BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang (Damanik dan Weber, 2006:1). Pariwisata akan terjadi bila ada daya tarik (Warpani dan Warpani, 2007:58). Daya tarik inilah yang memicu wisatawan mendatangi sebuah objek wisata. Menurut Wardiyanta (2010:55--56) sebuah objek wisata akan dikatakan menarik jika banyak dikunjungi wisatawan. Sebaik apa pun suatu objek wisata jika tidak banyak yang mengunjungi, tidak akan dikatakan menarik perhatian wisatawan. Beberapa candi yang ada di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, selalu ramai dikunjungi wisatawan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Tiga candi di Kabupaten Magelang yang selama ini menjadi tujuan utama wisatawan adalah Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon. Selain ketiga candi tersebut, ada satu candi di Kabupaten Magelang yang menarik perhatian wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan
1
2
mancanegara. Candi tersebut adalah Candi Selogriyo yang terletak di Dusun Campurejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang. Candi Selogriyo berjarak sekitar dua kilometer arah barat permukiman Dusun Campurejo. Candi ini memang belum menjadi salah satu objek wisata andalan Kabupaten Magelang. Namun, candi ini telah menjadi tujuan wisata favorit di kalangan wisatawan yang datang ke Kabupaten Magelang. Tingkat kunjungan wisatawan ke candi ini termasuk tinggi jika dibandingkan dengan candi-candi kecil sejenis yang ada di Kabupaten Magelang. Sebagai perbandingan, berikut adalah data jumlah pengunjung candi di Kabupaten Magelang selama tahun 2012. Tabel 1 Jumlah Pengunjung Candi di Kabupaten Magelang No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Nama Candi Candi Borobudur1 Candi Mendut Candi Pawon Candi Selogriyo Candi Ngawen Candi Asu2 Candi Pendem Candi Lumbung Candi Gunung Wukir Candi Gunungsari Candi Losari Candi Retno Candi Dipan Candi Wurung Candi Batur
Jumlah Wisatawan Nusantara Mancanegara 2.827.837 186.256 2.484 50.725 2.382 12.934 4.778 1.603 4.392 196 3.626 70 3.626 70 3.340 63 2.851 44 2.778 0 700 4 360 18 Data Tidak Tersedia Data Tidak Tersedia Data Tidak Tersedia
Total 3.014.093 53.209 15.316 6.381 4.588 3.696 3.696 3.403 2.895 2.778 704 378
Sumber: Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah (2013) dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang (2013a) 1
Data jumlah pengunjung Candi Borobudur diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang (2013a). 2 Data jumlah pengunjung Candi Asu dan Candi Pendem sama karena keduanya berdekatan dan satu “pintu masuk”.
3
Tabel 1 menunjukkan bahwa dibandingkan dengan candi-candi kecil lain yang ada di Kabupaten Magelang, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Candi Selogriyo tergolong tinggi. Jumlah pengunjung Candi Selogriyo selama tahun 2012 bahkan menempati urutan keempat di antara candi-candi yang ada di Kabupaten Magelang dengan jumlah pengunjung sebanyak 6.381 orang. Tiga urutan teratas adalah Candi Borobudur (jumlah pengunjung 3.014.093 orang), Candi Mendut (jumlah pengunjung 53.209 orang), dan Candi Pawon (jumlah pengunjung 15.316 orang). Hal ini menunjukkan bahwa Candi Selogriyo oleh wisatawan dianggap sebagai salah satu candi di Kabupaten Magelang yang menarik sehingga layak untuk dikunjungi.
Gambar 1.1 Terasering Sawah di Kawasan Candi Selogriyo
4
Gambar 1.2 Pemandangan Perbukitan di Kawasan Candi Selogriyo dengan Latar Belakang Langit Biru dan Puncak Gunung Sumbing
Gambar 1.3 Candi Selogriyo dari Arah Pintu Masuk
5
Meskipun oleh wisatawan dianggap menarik dan layak untuk dikunjungi, sejak pengajuan usulan penelitian hingga saat laporan hasil penelitian ini disusun sepengetahuan peneliti belum ada kajian yang khusus membahas tentang daya tarik yang dimiliki oleh Candi Selogriyo dan kawasannya. Padahal, hasil kajian tentang daya tarik di sebuah destinasi wisata adalah sebuah hal yang sangat penting bagi keberlanjutan destinasi wisata yang bersangkutan. Hasil kajian tentang daya tarik di sebuah destinasi wisata bisa dijadikan sebagai salah satu bahan masukan bagi pemangku kepentingan sebagai dasar untuk menentukan langkah atau kebijakan terkait dengan destinasi wisata tersebut. Atas dasar inilah peneliti menganggap perlu melakukan sebuah kajian untuk menggali apa saja daya tarik yang dimiliki oleh Candi Selogriyo dan kawasannya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah “Apa saja daya tarik dan potensi daya tarik wisata yang dimiliki Candi Selogriyo dan kawasannya?”
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi daya tarik dan potensi daya tarik wisata yang dimiliki Candi Selogriyo dan kawasannya.
6
1.4 Keaslian Penelitian Penelitian terhadap pripih Candi Selogriyo pernah dilakukan oleh Soekmono (1974). Soekmono meneliti temuan-temuan pripih di Candi Selogriyo selama pemugaran tahun 1955 guna melengkapi data disertasinya mengenai pripih candi (Balai Studi dan Konservasi Borobudur, 2000:7). Sepuluh tahun kemudian Haryadi (1984) meneliti Candi Selogriyo dengan fokus penelitian pada fungsi dan masa pendirian Candi Selogriyo. Sampai saat laporan hasil penelitian ini disusun, sepengetahuan peneliti kajian yang relatif komplet tentang Candi Selogriyo sebelum runtuh baru dilakukan oleh Haryadi. Meskipun hanya fokus pada fungsi dan masa pendirian Candi Selogriyo, laporan Hariyadi selalu menjadi rujukan utama peneliti sesudahnya. Karena relatif komplet, selama peneliti menelusuri sumber tertulis tentang Candi Selogriyo baik dalam bentuk cetak maupun di internet, hasil penelitian Haryadi sering dijadikan sebagai rujukan utama. Kajian tentang daya tarik wisata Candi Selogriyo dan kawasannya sepengetahuan peneliti memang belum pernah dilakukan. Akan tetapi, beberapa penelitian tentang daya tarik wisata benda cagar budaya serta pemanfaatan benda cagar budaya dan kawasannya sebagai objek wisata telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Sepengetahuan peneliti, penelitian tentang daya tarik wisata benda cagar budaya serta pemanfaatan benda cagar budaya dan kawasannya sebagai objek wisata yang pernah dilakukan antara lain adalah sebagai berikut.
7
NAMA
TAHUN
JUDUL
METODE
HASIL
Putu Danan Jaya
2012
Model Pemanfaatan Sumber Daya Arkeologi sebagai Objek Daya Tarik Wisata: Studi Kasus Candi Sukuh
Deskriptif Analitis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Candi Sukuh yang memiliki nilai penting bagi masyarakat merupakan sumber daya arkeologi yang telah dimanfaatkan sebagai objek daya tarik wisata utama di Kabupaten Karanganyar. Namun, pemanfaatan Candi Sukuh sebagai objek daya tarik wisata belum selaras dengan aspekaspek pelestarian, baik fisik maupun nilai-nilai yang ada.
Septina Wardhani
2012
Model Pengelolaan Candi Plaosan dan Lanskapnya sebagai Objek Ekowisata
Deskriptif Analitis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Candi Plaosan dan lanskapnya yang memiliki nilai penting bagi masyarakat potensial untuk dijadikan objek ekowisata. Namun, potensi ini belum tergarap optimal.
Deria Adi Wijaya
2010
Pariwisata Budaya Puro Mangkunegaran: Kajian Daya Tarik Wisata dan Pengelolaan
Deskriptif Kualitatif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak daya tarik wisata budaya yang ditemukan di Puro Mangkunegaran, baik yang berwujud benda-benda bersejarah, seni pertunjukan tradisional, maupun upacara adat yang khas. Namun, pengelolaan yang dilakukan terhadap berbagai daya tarik wisata budaya tersebut kurang maksimal.
Juliadi
2009
Potensi Wisata di Situs Banten Lama: Suatu Kajian Berdasarkan Tinggalan Arkeologinya
Deskriptif Kualitatif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan kajian tinggalan arkeologinya, potensi wisata di Situs Banten Lama sangat kaya. Beragam interpretasi untuk menghidupkan tinggalan arkeologi dapat menjadi kisah yang menarik untuk ditawarkan kepada wisatawan. Meskipun demikian, potensi tersebut jika dikembangkan harus memperhatikan model pariwisata yang bertanggung jawab dan berkelanjutan mengingat sifat-sifat tinggalan arkeologi yang terbatas, mudah rusak, dan tidak terbaharui.
8
Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa kajian tentang daya tarik Candi Selogriyo dan kawasannya sejauh pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu.
1.5 Manfaat Penelitian Bagi ilmu pengetahuan,
hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya dan melengkapi berbagai kajian ilmiah di bidang pariwisata yang sudah ada. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan masukan bagi pemangku kepentingan sebagai dasar dalam menentukan langkah atau kebijakan yang akan ditempuh untuk mempertahankan keberlanjutan Candi Selogriyo dan kawasannya baik sebagai cagar budaya maupun sebagai daerah tujuan wisata di Kabupaten Magelang.