Menulis dan Menerbitkan Artikel Ilmiah Populer…, Siapa Takut?
Dr Is Helianti MSc (Dipresentasikan dalam kuliah Paska Sarjana Jurusan Kesehatan Lingkungan, FKM-UI, dan Bincang-bincang on line PIP-PKS Jerman)
Tentang Menulis Menulis = Bakat? Ya Menulis = Kemauan? Ya Jika “mengarang” (menulis karya sastra): >Menceritakan hal sederhana namun mampu menyentuh jiwa, >Menceritakan hal biasa tetapi kemudian menginspirasi, >Membuat hasil tulisan menjadi berjiwa Memang tidak semua orang bisa! Contoh: beberapa sastrawan!
Tentang Menulis Menulis = Bakat? TIDAK! Menulis = Kemauan? YA! Jika tidak menyangkut karya sastra. Kita semua bisa! Contoh: menulis skripsi!
Persamaan: Kunci agar dapat menulis adalah:
Berlatih!
>Menulis tidak punya teori khusus. >Menulis tidak bisa hanya dengan membaca. >Menulis tidak bisa hanya dengan mendengar. >Menulis tidak bisa hanya dengan mengikuti kuliah. >Menulis hanya bisa dengan berlatih menulis, menulis, dan menulis
Menulis dalam tinjauan Dakwah:
Dakwah melalui tulisan telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, para shahabat, dan salafus shalih. Rasulullah SAW menerima pampasan tawanan Quraisy dalam Perang Badar dalam bentuk mengajar anak-anak orang Islam membaca. Rasulullah SAW menunjuk beberapa orang sahabat yang pandai menulis sebagai juru tulis wahyu seperti Ali, Usman, Abu Bakar, Umar. Karena itu, tanpa budaya tulis, niscahya Al Quran tidak akan sampai kepada kita. Tanpa budaya tulis, niscahya hadits-hadits Rasulullah, karya para ulama klasik tak akan menjadi sumber ilmu sampai sekarang Tanpa budaya tulis, niscahya Islam tidak akan dianut oleh seperempat penduduk planet bumi
Budaya lisan, budaya tulis, budaya ilmiah
Budaya masyarakat Indonesia: *Budaya lisan bukan budaya tulisan *Budaya gosip (“sepertinya”) bukan argumentatif/ilmiah (“berdasarkan fakta”)
Fakta: *rendahnya publikasi internasional/nasional kalangan ilmiah *rendahnya kemampuan baca murid-murid tingkat dasar *rendahnya antusiasme pada pelajaran mengarang, dll.
Bahasa tulisan sebagai alat komunikasi, aktualisasi, dan pengekspresian diri Bahasa tulisan adalah pertanda peradaban modern
Tulisan memiliki kekuatan dahsyat Tulisan telah dipergunakan oleh tokoh-tokoh dunia seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Yusuf Qardhawi, Imam Syahid Hasan Al Bana sampai tokoh nasional seperti RA Kartini, Bung Karno untuk menyampaikan ide dan gagasan mereka. Menulis diakui telah menjadi bagian dari kemajuan peradaban manusia. *Sejak manusia dapat menulis, berapa banyak pengarang, penyair, pujangga telah lahir ke muka bumi ini. *Sejak manusia dapat dapat menulis, manusia bisa dengan cepat mengembangkan teknologi yang memajukan peradaban manusia. Karena itu, aktivitas menulis adalah ikon masyarakat modern. Yaitu suatu masyarakat yang menekankan olah berpikir kritis dan skeptis. Tidak berdasar pada mitos, tapi pada rangkaian argumentasi yang diterima rasio.
Mengubah budaya lisan menjadi budaya tulisan. Mengubah budaya gosip menjadi budaya ilmiah. Adalah tanggung jawab kita yang diberi kesempatan menikmati pendidikan lebih tinggi dari kebanyakan masyarakat Indonesia pada umumnya. Khususnya: peneliti, akademisi, pendidik dll.
Bagi para akademisi dan peneliti muslim:
Memajukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu jihad utama para peneliti atau akademisi Menulis, menyebarkan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian dengan berbagai bentuknya adalah salah satu implementasi jihad ini.
Penelitian dan Menulis
Penelitian atau riset bisa diartikan sebagai usaha/kegiatan ilmiah yang sistematis dan terorganisir, terfokus pada permasalahan tertentu yang membutuhkan solusi. Kegiatan ilmiah ini mencakup proses pengamatan, pengujian dan eksperiment yang dilakukan secara sistematis, cermat, objektif, kritis, dan logis. (Witarto 2007)
Hasil Penelitian?
Didokumentasikan, dipublikasikan pada kalangan terbatas (sesama ilmuwan/peneliti) Æ karya ilmiah/saintifikÆ paper di jurnal ilmiah, dll
Didokumentasikan, dipublikasikan dan disosialisasikan ke masyarakat awam Æ karya ilmiah populer
ATAU:
Hancurkan, sehingga tidak ada sama sekali!
Diseminasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Penelitian Ilmu Pengetahuan
Penyajian secara populer
Karya ilmiah Populer
Karya Ilmiah
Motivasi menulis? >Ini adalah ladang jihad peneliti/akademisi >Merupakan aset di akhirat: Ilmu yang bermanfaat dan tidak putus pahalanya meski kita sudah tidak mungkin lagi beramal kebajikan di dunia fana >Mengikat ilmu. Lebih memahami, lebih mengkritisi dengan menulis >Transparansi dan akuntabilitas profesi >Menambah point kredit untuk karir dosen dan peneliti >Mendapat honor >Menjadi terkenal
Kiat Menulis Artikel Ilmiah Populer di Media Massa Pra-menulis: 1. Mencari inspirasi Tidak ada angin, tidak ada ribut? Mencari hal aktual? Hal yang sedang hangat? Penting bagi sejumlah besar orang? Menajamkan fokus? Ide segar dan memiliki pendekatan yang unik, radikal, nyleneh? Disukai penerbit? 2. Memilih media massa. Untuk latihan awal : Blog pribadi, media massa di internet Untuk selanjutnya: majalah atau surat kabar Pertimbangan: Honor menulis Menulis dengan tidak diminta: Rp 0-450 ribu Menulis dengan diminta redaksi: Rp 750.000,--1 000.000,3. Mengamati dan mempelajari artikel yang telah dimuat di media massa yang kita pilih 4. Membaca, melakukan penelitian, pengamatan, studi literatur, percobaan kecil, dll untuk mendapatkan data.
Proses Menulis:
Intinya: Menyajikan hal ilmiah secara populer dan mudah dimengerti! ¾
Judul yang menarik sekaligus menggambarkan isi, tetapi tidak terlalu panjang. Judul yang menarik akan
mengundang redaksi melirik tulisan kita, sehingga tulisan kita mempunyai kesempatan untuk dibaca lebih jauh.
¾
Pengantar atau bagian pembuka yang menarik sekaligus mudah dimengerti orang umum. Seperti judul, bagian awal tulisan juga memegang peranan penting agar tulisan kita dipelajari lebih lanjut oleh redaksi. Jika pembuka membosankan, maka bisa jadi redaksi menganggap seluruh tulisan juga sulit dimengerti dan membosankan.
¾Berpihak pada interest pembaca. Berpihak di sini bukan berarti mengikuti opini yang ada di dalam masyarakat kebanyakan. Namun, maksudnya menyajikan tema yang memaksa pembaca menganggap penting tema yang kita bicarakan, dengan argumentasi yang kita tulis pada artikel. Kita bisa saja memaparkan temuan baru atau perkembangan sains yang secara penelitian atau saintifik menarik.Tetapi bagi orang awam bisa berarti "so what gitu lho?", karena mereka tak memahami pentingnya tema tersebut dalam kehidupan. ¾Mencerahkan. Mencerahkan bisa berarti "up to date" (belum pernah dibahas di Harian ybs), bisa juga trend baru, atau tema/opini yang bertolak belakang dengan kelaziman yang ada. Akan tetapi, bisa juga sesuatu yang menurut masyarakat sudah diakui "benar", tetapi belum ada yang menulis dengan data ilmiah di surat kabar (misalnya artikel tentang unsur bahan pengawet dan pewarna pada jajanan pasar, dll)
¾Menggunakan kalimat yang pendek dan efektif. Kalimat yang panjang dan "beranak pinak" biasanya akan dipotong-potong menjadi beberapa kalimat oleh redaksi. Kalimat yang panjang cenderung sukar dimengerti, sehingga bisa menyebabkan redaksi malas membaca lebih teliti. Asumsikan, bahwa redaksi tidak punya cukup waktu untuk mengedit! ¾Sesedikit
mungkin menggunakan istilah ilmiah atau akademik. Pembaca koran adalah masyarakat dengan berbagai latar
belakang pendidikan, bukan masyarakat ilmiah yang berlatar belakang homogen dan spesifik. Jika ada istilah populer yang sepadan, maka dapat dipilih untuk menggantikan. Jika terpaksa harusmenggunakannya juga, maka definisikan sebelumnya secara ringkas dan mudah dimengerti. Asumsikan, bahwa redaksi tidak punya cukup waktu untuk mengedit!
¾Penyerdehanaan
konsep ilmiah/saintifik dan menghilangkan
ketidakpastian ¾Naskah tidak terlalu panjang. Biasanya spasi ganda, 4 sampai 8 halaman sudah cukup. Lebih dari itu, biasanya dikembalikan dengan alasan “naskah berkepanjangan sehingga redaksi kekurangan tempat". ¾Memasukkan
“human interest” dalam bentuk cerita, anekdot jika memungkinkan
¾Dibagi
ke dalam subjudul jika diperlukan
Analisa 1 Analisa 2 Analisa 3
Paska menulis
Mengedit, mengoreksi, dan membaca kembali tulisan
Mudah dicerna? Kalimat rancu? Kalimat efektif? Bisa dipangkas? Pengulangan kata? Kalimat terlalu panjang?
Mengirim/mempublikasi tulisan surat elektronik? Disket/CD? Print out?
Militansi dan tidak cepat menyerah. Dalam hal melakukan apa saja semangat ini memang berlaku. Tetapi, dalam hal menulis artikel dan bisa dimuat di surat kabar, semangat ini menjadi begitu bernilai. Dengan militansi yang tinggi kendala-kendala seperti kesibukan mengajar, meneliti, ujian, dll tidak akan menghalangi langkah menulis. Dengan militansi yang tinggi, kita juga tidak perlu merasa kecewa jika tulisan kita ditolak, tetapi penolakan harus terus memacu kita untuk menulis lebih baik lagi Dalam hal mempublikasikan karya tulis, kita harus berasumsi, hasil karya tulisan seseorang tidak equal dengan orang itu sendiri. Profesor yang ditolak tulisannya pun ada. Kita bisa meminta redaksi untuk memberitahukan artikel kita layak muat atau tidak, maka alasan-alasan tidak layak muat akan diberitahu oleh mereka. Ini akan menjadi bahan belajar yang baik.
Demikian beberapa kita-kiat yang mungkin bisa menjadi penyemangat dalam menulis artikel ilmiah populer. Sekali lagi, bukan berarti dengan ikut kuliah ini berarti anda sudah paham dan bisa menulis, walau anda bisa mengulang apa yang saya presentasikan sama persis di luar kepala dan mendapat nilai A untuk itu. Kuliah ini hanya menyemangati dan menginspirasi anda bahwa menulis artikel ilmiah populer pada dasarnya tidak sesulit yang anda bayangkan. Anda akan bisa menulis, jika setelah ini anda berlatih menulis, menulis, dan
menulis.