kalau mereka tidak berbudaya, akan tetapi tidak sedikit dari mereka yang mengetahui
Tafsir Jalalain mengatakan bahwa maksud dan pada 'ikhwah' dalarn ayat tersebut adalah 'al ikhwah fiddin, yakni persaudaraan dalam satu agama Islam. Adapun kata Islamiyah yang disandarkan atas kata 'ukhuwah' memberi pengetahuan kepada kita bahwa sebenarnya yang menyatukan kita adalah agamanya Allah 'Islam', agama yang didakwahkan oleh Nabi kita Muhammad SAW. Seperti halnya yang dikatakan oleh Imam An Nawawi ketika menafsirkan ayat tersebut: المسلمون إخوة أي جمعتهم األخوة اإلسالمية بالحمدية التحاد المرافقة في ورود المشرب اإليماني والمدد اإلحساني وكل اتفاق بين شينين او اشياء يطلق عليه اسم األخوة Artinya : (Orang muslim itu bersaudara) yaitu mereka disatukan oleh ukhuwah Islamiyah karena kehadiran ajaran Nabi Muhammad, karena mereka telah memiliki 47
Jurnal Cendekia Vol 13 No 1 Jan 2015
ISSN 1693-6094
tentang makna budaya. Berkali-kali kita mengatakan bahwa masyarakat lndonesia adalah masyarakat yang berbudaya akan tetapi pemahaman tentang kebudayaan nyaris tidak tampak dalam tingkah laku kesehariannya. Maka patutlah kita memahami makna budaya dan kebudayaan untuk menjadi seorang yang berbudaya dan berkebudayaan. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah. yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Secara garis besar, makna di atas menunjukkan bahwa sebenarnya manusia sudah memiliki budaya sejak dia dilahirkan. Akan tetapi, tidak seluruh budaya yang dia lakukan dapat dikatakan mutlak kebenarannya. Setiap kita pasti memiliki perbedaan dari berbagai macam aspek, aspek pola kehidupan, aspek tingkah laku, talenta dan lain sebagainya Ini menunjukkan bahwa kita sejak lahir telah memiliki budaya masing-masing. Bila kita menyadari akan perbedayaan budaya yang kita miliki, maka ada satu pertanyaan besar; bagaimana kita menyikapi budaya kita yang berbeda? Ketika kita ingin melihat lebih dalam pengertian Budaya yang dijadikan satu kajian khusus dalam konteks keilmuan dari human behaviour (tingkah laku manusia), maka yang dikatakan sebagai Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dn diwariskan dari generasi ke generasi.1 Tidaklah mudah kita memahami budaya apalagi mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Bahkan satu pendapat mengatakan bahwa budaya dapat kita pahami bila kita mernpelajarinya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan berrnasyarakat. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu addah Cultural-Deteminism. Helskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temuan dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink Human Communication. Konteks-konteks Komunikasi kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, 6a1 laillai& tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.2 Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan kesenian, moral, hukum - adat istiadat, dan kemampuankemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.3 Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah suatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan 2
http://www.wikipedia.com Budaya dan Kebudayaan) 3 Ibid
1
Human Communication. Konteks-Konteks Komunikasi
48
(Pengertian
Jurnal Cendekia Vol 13 No 1 Jan 2015
ISSN 1693-6094
lain-lain yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. 2. Benturan antar budaya Perbenturan antar budaya bukanlah suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Bahkan dapat dikatakan; bila semakin banyak pekumpulan budaya maka semakin banyak pula pertikaian antar etnis. Secara rasional, dominasi satu budaya sangat memungkinkan untuk memarjinalkan yang minoritas. Perselisihan clash antar budaya, dominasi mayoritas atas kaum minoritas, semua permasalahan keanekaragaman tersebut haruslah dijawab dengan strategi khusus yang dapat mengkondisikan keadaan semakin kondusif. Dalam hal ini, Irwan Abdullah menawarkan tiga strategi, yaitu: Perlama; Perlu ditemukan titik-titik interaksi antar etnis yang meliputi tempat, kegiatan dan simbol-simbol yang digunakan dalam komunikasi. Kedua: Pemetaan system pengetahuan tentang berbagai macam isu yang melibatkan etnis lain. Dan ketiga: perlu ditemukan bentukbentuk kesepakatan tentang bagaimana selama ini komunikasi antar etnis terjadi dan bagaimana selama ini komunikasi antar etnis tedadi dan bagaimana perbedaan etnis ditegaskan atau diterima sebagai bagian yang sah dalam suatu lingkungan pemukiman.4 Aspek yang kita kaji tersebut dapat memperjelas pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam kajian budaya dan kesukuan. Selain itu, dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang budaya-budaya yang terdapat dilingkungan masyarakat. Satu harapan dari ketiga aspek tersebut, yaitu dapat menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis. 3. Fanatisme Buta Tidak semua fanatisme itu bagus. Hanya ada satu Fanatisme yang yang diwajibkan yaitu fanatisme dalam hal beragema- Sifat faatik kita terhadap agama Islam adalah satu hal yang tidak bisa
ditawar-tawar dan bahkan menjadi keharusan karena dalam hal ini fanatisme dalam beragama adalah bagian dari keimanan seseorang. Akan tetapi sifat fanatisme kita ketika bersosialisasi dengan masyarakat, haruslah berupa fanatisme yang berbasis tasamuh atau toleran. Perbedaan yang ada diantara masyarakat adalah modal besar untuk terjadinya perpecahan diantara sesama. Jika diantara mereka memiliki sifat fanatisme yang tidak berdasarkan tasamuh maka perpecahan pasti akan terjadi. Maka tasamuh sefia kesadaran kita akan perbedaan haruslah menjadi tendensi utama dalam setiap interaksi kita dengan masyarakat. Rosululloh SAW telah terlepas dari kefanatikan, dengan sabda Beliau: وليس منا من قاتل,ليس منا من دعا الى عصبية وليس منا من,على عصبية مات على عصبية (رواه أبو داود عن جبير بن )مطعم Artinya: “Bukanlah dari golongan kita yakni orang yang mengajak kepatla fonatisme, Bukanlah dari golongan kita yakni orang yang berperang atas fanatisme, Bukanlah dari golongan kita yakni orang yang mati atas fanatisme” (H.R. Abu Dawud) (lihat al Qardlawi, Malamihul Mujtama' al Muslim: 146). Dunia Islam sedang membutuhkan kita, membutuhkan persatuan kita. Perpecahan malah justru akan menambah peperangan diantara umat muslim. Bukankah darah orang muslim adalah haram bagi orang muslim yang lainnya. Maka peperangan yang terjadi diantara umat muslirn adalah peperangan yang timbul dari perpecahan dan perpecahan tersebut muncul dikarenakan fanatisme yang buta yang tidak berdasarkan tasamuh. Sebuah ukhuwah pasti akan melahirkan persatuan dan persatuan adalah kekuatan bersama. Hanya satu kata untuk kebersamaan kita: الوحدة رحمة والفرقة
4
Irwan Abdullah. Konstruksid dan Reproduksi Kebudayaan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2006. Hal 90
49
Jurnal Cendekia Vol 13 No 1 Jan 2015
ISSN 1693-6094 berusaha dengan pemikiranku (pendapatku). Setiap mujtahid menggali hukum dari dalil-dalil yang ada menggunakan segala daya dan upayanya. Alloh memberikan apresiasi pahala bagi setiap mujtahid yang berupaya dalam menggali hukum, baik dia menemukan kebenaran didalamnya ataupun tidak. Imam Malik ra pernah mengatakan bahwa:
4.
Perbedaan Madzab Banyak Ayat qur’an dan hadits yang cukup bagi untuk merefresh pengetahuan kita dan menyadarkan kita kembali akan pentingnya ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan kita. Dan sebenarnya kita sudah mengetahui itu semua. Akan tetapi sadarkah kita, sebenarnya dalam meraih persatuan ternyata banyak sekali halangan yang menghadang kita diantaranya adalah kesadaran kita akan perbedaan diantara kita yang harus terjadi. Maka kita berbicara tentang persatuan Islam, sebenarnya kita ditantang untuk menjawab pertanyaan; Bisakah kita bersatu dengan berbagai macam perbedaan yang kita miliki? Manusia diciptakan oleh Alloh pastilah berbeda-beda, berbeda kelamin, ras, suku, bahasa sifat atau karakter serta pola pikirnya. Di balik perbedaan yang dimiliki oleh masyarakat muslim, mereka memiliki satu Tuhan Allah SWT, satu nabi Muhammad SAW, satu kitab suci al Qu’an al-Karim, satu kiblat; Kabah alMusyarrofah. Perbedaan yang dimiliki oleh setiap madzahib sebenarnya hanya berkisar pada masalah-masalah far'iyah (cabang-cabang agama) yang mungkin tidak perlu diperparjang untuk diperbedapatkan, malah justru menambah lebarnya jurang pemisah diantara umat muslim. Perbedaan antar madzhab adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Hal tersebut karena muncul dari dari ijtihad pemahaman dan pengolahan dalil yang dilalnftan oleh para ulama. Yang sangat rnungkin untuk berbeda antara satu dan yang lain. Ketika nabi Muhamad mengutus Mu'adz ke Yaman, Nabi Muhammad bertanya kepada Mu'adz; yang artinya: 'Dengan apa engkau akan menghukumi mereka?'. Mu'adz mengatakan: Dengan sesuatu yang aku temukan dalam kitabnya Alloh. 'Jika engkau tidak menemukannya di dalam kitabnya Alloh'. Dengan sesuatu yang aku temukan dalam sunnahnya Rosululloh. Jika engkau tidak menemukannya disitu? Maka aku akan
إن اختالف العلماء رحمة من هللا من هللا ها على هذه األمة كل يتبع ماصح عنده وكل على هدى وكل يريد هللا Artinya: “Sesungguhnya perbedaan para ulama' adalah rohmat dari Alloh. Alloh telah menganugerahkannya bagi umat ini. Setiap mereka melakukan sesuatu yang sah baginya, setiap mereka mendapatkan petunjuk, dan setiap mereka mengharap kepada Alloh.(lihat: as Syathiri: aI Wihdah al Islamiyah:18) 5.
Adanya Aliran atau Faham Keagamaan Yang Menyimpang dari Prinsip Dasar Ajaran Islam. Adapun ada 10 Kriteria Aliran sesat dalam Islam menurut MUI adalah : a. Mengingkari salah satu Rukun Iman dan Rukun Islam. b. Meyakini dan mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan syari’at Islam. c. Meyakini turunnya wahyu setelah AlQur’an. d. Mengingkari otentisitas atau kebenaran wahyu. e. Melakukan penafsiran Al-qur’an tidak berdasarkan kaidah ilmu tafsir. f. Mengingkari Al-Hadis sebagai sumber Hukum. g. Melecehkan atau merendahkan Nabi Muhammad SAW. h. Mengingkari Nabi sebagai Rosul terakhir. i. Mengubah pokok-pokok ibadah yang ditetapkan syari’at Islam. j. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil.
50
Jurnal Cendekia Vol 13 No 1 Jan 2015
ISSN 1693-6094
Adapun dampak dari aliran sesat atau faham keagamaan yang menyimpang syari’at Islam adalah : a. Merusak Aqidah atau Ushulus Syari’ah. b. Pelecehan terhadap agama. c. Merusak citra para Kyai, Ulama’ dan Pondok Pesantren. d. Melanggar HAM karena keberadaan Aliran Sempalan bisa menodai HAM orang lain. e. Memicu Anarkisme, Disharmonisasi dan memecah belah ukhuwah Islamiyah.
nash yang mengatakan bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Masyarakat yang Islami dapat terwujud, apabila kita sebagai muslim mewujudkan nilai-nilai keIslaman dalam kehidupan bermasyarakat.5 Mewujudkan nilai-nilai Islami dalam praktek keseharian bermasyarakat untuk seluruh masyarakat yang berbeda dengan kita. Ketika kita berinteraksi dengan masyarakat yang lebih muda atau kecil maka jadilah seorang muslim yang dapat mengayominya dan sebaliknya ketika berada di lingkungan masyarakat yang lebih tua maka kita harus bisa menghormati perbedaan yang ada tanpa memblow up masalah-masalah yang dapat menimbulkan konflik.
C. USAHA MERAJUT UKHUWAH ISLAMIYAH 1. Menegakkan Prinsip Islam dalam Masyarakat yang Multi Perbedaan antara satu orang dengan orang yang lain adalah suatu hal wajar dan bahkan secara alami (Naturalty) perbedaan adalah suatu hal yang wajib terjadi. Masyarakat yang ada disekitar kita adalah kumpulan onrng-orang yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Perbedaan yang kompleks; perbedaan agama, budaya tingkah laku dan lain sebagainya Dari sisi agama ditegaskan bahwa kita diperintahkan untuk masuk kedalam agama Islam secara menyeluruh. Sebagai diperintahkan untuk menyerukan kepada mereka agar kembali kepada satu kalimat yaitu kalimat Laa llaaha lllalloh (Tiada Tuhan Selain Alloh). Maka bagaimana implementasi perintah dalam tatanan masyarakat yang majemuk dengan tanpa membuat perselisihan dan pertikaian? Dalam hal ini, Yusuf Qardawi menegaskan bahwa kita harus menciptakan tatanan masyarakat yang berasaskan Laa llaha lllalloh serta mengumandangkan kalimat Tersebut sehingga tercipta tatanan masyarakat yang harmonis serta Islami. Masih menurut Qardlawi, makna masyarakat yang Islami bukanlah semuanya harus dipaksa untuk masuk kedalam agama Islam bahkan apabila pemaksaan tersebut dilakukan justru akan menghilangkan makna masyarakat yang Islami Karena dalam agama Islam terdapat
2. Menegakkan Toleransi Beragama Beragamnya agama di dunia menjadi bukti bahwa kepercayaan manusiapun juga beragama. Dan tidak bisa kita pungkiri bahwa kita hidup diantam mereka yang berbeda agama, berbeda latar belakang pendidikan, kelas, ekonomi, pola pikir dan lain sebagainya. Dalam menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut seorang haruslah bisa menghormati perbedaan yang ada dengan tidak mengurangi keutuhan nilai Islam. Kata toleransi inilah yang menjadi stressing utama dalam permasalahan ini. 2.1 Pengertian Toleransi Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata "toleran" (Inggris: tolerance; Arah: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologis, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada.6 Sedangkan menurut istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb), yang Al-Qordlowi. Yusuf MalamihulMujtama’ Al Islami. Maktabah Wahbah. Kairo Mesir. 2001. Hal 23-25 6 Tfsir Pase. Hal. 110 5
51
Jurnal Cendekia Vol 13 No 1 Jan 2015
ISSN 1693-6094
berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya'.7 Jadi, toleransi beberagama adalah ialah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau system keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain. 2.2 Penggunaan Kata Toleransi dalam Al-Qur'an Al-Qur’an tidak pernah menyebutnyebut kata tasamuh/toleransi secara tersurat hingga kita tidak akan pernah menemukan kata tersebut termaktub di dalamnya. Namun, secara eksplisit alQur'an menjelaskan konsep toleransi dapat dijadikan segala batasan-batasannya secara jelas dan gambling. Oleh karena itu, ayatayat menjelaskan tentang konsep toleransi dapat dijadikan rujukan dalam implementasi toleransi dalam kehidupan. 2.3 Konsep Toleransi dalam Islam Dari kajian bahasa di atas, toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa warna kulit bahasa, adat-istiadat, budaya, bahasa, serta agama. Ini semua merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan Tuhan. Landasan pemikiran ini adalah-firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:
manusia, baik dilihat dari sisi agama suku, wama kulit, adat-istiadat, dsb. Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan tetapi, toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing. Konsep toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah rasional dan praktis serta tidak berbelit-belit. Namun, dalam hubungannya dengan keyakinan (akidah) dan ibadah, umat Islam tidak mengenal kata kompromi. Ini berarti keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukanlah "barang baru", tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama Islam itu lahir. Karena itu, agama Islam menurut hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah SAW pemah ditanya tentang agama yang paling dicintai oleh Allah, maka beliau menjawab'. al-Hanafiyyah asSamhah (agarna yang lurus yang penuh toleransi), itulah agama Islam.8 Adapun Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain :9 a. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
اس ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم مِ ْن ذَك ٍَر َوأ ُ ْنثَى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم ُ َّيَا أَيُّ َها الن ُ شعُوبًا َوقَبَائِ َل َ َ َّ اَّللِ أتْقَا ُك ْم إِ َّن َّ َارفُوا إِ َّن أ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند علِي ٌم َ َاَّلل َ َِلتَع )١٣( ير ٌ َِخب Seluruh manusia tidak akan bisa menolak sunnatullah ini. Dengan demikian, bagi manusia, sudah selayaknya untuk mengikuti petunjuk Tuhan dalam menghadapi perbedaan-perbedaan itu. Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah satu risalah penting yang ada dalam system teologi Islam. Karena Tuhan senantiasa mengingatkan kita akan keragaman
8
Tafsir Pase. Hal. 110 Syeikh Salim bin ‘Ied al-Hilali. Toleransi Islam Menurut Pandangan Al-Qur’an dan AsSunnah, Terj. Abu Abdillah Mohammad Afifuddin As-Sidawi (Misar : Penerbit Maktabah Salafy Press, t.t) 9
7
Binsar A. Hutabarat. Kebebasan Beragama VS Toleransi Beragama. www.google.com
52
Jurnal Cendekia Vol 13 No 1 Jan 2015
ISSN 1693-6094
b. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan c. Kelemah lembutan karena kemudahan d. Muka yang ceria karena kegembiraan e. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan f. Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan. g. Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi h. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Swt tanpa ada rasa keberatan.
timbul rasa kasih sayang, saling pengertian dan pada akhimya akan bermuara pada sikap toleran Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama, al-Qur'an secara tegas memerintahkan orang-orang mu'min untuk kembali kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (sunnah).10 Tetapi seandainya etrjadi perbedaan pemahaman al-Qur’an dan sunnah itu, baik mengakibatkan perbedaan pengamalan ataupun tidak, maka petunjuk Al-Qur'an Surat An-Nisa’ 59 : 4.
Menjalin Hubungan Toleransi Dengan antar umat beragama (Non Muslim) Dalam kaitannya dengan toleransi antar umat beragama, toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadatr, dari satu pihak ke pihak lain. Hal demikian dalam tingkat praktek-praktek social dapat dimulai dari sikap bertetangga karena toleransi yaag paling hakiki adalah sikap kebersamaan antara penganut keagamaan dalam praktek social, kehidupan bertetangga dan bemrasyarakaf, serta bukar hanya sekedar pada tatarar logika dan wacana. Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong-menolong. Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika suatu saat beliau dan para sahabat sedang berkumpul, lewaitlah rombongan orang Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi SAW langsung berdiri memberikan penghormatan. Seorang sahabat berkata : “Bukankah mereka orang Yahudi wahai rasul?" Nabi
3.
Menjalin Hubungan Toleransi dengan Ukhuwah (persaudaraan) Sesama Muslim Allah berfirman dalam QS. AlHujurat ayat 10: ص ِل ُحوا َبيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا ْ َ ِإنَّ َما ْال ُمؤْ مِ نُونَ ِإ ْخ َوة ٌ فَأ َّ )١٠( َاَّللَ لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون Dalam ayat di atas, Allah menyatakan bahwa orang-orang mu'min bersaudara" dan memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman diantara 2 orang atau kelompok kaum muslim. Al-Qur'an memberikan contohcontoh penyebab keretakan hubungan sekaligus melarang setiap muslim melakukannya. Ayat di atas juga memerintahka orang mu'min unh.rk menghindari prasangka buruk, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, serta menggunjing, yang diibaratkan al-Qur'an seperti memakan daging saudara sendiri yang telah meninggal dunia (QS.Al-HujuraI 12). Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan kita mengelola dan mensikapi perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada keluarga/saudara kita sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka akan
10
Dr. M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat
53
Jurnal Cendekia Vol 13 No 1 Jan 2015
ISSN 1693-6094
SAW. menjawab "Ya, tapi mereka manusia juga”. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalamnya. Sedangkan kita bermu'amalah dari sisi kemanusiaan kita. Mengenai system keyakinan dan agama yang berbeda-beda, Al-Qur'an menjelaskan pada ayat terakhir surat AlKafirun )٦( ِين ِ ِي د َ لَ ُك ْم دِينُ ُك ْم َول
5.
Menjalin Toleransi Dalam Praktik Sejarah Islam Sejarah Islam adalah sejarah toleransi. Perkembangan Islam ke wilayah-wilayah, luar Jazirah Arabia yang begitu cepat menunjukkan bahwa Islam dapat diterima sebagai rahmatal lil'alamin (pengayom semua manusia dan alam semesta). Ekspansi-ekspansi Islam ke Siria, Mesir, Spanyol, Persia, Asia, dan ke seluruh dunia dilakukan melalui jalan damai. Islam tidak memaksakan agama kepada mereka (penduduk taklukan) sampai akhimya mereka menemukan kebenaran Islam itu sendiri melalui interaksi intensif dan dialog. Kondisi ini berjalan merata hingga Islam mencapai wilayah yangsangat luas ke hamper seluruh dunia dengan amat singkat dan fantastik. Memang perlu diakui bahwa perluasan wilayah Islam itu sering menimbulkan peperangan. Tapi peperangan itu dilakukan hanya sebagai pembelaan sehingga Islam tak mengalami kekalahan. Peperangan itu bukan karena memaksakan keyakinan kepada mereka tapi karena ekses-ekses politik sebagai konsekuensi logis dari sebuah pendudukan. Pemaksaan keyakinan agama adalah dilarang dalam Islam. Bahkan sekalipun Islam telah berkuasa, banyak agama lokal yang tetap dibolehkan hidup. Dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, ia dilakukan melalui perdagangan dan interaksi kawin-mawin. Ia tidak dilakukan melalui kolonialisme atau penjajahan sehingga sikap penerimaan Nusantara sangat apresiatif dan dengan suka rela memeluk agama Islam. Sementara penduduk lokal lain yang tetap pada keyakinan lamanya juga tidak dimusuhi. Di sini, perlu dicatat bahwa model akulturasi dan enkulturasi budaya juga dilakukan demi toleransi dengan budaya-budaya setempat sehingga tak menimbulkan konflik. Apa yang dicontohkan para walisongo di Jawa misalnya, merupakan contoh sahih betapa penyebaran Islam dilakukan dengan polapola toleransi yang amat mencengangkan bagi keagungan ajaran Islam.
Bahwa prinsip menganut agama tunggal merupakan suatu keniscayaan. Tidak mungkin manusia menganut beberapa agama dalam waktu yang sama; atau mengamalkan ajaran dari berbagai agama secara simultan. Oleh sebab itu, alQur'an menegaskan bahwa umat Islam tetap berpegang teguh pada system keEsaan Allah secara mutlak; sedangkan orang kafir pada ajaran ketuhanan yang ditetapkannya sendiri. Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan tentang prinsip dimana setiap pemeluk agama mempunyai system dan ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling hujat menghujat. Pada taraf ini konsepsi tidak menyinggung agama kita dan agama selain kita, juga sebaliknya. Dalam masa kehidupan dunia dan untuk urusan dunia, semua haruslah kerjasama untuk mencapai keadilan, persamaan dan kesejahteraan manusia. Sedangkan untuk urusan akhirat, urusan petunjuk dan hidayah adalah hak mutlak Tuhan SWT. Maka dengan sendirinya kita tidak sah memaksa kehendak kita kepada orang lain untuk menganut agama kita. QS.Al-Baqarah Ayat : 272 Al-Qur'an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung antar pemeluk agarna Al-Qur'an menganjurkan agar dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan, hendaknya masingmasing mengakui keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling menyalahkan. QS.As-Saba Ayat 24-26.
54
Jurnal Cendekia Vol 13 No 1 Jan 2015
ISSN 1693-6094 c. Ta’awun, yakni tolong menolong mempersatukan potensi umat untuk menegakkan kebenaran. a. Takaful Al-Ijma’ yakni rasa kebersamaan dan solidaritas sosial. d. Istiqomah, yakni teguh pendirian, berjalan diatas jalan yang benar. Disiplin dan bertanggungjawab.
Secara perlahan dan pasti, Islamisasi di seluruh Nusantara hampir mendekati sempurna yang dilakukan tanpa konflik sedikipun. Hingga hari ini kegairahan treragama Islam dengan segala gegapgempitanya menandai keberhasilan toleransi Islam. Ini membuktikan bahwa jika tak ada toleransi, yakni sikap menghormati perbedaan budaya maka perkembangan Islam di Nusantara tak akan sefantastik sekarang. Anjuran Al-qur’an Surat Ali Imron ayat 103.
D. PENUTUP Merajut ukhuwah islamiyah merupakan pilar utama bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa menuju negara yang aman, masyarakat yang tentram, sejahtera lahir dan batin. Sebaliknya perpecahan, permusuhan, kekacauan dan anarkhi mengakibatkan terganggunya kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab itulah para Ulama’ menolak disintregasi, perpecahan,permusuhan, kekacauan dan anarkisme dengan dalih apapun. Dengan memahami dan mengamalkan pesan spiritual yang hakiki dan substansial dalam ajaran Islam, Maka Insya Alloh umat Islam dimasa yang akan datang dapat membangun negara Republik Indonesia dengan baik, aman sentosa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dibawah lindungan Alloh SWT.
6. Memperkokoh Ukhuwah Islamiyah a. I’tisam Bi Hablillah (Berpegang pada tali Alloh) maksudnya tanpa pertolongan Alloh mustahil ukhuwah dapat diwujudkan. a. Ta’lif Al-Qulub (Menyatukan Hati), terhadap sesama muslim tidak pilih kasih. b. Sikap Tasamuh (Toleransi) yaitu tenggang rasa, penuh maaf, dan bersedia mendengarkan orang lain. b. Musyawarah, yakni memecahkan dan menyelesaikan masalah secara brsama, duduk bersama, hasilnya disepakati bersama dan dilaksanakan serta dijunjung tinggi bersama.
DAFTAR PUSTAKA Abu Abdillah Mohammad Afrfuddin AsSidawi (Misra: Penerbit Maktabah Salafy Press, t.t.). Ali, A. Mukti. Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan tentang Methodos dan Sistema). Yogyakarta 1975. Al-Qordlowi, Yusuf. Matamihul Mujtama' Al Islami. Maktabah wahbah. Kairo Mesir. 2001. Al-Qur'anul Karim wal Hadits Binsar A. Hutabarat, Kebebasan Beragama VS Toleransi Beragama, www.google.com. Daya Burhanuddin dan Herman Leonard Beck (ed). Ilmu Perbandingan Agama
di Indonesia dan Betanda (Beberapa Permasalahan). Jakarta, l990. Daya, Burhanuddin dan Herman Leonard Beck (ed). Ilmu Perbandingan Agoma di Indonesia dan Belanda (Beberapa Permasalahan). Jakrta,1992. Dr. M. Quraish Syihab, Wawasan AlQur'an Tafsir maudhu'I atas Pelbagai Persoalan Umat. hup :/iwww.wikipedia.com Irwan Abdullah. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 2006. Syeikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Toleransi Islam Menurut Pandangan Al-Qw'an dan,As-Sunnah, terj.
55