1
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu wadah dalam meningkatkan kemajuan suatu bangsa. Peran pendidikan adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi persaingan global. Dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa
di
segala
bidang,
diperlukan
pendidikan
tinggi
yang
mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan SDM yang mempunyai karakter dan berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa. Terwujudnya pendidikan yang berkualitas diharapkan Perguruan Tinggi mampu mengantarkan bangsa menuju kesuksesan. Keberhasilan kompetisi pada suatu bangsa ditentukan oleh kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi serta karakteristik lain yang diperlukan dalam bersaing untuk mendapat peluang lebih maju. Menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 pendidikan tinggi berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; mengembangkan sivitas akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya
saing,
dan
kooperatif
melalui
pelaksanaan
tridharma;
dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora. Semakin banyak tuntutan kualitas SDM dalam bersaing maka tuntutan kualitas pendidikan di Perguruan Tinggi semakin tinggi untuk dapat menyiapkan SDM. Peserta didik diharapkan memiliki kompetensi dan
2
kemampuan mengalihgunakan ilmu serta teknologi, sehingga saat menghadapi persaingan di dunia kerja, lulusan Perguruan Tinggi siap bekerja tidak lagi siap latih. Perguruan Tinggi harus mampu menyiapkan diri untuk dapat meningkatkan mutu dalam proses belajar mengajar dan memberikan fasilitas pendukung kepada peserta didik sehingga dapat mengikuti proses belajar dengan baik, selain itu kualitas SDM yaitu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan perlu pula mendapat perhatian khusus supaya mutu SDM juga dapat lebih ditingkatkan. Peningkatkan prestise Perguruan Tinggi, bukan berasal dari hubungan sejarah, sosial, komunitas, atau keberhasilan lulusan, tapi karena banyaknya penolakan pelamar, selektivitas dan rekrutmen mahasiswa berkualitas lebih tinggi (Epstein, 2009). Pada dasarnya setiap satuan pendidikan memiliki sistem untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Menurut Kunaefi et al., (2008) sistem pendidikan tinggi dilihat sebagai sebuah proses memiliki empat tahapan pokok yaitu (1) masukan; (2) proses; (3) luaran; dan (4) hasil ikutan (outcome). Kategori masukan antara lain adalah dosen, mahasiswa, buku, staf administrasi dan teknisi, sarana dan prasarana, dana, dokumen kurikulum, dan lingkungan. Kategori proses adalah proses pembelajaran, proses penelitian, proses manajemen. Kategori luaran adalah lulusan, hasil penelitian dan karya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni lainnya, sedang yang termasuk dalam kategori hasil ikutan (outcome) antara lain adalah penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap luaran Perguruan Tinggi, kesinambungan, peningkatan mutu hidup masyarakat dan lingkungan. Calon mahasiswa yang merupakan salah satu kategori masukan dalam sistem Perguruan Tinggi
adalah
lulusan
SMA/SMK/MA
yang
mendaftarkan
diri
untuk
3
berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang telah ditawarkan. Dalam rangka mendapatkan calon mahasiswa berprestasi maka proses seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) dilaksanakan secara tepat, sehingga diharapkan mahasiswa tersebut dapat mengikuti proses pendidikan secara baik yang kemudian dihasilkan lulusan berkualitas yang dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain capaian Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), masa studi, dan predikat kelulusan. Setelah pengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi melalui proses belajar mengajar diharapkan mahasiswa memiliki prestasi belajar yang baik dan pada akhirnya dapat dihasilkan lulusan berkualitas yang mampu bersaing di pasar kerja. Perlu adanya persiapan calon peserta didik dalam menghadapi proses belajar selanjutnya di Perguruan Tinggi. Adanya perbedaan yang nyata pada proses belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, maka perlu adanya perhatian khusus dalam masa transisi tersebut. Rosenbaum et al.,(2011) menyatakan bahwa banyak murid berjuang keras bertransisi dari SMA ke Perguruan Tinggi, maka perlu peran guru SMA dan dosen untuk menciptakan jalur yang jelas dari kelulusan SMA sampai dengan wisuda sarjana. Peran SMA yang berkolaborasi dengan Perguruan Tinggi sangat penting untuk dapat mengarahkan masa transisi tersebut. Pemerintah mempunyai peranan penting dalam mendukung pelaksanaan ujian masuk di PTN, sehingga terbit Permendiknas Nomor 6 Tahun 2008 tentang pedoman penerimaan mahasiswa baru pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang mengakibatkan perubahan sistem PMB pada jenjang sarjana secara terpusat dilaksanakan di bawah koordinasi Direktur Jenderal Perguruan Tinggi yang
4
kemudian diperbaharui dengan Permendiknas Nomor 34 Tahun 2010 tentang pola penerimaan mahasiswa baru program sarjana pada Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah dimana Perguruan Tinggi dalam penjaringan penerimaan mahasiswa baru wajib menerima paling sedikit 60% mahasiswa baru pada setiap program studi melalui pola penerimaan mahasiswa baru secara nasional termasuk mahasiswa baru yang tidak mampu secara ekonomi. Seluruh calon peserta didik berbakat di Indonesia yang tidak mampu untuk mengeluarkan biaya seleksi diharapkan tetap dapat mengikuti seleksi ujian masuk di PTN. Hal tersebut sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Akin (2012) berpendapat bahwa pemerintah mempunyai peran dalam melakukan ujian bersama sehingga mahasiswa berprestasi dengan latar belakang ekonomi rendah juga dapat mengikuti tes seleksi penerimaan mahasiswa baru Perguruan Tinggi. Peran pemerintah dalam menetapkan metode pelaksanaan seleksi PMB dengan tepat akan memberikan dampak positif untuk menunjang kualitas prestasi mahasiswa dalam mengikuti proses belajar di Perguruan Tinggi. Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan salah satu universitas tertua di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 19 Desember 1949. UGM
dituntut untuk meningkatkan kualitas dan relevansi
pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif dalam membantu memecahkan berbagai persoalan bangsa. Timbulnya suatu dinamika perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut UGM untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengembangan pendidikan, penelitian,
5
dan pengabdian kepada masyarakat, sehingga diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Dalam menjaring peserta didik yang berkualitas, UGM sebagai salah satu PTN terbesar di Indonesia dengan dukungan pemerintah telah melakukan perbaikan dalam menentukan sistem Ujian Masuk (UM) UGM. Mulai tahun 2003 UGM telah menetapkan dua jalur PMB yaitu jalur nasional dan jalur ujian mandiri UGM. Jalur nasional pada tahun 2003-2008 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan tahun 2009-2012 melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Sistem UM UGM terus melakukan perubahan pola seleksi pada pelaksanaan ujian mandiri UGM dalam rangka mengakomodir calon peserta didik dengan latar belakang yang berbeda dan mendapatkan calon mahasiswa yang lebih berkualitas. Jalur seleksi nasional melalui jalur SPMB maupun SNMPTN merupakan bentuk ujian penerimaan mahasiswa di PTN melalui ujian tulis yang menekankan pada kemampuan kognitif dan merupakan seleksi bersama melibatkan PTN di Indonesia yang dilakukan oleh kepanitiaan dibawah Majelis Rektor Indonesia. Jalur seleksi nasional sangat efektif dalam menciptakan efisiensi biaya maupun waktu dalam seleksi PMB di PTN, namun karena daya tampung UGM tahun 2007 dan 2008 sangat terbatas yaitu sejumlah 7022 dan 5984 mahasiswa dan hanya dapat menerima 3,64% dan 4,32% dari pelamar lulusan SMA/SMK/MA, sehingga terjadi persaingan yang sangat ketat. Sistem UM UGM melalui jalur seleksi nasional tidak memberikan pertimbangan khusus terhadap keberagaman calon peserta didik dari latar belakang, prestasi non akademik dan motivasi. Oleh sebab itu dalam upaya mendapatkan calon mahasiswa yang berkualitas, maka UGM
6
sejak tahun 2003 melakukan inovasi dalam penjaringan calon mahasiswa baru melalui jalur ujian mandiri UGM. Menurut
Anonim
(2008)
pokok-pokok
pikiran
dalam
rangka
mewujudkan peningkatan mutu pendidikan melalui sistem UM UGM adalah: 1. UGM memiliki daya tampung terbatas 2. UGM memiliki komitmen pada pengembangan SDM nasional 3. UGM menyadari kemampuan ekonomi masyarakat yang beragam 4. UGM memperhatikan masyarakat tidak mampu 5. UGM memperhatikan pengembangan bibit unggul daerah 6. UGM mendukung pengembangan bakat olahraga dan seni 7. UGM memperhatikan potensi masyarakat yang peduli akan kualitas pendidikan Jalur penerimaan mahasiswa melalui ujian mandiri UGM dibedakan menurut kebutuhan dan cita-cita UGM yang tidak hanya terpaku pada kemampuan akademik saja seperti yang tercermin pada materi tes jalur nasional. Jalur ujian mandiri UGM terus melakukan perbaikan dalam proses seleksinya, pada tahun 2007-2008 proses seleksi jalur ujian mandiri UGM meliputi Ujian Tulis (UTUL) dan Penelusuran Bibit Unggul (PBU) yeng terdiri dari Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM), Penelusuran Bibit Unggul Berprestasi (PBUB), Penelusuran Bibit Unggul Pembangunan Daerah (PBUPD), Penelusuran Bakat Olahraga dan Seni (PBOS), dan Penelusuran Bakat Swadana (PBS). UTUL merupakan seleksi PMB melalui ujian tulis dengan materi tes meliputi kemampuan akademik (kognitif) maupun faktor psikologis (non kognitif) yang
7
dilaksanakan setelah pelaksanaan ujian seleksi jalur SPMB berakhir. Jalur UTUL diharapkan dapat mengakomodir calon mahasiswa yang memiliki prestasi akademik tinggi tetapi belum lolos pada ujian SPMB. PBU merupakan jalur seleksi masuk UGM tanpa melalui ujian tulis, tidak hanya menitikberatkan pada hasil kemampuan akademik hasil belajar saat di SMA/SMK/MA saja namun penilaian terhadap faktor pendukung seleksi pada masing-masing jalur PBU. Jalur PBU diharapkan dapat mengakomodir calon mahasiswa baru berprestasi dari berbagai lapisan masyarakat dan latar belakang yang berbeda. Peserta didik yang dapat memenuhi kualifikasi diberikan kesempatan untuk mengikuti proses pendidikan di UGM dengan harapan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya sekaligus sebagai inspirator bagi peserta didik lainnya guna pencapaian prestasi akademik selama proses belajar. Laporan statistik wisuda program jenjang sarjana dan diploma UGM tahun 20102013 menyatakan bahwa rata-rata IPK lulusan mencapai 3,26 dengan masa studi 4 tahun 7 bulan. Terlihat bahwa untuk menyelesaikan studi program S1, mahasiswa membutuhkan waktu lebih dari 4 tahun dengan capaian IPK diatas 3,00, sedangkan penelitian Wijayanti (2008) menyatakan bahwa rata-rata IPK mahasiswa jalur SPMB dan UTUL UM UGM tidak berbeda nyata. Seleksi PMB Perguruan Tinggi bertujuan mendapatkan calon mahasiswa yang mempunyai kemampuan akademik untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan. Salah satu jenjang pendidikan yang menjadi persyaratan dasar dalam mencari pekerjaan adalah Perguruan Tinggi, dimana Perguruan Tinggi akan mempersiapkan calon
8
sarjana yang handal dan mempunyai keterampilan dibidangnya. Pencapaian gelar kesarjanaan (S1) tersebut membutuhkan waktu normal selama 4 tahun, tetapi dalam praktiknya mahasiswa tidak selalu dapat menuntaskan studinya dalam waktu yang tepat. Penetapan metode jalur PMB Perguruan Tinggi dengan tepat diharapkan dapat digunakan sebagai prediksi pencapaian prestasi akademik. Mahasiswa yang berprestasi lebih baik selama periode pra Perguruan Tinggi juga berprestasi lebih baik di universitas. Mahasiswa tersebut memiliki potensi untuk menguasai suasana akademik di universitas dengan lebih mudah dari pada mahasiswa lainnya (Aboma, 2009). Seleksi PMB Perguruan Tinggi digunakan sebagai prediksi hasil proses belajar. Kerlinger (1996) menyatakan bahwa banyak pihak yang mempergunakan tes untuk tujuan-tujuan prediksi guna menjaring serta memilih calon-calon yang berpotensi sukses di bidang pendidikan dan pekerjaan-pekerjaan lain. Penetapan seleksi PMB Perguruan Tinggi dapat memprediksikan keberhasilan siswa dalam setiap perlakuan proses pendidikan yang diterapkan. Pentingnya kecermatan prediksi mengandung arti bahwa hasil seleksi tersebut dapat meramalkan keberhasilan mahasiswa. Keberhasilan mahasiswa tersebut dalam jangka pendek dapat ditunjukkan oleh prestasi belajar. Wijayanti (2008) menyatakan bahwa jalur penerimaan mahasiswa baru UGM memiliki pengaruh pada capaian prestasi akademik mahasiswa. Dengan demikian, maka sistem seleksi PMB mempunyai peranan yang sangat strategis. Sistem seleksi harus dapat mengakomodasikan kepentingan Perguruan Tinggi, SMA, dan masyarakat.
9
UGM merupakan Perguruan Tinggi yang ikut berperan dalam upaya meningkatkan kualitas SDM di Indonesia. Untuk mampu berperan secara optimal UGM terus melakukan perbaikan dalam kualitas layanan mulai dari input mahasiswa berprestasi hingga proses pendidikannya. Proses input mahasiswa melalui penetapan seleksi jalur PMB yang tepat diharapkan mampu menghasilkan mahasiswa lulusan dengan prestasi akademik yang berkualitas yaitu dengan pencapaian IPK yang tinggi dan penyelesaian masa studi yang relatif cepat.
1.2
Permasalahan
Jalur PMB Perguruan Tinggi merupakan pintu utama seleksi kualitas calon peserta didik di PTN, oleh karenanya pemerintah dan PTN terus melakukan tinjauan dan perbaikan terhadap seleksi jalur PMB. Untuk mendapatkan mahasiswa berkualitas yaitu memiliki prestasi akademik baik yang ditunjukkan dengan skor nilai tes seleksi PMB di PTN yang tinggi, siap dan mampu mengikuti proses
pendidikan
untuk
mencetak
prestasi
akademik
yang
unggul,
mengembangkan peserta didik berprestasi khusus dan pengembangan SDM daerah, maka diharapkan jalur PMB di PTN dapat mengakomodir mahasiswa berprestasi dari berbagai latar belakang yang berbeda. Penetapan jalur PMB di PTN masih mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan kebijakan pemerintah dan PTN. Hal tersebut sengaja dilakukan oleh pemerintah dan PTN untuk perbaikan secara berkelanjutan dan pengembangan SDM daerah. Kondisi ini dapat mengganggu kesiapan calon peserta didik dalam menghadapi tes ujian masuk PTN. Banyak siswa yang berjuang keras bertransisi dari SMA ke
10
Perguruan Tinggi, sehingga perlu adanya penetapan jalur yang jelas bagi siswa SMA sampai dengan kelulusan di PTN. Jalur PMB melalui ujian mandiri UGM bertujuan untuk mengakomodir calon peserta didik secara berkelanjutan dengan keberagaman latar belakang potensi akademik, non akademik, ekonomi, prestasi, dan motivasi, sehingga timbul pertanyaan : 1. Apakah terdapat perbedaan pencapaian prestasi akademik yaitu IPK dan masa studi dilihat dari jalur PMB UGM melalui SPMB, UTUL, dan PBU? 2. Apakah jalur PMB melalui ujian mandiri UGM merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan mahasiswa dengan prestasi akademik berupa pencapaian IPK yang tinggi dan masa studi yang relatif lebih cepat?
1.3 1.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan prestasi akademik yaitu IPK dan masa studi dilihat dari jalur PMB UGM melalui SPMB, UTUL, dan PBU.
2.
Untuk mengkaji sistem jalur PMB UGM melalui SPMB, UTUL, dan PBU.
1.4
Manfaat Penelitian
UGM sebagai salah satu universitas terbesar di Indonesia dengan visi sebagai Perguruan Tinggi nasional berkelas dunia yang inovatif dan unggul, diharapkan mampu membangun kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pendidikan dari input, proses dan output. Dari tiga jalur PMB UGM terlihat adanya perbedaan instrumen tes dan tujuan seleksi. Penelitian ini diharapkan
11
dapat memberikan informasi kepada UGM dan masyarakat mengenai pengaruh penetapan jalur PMB terhadap pencapaian prestasi akademik. Selain itu juga memberikan informasi bahwa jalur PMB melalui ujian mandiri UGM dapat menjadi instrumen dalam peningkatan mutu prestasi akademik mahasiswa dari berbagai lapisan masyarakat dan latar belakang yang berbeda guna penanaman kepercayaan kepada masyarakat dan stakeholder terhadap kualitas seleksi PMB di UGM. Pengetahuan tentang pengaruh penetapan jalur PMB terhadap pencapaian prestasi akademik dapat sebagai masukan guna perbaikan manajemen PMB selanjutnya. Penetapan jalur PMB yang tepat diharapkan UGM mampu mendapatkan calon peserta didik yang berkualitas sehingga dapat menghasilkan prestasi akademik yang baik selama proses belajar.