Jurnal
Ekonomi, Bisnis dan Koperasi Vol. 11, No.1, April 2009
ISSN 1411 – 1241
SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Antoni PENGARUH STRATEGI FUNGSIONAL USAHA KECIL &MENENGAH(UKM) TERHADAP PRESTASI PERUSAHAAN
Imran Agus ANALISIS DAMPAK EKTERNALITAS AKTIVITAS INDUSTRI KARET TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP DISEKITARNYA (STUDI KASUS : PT. BATANG HARI BARISAN)
Puti Andiny, Irwan Muslim KONTRIBUSI SEKTOR PEREKONOMIAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA: APLIKASI MODEL GRANGER CAUSALITY VERSI VECM
Antoni, Kasman Karimi DAMPAK SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO DI INDONESIA 25 TAHUN TERAKHIR
Evi Susanti Tasri EFISIENSI PEMASARAN IKAN PATIN (PANGASIUS SUTCHI) DARI DESA PADANG MUTUNG KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU
Tibrani& Kasman Karimi
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUNG HATTA
Jurnal
Ekonomi, Bisnis dan Koperasi Vol. 11, No.1, April 2009
ISSN 1411 – 1241
SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Antoni
.................................... 1-13
PENGARUH STRATEGI FUNGSIONAL USAHA KECIL &MENENGAH(UKM) TERHADAP PRESTASI PERUSAHAAN Imran Agus....................................... 14-26 ANALISIS DAMPAK EKTERNALITAS AKTIVITAS INDUSTRI KARET TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP DISEKITARNYA (STUDI KASUS : PT. BATANG HARI BARISAN)
Puti Andiny, Irwan Muslim ................... 27-41 KONTRIBUSI SEKTOR PEREKONOMIAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA : APLIKASI MODEL GRANGER CAUSALITY VERSI VECM
Antoni, Kasman Karimi ....................... 42-54 DAMPAK SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO DI INDONESIA 25 TAHUN TERAKHIR
Evi Susanti Tasri .......................... 55-63 EFISIENSI PEMASARAN IKAN PATIN (PANGASIUS SUTCHI) DARI DESA PADANG MUTUNG KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU
Tibrani & Kasman Karimi ..................... 64-75
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUNG HATTA
Jurnal
Ekonomi, Bisnis dan Koperasi Vol.11, No.1 April 2009
ISSN 1411 – 1241
Kebijakan Editorial Jurnal Ekonomi Bisnis Koperasi, JEBSI diterbitkan oleh Pusat Penelitian Ekonomi Koperasi (PUSLITKOP) secara berkala (setiap enam bulan) atau periode April dan Oktober dengan tujuan untuk menyebar luaskan informasi hasil riset ekonomi, koperasi, bisnis dan akuntansi kepada para akademisi, praktisi, mahasiswa, dan lain-lain yang tertarik. Lingkup hasil riset yang dimuat dalam JEBSI, antara lain meliputi bidang : ekonomi, koperasi , bisnis dan akuntansi. JEBSI menerima kiriman artikel hasil riset yang ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Penulis harus menyatakan bahwa artikel yang dikirim ke JEBSI tidak dikirimkan atau dipublikasikan dalam Jurnal lain. Untuk artikel hasil riset dengan pendekatan survey, penulis harus melampirkan instrument riset (Kuisioner, kasus, daftar wawancara dan lain-lain). Agar hasil riset yang dimuat dalam JEBSI dapat bermanfaat untuk pengembangan praktek pendidikan, penulis artikel berkewajiban memberikan data riset kepada yang memerlukannya dan memberikan informasi cara memperoleh data tersebut. Penentuan artikel yang dimuat dalam JEBSI melalui proses blind reviw oleh editor JEBSI, dengan mempertimbangkan antara lain: terpenuhinya persyaratan baku publikasi Jurnal, metodologi riset yang digunakan, dan signifikansi konstribusi hasil riset terhadap pengembangan profesi pendidikan Editor bertangung jawab untuk memberikan telaah konstruktif, dan jika dipandang perlu menyampaikan hasil evaluasi kepada penulis artikel. Artikel dikirim ke editor JEBSI dengan alamat : Kasman Karimi, SE.,M.Si Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi Gedung A Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera Ulak Karang Padang (25133) Telp. (0751) 41844, 51678 BPD Kantor Kas Pembantu Universitas Bung Hatta No. Rek. 2104-911.06500.2
Vol. 11, No.1, April 2009
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi
SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Antoni Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta ABSTRACT Changes in economic sector are main factor for economic growth in every economies. History showed that in development process of many countries, including Indonesia, there is a transition from agricultural to industrial and services sector. The importance of the role of services sector in industrial sector development as an engine of growth has strengthen the growth rate of economic. Services sector has been considered as an alternative engine for economic growth in 21st century. However, several external factors or crisis affected economic growth of many countries all over the world, recently. Asian financial crisis in 1997 decelerated the growth rate for many countries, Indonesia. Besides, the September 11 Tragedy also slowdown the world economic growth. The US attack on Iraq on March 20, 2003 also influenced the world oil supply and economic growth. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) occurred on mid of March, 2003 has affected the economic activities all over the world, especially in tourism industry. Hence, policy makers have undertaken many efforts and strategies to ensure the sustainable of their country economic growth. The objectives of this paper are to analyze and compare the effectiveness of Indonesian economic policies on performance of the agricultural, industrial and services sector in both countries. Analysis is based on annual data from 1981 to 2002. Multivariate co-integration techniques is applied to test the long run relationship between each primary sector and economic growth for Indonesia. To assess the short run relationship between the variables, Vector Error Correction Model (VECM) is used. Based on the results found, this paper recommends several policy implications. KEYWORDS: economic sectoral shocks, economic growth, VECM. Pengenalan Perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah di samping iklim investasi yang lebih baik, ekonomi Indonesia telah mengalami pelbagai perubahan struktur sejak negara mencapai kemerdekaan. Sektor pertanian merupakan tulang punggung pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia sebelum merdeka sehingga lewat 1970-an. Walau bagaimanapun, sejak tahun 1980, persentase sumbangan sektor pertanian memperlihatkan tren menurun. Keadaan ini meresahkan pihak pemerintah dan golongan yang terlibat dalam pembangunan pertanian. Kelambanan prestasi sektor ini disebabkan beberapa faktor seperti kejatuhan harga ekspor komoditi utama dan kenaikan harga impor keperluan bahan sektor pertanian. Kelambatan permintaan dunia terhadap komoditi utama di zaman
Antoni, April 2009
krisis ekonomi pada awal dekad 1980an telah memberi kesadaran bahwa kepentingan mempercepat dan mempergiatkan pembangunan sektor perindustrian. Indonesia yang mempunyai jumlah penduduk seramai 211.06 juta orang pada tahun 2002 (Asian Development Bank) telah mengalami keadaan ekonomi yang menarik sesuai dengan perubahan persekitaran dan perubahan faktor yang berkaitan dengan sosial, politik dan juga keadaan ekonomi dunia sendiri. Perubahan struktur ekonomi berubah dari ketergantunga kepada sektor pertanian kepada sektor perindustrian. Pada masa yang sama sektor jasa berperanan berperan bagi sektor pertanian dan perindustrian. Indonesia juga telah mengalami krisis keuangan pada tahun 1997. Krisis keuangan ini telah menyebabkan mata uang Rupiah mengalami penurunan nilai sebanyak 67 % berbanding Dolar US di antara Juli sehingga Desember 1997. Krisis ini juga telah menyebabkan KDNK ril Indonesia mengalami penurunan daripada 7.8 % pada tahun 1996 kepada 4.9 % pada tahun 1997. Persentase KDNK riil ini terus menurun kepada -13.7 % pada tahun 1998, tetapi kembali meningkat kepada 3.4 % pada tahun 1999 dan 3.9 % pada tahun 2000. Pertumbuhan KDNK ini bergantung kepada sumbangan yang diberikan oleh setiap sektor yang terlibat. Perubahan struktur ekonomi yang berlaku di sebuah negara dikatakan syarat penting untuk membangun. Sebuah negara selalunya akan beralih penekanannya dari sektor pertanian kepada sektor perindustrian dan seterusnya kepada sektor jasa melalui proses pembangunan. Perkembangan sektor perindustrian sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didukung oleh sumbangan sektor jasa telah menjadikan pertumbuhan ekonomi negara sebagai satu pertumbuhan yang mantap. Ini jelas menunjukkan bahwa sektor jasa merupakan satu penggerak pertumbuhan alternatif lebih-lebih lagi pada abad ke-21 ini. Walau bagaimanapun, berbagai peristiwa telah berlaku yang memberi pengaruh kepada pertumbuhan ekonomi dunia secara keseluruhannya. Krisis keuangan yang melanda negara-negara Asia pada tahun 1997 merupakan satu peristiwa yang memberi impak besar terutamanya kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak pemerintah untuk memastikan krisis keuangan yang dialami dapat dikawal dan diatasi. Ini sebagai langkah awal keadaan ekonomi negara agar tidak terus merosot dan berdampak kepada pertumbuhan dan pembangunan negara. Justeru, paper ini ingin meneliti apakah ada hubungan jangka panjang dan jangka pendek bagi setiap sektor utama di Indonesia. Paper ini juga akan meneliti apa yang berlaku kepada sektor-sektor utama apabila berlakunya kejutan (Shock) kepada sektor ekonomi lainnya. Penelitian ini dilakukan ini merupakan sebuah penelitian empirik dengan menggunakan metodologi ekonometrik. Pengujian ini meliputi uji akar unit data dengan menggunakan metodologi Augmented DickeyFuller (ADF), uji kointegrasi Johansen (1988) dan uji penyebab Granger (1969) versi VECM. Uji fungsi tindak balas dan penguraian varians (variance decomposition) juga digunakan untuk melihat impak kejutan (Shock) setiap sektor dan juga kepentingan relatif setiap sektor tersebut kepada pertumbuhan ekonomi.
2
SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi
Sorotan Kajian Lepas Terdapat banyak penelitian yang telah dilakukan tentang pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan penelitian terdahulu, antara isu yang sering dibahaskan dengan meluas untuk menerangkan hipotesis pertumbuhan ekonomi ialah ekspor, pengeluaran pemerintah dan juga investasi langsung asing (ILA). Namun, terdapat juga penelitian yang dilakukan untuk meneliti pertumbuhan suatu sektor dalam ekonomi seperti pertumbuhan sektor manufaktur, sektor pertanian dan juga sektor jasa. Mohammed I. Ansari (1995) telah melakukan penelitian tentang pertumbuhan sektor jasa di India, Pakistan dan Sri Lanka dengan meneliti pengaruh pendapatan per kapita dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan sektor jasa. Metodologi yang digunakan ialah metode kuadrat terkecil (OLS) dan juga metode GLS. Beliau telah menggunakan data tahunan bagi ketiga negara tahun 1973-1991. Keputusan penelitian ialah peningkatan dalam pendapatan per kapita dan pengeluaran pemerintah per kapita menyebabkan pertumbuhan yang cepat dalam sektor jasa di ketiga negara tersebut. Thornton (1997) telah meneliti hubungan antara ekspor dengan pertumbuhan ekonomi di Mexico pada tahun 1996 dengan menggunakan data tahun 1895-1992. Beliau juga meneliti hubungan yang sama pada tahun 1997 di enam negara Eropah, iaitu Denmark, Jerman, Itali, Norway, Sweden dan United Kingdom, dengan menggunakan data tahunan dari pertengahan abad ke-19 hingga tahun 1913. Kedua-dua penelitian beliau menggunakan pengujian kointegrasi dan ujian penyebab Granger. Keputusan penelitian mendapati bahwa ekspor mempunyai hubungan kointegrasi dan arah penyebab Granger dengan pertumbuhan ekonomi di semua lokasi penelitian. Blunch dan Verner (1999) pula mengkaji perbandingan pertumbuhan sektor-sektor utama di Cote d’Ivoire, Ghana dan Zimbabwe. Mereka telah mengembangkan model ’Dual Economy’ dengan memasukkan sektor jasa ke dalam model tersebut. Model VAR telah digunakan untuk menganalisis uji kointegrasi dan model ECM untuk menganalisis uji hubungan jangka pendek. Keputusan penelitian mendapati wujud hubungan jangka panjang antara ketiga–tiga sektor di setiap negara dan juga didapati pengaruh positif sektor perindustrian terhadap sektor pertanian. Hudson dan Ethridge (1999) pula telah menfokuskan penelitian terhadap pajak ekspor dan pertumbuhan ekonomi sektoral dengan tumpuan kepada sektor petanian dan difokuskan kepada pasaran kapas dan benang di Pakistan. Keputusan penelitian mendapati bahwa pajak ekspor mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan sektor kapas, sebaliknya ia tidak memberi pengaruh kepada sektor benang. Ini berarti bahwa pajak ekspor tidak mencapai objektif untuk meningkatkan pertumbuhan nilai ditambah bagi pengeluaran seperti yang diharapkan. Ramos (2001) telah melakukan uji penyebab Granger antara ekspor dan impor dengan pertumbuhan ekonomi di Portugal bagi tempoh tahun 1865-1998. Beliau telah menekankan peranan impor untuk melihat hubungan penyebab antara ekspor-output. Metodologi yang digunakan ialah uji kointegrasi untuk meneliti hubungan jangka panjang dan ujian penyebab Granger dengan menggunakan SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
3
Antoni, April 2009
model koreksi kesalahan (ECM) VAR. Keputusan penelitian beliau mendapati terdapatnya pengaruh antara pertumbuhan ekspor-output dan pertumbuhan imporoutput. Wilber (2002) melakukan penelitian terhadap hubungan sektor jasad dengan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Beliau mengatakan bahwa pengembangan sektor jasa akan mengurangkan pertumbuhan KDNK jangka panjang. Penelitian ini mencoba mengembangkan model endogenos Romer (1990) terhadap tiga sektor, iaitu manufaktur, penyelidikan dan jasa. Keseimbangan pertumbuhan dalam model ini ditentukan melalui peruntukan buruh dalam ke tiga sektor. Keputusan penelitian mendapati bahwa pengaruh pengembangan sektor jasa di ketiga sektor bergantung secara relatif kepada faktor dalam sektor manufaktur dan juga jasa. Sekiranya sektor manufaktur lebih intensif modal berbanding sektor jasa, maka pengembangan sektor jasa akan mendorong kepada pengurangan pekerjaan dalam sektor penelitian dan seterusnya mengurangkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Keadaan sebaliknya pula berlaku sekiranya sektor jasa lebih intensif modal. Akinlo (2004) telah meneliti pengaruh PLA ke atas pertumbuhan ekonomi Nigeria tahun 1970-2001. Penelitian yang menggunakan model koreksi kesalahan (Error Correction Model-ECM) ini menunjukkan bahwa modal swasta dan modal asing tertangguh (lat) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Keputusan ini mendukung pendapat bahwa investasi langsung asing dalam pertumbuhan pengeluaran hasil penggalian tidaklah begitu menggairahkan berbanding dengan investasi langsung asing dalam manufaktur. Keputusan penelitian juga mendapati bahwa ekspor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Balaguer dan Jorda (2004) telah membuat analisis struktur bagi sektor ekspor dengan melihat hubungan antara komposisi ekspor dengan pertumbuhan ekonomi Sepanyol pada abad ke-20 (1910-2000). Penelitian yang menggunakan uji kointegrasi dan uji penyebab Granger ini mendapati evolusi ekspor dan pembangunan kelihatan bergerak secara bebas sepanjang tempoh pertama (19101960) pelaksanaan dasar perlindungan yang tinggi (high protectionism). Keputusan ini berbeda dengan apa yang diperolehi pada tempoh yang lebih liberal (1961-2000), di mana beberapa pengaruh variance decomposition antara pertumbuhan ekonomi dengan aktivitas ekspor utama seperti makanan didapakan. Pada masa yang sama, negara Sepanyol dalam pembangunan dalam tempoh kedua membolehkan memajukan setiap sektor ekspor. METODOLOGI KAJIAN Paper ini merupakan satu penelitian empiris bagi negara Indonesia. Data yang digunakan merupakan data tahunan yang dikumpul dari tahun 1981 sehingga 2002. Penelitian ini turut melakukan uji unit root data dengan menggunakan metodologi Augmented Dickey-Fuller (ADF) dan diikuti pula oleh ujian kointegrasi Johansen (1988) dan ujian penyebab Granger (1969) versi VECM. Ujian ini digunakan untuk melihat hubungan jangka panjang dan juga arah penyebab antaravariabel utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu GDP,
4
SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi
keluaran/output sektor pertanian (AS), sektor perindustrian (IS) dan juga sektor jasa (SS). Selajutnya diikuti uji fungsi tindak balas dan penguraian varians untuk melihat pengaruh kejutan terhadap setiap sektor dan juga kepentingan relatif setiap sektor tersebut kepada pertumbuhan ekonomi. Analisis Keputusan empiris Keputusan Uji Unit Root Uji akar unit yang sama bagi setiap data adalah pra-syarat dalam analisis kointegrasi dan ujian penyebab. Dalam penlitian ini, ujian akar unit arah aliran stokastik individu telah digunakan, iaitu Augmented Dickey-Fuller (ADF). Uji ini adalah sensitif kepada jumlah lat yang digunakan dalam menganggarkan. Nilai statistik-t ADF akan dibandingkan dengan nilai kritis yang diberikan oleh Mac Kinnon (1991). Tabel 1 menunjukkan keputusan uji akar unit tahap awal dan perbedaan pertama. Tabel 1: Uji Akar unit Menggunakan ADF INDONESIA I(0) I(1) GDP -1.4697 -4.4360* AS -1.3016 -3.1541** IS -2.2435 -5.4962* SS -1.4236 -2.8373* Nota:* (**) Tolak Ho menunjukkan variabel stasioner pada tingkat keyakinan 1 % (5 %). I(0) dan I(1) masing-masing menunjukkan stationer pada tahap I(0) dan tingkat perbedaan pertama. Ujian unit root menggunakan lat 1. Keputusan uji unit root bagi setiap data di Indonesia menunjukkan hipotesis nol ditolak bagi ujian stasioner tahap perbedaan pertama I(1) dan gagal ditolak pada stasioner tahap aras I(0), yiaitu bagi semua data. Kesemua variabel adalah stasioner pada 1%, kecuali variabel AS yang pegun pada aras keertian 5%. Kesimpulannya, kesemua variable bagi negara Indonesia adalah stasioner pada I(1). Keputusan Ujian Kointegrasi Teknik kointegrasi variabel oleh Johansen (1988) dan Johansen dan Juselius (1990) digunakan untuk menguji kesemua variable yang digunakan. Kesemua variabel mempunyai derjad stationer yang sama, iaitu pada tahap pertama I(1). Berdasarkan keputusan ujian VAR, dengan lat optimum adalah satu. Hasil uji trace dan uji maximum eigen ditunjukkan dalam Tabel 2. Uji pula menunjukkan terdapatnya sekurang-kurangnya satu persamaan kointegrasi masing-masing pada tingkat kepercayaan 1%. Ini menunjukkan bahwa, melalui ujian trace didapati wujud satu persamaan berkointegrasi pada tingkat kepercayaan 1%.
SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
5
Antoni, April 2009
Tabel 3: Keputusan Ujian Trace Indonesia Hypothesized Statistik Nilai Nilai No. of CE(s) Nilai eigen Trace Kritikal Kritikal 5% 1% None * 0.857792 77.23031 47.21 54.46 At most 1 0.755588 38.22102 29.68 35.65 At most 2 0.372939 10.04304 15.41 20.04 At most 3 0.034820 0.708819 3.76 6.65 Nota: * menunjukkan hipotesis ditolak pada 1 % Uji Trace menunjukkan wujud 1 persamaan kointegrasi pada 1 % Uji menggunakan lat 1 Uji Maximum Eigen juga menunjukkan keputusan yang sama seperti uji Trace. Hanya, terdapat sekurang-kurangnya satu persamaan vektor kointegrasi pada aras keertian 1%. Ini ditunjukkan oleh Tabel 3. Penentuan lat yang optimum ditentukan melalui kriteria Akaike Information Criteria (AIC). Tabel 3 : Keputusan Ujian Maximum Eigen Indonesia Hypothesized Statistik Nilai Nilai No. of CE(s) Nilai Max-Eigen Kritikal Kritikal eigen 5% 1% None * 0.857792 39.00929 27.07 32.24 At most 1 0.755588 28.17798 20.97 25.52 At most 2 0.372939 9.334224 14.07 18.63 At most 3 0.034820 0.708819 3.76 6.65 Nota: * menunjukkan hipotesis ditolak pada 1 % Ujian Maximum Eigen menunjukkan wujud satu persamaan kointegrasi 1 %, Ujian menggunakan lat 1 Keputusan uji kointegrasi ini menggambarkan wujud hubungan jangka panjang antara variabel yang diuji menuju ke arah keseimbangan dalam jangka panjang. Keputusan ini adalah sama seperti mana penelitian yang dilakukan oleh Blunch dan Verner (1999). Oleh itu, terma pembetulan ralat (ECT) perlu dimasukkan ke dalam model, iaitu ECT yang terlat yang membentuk VECM. ECT terlat yang dimasukkan itu menjelaskan tindak balas yang berkointegrasi terhadap ketakseimbangan pada masa sebelumnya.
6
SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi
Keputusan Vektor Koreksi Kesalahan (VECM) Keputusan uji kointegrasi di atas menunjukkan wujud hubungan jangka panjang antara variabel yang diuji. Namun begitu, dalam jangka pendek ketakseimbangan mungkin akan terjadi. Oleh karena itu, terma pembetulan ralat (ECT) dapat digunakan sebagai pengukur masalah ketakseimbangan. Ia juga dapat digunakan untuk menghubungkan sifat jangka pendek variabel dengan nilai jangka panjang masing-masing. Berdasarkan Tabel 4 uji VECM yang dilakukan,variabel AS, IS dan SS secara individu dan pada setiap lat tidak signifikan untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi (GDP). Hubungan antara variabel dalam jangka pendek pula diterangkan oleh uji penyebab jangka pendek Granger. Disebabkan lat adalah lat 1, maka ujian statistik-t digunakan untuk melihat arah penyebab Granger. Tabel 4 menunjukkan bahwa variabel AS (sektor pertanian) pada lat 1 memberi pengaruh yang negatif kepada sektor perindustrian pada aras keertian 10%. Ini pula menunjukkan bahwa penurunan pertumbuhan sektor pertanian pada lat satu telah meningkatkan pertumbuhan sektor perindustrian. Keputusan bagi Indonesia ini berbeda dengan apa yang diperolehi oleh Blunch dan Verner (1999). Tabel 4: Keputusan VECM negara Indonesia Pemboleh ubah ECT1 ∆GDP (-1) ∆AS (-1) ∆IS (-1) ∆SS (-1)
∆GDP 0.029065 [0.42003] 0.327483 [0.46238] 0.000227 [0.60711] 0.000012 [0.38222] -0.00019 [-0.54279]
Indonesia ∆AS 487.4611 [0.20892] -19953.89 [-0.83557] -1.424463 [-1.13153] -0.001588 [-0.01403] 0.845036 [1.14758]
∆IS 16644.75* [5.40212] 4210.396 [0.13351] -2.604075*** [-1.56642] 0.048411 [0.32384] 0.487061 [0.50087]
∆SS 1726.050 [0.56975] -16642.56 [-0.53674] -1.855603 [-0.53674] 0.057880 [0.39379] 1.208122 [1.26358]
Nota: Nilai dalam [ ] menunjukkan statistik t, * (**) *** signifikan pada aras keertian 1 %(5 %)10 % Uji Diagnostik Uji ini dilakukan terhadap variabel residual untuk memastikan model yang dibentuk atau data yang digunakan mencukupi atau tidak. Uji ini merangkumi uji Autoregressive (AR), uji ARCH, uji CUSUM ‘stuctural break’ dan uji kenormalan. Keputusan semua uji ini ditunjukkan dalam Tabel 5. Berdasarkan uji AR yang menggunakan ujian Breush-Godfrey Serial Correlation LM, didapati hipotesis nol gagal ditolak. Ini bermakna residual adalah white noise. Ujian ARCH melalui nilai statistik-F pula menunjukkan wujud pengaruh ARCH. Uji kenormalan yang menggunakan ujian Jarque Bera’ menunjukkan data adalah tidak normal. Ujian CUSUM pula menunjukkan tidak wujud structural break SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
7
Antoni, April 2009
sepanjang tempoh penelitian. Secara keseluruhannya, keputusan ujian diagnostik ini bersesuaian dengan data yang digunakan. Kewujudan votality dalam data ekonomi disebabkan sifatnya yang sensitif kepada keadaan ekonomi sedang berjalan. Tabel 5: Ujian Diagnostik ___________________________________________________________________ Negara
Ujian AR
Indonesia Statistik-F = 0.4700 Prob. = 0.7569
Ujian ARCH______
Ujian Kenormalan
Statistik-F = 0.0641 Prob. = 0.9913
Statistik-t = 77.2828 Prob. = 0.0000
Uji Cusum: Ok Fungsi Tindak Balas Uji fungsi tindak balas bertujuan melihat interaksi dinamik beberapa kejutan (shock) di luar tempoh persampelan. Keputusan fungsi tindak balas bagi Indonesia, pengaruh kejutan yang berlaku dalam pertumbuhan sektor perindustrian dan sektor perkhidmatan akan menyebabkan penurunan pertumbuhan KDNK dan seterusnya mengalami keadaan yang tidak menentu sehingga akhirnya mencapai keseimbangan pada tahun yang ke 13. Bagi sektor pertanian pula, kejutan yang berlaku akan meningkatkan pertumbuhan KDNK. Walaubagaimanapun, ia mengalami keadaan turun naik pada tahun-tahun sesudahnya. Bagi sektor pertanian menyebabkan pertumbuhan sektor pertanian mengalami keadaan yang tidak menentu untuk tempoh yang lama. Manakala, kejutan yang berlaku dalam sektor perindustrian dan jasa tidak memberi pengaruh yang besar kepada pertumbuhan sektor pertanian walaupun pada peringkat awal pertumbuhan sektor pertanian ini agak tidak menentu. Bagi sektor perindustrian pula, kejutan yang berlaku dalam sektor pertanian akan menyebabkan pertumbuhan sektor perindustrian mengalami keadaan yang tidak menentu. Kejutan yang berlaku dalam sektor perindustrian dan jasa pula akan menyebabkan pertumbuhan sektor perindustrian mengalami keadaan yang tidak menentu pada peringkat awal. Namun begitu, ia akan mencapai keseimbangan pada tahun ke 13. Bagi sektor jasa pula, kejutan yang berlaku dalam sektor pertanian akan menyebabkan berlakunya pertumbuhan yang turun naik dalam sektor jasa. Kejutan dalam sektor perindustrian dan perkhidmatan pula menyebabkan pertumbuhan sektor jasa tidak menentu pada peringkat awal, tetapi mencapai keseimbangan pada tahun ke 19. Bagi sektor perindustrian pula, ia lebih sensitif terhadap kejutan yang berlaku dalam KDNK. Ini berarti, apabila berlaku kejutan dalam pertumbuhan KDNK ia akan menyebabkan pertumbuhan sektor perindustrian mengalami kemerosotan. Sekiranya berlaku kejutan dalam sektor pertanian, jasa maupun sektor perindustrian sendiri, ia akan menyebabkan pertumbuhan sektor perindustrian yang tidak menentu sebelum mencapai keseimbangan pada tahun ke 9. Berdasarkan kepada dapatan penelitian di atas, ia menunjukkan bahwa wujud pengaruh kejutan yang berbeda. Sekiranya berlaku kejutan bagi tiap-tiap
8
SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi
variabel. Namun, penelitian mendapati kejutan sektor perindustrian dan sektor jasa akan memberi pengaruh yang sama kepada pertumbuhan ekonomi. Penguraian Varians (Variance Decomposition) Keputusan analisis yang seterusnya berkaitan dengan penguraian varians. Keputusan dalam Tabel 6 merumuskan bahwa pembahagian kepentingan variabel untuk menjelaskan pertumbuhan GDP adalah berbeda. Berdasarkan Tabel 6, didapati bahwa pada tempoh kedua sektor pertanian menjelaskan pertumbuhan ekonomi negara Indonesia 1.29%. Antara variabel yang diuji, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjelaskan 0.69% yang mana sumbangannya lebih rendah berbanding dengan sumbangan sektor pertanian. Secara keseluruhannya, bagi Indonesia, keadaan yang berlaku di mana sektor perindustrian pada awal tempoh memberi sumbangan yang kecil tetapi telah mengatasi sektor pertanian pada kelima hingga tempoh kesepuluh, yaitu dari 1.39% kepada 1.52%. Tabel 6: Keputusan Analisis Penguraian Varians Tempoh Indonesia 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
S.E
Penguraian Varians (Variance Decomposition) GDP AS IS
0.243183 0.362499 0.440408 0.495286 0.531357 0.587728 0.643859 0.691932 0.727012 0.764219
100.0000 97.99986 97.14736 97.27167 97.31444 97.56798 97.57722 97.52275 97.48296 97.55707
0.000000 1.293775 1.569473 1.376496 1.269913 1.082314 1.039841 0.994198 0.957221 0.884068
0.000000 0.694001 1.259992 1.333080 1.387938 1.323329 1.355777 1.455525 1.529742 1.528356
SS 0.000000 0.012364 0.023178 0.018753 0.027713 0.026380 0.027158 0.027529 0.030077 0.030502
Rumusan Dan Implikasi Dasar Objektif utama paper ini ialah untuk menganalisis tentang hubungan jangka panjang antara setiap sektor utama di Indonesia. Seterusnya juga meneliti hubungan dinamik yang wujud antara sektor-sektor utama. Selain itu, penelitian tentang fungsi tindak balas dan penguraian varians juga dilakukan bagi melihat pengaruh kejutan yang berlaku dalam ekonomi terhadap ketiga-tiga sektor serta kepentingan relatif setiap variabel kepada pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan model VAR yang merangkumi teknik ujian kointegrasi untuk menguji hubungan jangka panjang bagi setiap variabel yang digunakan, iaitu sektor pertanian, perindustrian dan jasa. Penelitian ini juga memastikan sektor yang lebih berperanan bagi meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi negara Indonesia. Keputusan penelitian menunjukkan bahwa dalam tempoh kajian (19812002), wujud hubungan kointegrasi antara setiap sektor utama ekonomi. Melalui ujian arah penyebab Granger, didapati wujud hubungan searah di mana penurunan SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
9
Antoni, April 2009
dalam pertumbuhan sektor pertanian akan meningkatkan pertumbuhan sektor perindustrian, yiaitu hubungan yang negatif. Keputusan penelitian memberi satu kesimpulan di Indonesia, peningkatan dalam sektor perindustrian bergantung kepada penurunan dalam pertumbuhan sektor pertanian. Keputusan uji fungsi tindak balas pula menunjukkan bahwa jika berlakunya kejutan dalam ekonomi, maka sektor perindustrian dan jasa akan memberi tindak balas yang sama, iaitu memberi pengaruh kepada penurunan dalam pertumbuhan KDNK dan akan mencapai keseimbangan pada tempoh yang sama. Sektor pertanian pula memberi tindak balas yang bertentangan dengan sektor perindustrian dan jasa mana kejutan yang berlaku akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan akan mengalami keadaan ekonomi yang tidak menentu sebelum mencapai keseimbangan yang agak lewat berbanding sektor perindustrian dan jasa. Analisis penguraian varians pula menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonominya disumbangkan oleh sektor pertanian pada awal tempoh dan berubah kepada sektor perindustrian pada akhir tempoh. Secara keseluruhannya, dapat dirumuskan bahwa walaupun ketiga-tiga sektor mempengaruhi ekonomi namun sektor perindustrian memberi kesan utama kepada pertumbuhan ekonomi di mana pengaruhnya dapat meningkatkan pertumbuhan sektor lain atau pun peningkatan dalam pertumbuhannya amat bergantung kepada sektor-sektor lain. Berdasarkan penemuan yang diperolehi, beberapa implikasi dasar dapat dikemukakan untuk menstabilkan ekonomi negara. Pertama, kewujudan hubungan jangka panjang untuk setiap sektor memberi gambaran bahawa pertumbuhan setiap sektor ini saling bergantungan antara satu sama lain. Namun, kesan sektor perindustrian kepada pertumbuhan ekonomi didapati lebih memainkan peranan yang besar berbanding sektor pertanian dan perkhidmatan. Justeru, perhatian dan penekanan yang lebih perlu diberikan kepada sektor perindustrian bagi memastikan pertumbuhan yang tinggi dan dapat memberi sumbangan yang besar kepada pertumbuhan ekonomi. Pelaksanaan sesuatu kebijakan yang tepat dapat menyelamatkan ekonomi dan menerima pengaruh buruk terutama kejutan-kejutan yang tidak diduga. Kedua, keputusan penelitian ini sejalan dengan keadaan yang sedang dialami di mana sektor perindustrian bertindak sebagai tunggak utama pertumbuhan ekonomi seperti mana di negara membangun yang lain yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan sektor perindustrian yang pesat. Keadaan ini dikenali sebagai perubahan struktur ekonomi, iaitu perubahan daripada sektor pertanian kepada sektor perindustrian. Perindustrian dianggap penting untuk menyerap lebihan tenaga buruh sektor pertanian yang mana ia bukan saja dapat mengurangkan pengangguran tetapi juga dapat meningkatkan produktiviti sektor ekonomi. Kedudukan sektor perindustrian yang kukuh menjadi prasyarat utama untuk menjadi sebuah negara maju. Ketiga, peningkatan dalam teknologi pengeluaran juga perlu dititik beratkan agar produktivitas sektor perindustrian. Usaha ini memerlukan inisiatif sendiri dan secara tidak langsung, tingkat pengeluaran industri tempatan dapat
10
SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi
diperbaiki dan dapat mengurangkan kebergantungan kepada investasi langsung asing (ILA). Keempat, pada masa kini ekspor perindustrian merupakan sektor yang sangat penting dalam ekonomi. Kebijaksanaan menggalakkan industri berorientasikan ekspor ini dapat membantu pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Walaupun kebijaksanaan ini banyak memberi keuntungan kepada negara, namun jika dasar perindustrian dijalankan tanpa pemilihan industri yang sesuai ia akan merugikan negara. Memandangkan Indonesia kaya dengan sumber-sumber bahan mentah termasuklah bahan pertanian, maka strategi perlulah menekankan industri berorientasikan ekspor yang berdasarkan sumber bahan mentah setempat supaya tujuan lebih tercapai. Kelima, namun begitu sejak kebelakangan ini bahan-bahan pertanian telah mengalami kekurangana seperti getah kerana kegiatan menggantikan tanah getah kepada pertanian lain yang terus berlaku sedangkan perkembangan industri berdasarkan getah semakin meningkat. Oleh sebab itu, pelaksanaan kebijaksanaan perindustrian perlu menekankan juga kepentingan dan manfaat sektor pertanian kepada sektor perindustrian. Secara tidak langsung ia dapat menggerakkan lagi sektor pertanian walaupun sektor pertanian memberi tindak balas yang agak perlahan kepada pertumbuhan ekonomi keseluruhannya. Ini kerana, kebanyakan negara yang mencapai taraf negara maju telah mengalami perubahan struktur ekonomi dari bergantung kepada sektor pertanian kepada sektor perindustrian dan jasa. Dalam masa yang sama, negara-negara tersebut mempunyai keupayaan yang tinggi dalam pengeluaran pertanian terutamanya barangan makanan. Keenam, peranan sektor jasa juga tidak boleh dipandang remeh. Sungguhpun, sektor jasa memberi tindak balas yang agak perlahan kepada pertumbuhan ekonomi berbanding sektor perindustrian, namun peranannya juga amatlah besar. Kegiatan perindustrian berorientasikan ekspor seperti yang disarankan oleh pemerintah perlu didukung oleh sektor jasa yang lebih efisien terutamanya bidang keuangan dan pengangkutan. Ketujuh, pertumbuhan sektor jasa yang dikategorikan sebagai pengggenap adalah penting yang mana ia mempunyai hubungan yang rapat dengan sektor perindustrian, terutamanya sektor perminyakan. Antara aktivitas yang dikategorikan sebagai sektor jasa penggenap ialah subsektor keuangan, pengangkutan dan perdagangan enceran borongan. Selain itu, penglibatan sektor swasta juga perlu diberi perhatian. Ini kerana, sektor swasta memainkan peranan penting dalam meningkatkan ekspor dan investasi dalam ketiga-tiga sektor. Oleh itu, strategi pemerintah perlulah memperhatikan sektor ini dengan kebijaksanaan yang dapat meningkatkan inisiatif sektor swasta. Secara keseluruhannya, pada masa ini sektor perindustrian berperanan sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi, namun sumbangan sektor-sektor lain juga sangat berperanan sebagai pemangkin pertumbuhan sektor perindustrian itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa ketiga-tiga sektor ini saling tergantung antara satu sama lain terutama dalam memastikan pertumbuhan ekonomi jangka panjang dapat dicapai dalam keadaan yang baik dan stabil.
SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
11
Antoni, April 2009
DAFTAR PUSTAKA Akinlo, A.E. 2004. Foreign direct investment and growth in Nigeria: an empirical investigation. Journal of Policy Modelling 26: 627-639 Chamhuri Siwar & Surtahman Kastin Hasan. 2002. Ekonomi Malaysia. Ed. 5. Petaling Jaya: Longman Chan S.H. 2004. Pengaruh saiz kerajaan terhadap pertumbuhan ekonomi di Malaysia dari tahun 1970 hingga 2000. Latihan Ilmiah. Universiti Kebangsaan Malaysia Evelyn Shyamala. 2000. Sektor perkhidmatan. Dlm. Mohd Rosli Mohamad & Mohamed Aslam Gulam Hassan (pnyt.). Pembangunan ekonomi Malaysia era globalisasi, hlm 291-309. Kuala Lumpur: Universiti Malaya Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics. Ed. 4. Boston: Mc Graw Hill http://www.adb.org/Documents/books/Key_Indicators/1999/ino.pdf (20Februari 2005) http://www.adb.org/Documents/books/Key_Indicators/1999/mal.pdf(20Februari 2005) http://www.bps.go.id/ Hudson, D. & Ethridge, D. 1999. Export taxes and sektoral economic growth: evidence from cotton and yard markets in Pakistan. Journal of Agricultural Economics 20: 263-276. Indonesia. 1991. Pendapatan Nasional Indonesia 1985-1990. Jakarta. Biro Pusat Statistik Indonesia. 1993. Pendapatan Nasional Indonesia 1987-1992. Jakarta.. Biro Pusat Statistik Lee, K. 1997. Modelling economic growth in the UK: an econometric case for disaggregated sektoral analysis. Journal of Economic Modelling 14: 369394 Md. Zyadi Md Tahir et.al (pnys). 1993. Kamus ekonomi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Mohammed, I. Ansari. 1995. Explaining the service sektor growth:an empirical study of India, Pakistan and Sri Lanka. Journal of Asian Economics 6(2): 233246 Mohd Nasir Saukani. 2000. Sektor pertanian dan pembangunan. Dlm. Nor Aini Haji Idris & Ab. Razak Dan (pnyt.). Teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi hlm. 230-256. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia Mohd Rosli. 2000. Perindustrian: perkembangan dan cabaran. Dlm. Dlm. Mohd Rosli Mohamad & Mohamed Aslam Gulam Hassan (pnyt.). Pembangunan ekonomi Malaysia era globalisasi, hlm 175-216. Kuala Lumpur: Universiti Malaya Nor Aini hj. Idris. 2000. Sektor perkhidmatan dan pembangunan. Dlm. Nor Aini Haji Idris & Ab. Razak Dan (pnyt.). Teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi hlm. 194-210. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia
12
SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi
Norlaila Abu Bakar. 2000. Sektor perindustrian dan pembangunan. Dlm. Nor Aini Haji Idris & Ab. Razak Dan (pnyt.). Teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi hlm. 211-229. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia Pazim @ Fadzim Othman.2000. Pertanian: Prestasi, isu dan cabaran. Dlm. Mohd Rosli Mohamad & Mohamed Aslam Gulam Hassan (pnyt.). Pembangunan ekonomi Malaysia era globalisasi, hlm 141-173. Kuala Lumpur: Universiti Malaya Prasad, E. 1997. Sektoral shifts and structural change in the Japanese economy: evidence and interpretation. Journal of Japan and the World Economy 9: 293-313 Ramos, F.F.Ribeiro. 2001. Exports, imports, and economic growth in Portugal: evidence from causality and integration analysis. Journal of Economic Modelling 18: 613-623 Siti Rohani Yahya. 1988. Konsep asas ekonomi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Thornton, J. 1997. Exports and economic growth: evidence from 19th century Europe. Economics Letters 55: 235-240
SUMBANGAN SEKTOR EKONOMI UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
13