Menulis Sejak Dini: Langkah Awal untuk Menjadi Manusia Bernilai Oleh: Gun Gun Gunawan Menulis adalah salah-satu dari keterampilan berbahasa yang sangat penting sebagai bagian dari upaya penyebarluasan dan pengembangan ide dan gagasan 1. Seorang penulis yang baik, mampu menyampaikan gagasan dengan baik pula. Amatlah pantas, jika di negara-negara maju pendidikan di sekolahnya, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi meletakkan kewajiban menulis sebagai sebuah kewajiban yang harus ditempuh2. Tidak berlebihan memang, karena lingkungan pendidikan khususnya perguruan tinggi sudah sepantasnya menjadi pusat keberilmiahan yang banyak menghasilkan karya tulis, baik karya ilmiah karya fiksi. Beberapa pendapat mengatakan bahawa tingkat kecerdasan suatu bangsa akan terlihat dari jumlah karya tulis yang terbit setiap tahunnya 3. Namun, fakta menunjukan bahwa jumlah karya tulis yang terbit di Indonesia tiap tahunnya tidak sebanyak di Malaysia dan Singapura. Padahal kita tahu bahwa Kedua negara tersebut jumlah penduduknya jauh sedikit dibanding jumlah penduduk Indonesia. Ini menujukan tingkat budaya menulis di negara kita masih rendah. Mahasiswa, sebagai bagian civitas akademika kampus seharusnya mampu menghasilkan karya tulis dalam rangka menuangkan ide dan gagasannya. Namun, penulis banyak menjumpai teman-teman mahasiswa yang kesulitan untuk menulis, termasuk di dalamnya menulis karya ilmiah. Ketika ada tugas membuat makalah, atau paper, mereka sering kelabakan. Padahal, sebenarnya mereka tidak terlepas dari kegiatan menulis. Kemunculan media sosial seperti Facebook, Twitter, BBM, dan sejenisnya menjadikan orang terus-menerus menulis. Sayangnya, aktivitas menulis di media sosial itu tidak terorganisir dengan baik dan hanya tulisan yang tidak bermutu. Mengapa kebanyakan mahasiswa kesulitan kalau dihadapkan dengan menulis? Jawabannya sederhana. Karena mereka tidak terbiasa membuat tulisan berkonsep, maksudnya menulis sesuatu yang bermanfaat. Maka, perlu ada pembiasan menulis bagi 1
Rahmiati, 2014, Problematika Mahasiswa dalam Menulis Karya Ilmiah, Makasar: Jurnal Al Hikmah Vol. XV Nomor 1/2014, hal. 90 2 Pujiono, Setyawan, TT, Konsep Dasar Menulis, Internet, hal. 1 3 O.p Cit.
bagi siapapun terutama mahasiswa untuk membiasakan diri menulis sesuatu yang bermanfaat. Menulis merupakan seni mendayung gagasan, ide, atau pemikiran di tengah lautan berupa karya tulis. Pekerjaan ini membutuhkan ketekunan, keuletan dan ketelatenan tinggi. Hal ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya pembiasaan. Karena sebenarnya, menulis itu bukan bakat, tapi pembiaasaan. Bisa karena biasa, begitu kata pepatatah. Dan ini benar adanya. Semakin terbiasa orang menulis,maka semakin mudah baginya untuk menuangkan ide dan gagasan terbaiknya. Karena menulis membutuhkan pembiasaan, maka perlu dibiasakan sedini mungkin. Yaitu sejak usia kanak-kanak. Secara psikologis, masa kanak-kanak-dimulai pada usia lima tahun-adalah masa keemasan dalam perekembangan anak. Pada usia ini anak mulai mulai peka dan kritis dan sudah memiliki kesiapan untuk belajar4. Maka tidaklah salah jika anak-anak usia tersebut (usia kanak-kanak), terutama anak usia Sekolah Dasar untuk dibiasakan menulis. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan strategi untuk membuat anak terbiasa menulis. Misalnya dengan membuat “catatan tentang aku”, membuat “buku kejadian”, dan membuat postcard bergambar5. Semua ini akan melatih anak belajar menulis dari hal-hal kecil seperti tentang diri anak itu sendiri. Membiasakan anak menulis, akan melatih mereka terbiasa membaca. Secara otomatis orang yang sering menulis akan memerlukan banyak bacaan untuk memperkaya tulisannya. Begitu juga anak-anak. Karena memang keterampilan menulis harus sejalan dengan keterampilan membaca. Itu sebabnya anak yang sudah terbiasa membaca akan menambah perbendaharaan katanya sehingga akan lebih mudah untuk merangkai kata-kata dibandingkan dengan anak yang tidak gemar membaca. Manfaat yang kita peroleh bila terbiasa melakukan ini adalah hal yang luar biasa. Anak akan terbiasa menuangkan pikirannya ke dalam kertas, mengorganisasikan pemikirannya, dan menyatakan perasaannya tentang apa yang dialami dalam bentuk tulisan6. Menulis adalah aktivitas yang mampu membuat seseorang lebi brilian. Menurut pakar profesor jurnalisme di Florida A&M University, Gerald Grow Ph.D, bahwa di dalam aktivitas menulis terkandung proses kecerdasan majemuk (multiple intelligence).
4
Mashar, Riana. 2011, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, Jakarta: Kencana, hal. 10. http://bimba-aiueo.com/ /Tumbuhkan Minat Menulis Anak Sejak Dini.htm 6 Ibid. 5
Misalnya bila dilihat dari kecerdasan interpersonalnya bahwa penulis akan sensitif terhadap perasaan orang lain (empati). Dari sudut pandang kecerdasan bahasa, si penulis akan memiliki kemampuan bertanya dan menjawab tentang sebab akibat terhadap proses terjadinya sesuatu dan mengolah kata-kata. Ketika penulis berpikir tentang sebab akibat, ia menggunakan kecerdasan logikanya. Lalu adapula kecerdasan naturalis, dimana penulis mengenali sifat-sifat benda alam dan peka dalam mengamati alam. Selain itu ada pula kecerdasan visual spasial/ruang, yaitu kemampuan mempersepsikan apa yang dilihat7. Dengan demikian, berlatih menulis sejak dini akan membuat sesorang lebih briliant, baik di masa kanak-kanak maupun saat dewasa. Ada pribahasa yang berbunyi “belajar diwaktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar di waktu besar bagai mengukir di atas air”. Tampaknya pribahasa ini berlaku juga untuk menulis. Ketika sesorang mulai menulis sejak kecil, mungkin orang tersebut akan mengalami kesulitan. Tetapi, karena terbiasa ia akan mendapatkan kemudahan dalam menuangkan ide-idenya. Lebih dari itu, kemudahan itu akan ia dapatkan sampai kapanpun sampai usia senjanya. Karena ini diibaratkan seperti mengukir di atas batu. Mungkin orang akan merasa kesulitan saat mengukirnya, tetapi hasilnya akan abadi. Begitu juga ketika belajar menulis di usia dewasa. bisa saja orang akan mudah mengerti bagiaman cara menulis yang baik berikut kaidah-kaidahnya. Tetapi kemungkinan sebagian besar akan sulit untuk memperaktikannya. Perlu disadari bahwa menulis itu memerlukan dengan pembiasaan dan proses. Kalau tidak biasa, sefaham apapun orang akan kaidah dan tata-cara menulis yang baik ia akan kesulitan dalam memperaktikannya. Anak-anak yang sudah terbiasa menulis sejak kecil selain memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan wawasan yang luas, kelak ia akan mendapatkan kemudahan dalam hidupnya. Contoh kecil, misalnya saat ia kuliah. Ia tidak akan kesulitan untuk menulis tugas-tugas kuliah seperti makalah dan laporan penelitian. Ia juga akan dengan mudah mendapatkan beasiswa. Kita ketahui bahwa kebanyakan beasiswa-baik di dalam maupun di luar negeri-selalu men-syaratkan esai. Belum lagi ada beberapa beasiswa yang mensyaratkan proposal. Selain itu, ia akan dengan mudah memberikan kemanfaatan kepada khalayak banyak melalui karya-karyanya yang menginspirasi. Ia 7
Ibid.
bisa menulis di media, maupun di dalam buku untuk berbagi ilmu-ilmu yang didapatkannya kepada masyarakat umum. Karena menulis adalah langkah awal untuk menjadi manusia bernilai. Ketika kita orang menulis, tentu ia akan banyak membaca untuk memperkaya tulisannya. Dengan membaca ia akan banyak tahu. Dan dengan banyak tahu, akan banyak solusi. Dan Allah-pun menurunkan perintah membaca disertai penjelasan bahwa Ia mengajrkan manusia dengan perantaraan pena. Artinya ada hubungan yang kuat antara menulis dan membaca. Dengan membiasakan menulis sejak dini, selain membiasakan diri untuk menjadi manusia yang briliant dan berwasan luas, juga membiasakan diri untuk bermanfaat bagi sesama. Dengan menulis, orang akan tetap bermanfaat dan tetap hidup meskipun orang itu sudah meninggal. Ketika orang lain namanya hanya tertulis di batu nisan, maka seorang penulis, namanya akan ditulis dengan tinta emas di sampul-sampul buku, jurnal, dan katalog-katalog. Namanya akan tetap abadi bersama pahalanya yang terus mengalir untuk dirinya. Nabi SAW bersabda “Jika anak Adam meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): shadaqah jariyah, dan doa anak shaleh (yang selalu mendoakan kdua orang tuanya)” (HR: Bukhari-Muslim). Wallahualam.
Daftar Pustaka Hs, Lasa. 2005. Gairah Menulis. Yogyakarta: Alinea. Mashar, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta: Kencana. Pujiono, Setyawan. TT.Konsep Dasar Menulis. Internet. Rahmiati, 2014. Problematika Mahasiswa dalam Menulis Karya Ilmiah. Makasar: Jurnal Al Hikmah Vol. XV Nomor 1/2014. Internet:
http://bimba-aiueo.com/ /Tumbuhkan Minat Menulis Anak Sejak Dini.htm. Diakses 30/11/2014 13:32;51.
,