ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI (Perbandingan Antara Koperasi Unit Desa Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, Lembang, Jawa Barat)
OLEH :
ANDRI PURNA A14103511
POGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN ANDRI PURNA. Analisis Model Desain Organisasi pada Koperasi. Perbandingan Antara Koperasi Unit Desa Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, Lembang, Jawa Barat. (Dibawah Bimbingan LUKMAN MOHAMMAD BAGA). Di negara berkembang, pembangunan merupakan suatu keharusan yang mutlak diperlukan dan koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Setelah sarat dengan dominasi pemerintah, di akhir 1998, koperasi di Indonesia berkembang kembali ke jati diri yang sebenarnya sebagai lembaga sosial ekonomi milik masyarakat. Pengurangan dominasi pemerintah pada koperasi yang ditandai dengan pencabutan Inpres No. 4/1984 tentang KUD dan pemberlakukan Inpres No. 18/1998, merubah potret koperasi di Indonesia. Jumlah koperasi dan anggotanya, justru meningkat dari tahun ke tahun. KUD Karya Teguh merupakan koperasi yang dikembangkan dari pemerintah (top-down) melalui program KUD sedangkan KPSBU adalah koperasi yang tumbuh dari bawah (bottom-up) dalam pendiriannya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis model desain organisasi yang terdapat
pada
dua
koperasi
melalui
faktor-faktor
dalam
profil
ciri,
membandingkan apakah terdapat perbedaan desain organisasi yang terjadi pada dua koperasi melalui model desain organisasi berdasar profil ciri-ciri, sehingga dapat melihat perbandingan antara koperasi top-down dan bottom-up. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pertimbangan koperasi untuk mencapai sistem yang lebih baik dalam pelaksanaannya.
Hasil identifikasi mengenai desain organisasi menunjukkan bahwa KUD Karya Teguh desain organisasi cenderung organik, dimana semua variabel yang ada dalam faktor-faktor yang mempengaruhi profil ciri memiliki rata-rata yang menggolongkannya pada desain organik. Sedangkan pada KPSBU desain organisasi lebih beragam dimana ada 20 variabel yang cenderung mekanistik dan 31 variabel yang cenderung organik. KUD karya Teguh lebih mengarah pada sistem yang ideal dilihat dari desain organisasinya terkait dengan responden yang pembatasannya hanya pada karyawan. Melaui Independent-Samples T Test disimpulkan bahwa dari semua variabel yang ada terdapat 16 variabel yang nilai rata-ratanya tidak ada perbedaan signifikan antara kedua koperasi. Sisanya sebanyak 35 variabel didapat adanya perbedaan yang nyata antara nilai rata-rata pada KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang. Dalam perhitungan dengan menggunakan Uji Mann-Whitney terdapat perbedaan desain organisasi antara KUD Karya Teguh maupun KPSBU Lembang. Melalui pengujian diperoleh nilai kemungkinan dari ztabel lebih kecil dari α (0,05) sehingga desain organisasi kedua koperasi tidak dapat digolongkan sama pada kedua koperasi yang artinya terdapat perbedaan antara koperasi yang bottom-up dan top-down. Pada KUD Karya Teguh yang semua variabel memiliki desain organik, sebaiknya desain organisasi organik yang ada dipertahankan agar terdapat kecenderungan organisasi yang sukses didalamnya. Pada KPSBU walaupun variabel-variabel yang ada tidak menunjukkan sepenuhnya organik, namun terdapat beberapa variabel dengan nilai rataan yang tinggi yaitu rasa tanggung
jawab pada masing-masing anggota organisasi dan ketelitian komunikasi ke atas, hal ini harus dipertahankan. Variabel Komunikasi ke bawah harus lebih diperhatikan untuk tidak dimulai hanya di puncak organisasi tetapi dimulai disemua tingkat. KUD Karya Teguh yang mempunyai jumlah unit usaha yang cukup banyak dan dalam perkembangannya mengikuti pasar yang permintaanya selalu berfluktuasi, maka perlu diantisipasi dengan menerapkan manajemen yang baik agar tercipta sistem manajemen yang efektif. Pada KPSBU Lembang pembelian susu yang jelas berasal dari anggotanya yaitu peternak sapi perah dan jumlah yang dijual juga jelas dituntut disiplin dan kerja keras seluruh komponen koperasi.
ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI (Perbandingan Antara Koperasi Unit Desa Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, Lembang, Jawa Barat)
OLEH :
ANDRI PURNA A14103511
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
POGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama
: Andri Purna
NRP
: A14103511
Program Studi
: Ekstensi Manajemen Agribisnis
Judul Skripsi
: Analisis Model Desain Organisasi pada Koperasi (Perbandingan Antara Koperasi Unit Desa Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, Lembang, Jawa Barat)
Dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Menyetujui Dosen Pembimbing
Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec. NIP. 131 846 873
Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130 422 698
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN
INI
BERJUDUL
SAYA
MENYATAKAN
“ANALISIS
MODEL
BAHWA
DESAIN
SKRIPSI
YANG
ORGANISASI
PADA
KOPERASI (PERBANDINGAN ANTARA KOPERASI UNIT DESA KARYA TEGUH DAN KOPERASI PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA, LEMBANG, JAWA BARAT)” BENAR-BENAR MERUPAKAN KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA
ILMIAH
PADA
SUATU
PERGURUAN
TINGGI
ATAU
LEMBAGA MANAPUN
BOGOR, JANUARI 2006
ANDRI PURNA A14103511
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 18 Juni 1981. Berasal dari keluarga H Inderik (Alm) dan Mardianah. Pada tahun 1993 Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Muhammaddiyah 6 Palembang. Kemudian penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Palembang.dan lulus tahun 1996 Pada tahun 1999 Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Palembang. Tahun 2003 penulis lulus dari Program Diploma Tiga Universitas Padjajaran pada Program Studi Manajemen Agribisnis Pertanian. Tahun 2003 penulis diterima di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor melalui jalur umum.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tuaku yang tercinta, Bapak H.Inderik (Alm) yang bisa terus menjadi kebanggaan. Ibunda Mardianah tercinta yang tak henti-hentinya memberikan do’a dan mengajarkan untuk tegar. 2. Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan bantuannya dengan sabar dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. 3. Muhammad Firdaus, SP, MSi, selaku dosen evaluator dan penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis. 4. Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS, selaku dosen penguji utama 5. Pak Rochendi Nurya, Pak Deden, Pak Agus, Bu Rini, Bu Ayi, Pak Taryat, Bu Aat serta karyawan lainnya di KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang, atas bantuannya dalam memperoleh data primer dan data sekunder. 6. Kakak-kakakku yang terus memberikan motivasi kepada penulis. 7. Nda dan Tie sebagai inspirator di saat penelitian dan penulisan skripsi. 8. Ibu Penti yang telah mendoakan dan memberikan perhatian kepada penulis selama menempati kost.
9. Dwi Heriyanto atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar 10. Teman-teman Ekstensi atas dukungan dan bantuannya selama ini 11. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi semoga Allah membalas dan memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan untuk dianggap sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis dan pembaca
Bogor, Januari 2006
Penulis
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang ditulis mengambil topik mengenai “ Analisis Model Desain Organisasi pada Koperasi (Perbandingan Antara Koperasi Unit Desa Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, Lembang, Jawa Barat)”. Penelitian ini akan melihat model desain organisasi dari dua koperasi yang lahir dengan latar belakang yang berbeda dan membandingkan model desain dari dua koperasi tersebut. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Bogor, Januari 2006
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di suatu negara yang sedang berkembang, pembangunan merupakan suatu kebutuhan. Koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di negara berkembang, baik oleh pemerintah kolonial maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan. Berbagai peraturan perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan dengan maksud mempercepat pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan koperasi serta dukungan atau perlindungan yang diperlukan. Menurut Soetrisno (2003), ada perbedaan sejarah antara koperasi di negara-negara maju dengan di negara-negara berkembang. Di negara maju, koperasi tumbuh alami dari masyarakat sebagai jawaban terhadap ketidakadilan pasar. Sedangkan di negara berkembang, koperasi tumbuh atas inisiatif pemerintah guna menjadi mitra negara dalam mensejahterakan rakyatnya. Sedangkan di Indonesia agak unik yaitu di jaman penjajah, koperasi lahir secara alami dari masyarakat yang kemudian akhirnya didominasi pemerintah setelah era merdeka dengan diperbaharui dan diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang dasar. Dan atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus mengembangkan koperasi.
Setelah sarat dengan dominasi pemerintah, di akhir 1998, koperasi di Indonesia diharapkan dapat berkembang dengan kembali ke jati diri yang sebenarnya
sebagai
lembaga
sosial
ekonomi
milik
masyarakat,
yang
menumbuhkan kembali prakarsa masyarakat. Pengurangan dominasi pemerintah yang ditandai dengan pencabutan Inpres No. 4/1984 tentang Koperasi Unit Desa (KUD) dan pemberlakukan Inpres No. 18/1998, mengubah potret koperasi di Indonesia. Jumlah koperasi dan anggotanya justru meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan jumlah koperasi yang ada dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Koperasi di Indonesia dan Jawa Barat Tahun 1999 - 2004 Tahun
Jawa Barat ( Unit )
Indonesia ( Unit )
Persentase Jumlah Koperasi Jawa -Barat (%)
1999
14.769
89.939
16,4
2000
15.844
103.077
15,4
2001
17.146
110.766
15,5
2002
17.862
118.644
15,1
2003
18.042
123.181
14,6
2004
18.876
130.730
14,4
Sumber : Kantor Kementerian Koperasi dan UKM (2005) Tabel 1 menunjukkan perkembangan koperasi di Indonesia secara umum dan khususnya di Jawa Barat, dimana terlihat adanya perkembangan jumlah koperasi antara tahun 1999 dan 2004. Dalam kurun waktu enam tahun yaitu dari tahun 1999 sampai tahun 2004 peningkatan jumlah koperasi sebesar 45,3 persen dimana jumlahnya pada tahun 1999 sebanyak 89.939 menjadi 130.730 unit pada tahun 2004.
KUD merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan. Sebagai pusat pelayanan berbagai kegiatan perekonomian pedesaan KUD memiliki fungsi-fungsi yaitu perkreditan, penyediaan dan penyaluran sarana-sarana produksi. Fungsi lain dari KUD adalah pengelolaan dan pemasaran hasil produksi serta kegiatan perekonomian lainnya seperti perdagangan, pengangkutan dan sebagainya. Dilihat dari fungsi-fumgsi yang dijalankan, KUD bersifat serba usaha (multi purpose) yang ditujukan untuk melayani berbagai kepentingan masyarakat pedesaan. Koperasi Peternak Sapi Perah atau Koperasi Susu merupakan pilihan pada bentuk
koperasi
sebagai
wadah
kerjasama
peternak
sapi
perah
yang
dilatarbelakangi oleh kendala dalam memasarkan susu yang dihasilkan dan oleh kondisi peternak sapi perah rakyat yang pada umumnya merupakan usaha rumah tangga.
1.2 Perumusan Masalah Desain organisasi mengarah pada pengambilan keputusan manajerial untuk menentukan struktur dan proses mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi. Hasil keputusan desain organisasi ini adalah sistem pekerjaan dan kelompok kerja, termasuk proses yang menghubungkannya. Desain organisasi yang ada dapat dilihat melalui berbagai faktor dalam profil ciri sehingga model desain pada koperasi dapat diketahui.
Kinerja suatu organisasi dapat ditentukan oleh bentuk desain organisasi yang dimilikinya, hal ini berlaku juga bagi perkoperasian di Indonesia. Fenomena yang terjadi di Indonesia, menunjukkan campur tangan pemerintah yang begitu besar pada perkoperasian, khususnya KUD. Hal ini berakibat kinerja KUD belum maksimal. Suratman (2002) menyatakan hal yang menjadi kendala utama koperasi Indonesia yaitu kualitas sumber daya manusia yang umumnya relatif rendah. Hal ini mempengaruhi kemampuan koperasi dalam menjalankan fungsi dan perannya antara lain memperoleh peluang (akses) pasar dan memperbesar pangsa pasar. Program pelatihan pengembangan SDM koperasi telah banyak diselenggarakan pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Sayangnya, program pelatihan tersebut lebih banyak ditekankan pada peningkatan kemampuan manajerial, namun kurang diimbangi dengan peningkatan motivasi serta pemahaman atas jatidiri koperasi (Baga, 2002). Dengan berbagai fasilitas serta peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka pembinaan dan pengembangan KUD, maka jenis koperasi ini dapat berkembang pesat di Indonesia. Meskipun demikian kepesatan dari segi jumlah ini, belum diikuti dengan peningkatan kualitas. Hal ini ditunjukkan dengan masih lemahnya KUD dalam sumber daya manusia, modal, manajemen dan sebagainya sehingga pada umumnya belum tergolong pada kondisi mandiri. Pemberlakuan Inpres No.18/1998 mengenai peningkatan pembinaan koperasi telah menyebabkan banyak KUD tidak berfungsi khususnya tidak mampu hidup atas kemampuan sendiri.
Memasuki era globalisasi, Indonesia sebagai salah satu anggota Organisasi Perdagangan Dunia terikat untuk melaksanakan berbagai ketentuanketentuan yang sudah disepakati. Inti dari ketentuan tersebut adalah mengurangi hambatan perdagangan, pengurangan proteksi dan subsidi terhadap sektor-sektor tertentu. Dengan adanya kesepakatan itu berarti campur tangan pemerintah yang besar akan semakin berkurang. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana koperasi tersebut dapat menyesuaikan diri untuk ikut bersaing dalam pasar bebas. Masalah global juga dirasakan oleh gerakan koperasi di Indonesia. Kemampuan merespon masalah tersebut sangat tergantung pada kesiapan organisasi dari koperasi. Masalah organisasi ini sangat penting diperhatikan karena organisasi menunjukkan soliditas koperasi dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada. Selain KUD terdapat sedikit jenis koperasi pertanian di pedesaan. Salah satunya adalah koperasi persusuan. Koperasi persusuan mendapat pengecualian untuk tetap beroperasi pada saat era monopoli KUD (1984 sampai 1998). Sehingga perlu dilakukan studi terhadap kinerja organisasi antara dua jenis koperasi. KUD Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) merupakan dua jenis koperasi yang berbeda. KUD Karya Teguh merupakan koperasi yang dikembangkan dari pemerintah (top-down) melalui program KUD sedangkan KPSBU yang merupakan koperasi yang tumbuh dari bawah (bottom-up) dalam pendiriannya. Perbedaan mendasar lainnya adalah campur tangan pemerintah yang besar terhadap KUD mulai dari faktor eksternal sampai faktor internal. Sedangkan pada KPSBU sebatas pada masalah pemasaran.
Dari fenomena yang ada, menarik untuk dilakukan perbandingan antara model desain organisasi. Faktor-faktor didalam profil ciri yang menunjukkan desain organisasi dari kedua koperasi tersebut perlu dianalisis. Kedua koperasi yang berbeda ini juga akan memberikan penilaian terhadap organisasi mereka dan akan dibandingkan model desain organisasi antara keduanya.
1.3 Tujuan Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Menganalisis model desain organisasi yang terdapat pada dua koperasi yang berbeda melalui faktor-faktor dalam profil ciri. 2. Membandingkan model desain organisasi berdasar profil ciri-ciri pada dua koperasi.
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan : 1. Bagi koperasi, yakni dengan menganalisis karakteristik organisasi berdasar profil ciri-ciri organisasi maka bisa melihat sistem kerja pada koperasi tersebut, melihat bagaimana hubungan berbagai ciri dalam karakteristik terhadap tujuan dan dapat menjadi pertimbangan koperasi untuk mencapai sistem yang lebih baik dalam pelaksanaannya. 2. Bagi penulis, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat melatih dan meningkatkan pengetahuan serta menerapkan ilmu yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi. 3. Bagi mahasiswa dan perguruan tinggi, penulisan ini diharapkan dapat
menambah pengatahuan dan sebagai rujukan serta informasi untuk dijadikan bahan perbandingan dan acuan dalam melakukan studi lanjutan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koperasi 2.1.1 Definisi, Nilai dan Prinsip Koperasi Koperasi memiliki banyak pengertian yang selalu berkembang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kongres Aliansi Koperasi Internasional atau International Co-operative Alliance (ICA) ke-100 di Manchester tahun 1995 telah mengesahkan ICA Co-operative Identity Statement (ICCS). Meskipun hasil rumusan ini tidak sepenuhnya baru, namun perlu untuk lebih dihayati, khususnya bagi pelaku koperasi. Menurut Aliansi Koperasi Internasional (1995) definisi dari koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis. Koperasi bekerja berdasarkan nilai-nilai yaitu swadaya, tanggung jawab, demokrasi, kebersamaan, keadilan dan kesetiakawanan. Dalam tradisi dari pendiri-pendirinya, anggota-anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etik dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan peduli terhadap orang-orang lain. Prinsip-prinsip koperasi menurut ICA adalah garis-garis penuntun yang digunakan oleh koperasi untuk melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktek (Soedjono, 2001), terdiri dari :
1. Keanggotaan sukarela dan terbuka Koperasi adalah perkumpulan sukarela, terbuka bagi semua orang yang mampu menggunakan jasa-jasa perkumpulan dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa diskriminasi jender, sosial, politik dan agama. 2. Pengendalian oleh anggota-anggota secara demokratis Koperasi adalah perkumpulan demokratis dikendalikan oleh para anggota yang secara aktif berpartisipasi dalam penetapan kebijakan-kebijakan perkumpulan dan pengambilan keputusan-keputusan, laki-laki dan perempuan mengabdi sebagai wakil-wakil yang dipilih, bertanggung jawab kepada para anggota. Dalam koperasi primer anggota-anggota mempunyai hak suara yang sama (satu anggota satu suara), dan koperasi-koperasi pada tingkat lain juga diatur secara demokratis. 3. Partisipasi ekonomi anggota Anggota-anggota menyumbang secara adil bagi dan mengendalikan secara demokratis, modal dari koperasi mereka. Sekurang-kurangnya sebagian dari modal tersebut biasanya merupakan milik bersama dari koperasi. Anggotaanggota biasanya menerima kompensasi yang terbatas bilamana ada terhadap modal. Anggota-anggota membagi surplus-surplus untuk sesuatu atau tujuantujuan
yaitu
pengembangan
koperasi-koperasi
mereka,
kemungkinan
membentuk cadangan sekurang-kurangnya sebagian dari padanya tidak dapat dibagi-bagi, pemberian manfaat kepada anggota-anggota sebanding dengan transaksi-transaksi mereka dengan koperasi, dan mendukung kegiatankegiatan yang disetujui oleh anggota-anggota.
4. Otonomi dan kebebasan Koperasi bersifat otonom, merupakan perkumpulan yang menolong diri sendiri dan dikendalikan oleh anggota-anggotanya. Koperasi bila mengadakan kesepakatan-kesepakatan dengan perkumpulan-perkumpulan lain, hal itu dilakukan
dengan
persyaratan-persyaratan
yang
menjamin
adanya
pengendalian oleh anggota-anggota serta dipertahankannya otonomi koperasi. 5. Pendidikan, pelatihan, dan informasi Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggotaanggotanya, para wakil yang dipilih, manajer dan karyawan, sehingga mereka dapat memberikan sumbangan yang efektif bagi perkembangan koperasi mereka. Koperasi memberikan informasi kepada masyarakat umum, khususnya orang-orang muda, dan pemimpin-pemimpin opini masyarakat mengenai sifat dan kemanfaatan kerjasama. 6. Kerjasama di antara koperasi-koperasi Koperasi akan dapat memberikan pelayanan yang paling efektif kepada para anggota dan memperkuat gerakan koperasi dengan cara bekerjasama melalui struktur-struktur lokal, nasional, regional, dan internasional. 7. Kepedulian terhadap komunitas Koperasi-koperasi bekerja bagi pembangunan yang berkesinambungan dari komunitas-komunitas mereka melalui kebijakan-kebijakan yang disetujui anggota-anggotanya.
2.1.2 Bentuk Koperasi Bentuk koperasi terdiri dari koperasi primer dan koperasi sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang. Koperasi skunder meliputi semua koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi primer dan atau koperasi sekunder (UU Koperasi No.25/1992). Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi, koperasi skunder dapat didirikan oleh sejenis koperasi maupun berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal ini koperasi mendirikan koperasi sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti koperasi pusat, gabungan, induk maka jumlah tingkatan maupun penamaannya diatur sendiri oleh koperasi bersangkutan. Koperasi primer sekurang-kurangnya dibentuk oleh 20 orang. Koperasi sekunder dibentuk oleh paling sedikit tiga koperasi. Hal ini ditujukan untuk menjaga kelayakan usaha dan kehidupan koperasi.
2.1.3 Jenis Koperasi Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggota. Secara garis besar koperasi dapat dibagi menjadi dua golongan menurut Nurzain, dalam Reksohadiprojo (1998) dan dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini yaitu: 1. Koperasi Konsumsi Bertujuan agar para anggotanya dapat membeli barang-barang konsumsi dengan harga yang layak serta berkualitas baik. Untuk melayani anggotanya maka koperasi konsumsi melakukan pembelian barang-barang konsumsi keperluan sehari-hari dalam jumlah yang besar sesuai dengan kebutuhan
anggotanya dan menyalurkan barang-barang tersebut kepada anggota. Contohnya adalah koperasi karyawan yang menyediakan berbagai jenis barang untuk memenuhi kebutuhan anggota koperasi tersebut. 2. Koperasi Produksi Merupakan koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang anggota koperasi tersebut. Sebagai contoh koperasi produksi yaitu koperasi pertanian, koperasi peternak sapi perah, koperasi batik, koperasi tahu tempe dan lain-lain. Berdasarkan sifat kegunaan usahanya, masih menurut Nurzain usaha koperasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1. Koperasi Tunggal Usaha (Single Purpose) Ialah koperasi yang mengusahakan hanya satu macam kesempatan untuk memperluas usaha misalnya, koperasi kredit atau yang biasa disebut credit union atau koperasi batik. 2. Koperasi Serba Usaha (Multi Purpose) Yaitu koperasi yang menyelenggarakan usaha lebih dari satu macam kebutuhan ekonomi atau kepentingan ekonomi para anggotanya. Biasanya koperasi demikian tidak dibentuk sekaligus untuk melakukan bermacammacam usaha, melainkan makin luas karena kebutuhan anggota yang makin berkembang, kesempatan usaha yang terbuka dan sebab-sebab lain yang mungkin timbul. Contoh dari koperasi jenis ini adalah KUD, koperasi di lingkungan pegawai negeri dan lain-lain.
2.1.4 Keanggotaan dan Perangkat Organisasi Koperasi Menurut UU Koperasi No.25/1992, anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi, anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi. Sekalipun demikian, sepanjang tidak merugikan kepentingan koperasi dapat pula memberikan pelayanan kepada bukan anggota sesuai dengan sifat usahanya, dengan maksud menarik yang bukan anggota untuk menjadi anggota koperasi. Syarat untuk menjadi anggota koperasi adalah WNI yang mampu melaksanakan tindakan hukum/koperasi
yang
memenuhi
persyaratan
sebagaimana
sebagaimana
ditetapkan oleh anggaran dasar. Hal ini dimaksudkan sebagai konsekuensi koperasi. Keanggotaan
koperasi
bersifat
sukarela
dan
terbuka.
Sukarela
mengandung makna bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun. Sifat sukarela juga mengandung makna bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasinya dengan syarat yang telah ditentukan dalam anggaran dasar koperasi. Sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaannya tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun. Perangkat organisasi koperasi terdiri dari rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi dalam koperasi, pengurus (terdiri dari ketua, bendahara, dan sekertaris), pengawas. Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha. Pengelola merupakan pelaksana harian terdiri dari manajer dan staf atau pegawai. Semua penjelasan mengenai keanggotaan dan perangkat organisasi koperasi tercantum pada pasal-pasal dalam UU Koperasi No.25/1992.
2.1.5 Koperasi Unit Desa (KUD) KUD merupakan koperasi yang didirikan dengan tujuan untuk melayani berbagai kepentingan masyarakat pedesaan, bersifat serba usaha dengan wilayah kerja mencakup unit desa. Timbulnya koperasi jenis ini mempunyai latar belakang yang cukup panjang. Dalam rangka penyesuaian dengan UU No.12/1967 dilancarkan program di daerah pedesaan yang bertujuan untuk mempersatukan koperasi-koperasi yang berada koperasi-koperasi yang berada di pedesaan agar memiliki kekuatan yang lebih besar sebagai badan usaha bagi para petani. Bersamaan dengan itu, pemerintahan pada era ini juga berusaha untuk memecahkan masalah produksi pangan khususnya beras, yang dilaksanakan melalui program Bimas (Soedjono,1997) Pada awalnya konsepsi pembentukkan BUUD (Badan Usaha Unit Desa) atau KUD dimaksudkan sebagai dasar dalam penataan kembali koperasi yang telah
mengalami kemunduran pada
masa orde lama. Prioritas utama
pengembangan koperasi melalui pola BUUD/KUD ini adalah bidang pertanian terutama pangan yang berarti terkait dengan daerah pedesaan dan pelaksanaan program Bimas. Untuk memperkuat arti kehadiran BUUD/KUD ini, maka pemerintah kemudian mengeluarkan Inpres No.4/1973 tentang unit desa. Penerbitan Inpres No.4/1973 pada hakekatnya merupakan peningkatan proyek BUUD ke jenjang nasional. Dibawah Inpres ini, kegiatan BUUD/KUD masih terbatas pada penyaluran sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan dan lain sebagainya. Meskipun demikian terlihat bahwa dengan dengan Inpres No.4/1973, pemerintah bertujuan untuk mengembangkan BUUD/KUD sebagai koperasi pertanian serba
usaha. Kegiatan ini berdasarkan Inpres No.2/1978 yang menggantikan Inpres No.4/1973. Sesuai dengan Inpres 2/1978 ini, maka kegiatan BUUD/KUD tidak hanya sebatas penyaluran sarana produksi pertanian, tetapi juga mencakup usaha lain didaerah pedesaan. Dengan kata lain KUD menjadi koperasi pedesaan serba usaha. Perkembangan berikutnya untuk kebijakan KUD adalah penggantian Inpres 2/1978 tentang BUUD/KUD dengan Inpres 4/1984 tentang pembinaan dan pengembangan KUD. Dengan Inpres ini maka peranan BUUD digantikan dengan BPP-KUD atau Badan Pembimbing dan Pelindung KUD. Inpres 4/1984 menunjukkan peranan pemerintah untuk memampukan KUD melalui pembukaan kesempatan berusaha seluas-luasnya dengan penyediaan bantuan fasilitas permodalan, menyediakan kapasitas usaha dalam bentuk jaminan pasar dan jaminan harga, peningkatan pembinaan organisasi, manajemen dan kemampuan pengendalian serta pengawasan intern dan ekstern. Keberadaan KUD melalui program yang dikembangkan dari pemerintah (top-down) ditengah gerakan koperasi nasional sudah merupakan fenomena yang amat menonjol sejak awal orde baru. Dengan dukungan yang kuat dari pemerintah baik dalam bentuk peraturan dan perundangan maupun berbagai bentuk fasilitas, KUD dengan sadar hendak dikembangkan sebagai badan usaha ekonomi yang kuat dipedesaan, yang bukan saja mampu meningkatkan taraf hidup anggotanya tetapi juga sebagai sarana untuk melaksanakan program-program pemerintah. Menurut Soedjono (1997), dalam perkembangannya kemudian, tugas melaksanakan program pemerintah inilah yang lebih menonjol sehingga KUD lebih dikenal sebagai alat kebijaksanaan pemerintah. Sementara peranan anggota
baik sebagai pemilik maupun pengguna jasa belum banyak dirasakan. Berbagai upaya telah diupayakan untuk mengimbangi tugas-tugas program pemerintah tersebut dengan pemenuhan kebutuhan anggota, seperti waserda (warung serba ada) atau unit simpan pinjam. Banyak KUD yang telah berhasil mengembangkan unit-unit pelayanan kepada anggota, sehingga keberadaannya juga banyak memberi manfaat kepada anggota khususnya dan masyarakat sekitarnya pada umumnya. Kebijakan berikutnya yang muncul adalah Inpres No.8/1998 yang mencabut Inpres no.4/1984 telah menghapus legitimasi KUD sebagai organisasi tunggal ditingkat pedesaan dan menyebabkan banyak KUD tidak berfungsi khususnya yang tidak mampu untuk hidup diatas kemampuan sendiri. Peran KUD dalam pengadaan pangan dan distribusi pupuk praktis tidak berfungsi dan diambil oleh lembaga-lembaga lain, tim Dolog atau LSM dan juga para pedagang yang dulunya merupakan mitra kerja KUD. Dengan tidak berperannya banyak KUD maka struktur vertikal KUD, PUSKUD dan INKUD yang merupakan kebijaksanaan yang dibentuk pemerintah akan semakin goyah dan tingkat sekunder koperasi sudah kehilangan keterkaitan usaha dengan KUD-KUD. Karena hal itulah, tuntutan dan tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana membangun koperasi pertanian yang mempunyai basis anggota yang nyata sebagai wadah dan sarana yang efektif untuk memberdayakan anggotanya, meningkatkan kesejahteraan mereka serta berperan aktif dalam usaha dan pembangunan pertanian secara optimal.
2.1.6 Koperasi Susu Usaha peternakan sapi perah sebagai usaha rumah tangga yang semakin berkembang, baik jumlah ternak maupun rumah tangga yang mengelolanya. Demikian pula dengan para konsumen susu yang umumnya berada di kota, jumlahnya semakin hari semakin meningkat sejalan dengan pengertian yang makin luas dari masyarakat terhadap manfaat susu dan kemampuan ekonomi yang semakin meningkat pula (Soedjono, 1997). Meskipun demikian, terdapat berbagai hambatan yang mempersulit perkembangan usaha peternakan sapi perah rakyat. Lokasi peternakan yang umumnya berada di daerah pegunungan, jauh dari kota dengan kondisi jalan yang kurang baik mempersulit peternak memasarkan susunya. Sedangkan sifat susu yang cepat rusak sehingga memerlukan pemasaran yang cepat pula. Kesulitan dan kelemahan peternak dalam menghadapi masalah pemasaran ini dimanfaatkan oleh para pengumpul atau tengkulak, yang dengan modal yang cukup besar dapat memborong susu para peternak dengan harga rendah. Akibatnya tingkat hidup para peternak sapi perah lambat berkembang, walaupun mereka telah bekerja keras. Keadaan yang demikian mendorong beberapa peternak sapi perah yang berpikiran maju untuk membentuk suatu wadah kerjasama dalam usahanya untuk dapat menolong dirinya sendiri, baik dalam produksi maupun pemasarannya. Gagasan ini mendapat dukungan penuh, baik dari jawatan kehewanan maupun jawatan koperasi, sehingga dibeberapa daerah kemudian terbentuk koperasikoperasi. Pilihan pada bentuk koperasi sebagai wadah kerjasama ekonomi antar peternak sapi perah juga dilatarbelakangi oleh kondisi peternak sapi perah rakyat,
yang pada umumnya merupakan usaha rumah tangga. Koperasi susu merupakan koperasi yang tumbuh dari bawah (bottom-up) dalam pendiriannya artinya usaha yang dilakukan dimulai dari kesepakatan bersama antara para peternak sapi perah yang ada bukan merupakan koperasi yang dikembangkan dari pemerintah. Pengalaman berbagai koperasi susu pada awalnya menunjukkan ada masalah besar yang dihadapi, khususnya dalam pemasaran. Koperasi peternakan sapi perah yang pertama didirikan di Indonesia adalah Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan (GPPSIP), yaitu pada tahun1949. Karena suasana politik
dan keadaan sosial ekonomi memburuk akhirnya mulai tahun 1963,
GPPSIP menyerah dan tidak mampu lagi situasi ekonomi yang labil, sehingga tidak dapat berfungsi kembali sebagai koperasi. Koperasi-koperasi susu yang lahir berikutnya diantaranya Koperasi S.A.E (Sinau Andandani Ekonomi) Pujon tahun 1962, Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) di Pangalengan tahun 1969, Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) di Lembang tahun 1971, Koperasi Peternak Lembu Perah (KPLP) Setia Kawan di Nongkojajar tahun 1977 dan koperasi-koperasi susu lainnya. Dari berbagai pengalaman koperasi-koperasi susu yang ada dahulu, pada umumnya masalah yang ditemukan adalah dalam menghadapi Industri Pengolahan Susu (IPS) yang terdiri dari pemilik modal kuat yang berasal adari Penanam Modal Asing (PMA) maupun Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) sangat berat. Selain produksinya yang menyerbu pasar sehingga mendesak pasaran susu murni, pihak IPS pun masih enggan menerima susu murni dengan koperasi sebagai satu bahan baku produksinya. Apabila mau menerima,
jumlahnya relatif masih kecil dengan harga murah, dibawah biaya produksi peternak. Kondisi seperti yang dialami oleh koperasi susu pada awal/pertengahan dekade tujuh puluhan tidak terlepas dari kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan ekonomi. Pada Pelita I dan II bentuk usaha yang dikembangkan banyak yang bersifat cepat meghasilkan misalnya ayam ras dan sapi potong. Dalam hal ini pemerintah belum menaruh perhatian pada bidang sapi perah. Pada saat perhatian kearah persususan sudah timbul, maka kebijakansanaan pemerintah ditujukan kepada penanganan susu pasca produksi. Pemerintah memutuskan membangun IPS terlebih dahulu. Pada tahun1978 beberapa IPS sepakat untuk berperan serta secara aktif dengan mengambil susu segar dari koperasi susu. Keberhasilan koperasi susu memasuki pasaran IPS, yang berarti adanya jaminan pasar mempunyai dampak positif pada aspek lain dari pengembangan peternakan sapi perah, yaitu pada pengadaan sapi perah bibit, khususnya yang berasal dari impor. Untuk memperkuat koperasi-koperasi susu dan adanya kebutuhan terhadap suatu lembaga yang mampu memiliki aspirasi koperasi susu tingkat primer, maka koperasi-koperasi susu berupaya mewujudkan kerja sama. Akhirnya terbentuk Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) tahun 1979 sebagai organisasi koperasi susu tingkat sekunder yang berskala nasional. GKSI sebagai koperasi sekunder dari koperasi-koperasi susu bertugas untuk melaksanakan segala sesuatu yang secara sendiri-sendiri tidak bisa dilaksanakan oleh koperasi-koperasi susu anggotanya.
Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, koperasi persususan merupakan pola manajemen usaha agribisnis persusuan yang terdiri dari usaha pra-produksi, produksi dan post-produksi. Kegiatan GKSI terutama pada unsur pra produksi yang mencakup pengadaan pakan ternak, peralatan persusuan dan tehnis peternakan serta pengadaan bibit ternak sapi perah. Disamping itu juga unsur post-produksi yang mencakup pengolahan dan pemasaran susu diperhatikan GKSI. Sedangkan kegiatan usaha koperasi primer persusuan dan peternak terutama pada unsur produksi.
2.2 Organisasi Organisasi merupakan satu struktur, atau pengelompokkan yang terdiri dari unit-unit yang berfungsi secara berkaitan sedemikian rupa sehingga tersusun satu kesatuan terpadu. Organisasi adalah suatu proses interaksi dari orang-orang yang mengikuti suatu struktur tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pribadi dan tujuan-tujuan bersama (Hicks, 1975). Menurut Robbins (1999) Organisasi adalah kesatuan (entity) yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Dikoordinasikan dengan sadar mengandung pengertian manajemen, kesatuan sosial berarti bahwa unit itu terdiri dari orang atau kelompok orang yang berinteraksi, batasan yang relatif dapat diidentifikasi dicapai melalui perjanjian antara anggota dan organisasinya dan mencapai sesuatu adalah tujuan yang dicapai secara efisien melalui usaha kelompok.
Hal yang mendasar dari organisasi adalah adanya orang-orang yang berinteraksi mencapai tujuan dalam struktur dan dalam proses tertentu. Dalam hal ini ada lima kenyataan yang selalu terdapat dalam sebuah organisasi yaitu : (1) Organisasi selalu terdiri dari orang-orang, (2) Orang-orang tersebut berinteraksi satu sama lain, (3) Interaksi tersebut selalu dapat diukur atau diterangkan menurut satu struktur tertentu, (4) Setiap orang dalam organisasi mempunyai tujuan-tujuan pribadi dan berharap organisasi itu akan dapat menolongnya mencapai tujuantujuan tersebut dan (5) Interaksi tersebut juga dapat mencapai tujuan-tujuan bersama, yang mungkin berbeda tetapi berkaitan dengan tujuan-tujuan pribadi. Organisasi dapat mempunyai aneka ragam pengertian akan tetapi organisasi dapat dibedakan dari kumpulan lain dari orang-orang yaitu dari segi perilaku organisasi yang diarahkan kepada tujuan, yaitu anggota dan pengurus organisasi mengejar tujuan dan sasaran yang dapat dicapai secara lebih efektif dengan tindakan yang disetujui bersama ( Gibson et al, 1996). Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari organisasi dan memang masyarakat adalah terdiri dari organisasi-organisasi. Manusia dalam kehidupannya memang terpaksa berinteraksi, mengikuti struktur tertentu dalam rangka mencapai tujuannya, oleh karena itu organisasi merupakan bagian yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Organisasi pada dasarnya memang dibentuk untuk melayani orang-orang agar dapat memenuhi kebutuhannya dengan lebih mudah. Koperasi
sebagaimana
organisasi
pada
umumnya
memungkinkan
masyarakat mencapai tujuan tertentu yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan. Organisasi dicirikan oleh adanya tujuan dan perilakunya yang terarah
pada tujuan. Akan tetapi organisasi seperti koperasi bukan hanya alat untuk menyediakan barang dan jasa akan tetapi juga menciptakan lingkungan tempat kehidupan, artinya organisai koperasi berpengaruh terhadap perilaku anggotanya. Pada kenyataanya manusia, individu-individu tidak dapat menghindar dari organisasi, dia mesti menjadi anggota dari organisasi tertentu dan mempunyai kemungkinan untuk memanfaatkan organisasi untuk memenuhi kebutuhankebutuhannya.
2.3 Model Desain Organisasi Desain organisasi mengacu pada pengambilan keputusan manajerial untuk menentukan struktur dan proses yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi. Hasil keputusan desain organisasi ialah sistem pekerjaan dan kelompok kerja, termasuk proses yang menghubungkannya. Di antara prosesproses penghubung ini terdapat hubungan kekuasaan, jaringan komunikasi, dan berbagai tehnik khusus perencanaan dan pengendalian. Dengan demikian, desain organisasi menunjukkan pembentukan struktur yang baik sebagai wadah berlangsungnya pekerjaan organisasi. 2.3.1 Model Mekanistik Pada model ini ditekankan pentingnya mencapai produksi dan efisiensi di tingkat tinggi. Desain organisasi ini menerapkan peraturan dan prosedur yang ekstensif, wewenang yang disentralisasikan dan spesialisasi tinggi. Salah satu literatur yang membahas masalah dalam desain struktur organisasi yang merupakan salah satu dari sejumlah tugas manajerial, termasuk perencanaan dan pengendalian adalah Fayol dalam Gibson et al (1996).
Tujuannya adalah untuk menetapkan prinsip yang dapat membimbing manajer dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa prinsip Fayol berkaitan dengan fungsi pimpinan untuk mengorganisasi, dan empat diantaranya berkaitan dengan pemahaman model mekanistik. Keempat prinsip-prinsip itu adalah prinsip spesialisasi, prinsip kesatuan arah, prinsip wewenang dan tanggung jawab dan prinsip rantai skalar. Gagasan lain dalam menguraikan penerapan model makanistik adalah menurut Weber yang diacu Gibson et al (1996). Ia menciptakan istilah birokrasi. Menurutnya struktur birokratik adalah struktur yang unggul dibanding bentuk lain dalam hal ketepatan, kestabilan, keketatan disiplin, dan keterandalannya. Struktur ini memungkinkan kepala organisasi dan mereka yang berhubungan dengannya untuk memperhitungkan ketepatan hasil. Baik Fayol maupun Weber menguraikan tipe organisasi yang sama, yaitu organisasi yang berfungsi seperti mesin guna mencapai tujuan organisasi dengan cara yang sangat efisien. Oleh karena itu istilah mekanistik sangat tepat menggambarkan organisasi semacam itu. Model
mekanistik
efisien
menurut
mereka
karena
karakteristik
strukturnya. Model ini kompleks karena menekankan spesialisasi kerja, sangat disentralisasikan karena menekankan wewenang dan tanggung gugat; sangat formal karena menekankan fungsi sebagai dasar utama departemenisasi. Karakteristik dan praktik organisasi ini mendasari model organisasi yang diterapkan secara luas. Namun, model mekanistik bukan satu-satunya model yang diterapkan.
2.3.2 Model Organik Model
ini
menekankan
pentingnya
mencapai
keadaptasian
dan
perkembangan tingkat tinggi. Desain organisasi ini kurang mengandalkan peraturan dan prosedur, wewenang yang disentralisaskan, atau speasialisasi tinggi. Model organik desain organisasi merupakan kontras dari model mekanistik. Karakteristik dan praktik organisasi yang mendasari model organik sama sekali berbeda dari karakterisrtik dan praktik organisasi yang mendasari model mekanistik. Perbedaan yang paling mencolok antara kedua model itu berasal dari kriteria keefektifan yang berbeda yang ingin diusahakan sebesar-besarnya oleh masing-masing model. Jika model mekanistik berusaha untuk mencapai efesiensi dan produksi secara maksimum, maka model organik berusaha untuk mencapai keluwesan dan keadaptasian yang maksimum. Organisasi organik bersifat luwes dan dapat beradaptasi dengan tuntutan perubahan lingkungan karena desain organisasinya mendorong untuk lebih mendayagunakan potensi manusia. Para
manajer
didorong
untuk
menerapkan
praktik
supaya
mendayagunakan motivasi manusia seutuhnya melalui desain pekerjaan yang menekankan pertumbuhan dan tanggungjawab pribadi. Proses pengambilan keputusan, pengendalian, penyusunan tujuan didesentralisasikan dan dibagi rata disemua tingkatan organisasi. Komunikasi mengalir di seluruh organisasi, dan bukan semata-mata mengalir menelusuri garis komando. Semua praktik ini bertujuan untuk menerapkan asumsi dasar dari model organik yang menyatakan bahwa semua organisasi akan efektif sejauh strukturnya ”menjamin kemungkinan maksimum bahwa dalam segala interaksi dan dalam semua hubungan dengan
organisasi, setiap anggota, dengan latar belakang, nilai-nilai keinginan, dan harapannnya, akan memandang pengalaman itu suportif serta membangun dan mempertahankan rasa berharga dan rasa penting pribadi”. Desain organisasi yang menimbulkan rasa berharga dan motivasi serta mempermudah keluwesan dan keadaptasian biasanya memiliki karakteristik berikut : 1. Desain itu relatif sederhana karena tidak menekankan spesialisasi, melainkan menekankan kepada peningkatan cakupan pekerjaan. 2. Desain itu relatif didesentralisasikan karena menekankan pendelegasian wewenang dan peningkatan kedalaman pekerjaan. 3. Dan relatif formal sebab menekankan produk dan pelanggan sebagai dasar departemenisasi Salah satu pembicara dan pengembang gagasan yang mendukung aplikasi model organik yang terkemuka adalah Rensis Likert. Telaah yang dilakukan di University of Michigan telah mendorongnya untuk menyatakan bahwa organisasi organik (Likert memakai istilah Sistem 4) sangat berbeda dari organisasi mekanistik (Likert memakai istilah sistem 1) dalam kaitannya dengan sejumlah dimensi struktural. Tidak disangsikan lagi bahwa pandangan Likert banyak diikuti oleh praktikus dan ahli riset. Berbagai literatur yang berisi laporan mengenai usaha melaksanakan desain organik dalam organisasi aktual. Pendukung organisai organik yakin bahwa desain itu dapat diterapkan secara universal yaitu, mereka memandang model organik sebagai satu-satunya cara terbaik untuk mendesain organisasi.
2.4 Organisasi Sistem 4 (Organisasi Desain Organik) Merupakan
pendekatan
yang
diterapkan
secara
luas
untuk
mengembangkan karakteristik desain organik dalam suatu organisasi. Organisasi sistem 4 merupakan aplikasi penting desain organisasi organik. Menurut Likert, Sistem 4 adalah tipe ideal organisasi untuk mencapai tingkat prestasi tinggi. Dengan demikian, para manajer seyogianya mengembangkan organisasi mereka kearah karakteristik Sistem 4. Menurut Likert, organisasi dapat dilukiskan dalam hubungan nya dengan delapan ciri berikut : 1. Kepemimpinan
5. Pengambilan keputusan
2. Motivasi
6. Penyusunan tujuan
3. Komunikasi
7. Pengendalian
4. Interaksi
8. Prestasi
Lebih lanjut setiap karakteristik itu dapat diukur melalui kuesioner, yang diisi anggota organisasi. Rataan dari setiap kategori tanggapan dikalkulasi dan diplotkan untuk mengetahui profil organisasi. Untuk mendiagnosis sejauh mana suatu organisasi mendekati struktur sistem 4, Likert telah mendesain kuesioner yang berisi 51 butir pertanyaan, yang diisi oleh para pegawai suatu organisasi. Untuk lebih jelas kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Para karyawan mengungkapkan persepsi mereka sejauh mana organisasi mereka memenuhi karakteristik organisasi Sistem 4. Rataan (mean) tanggapan dikalkulasi dan diplotkan sepanjang kontinum yang melukiskan kedelapan karakteristik itu. Pada Gambar 1 ditunjukkan contoh profil dari dua perusahaan manufaktur yang berbeda.
Gambar 1. Profil Organisasi dari Dua perusahaan Manufaktur
Sumber: Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1985).
Hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan karakteristik organisasi. Dalam terminologi Likert, organisasi yang ditandai dengan garis ke kiri condong ke arah desain mekanistik (Sistem 1), sedangkan organisasi yang ditandai dengan garis ke kanan condong ke arah desain organik (Sistem 4). Apabila teori sistem 4 sahih (valid) organisasi pada bidang sebelah kanan akan lebih efektif dibandingkan dengan yang sebelah kiri. Perubahan ke arah sistem 4 mencakup upaya pengukuran keadaan organisasi pada saat keadaan sekarang melalu penggunaan kuesioner. Program pelatihan selanjutnya menekankan konsep Sistem 4 dan aplikasi konsep tersebut dalam organisasi. Menurut Likert, prestasi yang lebih tinggi biasanya akan diperoleh melalui penerapan (1) Kepemimpinan suportif yang berorientasi pada kelompok; dan (2) pemerataan wewenang, penyusunan tujuan, pelaksanaan pengendalian dan pengambilan keputusan. Meningkatnya prestasi kerja berasal dari perubahan perilaku pegawai secara positif yang ditimbulkan oleh perubahan struktur organisasi. Pada Tabel 2 diperlihatkan perbedaan pada organisasi sistem mekanistik dan sistem organik berdasarkan berbagai faktor didalamnya yaitu proses kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi. Pengambilan keputusan, penyusunan tujuan, kendali dan tujuan prestasi dimana kedua hasil dari sistem tersebut saling bertentangan satu dengan lainnya pada setiap faktor.
Tabel 2. Struktur Mekanistik (Sistem 1) dan Organik (Sistem 4) Struktur Mekanistik (Sistem 1)
Struktur Organik (Sistem 4)
1. Proses kepemimpinan tidak mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan, bawahan tidak merasa bebas untuk mendiskusikan masalah kerja dengan atasan, yang sebaliknya juga tidak meminta gagasan dan pendapat mereka.
1.
2. Proses motivasi hanya menyadap motif fisik, rasa aman, dan ekonomik melalui perasaan takut dan sanksi. Sikap tidak menguntungkan organisasi biasa terdapat di kalangan karyawan
2. Proses motivasi berusaha menimbulkan motivasi melalui metode partisipasi. Sikap pegawai terhadap organisasi dan tujuannya menguntungkan.
3. Proses komunikasi berlangsung sedemikain rupa sehingga informasi mengalir kebawah dan cenderung terganggu, tidak akurat dan dipandang dengan rasa curiga oleh bawahan.
3. Proses komunikasi berlangsung sedemikain rupa sehingga informasi mengalir secara bebas yaitu ke atas, kebawah dan ke samping. Informasi bersifat akurat dan tidak menimbulkan distorsi.
4. Proses interaksi bersifat dan terbatas; hanya pengaruh bawahan atas aktivitas dan departemental
tertutup sedikti tujuan, metode
4. Proses interaksi bersifat terbuka dan ekstensif; baik atasan maupun bawahan dapat mempengaruhi tujuan, aktivitas dan metode departemental
5. Proses pengambilan keputusan hanya terjadi di tingkat puncak organisai; keputusan relatif
5. Proses pengambilan keputusan dilaksanakan disemua tingkatan melalui proses kelompok; sifatnya relatif disentralisasikan.
6. Proses penyusunan tujuan di tingkat puncak organisasi, tanpa mendorong adanya partisipasi kelompok.
6. Proses penyusunan tujuan mendorong timbulnya partisipasi kelompok untuk menetapkan sasaran yang tinggi dan realistis.
7. Proses kendali dipusatkan dan menekankan upaya memperhalus kesalahan atas kekeliruan yang terjadi.
7. Proses kendali menyebar ke seluruh organisasi dan menekankan pemecahan masalah dan pengendalian diri sendiri
8. Tujuan prestasi tidak menonjol dan kurang diupayakan oleh para manajer yang tidak merasa terikat untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam organisasi.
8.
Proses kepemimpinan mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan antara atasan dan bawahan dalam segala persoalan. Bawahan merasa bebas mendiskusikan masalah kerja dengan atasan, yang sebaliknya meminta gagasan dan pendapat mereka.
Tujuan prestasi menonjol dan atasan berusaha mencapainya. Atasan mengakui pentingnya keikatan penuh untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam organisasi melalui pelatihan
2.5 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah variabel-variabel yang dapat dianalisis untuk mewujudkan tujuan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Penentuan pengaruh berbagai faktor dalam profil ciri organisasi dilakukan melalui literatur dan pendekatan dari berbagai sumber yang ada. 1. Variabel Penyebab merupakan variabel bebas yang menentukan jalannya perkembangan suatu organisasi dan hasil-hasil yang dicapai oleh organisasi tersebut. Variabel ini hanya meliputi variabel bebas yang dapat diubah oleh organisasi dan manajemennya. Kondisi umum dalam dunia usaha misalnya, meskipun merupakan sebuah variabel bebas tidak dimasukkan dalam daftar variabel penyebab. Variabel penyebab mencakup struktur organisasi dan kebijaksanaan-kebijaksanaan, keputusan-keputusan, strategi usaha serta kepemimpinan, keterampilan dan tingkah laku para manajer. Pada penelitian ini yang merupakan variabel penyebab adalah faktor kepemimpinan. 2. Variabel antara mencerminkan keadaan intern dan kesehatan organisasi, misalnya kesetiaan, sikap, motivasi, sasaran organisasi dan kesadaran para karyawan serta kemampuan mereka sebagai kelompok dalam mewujudkan interaksi, komunikasi dan pengambilan keputusan yang efektif. Penelitian yang dilakukan memasukkan faktor motivasi, komunikasi, interaksi, pengambilan keputusan, penyusunan tujuan, pengendalian dan prestasi sebagai variabel antara. Pada Gambar 3 ditunjukkan tahap perkembangan sebagai pengaruh penggunaan sistem mekanistik atau organik mulai dari variabel penyebab, variabel antara hingga variabel hasil akhir.
Kalau manajer memiliki ; Rencana kerja yang tertib dan rapi Sasaran prestasi yan tinggi Kemampuan tehnis yang tinggi (manajer atau pembantu staf) Dan kalau manajer mengelola dengan cara :
Variabel Penyebab
SISTEM MEKANISTIK Misalnya menggunakan tekanan hirarki secara langsung untuk memperoleh hasil, termasuk persaingan yang biasa dilakukan dan kebiasaan lainnya dalam organisasi tradisional
SISTEM ORGANIK Misalnya menggunakan prinsip yang mendukung hubungan kerjasama, metode kerjasama grup dan prinsip lain pada sistem 4
Organisasinya akan menunjukkan
Variabel antara
• Kesetiaan kelompok yan lebih rendah • Sasaran prestasi yang lebih rendah • Lebih banyak perselisihan dan lebih sedikit kerjasama • Lebih merasa ada tekanan yang berlebihan • Sikap kepada manajer yang lebih tidak baik • Motivasi untuk berproduksi yang lebih rendah
• Kesetiaan kelompok yang lebih tinggi • Sasaran prestasi yang lebih tinggi • Kerja sama yang lebih besar • Lebih merasa tidak ada tekanan yang berlebihan • Sikap kepada manajer yang lebih baik • Motivasi untuk berproduksi yang lebih tinggi
Dan organisasinya akan mencapai
Variabel hasil-akhir
• Volume penjualan yang lebih rendah • Biaya untuk menjual yang lebih tinggi • Mutu jualan yang lebih rendah • Pendapatan salesman yang lebih rendah
• Volume penjualan yang lebih tinggi • Biaya untuk menjual yang lebih rendah • Mutu jualan yang lebih tinggi • Pendapatan salesman yang lebih tinggi
Gambar 3. Urutan atau tahap perkembangan dalam sebuah usaha yang tertib dan teratur sebagai akibat pengaruh penggunaan sistem organik atau sistem mekanistik Sumber: Likert (1967)
2.6 Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian mengenai dinamika organisasi oleh Ginting (1999) mengkaji
tentang
pengaruh
faktor-faktor
dinamika
organisasi
terhadap
keberhasilan organisasi pada Koperasi Unit Desa (KUD) dan Credit Union (CU) di Sumatera Utara. Pada penelitiannya komponen organisasi yaitu tujuan organisasi, struktur organisasi, fungsi tugas organisasi, pembangunan dan pemeliharaan organisasi, kekompakkan organisasi, iklim organisasi, tekanan pada organisasi, efektivitas organisasi dan agenda terselubung organisasi dijadikan komponen sebagai faktor-faktor dinamika organisasi. Alat analisis yang digunakan adalah analisis koefisien lintas (path coefficient analysis) atau analisis lintas yang dapat menjelaskan mekanisme hubungan kausal antar peubah dengan cara menguraikan koefisien korelasi menjadi pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Harjono (2001) dalam penelitiannya mengenai efektivitas perubahan struktur organisasi dalam perusahaan menyatakan rentang kendali dalam struktur organisasi hasil pemekaran di tempat ia meneliti kurang efektif. Hal itu diindikasikan oleh ketidakjelasan penetapan wewenang manajer pemasaran serta lambannya respon oleh atasan terhadap usulan atau permohonan pertimbangan manajer pemasaran perusahaan. Keberhasilan perusahaan dalam menata struktur organisasi dapat ditinjau dari efektivitas rentang kendali dan koordinasi dalam struktur organisasinya.
Ada beberapa kendala yang menurutnya sangat berpengaruh yaitu ketidakjelasan wewenang dan tanggung jawab dalam rencana organisasi, keragaman masalah yang dihadapi, keterbatasan waktu bagi pertemuan para manajer. Dalam konteks hubungan koordinatif antar manajer ada kendala perbedaan orientasi terhadap tujuan perbedaan prioritas waktu pelaksanaan tugas, perbedaan gaya antar pribadi dan perbedaan formalitas kerja dalam perusahaan. Analisis data dilakukan dengan Proses Hirarki Analitik (PHA) yang merupakan salah satu metode dalam pengambilan keputusan melalui penelusuran terhadap kondisi suatu sistem guna dilakukan suatu prediksi. Penelitian Oktaviani (2004) mengenai koperasi menyatakan bahwa masih banyak koperasi yang belum berhasil menunjukkan kualitas keunggulannya sebagai lembaga ekonomi milik rakyat. Secara kuantitatif kinerja koperasi meningkat tetapi tidak dengan sisi kualitatifnya. Paling tidak perkembangan secara kuantitatif sudah menjadi bukti bahwa koperasi mampu bertahan dan berkembang ditengah persaingan yang ketat, bahkan pada saat krisis sekalipun. Dengan menggunakan metode analisis standar penilaian kinerja koperasi maka dapat diketahui kinerja koperasi yang diteliti secara keseluruhan, sedangkan analisis horizontal, analisis vertikal dan analisis rasio untuk melihat kondisi keuangan koperasi. Penelitiannya menunjukkan bahwa penerimaan
koperasi
dapat ditingkatkan melalui pengelolaan usaha dan kaidah bisnis yang sehat, efisiensi biaya melalui pengaturan pengeluaran yang lebih ketat, pemupukkan modal sendiri melalui peningkatan simpanan wajib dan dana cadangan sehingga solvabilitas koperasi tetap terjaga.
Susanti (2002) Mengkaji kinerja koperasi melalui tiga bidang, yaitu: (1) usaha; (2) organisasi; dan (3) keuangan untuk memperoleh gambaran utuh terhadap kinerja koperasi. Untuk penelitiannya dilakukan analisis statistik koperasi, analisis ratio dan analisis trend. Khusus untuk bidang organisasi dilakukan analisis manfaat koperasi dan partisipasi anggota. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa peningkatan jumlah koperasi dalam hal ini adalah perkembangan koperasi di bidang agribisnis pada daerah penelitian tidak berbanding lurus dengan peningkatan jumlah anggota yang diserapnya. Selain itu semakin banyak koperasi, tidak menyebabkan kinerja keuangan dan usaha koperasi menjadi lebih baik. Hal ini ditunjukkan oleh data besarnya penyerapan modal, volume usaha dan SHU yang cenderung menurun. Indikasi rendahnya kualitas organisasi ditunjukkan oleh menurunnya persentase jumlah koperasi yang melaksanakan rencana anggaran tahunan. Melalui penelitiannya pada koperasi, Artiningsari (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pengurus dan karyawan pada koperasi adalah sistem kompensasi, keamanan kerja, kondisi kerja, status kerja, kebijaksanaan dan administrasi, supervisi, hubungan kerja, prestasi, penghargaan/pengakuan,
tanggung
jawab,
pekerjaan
itu
sendiri
dan
pengembangan. Faktor Hygiene seperti sistem kompensasi, keamanan kerja, kondisi kerja, status kerja, kebijaksanaan dan administrasi, supervisi, hubungan kerja berpengaruh terhadap motivasi. Begitu pula dengan faktor motivator yaitu prestasi, penghargaan/pengakuan, tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri dan pengembangan. Peneliti menyimpulkan bahwa Teori Dua Faktor Herzberg turut
mengambil bagian dalam upaya peningkatan motivasi kerja pengurus dan karyawan. Penelitian sekarang berusaha untuk menganalisis faktor-faktor dalam profil ciri pada desain organisasi koperasi, berbeda dengan penelitian terdahulu mengenai organisaisi ataupun analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi. Untuk membandingkan nilai rata-rata dari jawaban responden digunakan analisis Compare Mean, sedangkan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan desain organisasi berdasarkan penilaian KUD Karya Teguh dan KPSBU dilakukan analisis Mann-Whitney. Analisis Deskriptif ditujukan untuk mengidentifikasi perbedaan yang terdapat pada dua koperasi. Pada penelitian sebelumnya digunakan analisis rasio, analisis indeks (trend) dan analisis vertical (common size financial statement) untuk melihat kinerja koperasi atau analisis spearman untuk melihat korelasi yang ada pada faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja.
2.7 Kerangka Operasional Terdapat berbagai masalah yang timbul dalam bidang perkoperasian. Aspek permasalahan dari faktor internal dan eksternal akan sangat mempengaruhi perkembangan sebuah koperasi. Faktor-faktor eksternal yang ada berupa kebijakan pemerintah dan profil lingkungan keadaan sosial, budaya, politik. Sedangkan yang termasuk faktor internal adalah berupa tujuan, strategi, kebijaksanaan manajerial, sikap karyawan dan sebagainya. Dalam koperasi sendiri kekuatan internal ini terletak pada Rapat Anggota Tahunan (RAT), pengurus, pengawas, manajer, karyawan dan anggota yang ketentuan umumnya telah diatur. Pada faktor internal dibutuhkan adanya manajemen yang baik dalam pelaksanaannya dan dibutuhkan desain organisasi yang baik. Faktor-faktor internal dan eksternal itu juga mempengaruhi desain organisasi pada koperasi. Dalam model desain organisasi, pada profil ciri terdapat berbagai variabel yang terdiri dari kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi, pengambilan keputusan, penyusunan tujuan, pengendalian dan prestasi. Untuk melihat profil ciri dalam organisasi dilakukan penyebaran kuesioner pada responden dan dilakukan analisis deskriptif dan analisis statistik. Dilakukan analisis perbedaan untuk melihat bagaimana model desain organisasi pada koperasi top-down dan bottom-up untuk dapat dijadikan strategi pengembangan organisasi.
Gerakan Koperasi di Indonesia Faktor Eksternal - Kebijakan Pemerintah - Profil Lingkungan (keadaan sosial, budaya dan politik) - Masalah global (perdagangan bebas)
Desain Organisasi pada Koperasi
Koperasi Top-Down
Koperasi Bottom-Up Analisis Perbedaan
Strategi Pengembangan Organisasi
Gambar 2. Kerangka Operasional
Faktor In - Tujua - Strate - Kebij - Fakto Organ 1. Kepe 2. Motiv 3. Komu 4. Intera 5. Penga 6. Penyu 7. Penge 8. Presta
BAB III METODE PENELITIAN
2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Studi Kasus pada koperasi. Studi kasus merupakan suatu studi penelitian yang intensif dan terperinci mengenai suatu objek yang dilakukan dengan berpedoman pada kuesioner dan pengamatan langsung terhadap hal-hal yang tidak tercakup dalam kuesioner. Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang latar belakang, status dari individu, serta karakter kasus, dimana dari sifat-sifat yang khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Satuan kasus dalam penelitian ini adalah pengurus dan karyawan tetap. Penelitian dilakukan pada dua koperasi yang terletak di Lembang, JawaBarat. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan koperasi tersebut mempunyai data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Pemilihan kedua koperasi ini didasarkan atas perbedaan yang ada pada kedua koperasi tersebut. KUD Karya Teguh merupakan koperasi yang dikembangkan dari pemerintah (top-down) melalui program KUD sedangkan KPSBU yang merupakan koperasi yang tumbuh dari bawah (bottom-up) dalam pendiriannya. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2005.
2.5 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data Sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan hasil wawacara dengan pengurus dan karyawan koperasi serta kuesioner terhadap responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki oleh koperasi, literatur dan informasi serta data dari instansi yang terkait.
2.5 Metode Pengumpulan Data Responden dalam penelitian adalah para pengurus dan karyawan tetap koperasi. Responden terdiri dari 52 orang untuk kedua koperasi. Pada masingmasing koperasi responden terdiri dari 26 orang dimana terdapat 1 perwakilan pengurus dan 25 karyawan tetap. Teknik pengambilan responden adalah Non Propability Sampling yaitu tehnik pengambilan contoh tidak memperhitungkan peluang atau kemungkinan unit sampling terpilih terhadap perwakilan pengurus dan karyawan tetap. Level Manajemen pada penelitian yang dilakukan tidak mencakup semua level namun lebih terfokus pada level manajer ke bawah. Pengurus koperasi yang merupakan responden adalah perangkat organisasi dimana pengurus merupakan perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui rapat anggota dan bertugas mengelola organisasi dan usaha sedangkan Karyawan merupakan pengelola koperasi yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus untuk mengembangkan usaha koperasi secara efisien dan profesional. Karyawan atau pegawai yang diberikan kuasa atau wewenang merupakan kedudukan dari pengelola sebuah koperasi.
2.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dan informasi pendukung lainnya dianalisa melalui alat analisa sebagai berikut : 3.4.1. Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk data-data yang bersifat kualitatif dan informasi-informasi lain yang relevan dengan tujuan penelitian. Penggunaan alat analisis ini disebabkan tidak semua data yang diperoleh bersifat kuantitatif. Selain itu penggambaran secara deskriptif sangat bermanfaat untuk melihat lebih jauh tentang kondisi lingkungan usaha koperasi. Profil ciri pada organisasi dalam kasus ini adalah koperasi dapat diukur dari persepsi responden melalui pertanyaan yang telah tersedia dalam kuesioner. Berdasarkan tanggapan dan penilaian dari responden kemudian disusun skor penilaian untuk melihat model
desain
organisasi pada koperasi. Rataan dari setiap kategori tanggapan dikalkulasi dan diplotkan sepanjang kontinum yang melukiskan berbagai karakteristik
untuk
mengetahui profil organisasi. 3.4.2. Analisis Statistik Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dalam bentuk jumlah dan persentase yang ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi dengan bantuan alat hitung. Selanjutnya data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan Independent-Samples T Test serta ditambah dengan informasi kualitatif yang disajikan secara deskriptif. Uji ini merupakan uji hipotesa tentang beda dua ratarata populasi (Kuswadi, 2004). Pada penelitian ini uji dilakukan terhadap data tidak berpasangan atau data bebas (Independent Observation) yang merupakan
data yang terjadinya tidak bergantung pada data lainnya. Data yang dibandingkan adalah data penilaian oleh responden terhadap profil ciri-ciri organisasi mereka dalam hal ini adalah kedua koperasi yang akan dilihat perbedaan nilai rata-ratanya pada masing-masing faktor dalam profil ciri-ciri organisasi. Rumus untuk menghitung statistik ujinya adalah : Š1 t
+
Š2
= S1 2
S2 2
n1
n2
Š = Nilai rata-rata (Mean) S = Simpangan Baku (Standar Deviation) n = Jumlah responden
Langkah-langkah penggunaan Independent-Samples T Test: 1. Mencari nilai rata-rata (Mean) ∑x X = n
2. Menentukan Simpangan Baku (Standar Deviation)
S =
∑(X–X)2 n - 1
3. Dengan menggunakan rumus, hitung nilai t 4. Menetapkan harga derajat bebas, db = n - 2 5. Membandingkan nilai t dengan melihat t
tabel
pada Tabel Prosentase titik
distribusi t untuk harga db yang bersangkutan. Jika harga ini lebih besar maka tolaklah H0
Hipotesa yang digunakan dalam pengujian nilai rata-rata pada faktorfaktor profil ciri organisasi adalah sebagai berikut : H0 : µ1 = µ2 (Tidak ada perbedaan nilai rata-rata dari jawaban responden antar KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang). H1 : µ1 ≠ µ2 (Ada perbedaan nilai rata-rata dari jawaban responden antar KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang). Keputusan Pengujian : 1. Terima H0, jika t < t tabel. Artinya tidak ada perbedaan nyata antara nilai ratarata responden KUD dan KPSBU Lembang. 2. Tolak H0, jika t > t
tabel.
Artinya ada perbedaan nyata antara nilai rata-rata
responden KUD dan KPSBU Lembang. Selain menggunakan Independent-Samples T Test, digunakan pula Uji Mann-Whitney. Pengujian dengan menggunakan Uji Mann-Whitney dilakukan untuk menguji perbedaan skor total dan melihat ada tidaknya perbedaan terhadap desain organisasi melalui profil ciri organisasi antara kedua koperasi mereka dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Pengujian ini sering dinamakan uji U karena menggunakan distribusi statistik U (Mulyono, 1991). Berikut langkahlangkah penggunaannya : 1. Menentukan harga n1 (banyak kasus dalam kelompok pertama) dan n2 (banyak kasus dalam kelompok kedua) 2. Memberikan ranking secara bersamaan terhadap skor-skor kedua kelompok itu. Untuk observasi-observasi yang berangka sama, merata-ratakan ranking yang berangka sama. Jumlahkan ranking-ranking yang ada pada tiap kelompok.
3. Menentukan harga U (jumlah peringkat) n1 (n1 + 1) U = n1n2 +
- R1 2
4. Menetapkan harga ∑ T, dimana t adalah banyaknya skor yang berharga sama t3-t ∑T=∑ 12 5. Mencari harga z n1n2 U 2 Z
= n1n2 N(N -1)
N³ - N 12
6. Jika harga observasi U memiliki kemungkinan (p) yang sama besar dengan,
atau lebih kecil dari α, tolaklah H0. Keputusan pengujian : 1. Terima H0, jika p > α, artinya tidak terdapat perbedaan terhadap desain organisasi melalui profil ciri-ciri organisasi pada kedua koperasi. 2. Tolak H0, jika p ≤ α, artinya terdapat perbedaan terhadap desain organisasi melalui profil ciri-ciri organisasi pada kedua koperasi.
Tahapan kerja pengolahan data dari kuesioner untuk menganalisis faktorfaktor dalam profil ciri kedua koperasi yaitu pemeriksaan skor pada masingmasing jawaban responden berdasarkan nilai yang diberikan pada setiap jawaban , memindahkan data dari lembar kuesioner ke tabel tabulasi dan menghitung nilai total dari masing-masing variabel dengan program komputer microsoft excel, memindahkan data ke lembar kerja untuk diolah dianalisis dengan memakai program komputer SPSS 11.5 for windows (Statistical Product and Service Solution) menggunakan Independent-Samples T Test dan Mann-Whitney Test.
BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI
4.1 Gambaran Umun KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang Strategi pembangunan ekonomi nasional diporoskan pada pembangunan kerakyatan, dimana pengusaha kecil dan menengah maupun koperasi sebagai ujung tombaknya akan saling bahu membahu dan memperkuat persatuan dan kesatuan didalam mewujudkan ekonomi yang berbasiskan kerakyatan. KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang adalah dua contoh koperasi yang mampu bertahan ditengah krisis ekonomi bangsa Indonesia untuk mewujudkan strategi pembangunan tersebut. KUD Karya Teguh didirikan pada tanggal 30 Januari 1974 di jalan Maribaya no.12 Bandung Utara. Dalam perjalanannya, KUD Karya Teguh mengalami pasang surut dan ditambah dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan membuat situsi serta kondisi ekonomi negara menjadi kurang stabil. Namun ternyata Koperasi ini masih tetap bisa bertahan melalui berbagai unit usaha yang ada. Sedangkan KPSBU pada awal berdirinya dilatari oleh sejarah yaitu sekitar seabad yang lalu, bangsa asing mulai memperkenalkan peternakan sapi perah di Lembang. Sebagai pekerja di peternakan tersebut digunakan penduduk lokal Lembang. Lama kelamaan banyak pribumi yang memiliki sapi perah sendiri, hingga akhirnya berkembang diseluruh Lembang , daerah yang dikenal sebagai sentra peternakan sapi perah di Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah peternakan, mulailah dirasakan pentingnya kebutuhan untuk memasarkan produk
susu yang dihasilkan. Walaupun banyak loper-loper susu atau usaha swasta yang menampung susu, namun peternak berada di posisi yang lemah karena harga susu yang ditetapkan oleh para loper seringkali tidak memuaskan. Maka pada tanggal 8 Agustus 1971, didorong oleh keinginan untuk memperkuat posisi tawar peternak sapi perah di Lembang, 35 orang peternak sepakat untuk bergabung dan membentuk sebuah koperasi susu. Koperasi itu dinamakan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara yang selanjutnya populer dengan singkatan KPSBU dan pada saat ini jumlah anggotanya mencapai 5797 orang. Selain sering mendapatkan pengakuan secara luas, KPSBU juga memiliki pengaruh penting sebagai salah satu pelaku dalam arena gerakan koperas nasional. Koperasi ini juga telah menyumbangkan SDM untuk organisasi sekunder, dimana beberapa wakil pengurus KPSBU Lembang duduk sebagai pengurus Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). Tabel 3 memperlihatkan berbagai perbedaan dari aspek kelembagaan, sumber daya manusia, jumlah aset, segmen pasar, teknologi yang digunakan dan unit usaha dari KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang.
Tabel 3. Aspek Kelembagaan, SDM, Jumlah Asset, Pasar, Teknologi dan Unit Usaha dari KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang Tahun 2004 Keterangan
KUD Karya Teguh
KPSBU
Aspek Kelembagaan • Anggota • Karyawan • Pengurus • Pengawas
777 Orang 120 Orang 3 Orang 2 Orang
5.797 Orang 261 Orang 2 Orang 2 Orang
Petani wilayah Bandung Utara Berbagai pendidikan dari SD sampai Perguruan Tinggi
Peternak Sapi Perah wilayah Bandung Utara Berbagai pendidikan dari SD sampai Perguruan Tinggi
Keuangan /Jumlah Asset
Rp 4,88 Milyar
Rp 22.51 Milyar
Pasar
Petani dan Masyarakat Peternak Sapi, di jual ke disekitar Bandung Utara PT. Frisian Flag dan Masyarakat
Teknologi
Penggunaan teknologi seperti sistem komputer dalam penjualan barangbarang
Sumber Daya Manusia • Anggota • Karyawan, Pengurus Dan Pengawas
Penggunaan teknologi seperti pendingin susu, penggunaan standar kualitas & komputerisasi
Perkreditan (unit simpan Pemasaran susu, unit pinjam), Distribusi (unit makanan ternak, unit listrik, ATK, Swalayan perkreditan, waserda dan Wartel), Pengolahan dan Pemasaran (sarana produksi pertanian dan peternakan) Sumber : Data olahan dari Laporan tahunan KUD dan KPSBU Unit Usaha
4.1.1. Aspek kelembagaan Dalam aspek organisasi kelembagaan, KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang memiliki susunan organisasi dan manajemen yang terdiri dari anggota, pengurus, pengawas dan karyawan. Struktur organisasi dari kedua koperasi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.
1. Keanggotaan Pada KUD Karya Teguh setelah dilakukan pembenahan keanggotaan melalui penetapan nilai nominal simpanan pokok dan wajib maka keberadaan anggota penuh KUD Karya Teguh Lembang sampai dengan akhir tahun 2004 berjumlah 777 orang dan para penabung diluar anggota sebanyak 8.914 orang. Pada awal berdirinya, anggota koperasi KPSBU berjumlah 35 orang. Saat ini jumlah anggotanya mencapai 5797 orang. Anggota koperasi KPSBU yaitu peternak di daerah Lembang yang berasal dari 22 desa yaitu Barunagri, Bakunagara, Ciater, Cibedug, Cibodas, Cibogo, Cikawari, Cilumber, Cisaroni, Citespong, Genteng, Gunung Putri, Keramat, Manoko, Nagrak, Pagerwangi, Pamecelan, Pasar Kemis, Pasar Ipis, Pencut, Pojok dan Sunten Jaya. 2. Pengurus Susunan kepengurusan KUD Karya Teguh Lembang masa bhakti tahun 2002 sampai 2006 terdiri dari Ketua : H. Ishak Sopandi, Sekertaris : Hary Haryana dan Bendahara : H.Rochendi Nurya. Sedangkan KPSBU Ketua : Drs. Dedi Setiadi S.P. dan Sekertaris: Drh. Ramdan Sebahi. 3. Pengawas Pengawas yang mengemban misi dari para anggota untuk melakukan kontrol tentang kinerja dan kebijakan para pengurus di tahun 2004 dilaksanakan oleh dua orang pengawas pada KUD Karya Teguh yaitu : Ketua : Moch Djoharoen dan Sekertaris : H.A.Suryana. Pada KPSBU pengawasnya terdiri dari Ketua : Toto Abidin dan Sekertaris : Jajang Sumarno.
4. Karyawan Jumlah Karyawan KUD Karya Teguh sampai dengan Desember 2004 sebanyak 120 orang yang masing-masing berstatus sebagai karyawan pusat berjumlah 9 orang dan karyawan unit sebanyak 111 orang. Karyawan KPSBU adalah 261 orang yang terdiri dari 195 orang karyawan tetap dan sisanya sebanyak 66 orang merupakan karyawan kontrak.
4.1.2. Aspek Sumber Daya Manusia Anggota KUD Karya Teguh didominasi oleh petani disekitar lingkup Bandung Utara. Pengurus dan Pengawas sumber daya manusianya ditunjuk menurut sifat ketokohan sedangkan karyawan KUD terdiri dari berbagai tingkat pendidikan mulai dari SD sampai Sarjana. Komposisi karyawan berdasarkan tingkat pendidikan terdiri dari : Sarjana sebanyak 4 orang, Diploma 3 sejumlah 3 orang, Diploma 1 sebanyak 6 orang, SLTA 101 orang, SLTP 4 orang dan SD 2 orang. KPSBU Lembang anggotanya didominasi oleh peternak sapi perah di sekitar lingkup Bandung Utara. Pengurus, pengawas dan karyawan sumber daya manusianya terdiri dari berbagai tingkat pendidikan mulai dari SD sampai Sarjana. Berdasarkan laporan tahunan pada tahun buku 2004, Sumber Daya Manusia yang ada di KPSBU harus ditingkatkan, sebab dari tahun ke tahun persaingan bisnis di Indonesia terus meningkat. Hal tersebut disikapi oleh KPSBU dengan peningkatan SDM melalui pendidikan dan pelatihan demi mencapai profesionalisme dalam melakukan sebuah pekerjaan. Berbagai kegiatan yang dilakukan
oleh
KPSBU
adalah
Pendidikan
Dasar-dasar
Perkoperasian,
Penyuluhan, Pelatihan yang berhubungan dengan inseminasi buatan/ kesehatan hewan. 4.1.3. Aspek Keuangan Jumlah aset dari KUD adalah Rp 4.889.523.826,16 sedangkan KPSBU memiliki aset yang lebih besar dengan jumlah Rp 22.517.915.969,07. Menurut rencana kerja dan RAPBD KUD Karya Teguh tahun buku 2005 maka akan dilakukan hal-hal sebagai berikut dibidang permodalan, yaitu: a. Pengumpulan modal sendiri (Equity) melalui simpanan pokok dan simpanan wajib anggota serta penjualan saham KUD yang bernilai Rp 10.000,00 per lembar b. Meningkatkan simpanan manasuka dan memberikan kompensasi jasa sesuai dengan kondisi moneter. c. Meningkatkan penarikan simpanan listrik yang dilaksanakan melaui jalur pelayanan pembayaran simpanan listrik. d. Memanfaatkan fasilitas kredit dan pemerintah melalui BUMN dan perbankan.
4.1.4. Aspek Pasar Dilihat dari segmentasi pasar, KUD Karya Teguh bersegmen para petani dan masyarakat yang di wilayah Bandung Utara. Jika dilihat dari pesaing, maka yang menjadi pesaing KUD Karya Teguh adalah pihak-pihak swasta yang mendirikan minimarket di sekitar KUD tersebut. Namun dengan strategi yang cukup bagus, KUD Karya Teguh masih bisa mempertahankan unit bisnis swalayannya. Segmentasi pasar dari KPSBU Lembang, antara lain dijual ke PT. Frisian Flag dan dipasarkan di warung-warung di sekitar pabrik.
4.1.5. Aspek Teknologi KUD Karya Teguh sudah menggunakan teknologi yang cukup maju. Contohnya telah menggunakan sistem komputer dalam penjualan barangbarangnya sehingga semua proses dapat teratur dengan baik dan lancar. Pada KPSBU penggunaan teknologi modern disertai sistem komputerisasi telah dilakukan, contohnya : •
Menggunakan teknologi pendingin susu sampai suhu 30C
•
Menggunakan standar kualitas susu dengan 11,3 persen total solid 1725
•
Menggunakan lactoscope untuk mengukur kadar asam laktat dalam susu
4.1.6. Aspek Unit Usaha Ada 3 unit yang diusahakan oleh KUD Karya Teguh sebagai sumber pendapatan yaitu : 1. Unit Perkreditan Unit ini terdiri dari : a. Unit Simpan Pinjam/Perkreditan umum - Unit simpan pinjam ini hanya menyalurkan pinjaman saja - Pada unit ini memiliki tim manajemen yang terdiri dari manajer simpan pinjam, manajer juru tagih, manajer bagian pembukuan dan manajer analisi kredit. - Mekanisme dari simpan pinjam ¾ Unit simpan pinjam ini memfasilitasi kebutuhan anggota dalam bentuk uang tunai
¾ Anggota mengajukan kredit dengan syarat: anggota KUD Karya Teguh, fotocopy KTP dan KK serta melampirkan jaminan ¾ Tim analisis akan mengadakan analisa dari pengajuan kredit. Permohonan batas minimal pinjaman 1 juta, dan batas maksimal sampai puluhan juta. Bunga 3 persen menurun dalam kurun waktu 10 bulan. b. Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Otonom -
Sistemnya mengacu pada Bank
-
Terdapat tim manajemen
-
Sudah otonom (karena telah dibiayai sendiri)
-
Mekanisme simpan pinjam, tetapi yang membedakan antara keduanya adalah penetapan bunga sebesar 1,5 persen
c. Unit Usaha Tempat Pelayanan Simpan Pinjam (TPSP) -
Konsep dari unit ini adalah mendekatkan diri pada anggota
-
Unit ini tersebar di 16 desa
-
Segmen pasar seperti para pedagang dan para penjual di pasar
-
Minimal pinjaman yang diberikan sebesar Rp 500.000,00
2. Unit Distribusi Unit ini terdiri dari : a. Unit usaha perlistrikan - Bekerja sama dengan PLN selama 22 tahun dengan wilayah kerja Bandung Utara. - Mendapat “free” dari PLN dalam : ¾ Pelayanan pembayaran rekening listrik ¾ Melakukan pembacaan meter b. Unit usaha swalayan : -
Untuk memanjukan ekonomi kerakyatan
-
Proses : melakukan survei masyarakat tentang konsumen pasar (dengan melihat tempat mana yang strategis, kendaraan yang lewat dan kebutuhan masyarakat), pengadaan barang dan melakukan kontak dengan supplier
-
Terdiri dari manajer utama, asisten manajer dan supervisor
-
Sistem penjulan dengan komputerisasi dan proses teratur dengan baik dan lancar
c. Unit usaha Warung Telekomunikasi (Wartel) d. Unit usaha Alat Tulis Kantor dan Pelayanan jasa Photocopy Pada unit ini secara khusus menyediakan alat-alat tulis untuk keperluan umum, sekolah dan perkantoran juga membuka pelayanan jasa photocopy, laminating dan penjilidan.
3. Unit Pemasaran Unit ini hanya terdiri dari unit bisnis Saprotan (Sarana produksi pertanian) yang masih terbatas pada penyediaan pupuk dan obatobatan dan Sapronak (Sarana produksi peternakan). KUD Karya Teguh melakukan bisnis sapronak karena memiliki mitra kerja di bidang peternakan yaitu dengan KPSBU Lembang Sedangkan unit bisnis yang diusahakan oleh KPSBU Lembang yaitu : 1. Pemasaran Susu Segar KPSBU Lembang mengumpulkan, mendinginkan dan mengirimkan susu segar ke industri susu utama di Jakarta. Produksi susu KPSBU Lembang pada tahun 2004 sebesar 36.289.475,50 liter lebih besar dari 2 tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2002 sebesar 30.480.370,80 liter dan tahun 2003 sebesar 32.056.983,50 liter. Dari total produksi tersebut dapat dipasarkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS) sebesar 34.031.810 sedangkan sisanya dijual langsung kepada konsumen. 2. Waserda Outlet usaha ini melayani anggota yang membutuhkan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Dengan lebih dari 100 jenis barang dagangan, anggota dapat berbelanja langsung atau melakukan pemesanan yang diantar ke lokasi. 3. Pakan Sapi Perah Unit usaha ini melayani peternak dengan menjual konsentrat sapi perah KPSBU Lembang mengirimkan pakan tersebut langsung ke kandang peternak dengan armada truk yang dimilikinya.
4. Simpan Pinjam Jika sewaktu-waktu anggota koperasi ingin menabungkan sebagian pendapatannya atau membutuhkan uang tunai, unit ini menyediakan beberapa jenis simpanan dan pinjaman.
4.2 Perkembangan Umun KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang Modal yang dihimpun dari anggota yang merupakan modal sendiri bagi koperasi, terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain-lain, cadangan, donasi dan sisa hasil usaha. Tabel 4 menunjukkan perkembangan umum bidang keuangan pada KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang dilihat dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain-lain, cadangan, donasi, Sisa Hasil Usaha (SHU) dan jumlah asset. Tabel 4. Perkembangan Umum
Bidang Keuangan KUD Karya Teguh dan
KPSBU Lembang Tahun 2002 – 2004 Keterangan
KUD Karya
Persentase
Teguh (Rp)
(%)
Simpanan Pokok • 2002
68.500.000
• 2003
75.300.000
• 2004
77.700.000
Simpanan Wajib • 2002
563.841.049
• 2003
582.732.845
• 2004
584.722.688
Simpanan Lain-lain • 2002
111.774.045
• 2003
119.094.795
• 2004
125.972.795
9,9 3,2
3,4 0,3
6,5 5,8
KPSBU (Rp) 85.953.000 90.693.000 96.763.000
1.269.344.534 1.402.607.633 1.547.968.774
446.672.278 460.825.664 470.948.129
Persentase (%) 5,5 6,7
10,5 10,4
3,2 2,2
Cadangan • 2002
934.612.545
• 2003
960.132.211
• 2004 Donasi • 2002
985.619.681
• 2003
1.922.137
• 2004 SHU • 2002
1.922.137 85.065.178
• 2003
84.958.595
• 2004
90.339.427
1.922.137
Jumlah Asset • 2002
4.415.912.432
• 2003
4.829.325.564
• 2004
4.889.523.826
2,7 2,7
0 0
-0,1 6,3
9,4 1,2
4.166.476.084 4.775.336.955 4.868.457.684 2.007.034.375 2.021.205.875 2.021.205.875 442.889.350 465.603.645 513.433.830 19.446.193.556 21.427.683.624 22.517.915.969
14,6 1,9
0,7 0
5,1 10,3
10,2 5,1
Sumber : Laporan Tahunan KUD dan KPSBU Tahun Buku 2002-2004 Perkembangan umum pada bidang keuangan ditinjau dari simpanan pokok pada kedua koperasi memang meningkat dari tahun ke tahun. Tetapi bila dilihat dari persentase kenaikannya, pada KUD Karya Teguh terjadi penurunan persentase sedangkan di KPSBU terdapat kenaikan persentase dari simpanan pokok yang ada. Untuk simpanan wajib juga terjadi peningkatan dari tahun ke tahun tetapi pada kedua koperasi persentase kenaikan yang ada menurun. Persentase penurunan simpanan wajib pada KPSBU tidak sebesar penurunan persentase penurunan simpanan wajib pada KUD Karya Teguh. Demikian juga halnya dengan simpanan lain-lain yang meningkat dalam jumlah tetapi menurun dalam persentase yang ada.
Jumlah cadangan yang ada meningkat dari tahun 2002 sampai dengan 2004 tetapi terjadi penurunan dalam persentase kenaikan. Pada KUD Karya Teguh penurunan persentase tidak terlalu besar, tetapi pada KPSBU penurunan persentase cukup signifikan. Dari nilai donasi yang ada terlihat bahwa pada KUD Karya Teguh jumlah donasi yang ada konstan dari tahun ke tahun sedangkan pada KPSBU Lembang sempat terjadi peningkatan sebesar kurang dari 1 persen tetapi tetap pada tahun 2003 dan 2004. Ditinjau dari pendapatan, pendapatan yang diperoleh oleh kedua koperasi tersebut dari tahun ketahun meningkat. Indikator ini terlihat dari SHU serta neraca keuangan yang menunjukkan peningkatan. Pada KUD Karya Teguh sempat terjadi penurunan SHU pada tahun 2003 walaupun jumlahnya tidak terlalu besar, tetapi pada tahun berikutnya jumlah SHU yang ada meningkat sebesar 6 persen. Berbeda dengan KUD. Pada KPSBU terjadi peningkatan nilai SHU dari tahun 2002 sampai 2004, dimana dari tahun 2002 meningkat sebesar 5 persen pada tahun 2003 dan tahun 2004 terjadi peningkatan sebesar 10 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah asset pada KPSBU lebih besar empat kali lipat lebih dari KUD Karya Teguh. Terjadi penurunan dalam persentase dari jumlah asset pada kedua koperasi. Jumlah asset yang dimiliki oleh KPSBU Lembang lebih besar dari KUD Karya Teguh. Untuk setiap indikator yang memperlihatkan perkembangan dibidang keuangan, secara keseluruhan jumlah yang dimiliki oleh KPSBU lebih banyak atau lebih besar dari KUD Karya teguh.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Kajian Model Desain Organisasi KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang Melalui Faktor-Faktor Dalam Profil Ciri. Model desain organisasi dapat dilihat melalui nilai rataan (Mean) dari
setiap kategori tanggapan pada faktor-faktor dalam profil ciri. Nilai rataan yang lebih kecil atau sama dengan lima dapat digolongkan pada desain mekanistik, sedangkan nilai rataan yang lebih besar dari lima digolongkan pada desain organik. Hasil analisis terhadap faktor-faktor dalam profil ciri organisasi dengan menggunakan tehnik Independent-Samples T Test, menunjukkan bahwa perbandingan rataan dari kedua koperasi tersebut mempunyai rataan yang sama atau tidak secara signifikan. Hasil perhitungan yang diperoleh dibandingkan dengan nilai t
tabel
sebesar 1,645 dengan derajat bebas (db) = 50. Berikut
penjelasan dari jawaban responden disertai dengan analisis variabel dari masingmasing faktor pada profil ciri organisasi koperasi. Setelah dilakukan identifikasi melalui profil ciri organisasi maka diperoleh desain organisasi pada KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang.
Hasil ini
diperoleh dengan mendiagnosis sejauh mana suatu organisasi mendekati sistem mekanistik atau organik. Dengan kuesioner yang telah didesain oleh Likert melalui 51 butir pertanyaan maka para responden mengungkapkan persepsi mereka mengenai desain organisasinya. Rataan dari setiap kategori tanggapan dikalkulasikan dan diplotkan untuk sepanjang kontinum yang melukiskan kedelapan karakteristik yaitu proses kepemimpinan, ciri-ciri kekuatan motivasi,
ciri-ciri proses komunikasi, ciri-ciri proses interaksi, ciri-ciri proses pengambilan keputusan, ciri-ciri penetapan sasaran dan pemberian perintah, ciri-ciri proses kontrol serta sasaran prestasi dan latihan. Profil ciri KUD Karya Teguh menunjukkan desain organisasi yang organik, dimana semua variabel (51 butir pertanyaan) setelah dirataankan nilai totalnya dari 26 responden KUD menunjukkan kepada sistem organik . Untuk KPSBU desain organisasinya lebih bervariasi, selain organik terdapat juga beberapa variabel yang menggambarkan sistem mekanistik. Terdapat 20 variabel yang menunjukkan desain mekanistik pada KPSBU sedangkan 31 variabel lainnya menunjukkan desain organik. Antara KUD dan KPSBU kebanyakan nilai rataan berbeda signifikan. Diantara nilai-nilai yang berbeda terdapat juga beberapa nilai rataan yang tergolong sama atau tidak signifikan perbedaannya. Dari Gambar 4 dapat dilihat dengan jelas bagaimana profil organisasi dari dua koperasi yaitu KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang.
Gambar 4. Profil Orgasnisasi KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang
Berdasarkan desain organisasi dua koperasi, maka dapat diuraikan bahwa terdapat variabel-variabel yang menunjukkan perbedaan antara koperasi yang topdown (KUD Karya Teguh) dengan koperasi yang bottom-up (KPSBU). Perbedaan pada dua koperasi terdapat dalam faktor proses kepemimpinan yang digunakan dan faktor ciri-ciri proses komunikasi. Dalam faktor proses kepemimpinan yang digunakan, terdapat perbedaan yaitu pada variabel : •
Kepercayan atasan terhadap bawahan,
•
Perilaku atasan yang menunjang terhadap orang lain,
•
Sikap atasan terhadap kebebasan berbicara bawahan dan
•
Sikap atasan yang meminta pendapat bawahan dalam memecahkan masalah. Untuk variabel-variabel tersebut, pada KUD Karya Teguh atasan percaya
sepenuhnya dalam segala hal pada bawahan, atasan sepenuhnya menunjukkan perilaku menunjang, bawahan benar-benar merasa bebas membicarakan masalah pekerjaan
dan
atasan
selalu
meminta
pendapat
atau
gagasan
serta
memanfaatkannya maka sebaliknya pada KPSBU Lembang. Pada faktor proses kepemimpinan yang digunakan
terdapat empat
variabel dari lima variabel yang memiliki nilai rataan yang berbeda signifikan. Perbedaan ini disebabkan dari kepemimpinan yang diterapkan pada kedua koperasi, bila pada KUD Karya Teguh pemimpin yang ada lebih mengutamakan peran serta kelompok maka di KPSBU sebaliknya.
Faktor ciri-ciri komunikasi juga diterapkan berbeda pada kedua koperasi ini. Perbedaan ini dapat dilihat dari variabel-variabel sebagai berikut, yaitu : •
Arah arus informasi,
•
Komunikasi ke bawah,
•
Sejauh mana atasan mau meneruskan informasi pada bawahan,
•
Cukup tidaknya komunikasi ke atas,
•
Apakah komunikasi ke samping sudah memadai dan bagaimana ketelitiannya,
•
Keeratan hubungan psikologis antara atasan dan bawahan,
•
Sejauh mana atasan tahu dan mengerti masalah bawahan. Pada KPSBU arah arus informasi sebagian besar ke bawah, komunikasi ke
bawah dimulai dipuncak organisasi, atasan hanya memberikan informasi yang minimum pada bawahan, komunikasi ke atas terbatas, komunikasi ke samping belum memadai dan teliti, keeratan hubungan psikologis atasan dan bawahan kurang dan ketelitian pengertian atasan dan bawahan seringkali keliru, sebaliknya pada KUD Karya Teguh. Variabel yang mempunyai perbedaan yang paling signifikan dalam nilai rataan yang diperoleh pada kedua koperasi adalah variabel komunikasi ke bawah yang terdapat dalam faktor ciri proses komunikasi. Anggapan responden di KUD Karya Teguh yang menyatakan bahwa komunikasi dimulai di semua tingkat berbeda dengan KPSBU yang menganggap komunikasi ke bawah hanya di puncak organisasi (hanya melaksanakan pengarahan dari puncak). Hal ini disebabkan oleh perbedaan pola komunikasi yang terjadi pada dua koperasi tersebut.
Perbedaan siginifikan lain dijumpai pada variabel sejauh mana fungsi peninjauan kembali kontrol dipusatkan. Responden di KUD Karya Teguh menganggap fungsi peninjauan kembali dan kontrol dilaksanakan disemua tingkat dan tingkat bawah kadang-kadang melakukan peninjauan kembali yang lebih mendalam serta kontrol yang lebih ketat dari puncak manajemen. Hal ini berbeda dengan responden KPSBU yang menganggap fungsi peninjauan kembali dan kontrol dipusatkan dipuncak manajemen. Selain terdapat perbedaan koperasi top-down dan bottom-up, dari profil ciri yang diperoleh juga terdapat keterkaitan antara dua koperasi yang berbeda dalam pendiriannya ini. Keterkaitan yang ada dapat dilihat dari ciri-ciri proses interaksi-pengaruh dan persamaan dalam ciri-ciri penyusunan tujuan. Pada ciriciri proses interaksi dan pengaruh, baik KUD Karya Teguh maupun KPSBU menyatakan bahwa : •
Banyak interaksi yang terjadi dan disertai kepercayaan yang besar,
•
Banyaknya kerjasama kelompok diseluruh bagian,
•
Baik atasan atau bawahan berpendapat bahwa bawahan dapat mempengaruhi sasaran, cara kerja dan kegiatan unit atau departemen,
•
Atasan banyak berpengaruh terhadap sasaran dan kegiatan unit atau departemen
•
Terdapatnya struktur yang efektif untuk meneruskan pengaruh ke segala arah. Pada faktor ciri-ciri penetapan sasaran dan perintah (penyusunan tujuan),
pada kedua koperasi menilai sasaran biasanya ditetapkan melalui peran serta kelompok, sasaran yang tinggi diinginkan oleh semua tingkatan dan sasaran sepenuhnya diterima.
Hal menarik yang ada pada gambar profil ciri organisasi yang ada ialah adanya nilai rataan yang sama pada variabel kekuatan-kekuatan untuk menerima, menentang atau menolak sasaran pada KUD Karya Teguh dan KPSBU. Hal ini menunjukkan bahwa jawaban responden memiliki rataan yang sama pada kedua koperasi dan mereka berpendapat pada koperasi tempat mereka bekerja penetapan sasaran sepenuhnya diterima, baik secara terang-terangan ataupun sembunyisembunyi. Variabel-variabel lain yang ada keterkaitannya dapat dijumpai pada variabel sebagai berikut, yaitu : •
Sejauh mana pengambil keputusan mengetahui masalah-masalah khususnya yang terjadi ditingkat bawah,
•
Pada tingkat hierarki mana terdapat perhatian yang besar terhadap keberhasilan fungsi kontrol,
•
Bagaimana ketelitian hasil pengukuran dan informasi untuk mengarahkan dan melaksanakan fungsi kontrol
•
Sejauh mana pengaruh kehadiran kekuatan dalam mengubah informasi. Selain adanya proses interaksi-pengaruh dan penyusunan tujuan yang
mirip, juga terdapat kesamaan proses kontrol. Hal ini ditunjukkan dari nilai rataan pada proses kontrol dimana hanya terdapat satu variabel dari lima variabel pada faktor ini yaitu mengenai sejauh mana fungsi peninjauan kembali kontrol dipusatkan yang mempunyai perbedaan signifikan.
Terdapat hubungan antara keragaan organisasi dan keragaan usaha pada kedua koperasi. Perbedaan jumlah asset yang ada pada kedua koperasi ada hubungannya dengan desain organisasi yang diperoleh melalui pendapat responden (terkait dengan karyawan pada kedua koperasi). Jumlah asset KPSBU Lembang jauh lebih besar yaitu empat kali lipat lebih dari asset yang dimiliki KUD Karya Teguh. Selain itu pada KUD Karya Teguh banyak terdapat jumlah unit usaha dan dalam perkembangannya mengikuti pasar dan kurang jelas dengan permintaan yang ada sedangkan pada KPSBU Lembang pembelian susu jelas berasal dari para peternak sapi perah dan jumlah yang dijual juga jelas.
5.2.
Perbandingan Model Desain Organisasi Berdasarkan Profil Ciri
5.2.1. Proses Kepemimpinan yang Digunakan Kepemimpinan bermakna sebagai upaya mempengaruhi orang lain, sedangkan
pemimpin
adalah
orang
yang
mempengaruhinya.
Pemimpin
mempunyai kedudukan atau wewenang untuk memimpin, seseorang yang diakui oleh anggota sebagai orang yang memiliki kekuasaan untuk menggerakkan orang yang dipimpinnya dalam mencapai tujuan. Pemimpin tidak selalu mempunyai kepemimpinan sebab pemimpin dapat saja hanya merupakan orang yang mempunyai kewenangan saja. Tabel 5 yang menunjukkan analisis rataan jawaban responden terhadap faktor proses kepemimpinan yang digunakan pada KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang.
Tabel 5. Analisis Rataan (Mean) Jawaban Responden Terhadap Faktor Proses Kepemimpinan yang Digunakan No
Faktor Proses Kepemimpinan Yang Digunkan
1
Kepercayaan Bawahan
2
Kepercayaan Bawahan pada Atasan
3
Perilaku Atasan Yang Menunjang Terhadap Orang lain Sikap Atasan Terhadap Kebebasan Berbicara Bawahan Sikap Atasan Yang Meminta Pendapat Bawahan Dalam Memecahkan Masalah
4 5
Atasan
pada
Rataan Jawaban Responden KUD Karya KPSBU Teguh
Perbandingan Nilai
6,38
3,77
***
6,65
6
-
6,73
4
***
6,5
3,77
***
6,23
3,5
***
Keterangan : - = Tidak Signifikan *** = Signifikan pada selang kepercayaan diatas 99 persen Dari Tabel 5 dapat dibandingkan hasil nilai rataan jawaban responden pada kedua koperasi. Nilai rataan diperoleh dari hasil perhitungan pada tabulasi data jawaban responden seperti terlihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5 terhadap faktor proses kepemimpinan yang digunakan. Pada KUD Karya Teguh kelima variabel yang ada menunjukkan nilai rataan yang lebih besar dari 5 yaitu antara 6,23 sampai 6,73. Artinya semua variabel ini dapat digolongkan pada sistem organik. Untuk KPSBU dari kelima variabel, empat diantaranya merupakan sistem mekanistik dan hanya satu variabel yang merupakan sistem organik yaitu variabel kepercayaan bawahan kepada atasan yang mempunyai nilai rataan sebesar 6. Perhitungan untuk membandingkan nilai rataan dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.
Dari perbandingan nilai rataan terdapat perbedaan jawaban responden yang signifikan pada selang kepercayaan yang lebih besar dari 99 persen dikedua koperasi. Hal ini dapat dilihat pada empat variabel yang ditunjukkan oleh tanda bintang kecuali variabel kepercayaan atasan pada bawahan saja. Artinya hanya pada variabel kepercayaan atasan pada bawahan saja yang tidak ada perbedaan nyata antara nilai rataan pada KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang. Keempat variabel lainnya terdapat perbedaan nyata antara nilai rataan pada kedua koperasi. 5.2.2. Ciri-ciri Kekuatan Motivasi Motivasi merupakan salah satu tantangan yang sering dihadapi oleh seorang atasan dalam organisasi. Bagaimana ia dapat menggerakkan para pegawainya agar senantiasa mau dan bersedia mengarahkan kemampuan terbaiknya untuk kepentingan organisasi. Seorang atasan perlu memahami bagaimana meningkatkan motivasi serta memiliki kemampuan untuk memberikan dorongan atau rangsangan kepada orang lain atau bawahan agar dapat berperilaku sesuai yang diharapkan oleh organisasi. Tabel 6 menunjukkan rataan jawaban responden terhadap tujuh variabel dalam faktor ciri-ciri kekuatan motivasi pada KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang. Tabel 6. Analisis Rataan (Mean) Jawaban Responden Terhadap Faktor Ciri-ciri Kekuatan Motivasi Faktor Ciri-ciri Kekuatan No Motivasi 1 2 3
Motif yang digunakan Cara Penggunaan Motif Sikap Terhadap Organisasi dan Sasaran
Rataan Jawaban Responden KUD Karya KPSBU Teguh 5,65 3,77 6,08 5,77 6,31
6
Perbandingan Nilai
*** -
4 5 6 7
Kekuatan Motivasi Yang Saling Bertentangan atau Menguatkan Rasa Tanggung Jawab Pada Masing-masing anggota Organisasi Sikap Terhadap Anggota Organisasi Rasa Puas Terhadap Keanggotaan Organisasi
5,73
4
***
6,42
8
***
6,92
5,5
6,12
3,77
*** ***
Keterangan : - = Tidak Signifikan *** = Signifikan pada selang kepercayaan diatas 99 persen Nilai rataan jawaban responden pada KUD Karya Teguh menunjukkan semua variabel dalam faktor ciri-ciri kekuatan motivasi tergolong sistem organik. Nilai rataan bervariasi dari 5,65 sampai 6,92. Berbeda dengan KUD Karya Teguh, pada KPSBU ada empat variabel yaitu cara penggunaan motif, sikap terhadap organisasi dan sasaran, rasa tanggung jawab pada masing-masing anggota organisasi serta sikap terhadap anggota organisasi yang mempunyai nilai rataan lebih besar dari 5 sehingga dapat digolongkan pada sistem organik. Tiga variabel lainnya merupakan sistem mekanistik pada KPSBU. Dari perbandingan nilai rataan yang diperoleh, ada 2 variabel yang rataannya tidak signifikan yaitu pada variabel cara penggunaan motif serta sikap terhadap organisasi dan sasaran. 5.2.3. Ciri-ciri Proses Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu proses penting yang menjiwai struktur organisasi. Dalam pekerjaan organisasi, komunikasi tidak bisa dihindari hanya komunikasi efektiflah yang bisa dihindarkan. Desain organisasi dan proses komunikasi tidak dapat dipisahkan, desain organisasi harus memungkinkan terjadinya komunikasi dalam tiga arah yaitu vertikal, horizontal dan diagonal.
Pada Tabel 7 dapat dilihat analisis nilai rataan jawaban responden dari keempat belas variabel dalam faktor ciri-ciri proses komunikasi. Tabel 7. Analisis Rataan (Mean) Jawaban Responden Terhadap Faktor Ciri-ciri Proses Komunikasi No 1 2 3 4
Faktor Ciri-ciri Proses Komunikasi Banyaknya Interaksi dan Komunikasi Arah Arus Informasi Komunikasi Ke Bawah Sejauh mana atasan mau meneruskan informasi pada bawahan
5
Sejauh mana Komunikasi diterima oleh bawahan
6
Cukup Tidaknya komunikasi ke atas
7
8 9 10
11
12 13 14
Rasa Tanggung Jawab Bawahan Untuk Memulai Komunikasi yang Teliti Ke atas Kekuatan-kekuatan yang menghasilkan informasi Ketelitian komunikasi ke atas Apakah diperlukan sistem tambahan untuk komunikasi ke atas Apakah Komunikasi kesamping sudah memadai dan bagaimana ketelitiannya Keeratan hubungan psikologis antara atasan dan bawahan Sejauh mana Atasan tahu dan mengerti masalah bawahan Sejauh mana pengertian Atasan terhadap bawahan dan sebaliknya
Rataan Jawaban Responden KUD Karya KPSBU Teguh
Perbandingan Nilai
6,92
5,77
**
6,46 6,23
4,5 3
*** ***
6,08
4,77
***
6,08
7,77
***
6,04
4,27
***
6,81
5,77
*
6,69
7,5
**
6,5
8
***
6,12
5,27
**
6,73
4,27
***
6,88
4,77
***
6,35
4,77
***
6,62
5,27
***
Keterangan : - = Tidak Signifikan * = Signifikan pada selang kepercayaan 94 persen ** = Signifikan pada selang kepercayaan antara 95 persen sampai 99 persen *** = Signifikan pada selang kepercayaan diatas 99 persen
Seperti dapat dilihat pada Tabel 7, keempat belas variabel dari faktor ciriciri proses komunikasi pada KUD Karya Teguh semuanya masuk dalam golongan sistem organik. Pada KPSBU dari keempat belas variabel ini hanya sebagian yang merupakan organik. Terdapat tujuh variabel yang merupakan sistem mekanistik dan tujuh variabel lainnya organik setelah dilihat dari nilai rataan yang ada. Nilai rataan yang lebih besar dari 5 maka digolongkan organik dan sebaliknya yang lebih kecil dari 5 digolongkan sistem mekanistik. Rataan terendah dalam faktor ini pada KUD Karya Teguh adalah 6,04 mengenai cukup atau tidaknya komunikasi ke atas sedangkan pada KPSBU rataan terendah bernilai 3 yaitu pada komunikasi kebawah. Nilai rataan terbesar pada KUD untuk faktor ciri-ciri
proses
komunikasi sebesar 6,92 yakni variabel banyaknya interaksi dan komunikasi. Pada KPSBU nilai rataan terbesar ialah 8 pada ketelitian komunikasi ke atas, ini artinya bahwa pada KPSBU Lembang komunikasi ke atas yang dilakukan oleh bawahan terjadi dengan sangat teliti. Perbandingan nilai rataan hasil jawaban responden pada KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang menunjukkan bahwa keempat belas variabel yang ada semuanya signifikan dengan selang kepercayaan yang bervariasi. Variabel rasa tanggung jawab bawahan untuk memulai komunikasi yang teliti ke atas signifikan pada selang kepercayaan 94 persen. Sedangkan pada variabel mengenai diperlukannya sistem tambahan untuk komunikasi ke atas signifikan pada selang kepercayaan 96 persen. Pada dua variabel yaitu variabel mengenai banyaknya interaksi dan komunikasi dan variabel kekuatan-kekuatan yang menghasilkan informasi masing-masing signifikan pada selang kepercayaan 98 persen, sisanya pada variabel lain signifikan pada selang diatas 99 persen.
5.2.4. Ciri-ciri Proses Interaksi-Pengaruh Interaksi didalam suatu kelompok dapat terjadi dengan mengikuti berbagai arah bergantung pada pola komunikasi yang berlangsung dalam kelompok itu. Dalam kelompok dengan komunikasi tertutup, interaksi formal terbatas karena komunikasi yang terjadi dalam kelompok itu terbatas dan searah, atau dua arah saja. Dengan kondisi komunikasi seperti itu, banyak hal-hal yang tidak diketahui anggota kelompok dan hal-hal yang berbau saran, usul, kritik dan proses dari para anggota kelompok tidak tersalurkan secara formal tetapi mengendap pada diri para anggota kelompok. Tabel 8 memperlihatkan nilai rataan dari keenam variabel dalam faktor ciri-ciri proses interaksi-pengaruh. Tabel 8. Analisis Rataan (Mean) Jawaban Responden Terhadap Faktor Ciri-ciri Proses Interaksi-Pengaruh No 1 2 3
4
5
6
Faktor Ciri-ciri Proses Interaksi – Pengaruh Ciri-ciri dan Banyaknya Interaksi Kerjasama kelompok Sejauh mana bawahan dapat mempengaruhi sasaran, cara kerja dan kegiatan unit atau departemen (pendapat atasan) Sejauh mana bawahan dapat mempengaruhi sasaran, cara kerja dan kegiatan unit atau departemen (pendapat bawahan) Sejauh mana atasan dapat mempengaruhi sasaran dan cara kerja dan kegiatan unit atau departemen Sejauh mana terdapat sebuah struktur yang efektif yang
Rataan Jawaban Responden KUD Karya KPSBU Teguh 6,46 5,77
Perbandingan Nilai
*
6,92
6,5
-
6,5
6,77
-
6,19
5,5
-
6,12
5,5
-
6,46
6,77
memungkinkan suatu bagian organisasi mempengaruhi bagian lainnya
Keterangan : *
-
= Tidak Signifikan = Signifikan pada selang kepercayaan 90 persen
Untuk faktor ciri-ciri proses interaksi-pengaruh ini, pada kedua koperasi semua variabel yang ada menunjukkan ke arah sistem organik. Hal ini disimpulkan dari nilai ratan yang ada semuanya lebih besar dari 5. Nilai rataan di KUD Karya Teguh berkisar pada 6,12 sampai 6,92 sedangkan di KPSBU 5,5 sampai 6,77. Dari perbandingan nilai rataan yang ada terdapat satu variabel yang nilai rataannya berbeda signifikan pada selang kepercayaan 90 persen yaitu variabel ciri-ciri dan banyaknya interaksi. Untuk variabel lainnya perbandingan nilai rataan yang ada tidak signifikan, artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara nilai rataan pada KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang. Kerjasama kelompok dikedua koperasi banyak diseluruh bagian dan responden baik atasan maupun bawahan menganggap banyak pengaruh dari bawahan mengenai sasaran dan cara kerja. Sedangkan sejauh mana atasan dapat mempengaruhi sasaran dan cara kerja juga dinilai banyak tetapi seringkali dilakukan secara tidak langsung misalnya melalui sistem interaksi pengaruh yang diciptakan oleh atasan. Responden kedua koperasi juga berpendapat terdapat struktur yang efektif yang memungkinkan diteruskannya pengaruh ke segala arah.
5.2.5. Ciri-ciri Proses Pengambilan Keputusan Salah satu proses penting dalam organiasi adalah pengambilan keputusan. Para manajer mengambil keputusan berdasarkan informasi atau komunikasi yang mereka terima melalui struktur organisasi dan perilaku para individu dan kelompok di dalamnya. Pengambilan keputusan tidak boleh dianggap sebagai tujuan , melainkan sebagai cara untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Keputusan merupakan tanggapan organisasi terhadap masalah. Terdapat delapan variabel yang diteliti dalam faktor ini. Tabel 9 membandingkan nilai rataan jawaban responden terhadap 8 variabel dalam faktor ciri-ciri proses pengambilan keputusan. Tabel 9. Analisis Rataan (Mean) Jawaban Responden Terhadap Faktor Ciri-ciri Proses Pengambilan Keputusan No 1 2
3
4
5
6
Faktor Ciri-ciri Proses Pengambilan Keputusan Ditingkat mana keputusan secara resmi diambil Apakah informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan tersedia dengan cukup dan bagaimana ketelitiannya. Sejauh mana para pengambil keputusan mengetahui masalah-masalah, khususnya yang terjadi di tingkat bawah Sejauh mana pengetahuan tehnis dan profesional digunakan dalam pengambilan keputusan Tersedianya informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan yang teliti dan memadai Apakah proses pengambilan keputusan membantu timbulnya motivasi
Rataan Jawaban Responden KUD Karya KPSBU Teguh
Perbandingan Nilai
5,46
3,27
***
5,96
4,5
***
5,81
5,77
-
5,92
3,5
***
5,92
5,27
*
6,31
5,5
**
7
8
Sejauh mana bawahan dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang ada kaitannya dengan tugas Apakah pengambilan keputusan didasarkan pola orang-dengan-orang atau pola kelompok, hal ini menghambat atau memajukan kerjasama kelompok
Keterangan : * ** ***
6,62
5,5
***
6,23
5,77
-
= Tidak Signifikan = Signifikan pada selang kepercayaan 90 persen = Signifikan pada selang kepercayaan 96 persen = Signifikan pada selang kepercayaan diatas 99 persen
Tabel 9 memperlihatkan bahwa hasil rataan jawaban responden terhadap semua variabel dalam faktor ciri proses pengambilan keputusan di KUD Karya Teguh masuk dalam sistem organik. Sedangkan di KPSBU Lembang terdapat 3 variabel yang mekanistik dan sisanya 5 variabel tergolong sistem organik. Variabel yang tergolong mekanistik dilihat dari nilai rataan yang kurang dari 5 yaitu terdapat pada variabel ditingkat mana keputusan secara resmi diambil (3,27), apakah informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan tersedia dengan cukup dan bagaimana ketelitiannya (4,5) serta sejauh mana pengetahuan tehnis dan profesional digunakan dalam pengambilan keputusan (3,5). Melalui perbandingan nilai rataan dari kedua koperasi, ada dua variabel yang memiliki perbandingan tidak signifikan. Kedua variabel yang dianggap tidak ada perbedaan nyata antara nilai rataan pada kedua koperasi adalah variabel sejauh mana para pengambil keputusan mengetahui masalah-masalah, khususnya yang terjadi di tingkat bawah dan variabel apakah pengambilan keputusan didasarkan pola orang-dengan-orang atau pola kelompok, hal ini menghambat atau memajukan kerjasama kelompok. Variabel tersedianya informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan yang teliti dan memadai terdapat
perbedaan signifikan pada selang kepercayaan 90 persen sedangkan variabel apakah proses pengambilan keputusan membantu timbulnya motivasi berbeda signifikan pada selang kepercayaan 96 persen. Untuk variabel lainnya terjadi perbedaan signifikan dengan selang kepercayaan diatas 99 persen. 5.2.6. Ciri-ciri Proses Penetapan Sasaran Dan Pemberian Perintah Setiap bisnis memerlukan sasaran, para manajer harus membuat keputusan mengenai tindakan-tindakan yang akan dan tidak akan dilakukan guna mencapai sasaran perusahaan. Suatu organisasi berfungsi secara sistematis karena organisasi menetapkan sasaran dan rencananya. Keterlibatan sumber daya yang ada pada seluruh tingkatan dikerahkan untuk mencapai sasaran tersebut. Selain itu para manajer harus menetapkan hubungan antara posisi atau jabatan sehingga setiap orang akan mengetahui siapa yang bertanggung jawab pada berbagai keputusan dan operasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana menyusun dan menstabilisasikan kerangka kerja organisasi sehingga setiap orang bekerja bersama-sama untuk meraih tujuan umum. Terdapat tiga variabel yang diteliti dalam faktor ini. Berikut ini pada Tabel 10 ditunjukkan nilai rataan dan perbandingan dari tiga variabel proses penetapan sasaran dan pemberian perintah. Tabel 10. Analisis Rataan (Mean) Jawaban Responden Terhadap Faktor Ciri-ciri Penetapan Sasaran dan Pemberian Perintah No 1
2
Faktor Ciri-ciri Penetapan Sasaran Dan Pemberian Perintah Bagaimana Penetapan sasaran dan pemberian perintah biasa dilakukan Sejauh mana masing-masing tingkat hierarki berusaha untuk
Rataan Jawaban Responden KUD Karya KPSBU Teguh
Perbandingan Nilai
6,42
5,27
***
6,42
6,77
-
3
mencapai sasaran yang tinggi Adakah kekuatan-kekuatan untuk menerima, menentang atau menolak sasaran
Keterangan : ***
5,77
5,77
-
= Tidak Signifikan = Signifikan pada selang kepercayaan diatas 99 persen
Dari Tabel 10 terlihat bahwa pada kedua koperasi baik itu KUD Karya teguh maupun KPSBU Lembang 3 variabel dalam faktor ciri penetapan sasaran dan pemberian perintah semuanya menunjukkan sistem organik. Terdapat satu variabel yang nilai rataannya sama yaitu pada variabel ada atau tidaknya kekuatan kekuatan untuk menerima atau menolak dan menentang sasaran sebesar 5,77. Variabel-variabel ini tergolong organik maka dapat dinyatakan bahwa pada kedua koperasi ini penetapan sasaran biasanya ditetapkan melalui peran serta kelompok kecuali dalam keadaan darurat, sasaran yang tinggi diinginkan oleh semua tingkatan bahkan tingkat bawah menuntut sasaran yang lebih tinggi daripada tingkat atas dan sasaran yang ada sepenuhnya diterima, baik secara terangterangan maupun sembunyi-sembunyi. Terdapat satu variabel yaitu bagaimana penetapan sasaran dan pemberian perintah biasa dilakukan yang nilai rataanya signifikan antara kedua koperasi pada selang kepercayaan diatas 99 persen. Variabel sejauh mana masing-masing tingkat hierarki berusaha untuk mencapai sasaran yang tinggi dan variabel adakah kekuatan-kekuatan untuk menerima, menentang atau menolak sasaran tidak terdapat perbedaan yang nyata antara nilai rataan pada KUD dan KPSBU.
5.2.7. Ciri-ciri Proses Kontrol Proses kontrol merupakan proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksinya dengan maksud agar pelaksanaan pekerjaan itu sesuai dengan rencana semula. Pada prinsipnya pengawasan dapat dijalankan apabila ada rencana tertentu, ada perintah/instruksi untuk mengerjakan dan ada wewenang kepada orang lain (bawahan). Dalam faktor ciri-ciri proses kontrol ini terdapat lima variabel yang diteliti. Tabel 11 memperlihatkan niali rataan jawaban responden terhadap 5 variabel pada faktor ciri-ciri proses kontrol. Tabel 11. Analisis Rataan (Mean) Jawaban Responden Terhadap Faktor Ciri-ciri Proses Kontrol No 1
2
3 4
5
Faktor Ciri-ciri Proses Kontrol Pada tingkat hierarki yang mana terhadapat perhatian yang besar terhadap keberhasilan fungsi kontrol Bagaiman ketelitian hasil pengukuran dan informasi untuk mengarahkan dan melaksanakan fungsi kontrol, dan sejauh mana pengaruh kehadiran kekuatan Sejauh mana fungsi peninjauan kembali dan kontrol dipusatkan Sejauh mana kehadiran organisasi informal mendukung atau menentang sasaran organisasi formal Sejauh mana data kontrol digunakan oleh mananajer maupun karyawan untuk pedoman pribadi atau pemecahan persoalan kelompok
Keterangan : *
Rataan Jawaban Responden KUD Karya KPSBU Teguh
Perbandingan Nilai
6,12
6
-
5,69
5,5
-
6,31
3,5
***
6
5,5
-
6,27
7
*
= Tidak Signifikan *** = Signifikan pada selang kepercayaan diatas 99 persen = Signifikan pada selang kepercayaan 90 persen
Tabel analisis rataan jawaban responden terhadap faktor ciri-ciri proses kontrol diatas memperlihatkan bahwa pada KUD Karya Teguh 5 variabel yang ada termasuk organik sedangkan pada KPSBU ada satu variabel yang rataannya bernilai 3,5 sehingga termasuk sistem mekanistik. Variabel yang merupakan sistem mekanistik pada KPSBU ini adalah variabel yang menunjukkan sejauh mana fungsi peninjauan kembali dan kontrol dipusatkan. Artinya pada variabel ini para responden KPSBU berpendapat fungsi peninjauan kembali hanya dipusatkan di puncak manajementidak dilaksanakan disemua tingkat organisasi. Perbedaan signifikan terhadap nilai rataan yang ada antara kedua koperasi terdapat pada variabel sejauh mana data kontrol digunakan oleh mananajer maupun karyawan untuk pedoman pribadi atau pemecahan persoalan kelompok dan variabel sejauh mana fungsi peninjauan kembali dan kontrol dipusatkan. Masing-masing variabel signifikan pada selang kepercayaan 90 persen dan diatas 99 persen, artinya pada dua variabel ini ada perbedaan yang nyata antara nilai rataan pada KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang. 5.2.8. Sasaran Prestasi dan Latihan Prestasi kelompok pada suatu organisasi dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal koperasi itu sendiri. Kondisi eksternal mempengaruhi faktor-faktor internal yang memiliki sumber-sumber yang berbeda yang melekat pada masing-masing anggotanya dan juga memiliki struktur yang menentukan norma-norma dan peranan kelompok. Sedangkan latihan sendiri diperlukan agar karyawan dapat tumbuh dan berkembang dalam pekerjaannya agar prestasi yang ada dapat ditingkatkan.
Dalam faktor sasaran prestasi dan latihan ini terdapat tiga buah variabel, lebih jelasnya terlihat pada Tabel 12 yang menunjukkan hasil analisis rataan dari jawaban responden terhadap berbagai variabel pada faktor sasaran prestasi dan latihan. Tabel 12. Analisis Rataan (Mean) Jawaban Responden Terhadap Faktor Sasaran Prestasi dan Latihan No 1
2
3
Faktor Sasaran Prestasi dan Latihan Tingkat sasaran prestasi yang diinginkan oleh atasan untuk dicapai oleh organisasi Sejauh mana anda sudah diberi jenis latihan manajemen yang anda inginkan Cukup tidaknya fasilitas latihan yang diberikan
Keterangan : ** ***
Rataan Jawaban Responden KUD Karya KPSBU Teguh
Perbandingan Nilai
6,08
4,77
***
5,73
4,5
**
6,08
6,5
-
= Tidak Signifikan = Signifikan pada selang kepercayaan 99 persen = Signifikan pada selang kepercayaan diatas 99 persen
Tabel diatas memperlihatkan bahwa hanya variabel cukup tidaknya fasilitas latihan yang diberikan pada KPSBU Lembang yang menunjukkan sistem organik, dua variabel lainnya dalam faktor sasaran prestasi dan latihan justru cenderung sistem mekanistik. Berbeda dengan KUD Karya Teguh yang semua variabelnya mengarah ke sistem organik seperti tercermin dari nilai ratan variabel yang masing-masing bernilai lebih besar dari 5. Pada KPSBU menurut nilai rataan tingkat sasaran yang diinginkan atasan adalah luar biasa tingginya, responden merasa tidak pernah diberi jenis manajemen yang diinginkan dan fasilitas latihan yang diberikan selama ini hanya cukup baik.
Dari perbandingan nilai mean, diperoleh hasil bahwa hanya terdapat satu variabel dalam faktor sasaran prestasi dan latihan yang nilai rataannya tidak ada perbedaan nyata yaitu pada variabel cukup tidaknya fasilitas yang diberikan. Nilai rataan yang berbeda signifikan pada selang kepercayaan 99 persen terdapat pada variabel sejauh mana responden sudah diberi jenis latihan manajemen yang inginkan, sedangkan perbedaan signifikan pada selang kepercayaan diatas 99 persen terdapat pada variabel tingkat sasaran prestasi yang diinginkan oleh atasan untuk dicapai oleh organisasi.
5.3.
Analisis Perbedaan Model Desain Organisasi Berdasarkan FaktorFaktor dalam Profil Ciri pada KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang. Untuk meganalisis apakah terdapat perbedaan desain organisasi melalui
profil ciri-ciri organisasi yang terjadi pada KUD Karya Teguh yang merupakan koperasi yang top-down maupun KPSBU yang bottom-up dilakukan Uji MannWhitney. Dengan perhitungan berdasarkan ketetapan yang ada maka dapat diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan terhadap profil ciri-ciri organisai KUD dan KPSBU dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9, bahwa hasil yang didapatkan dari perhitungan dengan uji yang dilakukan dan melihat kemungkinan pada tabel z ternyata kemungkinan atau probability yang lebih kecil dibandingkan α-nya (p = 0,05130 dan α = 0,05), sehingga keputusan pengujian menyatakan bahwa desain organisasi yang diperoleh melalui profil ciri-ciri organisasi antara KUD Karya Teguh dan KPSBU tidak tergolong sama atau berbeda antara keduanya.
Desain organisasi yang ada berbeda antar kedua koperasi ini jika dilihat dari faktor-faktor dalam profil ciri dapat dinyatakan bahwa 51 variabel dalam delapan faktor ciri yaitu proses kepemimpinan, ciri-ciri kekuatan motivasi, ciriciri proses komunikasi, ciri-ciri proses interaksi, ciri-ciri proses pengambilan keputusan, ciri-ciri penetapan sasaran dan pemberian perintah, ciri-ciri proses kontrol serta sasaran prestasi dan latihan diterapkan secara berbeda pada kedua koperasi. Hal yang membuat terciptanya perbedaan tersebut adalah adanya pengaruh keragaan usaha masing-masing koperasi. Permasalahan yang dihadapi koperasi dan potensi bisnis yang ada pada masing-masing koperasi membuat adanya cara pencapaian tujuan yang berbeda-beda. Pada KUD Karya Teguh terdapat permasalahan yaitu adanya persaingan dengan badan swasta lain di unit bisnis pasar swalayan seperti hadirnya berbagai waralaba Alfa Mart, Griya, Ramayana, Borma, Indomart, YoMart, Matahari dan sebagainya. Masalah sumber daya pengurus dan pengawas yang tingkat pendidikannya rendah dan masalah tingkat partisipasi anggota yang masih rendah ditunjukkan dengan keikutsertaan anggota ketika sedang membutuhkan koperasi saja. Pada KPSBU berbeda, kendala dan permasalahan ada pada persaingan harga dengan susu skim impor karena rendahnya bea masuk yang menyebabkan mudahnya susu skim impor masuk ke Indonesia, teknologi yang digunakan dalam pemerasan susu sapi oleh peternak masih dilakukan secara manual sehingga susu yang dihasilkan kurang higienis, ketidakjujuran peternak sapi perah yang mencampur susu perahan dengan air, ketersediaan staf serta sumber daya keuangan.
Potensi bisnis yang ada juga turut berpengaruh pada perbedaan ini, pada KUD Karya Teguh terdapat potensi berupa kerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam bidang kelistrikan sehingga koperasi dapat melayani pelanggan PLN di Bandung Utara dalam pembayaran rekening listrik. Potensi di unit bisnis sarana produksi peternakan dengan melakukan kerjasama lewat pengusaha di bidang peternakan sehingga koperasi dapat menjadi supplier kebutuhan pakan bagi peternak dan potensi dengan peningkatan kinerja koperasi melalui perekrutan staf-staf ahli untuk mengisi posisi yang tersedia. Potensi bisnis pada KPSBU berbeda yakni masih dapat meningkatkan volume usahanya dalam menambah jumlah peternak dari daerah sekitar Lembang. Potensi adanya kerjasama dengan koperasi-koperasi disekitarnya (anggota GKSI) dan juga koperasi di Luar Negeri diantaranya Canadian Co-operative Association (CCA) serta Dinas Peternakan yang tentu saja berperan untuk pengembangan diri dan keahlian, potensi pengembangan teknologi bagi industri pengolahan susu. Keberadaan koperasi bila dilihat dari segi ekonomi merupakan pemanfaatan skala usaha. Semakin besar skala usahanya maka biaya produksi akan semakin berkurang. Skala usaha koperasi yang besar memungkinkan koperasi untuk berproduksi dengan biaya yang lebih rendah dan jumlah produksi yang lebih besar. Sebagai organisasi ekonomi koperasi harus mampu menjalankan usahanya secara berkesinambungan. Apabila pada suatu koperasi berhenti menjalankan usaha berarti berhenti pula kegiatan koperasi sebagai organisasi manusia. Salah satu indikator profesionalisme dari suatu koperasi adalah perkembangan dan pertumbuhan usaha yang berkesinambungan atas usahanya sendiri.
5.4.
Evaluasi Kinerja KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang. Desain organisasi yang diperoleh dari berbagai faktor penciri akan
dikaitkan dengan hasil kinerja dari kedua koperasi yang berbeda ini. Dari SHU yang terdapat pada kedua koperasi akan dibandingkan dengan jumlah asset yang dimilikinya. Gambar 5 menunjukkan perbandingan rasio SHU per asset yang dimiliki oleh kedua koperasi RASIO SHU PER ASSET 0.025 0.020 0.015 0.010 0.005 0.000 2002
2003
2004
TAHUN KUD Karya Teguh
KPSBU
Gambar 5. Rasio SHU per asset KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang Bila dilihat dari jumlah asset yang terdapat pada kedua koperasi, jumlah asset KPSBU lebih besar. Sebelumnya, pada perkembangan umum bidang keuangan koperasi dapat dilihat perbedaan jumlah asset dan SHU pada kedua koperasi. Jumlah asset pada KPSBU lebih besar dari nilainya dan begitu juga secara rasio. Kinerja untuk KPSBU lebih baik dilihat dari rasio SHU per asset yang dimilikinya.
Selain melihat kinerja melalui rasio SHU per asset, juga dilihat dari asset per anggota dari kedua koperasi. Jumlah anggota pada KUD Karya Teguh pada tahun 2002 sebanyak 685 orang, tahun 2003 sebanyak 753 orang dan tahun 2004 sebanyak 777 orang. Sedangkan pada KPSBU berturut-turut dari tahun 2002 sampai tahun 2004 jumlah anggotanya adalah sebanyak 4955, 5350 dan 5797 orang. Gambar 6 memperlihatkan rasio asset per anggota dari kedua koperasi.
RASIO ASSET PER ANGGOTA 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 2002
2003
2004
Tahun
KPSBU
KUD Karya Teguh
Gambar 6. Rasio asset per anggota KUD Karya Teguh dan KPSBU Rasio asset peranggota pada KUD lebih rendah bila dibandingkan KPSBU. Untuk kinerja, KPSBU lebih baik dari KUD Karya Teguh karena menunjukkan kecenderungan rasio asset per anggota yang lebih tinggi. Dari perbandinagn antara rasio SHU per asset dan rasio asset peranggota, kinerja KPSBU memang lebih baik dari KUD Karya Teguh. Desain organisasi yang memiliki campuran dan bervariasi antara desain organik dan desain mekanistik cocok diterapkan di dalm perkembangan koperasi susu ini.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan Hasil identifikasi mengenai desain organisasi menunjukkan bahwa KUD
Karya Teguh desain organisasi cenderung organik, dimana semua variabel yang ada dalam faktor-faktor yang mempengaruhi profil ciri memiliki rata-rata yang menggolongkannya pada desain organik. Sedangkan pada KPSBU desain organisasi lebih beragam dimana ada 20 variabel yang cenderung mekanistik dan 31 variabel yang cenderung organik. KUD karya Teguh lebih mengarah pada sistem yang ideal dilihat dari desain organisasinya terkait dengan responden yang pembatasannya hanya pada karyawan. Terdapat 16 variabel yang nilai rataratanya tidak ada perbedaan signifikan antara kedua koperasi. Sisanya sebanyak 35 variabel didapat adanya perbedaan yang nyata antara nilai rata-rata pada KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang. Ada perbedaan desain organisasi antara KUD Karya Teguh maupun KPSBU Lembang, artinya kedua koperasi tidak dapat digolongkan sama pada kedua koperasi yang artinya terdapat perbedaan antara koperasi yang bottom-up dan top-down. Perbedaan koperasi yang top-down dan bottom-up pada penelitian yang dilakukan terdapat dalam
proses kepemimpinan yang digunakan dan
komunikasi yang terjadi. Sedangkan keterkaitan antara kedua koperasi dapat dilihat dari ciri-ciri proses interaksi-pengaruh dan persamaan dalam ciri-ciri penetapan sasaran dan perintah (penyusunan tujuan).
6.2.
Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas maka penulis dapat
memberikan saran-saran yaitu : 1. Pada KUD Karya Teguh yang semua variabel memiliki desain organik, sebaiknya desain organisasi organik yang ada dipertahankan agar terdapat kecenderungan organisasi yang sukses didalamnya. Terdapat variabel yang perlu diperhatikan yaitu pada variabel di tingkat mana keputusan secara resmi diambil. Pada variabel ini harus diperhatikan bagaiman pengambilan keputusan diupayakan agar secara merata dilaksanakan disemua bagian organisasi dalam suatu proses terpadu antara kelompok yang tugasnya berhimpitan. Rasa tanggung jawab bawahan untuk memulai komunikasi yang teliti ke atasan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan pada karakteristik dalam profil ciri di KUD Karya Teguh. 2. Pada KPSBU walaupun variabel-variabel yang ada tidak menunjukkan sepenuhnya organik, namun terdapat beberapa variabel dengan nilai rataan yang tinggi yaitu rasa tanggung jawab pada masing-masing anggota organisasi dan ketelitian komunikasi ke atas, hal ini harus dipertahankan. Variabel Komunikasi ke bawah harus lebih diperhatikan untuk tidak dimulai hanya di puncak organisasi tetapi dimulai disemua tingkat.
3. KUD Karya Teguh yang mempunyai jumlah unit usaha yang cukup banyak dan dalam perkembangannya mengikuti pasar yang permintaanya selalu
berfluktuasi,
maka
perlu
diantisipasi
dengan
menerapkan
manajemen yang baik. Pada KPSBU Lembang pembelian susu yang jelas berasal dari anggotanya yaitu peternak sapi perah dan jumlah yang dijual juga jelas dituntut disiplin dan kerja keras seluruh komponen koperasi. Diperlukan pengembangan teknologi sehingga pemberlakuan berbagai aturan Industri Pengolahan Susu (IPS) mengenai standar berbagai kualitas susu dapat dipenuhi dan pengelolaan persusuan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Artiningsari, D. 2002. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pengurus dan karyawan KUD Inti Mina Fajar Sidik di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Baga, L. M. 2002. Wacana Aktual : Wirakoperasi dan Agribisnis. WA-ICE Edisi1. http://www.members.tripod.com. Gibson, et all. 1996. Organisasi : Perilaku, Struktur dan Proses. Jilid 2 Edisi 5. Penerbit Erlangga, Jakarta. Ginting, M. 1999. Dinamika Organisasi Koperasi : Kajian Tentang Pengaruh Faktor-faktor Dinamika Organisasi Terhadap Keberhasilan Koperasi. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Griffin, W dan Elbert, R. 2003. Bisnis. Jilid I, Edisi Keenam. Penerbit Prehallindo, Jakarta. Harjono, A. 2001. Efektivitas perubahan struktur organisasi terhadap rentang kendali dan koordinasi dalam perusahaan : studi kasus restruktrurisasi organisasi pemasaran pada P.T.Agricon Cultur, Ltd Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Faperta IPB, Bogor. Hicks and Gullet. 1975. Organization : Theory and Behaviour. McGraw-Hill, New York. Kantor Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 2005. Perkembangan Jumlah Koperasi di Indonesia. http://www.depkop.go.id. KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang. 2005. Laporan Tahunan 2002 - 2004.
Kuswadi dan Mutiara. 2004. Statistik Berbasis Komputer Untuk Orang Non Statistik. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. Likert, R. 1967. The Human Organization : Its Management and Value. McGrawHill Kogakusha , Ltd. Tokyo. Mulyono, S. 1991. Statistika Untuk Ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Oktaviani, S. 2004. Analisis kinerja koperasi pada Koperasi Badan Pusat Statistik, Jakarta. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Faperta IPB, Bogor. Pangewa, M. 2004. Perilaku Keorganisasian. Direktoriat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Robbins, S. 1999. Essential of Orgazinational Behaviour, 5th Ed. Prentice Hall. San Diego. Reksohadiprojo, S. 1998. Manajemen Koperasi, Edisi Kelima. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Sitio, A dan Tamba, H. 2001. Koperasi : Teori dan Praktik. Penerbit Erlangga, Jakarta. Soedjono, I. 1997. Koperasi di Tengah Arus Liberalisasi Ekonomi. Penerbit Yayasan Formasi, Jakarta. 1997. Setengah Abad Pasang Surut Gerakan Koperasi Indonesia. Penerbit Dekopin, Jakarta. Soetrisno, N. 2003. Koperasi Indonesia : Potret dan Tantangan. Kantor Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Jakarta. Suratman, M. dan Rusidi 2002. 20 pokok pemikiran tentang pembangunan Koperasi. UPT. IKOPIN, Bandung. Susanti, I. 2002. Kajian kinerja Koperasi di Bidang Agribisnis : studi kasus Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Faperta IPB, Bogor. Sutarto. 1986. Dasar-dasar Organisasi. Cetakan Kesembilan. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Swastha, B dan Sukotjo, I. 2000. Pengantar Bisnis Modern. Penerbit Liberty, Yogyakarta Undang-undang RI no 25 th 1992. Koperasi dengan penjelasannya. C.V. Karyono, Yogyakarta. Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Lampiran 1. KUESIONER PENELITIAN ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI (PERBANDINGAN ANTARA KUD KARYA TEGUH DAN KPSBU LEMBANG, JAWA BARAT)
IDENTITAS RESPONDEN
Bapak/Ibu pengurus atau karyawan Koperasi yang terhormat, Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, saya memohon kesediaan Bapak /Ibu untuk dapat membantu penelitian saya dan mengisi kuesioner ini. Pada penelitian yang saya lakukan, akan di analisis berbagai faktor dalam profil ciri organisasi Koperasi Bapak/Ibu. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak Koperasi dalam melihat sistem kerja yang dijalankan serta menjadi pertimbangan untuk mencapai sistem kerja yang lebih baik dalam pelaksanaannya. Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi kuesiner ini. Andri Purna NRP : A14103511
1. Nama
: ..............................................
2. Umur
:
..............................................Tahun 3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan Terakhir
:
Laki-laki
Perempuan
SD
SLTP
SMU/Sederajat Diploma
Sarjana
5. Jabatan
: ..............................................
6. Masa Kerja
:
..............................................Tahun 7. Alamat
: .............................................. ..............................................
8. Telepon PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS PERTANIAN
: ..............................................
Lampiran 6. Contoh Perhitungan Independent-Samples T Test Untuk Melihat Perbedaan Nilai Rata-rata Jawaban Responden. KUD Karya Teguh No Resp Nilai Skor 1 6 2 10 3 5 4 6 5 10 6 6 7 5 8 7 9 5 10 6 11 3 12 6 13 7 14 7 15 6 16 7 17 10 18 8 19 6 20 5 21 5 22 6 23 5 24 5 25 7 26 7 Total 166 Rata-rata 6,38 Simpangan 1,675 Baku
Š1 t
KPSBU No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Total Rata-rata Simpangan Baku
1,583
Š2
+
= S1 2
S2 2
n1
n2
6,38 t
Nilai Skor 7 1 5 2 4 7 5 3 2 4 4 5 4 2 1 4 4 4 3 4 6 5 3 3 2 4 98 3,77
+
3,77
=
= 5,8 2
2
(1,675)
(1,583)
26
26
Nilai t > dari ttabel (1.645), artinya ada perbedaan signifikan pada variabel kepercayaan atasan pada bawahannya antara nilai rata-rata KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang.
Lampiran 7. Output SPSS Independent-Samples T Test Untuk Variabel Kepercayaan Atasan Pada Bawahan .
T-Tests Group Statistics
Skor Penilaian Variabel 1
Responden Responden KUD Karya Teguh
N
Responden KPSBU
Mean
Std. Error Mean
Std. Deviation
26
6.38
1.675
.329
26
3.77
1.583
.310
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Skor Penilaian Variabel 1
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig. .015
.903
T
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
5.787
50
.000
2.62
.452
1.708
3.523
5.787
49.839
.000
2.62
.452
1.708
3.523
Lampiran 8. Uji Mann Whitney Untuk Melihat Perbedaan Terhadap Profil Ciri-ciri Organisasi Antara KUD Karya Teguh dan KPSBU KUD Karya Teguh No Resp Nilai Skor Ranking 1 351 48 2 333 44 3 305 32 4 338 47 5 316 35.5 6 334 45 7 287 24 8 303 31 9 249 5.5 10 316 35.5 11 337 46 12 326 40.5 13 322 37 14 354 49 15 324 38 16 327 42 17 389 52 18 372 51 19 328 43 20 298 28 21 288 25 22 255 9 23 315 34 24 302 29.5 25 326 40.5 26 325 39 Total 8320 951
KPSBU No Resp Nilai Skor Ranking 1 366 50 2 239 3 3 230 2 4 245 4 5 292 26 6 302 29.5 7 271 17 8 276 20 9 254 7.5 10 270 16 11 277 21 12 283 22.5 13 260 12 14 306 33 15 258 11 16 269 15 17 261 13 18 294 27 19 274 19 20 264 14 21 283 22.5 22 272 18 23 257 10 24 249 5.5 25 227 1 26 254 7.5 Total 7033 427 26( 26 + 1 )
U = n1n2 +
n1 (n1 + 1)
= (26)(26) + - R1
2
- 951 2
= 676 + 351 – 951 = 76
Berdasarkan
data
tersebut,
diperoleh
kelompok-kelompok
yang
mempunyai angka sama yaitu : 2 skor 249 ; 2 skor 254 : 2 skor 283 ; 2 skor 302 ; 2 skor 316 ; 2 skor 326
Lanjutan Lampiran 8
Dengan demikian harga ∑ T dapat dihitung sebagai berikut:
t3-t ∑T=∑ 12 = 0,5 + 0,5 + 0,5 + 0,5 + 0,5 + 0,5 =3
n1n2 U 2 Z
= n1n2
N³ - N
N(N -1)
12
(26)(26) 76 2 = (26)(26)
52³ - 52 3
52(52 -1)
12
= - 4,796
•
Hasil perhitungan output SPSS 11,5 melalui uji non parametrik Mann Whitney menunjukkan hasil yang sama dengan perhitungan dengan rumus yang ada.
Lampiran 9. Output SPSS Tes Non Parametrik Mann-Whitney.
NPar Tests Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Total Skor penilaian Koperasi
52
295.25
38.336
227
389
KUD Karya Teguh dan KPSBU
52
1.50
.505
1
2
Mann-Whitney Test Ranks
Total Skor penilaian Koperasi
KUD Karya Teguh dan KPSBU KUD Karya Teguh
N
Mean Rank
Sum of Ranks
26
36.58
951.00
KPSBU
26
16.42
427.00
Total
52
Test Statistics(a)
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z
Total Skor penilaian Koperasi 76.000 427.000 -4.796
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
Exact Sig. (2-tailed)
.000 a Grouping Variable: KUD Karya Teguh dan KPSBU
Dari tabel z, diperoleh bahwa harga z mempunyai kemungkinan harga 5
p= 0,0 130 yang kecil dari α = 0.05 dan nilai Exact Sig yang lebih kecil dari α maka keputusannya adalah tolak H0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan terhadap desain organisasi melalui profil ciri antara KUD Karya Teguh yang top-down dengan KPSBU yang bottom-up, dengan kata lain desain organisasi dari profil ciri-ciri keduanya tidak tergolong sama.