MENJADI GURU PROFESIONAL MELALUI PENILAIAN
PIDATO ILMIAH PADA PELANTIKAN SARJANA BARU TANGGAL 22 SEPTEMBER 2010
Oleh: Ratu Ilma Indra Putri
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2010 1
MENJADI GURU PROFESIONAL MELALUI PENILAIAN
Oleh Ratu Ilma Indra Putri FKIP Universitas Sriwijaya
[email protected]
Bismilahirrohmanirrohim. Yang Terhormat, Rektor Universitas Sriwijaya atau yang mewakili, Dekan sekaligus Ketua Senat FKIP Universitas Sriwijaya serta Anggota senat, Ketua Program Studi, Ketua Unit, Kepala Bagian, Kepala Subbagian, Para Dosen dan Karyawan FKIP Unsri, Terutama yang tercinta para sarjana baru beserta keluarga, serta hadirin yang berbahagia.
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Salam Sejahtera bagi kita semua. Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas semua nikmat yang telah dilimpahkanNya kepada kita semua sehingga kita dapat berkumpul di acara terhormat ini. Solawat serta salam dilimpahkan kepada junjungan kita rasulullah SAW dan para sahabatnya. Pertama-tama saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pimpinan FKIP Unsri yang telah mempercayai saya untuk menyampaikan pidato ilmiah pada acara pelantikan sarjana baru FKIP Unsri. Selanjutnya kepada para orang tua sarjana baru yang telah berhasil mendidik dan menghasilkan putraputri yang handal. Tak lupa kepada para sarjana baru yang pada hari ini akan di lepas sebagai alumni baru FKIP Unsri, hari ini bukanlah puncak keberhasilanmu melainkan awal dari perjuangan untuk menjadi guru yang professional. Untuk itu 2
izinkan saya menyampaikan pidato ilmiah dengan judul “Menjadi Guru Profesional Melalui Penilaian”.
Hadirin yang Saya Hormati, Belum lama ini, kita pernah membaca atau mendengar berita bahwa “Guru ditangkap
oleh
Densus 88”,
bagaikan
seorang teroris.
Berita
ini sangat
menghebohkan sekaligus menyedihkan. Ada apa? Mengapa? Berbagai pertanyaan muncul dipikiran, alangkah ironisnya seorang guru yang seharusnya digugu dan ditiru menjadi seorang terpidana karena membocorkan dokumen negara, yang seharusnya disimpan dengan sebaik-baiknya tapi demi membantu anak didik tercinta, dan menyelamatkan kepala sekolah dari ancaman kepala dinas. Soal UN yang merupakan dokumen negara dibocorkan. Itulah yang terjadi di negara kita. Untuk apa mengajar dan mendidik siswa selama 3 tahun, kalau akhirnya pada saat Ujian Nasional (UN) siswa diberi jawaban. Sebagai seorang guru yang profesional diharapkan
tidak akan mau kalau berbuat curang seperti yang telah dilakukan
selama ini, sehingga siswa dapat mandiri dan tidak tergantung dari kiriman sms atau “salam kasap” dari guru setiap akan memulai UN. Untuk mengurangi ketidakjujuran dalam UN, sebulan sebelum pelaksanaan UN 2010, Menteri Pendidikan Nasional Muhammmad Nuh dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) meminta 33 kepala dinas pendidikan tingkat provinsi se-Indonesia menyepakati pakta kejujuran dan kredibilitas untuk pelaksanaan UN 2010 agar bersih dan transparan. Penandatanganan pakta kejujuran dan kredibilitas tersebut juga bertujuan untuk meminimalkan kecurangan dan kebocoran soal (Republika, 28 April 2010). Strategi lain pada UN 2010, diadakan UN ulangan bagi siswa yang tidak lulus UN utama, sehingga para siswa diharapkan enggan berbuat tidak jujur dan lebih terpacu untuk mengasah kemampuannya sendiri, strategi ini mampu menekan ketidakjujuran guru sebab kalau siswa mereka sampai tidak lulus UN utama masih ada
kesempatan
satu
kali
lagi
di
UN
ulangan.
Hasil UN 2010 (tingkat SMP misalnya untuk mata pelajaran Matematika) 3
menunjukkan terjadi peningkatan kejujuran tetapi menyebabkan penurunan tingkat kelulusan UN. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru bersikap jujur dan memberikan kepercayaan kepada kemampuan siswanya
maka tingkat kelulusan siswa yang
mengikuti UN sedikit menurun (tahun 2009, yang lulus 98%,sedangkan tahun 2010, yang lulus 90%). Memang berbanding terbalik, tetapi dibalik itu ada kepuasan semua pihak yang dirasakan karena hasil yang dicapai bukanlah hasil rekayasa. Untuk itu marilah kita lebih meningkatkan kesiapan dari
siswa kita
dalam
menghadapi UN, baik persiapan secara materi maupun mental, sehingga sangatlah dibutuhkan guru-guru yang profesional untuk menghadapi pelaksanaan UN.
Hadirin dan Para Sarjana Baru yang Saya Hormati. Nasib Guru Sebelum Ada UU Guru dan Dosen Ada pepatah, guruku sayang guruku malang. Itulah ungkapan yang patut diberikan kepada nasib guru di Indonesia. Guru dipuja-puji dengan sanjungan tetapi diberi penghargaan yang tidak setimpal dengan apa yang harus dilakukannya. Pendidikan gagal guru dituding penyebabnya. Prestasi
pendidikan di tingkat dunia
jelek guru dijadikan kambing hitam. Siswa nakal guru dituding tidak bisa jadi model. Selalu guru dan guru. Guru menjadi tumpuan harapan dan sekaligus menjadi tumpuan kemarahan atas nama pendidikan di negara ini. Untuk itu marilah kita menjadi guru yang menjadi tumpuan harapan. Ibarat serdadu, guru di medan pendidikan mengemban misi memerdekakan generasi bangsa dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan. Mereka berada di garda depan dalam “menciptakan” generasi-generasi muda yang profesional, terampil, tangguh, kreatif, penuh inisiatif, bermoral tinggi, berwawasan luas, memiliki basis spiritual yang kuat, dan beretos kerja andal, sehingga kelak mampu menghadapi kerasnya tantangan peradaban. Menyikapi guru ke depan adalah guru yang profesional, pemerintah telah mengeluarkan standar kompetensi guru yang terdapat di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru salah satunya melalui penilaian. 4
Dilihat dari Kompetensi Pedagogik. 1. Setiap guru diharapkan mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Guru harus mampu menguasai teori belajar dan diterapkan dalam pembelajaran sehingga dalam pembelajaran guru dapat memberikan proses pembelajaran yang menarik dan bermakna. Misalnya untuk mata pelajaran Matematika, salah satu teori belajar yang sesuai adalah menggunakan teori belajar PMRI, dimana dalam mengajar guru menggunakan konteks/situasi yang dekat dengan siswa. Sehingga melalui konteks tersebut siswa dapat tertarik dan senang dengan Matematika. Hal ini sesuai dengan KTSP dimana tertulis bahwa dalam memulai pembelajaran harus menggunakan konteks. Namun kenyataannya, dalam mengajar guru masih menggunakan ceramah,
guru memberikan contoh soal, dan dilanjutkan dengan
memberikan latihan, sedangkan siswa hanya mencatat dan mengerjakan latihan yang soalnya hampir sama dengan contoh soal.
2. Setiap guru mampu menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Artinya guru diharapkan mampu menilai dan mengevaluasi proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Namun yang terjadi di lapangan salah satu masalah saja yaitu masih banyak guru yang tidak mampu membuat instrumen untuk menilai tersebut. Guru kurang mampu membuat soal-soal yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuannya, sehingga siswa kita hanya mampu pada soal level rendah (c1, c2) seperti soal matematika berikut: Hasil dari 294 x 12 + 3.231 =.... Bagaimana kalau kita bandingkan dengan soal berikut: Pada hari Minggu di dalam kebun binatang telah ada 5.675 orang pengunjung. Pada siang hari datang lagi 12 bus yang masing-masing berisi 46 orang pengunjung. Berapa orang pengunjung kebun binatang pada hari Minggu? Bukan tidak mungkin guru jarang bahkan ada yang tidak pernah memberikan soal-soal yang menantang (pemecahan masalah). Dari hasil wawancara penulis 5
dengan para guru selalu dengan jawaban yang sama yaitu takut kalau kurikulum tidak selesai. Kalau begitu kapan siswa kita dapat dilatih dengan soal yang selalu mereka temui di kehidupan mereka. Padahal guru harus mampu mengembangkan materi, menilai yang tepat, serta senantiasa mengembangkan wawasannya. Untuk itu diharapkan guru mampu membuat atau meramu soal-soal yang membuat siswa berpikir sehingga mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupannya. Dilihat dari Kompetensi Profesional. 1. Setiap guru menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Seorang guru harus menguasai materi yang diberikan kepada siswa, walaupun tidak sedikit guru yang tidak menguasai materi yang akan diajarkan sehingga waktu pada proses pembelajaran hanya dihabiskan untuk mencatat atau diisi dengan ulangan mendadak dengan alasan yang tidak jelas. Selanjutnya guru kurang mampu membuat materi penilaian yang akan diberikan ke siswa. Seperti butir soal yang dibuat untuk mengukur kemampuan siswa sesuai dengan indikator yang akan dicapai. 2. Setiap guru mampu mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, walaupun pada kenyataannya hampir semua guru belum mampu mengembangkan materi. Yang terjadi adalah hanya tergantung dengan buku paket yang dibeli dari penerbit. 3. Setiap guru mampu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dimana hendaknya guru mampu menilai dan memperbaiki hasil pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Melalui
PTK
guru
dapat
mengetahui
bagaimana
cara
memperbaiki/menyelesaikan masalah yang dihadapi di kelas. Kalau dilihat dari kompetensi kepribadian, hendaknya guru mampu menilai kinerja diri sendiri melalui berpikir cepat untuk melakukan tindakan dalam mengatasi masalah sehingga guru dapat meningkatkan kemampuannya baik cara mengajar, materi pelajaran dan butir soal yang akan diberikan serta penilaian agar guru mengetahui ketuntasan belajar siswanya dengan baik. Sedangkan kalau dilihat dari kompetensi sosial sebagai dampak pengiring, adanya kolaborasi dalam melakukan PTK, hal ini sangat dibutuhkan bagi seorang 6
guru
sehingga
secara
bersama-sama
dapat
saling
tukar
pikiran
dalam
mengembangkan materi pelajaran dan butir soal yang digunakan melalui kegiatan MGMP, lesson study atau kegiatan lainnya. Indonesia sangat membutuhkan guru-guru yang profesional, berkualitas dan berintegritas seperti yang disebutkan di atas. Pendek kata, guru yang profesional harus selalu ”mengecas” diri atau menambah pengetahuan melalui berbagai training dan seminar secara berkesinambungan. Hadirin yang Saya Hormati. Penilaian Proses dan Hasil Belajar Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, dimana standar penilaian pendidikan adalah yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Sedangkan penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar,
memberi
bimbingan,
serta
melakukan
penelitian
dan
pengabdian
masyarakat. Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek juga dikemukakan oleh Suharsimi (1997) yang menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu. Disetiap pembelajaran diharapkan guru mampu melakukan penilaian terhadap siswanya baik pada saat proses maupun pada saat akhir pembelajaran berlangsung, namun pada kenyataannya banyak guru yang hanya memberikan penilaian pada saat akhir pembelajaran saja. Untuk itu kita dibahas mengenai penilaian proses dan hasil belajar. Pada saat penilaian proses, sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pemerintah yaitu guru menilai kemampuan siswa berkomunikasi, kemudian berargumentasi, serta kemampuan siswa dalam menjustifikasi jawaban. Untuk itu guru harus memiliki catatan penilaian siswa yang selalu siap pada saat proses berlangsung, yang sering disebut dengan teacher log. Selain itu, jawaban siswa secara tertulis melalui lembar 7
aktivitas maupun PR (Pekerjaan Rumah) dapat dikumpulkan melalui penilaian portofolio yang dikumpulkan pada file siswa masing-masing. Pada saat penilaian produk/hasil belajar siswa, seorang guru melakukan penilaian melalui tes formatif/ulangan harian. Pemberian tes formatif dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan siswa mengenai suatu topik (bagian) tertentu dari pengajaran, seperti satu unit atau satu bab dari suatu buku teks. Ada dua hal penting yang perlu disadari dalam penilaian formatif yaitu: (1) penilaian guru tidak hanya berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan semata, dan (2) penilaian formatif membantu guru merencanakan
dan menentukan
pelajaran yang membantu siswa mencapai sasaran yang tepat (Ilma, R., 2010). Dengan demikian tes formatif
berguna untuk memberikan umpan balik
kepada siswa, sudah seberapa besar penguasaan siswa dalam topik pengajaran yang telah diajarkan, sehingga melalui umpan balik dan perbaikan, semua siswa dapat mempunyai penguasaan yang baik. Untuk itu, guru yang diharapkan dapat membuat instrumen tes (formatif, sumatif) yang digunakan untuk menentukan prestasi siswa, keberhasilan proses belajar mengajar (PBM) yang dikelola guru, program pengajaran di sekolah dan sekaligus menentukan mutu pendidikan. Karena itu, dalam membuat dan mengembangkan instrumen tes, guru harus menyusunnya dengan mengetahui kriteria tes yang baik, pedoman pengembangan tes, dan teknik pemberian skor.
Hadirin dan para sarjana baru yang saya hormati, Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1) Sebagai seorang guru muda calon guru yang profesional, berani berkata tidak jika diinginkan untuk berbuat tidak jujur; 2) Persiapkan siswa dengan semaksimal mungkin melalui pemahaman konsep dan latihan yang banyak (practice makes perfect); 3) Untuk menjadi guru yang profesional harus menguasai empat kompetensi yaitu pedagogik, profesional, kepribadian,dan sosial; 4) Dalam pembelajaran hendaknya melakukan penilaian proses dan hasil belajar guna meningkatkan kualitas pembelajaran. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan dapat menjadi inspirasi
dan menambah wawasan kita khususnya para sarjana baru mengenai 8
pendidikan di masa sekarang dan akan datang. Marilah kita menyusun barisan terdepan untuk menata masa depan melalui guru yang profesional dan diharapkan. Saya tutup pidato ini dengan pantun.
Tutup pintu jangan terlalu kuat Kayunya lapuk dimakan rayap Alumni baru harus ingat Menjadi guru harus mantap
Sedang melamun di pematang Memikirkan anak seorang Selamat jalan alumniku sayang Semoga tercapai yang diimpikan Tiap derap melangkah pasti Terdengar bergema ke penjuru negeri Tuk menggapai cita-cita siapkan hati Mari kuasai empat kompetensi.... Akhirulkallam, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Diknas, (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. ____________. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Ilma, R. (2010). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Bentuk Tes Formatif terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Mengontrol Intelegensi Siswa SD di Palembang. Disertasi tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Jakarta, Jakarta. Republika, Pakta Kejujuran Ujian Nasional 2010 Ditandatangani, Rabu 28 April 2010.
9
RIWAYAT HIDUP
Ratu Ilma Indra Putri, Lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 14 Agustus 1969 sebagai putri bungsu dari enam bersaudara dari H. Abdul Aziz Djapri (Almarhum) dan Drg. Hj. Ratu Zunaina Caropeboka, Lulus dari SDN 98 di Palembang tahun 1981, SMPN 3 di Palembang selesai tahun 1984, dan SMAN 3 di Palembang selesai tahun 1987. Kemudian diterima tanpa tes di Program S1 Program Studi P. Matematika di FKIP Universitas Sriwijaya, selesai tahun 1991. Pada tahun 1999 menyelesaikan studi di Program S2 IPB pada Program Studi Statistika yang didanai BPPS. Sejak 1 Maret 2010 telah menyelesaikan Program S3 di Universitas Negeri Jakarta, Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) yang juga didanai BPPS. Riwayat pekerjaaan, diangkat menjadi dosen tetap di FKIP Unsri sejak tahun 1994 hingga sekarang. Selain mengajar di S1 FKIP Unsri, sejak tahun 2006 juga aktif sebagai dosen pada beberapa program magister di PPs Unsri khususnya pada program magister P. Matematika. Jabatan struktural sebagai Ketua Program Studi P. Matematika FKIP Unsri (2002-2006). Tugas non struktural lainnya antara lain sebagai tutor CTL Sumatera Selatan (2004-sekarang), tutor MEQIP Sumatera Selatan (2006-sekarang), tim pengembang PMRI Sumatera Selatan dan Nasional (2006 -sekarang). Penelitian yang pernah dilakukan antara lain: Pengembangan dan Pengevaluasian Perangkat Pembelajaran Statistika menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) di SLTPN 17 Palembang (Penelitian Dosen Muda. DIKTI, 2001), Studi Pembelajaran Pokok Bahasan Ukuran Pemusatan melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) (Penelitian Dosen Muda. DIKTI 2002), Pengembangan Materi Pembelajaran Pokok Bahasan Peluang melalui Pendekatan RME (Penelitian dengan Dana Rutin Unsri (2003), Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika FKIP Unsri menggunakan Pendekatan PMRI (PTK LPTK Dikti 2003, anggota). Pengembangan Model Pembelajaran Statistika menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) di SMAN 17 Palembang (Penelitian Dosen Muda. DIKTI, 2005), Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Statistika Menggunakan Pendekatan RME Di SDN 127 Palembang (2006), Pengembangan Model Pembelajaran Matematika SMP berdasarkan Teori RME dan Situsweb pendukung kurikulum 2006 (Hibah Bersaing, 2006, anggota), Model Lingkungan Belajar Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Matematika Sekolah Dasar (Hibah Kompettifi Stranas Batch II tahun 2009, Ketua), Pendesainan Website Untuk Membantu Guru Matematika Belajar Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) (Hibah Kompetitif Stranas Batch II tahun 2009, Anggota). Desain Materi Matematika Menggunakan Konteks Lokal Indonesia (Hibah Balitbang, 2010). Aktif membimbing beberapa tesis Master Pendidikan Matematika Unsri (sejak 2010). 10
Pengabdian pada Masyarakat yang pernah dilakukan antara lain: sebagai insruktur/nara sumber pemantapan CTL pada guru-guru Matematika se Sumatera Bagian Selatan sejak tahun 2004 – 2005, sebagai insruktur/nara sumber MEQIP bagi guru-guru Matematika SD se Sumatera Selatan (2006-2007), sebagai nara sumber di Diklat Agama untuk guru MI dan MTs se Sumbagsel di Palembang (2006sekarang), nara sumber Pelatihan PMRI di berbagai kota di Indonesia (2004sekarang). Nara sumber di Pelatihan Nasional Guru dan Pengawas MTs di Bandung, Serang, Palembang yang dilaksanakan oleh Departemen Agama RI bekerjasama dengan Australia Indonesia Basic Education Program (AIBEP) (2008). Penyuluhan Wajib Belajar kepada anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) se Sumatera Selatan (2005-2007), Aktif di kegiatan Pusat Kajian Wanita (PSW) Unsri (2009- sekarang). Menikah di Palembang pada tahun 1993 dengan Prof Dr. Zulkardi, M.Ikom, M.Sc. dan telah dikarunia dua putra, 1. Austin Al-Hariz (kelas XI SMAN 1 Palembang), 2. Rizha Al-Fajri (kelas 6 SD Az-Zahrah Palembang). Tempat tinggal di Perumahan Bukit Sejahtera Blok CD No. 5 Palembang.
11