Pengelolaan koperasi merupakan suatu upaya sistem kerja sama keseluruhan untuk mencapai kesuksesan ekonomi, sosial dan budaya bersama-sama. EMPAT PILAR PENGELOLAAN KOPERASI yang diungkapkan oleh Marilyn Scholl dan Art Sherwood bukanlah tentang mengubah sistem melainkan upaya baru mengelola koperasi lebih mudah diterapkan yang terdiri dari: 1. Menjadi Tim (Teaming) Pengelola koperasi harus bekerja sama secara efektif sebagai suatu tim. Untuk itu perlu dipersiapkan kesepakatan bersama terkait pekerjaan, tujuan yang jelas atas individu dan tim itu sendiri, sistem pengambilan keputusan yang efektif dan kepemimpinan dalam tim yang baik. 2. Pemberdayaan yang Akuntabel (Accountable Empowerment) Ketidakjelasan kekuasaan akan selalu menjadi masalah sehingga koperasi harus membangun akuntabilitas sistem yang jelas. Akuntabilitas disini berarti ekspektasi yang jelas, tanggung jawab yang tepat dan pemeriksaan. 3. Kepemimpinan Strategik (Strategic Leadership) Kepemimpinan strategik mengarah pada penyusunan arah dan tujuan koperasi. Bagaimana koperasi menjadi lebih efektif sesuai harapan seluruh anggota? Bagaimana koperasi dapat diterima baik dalam pasar yang ada? Bagaimana puncak pencapaian prestasi yang diinginkan? 4. Demokrasi (Democracy) Demokrasi bukan sekedar pengambilan suara. Demokrasi yang sehat memberi kesempatan para anggota untuk berperan aktif dan berubah IBNU KHAYATH FARISANU STIE Widya Praja Tanah Grogot
menjadi baik dalam organisasi. Kepemilikan dan demokrasi merupakan jantung yang membedakan koperasi dengan model bisnis lainnya. Pilar-pilar tersebut lebih menekankan pada pemahaman pengelolaan koperasi pada level perangkat koperasi: pengurus, pengawas, dan atau pengelola. Pengelolaan efektif akan diwujudkan melalui intensitas bagaimana para perangkat koperasi menerapkan nilai koperasi dalam pelaksanaan pengelolaan. Untuk lebih dapat memahami mendalam, materi akan memaparkan masing-masing pilar dalam setiap pertemuan nantinya. Untuk materi kali ini akan dipaparkan Pilar Pertama - Menjadi Tim (Teaming). --Saat ini dalam lingkungan bisnis yang kompleks dan cepat berubah, kompetisi ketat yang penuh ketidakpastian namun tuntutan konstan akan inovasi meningkatkan ketergantungan dan juga kesempatan kolaborasi dan komunikasi menjadi lebih penting dari saat sebelumnya. Menjadi tim (teaming) adalah esensi baru bagi kemampuan koperasi untuk merespon kesempatan dan meningkatkan proses internal. Dikutip dari Amy C. Edmondson dalam The Importance of Teaming (2012), Richard Hackman, psikolog Universitas Harvard, menyatakan: “Teaming
is a verb. It is a dynamic activity, not a bounded, static entity.” [Menjadi tim adalah sebuah kata kerja. Itu adalah aktivitas dinamis, bukan terbatas suatu
1/5
M
A
N
A
J
E
M
E
bentuk statis.] Menjadi tim menekankan pada kerja sama sebagai tim adalah segalanya. Perubahan tetap alami dalam pekerjaan menjadikan suatu tim dapat mudah dibubarkan secepat sebagaimana saat awal dibentuk. Seseorang bisa bekerja dalam satu tim saat ini namun mungkin dalam beberapa hari atau bahkan menit, bisa berganti di tim lainnya. Pentingkah perangkat koperasi memperhatikan hal ini? Jawabannya mudah. Menjadi Tim adalah penggerak pembelajaran organisasi koperasi. Paul Hubert Casselman dalam The Cooperative Movement and some of its Problems, dikutip dari Hendrojogi, mengatakan bahwa cooperation is an economic system with social content [koperasi adalah sistem ekonomi yang mengandung unsur sosial], dimana sebagai suatu sistem ekonomi maka koperasi harus beroperasi pada kaidah-kaidah ekonomi dan motif ekonomi sedangkan unsur sosial yang terkandung dalam prinsip koperasi bukanlah sesuatu yang bersifat kedermawanan (philantropis) melainkan lebih menekankan pada hubungan antar-anggota dan anggota dengan pengurus, hak suara, cara pembagian dari Sisa Hasil Usaha dan sebagainya. Tentu hubungan ini tidak bisa dipahami dan dipelajari koperasi ketika sebagai suatu organisasi tetapi individu di dalamnya sangat bisa. Lingkungan yang berubah dengan cepat membutuhkan individu yang paham bagaimana menjadi tim, individu yang memiliki kemampuan dan fleksibilitas dalam mengambil tindakan di suatu kolaborasi potensial kapanpun dan dimanapun terlibat. Perangkat koperasi bekerja terus-menerus secara baik dalam mengelola dan mengatur aktivitas koperasi. Ini membutuhkan kerja sama efektif sebagai satu tim. Untuk itu mencakup didalamnya kesepakatan umum keorganisasian, bebas kepentingan individu dan kelompok sendiri, sistem pengambilan keputusan efektif dan kepemimpinan efektif dalam kelompok. IBNU KHAYATH FARISANU STIE Widya Praja Tanah Grogot
N
K
O
P
E
R
A
S
I
KESEPAKATAN UMUM KEORGANISASIAN Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 25 Tahun 1992 sebagai berikut: Pasal 22 (1) Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. (2) Rapat Anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Dasar. Pasal 23 Rapat Anggota menetapkan: a. Anggaran Dasar; b. Kebijaksanaan umum dibidang organisasi manajemen dan usaha koperasi; c. Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan Pengawas; d. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi, serta pengesahan laporan keuangan; e. Pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya; f. Pembagian Sisa Hasil Usaha; g. Penggabunga n, peleburan, pembagian dan pembubaran Koperasi. ... Pasal 25 Rapat Anggota berhak meminta keterangan dan pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas mengenai pengelolaan Koperasi.
Partisipasi anggota dalam Rapat Anggota sangat diperlukan agar pemikiran dan keinginan dapat disalurkan. Akan tetapi karena Rapat Anggota merupakan suatu forum dan tidak bisa sehari-hari aktif beroperasi maka Rapat Anggota perlu memberikan kuasa kepada pengurus untuk mengelola koperasi, yang harus ditetapkan sebelumnya dalam Anggaran Dasar atau peraturan lain. Pendelegasian kekuasaan ini menjadikan Pengurus dapat bertindak atas nama anggota, sehingga para anggota harus pandai dalam menentukan pengurus.
2/5
M
A
N
A
J
E
M
E
Apabila dipandang perlu, Koperasi dapat melakukan Rapat Anggota Luar Biasa sebagaimana diuraikan di pasal 27 UU No. 25 Tahun 1992 sebagai berikut: Pasal 27 (1) Selain Rapat Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Koperasi dapat melakukan Rapat Anggota Luar Biasa apabila keadaan mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada pada Rapat Anggota. (2) Rapat Anggota Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan sejumlah anggota Koperasi atau atas keputusan Pengurus yang pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Dasar. (3) Rapat Anggota Luar Biasa mempunyai wewenang yang sama dengan wewenang Rapat Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.
Oleh karena itu, kunci keberhasilan koperasi sebenarnya terletak pada anggota, karena anggota koperasi merupakan pemilik dari koperasi dan usahanya dan berwenang mengendalikan koperasi. Rapat Anggota sebagaimana yang diatur pelaksanaannya dalam Anggaran Dasar merupakan wadah penyaluran partisipasi aktif tersebut yang pada akhirnya memberi pemahaman bersama tentang keorganisasian koperasi itu sendiri.. BEBAS KEPENTINGAN INDIVIDU DAN KELOMPOK SENDIRI Sebagaimana telah dipaparkan pada pertemuan sebelumnya bahwa koperasi dibentuk dilandasi oleh nilai-nilai sebagai berikut: 1. Menolong diri sendiri (self-help), dilandasi keyakinan bahwa setiap orang dapat dan mampu mengontrol tujuan hidup masing-masing. 2. Bertanggung jawab sendiri (self-responsibility), berarti bahwa setiap anggota bertanggung jawab terhadap koperasinya, untuk mempertahankan dan melanjutkan keberlangsungan hidupnya. 3. Persamaan hak (equality) anggota baik sebagai individu maupun kelompok yang tidak memandang status sosial dan ekonomi. 4. Keadilan (equity) dalam koperasi adalah selamanya tanpa batasan dimana setiap anggota diperlakukan sama dalam memperoleh pembagian partisipasinya. 5. Kesetiakawanan (solidarity) menjamin bahwa setiap tindakan koperasi bukan dikarenakan kepentingan pribadi tertentu. Seluruh anggota termasuk yang terkait dengan koperasi diperlakukan dengan baik. IBNU KHAYATH FARISANU STIE Widya Praja Tanah Grogot
N
K
O
P
E
R
A
S
I
Untuk menanamkan nilai-nilai tersebut maka diperlukan sistem perekrutan anggota yang terbuka. Ketika ada anggota baru yang akan bergabung, sangat diperlukan prospek detail untuk menjelaskan apa sebenarnya koperasi, termasuk nilai-nilai yang dianut di dalamnya, bukan sekedar pemaksaan pendaftaran sebagaimana yang biasa dilakukan. Akan sangat mempermudah dalam proses prospek apabila didukung oleh alat bantu presentasi, sebagaimana layaknya presentasi pemasaran produk yang dilakukan oleh perusahaan, Multi Level Marketing (MLM) misalnya. Alat bantu tidak harus canggih tetapi bisa sederhana dalam bentuk selebaran, brosur dan sejenisnya. Dengan pemahaman awal dari para anggota diharapkan dapat menjaga koperasi bebas kepentingan individu dan kelompok sendiri yang mungkin akan terjadi nantinya. Akan lebih baik bila kemudian setiap anggota menandatangani kesepakatan keanggotaan (membership agreement) agar berkekuatan hukum kuat. SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN EFEKTIF Telah dijelaskan sebelumnya meskipun Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, akan tetapi karena Rapat Anggota merupakan suatu forum dan tidak bisa sehari-hari aktif beroperasi maka Rapat Anggota perlu memberikan kuasa kepada pengurus untuk mengelola koperasi. Namun apabila ternyata pengurus kemudian mengangkat pengelola maka proses pengambilan keputusan akan sangat kompleks. Membicarakan masalah pembagian kerja antara pengurus dan pengelola maka masalahnya tidak bisa dilepaskan dari permasalahan wewenang yang dimiliki masing-masing. Kata wewenang dalam bahasa Inggris disebut authority dapat didefinisikan sebagai kebebasan untuk mengambil keputusan dan sebagai kekuatan untuk mempengaruhi agar keputusan tersebut dilaksanakan. Wewenang yang dimiliki oleh pengurus bersumber pada Anggaran Dasar hasil ketetapan dalam Rapat Anggota, sedangkan wewenang yang dimiliki oleh pengelola bersumber pada pengurus dan keahliannya di bidang yang disyaratkan.
3/5
M
A
N
A
J
E
M
E
Dalam kehidupan koperasi sehari-hari, baik pengurus maupun pengelola, banyak terlibat dalam kegiatan pengambilan keputusan. Masalahnya sekarang, jenis keputusan yang mana dan bagaimanakan yang merupakan wewenang dari pengurus atau pengelola? Hendrojogi dalam Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik menawarkan Hierarki Rencana Organisasi sebagaimana tergambar pada Bagan I. Rencana disusun dalam suatu hierarki yang sejajar dengan struktur organisasi. Pada setiap tingkat, rencana mempunyai dua fungsi: Menentukan sasaran yang harus dicapai pada tingkat yang lebih rendah; dan pada gilirannya merupakan alat untuk mencapai perangkat sasaran pada tingkat yang lebih tinggi. Dari Bagan Hierarki Rencana Organisasi dapat dibaca adanya banyak pusat-pusat pengambilan keputusan (decision yang centers) kemudian akan dapat ditentukan pusat pengambilan keputusan yang merupakan wewenang pengurus, pengelola dan atau bersama penguruspengelola -yang shared disebut decision area. Ini akan mempermudah dalam proses pengambilan keputusan sehingga lebih efektif dan IBNU KHAYATH FARISANU STIE Widya Praja Tanah Grogot
N
K
O
P
E
R
A
S
I
efisien. KEPEMIMPINAN EFEKTIF DALAM KELOMPOK Kata kepemimpinan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti perihal pemimpin atau cara memimpin. Ini telah menjadi pembahasan sejak zaman kuno hingga saat ini. Beragam definisi dan teori dikemukakan tentang formula kepemimpinan. Tak heran bila kita menggunakan kata ini dalam Google akan ditemukan 556.000 hasil. Salah satu definisi diberikan oleh Kevin Kruse dalam What is (2013) Leadership? mengatakan: Leadership is a process of social influence, which maximizes the efforts of others, toward the achievement of goal [Kepemimpinan adalah sebuah proses tentang pengaruh sosial, dimana memaksimalkan upaya orang lain untuk mencapai sebuah tujuan.]
Definisi lain diberikan Stan Kimer dari Total
Engagement Consulting by Kimer, dikutip dari Brittney Helmrich (2015), mendefinisikan: Effective leadership is providing the vision and motivation to a team so they work together toward the same goal, and then understanding the talents and temperaments of each individual and
4/5
M
A
N
A
J
E
M
E
effectively motivating each person to contribute individually their best toward achieving the group goal. [Kepemimpinan efektif menghadirkan visi dan motivasi kepada tim agar mereka bekerja bersama-sama menuju tujuan yang sama, dan kemudian memahami potensi dan temperamen setiap inidividu untuk secara efektif memotivasi masing-masing agar memberikan kemampuan diri yang terbaik untuk mencapai tujuan bersama]
Yang menarik adalah uraian tentang kepemimpinan oleh Robert T. Whipple yang mengatakan: The qualities of leadership are universal. They are found in the poor and the rich, the humble and the proud, the common man, and the brilliant thinker; they are qualities that suggest paradox rather than pattern. But wherever they are found, leadership makes things happen. [Standar kepemimpinan itu sangat universal. Itu bisa ditemukan mulai dari si miskin sampai si kaya, si rendah hati sampai si sombong, si orang biasa sampai si pemikir brilian, dimana mereka memiliki kualitas yang mungkin saling bertentangan tidak dalam pola teratur. Namun apapun itu, kepemimpinan membuat segalanya terjadi.]
Lalu bagaimana suatu kepemimpinan bisa efektif? Dikutip dari Kathy Caprino, John Manning dalam buku The Disciplined Leader: Keeping the Focus on What Really Matters menjelaskan bagaimana pemimpin efektif sesungguhnya adalah yang mengetahui dan memfokuskan pada Hal Vital (Vital Few), 20% aktivitas yang akan mempengaruhi 80% hasil akhir. Lebih dalam ia mengatakan: It is about the 80/20 Rule. Simply put, it is the 20% of activities that will drive 80% of your results. ... It is about the ability to cut through all of the “noise” and work on those activities that directly impact your goals. It is about finding success by getting yourself aligned to what really matters, the “Vital Few,” and then getting your team and organization aligned to that Vital Few. The problem is that many people are attracted to distractions or caught up in the notion that they must multi-task to be successful , while nothing could be farther from the truth.
IBNU KHAYATH FARISANU STIE Widya Praja Tanah Grogot
N
K
O
P
E
R
A
S
I
[Ini tentang aturan 80/20. Mudahnya, 20% aktivitas akan mempengaruhi 80% hasil akhirnya. Memiliki kemampuan untuk memangkas segala sesuatu yang dianggap “gangguan” (noise) dan bekerja pada aktivitas yang memiliki dapat langsung pada tujuannya. Mencapai kesuksesan dengan membiasakan diri pada apa yang harus dilakukan, hal vital, dan kemudian membawa tim dan organisasi sesuai dengan hal vital tersebut. Masalahnya, kebanyakan orang banyak tingkah, teralihkan, atau bahkan terperangkap dalam gagasan dimana mereka harus bisa banyak hal untuk menjadi sukses, dimana sebenarnya hal itu menjauhkan dari kesuksesan.]
Koperasi sebagai sebuah sistem ekonomi yang mengandung unsur sosial, agar dapat mencapai tujuan sukses yang diharapkan, haruslah memilih pengurus dan atau pengelola yang memiliki visi yang sama, mampu memahami dan memotivasi individu yang ada dalam tim yang kemudian mengarahkannya untuk pencapaian akhir yang telah ditetapkan. Tentunya dengan memilih dan memilah hal-hal mana yang penting yang menjadi hal prioritas yang berdampak langsung pada tujuan akhir nantinya. SUMBER BACAAN Amy C. Edmondson. Teaming: How Organizations Learn, Innovate, and Compete in The Knowledge Economy. 2012. http://hbswk.hbs.edu/ Brittney Helmrich. 30 Ways to Define Leadership. 19 Juni 2015. http://www.businessnewsdaily.com/3647-leadershipdefinition.html diakses 18 Oktober 2015 Hendrojogi. Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik. 2007. Jakarta: RajaGrafindo Persada. ISBN 979-421-662-3 Kathy Caprino. The One Thing That The World’s Most
Effective Leaders Have in Common, And You Can Have It Too. 17 Oktober 2015. http://www.forbes.com/ sites/kathycaprino/2015/10/17/the-one-thing-that-theworlds-most-effective-leaders-have-in-common-and-youcan-have-it-too diakses 18 Oktober 2015 Kevin Kruse. What is Leadership?. 9 April 2013. http://www.forbes.com/sites/kevinkruse/2013/04/09/whatis-leadership diakses 18 Oktober 2015 Marilyn School & Art Sherwood. Four Pillars of Cooperative Governance. Jan-Feb 2014. From Cooperative Grocer.
5/5