BAB V
MENYIAPKAN SDM SIAP BEKERJA
Remaja Siap Membangun
255
256
Remaja Siap Membangun
MENYIAPKAN SDM SIAP BEKERJA
Salah satu hasil Sidang Khusus PBB tentang Anak di New York tanggal 8-10 Mei 2002, yang menonjol adalah perhatian yang tinggi terhadap anak-anak dan ibu yang menjadi korban perang. Namun segera sesudah itu peperangan yang maha dahsyat di Irak tidak dapat dihindarkan. Tentu peperangan ini akan menghasilkan akibat yang sangat memprihatinkan terhadap anak-anak, remaja dan kaum ibu. Mereka akan mengalami gangguan kesehatan, sekolah terpaksa diliburkan, dan masa depan diliputi trauma yang tidak mudah dihilangkan. Anak-anak itu, seperti halnya anak-anak di medan pertempuran lainnya, mempunyai penderitaan berkepanjangan yang tidak mudah diselesaikan.
D
i Indonesia kita lebih beruntung. Selama tigapuluh tahun ini keadaan relatif aman, tidak ada peperangan yang dahsyat, hanya di beberapa tempat ada gangguan yang segera dapat diselesaikan. Pemerintah dan seluruh masyarakat mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kondisi anak-anak. Orang tua telah dipersenjatai dengan
Remaja Siap Membangun
257
kemampuan mengatur kelahiran dan jumlah anak melalui program kesehatan dan KB dengan pelayanan yang tersedia hampir di seluruh pelosok. Dengan demikian tingkat kelahiran dan tingkat kematian bayi dan anak-anak telah diturunkan lebih dari 50 persen. Dengan jumlah anak yang relatif sedikit, kita bersyukur bahwa pada hari libur orang tua makin bisa membawa anak cucunya mendatangi tempat-tempat hiburan, yang murah meriah, atau yang mahal, tergantung pada kemampuan saku orang tua dan kerabatnya. Dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional tahun 2003, suasana di tanah air masih diliputi wacana pengesahan Undang-undang Pendidikan Nasional yang dewasa ini sedang digodog oleh DPR. Ada banyak kelompok yang mendesak agar rancangan undang-undang itu segera disahkan. Ada pula yang mengharapkan rencana undang-undang itu dikaji ulang agar bisa menampung lebih banyak masalah masa depan remaja yang harus dibekali dengan pendidikan paripurna untuk bersaing dengan bangsa lain di abad penuh tantangan sekarang ini. Namun kedua pihak sepakat, pendidikan, yang merupakan pembekalan untuk anak demi masa depan yang sangat penting, harus dilakukan dengan hati-hati, paripurna dan berkelanjutan. Dalam praktek sehari-hari keluarga mempunyai peran yang sangat tinggi. Sejak anak dilahirkan, setiap hari akan dipangku dengan kasih sayang oleh ibu dan bapaknya. Dengan cara itu kedua orang tua memberi contoh sikap dan tingkah laku yang sangat praktis kepada masyarakat sekelilingnya, termasuk anak-anak lain dalam keluarga, yaitu kakak dari anak yang digendong. Mereka dengan mata telanjang melihat betapa tingkah laku kedua orang tuanya terhadap adiknya. Tingkah laku itu pula yang membekas dan diharapkan mempertebal kasih sayang mereka kepada orang tua dan anggota keluarga lain karena mereka pasti melakukan hal yang sama kepadanya dikala masih bayi. Percontohan sikap dan tingkah laku semacam ini sungguh
258
Remaja Siap Membangun
sangat pantas dilestarikan. Karena itu pendidikan keluarga untuk membekali dan menyiapkan keluarga muda menjadi “guru” untuk anak balita dan anggota keluarga lain sungguh sangat diperlukan. Untuk membantu setiap keluarga, terutama para Ibu dan keluarganya mengantar anak balitanya, sejak tahun 1983 Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dan BKKBN telah melakukan upaya pemberdayaan wanita dan keluarga. Dengan pendekatan komunitas dibentuk kelompok Ibu-ibu di desa. Selanjutnya dikembangkan program Bina Keluarga Balita yang mempersiapkan para Ibu dan seluruh anggota keluarga yang kondisi sosial ekonominya sangat bervariasi mengenal tehnik-tehnik sederhana mempersiapkan kelahiran bayi dan membina anak balitanya. Program itu dikembangkan untuk membantu para keluarga muda di pedesaan yang kondisinya sangat rendah. Mereka umumnya tidak lagi mendapat cukup bahan dari orang tua dan sanak keluarganya karena sibuk mengurus
Remaja Siap Membangun
259
keperluan hidupnya yang sulit. Program itu dikembangkan menjadi gerakan sehingga banyak aktifitasnya diserahkan kepada pengelolaan oleh masyarakat sendiri. Dalam prakteknya program itu sangat berguna untuk para ibu dan keluarganya membina anak-anak balita mengikuti pola tumbuh kembang yang dinamis. Salah satu keuntungan program itu adalah mulai disadari pentingnya pendidikan dini (early education) untuk anak-anak dibawah usia lima tahun di rumah, di lingkungan kelompok ibu-ibu di RT, atau di lingkungan lain di desanya. Entah karena upaya ini atau karena desakan kesibukan ibu-ibu di kota dan desa maju, mulai tumbuh lembaga-lembaga pendidikan formal untuk anak-anak balita. Dengan tumbuhnya lembaga itu pendidikan dini diselenggarakan oleh lembaga-lembaga formal dengan sedikit uluran tangan pemerintah atau sama sekali tidak ada campur tangan pemerintah. Akibatnya cakupan yang ditawarkan relatif sangat rendah. Selama sepuluh tahun terakhir, tanpa memperhitungkan anak-anak yang mengikuti pendidikan dini melalui pesantren dan sekolah-sekolah agama, pendidikan dini yang bersifat formal selama tahun 1999 - 2000 hanya mampu membantu sekitar 9,8 persen anak-anak usia dini saja. Pada tingkat pendidikan dasar awal, yaitu tingkat pendidikan untuk anak-anak usia 6 – 12 tahun, kita sudah agak beruntung. Tanpa melihat mutunya, dengan adanya wajib belajar yang digencarkan sejak tahun 1984, angka partisipasi kasar (APK) pendidikan yang sangat dasar itu telah mencapai hampir 100 persen. Di beberapa daerah angka partisipasi kasar itu bahkan mencapai lebih dari 100 persen karena anak-anak umur diatas 12 tahun ikut diperhitungkan juga. Karena cakupan yang sudah cukup baik, menjadi tugas kita untuk
260
Remaja Siap Membangun
meningkatkan mutu sekolah, guru, perlengkapan dan segala metoda yang dipergunakan untuk pendidikan dasar tersebut. Dengan mutu yang baik sekolah bisa menjadi andalan untuk mengantar anak-anak kita. Lebih-lebih dengan pendekatan Broad Based Education System (BBE), yaitu menyiapkan anak didik untuk siap bekerja, yang dianut sekarang. Tanpa partisipasi orang tua, dan seluruh masyarakat hampir pasti ratusan ribu sekolah dan guru SD itu tidak akan mampu memberikan pendidikan dasar yang terbaik untuk anak-anak kita, pemilik masa depan bangsa. Pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas keadaan kita sungguh sangat memprihatinkan. Tingkat partisipasi pada sekolah menengah pertama masih berkisar sekitar angka 72 persen. Pada tingkat yang lebih tinggi, SMU, SMK dan Madrasah Aliyah tingkat partisipasi itu hanya sekitar 39 - 40 persen saja. Ini berati bahwa anak-anak umur 13 – 18 tahun, yang sedang berada pada jenjang pendidikan menengah jumlah seluruhnya hanya sekitar 55 – 60 persen. Atau, remaja usia sekolah menengah yang tidak sedang sekolah masih sekitar 40 – 45 persen. Ada dua langkah yang harus mendapat perhatian kita bersama, baik didukung oleh Undang-undang Pendidikan atau berdasarkan UUD, yaitu bahwa bangsa ini harus segera membenahi anak-anak dan remajanya. Yang pertama adalah memperluas daya tampung sekolah menengah yang ada, terutama mempercepat pelaksanaan system BBE pada tingkat menengah agar anak didik yang sempat melanjutkan pendidikan pada jenjang tersebut betul-betul disiapkan untuk hidup mandiri. Mereka mendapat bekal ilmu pengetahuan, tehnologi tepat guna, mengenal potensi lingkungannya serta siap bekerja apa saja yang kiranya dapat mendukung hidup mandiri pada saat berdiri mandiri berumah tangga. Untuk memperluas daya tampung
Remaja Siap Membangun
261
tersebut tidak saja dengan memperluas sekolah atau menambah sekolah tetapi juga mendidik orang tua dan masyarakat untuk merelakan anakanaknya memasuki pendidikan setinggi-tingginya untuk bekal masa depan. Bersamaan dengan itu program ini harus pula dibarengi dengan pemberdayaan keluarga sehingga setiap keluarga tidak merasa kehilangan kekuatannya karena anak dan remajanya sedang sekolah. Orang tua harus menjamin makan, pakaian dan keperluan lainnya padahal anak-anak remaja belum bisa menyumbang pada pendapatan keluarga. Mereka kelihatan seperti aset yang bisa bekerja tetapi tidak banyak diharapkan oleh keluarganya karena sedang sekolah. Tanpa upaya kompensasi untuk keluarga yang pas-pasan, pasti orang tua akan berusaha memaksa anak-anaknya untuk ikut membantu bekerja “mengisi periuk” yang menganga di rumahnya. Pendekatan kedua adalah dengan memberi dukungan yang kuat terhadap banyak sekali pendidikan luar sekolah yang telah ada dan sekaligus membangun lebih banyak lagi pendidikan luar sekolah untuk menyiapkan anak-anak muda dan remaja agar siap mandiri. Kursus-kursus ketrampilan dengan peralatannya yang sederhana harus dibantu dengan alat-alat yang lebih canggih agar anak didik, anak usia remaja, yang sudah siap bekerja mendapat pembekalan yang paling mutakhir.Anak-anak dengan pembekalan yang lengkap ini harus diberikan sertifikasi yang menjamin bahwa mereka bisa bekerja dengan baik di perusahaan dengan peralatan modern. Mereka dijamin bisa menjadi operator yang canggih dan dengan demikian bisa memperoleh gaji yang memadai, cukup besar untuk mengangkat keluarganya menuju keluarga yang lebih sejahtera. Anggapan bahwa pendidikan luar sekolah terkesan sebagai proyek sambilan pemerintah harus segera dihilangkan. Pembangunan dan pengisian
262
Remaja Siap Membangun
pendidikan formal yang terkesan sangat sulit harus diubah. Tidak ada salahnya pendidikan luar sekolah yang dikelola bersama masyarakat dijadikan proyek unggulan bersama antara Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, serta Kementerian Pemberayaan Perempuan. Kerjasama antar instansi tersebut bisa lebih dilengkapi dengan mengajak pemerintah daerah menjadikan program tersebut sebagai unggulan utama dalam membangun daerah otonomi baru. Dengan kerjasama tersebut dapat dikembangkan program penyiapan lapangan kerja secara terpadu sehingga setiap kegiatan pelatihan dapat dikaitkan langsung dengan rencana kegiatan ekonomi produktif yang direncanakan di daerah yang bersangkutan. Artinya, semua program pelatihan tidak lain adalah dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia untuk suatu kegiatan yang secara regional sudah jelas perencanaannya. Keterpaduan ini hanya mungkin kalau setiap pemerintah daerah mempunyai suatu master plan, perencanaan pembangunan di daerahnya. Pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu tingkat usia pendidikan tinggi di Universitas atau Perguruan Tinggi, keadaan kita jauh dari memuaskan. Hanya kurang dari 15 persen remaja usia perguruan tinggi sedang mengikuti kuliah. Ini berarti lebih dari 85 persen remaja usia perguruan tinggi sedang tidak kuliah. Kebanyakan dari mereka hampir pasti juga belum bekerja. Kalau toh bekerja mereka bekerja dengan basis sekolah tertinggi yang telah mereka ikuti, yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama atau paling tinggi sekolah menengah atas. Karena itu kemampuan dan produktifitasnya juga terbatas.
Remaja Siap Membangun
263
Untuk menyelesaikan persoalan ini tidak mudah. Tidak semua anak remaja bisa dan mampu mengikuti pendidikan tinggi. Lebih-lebih lagi kalau dilihat tingkat partisipasi sekolah menengah atas yang ada. Dikemudian hari kalau kita berhasil memacu tingkat partisipasi pendidikan menengah atas dan tingkat kemiskinan bisa dikurangi secara drastis, barangkali kita bisa memacu peningkatan partisipasi pada pendidikan tinggi itu. Penyelesaian melalui pendidikan atau kursus-kursus di luar sekolah menjadi tumpuan yang sangat menjanjikan. Oleh karena itu usulan peningkatan perhatian dan perluasan pendidikan luar sekolah berlaku juga untuk remaja usia perguruan tinggi tersebut. Anak-anak usia perguruan tinggi dari segi umur sudah lebih siap untuk bekerja dan membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera. Salah satu lembaga pendidikan luar sekolah yang sangat ideal dan pantas segera mendapat perhatian adalah Gerakan Nasional Pramuka. Gerakan Nasional Pramuka yang anggota utamanya sekarang ini berbasis sekolah harus diperluas untuk menjangkau dan menampung anak-anak muda dan remaja yang tidak sekolah. Basis-basis masyarakat yang bisa disebut gugus berbasis masyarakat dapat segera dirangsang pembentukannya dengan komitmen dan dukungan yang lebih besar dari pemerintah dan masyarakat. Dalam gugus-gugus berbasis masyarakat ini para remaja bukan lagi anak didik, tetapi harus diperlakukan sebagai calon-calon kader pembangunan bangsa yang harus segera diperkenalkan kepada setidak-tidaknya delapan fungsi keluarga yang utama. Karena itu dalam gugusnya mereka dibekali dengan upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, membangun kepribadian dan jati dirinya, mencintai keluarga dan sesama
264
Remaja Siap Membangun
sahabat dalam jaringan seperjuangan, mempunyai komitmen untuk melestarikan budaya bangsa dengan menjaga kehormatan diri, bangsa dan negaranya, tekun mempelajari reproduksi sejahtera, melanjutkan pengenalan ilmu dan tehnologi, memahami hal-hal yang sangat esensial untuk mengembangkan kemampuan wirausaha serta mencintai lingkungan yang memberikan limpahan bahan baku untuk usaha dan kehidupannya yang sejahtera. Dengan tema semacam itu Gerakan Nasional Pramuka untuk anak muda dan remaja menjadi bagian yang strategis sebagai lembaga pendidikan dan pembangunan yang menempa anak muda menjadi makin tangguh dalam iman, sikap dan tingkah laku serta makin profesional dalam membangun percaya diri untuk mampu memanfaatkannya demi keluarga dan tanah airnya. Lembaga Pramuka menjadi ujung tombak yang lengkap dalam pendidikan luar sekolah yang melatih kedalaman dan sekaligus memperkenalkan anak muda kepada kehidupan nyata di masyarakat luas.
D
Remaja Siap Membangun
265
MENYANYI UNTUK PENDIDIKAN
Masa depan bangsa sangat tergantung pada upaya kita menyiapkan sumber daya manusia yang beriman, tangguh, terampil, mempunyai dedikasi tinggi terhadap masa depan bangsanya, serta sanggup berjuang secara mandiri. Upaya itu bukan saja menjadi kewajiban negara, tetapi juga kewajiban masyarakat, keluarga dan setiap anak bangsa. Biarpun proses pemberdayaan sumber daya manusia berlangsung dalam waktu yang lama dan melelahkan, semua pihak harus sadar bahwa tugas pemberdayaan anak bangsa harus dilakukan secara paripurna apabila kita mencitacitakan masa depan yang sejahtera. Karena itu tuntutan anggaran pendidikan sebesar 20 persen, yang kemudian dicantumkan dalam UUD sungguh harus segera diwujudkan. Namun, karena kesulitan yang dialami pemerintah bertubi-tubi, untuk sementara setiap warga negara harus terpanggil untuk bekerja keras mengisi pengganti dana 20 persen yang belum tersedia dengan usaha mandiri. Dalam konteks tersebut, stasiun TVRI Yogyakarta awal tahun 2005 lalu pernah menggelar acara “Plengkung Gading”, suatu acara bulanan yang sangat populer bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Wakil Ketua I Yayasan Damandiri yang sangat peduli terhadap upaya pemberdayaan
266
Remaja Siap Membangun
manusia selama satu setengah jam secara khusus mengantar Bupati Karanganyar, Ibu Hajah Rina Iriani, SPd, MHum, membahas masalah pendidikan dan pemberdayaan secara populer. Pembahasan masalah pendidikan melalui stasiun TVRI di Yogyakarta itu dilanjutkan dengan peresmian kerjasama pengembangan SDM antara Lembaga Indonesia untuk Pengembangan Manusia (LIPM), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, Yayasan Damandiri, dan beberapa SMA di kota Yogyakarta. Kerjasama itu merupakan kesepakatan untuk mengembangkan siswa unggul yang tidak saja mampu berjuang dengan baik dalam lingkungan Perguruan Tinggi, tetapi juga siap hidup mandiri dalam masyarakat luas. Pengembangan siswa-siswa unggul akan dilakukan dalam wadah sekolah dengan guru-guru yang tangguh, menguasai mata pelajaran yang menjadi tugasnya, serta sanggup mengantar
Remaja Siap Membangun
267
siswanya dengan perjuangan yang gigih menjadi unggul dalam dua jurusan yang menjanjikan tersebut. Kedua perguruan tinggi swasta tersebut mempunyai komitmen untuk mengembangkan jaringan SMA yang sanggup memberikan pembekalan yang cukup kepada para siswanya dalam menguasai pelajaran-pelajaran pokok agar menjadi siswa unggul secara akademis. SMA-SMA tersebut, kalau perlu, akan menyediakan waktu tambahan bagi siswa-siswanya agar mereka yang dianggap kurang mampu bisa menambah pelajaran dengan waktu yang lebih lama dan bimbingan yang lebih intens agar menjadi unggul dan siap menempuh ujian saringan yang diselenggarakan oleh berbagai kalangan. Lebih dari itu, sekolah-sekolah yang diunggulkan tersebut diharapkan juga menyediakan waktu yang cukup agar para siswanya, terutama anakanak keluarga kurang mampu, disamping di gembleng dalam bidang akademis, mendapat tambahan life skills, atau mata pelajaran ketrampilan, agar kelak setelah lulus makin mantab mengembangkan kehidupan yang mandiri. Peristiwa yang dilakukan sebelum acara siaran hidup Plengkung Gading pada studio TVRI Yogyakarta itu sangat erat kaitannya. Peristiwa peresmian kerjasama itu merupakan perwujudan nyata dari komitmen untuk membangun anak bangsa dalam keunggulan prima agar bisa menggapai masa depannya dengan lebih mulus dan berhasil. Acara Plengkung Gading secara khusus mengetengahkan sosok seorang Bupati, yang secara kebetulan bekas guru, yang dalam kehidupan politiknya sebagai bupati tidak segansegan mempergunakan keahlian pribadinya “menyanyi” dengan mendendangkan lagu-lagu campur sari yang populer. Tidak itu saja, syair
268
Remaja Siap Membangun
lagu-lagu itu telah diciptakan secara khusus bersama penyanyi kondang Didi Kempot yang isinya disesuaikan dengan tema pendidikan atau informasi tentang kabupaten yang menjadi tanggung jawabnya. Syair-syair lagu campur sari itu diciptakan secara khusus dengan isi rasa syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa berupa daerah yang subur dan kaya dengan aneka ragam kebanggaan yang harus dilestarikan. Siapapun yang mendengarkan lagu tersebut diharapkan sekaligus menyerap seruan yang ada dan menikmati alunan suara merdu. Iringan lagu bergaya campur sari diharapkan menjadi daya pengikat rakyat untuk mendengarkan seruan di dalamnya, dan akhirnya merangsang partisipasi dalam pembangunan. Bupati mungil yang lincah itu tidak tanggung-tanggung. Lagu-lagu yang diciptakan bersama penyanyi kondang itu direkam dan dijual dalam kaset VCD yang populer. Tidak itu saja, hasil penjualan dari kaset VCD itu akan disumbangkan untuk memacu dan memicu program-program pendidikan dan pembelajaran yang semestinya akan dibiayai oleh dana 20 persen yang dijanjikan UU. Tetapi karena dana pemerintah yang dijanjikan itu belum bisa disediakan, maka hasil penjualan VCD tersebut akan menjadi penggantinya. Disamping pembiayaan yang disediakan dari penjualan VCD, bupati yang memang sangat mendambakan masa depan anak-anaknya itu siap pula memberikan dukungan terhadap pengembangan siswa unggulan dengan jalan dan cara lain. Beberapa sekolah di Karanganyar akan dikembangkan menjadi sekolah unggulan agar anak-anak yang bersekolah di sekolah tersebut mendapat pembelajaran yang sebaik-baiknya dan mampu bersaing dengan siswa dari sekolah manapun. Direncanakan, bersama Yayasan Damandiri, untuk mengirim guru-
Remaja Siap Membangun
269
guru dan Kepala Sekolah ke sekolah-sekolah lain yang dianggap lebih maju. Tujuannya tidak lain adalah agar Kepala Sekolah dan guru-guru tersebut dapat menambah ilmu, dan terutama belajar dari rekan-rekannya bagaimana mengembangkan sekolah yang tidak saja disenangi oleh siswa-siswanya, tetapi juga memberikan yang terbaik untuk masa depannya secara mandiri. Bupati Karanganyar, diharapkan juga Pemerintah Daerah lainnya memberikan komimten terhadap pengembangan guru dan Kepala Sekolah tersebut dengan ditunjang peralatan yang memadai agar suasana belajar dan mengajar di sekolah-sekolah unggulan yang diciptakannya memacu siswa yang ada belajar dengan ceria, giat, sungguh-sungguh dan berhasil menjadi siswa unggul. Siswa unggul tersebut akan menjadi modal manusia yang tangguh untuk mengantar negara dan bangsa ini menghadapi tantangan global menuju masa depan yang lebih sejahtera.
D
270
Remaja Siap Membangun
PAHLAWAN TANPA TANDA JASA
Para guru yang tergabung dalam organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), mengadakan Kongres yang ke XIX di Semarang. Dalam kesempatan itu, Presiden RI, Ibu Megawati Soekarnoputri, menyempatkan datang untuk memberikan sambutannya. Peritiwa itu secara kebetulan bersamaan dengan peringatan Hari Kependudukan Dunia, 11 Juli 2003, yang diselenggarakan oleh seluruh umat manusia yang bercita-cita menempatkan penduduk sebagai titik sentral pembangunan. Pada waktu yang sama juga sedang diselenggarakan Temu Akbar Pramuka, Raimuna, di Yogyakarta. Dan esok harinya, tanggal 12 Juli adalah Hari Koperasi yang memperingatkan kita semua bahwa perekonomian Indonesia harus dibangun dengan kerja keras dalam semangat gotong-royong penuh makna.
R
entetan peristiwa itu mempunyai makna dan pesan yang sangat mendalam dan mengharukan. Indonesia harus segera dibebaskan dari kemelut multidemensi yang sangat mencekam dewasa ini. Dengan jumlah penduduk sangat melimpah, yang karena keberhasilan
Remaja Siap Membangun
271
program KB berada dalam lingkungan keluarga yang potensial, harus kita galang, diajak bersatu padu dan bekerja keras. Dengan persatuan dan kerja keras, bangsa Indonesia mempunyai kesempatan yang sangat besar untuk segera bangkit kembali. Dengan pertolongan guru yang tersebar di seluruh Indonesia, pembangunan penduduk, atau pembangunan manusia, dengan hak-hak asasi dan kewajibannya, bisa dilakukan dengan lebih gegap gempita. Pembangunan manusia dan hak-hak asasi manusia mempunyai visi dan tujuan yang sama bahwa keduanya adalah untuk menjamin kebebasan, kesejahteraan dan kehormatan untuk semua orang dimanapun mereka berada. Pembangunan manusia sebagai suatu proses pengembangan kemampuan manusia – untuk mengembangkan pilihan dan kesempatan sehingga setiap orang dapat hidup sejahtera dan terhormat menjadi sangat relevan dalam konteks hak-hak azasi manusia yang menempatkan kehormatan pada harga diri manusia. Karena itu keduanya menjamin hal-hal sebagai berikut :
272
Remaja Siap Membangun
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kebebasan dari diskriminasi – baik dalam hubungan dengan jender, ras, etnik, asal-usul kebangsaan atau agama Kebebasan untuk memenuhi kebutuhan untuk suatu kehidupan yang sejahtera Kebebasan untuk mengembangkan diri dengan potensi diri yang memadai Kebebasan dari rasa takut Kebebasan dari ketidakadilan Kebebasan berpikir, berbicara serta berpartisipasi dalam mengambil keputusan dan berorganisasi Kebebasan untuk bekerja yang wajar tanpa eksploitasi.
Secara operasional, pengembangan manusia adalah suatu proses yang memungkinkan setiap individu bisa memenuhi pilihannya dengan bijaksana karena sebagai manusia bisa berfungsi dan mempunyai kemampuan yang lebih baik. Karena itu pengembangan manusia harus diterjemahkan sebagai upaya memperbaiki fungsi dan kemampuan manusia. Dengan demikian pengembangan manusia adalah sesungguhnya menghantar setiap individu untuk bisa hidup lebih sehat, lebih lama, lebih profesional, lebih sejahtera dan terhormat. Disamping itu pengembangan manusia harus juga disikapi dengan komitmen membuka kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, keamanan, hidup lebih lestari, yang dengan sendirinya terjamin hak-hak asasinya untuk bisa hidup dengan penuh prakarsa, produktif, bisa menikmati kehormatan pribadi serta diakui oleh masyarakatnya dalam kesejukan. Komitmen itu harus membuka kemungkinan pengembangan manusia sebagai suatu proses pengembangan dari manusia, untuk manusia dan oleh manusia.
Remaja Siap Membangun
273
Alasannya sederhana, ketidakmampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya menyebabkan seseorang tersebut tidak bisa memenuhi keinginannya untuk hidup sehat lebih lama, lebih mampu dan dengan sendirinya menghilangkan kebebasan dan kesempatannya untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Oleh karena itu kemiskinan menghilangkan hak-hak asasi manusia. Dengan demikian upaya yang jelasjelas diarahkan untuk pengembangan manusia akan meniadakan kekurangankekurangan itu sehingga seseorang akan mampu menikmati hak-hak asasinya dengan baik. Dalam suasana seperti itu, lebih-lebih dalam suasana untuk bisa ikut serta menyelesaikan kemelut multidemensi yang sangat menggelisahkan, pimpinan sekolah, guru dan masyarakat sekitar sekolah mendapat kesempatan untuk membawa anak didik dan masyarakatnya maju bersamasama sehingga jarak antara keduanya makin menyempit. Kalau langkah itu yang ditempuh maka sekolah harus bisa menjadi pusat pertumbuhan sosial, ekonomi dan budaya bangsa. Cita-cita itu dapat diwujudkan apabila mendapat dukungan politik, baik dari dalam negeri maupun dukungan internasional dalam era globalisasi yang sangat dinamik dewasa ini. Cita-cita itu makin bermakna dengan dikembangkannya otonomi daerah, dimana kepemimpinan dan perencanaan serta pengelolaan pembangunan menjadi sangat dekat dengan sasarannya. Dalam alam otonomi daerah itu terbuka kesempatan mengembangkan kebijaksanaan pembangunan yang reformatif. Proses pembangunan yang biasanya sentralistik dapat disempurnakan menjadi suatu proses yang desentralistik dengan menempatkan manusia dan keluarga sebagai titik sentral pembangunan. Penempatan manusia sebagai titik sentral pembangunan tersebut memungkinkan adanya kesempatan menempatkan manusia dan
274
Remaja Siap Membangun
keluarga sebagai obyek yang sekaligus dikembangkan menjadi subyek pembangunan. Proses ini sekaligus dapat dilakukan dengan menyempurnakan pendekatan yang lebih manusiawi didasarkan atas pengertian dan paradigma pengembangan manusia dan hak-hak asasinya. Untuk itu kita harus sepakat dan memberikan komitmen politik yang tinggi agar penduduk menjadi titik sentral pembangunan. Setiap penduduk dapat diberdayakan sesuai dengan aspirasi dan cita-citanya menjadi kekuatan pembangunan yang bermoral, bermutu dan mampu sehingga mempunyai pilihan yang beragam dan karenanya dapat mencapai cita-citanya secara demokratis. Sebagai langkah awal, guru yang selama ini terkenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, perlu mendapat perhatian dan dukungan yang memadai agar bisa memberikan dukungan pemberdayaan yang cocok dengan aspirasi setiap anak didiknya, lingkungan setempat, tantangan jaman dengan ragam globalisasinya, serta kesempatan yang terbuka. Dengan perhatian dan dukungan itu, guru masa depan harus mampu ikut serta memberikan pembekalan sesuai dengan tuntutan jaman dan bahkan memberikan pembekalan mendahului tantangan jamannya. Guru tidak bisa lagi mengulang pelajaran yang sama dari tahun ke tahun, tetapi harus berorientasi masa depan dan lebih ke depan lagi karena mereka harus membantu anak didiknya mendahului jamannya. Karena itu pemberdayaan sumber daya manusia harus dimulai dari pemberdayaan dan dukungan yang memadai untuk para guru. Pada tingkat pertama guru harus mendapat dukungan untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional. Secara reguler para guru harus kembali ke ruang kelas atau ruang kuliah untuk mendapat penyegaran dalam bidang
Remaja Siap Membangun
275
ilmu dan ketrampilan untuk menyegarkan ilmu dan pengetahuannya. Kemampuan guru yang tinggi atas ilmu dan pengetahuan itu memungkinkan setiap guru bisa menjadi pengantar pemberdayaan yang terpercaya dari para siswanya. Pendidikan dan pengajaran jaman kini kiranya berbeda dengan masa lalu karena para guru harus bisa menciptakan suasana yang kondusif untuk pengembangan prakarsa dan dinamika agar setiap siswa didik bisa menjadi manusia berbudi pekerti luhur, unggul dan sanggup bersaing dalam alam global yang penuh tantangan dan kesempatan. Guru harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi serta sanggup bergaul dengan masyarakat secara terhormat. Karena itu kesejahteraannya harus mendapat perhatian yang wajar agar rasa percaya diri itu dapat tumbuh dan mendorong kemampuan untuk memperluas pergaulan diantara masyarakat nasional dan global secara terhormat. Dengan menjadikan guru dan sekolah sebagai pusat pengembangan sosial budaya masyarakat maka guru akan mempunyai peran ganda, menjadi guru untuk anak-anak didiknya, serta sekaligus menjadi sahabat untuk para orang tua dan masyarakat pada umumnya. Konsekwensinya sekolah dan guru harus menjadi pusat-pusat pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Agar bisa sampai ke posisi tersebut dengan mulus, setiap sekolah secara bertahap harus dilengkapi dengan sarana yang memadai. Sarana utama yang diperlukan adalah untuk menjadikan gugus sekolah sebagai pusat pengembangan anak didik siap mandiri. Sekolah harus menjadi prototip dari usaha dagang, usaha industri, dan usaha ekonomi produktif yang kiranya bisa diikuti dengan mudah oleh anak didik di masa depan. Untuk usaha yang lebih luas, sekolah harus membina kemitraan dengan usaha dagang, usaha industri dan usaha produktip lain di masyarakat luas agar memungkinkan anak didik ikut magang dalam usaha-usaha yang berhasil.
276
Remaja Siap Membangun
Dengan cara itu setiap anak didik mendapat dukungan proses pemberdayaan sejak dini dan dalam pertumbuhannya mendapat kesempatan mengikuti perkembangan kultur dunia usaha secara langsung. Partisipasi langsung seperti itu akan lebih bermakna dibandingkan dengan pelajaran teori yang berkepanjangan tanpa contoh konkrit yang jelas dan mudah ditiru. Sekolah dan sekitarnya akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang marak. Anak didik dan gurunya akan bergaul dengan masyarakat yang kegiatan ekonominya sangat tinggi, sehingga suasana sekolah seperti suasana pendidikan ketrampilan dalam bidang ilmu, tehnologi dan praktek langsung di lapangan yang tidak jauh dari sekolahnya. Penduduk desa di sekitarnya, yang karena sesuatu hal mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah, dengan anak-anaknya, akan mendapat stimulus yang luar biasa karena setiap hari bergaul dengan murid dan guru serta semangat yang tinggi untuk menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan aplikasinya yang praktis di lapangan. Semangat ini harus dibarengi dengan rangsangan untuk mengembangkan pendidikan anak usia dini dengan baik. Kalau pada waktu ini baru sekitar 7 – 8 persen anak usia dini mengikuti pendidikan di sekolah, maka dengan adanya rangsangan dari kakak-kakaknya, diharapkan anakanak usia dini itu akan segera tertarik untuk ikut bersekolah. Lebih dari itu, masyarakat yang makin sibuk dengan usaha ekonomi produktif akan makin mau dan rela melepaskan anak-anaknya sejak usia dibawah lima tahun untuk bersekolah. Pada usia inilah kemampuan intelektual dapat dikembangkan dengan baik. Pada usia inilah spontanitas dan kemampuan pengembangan prakarsa dapat dirangsang dan dikembangkan dengan baik. Lebih dari itu para orang tua akan makin menghargai dan merelakan anak-anaknya untuk
Remaja Siap Membangun
277
bersekolah setinggi-tingginya. Pada tahap berikutnya, para guru dan sekolah harus bersama-sama masyarakat mengembangkan jaringan yang lebih luas jangkauannya. Pengembangan jaringan yang lebih luas ini memungkinkan setiap sekolah dengan seluruh “civitas akademisnya” mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha. Sekolah dan masyarakat dapat mengembangkan kegiatan ekonomi koperasi yang dinamis. Sekolah tidak saja menjadi pusat pengembangan yang dibiayai oleh pemerintah atau yayasannya, dalam hal sekolah swasta, tetapi mendapat dukungan dari dunia usaha berupa dana abadi untuk peningkatan mutu pendidikan pengajaran dan kesejahteraan guru serta seluruh aparat lainnya. Dengan berbagai macam pengembangan pemberdayaan anak didik seperti itu, maka guru, pahlawan tanpa tanda jasa, harus mendapat perhatian ganda. Guru harus mendapat dukungan peningkatan kemampuan intelektualnya, sekaligus mendapat perhatian peningkatan kesejahteraannya. Tanpa dukungan pemberdayaan ganda itu niscaya sumber daya manusia yang melimpah jumlahnya di tanah air ini, tidak akan ada manfaatnya. Bagi Indonesia, peningkatan anggaran untuk bidang pendidikan, yaitu untuk sekolah, peralatan, guru dan pemberdayaan masyarakat, bukan 20 persen, tetapi 50 – 60 persen, dan harus ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat luas.
D
278
Remaja Siap Membangun
MELANGKAH TEGAP AWALI PENYELAMATAN BANGSA
Para anggota MPR-RI dari seluruh partai dan pemimpin daerah dari seluruh Indonesia mulai mengadakan pertemuan untuk bersama-sama mencoba memecahkan kemelut bangsa yang sudah mengurung kita selama empat tahun terakhir. Ada dua konsep untuk memecahkan kemelut bangsa. Pertama, kita harus bekerja keras menggalang kebersamaan melalui rekonsiliasi nasional atas dasar konsensus nasional dengan meningkatkan komitmen terhadap supremasi hukum dan penghargaan yang tinggi terhadap hak-hak asasi manusia. Kedua, kita harus segera menyelamatkan generasi muda, yang meledak jumlahnya, melalui pembangunan nasional yang komprehensif dengan menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan.
K
ita yakini bahwa rekonsiliasi nasional itu diperlukan agar supaya dapat dicapai stabilitas nasional yang makin kondusif untuk segera disusul dengan pembangunan yang bertahap dan berkelanjutan. Tanpa pembangunan yang jelas tujuan dan sasarannya, nasib bangsa di masa depan akan makin kabur. Kekaburan itu akan merusak harapan orang tua
Remaja Siap Membangun
279
yang mengkawatirkan masa depan anak cucunya. Kekhawatiran orang tua itu akan menimbulkan rasa putus asa dan bisa saja menyebabkan benihbenih keresahan sosial yang bisa mengarah kepada destruksi sosial kemasyarakatan yang sukar diperkirakan akibatnya. Anak-anak muda Indonesia dewasa ini menghadapi keterbukaan dunia yang sangat nyata di segala bidang. Mereka harus berjuang menghadapi rekan-rekannya dari berbagai negara tetangga yang kualitas dan dinamikanya relatip lebih tinggi. Saingan anak-anak muda kita itu mendapat dukungan politik demokrasi terbuka serta hak-hak asasi manusia dari dunia internasional yang deras. Tantangan itu datang dalam tempo yang sangat cepat sementara anak-anak muda kita baru mulai sadar bahwa mereka tidak lagi bergelut dengan alam rural agrikultural yang sederhana di pedesaan.
280
Remaja Siap Membangun
Mereka baru terbuka bahwa jaman sudah berubah, kehidupan bapak ibunya, kakek dan neneknya di arena pertanian tradisional dengan tanah sempit di desanya tidak lagi memadai untuk menyokong kehidupan modern dengan tantangan global itu. Mereka terbelalak bahwa kehidupan yang dijalaninya adalah pergulatan hidup atau mati yang dengan keji bisa menyingkirkan budaya ketimuran yang penuh dengan sopan santun. Sementara anak-anak muda bertanya-tanya tentang masa depannya, di sekitarnya terpapar kemiskinan yang seakan sudah menjadi budaya yang hampir dengan pasrah diikuti oleh jutaan keluarga, lebih dari separo masyarakat yang ada di sekelilingnya, tanpa daya. Pemerintah dan para pemimpin politik seakan tidak melihat, atau tidak mau melihat kenyataan itu. Upaya untuk menolong keluarga miskin biasa dilakukan secara frakmented, tambal sulam, tidak didukung kebijaksanaan jangka panjang yang memadai, dan sedihnya, tidak didukung dengan komitmen politik yang tinggi. Para elit politik bergelut berebut kekuasaan, bukan untuk menolong rakyat banyak yang miskin, tetapi sekedar untuk melanggengkan kekuasaannya. Kalau toh ada upaya pengentasan kemiskinan, umumnya sering terjerembab pada kemampuan birokrasi yang rendah, sangat labil, terbatas dinamikanya, serta pada umumnya enggan mengambil prakarsa karena resiko yang sukar diperhitungkan dan berbagai keterbatasan lainnya. Istilah-istilah “mewirausahakan birokrasi” yang berkembang di tahun 1990-an terasa aneh dan tidak banyak terdengar karena kebiasaan kita yang mendapat “tuntunan dari atas” menolak berkembangnya ide-ide cemerlang itu. Prakarsa dari bawah jarang mendapat perhatian. Tatanan otonomi daerah masih berkutat pada upaya mencari lembaga atau kegiatan yang
Remaja Siap Membangun
281
menghasilkan dana untuk daerah, belum pada upaya apa yang kiranya bisa meningkatkan kemakmuran rakyat banyak. Ironinya, dalam alam demokrasi dengan multi partai yang marak dewasa ini, beberapa aparat birokrasi, yang konon masih takut disangka mempunyai label “Golkar” atau “Orde Baru”, lebih merasa aman untuk tidak mengambil prakarsa, “sementara tiarap” demi masa depan yang aman. “Tiarap” dengan posisi manut itu membuat dinamika pembangunan menjadi lamban dan tergantung pada penyediaan anggaran dari pemerintah pusat. Garapan dengan mengikutsertakan kekuatan pembangunan masyarakat bisa-bisa dianggap “menyalahi” aturan. Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang lagi. Tidak mustahil halhal prinsip semacam ini luput dari perhatiannya. Mereka lebih terfokus pada usaha-usaha yang lebih bersifat makro, biarpun tidak banyak memberikan harapan baru kepada kehidupan rakyat banyak di pedesaan, di pantai, di gunung, maupun di pelosok yang sukar dijamah oleh media masa atau politikus yang pulang kampung menyambangi konstituennya. Kiranya tiba waktunya penderitaan rakyat banyak itu diangkat kepermukaan dan diberikan bobot yang lebih tinggi sehingga Peringatan Hari Kemerdekaan RI yang ke 58, yang hari-hari ini diisi dengan persidangan MPR yang megah, mempunyai arti yang manusiawi terhadap rakyat banyak yang harapannya sangat sederhana. Mudah-mudahan hal-hal yang kelihatannya sepele, pemberdayaan sumber daya manusia, yang bisa membangun manusia mandiri, manusia yang bisa dengan bebas melaksanakan demokrasi, karena mempunyai kemampuan untuk memilih sesuai dengan hati nuraninya, dan kemampuannya, benar-benar mendapat tempat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Kalau pemberdayaan itu terkendala, bisa saja sehari suntuk kita omong tentang demokrasi, tetapi rakyat kecil hampir pasti tidak mempunyai banyak pilihan yang dapat diakses
282
Remaja Siap Membangun
dengan kemampuan yang manusiawi. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan petunjuknya kepada saudara-saudara kita yang dengan tekun sedang bersidang di Senayan.
D
Remaja Siap Membangun
283
BERSATU MENGATASI KRISIS
Sejak beberapa waktu lalu kita mendengar dengan semakin jelas, baik dari pemerintah, DPR atau dari para elite polik dari berbagai partai suatu kesibukan luar biasa mempersiapkan diri menyongsong pemilihan umum tahun depan. Semua pihak berusaha melaksanakan fungsinya dengan sebaik-baiknya agar rakyat benar-benar mendapat kesempatan luas untuk merajut masa depan yang lebih sejahtera. Upaya itu merupakan kelanjutan dari tekad bangsa Indonesia yang mempersatukan dirinya sebagai negara kesatuan RI yang kuat dan berwibawa. Upaya itu sekaligus merupakan perwujudan dari tekad kita untuk secara demokratis, accountable dan transparan mengurus negara dan bangsa ini dengan sungguh-sungguh. Sekaligus dengan menjunjung tinggi dan menghormati hak-hak asasi manusia.
L
angkah-langkah nyata yang diambil oleh pemerintah dan DPR adalah untuk menetapkan aturan-aturan agar proses pemilihan umum dapat berlangsung dengan demokratis, terbuka, adil, dan luber sehingga menghasilkan para pemimpin yang mempunyai keberpihakan kepada rakyat
284
Remaja Siap Membangun
kecil. Pemimpin yang pandai berargumentasi untuk memenangkan keberpihakan itu. Pemimpin yang sanggup meramu kebutuhan dan keinginan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dengan dukungan kemudahan, sarana dan kemampuan yang memadai sehingga partisipasi mereka tidak hanya dalam mimpi tetapi dapat diwujudkan dengan rasa lega karena mereka mendapat pilihan yang banyak dan demokratis. Dalam alam demokrasi yang memberi kesempatan semua pihak untuk ikut aktif dalam pembangunan memerlukan kerelaan untuk memberi kesempatan kepada siapa saja yang dianggap mampu untuk berpartisipasi. Bahkan partisipasi itu harus diundang dan dipersiapkan dengan baik agar tumbuh rasa keadilan yang makin merata. Keadilan yang makin merata itulah yang diharapkan bisa menjadi pupuk yang menyuburkan persatuan dan kesatuan yang terwujud dalam suasana yang kondusif dan penuh dengan perdamaian dan ketentraman. Persatuan yang kokoh dan sanggup untuk mengatasi krisis. Langkah-langkah besar yang telah dengan sungguh-sungguh diambil oleh pemerintah harus disambut dengan kesungguhan yang sama oleh kalangan luas di akar rumput. Suasana pesta politik yang kita akan diadakan di tahun 2004 harus benar-benar menghasilkan pilihan kader pembangunan bangsa yang berbobot dan terpercaya. Pemimpin itu harus sanggup memberi motivasi yang kuat agar cita-cita melepaskan diri dari kemelut yang telah menghantui bangsa selama ini segera dapat diatasi. Lebih dari itu pemimpin bangsa yang kita harapkan mendapatkan kepercayaan rakyat haruslah mampu merancang dan melaksanakan pembangunan dengan programprogram yang menyentuh dan menguntungkan rakyat. Persiapan-persiapan yang secara besar-besaran dilakukan oleh
Remaja Siap Membangun
285
berbagai partai politik, yang lama, yang baru, yang besar dan yang kecil, tidak boleh menyobek-nyobek persatuan dan kesatuan. Persiapan itu justru harus memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, karena arena pemilihan kader dan putra-putra bangsa yang diharapkan mengentaskan bangsa ini dari kemelut yang melanda bangsa ini hampir pasti tidak bisa dilakukan dalam suasana hiruk pikuk penuh permusuhan. Seumpama semut, maka seluruh pasukan semut yang ribuan, bahkan di tanah air kita, kalau manusia Indonesia diumpamakan semut, semut-semut itu jumlahnya telah melebihi 210 juta, harus bersatu padu dan siap bangkit kembali membangun bangsa dan tanah airnya. Semut prajurit, tentara dan polisi, harus siap dan sigap menjaga lingkungan, menghadapi tantangan dan gangguan yang bisa dilakukan oleh mereka yang tidak senang bangsa ini maju dan kokoh. Pasukan ahli dan pekerja dalam bidang industri, pertanian dan produksi pangan pada umumnya, harus gigih menjaga agar ketahanan pangan tetap terjamin, biarpun musim berganti dan kekeringan bisa sangat mengancam. Pasukan dan ahli perdagangan harus berjuang agar barang-barang produksi dalam negeri tidak saja laku di pasar lokal tetapi sanggup dengan penuh kebanggaan di peragakan dan dijual dengan untung di pasar internasional. Lebih dari itu ahli-ahli pendidikan dan pelatihan, dengan dukungan dokter dan ahli medis lainnya, harus sanggup mengembangkan suasana yang sehat dan kondusif sehingga semua sumber daya manusia yang jumlahnya melebihi 210 juta itu selalu berada dalam keadaan sehat, potensial dan dinamis. Mereka harus mendapat dukungan yang kuat sejak saat yang sangat dini agar pada akhirnya berumur panjang dan berguna. Kekuatan otak yang harus disempurnakan untuk mampu berkembang menjadi sumber daya yang tangguh harus dibina sejak usia sangat dini sehingga anak-anak dan remaja
286
Remaja Siap Membangun
Indonesia masa depan tidak menjadi “penganut budaya ‘yes man’” tetapi sanggup mengambil prakarsa dan mampu menghasilkan ide-ide cemerlang yang memberi manfaat yang besar bagi manusia dan kemanusiaan. Ahli-hali pendidikan dan pelatihan harus siap dengan konsep pendidikan paripurna yang menghasilkan anak-anak dan remaja yang tidak saja cerdas dan mampu bersaing dengan rekannya dari berbagai negara, negara maju atau negara yang sepadan lainnya, tetapi terutama bisa menghasilkan anak-anak dan remaja yang sangat cinta kepada bangsa dan negaranya. Anak-anak dan remaja yang akan berjuang dengan inovasi dan kegiatan pembangunan yang sanggup mengangkat derajat dan martabat bangsa dan negaranya. Untuk mendukung pembangunan itu, Indonesia perlu memiliki kebijaksanaan politik dalam negeri yang dapat menciptakan stabilitas politik. Dalam mewujudkan stabilitas politik tersebut harus dilakukan tanpa menggunakan kekuatan senjata atau paksaan. Stabilitas politik harus ditumbuh-kembangkan yang didasari oleh kesadaran yang penuh dari masyarakat. Karenanya, para politisi yang dengan dalih apapun, apakah memperingati hari jadi, atau berkeliling membangun simpati, atau mengambil keputusan yang menyenangkan rakyat, harus secara sadar membangun stabilitas politik dengan sungguh-sungguh. Seluruh kegiatan harus diarahkan untuk makin berfungsinya seluruh sistem kelembagaan dan makin terwujudnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk dalam alam desentralisasi yang makin marak.
D
Remaja Siap Membangun
287
MEMBANGUN KARTINI MASA DEPAN
Tanggal 21 April merupakan hari lahir Ibu Kartini. Selama ini sosok Kartini dijadikan idola sebagai penghormatan yang tinggi atas semangat dan jasa-jasanya yang luar biasa dalam memperjuangkan kaumnya untuk mendapatkan posisi yang terhormat. Perjuangan Ibu Kartini dilakukan dengan cara yang menarik pada jamannya. Di masa itu tidak ada demonstrasi, atau tidak ada kesempatan membentuk organisasi khusus dengan visi dan misi yang menggebu, atau setiap saat mengganti misi dan bentuk sesuai fokus perjuangan yang berbeda.
P
erjuangan Kartini adalah perjuangan yang indah karena biarpun menentang arus, dilakukan seakan tidak berseberangan. Perkembangannya seakan merupakan prakarsa indah sesuai arus modernisasi yang berkembang secara global. Karena itu perjuangan Ibu Kartini menjadi menonjol dan menimbulkan kekaguman masyarakat modern. Barangkali mereka kaget karena telah terjadi perubahan yang menjanjikan di negara yang disangka tidak akan pernah tersentuh proses modernisasi yang melanda dunia secara luas itu.
288
Remaja Siap Membangun
Menjelang pringatan Hari Kartini tahun 2005, situasinya telah banyak berubah. Perjuangan yang dimodelkan oleh Ibu Kartini telah membawa perubahan yang luas dan luar biasa. Bangsa Indonesia telah memiliki tidak saja Kartini yang menyembunyikan cita-cita dan menuliskannya kepada sahabat, tetapi sanggup pula secara lantang menyampaikannya dengan bahasa halus atau bahkan dengan “bahasa telanjang” sesuai keadaan yang dihadapinya. Pejuang dan pemimpin-pemimpin perjuangan wanita masa kini mempunyai kualitas yang tidak kalah dengan pejuang dan pemimpin bangsa lain, bahkan tidak kalah dengan pejuang dan pemimpin wanita dari negara maju. Pejuang dan pemimpin wanita masa kini sanggup menggetarkan wacana politik nasional dengan isu-isu sentral yang menarik dan berdampak
Remaja Siap Membangun
289
luas. Banyak pula pemimpin wanita yang mendapat penghargaan dunia karena karyanya yang brilian dalam penanganan isu global yang membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat terbelakang. Kemajuan itu tidak berarti kita sudah sangat mapan, atau boleh bertepuk dada dan beristirahat. Abad ke 21 membawa perubahan-perubahan yang sangat menarik dan cepat sekali. Bangsa kita yang dimasa lalu boleh berjalan dengan santai, sekarang harus mampu berpacu dengan dinamika yang tidak bisa dianggap remah oleh rekan sesama di belahan bumi lainnya. Apabila kita tidak mampu berpacu, hampir dapat dipastikan negara dan bangsa yang besar ini akan menjadi bulan-bulana atau budak “modern” yang lebih sengsara di jaman serba komputer dewasa ini. Lebih dari itu, bangsa besar ini masih dihantui ketidak-adilan dan pemerataan pembangunan yang masih tipis. Banyak sekali, bahkan sangat banyak sekali, terutama wanita dan anak-anak bangsa ini, yang belum bisa menikmati hak-hak azasinya yang sangat dasar dalam hidup di jaman yang merdeka dan demokratis ini. Yang menyedihkan adalah bahwa ketidak-adilan itu tidak dirasakan lagi karena telah menjadi budaya yang dianggap wajar dan memang seharusnya seperti itu adanya. Lebih menyedihkan lagi karena ketidak-sadaran itu justru terjadi pada masyarakat yang boleh memberi label pada dirinya sebagai “modern dan beradab”. Masyarakat yang pantas menjadi contoh dan tauladan sesamanya. Bahkan di banyak bagian di tanah air kita ini, ketidak adilan itu terjadi seakan-akan dipelihara, diabadikan agar “keuntungan” yang selama ini dinikmati, dapat lebih lestari, dan tetap menjadi bagian dari budaya bangsa. Karena itu para pemimpin wanita, juga pemimpin lain yang sadar dan peduli akan keadilan dan demokrasi, harus tetap melanjutkan perjuangan
290
Remaja Siap Membangun
Kartini membangun Kartini-Kartini masa depan yang sanggup menghadapi tantangan abad ke 21 yang berkembang dengan sangat cepat. Perubahan jaman yang makin rumit dan mengalir deras dalam dunia yang hampir tidak ada batasnya. Kartini-Kartini masa depan harus menjadi manusia profesional unggul dan beriman yang dengan kepercayaan diri yang tinggi bisa dan sanggup menjadi insan pembangunan yang dinamis, mandiri, dan berbudaya. Lebih dari itu cinta tanah air dan bangsanya, sanggup mengisi negeri ini dengan pembangunan yang adil dan merata, serta menyumbang pada masa depan dunia yang sejahtera. Namun, karena penduduk Indonesia yang sangat melimpah, dan umumnya masih berada pada posisi sosial, ekonomi dan budaya yang rendah, diperlukan usaha terpadu yang luar biasa rumit dan besarnya. Untuk itu diperlukan kebulatan tekad dan komitmen yang tinggi untuk menempatkan manusia, utamanya kaum perempuan, sejak saat yang sangat dini, sebagai titik sentral pembangunan. Mengacu pada posisi Human Development Index (HDI) Indonesia, utamanya kaum wanita, yang masih sangat rendah, komitmen yang harus ditonjolkan pada tingkat awal adalah kemauan politik dan operasional yang nyata dari pemerintah dan seluruh aparaturnya. Komitmen itu menempatkan kaum perempuan pada posisi sentral dalam upaya perbaikan mutu. Perbaikan dilakukan secara berkelanjutan melalui pelayanan kesehatan paripurna, pemberdayaan melalui pendidikan dan pembelajaran bermutu, adil dan tidak memihak, serta kesempatan mengembangkan wirausaha yang menguntungkan. Pelayanan kesehatan yang diberikan bukan sekedar menjadikan penduduk tidak sakit, tetapi pemberian kemampuan pengembangan prakarsa
Remaja Siap Membangun
291
dan keberanian untuk tampil tegar menghadapi tantangan yang gegap gempita. Karena itu pemeliharaan kesehatan sejak saat yang sangat dini, kesempatan pertumbuhan masa balita dan pemeliharaan ibu hamil dan melahirkan, harus menjadi prioritas pengembangan wanita dan penduduk masa depan. Penduduk yang sanggup bertahan dan mampu mengambangkan kreatifitas yang dituntut jamannya. Pengembangan diri dalam pendidikan bukan saja sekedar siap menyelesaikan wajar pendidikan dasar, kemampuan untuk mengikuti pelajaran pada sekolah yang tinggi agar sekaligus sanggup menjadi warga dengan kemampuan wirausaha atau kemandirian dalam berbagai bidang lain yang tinggi. Akhirnya seluruh warga sanggup menjadi bangsa yang modern dan sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju.
D
292
Remaja Siap Membangun
MEMBANGUN MUTU PNS DAN TANTANGAN PENDIDIKAN
Peringatan Hari Guru Nasional tanggal 24 Nopember 2004 lalu, ditandai dengan hasil pendidikan nasional berupa lulusan, baik SMA maupun Perguruan Tinggi, mendapat tantangan nyata. Di masa lalu tantangan itu hanya berupa Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), kini pemerintah membuka acara serupa berupa seleksi bakal calon pegawai negeri sipil (CPNS) secara serentak di seluruh tanah air. Tidak kurang dari 4,5 juta lulusan berbagai sekolah dan perguruan tinggi sedianya mengikuti seleksi tersebut untuk memperebutkan sebanyak 204.584 lowongan di berbagai departemen dan kantor pemerintah. Lowongan itu terbagi atas 27.021 tenaga kesehatan, 76.583 tenaga guru dan dosen dalam lingkungan Depdiknas, 42.000 tenaga guru dan dosen dalam lingkungan Depag, 8.000 tenaga teknis dan 50.000 tenaga strategis lainnya.
D
alam pertemuan dengan Sesmenko Kesra, Drs Soetedjo Yuwono, dan Kepala Badan Kepegawaian Nasional, Drs. Hardiyanto, di Jakarta beberapa waktu lalu, diperoleh keterangan bahwa ujian seleksi serentak itu dimaksudkan untuk memulai suatu karya nasional
Remaja Siap Membangun
293
memperbaiki mutu dan tingkat profesionalitas birokrasi yang sekarang ada di seluruh tanah air. Karya besar rekruitmen pegawai yang dilakukan dengan soal-soal ujian berstandard nasional itu, mirip ujian masuk perguruan tinggi negeri, yang selalu diadakan oleh kelompok perguruan tinggi negeri setiap tahun. Ujian dimaksudkan sebagai upaya menghilangkan KKN atau sistem semacam lain yang biasanya sarat dengan kerikuhan atau kesengajaan munculnya “kemitraan” yang merugikan nilainilai obyektifitas. Mungkin karena maksud yang baik itu belum seluruhnya dipersiapkan dengan sempurna, upaya untuk melakukan ujian saringan secara serentak gagal dilaksanakan. Propinsi Jawa Timur, dan beberapa kabupaten di propinsi lain, karena keterlambatan persiapan pencetakan materi, terpaksa menunda pelaksanaan ujian itu hingga tanggal 1-2 Desember minggu lalu. Menyadari betapa penting dan dampak negatif yang bisa timbul karena penundaan itu, diperlukan campur tangan Gubernur Jatim, Imam Utomo, dengan persetujuan Menko Kesra Alwi Shihab, Presiden serta Wapres, untuk mengumumkannya kepada masyarakat luas. Sebagai upaya awal, ujian saringan penerimaan bakal CPNS yang diadakan pada akhir tahun ini tidak saja merupakan penerimaan pegawai negeri dengan jumlah yang terbesar, tetapi juga menggelitik jajaran pendidikan yang harus menghasilkan lulusan dengan mutu unggul untuk dapat mengabdi kepada masyarakat luas. Oleh karena upaya ini harus menjadi momentum untuk memacu peningkatan mutu PNS dan juga untuk menjadi cermin dari upaya peningkatan mutu pendidikan di segala jenjang. Kenyataan bahwa setiap jenis pegawai negeri yang akan diterima, harus mengikuti jenis tes yang berbeda, mirip dengan ujian masuk perguruan tinggi Negeri, menjadi tantangan tersendiri untuk para guru dan sekolah
294
Remaja Siap Membangun
yang tersebar di seluruh tanah air. Sedikit berbeda dengan ujian masuk perguruan tinggi Negeri, tes-tes untuk calon pegawai negeri meliputi bidang tes skolastik untuk mengukur bakat, pengetahuan umum, pengetahuan substansi, dan bahasa Inggris. Kenyataan ini mengundang Departemen Pendidikan Nasional untuk melihat kembali kurikulum di semua jenjang agar bisa menyiapkan siswa dan mahasiswanya dengan baik sesuai tuntutan pasar. Dalam mendukung maksud baik ujian tersebut kita diingatkan akan peranan guru yang minggu lalu memperingati Hari Guru tahun 2004. Ujian saringan itu merupakan suatu tantangan apakah pelajaran yang diberikan oleh guru dan dosen telah dapat dicerna dengan baik oleh anak didiknya. Disamping itu timbul juga pertanyaan apakah guru-guru yang muridmuridnya akan diuji tersebut telah mendapat penghargaan yang setimpal
Remaja Siap Membangun
295
atas jasa-jasa yang diberikannya. Disamping ujian masuk yang mengingatkan kita akan pentingnya penghargaan kepada para guru, kita juga diingatkan bahwa ujian masuk, untuk menjadi mahasiswa, atau pegawai negeri, hendaknya tidak dianggap sebagai satu-satunya upaya untuk memperbaiki mutu mahasiswa atau pegawai negeri. Pemerintah harus menempatkan ujian saringan tersebut sebagai tantangan dan titik awal untuk memperbaiki sistem pendidikan dan pembelajaran, baik bagi anak-anak dan remaja, maupun calon pegawai negeri yang akan diangkatnya. Kalau persiapan untuk pegawai negeri masa depan dilakukan dengan memperbaiki sistem pendidikan, mutu guru dan peralatan sekolah secara komprehensif, maka rekruitmen yang sekarang dilakukan dengan cara besarbesaran harus segera diikuti dengan latihan awal bagi calon pegawai negeri yang terpilih itu agar bisa menjadi pelopor pembaharuan pegawai negeri dan tenaga lain yang dijadikan pegawai negeri, baik guru maupun tenaga kesehatan dan tenaga strategis lainnya. Para calon yang nanti diterima dalam tes-tes serentak itu harus mendapat pembelajaran pendahuluan untuk kemudian ditempatkan dengan pengawasan dan dukungan perubahan kultur birokrasi yang tepat. Mereka perlu mendapat pengawalan yang tepat agar tidak terbawa arus birokrasi yang dianggap kurang tepat. Mereka diberi kesempatan untuk mengembangkan program-program “reinventing” birokrasi dengan menempatkan penduduk yang dilayani sebagai titik sentral. Disamping itu harus diberi kesempatan untuk mengembangkan efektifitas dan efisiensi dengan keberanian mengubah langkah-langkah baku yang mungkin saja tidak lagi efisien dan efektif karena penemuan ilmu dan sistem pelaksanaan
296
Remaja Siap Membangun
yang lebih modern. Seperti kita harapkan kepada para mahasiswa, pegawai negeri baru nanti harus diperkenalkan kepada kultur baru yang dinamis dalam rangka otonomi yang luas. Otonomi yang sejuk menempatkan rakyat sebagai titik sentral pelayanan. Pegawai negeri harus sanggup, bertekad dan berjanji bekerja keras mengatasi hambatan yang bisa saja datang dari sistem lama atau dari mereka yang tidak menghendaki perubahan. Pegawai negeri yang diterima bekerja harus berani bertanggung jawab mengajak seluruh rakyat bekerja keras menghadapi tantangan berat yang dihadapi bangsa dan negara.
D
Remaja Siap Membangun
297
MENELADANI SIKAP PAHLAWAN
Sejarah telah memberikan bukti yang sangat ampuh bahwa semua pahlawan bangsa adalah pemuda dan orang tua, laki perempuan, yang penuh keikhlasan menyumbangkan pikiran, jiwa dan raganya untuk sebesar-besar kesejahteraan bangsanya. Peringatan Hari Pahlawan tahun 2003 kali ini agak unik karena dilangsungkan bersamaan dengan umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah puasa. Oleh karena itu, ada baiknya kita teladani, sekaligus kita jadikan momentum untuk meningkatkan amal ibadah agar sifat-sifat baik dari para pahlawan mewujud dalam kehidupan sehari-hari dengan membantu dan menyantuni anggota masyarakat kurang mampu dan ada di sekeliling kita.
P
ara pahlawan, sesepuh bangsa, dengan perjuangannya yang tidak kenal lelah, telah mengorbankan segala-galanya agar bangsa Indonesia yang kita cintai segera terbebas dari tekanan penjajahan. Tekanan penjajahan yang dirasakan pada masa penjajahan yang sangat lama itu sungguh memberikan kesan yang sangat bengis menghalangi upayaupaya untuk meningkatkan mutu, menghambat munculnya ide-ide cemerlang untuk mengentaskan bangsa dari lembah kebodohan, kemiskinan dan
298
Remaja Siap Membangun
kesengsaraan. Alhamdullilah, tekanan penjajahan telah berhasil memunculkan gerakan para sesepuh bangsa, yang dengan menyisihkan perbedaan suku, agama, asal usul dan latar belakang lainnya, bersatu padu bahu membahu memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan. Perjuangan panjang yang tidak kenal lelah, pengorbanan jiwa dan raga itu akhirnya menghasilkan kemerdekaan yang kita nikmati sampai sekarang. Ada sesuatu yang harus kita teladani dari para sesepuh bangsa itu. Antara lain adalah kemampuan mereka untuk menjauhkan kepentingan pribadi atau golongan, kemampuan mereka untuk mendahulukan kepentingan bersama, sehingga segala yang mereka miliki dikorbankan untuk sebesar-besar kepentingan bersama tersebut. Komitmen dan pilihan untuk kepentingan bersama itu sungguh luhur, karena dengan cara demikian mereka bisa meredam perbedaan yang semula sangat menonjol menjadi suatu kebersamaan demi cita-cita yang sangat luhur. Perjuangan para sesepuh bangsa itu diikuti oleh banyak sekali generasi muda pada saat-saat dekat dengan peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945. Lebih lanjut, anak-anak muda dan remaja tidak segan-segan berjuang terus mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan itu dengan tidak kenal menyerah. Saudara-saudara kita di Surabaya, pada tanggal 10 Nopember tahun 45 tersebut dengan sangat gigih, diikuti pula oleh anak bangsa dari belahan bumi Indonesia lainnya, berjuang mempertahankan setiap jengkal tanah air yang telah merdeka itu. Anak-anak muda tidak saja berani merebut kemerdekaan, tetapi dengan komitmen dan jiwa raganya terus berjuang mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih tersebut. Anak-anak muda dan remaja tidak takut lagi pada prajurit Belanda dan
Remaja Siap Membangun
299
prajurit Jepang yang terkenal dengan persenjataannya yang lengkap dan keganasannya menghadapi anak-anak muda yang militan dan tidak takut peluru. Keberanian dan kekerasan tekad yang luhur itu kemudian melahirkan negara kesatuan RI yang sangat kita cintai. Negara Kesatuan RI yang harus dipertahankan dengan segala yang kita miliki, Negara Kesatuan yang tidak boleh dicabik-cabik karena memang sejak semula telah kita perjuangkan dengan segala yang kita miliki. Sejak semula telah kita tekadkan bersama bahwa negara yang baru ini terdiri dari berbagai suku bangsa, berbagai kesatuan pulau, berbagai ragam bahasa yang berbeda-beda, dan kita telah bersumpah bahwa justru perbedaan itu kita sadari sebagai kekuatan untuk maju bersama membangun negara dan bangsa yang adil, makmur dan sejahtera. Kita masih ingat bahwa segera setelah keadaan pertempuran mereda, anak-anak muda, dengan rambut gondrong, pakaian tambal sulam, dan perlengkapan seadanya segera pergi ke sekolah untuk melanjutkan pendidikan yang ditinggalkannya selama revolusi. Mereka menyesuaikan dirinya kembali dengan suasana damai untuk mengisi ilmu, menyiapkan diri untuk bisa membangun bangsa yang sangat ketinggalan karena penjajahan yang berkepanjangan. Dengan semangat perjuangan dan pengabdian itu, biarpun relatif sukar menyesuaikan diri, akhirnya menghasilkan anak-anak bangsa yang jiwanya tetap pejuang unggul, dan otaknya berisi ilmu yang sangat dibutuhkan untuk mengisi kemerdekaan bangsanya. Tidak sedikit para remaja pejuang kemerdekaan bangsa itu yang berhasil lulus sekolah menengah atas, dan bahkan melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi, di dalam maupun di luar negeri. Sebagian besar dari mereka itulah pahlawan-pahlawan bangsa yang mengantar
300
Remaja Siap Membangun
republik tercinta ini sampai keadaannya yang sekarang. Oleh karena itu, kita semua harus dengan penuh kesadaran menengok kembali kepada tekad nenek moyang, para sesepuh bangsa, generasi muda pejuang bangsa, dan merasa malu kenapa kita masih saja cekcok, saling menyalahkan, saling menghujat, dan bahkan tidak malu-malu di negeri orang memperolok-olok keburukan bangsa sendiri. Sementara di tanah air tidak mampu, atau bahkan tidak bersedia memberikan uluran tangan untuk ikut memperbaiki keadaan yang sudah sangat terpuruk. Tidak bersedia mengakui bahwa dirinya telah ikut pula memperburuk situasi yang tidak kunjung baik. Berlagak melempar tanggung jawab kepada orang lain, mengelak untuk ikut bertanggung jawab. Tiba waktunya kita ikut prihatin dan dengan tekad yang sama dengan para sesepuh dan anak muda remaja jaman revolusi dulu, segera ikut cancut taliwanda (bertekad bulat), menyingsingkan lengan baju, ikut terjun dalam berbagai bidang pembangunan, membantu siapa saja yang kiranya perlu mendapat bantuan, tanpa harus membeda-bedakan anak bangsa yang bisa kita bantu. Marilah kita lihat sekeliling kita sendiri, kita tengok apa saja yang bisa kita kerjakan, sehingga para tetangga yang perlu kita bantu bisa merasakan nikmatnya berpuasa, bisa merasa lebih tentram menghadapi Hari Raya Idul Fitri yang akan segera datang. Kesempatan untuk menjadi pahlawan bangsa terbuka lebar dalam bulan yang penuh berkah ini.
D
Remaja Siap Membangun
301
MEMBANGUN KEBANGGAAN BANGSA
Hari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus diperingati setiap tahun, tak terkecuali tahun 2003 ini. Stiap keluarga dengan struktur dan kemampuan yang lebih maju dibandingkan dengan keluarga-keluarga yang ikut mencetuskan Hari Proklamasi Kemerdekaan pada tahun 1945. Namun pencetus Proklamasi di tahun 1945 sebagian besar adalah pejuang yang semangatnya luar biasa. Mereka berhasil mengatasi segala hambatan yang menghalangi proklamasi. Para pejuang yang bersatu padu itu barangkali akan menangis melihat kita sekarang ini saling menghujat, bercakaran dan menganut kehidupan yang mementingkan diri sendiri atau golongannya.
D
alam bidang pembangunan keluarga sejahtera, tigapuluh tahun yang lalu, kita juga bersatu, bertekad bulat, berjuang bersama menggalang persatuan dan kesatuan untuk menolong memberdayakan keluarga kurang mampu, keluarga tertinggal, keluarga yang belum peduli terhadap nasib kaum ibu dan anaknya, agar bisa tumbuh sejahtera dan menikmati masa depannya dengan lebih baik lagi.
302
Remaja Siap Membangun
Tekad bulat itu kemudian muncul dan dikelola dengan baik dalam program pemberdayaan keluarga yang dilakukan secara holistik, terpadu dan berkelanjutan. Pemberdayaan keluarga itu dilakukan dengan menempatkan keluarga sebagai titik sentral pembangunan. Keluarga, terutama keluarga yang tertinggal karena sesuatu alasan, dibantu untuk mampu mengembangkan seluruh fungsi keluarga yang dianggap lemah. Keluarga yang sudah mampu diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan dirinya secara mandiri. Delapan fungsi keluarga yang utama seperti disebutkan dalam UU nomor 10 tahun 1992, yaitu fungsi keagamaan, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi perlindungan lingkungan mendapat perhatian yang seksama. Mendahului Konperensi Kependudukan Dunia di Kairo tahun 1994, berdasarkan UU nomor 10 tahun 1992, atau UU Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang disepakati bersama, kita menyempurnakan landasan program dan kegiatan koordinasi BKKBN. Lembaga ini, biarpun aturan yang menjadi dasar geraknya belum diubah, melanjutkan program dan kegiatannya sesuai dengan amanat UU secara bertahap. Masyarakat diajak bekerja keras mengembangkan pendekatan pemberdayaan sesuai dengan arus global yang universal dengan memberikan penghargaan yang tinggi terhadap hak-hak asasi manusia dan pemberdayaan manusia secara demokratis dan berkelanjutan. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi, pada tahun 1994 bangsa Indonesia dengan penuh kebanggaan membawa pola pemberdayaan keluarga dan satu-satunya UU tentang kependudukan dan keluarga yang ada di dunia itu pada forum Konperensi Kependudukan Dunia di Kairo, Mesir. Keberhasilan Indonesia dalam bidang KB dan pemberdayaan keluarga serta
Remaja Siap Membangun
303
UU itu mengundang decak kagum para pemimpin dan ahli pembangunan dunia. Pujian dan penghargaan mengalir dengan deras serta menghasilkan kunjungan dan kerjasama yang makin menghargai seluruh kekuatan pembangunan bangsa yang telah bekerja keras tanpa pamrih. Para pemimpin dunia silih berganti berkunjung dan memberikan apresiasi terhadap upaya bangsa yang membanggakan tersebut. Tidak pelak lagi penghargaan dunia itu muncul karena adanya kerjasama yang saling menghargai antara pemerintah dan masyarakat, antara para pemimpin resmi pemerintah dan para pemimpin masyarakat, termasuk para alim ulama dari segala macam agama, serta pejuang-pejuang tanpa pamrih dari kalangan masyarakat di desa. Kita memang tidak banyak mengenal para pemimpin dari pedesaan itu. Nama mereka jarang masuk
304
Remaja Siap Membangun
dalam catatan wartawan. Wajah mereka tidak sering muncul di televisi. Kalau toh muncul tidak akan mampu menggantikan wajah para elit politik yang “sanggup memberi komentar” apa saja yang menjadi wacana publik. Biarpun nama para pemimpin pedesaan itu jarang disebut, tetapi karyanya banyak muncul dalam tulisan-tulisan para pakar yang berasal dari segala pelosok penjuru dunia. Tidak sedikit yang menjadi referensi untuk memperoleh gelar S1, menjadi bahasan tesis S2, dan atau menjadi bahan disertasi S3 yang mengagumkan banyak kalangan akademisi. Berkat kerja keras yang disertai dengan dukungan kebersamaan yang mengagumkan, keluarga pedesaan yang didukung pelayanan KB yang sangat intensif, telah berhasil mengikuti norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Pada saat kita memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan yang ke 58 nanti, mereka akan tidak terlalu sibuk dengan jumlah anak yang terlalu banyak. Demikian juga bidang pertanian makin menganut pendekatan industri pertanian yang intensif dan tidak lagi padat tenaga. Kegiatan perdagangan dan industri kecil dan menengah mulai dibangun di pedesaan, dan justru telah menyelamatkan kita dari krisis multidemensi yang maha dahsyat. Karena kualitas sumber daya manusia boleh dikatakan belum berubah, dan hasil produksi masyarakat desa baru laku jual di pasar lokal, tetapi sedikitnya ekonomi rakyat pedesaan masih bisa bertahan. Untuk memelihara semangat itu, di hari Proklamasi yang anggun di tahun 2003, para pemimpin sebaiknya bergabung dengan para pejuang di pedesaan dan memberikan penghargaan atas kerja keras yang mereka lakukan. Kita harus memberikan contoh yang konkrit bahwa merekalah yang sebenarnya pantas menerima bintang penghargaan, namanya diabadikan di surat kabar dan majalah, wajahnya ditayangkan dengan penuh kehormatan di televisi, serta diberikan ucapan selamat yang tulus di Hari Proklamasi
Remaja Siap Membangun
305
yang anggun minggu depan. Merekalah yang harus kita dampingi menyaksikan sang saka Merah Putih ditarik kepuncak tiangnya untuk berkibar dengan anggun diiringi rasa hormat dan haru dari lubuk sanubari kita bersama. Kita hormat dengan memberikan yang terbaik kepada para pahlawan pembangunan dari pedesaan yang mengisi kemerdekaan dengan kerjakeras dan tidak banyak menuntut itu. Hari Proklamasi Kemerdekaan 2003 harus menjadi penyegar persatuan untuk bekerja sama membangun dan memberdayakan keluarga agar mampu bekerja keras mengembangkan kebanggaan kebangsaan dan kesejahteraan bersama. Selamat Hari Proklamasi.
D
306
Remaja Siap Membangun
MENEMPATKAN MANUSIA SEBAGAI TITIK SENTRAL PEMBANGUNAN
Kendati telah lebih lima tahun melaksanakan reformasi, namun kemajuan yang kita damba-dambakan belum dapat kita wujudkan. Bahkan sebaliknya, kemerosotan hampir terjadi disegala bidang. Dibidang politik kita melihat adanya gejolak yang berkelanjutan. Hal ini antara lain disebabkan oleh perilaku elit politik yang berorientasi kepada kepentingan pribadi dan kelompok sempitnya. Mereka jauh dari empati terhadap penderitaan dan keprehatinan masyarakat.
D
i bidang ekonomi, kita menyaksikan krisis yang berkepanjangan dan recovery ekonomi yang berjalan sangat lamban. Dari empat negara di kawasan Asia, yang sama-sama terguncang krisis ekonomi pada paruh kedua tahun 1988 – Indonesia, Korea, Malaysia dan Thailand - Indonesia merupakan negara paling lambat dalam mengatasi krisis tersebut. Dibidang sosial kita melihat, bertambah banyaknya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, meningkatnya kejahatan, maraknya premanisme dan seterusnya. Situasi yang demikian tadi, membuat kita merenung mencari
Remaja Siap Membangun
307
penyebab dari kemerosotan yang terjadi dan mencari cara-cara untuk dapat keluar dari krisis yang berkepanjangan serta meluruskan arah pembaharuan agar bangsa Indonesia dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan untuk membangun masyarakat adil dan makmur sebagaimana yang diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan, pertamatama kita harus dapat mengatasi krisis multi dimensi yang melanda bangsa kita. Sejalan dengan itu, tanpa menunggu krisis teratasi, kita juga harus segera mulai menyiapkan dan melaksanakan pembangunan kembali. Untuk itu perlu disiapkan pokok-pokok kebijakan pembaharuan dan pembangunan. Agar pembaharuan dan pembangunan dapat berjalan dengan mantab, maka pokok-pokok kebijakan pembaharuan dan pembangunan yang akan kita tempuh harus mempunyai weltanschauung/filsafah hidup yang dapat diterima oleh segenap bangsa kita dan sejalan dengan perkembangan dunia.
308
Remaja Siap Membangun
Upaya mengakhiri kemelut itu tidak bisa dititipkan kepada bangsa lain, tetapi harus menjadi komitmen politik seluruh warganya. Seluruh kekuatan pembangunan harus bersatu padu, betul-betul menjadikan perbedaan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa, membangun aliansi positif yang menguntungkan semua pihak, dan bersama-sama menggalang kekuatan maha dahsyat yang sangat diperlukan. Dengan tekad untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat, semua kekuatan yang masih ada, ditambah dengan kekuatan yang masih tersembunyi, pemerintah dan seluruh masyarakat berjuang bersama-sama melaksanakan pembaharuan dengan mengatasi kemelut agar secara mantab dapat melanjutkannya dengan pembangunan berkelanjutan. Dalam rangka melaksanakan pembaharuan agar bangsa Indonesia dapat melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan, perlu kita sepakati hal-hal berikut ini sebagai weltanschauung : Bahwa reformasi adalah kelanjutan dari Orde Lama dan Orde Baru. Orde Lama yang membentang dari tanggal 17 Agustus 1945 hingga 22 Februari 1967 dan Orde baru yang dimulai pada tanggal 22 Februari 1967 hingga 21 Mei 1998, serta Reformasi yang dimulai dari tanggal 21 Mei 1998, mempunyai misi masing-masing yang semuanya mempunyai peranan penting bagi kehidupan bangsa dan tegaknya negara kita. Dengan bangga kita menengok ke belakang dan dengan penuh percaya diri berjuang untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan, masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembaharuan akan dapat membawa hasil yang kita inginkan dan pembangunan berkelanjutan akan dapat dilaksanakan apabila dalam pelaksanaannya kita selalu menjunjung tinggi Hak Azasi manusia.
Remaja Siap Membangun
309
Hak azasi manusia hanya mungkin berkembang dengan subur dalam masyarakat yang demokratis. Kenyataan selama ini memang menunjukkan bahwa dalam Negara yang menganut sistem demokrasi, Hak Azasi Manusia dapat dijunjung tinggi. Dalam hal penegakan Hukum, upaya mewujudkan supermasi hukum, mendapat prioritas utama. Kewajiban hukum dan lembaga-lembaga penegak hukum dalam pandangan masyakarat harus ditingkatkan. Pembaharuan hanya dapat dilakukan dengan tertib dan teratur jika tercipta stabilitas nasional yang dinamis. Dengan stabilitas politik berarti bahwa keadaan politik di tanah air haruslah berkembang dan tumbuh, tanpa adanya pergolakan politik yang menimbulkan kegoncangan-kegoncangan dalam masyarakat. Untuk menciptakan suasana yang demikian tadi, jelas tidak mungkin dilakukan dengan paksaan atau dengan kekuatan senjata. Stabilitas itu harus ditumbuhkan dan dibina melalui musyawarah yang didasari oleh kesadaran dan pengertian mengenai masalah-masalah yang dihadapi bersama, kebutuhan-kebutuhan bersama yang harus dikejar dan tujuan bersama yang harus dicapai. Karena itu, demokratisasi harus dilaksanakan dalam seluruh aspek kehidupan nasional. Pembaharuan akan mendapat dukungan yang luas apabila mampu menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan. Pembangunan secara langsung dan konsisten diarahkan pada pembangunan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu menjadi kekuatan yang mandiri. Dalam pemberdayaan dan pengembangan itu manusia-manusia Indonesia diberi dukungan pemberdayaan yang komprehensif secara terpadu untuk menjadikannya kekuatan pembangunan yang mampu mengembangkan
310
Remaja Siap Membangun
prakarsa, memiliki vitalitas yang tinggi, dan siap bekerja. Disamping itu, perlu dibarengi dengan pemberian kesempatan yang lebih luas pada masyarakat untuk mendapat pelayanan pendidikan yang memadai. Dibagian lain mutu pendidikan perlu mendapat perhatian yang utama, diantaranya dengan meningkatkan mutu dan kesejahteraan guru, melengkapi sekolah dengan peralatan dan bahan pelajaran yang mutakhir serta mengembangkan budaya belajar, bekerja dan membangun pada masyarakat luas. Program “Wajib Belajar Sembilan Tahun” dituntaskan menjadi program “Wajib Belajar Dua Belas Tahun”. Untuk mencapai itu, maka diperlukan kebijakan pendidikan yang memberikan kesempatan bagi setiap lapisan masyarakat untuk dapat menikmati pendidikan hingga tingkat sekolah menengah atas. Lebih lanjut, kebijakan pendidikan juga harus memperhatikan pada kemampuan masyarakat luas untuk menikmati pendidikan. Biaya pendidikan yang terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan situasi ekonomi yang ada justru dapat menyebabkan ketimpangan sosial yang tajam, antara masyarakat yang mampu dan tidak mampu. Mutu pendidikan akan lebih diarahkan pada pendidikan siap kerja dan mandiri (Broad Based Education System). Anak-anak dan remaja putus sekolah harus diberdayakan melalui pendidikan luar sekolah sehingga mereka memiliki bekal untuk bekerja. Pendidikan sekolah menengah atas harus dikembangkan menjadi sekolah-sekolah yang memberikan komponen praktek lapangan sehingga mereka juga dibekali untuk siap bekerja seandainya tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan pada tingkat perguruan tinggi, dikembangkan sebagai lembaga yang akrab dengan masyarakat sekelilingnya. Diharapkan mahasiswa dan siswa bisa menjadi pendorong motivasi bagi masyarakat sekitar, sehingga dapat memacu peningkatan kualitas sumber daya manusia yang saling peduli dan sekaligus
Remaja Siap Membangun
311
tinggi mutunya. Kebijakan pendidikan dan pelatihan itu diikuti dengan upaya pengembangan dan peningkatan produktivitas, efisiensi, dan daya saing agar setiap manusia mempunyai makna yang sangat penting. Hal ini guna mendukung upaya untuk menghasilkan produk-produk yang laku dijual dan mampu bersaing di pasar internasional. Untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri harus ditingkatkannya kemampuan kewirausahaan secara sungguh-sungguh. Untuk mencapai harapan agar produk nasional dapat bersaing kuat dengan produk luar negeri, maka diperlukan pengembangan peran lembagalembaga yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas. Pengembangan dan pembukaan lembaga pelatihan, percontohan dan keuangan umpamanya dapat menjadi modal dasar yang harus dikembangkan secara sungguhsungguh. Pengembangan dan pembukaan lembaga keuangan pedesaan harus dapat berperan sebagai wadah untuk berbagai pusat transaksi perdagangan yang memberikan peluang besar bagi para produsen. Dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan produktivitas dan daya saing, maka garis kebijakan harus difokuskan pada upaya peningkatan kemampuan masyarakat pedesaan dengan memanfaatkan basis pertanian sebagai kunci utama untuk mengembangkan usaha industri yang mampu bersaing. Dengan pemberdayaan masyarakat pedesaan sebagai basis utama, diharapkan nantinya masyarakat pedesaan menjadi masyarakat yang bersifat rasional yang turut berperan serta dalam pembangunan nasional dan mengerti arti mekanisme pasar sehingga menjadi suatu kekuatan besar. Untuk menjamin ketertiban masyarakat, menjunjung tinggi nilai-nilai
312
Remaja Siap Membangun
demokrasi dan hak asasi manusia, serta menciptakan manusia Indonesia sebagai tokoh sentral dalam pembangunan, maka diperlukan perwujudan supremasi hukum yang kuat. Hal ini perlu guna menghindari adanya penindasan dan pengabaian atas hak asasi manusia yang membuat manusia Indonesia tidak bisa menjadi tokoh sentral dalam proses pembangunan yang dijalankan. Kewibawaan hukum dan lembaga-lembaga penegak hukum yang cenderung merosot dewasa ini, perlu segera dibenahi dan ditingkatkan perannya sebagai institusi yang dapat benar-benar menjamin kelangsungan pembangunan berkelanjutan yang akan dijalankan. Apabila hukum dan lembaga-lembaga penegak hukum dapat berperan secara baik dengan menjunjung tinggi keadilan, maka diharapkan akan dapat mendorong timbulnya rasa kepercayaan dan keamanan masyarakat. Untuk menyelesaikan kemelut yang berkepanjangan, sekaligus mulai dengan pembangunan berkelanjutan, diperlukan stabilitas ekonomi yang dinamis. Hakekat stabilitas ekonomi adalah bertambah mantabnya fundamental ekonomi dan meningkatnya kemampuan berproduksi secara optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut maka kebijakan ekonomi harus memprioritaskan pada upaya peningkatan investasi dan tabungan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan yang kuat pada investasi domestik serta mengajak seluruh lapisan masyarakat secara gotong royong bekerja keras, mengembangkan gerakan tabungan nasional yang luas dan produktif. Perlu digalakkannya rasa bangga menggunakan produk-produk nasional, sehingga produk nasional juga bisa mendapat tempat di pasar domestik. Agar produk-produk nasional dapat bersaing dengan produk produk
Remaja Siap Membangun
313
impor, maka pembangunan perlu diarahkan pada upaya peningkatan kualitas dan kemampuan daya saing setiap individu sehingga mampu menghasilkan produk produk yang laku dijual dalam pasar nasional maupun internasional. Dengan semangat itu langkah-langkah strategis untuk pengembangan ekonomi, diarahkan pada manusia sebagai pelaku ekonomi. Disamping itu, strategi dan sasaran yang kiranya harus dicapai meliputi tiga hal pokok yang dikembangkan dan dilaksanakan secara seimbang dan dinamis, yaitu: Pertama; Penerbitan dan penyehatan keuangan negara. Hal ini mengharuskan dilaksanakannya secara konsekwen anggaran berimbang yang disertai dengan pengurusan yang tepat dan penggunaan keuangan negara yang benar-benar perlu. Kedu; Menggarap masalah-masalah moneter secara tepat guna menghindari kerugian yang besar dan memperbaiki keadaan perbankan agar berfungsi secara sehat memihak usaha kecil, menengah dan besar secara seimbang. Ketiga; Memperluas keterlibatan masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Peranan pemerintah dititik beratkan pada pemberian arah dan penciptaan suasana yang memungkinkan mobilisasi potensi dan kreativitas masyarakat dengan memperhatikan hukum-hukum ekonomi dan kekuatan pasar.
D D D
314
Remaja Siap Membangun
BAB VI
KOMENTAR
Remaja Siap Membangun
315