Jurnal
Ekonomi, Bisnis dan Koperasi Vol. 12, No.1, April 2010
ISSN 1411 – 1241
PRINSIP INVESTASI BERBASIS SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA Antoni “PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL” (Studi empiris pada wilayah Propinsi Riau) Arie Frinola Minovia PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM-SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) PERIODE 2004 – 2008 MENGGUNAKAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) Elmirawati & Resti Yulistia Muslim REKRUTMEN DAN PENGEMBANGAN GURU HONOR DI SMA ADABIAH PADANG) Krismena Tovalini PARTISIPASI WANITA DALAM SEKTOR INFORMAL (Studi Kasus: Wanita Pedagang Kaki Lima Di Pasar Payakumbuh) Kasman Karimi & Dya Putri ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KOTA PADANG Nurhuda N
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUNG HATTA
Jurnal
Ekonomi, Bisnis dan Koperasi Vol. 12, No.1, April 2010
ISSN 1411 – 1241
PRINSIP INVESTASI BERBASIS SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA
Antoni
.................................... .1-10
“PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL” (Studi empiris pada wilayah Propinsi Riau)
Arie Frinola Minovia.........................11-30 PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM-SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) PERIODE 2004 – 2008 MENGGUNAKAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) Elmirawati & Resti Yulistia Muslim............... 31-52 REKRUTMEN DAN PENGEMBANGAN GURU HONOR DI SMA ADABIAH PADANG
Krismena Tovalini ........................... 53-66 PARTISIPASI WANITA DALAM SEKTOR INFORMAL (Studi Kasus: Wanita Pedagang Kaki Lima Di Pasar Payakumbuh)
Kasman Karimi & Dya Putri ................... 67-76 ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KOTA PADANG Nurhuda N ................................... 77-96
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUNG HATTA
Jurnal
Ekonomi, Bisnis dan Koperasi Vol. 12, No.1, April 2010
ISSN 1411 – 1241
Kebijakan Editorial Jurnal Ekonomi Bisnis Koperasi, JEBSI diterbitkan oleh Pusat Penelitian Ekonomi Koperasi (PUSLITKOP) secara berkala (setiap enam bulan) atau periode April dan Oktober dengan tujuan untuk menyebar luaskan informasi hasil riset ekonomi, koperasi, bisnis dan akuntansi kepada para akademisi, praktisi, mahasiswa, dan lain-lain yang tertarik. Lingkup hasil riset yang dimuat dalam JEBSI, antara lain meliputi bidang : ekonomi, koperasi , bisnis dan akuntansi. JEBSI menerima kiriman artikel hasil riset yang ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Penulis harus menyatakan bahwa artikel yang dikirim ke JEBSI tidak dikirimkan atau dipublikasikan dalam Jurnal lain. Untuk artikel hasil riset dengan pendekatan survey, penulis harus melampirkan instrument riset (Kuisioner, kasus, daftar wawancara dan lain-lain). Agar hasil riset yang dimuat dalam JEBSI dapat bermanfaat untuk pengembangan praktek pendidikan, penulis artikel berkewajiban memberikan data riset kepada yang memerlukannya dan memberikan informasi cara memperoleh data tersebut. Penentuan artikel yang dimuat dalam JEBSI melalui proses blind reviw oleh editor JEBSI, dengan mempertimbangkan antara lain: terpenuhinya persyaratan baku publikasi Jurnal, metodologi riset yang digunakan, dan signifikansi konstribusi hasil riset terhadap pengembangan profesi pendidikan Editor bertangung jawab untuk memberikan telaah konstruktif, dan jika dipandang perlu menyampaikan hasil evaluasi kepada penulis artikel. Artikel dikirim ke editor JEBSI dengan alamat : Kasman Karimi, SE.,M.Si Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi Gedung A Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera Ulak Karang Padang (25133) Telp. (0751) 41844, 51678 BPD Kantor Kas Pembantu Universitas Bung Hatta No. Rek. 2104-911.06500.2
Vol. 12, No.1, April 2010
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi
PRINSIP INVESTASI BERBASIS SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA Antoni Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Abstract Syariah-based capital market can be defined as the capital market that implements the principles of Islamic canon law in business activitie and does not involve in practices prohibited by the Islamic law such usury, gambling, speculation, stc. It is perceived from the outset that the Islamic Capital Market (ICM) in Indonesia is an essential element of the capital market. In ist evolusionary path, the ICM has functioned effectively as an a;ternative market capital seekers and provider, at the same time playing an important complementary role to the Islamic Capital market industry. Indonesia Stock Exchange (IDX) has Jakarta Islamic Index (JII) that consist of 30 shares which fulfill the syariah criteria set by the National Syariah Board. JII is intended as a benchmark to the performance of syariah-based shares investment. Keywords: syariah principle, capital market. Pendahuluan Asean mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat mengagumkan dengan tingkat pertumbuhan yang tertinggi sehingga pertengahan tahun 1997. Walaupun, pada tahun 1997 Asean mengalami krisis ekonomi yang memberi pengaruh negatif kepada sektor keuangan maupun pasar modal. Pasar modal telah menjadi saraf financial dunia (financial nerve-centre) dunia ekonomi modern. Pasar modal juga tidak terlepas dari berbagai kelemahan salah satunya adalah adanya tindakan spekulasi. Aktifitas ini memang membuat pasar tetap aktif, namun aktifitas ini tidak selamanya bernilai positif terutama saat menyebabkan depresi yang luar biasa. System perekonomian konvensional memanfaatkan pasar uang dan pasar modal sebagai sarana investasi jangka pendek yang bersifat spekulatif guna mendapatkan keuntungan (gain) sebesarbesarnya dengan jangka waktu singkat (Sigh 1998). Aktifitas spekulasi sesungguhnya bukan merupakan investasi. Investor akan berinvestasi mengharapkan keuntungan jangka panjang dan membeli sekuritas dengan tujuan berpartisipasi langsung dalam bisnis. Sedangkan spekulan hanya mengharapkan keuntungan jangka pendek. Spekulasi telah meningkatkan unearned income bagi sekelompok orang dalam masyarakat, tanpa mereka memberikan kontribusi apapun baik yang bersifat positif dan produktif. Untuk mencapai tujuan tersebut seseorang akan menghalalkan segala cara tanpa perduli rambu etika dan agama. (www.ukhuwah.or.id)
Antoni, April 2010
Di tengah kemerosotan, skandal dan resiko yang menimpa pasar modal konvensionanltersebut, dunia mulai melirik system alternative dibidang keuangan, yaitu system syariah yang berlandaskan ajaran islam. Perkembangan pasar financial syariah sedang marak khususnya di Negara-negara yang matoritas penduduknya muslim (Nusantara 2004). Di Indonesia kemajuan pasar finansialnya terutama perbankan syariah dan asuransi syariah cukup signifikan, yang kemudian diikuti dengan pagadaian syariah. Bahkan pertumbuhan reksadana syariah mengungguli pertumbuhan reksadana konvensional pada tahun 2007. (Tumanggor 2005). Perkembangan pasar modal syariah memang dinilai positif. Hal ini merupakan upaya reformasi di system keuangan, khususnya pasar modal di mana system keuangan syariah sebagai system alternative. Namun konsep ini masih perlu terus dikritisi untuk penyempurnaan system tersebut. Oleh karena itu perlu adanya liberalisasi keuangan, sebagaimana dikatakan oleh Hipotesis McKinnon dan Shaw (1973) yang menyatakan pembangunan keuangan melalui liberalisasi merupakan proses dan strategi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Hipotesis McKinnon-Shaw juga menjelaskan liberalisasi keuangan dalam bentuk tingkat bunga riel yang sesuai adalah pemacu kepada pertumbuhan ekonomi dengan membangunkan sistem keuangan. Peningkatan tingkat bunga mendorong konsumsi dan meningkatkan tabungan dan ini merangsang rejim perantara keuangan (financial intermediation) dan seterusnya meningkatkan penawaran kredit kepada sektor swasta. Risk and Return Investasi Sayriah Keputusan investasi tidak hanya keputusan menjual atau membeli efek tertentu, tetapi termasuk jumlah unit yang akan dibeli serta proporsi setiap jenis efek (diversifikasi). Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyusunan portofolio menurut Tuttle (dalam Subrata, 2005) adalah: 1) investor objectives, constraint and preference; 2) rate of return expectation for both asset catagories and individual securities available for portofolio selection; 3) integration of expextation with investor objectives to create an optimum combination of assets from available choices; 4) the constan monitoring of relevant factors which may cause a change in portofolio complexion; dan 5) portofolio performance measurement. Dalam pembentukan portofolio, investor selalu ingin memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat resiko tertentu yang bersedia ditanggung, atau mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu. Portofolio seperti itu disebut dengan portofolio yang efisien. Kombinasi asset-aset yang membentuk portofolio efisien disebut permukaan efisien (efficient frontier). Bagian ini menunjukkan portofolio yang mampu menawarkan tingkat return yang lebih tinggi dengan resiko yang sama dibandingkan portofolio lainnya. Sedangkan portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien. Tentu saja portofolio yang dipilih adalah yang sesuai dengan preferensi investor terhadap return dan risiko yang bersedia ditanggungnya (Tandelilin 2001:78) Upaya meminimalkan risiko dilakukan melalui diversifikasi dengan dua cara: 1) diversifikasi pada berbagai sekuritas (diversification across securities)dan 2)
2
PRINSIP INVESTASI BERBASIS SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi
diversifikasi berdasarkan panjang waktu kepemilikan sekuritas (diversification across time) (Radcliffe 1990). Dalam konteks manajemen portofolio, semakin banyak jumlah saham yang dimasukkan dalam portofolio, semakin besar manfaat pengurangan resiko. Namun manfaat pengurangan resiko portofolio akan mencapai titik puncaknya pada saat portofolio terdiri dari sekian jenis saham, dan setelah ini manfaat pengurangan resiko portofolio tidak akan terasa lagi. Beberapa hasil studi empiris menyatakan bahwa untuk mengurangi resiko portofolio diperlukan sedikitnya antara 15-20 jenis saham (Tandelilin:58i) Namun jika kembali menyimak prinsip-prinsip diversifikasi di atas, portofolio yang terdiri dari saham-saham syariah tidak akan mampu mengurangi risiko investasi sebesar portofolio yang terdiri dari berbagai karakteristik saham. Hal ini disebabkan portofolio Syariah membatasi jenis saham yang akan disusun didalamnya, yaitu harus sesuai kaidah-kaidah islam yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional-MUI. Pendapat ini sejalan dengan prinsip diversifikasi Markowitz, bahwa untuk memperoleh manfaat pengurangan resiko yang lebih optimal tidak bisa mengabaikan begitu saja informasi-informasi penting tentang karakteristik asset yang akan dimasukkan dalam portofolio (seperti dilakukan dalam idversifikasi random). Henry Markowitz (Jones 2004: 214) menyarankan kepada investor untuk tidak membeli satu macam sekuritas saja. Pada dasarnya tidak ada saham memiliki korelasi sangat ekstrim dengan saham lain, biasanya sekuritas akan berkorelasi positif atau negative terhadap sekuritas lainnya meskipun tidak sempurna. Oleh sebab itu investor tidak akan bisa menghilangkan sama sekali risiko portofolio. Hal yang bisa dilakukan adalah “mengurangi” risiko portofolio. Inevstasi pada saham-saham yang berprinsip syariah sangat berbeda dengan investasi pada saham konvensional. Transaksi saham syariah selain tunduk pada peraturan yang ditetapkan oleh pasar modal juga menganut prinsip syariah (muamallat). Berdasarkan hal tersebut, kinerja dari kedua jenis saham itu diduga berbeda secara signifikan. Munculnya produk-produk keuangan berbasis syariah dinegara lain mendorong beberapa peneliti untuk membandingkan kinerja produk syariah (misalnya reksadana dan indeks syariah) dengan kinerja produk keuangan konvensional. Hasil penelitian tentang perbandingan kinerja reksadana syariah dan reksadana konvensional di Negara lain menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Kebanyakan penelitian sebelumnya yang menganalisis kinerja indeks harga saham islam berada di Amerika Serikat. Statman (2000) menganaisis kinerja Domini Social Indeks (DSI) dengan kinerja indeks S & P 500 selama tahun 1990-1998. DSI merupakan indeks dari perusahaan yang dikategorikan memiliki tanggung jawab secara sosial. Temuannya menyatakan bahwa return dan resiko DSI lebih besar dari pada indeks S & P 500. Kreander, Gary, Power dan Sinclair (2000) menganalisis 40 reksadana SRI dari 7 negara menggunakan pendekatan matching (matching approach). Negara-negara tersebut meliputi Belgia (1 reksadana), Jerman (4), Belanda (2),
PRINSIP INVESTASI BERBASIS SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA
3
Antoni, April 2010
Norwegia (2), Swedia (11), Swia (2) dan Inggris (18). Ternyata SRI dan reksadana konvensional memiliki kinerja yang sama. Ahmad dan Albaity (2006) yang meneliti kinerja indeks syariah kuala lumpr (KLSI) dengan indeks saham gabungan (KLCI) dipasa modal Malaysia dengan menggunakan ukuran kinerja sharpe ratio, treynor ratio, beta dan alpha Jensen menemukan bahwa KLSI memiliki tingkat resiko dan return yang lebih rendah dari KLCI. Penelitian Harahap dan Pane (2003) menemukan bahwa selama tahun 1997-2001 dengan menggunakan metode perbandingan langsung kinerja reksadana syariah lebih baik dari pada reksadana konvensional (reksadana mawar). Hal ini dapat dilihat dari tingginya NAB/unit reksadana syariah sebesar Rp. 716,53, sedangkan NAB/unit reksadana mawar Rp. 668,61. Tidak adanya konklusi mengenai resiko dan return investasi syariah tetap membuat investasi jenis ini terus berkembang. Investasi syriah “ dinilai “ tidak mampu memberikan tingkat return seoptimal jika berinvestasi pada porto volio konvensional. Sebab investasi syariah tidak sesuai dengan kaidah efisien frontier. Artinya portofolio syariah tidak mampu memberikan tingkat return yang lebih besar pada timgkat resiko yang sama. Namun keputusan tetap bermuara pada masingmasing investor untuk memilih instrument investasi yang sesuai dengan preferensi resiko dan return yang dikehendaki. Investor yang berinvestsi pada produk syariah akan memperoleh manfaat secara emosional (emotional benefit), sebab investor merasa aman dan yakin bahwa saat berinvestasi tidak melanggar prinsip-prinsip islami. Keuntungan dari jual beli saham akan dianggap halal jika tujuan seseorang adalah menjadi investor bukan spekulan. Misalnya untuk aktivitas jual beli saham akadnya bisa musyaraka, artinya pada saat membeli saham tersebut investor menjadi pemilik perusahaan. Menjadi pemilik dihukum islam diperbolehkan, sehingga membeli saham adalah sah dan halal karena berdasarkan akad untuk menjadi pemilik (bisnis Indonesia, 15 juni 2008:7). Prinsip Pasar Modal Syariah Pasar modal syariah didefenisikan sebagai pasar modal yang mengimplementasikan prinsip-prinsip hukum islam dalam aktivitas bisnisnya, dan tidak menyertakan hal-hal yang dilarang oleh hukum islam seperti riba, perjudian, pelacuran,pornografi, spekulasi dan lain-lain. Dua hal utama dalam pasar modal syariah adalah indeks saham islam dan pasar modal syariah itu sendiri. Indeks islam menunjukkan pergerakkan harga saham dari emiten yang dikategorikan sesuai dengan syariah, sedangkan pasar modal syaruah merupakan institusi pasar modal sebagaiman lazimnya yang ditetapkan berdasarkan “prinsip-prinsip syariah”.(tumanggor 2005) Prinsip dasar yang dubutuhkan untuk mengembangkan pasar modal syariah adalah tidak diperkenankannya penjualan dan pembelian secara langsung. Jika seseorang atau sebuah perusahaan ingin menjual atau membali saham, harus menggunakan jasa pialang. Pialang tersebut akan menghubungi jobber (pemborong) dan menyampaikan maksud untuk bertransaksi (beli ataupun jual saham). Para
4
PRINSIP INVESTASI BERBASIS SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi
jobber menawarkan dua rate harga yakni rate harga yang akan dibeli (biasanya lebih rendah) dan rate harga yang akan dijualnya (biasanya lebih tinggi). Selanjutnya para jobber wajib untuk membeli saham tersebut. Transaksi model ini berimplikasi bahwa para jobber akan membeli saham sekalipun belum tentu membutuhkan dengan harapan akan dapat menjualnya kembali pada pihak yang membutuhkan. Hal ini berpotensi menimbulkan spekulsi, jika saham tersebut ternyata tidak menguntungkan maka dapat dilepas dengan cepat. Saham-saham akan dijual ataupun dibeli jika memang tersedia. Jika banyak pihak yang berminat terhadap saham tertentu, maka mereka terlebih dulu harus terdaftar sebagai applicant dan saham nantinya dijual atau dibeli sesuai prinsipnya first come first served. Berkaitan dengan penentuan harga, dalam aturan islam penentuan harga saham berbeda dengan penentuan harga seperti yang terjadi secara umum (ditentukan oleh kekuatan supply dan demand). Dalam neraca, aset merupakan perwakilan dari modal, dimana kewajiban diasumsikan nol. Sehingga sertifikat sahamnya memiliki nilai tertentu, dimana nilainya akan sama dengan nilai asetnya. Dalam pandangan islam, untuk mencegah terjadinya distorsi ini maka harga saham harus sesuai dengan nilai intrinsiknya. Artinya, tidak ada seorangpun yang diperbolehkan untuk menunjukkan atau membeli pada berbagai level harga kecuali berdasarkan regulasi yang ditetapkan. Formula perhintungannya adalah : Harga saham = (modal saham + keuntungan – kerugian +akumulasi keuntungan – akumulasi kerugian/jumlah Saham……………………………………………………(1) Selanjutnya penerapan prinsip syariah pada sektor di luar industri perbankan, juga telah dijalankan pada industri asuransi (takaful) dan industri Pasar Modal (Pasar Modal Syariah). Pada industri Pasar Modal, prinsip syariah telah diterapkan pada instrumen obligasi, saham dan fund (Reksa Dana). Adapun negara yang pertama kali mengintrodusir untuk mengimplementasikan prinsip syariah di sektor pasar modal adalah “Jordan dan Pakistan”, dan kedua negara tersebut juga telah menyusun dasar hukum penerbitan obligasi syariah. Selanjutnya pada tahun 1978, pemerintah Jordan melalui Law Nomor 13 tahun 1978 telah mengijinkan Jordan Islamic Bank untuk menerbitkan Muqaradah Bond. Ijin penerbitan Muqaradah Bond ini kemudian ditindaklanjuti dengan penerbitan Muqaradah Bond Act pada tahun 1981. Sementara pemerintah Pakistan, baru pada tahun 1980 menerbitkan the Madarabas Company dan Madarabas Ordinance. Produk Syariah Pasar modal syariah diluncurkan tahun 2003, namun sebenarnya instrument syariah telah ada di Indonesia sejak 1997, yaitu dengan kemunculan reksadana berbasis syariah pada 3 juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment Management. Bursa Efek Jakarta (BJ) kala itu kemidian bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management menghasilkan Jakarta Islamic Index (JII) pada 3 juli 2000. Tujuan penerbitan indeks ini memfasilitasi investor yang ingin berinvestasi dipasar modal sesuai dengan prinsip islami.
PRINSIP INVESTASI BERBASIS SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA
5
Antoni, April 2010
Perkembangan selanjutnya melahirkan instrument baru yang berbasis syariah yaitu denga dikeluarkannya obligasi syariah oleh PT. Indosat, Tbk pada awal September 2002. Ini adalah obligasi pertama diindonesia. Pada 2004 obligasi syariah dengan system persetujuan sewa menyewa (syariah ijarah) dikeluarkan, selanjutnya 2006, reksadana indeks dengan underlying berupa indeks JII diterbitkan (www.idx.co.id). Menurut keputusan ketua Bapepam-LK No. 130/BL/2006, yang dimaksud efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam UU pasar modal dan peratuaran pelaksanaannya yang akad maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah di pasar modal. Efek syariah tidak lagi memenuhi prinsipprinsp syariah di pasar modal jika kegiatan usaha, cara pengelolaan, kekayaan reksadana dan atau kekayaan Komtrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dari pihak yang menerbitkan efek tersebut tidak lagi memenuhi prinsip-prinsip syariah dipasar modal yang terkait dengan efek syariah tang diterbitkan. Saham Syariah (syariah-based Shares) Emiten saham dianggab memenuhi prinsip-prinsip syariah jika aktivitas bisnisnya tidak bertengtangan dengan hokum islam, seperti : 1) bisnis perjudian dan bentuk kegiatan lain yang melibatkan perjudian atau perdagangan yang terlarang; 2) institusi keuangan konvensional, terasuk Bank dan Asuransi Konvensional; 3) bisnis yang menghasilkan, mendistribusikan dan menjual minuman atau makanan yang dilarang hukum islam dan; 4) bisnis yang menghasilkan, mendistribusikan dan atau menyediakan produk dan jasa yang merusak moral dan bersifat membahayakan. Penelaahan terhadap ketaatan terhadap prinsip syariah dilakukan oleh pihak yang dianggap berwenang memberikan pendapat tentang ketaatan syariah seperti yang disebutkan diatas. Indeks syariah pertama kali dikeluarkan Malaysia oleh RHB Unit Trust Management Bhd pada bulan mei 1996. Diikuti oleh penerbitan Dow Jones Islamic Market Index (DJIM) oleh Dow Jones dan company bulan februari tahun 1999, lalu Kuala Lumpur Syariah Index (KLSI) oleh Bursa Malaysia pada april 1999 dan FTSE Global Islamic Index Series oleh FTSE Group pada oktober 1999. Obligasi Syariah (Syariah-based Bond) Berdasarkan surat keputusan DSN No. 32/DSN-MUI/IX/2002, yang dimaksud obligasi syariah adalah surat berharga jangka panjang yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan dikeluarkan oleh penerbit kepada pemegang obligasi syariah, serta penerbit berkewajiban untuk membayar jumlah margin atau biaya pemegang obligasi dan melunasi pokoknya saat jatuh tempo. Instrument ini pertama kali diprakarsai oleh pemerintah Jordan dan Pakistan dengan menyususn kerangka peraturan yang mengakomodasi kebutuhan untuk [enerbitan instrument surat hutang berbasis syariah tersebut. Tahun 1978, pemerintah Jordan menerbitkan UU No. 13 tentang izin kepada perbankkan islam untuk dapat menerbitkan obligasi syariah dengan prinsip muqaradah, lalu diikuti penerbitan muqaradah bond act 1981. Pakistan juga menerbitkan UU Modaraba Companies and Modarabas (Flotation and Control) Ordinance 1980. Namun hingga saat ini belum ada obliasi syariah yang diterbitkan di kedua yuridiksi tersebut.
6
PRINSIP INVESTASI BERBASIS SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi
Ada dua macam obligasi syariah di Indonesia yakni : 1. Obligasi syariah Modarabah : obligasi yang menggunakan perjanjian bagi hasil, sehingga pendapatan investor dari obligasi ini akan diperoleh setelah mendapat informasi adanya keuntungan dari penerbit obligasi. 2. Obligasi syariah Ijarah : obligasi yang menggunakan perjanjian sewa-menyewa sehungga jumlah kupon (ijarah fee) yang diterima tetap dan dapat dihitung sejak pertama kali obligasi itu diterbitkan Reksadana Syariah (Syariah-based Mutualfund) Reksadana syariah adalah reksadana yang mengalokasikan seluruh dana atau portofolio kedalam instrument, misalnya saham-saham yang tergolong JII, obligasi syariah dan atau instrument keuangan syariah lainnya. Reksadana syariah pertama di Amerika dibentuk tahun 1986. Saat itu The North American Islamic Trust (NAIT), organisasi yang mengawasi pendanaan masjid di Amerika yang berbasis di Indiana membentuk The Amana Income Fund (Islamic Equity Fund). Di Malaysia, reksadana syariah pertama kali terbit tahun 1993 dengan diluncurkannya Islamic Equity Fund oleh Arab-Malaysian Unit Trust Bhd (Tumanggor 2005). Peraturan-peraturan dalam Pasar Modal Syariah Ketetapan operasional dalam pasar modal syariah diatur oleh DSN-MUI dan peraturan dari Bapepam-LK sebagai berikut : 1) No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Investasi Reksadana Syariah. 2) No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah 3) No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah. 4) No. 40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Petunjuk Umum Implementasi prinsip Syariah di Pasar Modal. 5) No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah 6) Peraturan Bapepam-LK No. IX.A.13 melalui LK No. Kep-130/BL/2006 tentang Penerbitan Efek Syariah. 7) Peraturan Bapepam-LK No. IX.A.14 melaui LK No. Kep-131/BL/2006 tentang Akad-Akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. Penerbitan paket regulasi (no. 6 dan 7 diatas) dilatar belakangi oleh tuntutan masyarakat (kalangan perusahaan dan investor) agar di pasar modal terdapat dasar hokum untuk penerbitan efek berdasarkan syariah islam. Adapun lingkup pengaturan dari peraturan No. IX.A.13 meliputi tata cara Penawaran Umum dan pelaksanaan disclosure dalam peberbitan : (i) saham oleh emiten atau perusahaan public yang menyatakan bahwa kegiatan usaha serta pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syaria; (ii) efek syariah berupa Sukuk; (iii) efek syariah berupa reksadana dan (iv) efek syariah berupa unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA). Sedangkan peraturan No. IX.A.14 memberikan pedoman tentang jenis akad yang dapat digunakan sebagai dasar penerbitan efek syariah di pasar modal. Pada tahap awal, Bapepam-LK menetapkan empat jenis akad yang lazim digunakan dalam ekonomi berbasis syariah yaitu Ijarah, Kafalah, Mudharabah dan Wakalah. PRINSIP INVESTASI BERBASIS SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA
7
Antoni, April 2010
Pada bulan Juni 2009, pasar modal Indonesia dan Bapepam-LK telah memperbarui peraturan-peraturan untuk lebih menggiatkan pasar modal dan keuangan, yaitu tentang penerbitan sekuritas syariah dan penawaran perdana sekuritas. Revisi terhadap peraturan penerbitan sekuritas syariah (IX.A.13) yaitu memperluas macam produk syariah selama produk-produk tersebut tidak bertentangan dengan prinsip syariah dipasar modal. Peraturan ini juga memperluas cakupan prinsip syariah yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) selama masih sejalan dengan prinsip syariah. (International Financial Law Review 2009). Secara umum, penerapan prinsip syariah dalam industri pasar modal khususnya pada instrumen saham dilakukan berdasarkan penilaian atas saham yang diterbitkan oleh masing-masing perusahaan, karena instrumen saham secara natural telah sesuai dengan prinsip syariah mengingat sifat saham dimaksud bersifat penyertaan. Akad Yang Digunakan Dalam Penerbitan Efek Syraiah Di Pasar Modal Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam-LK No.131/BL/2006, berikut ini adalah akad-akad yang digunakan dalam penerbitan efek syariah di pasar modal: 1) Ijarah, yaitu perjanjian (akad) dimana pihak yang memiliki barang atau jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau pengguna jasa untuk menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa atau pemberi upah (ujrah), tanpa diikuti dengan beralihnya hak atas pemilikan barang yang menjadi objek ijarah. 2) Kafalah, yaitu perjanjian (akad) dimana pihak penjamin (kafiil/guarantor) berjanji memberikan jaminan kepada pihak yang dijamin (makfuul’anhu/ashil/debitur) untuk memenuhi kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak lain (makfuul lahu/ kreditur). 3) Mudharabah (qiradh), yaitu perjanjian dimana pihak yang menyediakan dana (Shahib al-mal) berjanji kepada pengelola usaha (Mudharib) untuk menyerahkan modal dan pengelola (Mudharib) berjanji untuk mengelola modal tersebut. 4) Wakalah, yaitu perjanjian dimana pihak yang member kuasa (Muwakkil) memberikan kuasa kepada pihak yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan tindakan atau perbuatan tertentu. Kesimpulan Adanya pasar modal syariah akan semakin menyemarakkan kegiatan ekonomi syariah. Masyarakat akan semakin memiliki alternative instrument investasi yang sesuai dengan preferensinya terhadap resiko dan tingkat return, tidak hanya instrument invesatasi yang menjanjikan keuntungan secara rasional tapi juga emotional benefit. Kegiatan pasar modal syariah memerlukan keah;ian khusus. Oleh sebab itu perlu didukung dengan pengembangan dan peningkatan pengetahuan serta kemampuan tentang prinsip syariah dari pelaku pasar. Sehingga pelaku pasar dapat menyediakan dan memberikan jasa kegiatan pasar modal syariah secra
8
PRINSIP INVESTASI BERBASIS SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Koperasi
bertanggung jawab, berupa penyediaan produk, jasa penasehat, pengelolaan investasi dan jasa intermediari. Faktor penting lainnya adalah perlunya edukasi kepada pemodal, sehingga dapat memahami kegiatan pasar modal syariah dan produknya. Diharapakan para pemodal lebih mengerti sehingga dapat memulai aktif berpartisipasi dalam kegiatan pasar modal syariah ini.
PRINSIP INVESTASI BERBASIS SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA
9
Antoni, April 2010
Daftar Pustaka Ahmad, Rubi dan Albaity, Mohamed. 2006. The Performance of Syariah and Composite Indices: Evidence from Kuala Lumpur Stock Market. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1008840. Alhabshi, S.O. Towardan Islamic Capital Market. (http://ylibe.unitarkljl.edu.my/staffpublication/datuk/st19veb93.pdf) Dow Jones, Overview Islamic Market Indexes. http://www.djindexes.com/jsp/islamicMarketOverView.jsp) Green Product. Bisnis Indonesia, 15 Juni 2008:7. Harahap, S.S,.dan Pane, P.2003. Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah terhadap Reksadana Konvensional (Reksadana Mawar) Media Riset Bisnis dan Manajemen, 3 (3) Desember: 236-264. International Financial Law Review. 2009. Indonesia: Syariah Securities and Public Offerings. http://www.iflr.com/Article/2332240/Syariah-Securities-andPublic-offerings.html. Jones, P.C.2004. Investements, Analysis and Management, 9th edition. Jhon Wiley and Sons International Edition. Kreander, N.,R. H; Gray, D.M., Power dan Sinclair, C.D.2000. Evaluating the Performance of Ethical and Non-Ethical. McKinnon, R.I. (1973). Money and capital in economic development. Washington D.C.: Brookings Institution. Nusantara, Agung. 2004. Pasar Modal Islami Antara Harapan dan Kenyataan. Fokus Ekonomi, 3 (2) Agustus: 129-135. Pasar Modal Syariah Segera di Luncurkan. www.suaramerdeka.com, 17 Juni 2008. Prinsip Pasar Modal Syariah. www.ukhuwah.or.id, 17 Juni 2008. Radcliffe, R.C. 1990. Investment: Analysis and Management, Harper Collins. Singh, K. 1998. Memahami Globalisasi Keuangan: Panduan untuk Memperkuat Rakyat. A Citizen Guide to the Globalization of Finance, Cetakan I: 9. Jakarta: YAKOMA-PGI. Shaw. .Edward .1973. Financial Deepening in Economic Growth. New York: Oxfor University Press. Statman, M. 2000. Social Responsible Mutual Funds. Financial Analysts Journal, 56: 30-39. Subatra, K. 2005 Analisis Model Meminimumkan Resiko Investasi melalui Diversifikasi sesuai Jangka Waktu Kepemilikan Saham. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 5 (2) Agustus: 167-172. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. BPFE: Yogyakarta. Tumanggor, M.S. 2005. Prospek Pasar Modal Syariah Sebagai Alternatif Sistem Keuangan. Jurnal Ekonomi, Th.X(2):159-173. www.idx.co.id. 10 Juni 2008.
10
PRINSIP INVESTASI BERBASIS SYARIAH DI PASAR MODAL INDONESIA