BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Penelitian Seks pranikah merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa
melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Sikap seks pranikah ini memang kasat mata, namun tidak terjadi dengan sendirinya melainkan di dorong atau oleh faktor-faktor internal yang tidak diamati secara langsung (tidak kasat mata). Pada diri seseorang, perilaku seks pranikah tersebut dapat dilandasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas atau karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana seseorang tersebut ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan seks pranikah. Perilaku seks pranikah dapat dilandasi oleh rasa ingin tahu yang besar dan mencoba sesuatu hal yang belum pernah mereka lakukan sehingga
1
mendorong pada pribadi seseorang untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Hal tersebut merupakan ciri umum, mereka ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkan melalui pengalaman mereka sendiri. Disinilah masalah yang sering muncul dalam kehidupan kalangan mahasiwa karena mereka ingin tahu dan mencoba-coba segala hal termasuk yang berhubungan dengan fungsi kebutuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Perilaku seksual pranikah dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada diatas baju, emmegang buah dada dibalik baju, memegang alat kelamin diatas baju, memegang alat kelamin dibawah baju, dan melakukan senggama (Sarwono, 2003). Pergaulan bebas yang akhir-akhir ini terjadi adalah karena mereka mencari pengetahuan dan informasi tentang seksualitas sendiri lewat teman yang sama – sama belum tahu akibat dari seks bebas, majalah – majalah porno, video dan tempat hiburan malam yang memberikan akses informasi tanpa sensor sehingga proses kematangan alat reproduksi tidak diimbangi dengan informasi yang baik. Berbagai cara pencegahan kehamilan yang sangat mudah dilakukan, seperti pemasaran alat kontrasepsi dimasyarakat luas, adanya tempat aborsi dengan tenagah medis yang dianggap aman, dan tertular penyakit kelamin
2
membuat mereka tidak takut terhadap dampak negatif dari aktivitas seks pranikah. Anak dari keluarga baik – baik, dengan pendidikan agama sejak kecil, dan penanaman moral, serta pemberian pengertian tentang norrma – norma sekalipun sekarang tidak dapat langsung menjamin bahwa anak akan dengan otomatis menjadi seseorang yang bisa bersikap dan berprilaku baik. Sikap terhadap seks pranikah pada remaja sekarang ini sebenarnya hanyalah sebuah tawaran yang bisa positif atau negatif tergantung dari sikap masing – masing individu itu sendiri. Kepribadian merupakan bagian yang khas dari setiap individu, hal inilah yang membedakan antara individu satu dengan individu lain. Menurut Feist & Feist (2008) kepribadian (personality) adalah sebuah pola dari sifat yang relative menetap dan karakteristik unik, dimana memberikan kkonsisten dan indivvidualitas pada perilaku seseorang. Sedangkan sifat (trait) menuju perbedaan individual dalam berprilaku, perilaku yang konsisten sepanjang waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi. Trait memandang kepribadian sebagai kecenderungan individu untuk bertingkah laku secara konsisten. Wood (2007) menjelaskan bahwa teori
kepribdaian yang
paling umum digunakan saat ini adalah teori kepribadian big five. Kepribadian Big Five Personality adalah neuroticism, extraversion, agreeablennes, openness to experiences dan conscientiousness. Dari masingmasing trait big five personality mempunyai nilai positif ataupun negatif, dalam
3
ssetiap individu. Tetapi ada trait tertentu yang lebih dominan dibanding trait lain yang akan menggambarkan sifat dari individu itu sendiri. Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist dan Feist 2008) orang-orang yang memiliki skor tinggi pada neuroticism cenderung penuh kecemasan, temperamental, mengasihani diri sendiri, sangat sadar akan dirinya sendiri, emosional, dan rentan terhadap gangguan yang berhubungan dengan stress. Sehingga, mahasiswa yang memiliki tipe neuroticism diasumsikan menilai positif sikap seks pranikah karena individu tipe ini lebih mudah tergoda pengaruh-pengaruh dari luar. Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist dan Feist 2008) orang dengan skor tinggi pada extraversi cenderung penuh kasih sayang, ceria, senang berbicara, senang berkumpul, dan menyengkan. Diasumsikan mahasiwa yang memiliki kepribadian extraversion bisa memiliki sikap seks pranikah kearah positif karena individu yang memiliki tipe extraversion tinggi diasumsikan bisa bersikap diluar kebiasaan karena pengaruh dari lingkungan dan senang berkumpul dengan orang banyak. Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist dan Feist 2008) openness to experience membedakan antara orang-orang yang memilih keragaman dengan orang-orang yang mempunyai suatu kebutuhan atas akhir yang sempurna, serta tetap merasa nyaman dengan asosiasi mereka terhadap hal-hal dan orang-orang
4
yang tidak asing. Diasumsikan mahasiswa cenderung terbuka dengan pengalaman baru dan menilai seks pranikah dengan positif ataupun negatif sesuai lingkungan, pengalaman-pengalaman yang mahasiswa dapat melalui teman atapun yang mahasiwa peroleh sendiri hal ini dapat mempengaruhi sikap seks pranikah positif ataupun negatif. Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist dan Feist 2008) orang-orang yang memiliki skor yang mengarah pada keramahan atau agreeableness cenderung mudah percaya, murah hati, pengalah, mudah menerima, dan memiliki perilaku yang baik. Diasumsikan bahwa mahasiswa yang memiliki kepribadian agreeableness akan menilai sikap seks pranikah bisa negatif maupun positif karena kepribadian tipe ini termasuk individu yang mudah percaya dengan orang yang lama dikenal atau baru dikenal. Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist dan Feist 2008) secara umum, mereka yang mempunyai skor conscientiousness yang tinggi biasanya pekerja keras, berhati-hati, tepat waktu, dan mampu bertahan. Diasumsikan mahasiswa yang memiliki nilai tinggi akan menunjukan sikap tidak setuju pada seks pranikah karena mahasiwa selalu berhati-hati dalam bersikap dan memikirkan resiko atau dampak dari tindakan yang akan dilakukannya.
5
Penelitian yang hampir sama pernah dilakukan oleh Wulandari(2010) pada remaja. Namun saya ingin melihat dari subyek yang berbeda yaitu pada usia dewasa awal (19-21) tahun. Sehingga, penulis tertarik untuk meneliti Hubungan Antara Big Five Personality dengan Sikap Seks Pranikah pada mahasiswa dan mahasiwa diharapkan dapat mengambil sikap yang tepat terhadap sikap seks pranikah. 1.2.
Rumusan Masalah Apakah ada hubungan big five personality dengan sikap seks pranikah pada mahasiswa fakultas Psikologi di Universitas X Jakarta ?
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara big five personality dengan sikap seks pranikah pada mahasiswa fakultas Psikologi di Universitas X Jakarta.
1.4.
Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sehingga dapat digunakan untuk perkembangan ilmu psikologi khususnya pada bidang psikologi perkembangan dan sosial, juga
6
untuk melengkapi kekurangan dari penilitian – penelitian sebelumnya.
b. Manfaat Praktis Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara Big five personality dengan sikap seks pranikah pada mahasiswa. Secara praktis hasil penelitian ini diharapakn dapat memberi tahu mahasiswa tentang hubungan big five dengan sikap seks pranikah.
7
8