MENINGKATKAN SANITASI UNTUK LINGKUNGAN LEBIH SEHAT Kemitraan Australia dan Indonesia dalam Sanitasi
MENINGKATKAN SANITASI UNTUK LINGKUNGAN LEBIH SEHAT Kemitraan Australia dan Indonesia dalam Sanitasi
MENINGKATKAN SANITASI UNTUK LINGKUNGAN LEBIH SEHAT MENINGKATKAN SANITASI UNTUK LINGKUNGAN LEBIH SEHAT : Kemitraan Australia dan Indonesia dalam Sanitasi Diterbitkan pertama kali oleh Indonesia Infrastructure Initiative (IndII) pada fase kedua proyek, Agustus 2015. Indonesia Infrastructure Initiative (IndII) merupakan proyek yang didukung oleh pemerintah Australia, bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan cara bekerja bersama Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kebijakan, perencanaan, dan investasi di bidang infrastruktur. Proyek ini dijalankan oleh SMEC di bawah kontrak dengan Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah Australia (DFAT ). SMEC 220-226 Sharp Street Cooma NSW 2630 Australia
© Persemakmuran Australia Semua kekayaan intelektual asli yang terkandung di dalam dokumen ini adalah milik Persemakmuran Australia yang diwakili oleh Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah Australia (DFAT ). ISBN 978-602-1042-06-9 Untuk informasi lebih lanjut, hubungi: Prakasa Infrastruktur Indonesia (IndII) Gedung Perkantoran Ratu Plaza, lantai 20 Jl. Jenderal Sudirman No. 9 Jakarta 10270, Indonesia Foto sampul: Penerima program hibah peningkatan sanitasi (semua foto atas perkenan YCCP, kecuali foto kiri bawah atas perkenan Renan Indra).
Kemitraan Australia dan Indonesia dalam Sanitasi
Pernyataan Terima Kasih Buku ini berisi dokumentasi pekerjaan yang dilaksanakan oleh Prakarsa Infrastruktur Indonesia (IndII) yang didukung oleh Pemerintah Australia bekerjasama dengan Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Bappenas, dan Kementerian Dalam Negeri. Program ini dilaksanakan dengan dukungan dari Pemerintah Daerah, dan masyarakat setempat di setiap lokasi penerima Program Hibah Infrastruktur Australia Indonesia untuk sanitasi dan Program Hibah Air Limbah.
Semua foto dalam buku ini diterbitkan atas perkenan YCCP dan IndII yang diambil dari berbagai lokasi Program Hibah Infrastruktur Australia Indonesia untuk sanitasi (sAIIG) dan Program Hibah Air Limbah berikut ini: Bandung Banjarmasin Gresik Jakarta Makassar Maros Palembang Surakarta Yogyakarta
Daftar Isi
Daftar Isi Kata Pengantar
07 10 14 23
MDGs ke Universal 1. Dari Access Australia Indonesia 2. Kemitraan dalam Sanitasi Pemerintah 3. Komitmen Daerah dalam Hibah
40
Peningkatan Sanitasi
43 44
Program Berbasis Hasil
26
4.
Tantangan dalam Mewujudkan Hibah Peningkatan Sanitasi
28
Bantuan Teknis
30
Permukaan Tanah yang Datar, Kendala yang Sering Muncul
33
Biaya Ekstra yang Kadang Dibutuhkan
36
52
Muda sebagai 7. Generasi Agen Perubahan
Inspirasi 8. Membagi tentang Sanitasi melalui Esai
54
sebagai Pembuka 9. Media Wawasan Pentingnya Sanitasi
58
5. Sosialisasi pada Masyarakat
Menggerakkan Masyarakat untuk Memiliki Toilet
Pelajaran tentang Sanitasi
Peningkatan Sanitasi
24
Masyarakat 6. Semangat Menyambut Hibah
dan Harapan 10. Saran Pemerintah Daerah dan Penerima Manfaat
64
Kata Penutup
Kata Pengantar Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Pemerintah Indonesia melalui dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 memiliki target nasional di bidang sanitasi yaitu memberikan 100% akses sanitasi layak bagi seluruh penduduk Indonesia. Bercermin pada keberhasilan Pemerintah Indonesia mencapai target sanitasi dalam Millenium Development Goals, Pemerintah optimis untuk dapat mencapai tujuan tersebut di tahun 2019. Kita tidak menutup mata tentunya terhadap berbagai tantangan yang harus dihadapi guna mewujudkan target tersebut. Tanpa dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak yang menjadi faktor kunci capaian target sanitasi sebagaimana diarahkan dalam RPJMN, maka hal itu tidak akan tercapai. Program Hibah Infrastruktur Australia Indonesia untuk sanitasi atau yang dikenal dengan sAIIG dan Program Hibah Air Limbah merupakan perwujudan kerjasama lintas pemangku kepentingan untuk mendorong pencapaian kondisi sanitasi layak, terutama untuk kelompok Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Program dengan pendekatan berbasis hasil atau output-based secara signifikan memberikan manfaat terhadap Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Kami berharap pendekatan program yang menekankan kerjasama antar pemangku kepentingan semacam ini bisa dikembangkan lagi di masa mendatang terutama dalam upaya mendorong pencapaian akses sanitasi layak. Atas nama Pemerintah Indonesia, kami menyampaikan apresiasi atas kerjasama yang baik dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui program sAIIG.
06
07
Sanitasi yang baik tidak mencemari lingkungan.
Saluran air perkotaan di Yogyakarta
Kerjasama Pemerintah Australia dan Indonesia mendorong komitmen Pemerintah Daerah untuk meningkatkan investasi dalam
infrastruktur
sanitasi,
sekaligus
meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi yang baik Permukiman di tepi sungai Musi, Palembang
08
Kini warga sudah bisa memancing di sungai Wirobrajan, Yogyakarta
dan lingkungan yang sehat. Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
09
1. Dari MDGs ke Universal Access Setelah pencapaian Tujuan Pembangunan
100% kebutuhan air minum, 0% daerah
Milenium
permukiman kumuh, dan 100% akses
(MDGs)
di
sektor
sanitasi
pada tahun 2015, Pemerintah Kota/
sanitasi,
Kabupaten di Indonesia saat ini sedang
Universal Access 100:0:100.
bekerja keras mewujudkan layanan 100% akses sanitasi yang layak, di tahun 2019. Ini merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Indonesia untuk memenuhi
10
atau
yang
dikenal
dengan
Di Indonesia, akses terhadap sanitasi yang layak baru sebesar 60,91% dan air minum sebesar 67,73% (Data BPS, 2013). 11
Panel diskusi interaktif untuk memberikan gambaran mengenai perencanaan dan pelaksanaan program sAIIG kepada para kepala daerah yang hadir dalam acara penandatanganan perjanjian hibah pada bulan September 2014
Dalam lima tahun ke depan (2015-
IndII (Indonesia Infrastructure Initiative)
2019), Pemerintah Indonesia berencana
adalah prakarsa Pemerintah Australia
memenuhi akses sanitasi layak bagi 117
yang mendorong Pemerintah Daerah
juta penduduk dan air minum untuk 100
untuk lebih mengambil peran dalam
juta jiwa.
menyediakan fasilitas sanitasi bagi warga masyarakatnya.
12
13
2. Kemitraan Australia Indonesia dalam Sanitasi Kerjasama
Pemerintah
Australia
dengan
pihak
Pemerintah
Indonesia dalam sanitasi telah berlangsung sejak tahun 2010, melalui Program Hibah Sanitasi, Hibah Percepatan Pembangunan Infrastruktur (IEG) untuk sanitasi, Hibah Infrastruktur Australia Indonesia untuk sanitasi (sAIIG), dan Hibah Saluran Pembuangan Air Limbah skala kota.
Penandatanganan Perjanjian Hibah Program sAIIG oleh Kepala Daerah, disaksikan Budiarso Teguh Widodo, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan dan James Gilling, Minister, Development Cooperation, DFAT (Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia)
14
15
Sebelumnya di seluruh Indonesia, hanya ada 11 Pemerintah Daerah yang memiliki sistem saluran pembuangan air limbah skala kota. Kini program Kemitraan Australia
Indonesia
dalam
sanitasi menambah infrastruktur air limbah di Indonesia pada 43 kabupaten/kota.
Instalasi pengolahan air limbah di Sewon, Bantul, Yogyakarta
16
17
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Kota Medan Kota Tebing Tinggi Kota Tanjung Balai Kota Pariaman Kota Sawah Lunto Kabupaten Sungai Penuh Kabupaten Rejang Lebong Kabupaten Musi Banyuasin Kabupaten Muara Enim Kota Palembang Kabupaten Bangka Tengah Kota Pangkal Pinang Kabupaten Serang Provinsi DKI Kota Cimahi Kabupaten Sumedang
18
17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Kota Tegal Kabupaten Kebumen Kabupaten Sukoharjo Kota Surakarta Kota Yogyakarta Kabupaten Ngawi Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Gresik Kabupaten Probolinggo Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Kota Kotamobagu Kota Manado Kabupaten Minahasa Utara Kota Ambon Kota Banjarmasin
32. Kabupaten Banjar 33. Kabupaten Hulu Sungai Selatan 34. Kota Balikpapan 35. Kota Bontang 36. Kota Tarakan 37. Kabupaten Karangasem 38. Kota Sumbawa Barat 39. Kabupaten Polewali Mandar 40. Kota Makassar 41. Kabupaten Maros 42. Kabupaten Kepulauan Selayar 43. Kabupaten Klungkung
Program Hibah Peningkatan Sanitasi telah menerima dukungan yang antusias dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sebanyak 43 kabupaten/kota di Indonesia telah menandatangani Perjanjian Penerusan Hibah (PPH) untuk memperoleh manfaat dari Kemitraan Australia Indonesia dalam sanitasi. Penandatangan PPH ini secara resmi dilaksanakan pada tanggal 23 September 2014 antara Kepala Pemerintah Daerah dengan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, di Jakarta.
19
Skema Mekanisme Kemitraan Australia Indonesia dalam Hibah Peningkatan Sanitasi
Wilayah perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cepat. Mengingat infrastruktur sistem saluran pembuangan air limbah didesain untuk sistem sanitasi perkotaan, maka sistem ini dirasa cocok dan perlu diterapkan di Indonesia.
IndII atas nama Pemerintah Australia,
bekerjasama dengan
Kementerian yang ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia, yaitu: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Kementerian Dalam Negeri, menyediakan dana hibah kepada Pemerintah Daerah untuk membangun infrastruktur sanitasi di daerahnya.
20
21
3. Komitmen Pemerintah Daerah dalam Hibah Peningkatan Sanitasi Pemerintah
Daerah
komitmen
untuk
yang
memiliki
meningkatkan
infrastruktur sanitasi di daerahnya, harus terlebih dahulu mempersiapkan strategi sanitasi perkotaan dan mengajukan surat minat kepada Direktorat Jendral Cipta Karya, Kementerian PUPR untuk ikut serta dalam program Hibah Peningkatan Sanitasi. Setelah
PPH,
Setelah disetujui, Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah memiliki tanggung
menandatangani Perjanjian Penerusan
jawab yang besar untuk mempersiapkan,
Hibah (PPH) antara Pemerintah Daerah
merencanakan,
dengan Direktorat Jenderal Perimbangan
pembangunan
Keuangan,
dalam
Kementerian
Keuangan,
sebelum melaksanakan program.
22
penandatanganan
program
dan
melaksanakan
infrastruktur Hibah
sanitasi
Peningkatan
Sanitasi.
23
Program Berbasis Hasil Dalam program hibah berbasis hasil Pemerintah Daerah harus melakukan investasi terlebih dahulu. Hibah ini merupakan insentif bagi Pemerintah Daerah yang melakukan investasi untuk sanitasi dalam anggaran mereka. Investasi tersebut berupa pembangunan saluran pembuangan air limbah baru, dan pengoperasian sarana tersebut melalui institusi yang menangani sistem pembuangan air limbah.
FX Rudi Hadi Rudyatmo, Walikota Surakarta:
“Kami
sudah
punya
komitmen
dana talangan untuk membangun infrastruktur sanitasi. Ini sudah harus ada dan wajib untuk diadakan. Ya memang harus begitu, kerja dulu baru dapat gaji. Ini kan sama, pasang dulu, dipertanggungjawabkan baru mendapatkan ganti.”
Pembangunan sistem pengolahan air limbah di Gresik
24
25
4. Tantangan dalam Mewujudkan Hibah Peningkatan Sanitasi tersedia pemasok pipa dan alat – alat khusus yang dibutuhkan. Di sisi lain, pemahaman tentang sistem saluran air limbah relatif baru bagi Pemerintah Daerah dibandingkan dengan sistem air minum, yang sudah berlangsung selama 30 tahun. Sistem pengolahan yang lebih baik sangat penting karena air limbah tidak lagi mencemari drainase atau air tanah. Air limbah dialirkan melalui pipa-pipa sambungan rumah menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dalam dua sampai tiga tahun program peningkatan sanitasi ini diharapkan sudah menampakkan hasilnya Sumur yang tercemar
dalam meningkatkan kualitas lingkungan. Hal ini mengingat sangat penting untuk menjaga lingkungan
Sistem sanitasi adalah satu fasilitas prasarana
yang sehat, untuk hari ini dan masa depan.
yang bagi beberapa Pemerintah Daerah belum pernah dilakukan. Kesulitan terjadi mulai dari saat konsultan perencanaan membantu Pemerintah Daerah dalam menyiapkan program mengikuti panduan dari IndII; berikutnya, kontraktor juga belum pernah membangun sistem seperti ini; serta kadang-kadang tidak
26
27
Untuk meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah,
program
ini
menyediakan
pula
konsultan pengembangan kelembagaan. IndII juga berkoordinasi dengan beberapa
donor
lain yang berpartisipasi dalam program sanitasi dan peningkatan kapasitas daerah.
Bantuan Teknis Memperhatikan pentingnya sanitasi dan kesulitan yang dihadapi, program Hibah Peningkatan Sanitasi memberikan bantuan teknis dari IndII kepada Pemerintah Daerah, yaitu mendampingi dalam persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur sanitasi.
28
29
Permukaan Tanah yang Datar, Kendala yang Sering Muncul Dalam sistem saluran pembuangan air limbah ini, selokan-selokan mengalir sesuai gravitasi sehingga harus lurus, membentang dengan kemiringan konstan tertentu dan memiliki lubang got pada setiap perubahan arah atau setiap 50 meter. Kemampuan yang terbatas, serta kondisi lokasi yang sulit secara teknis karena topografi yang datar, kadang muncul sebagai kendala. Pemerintah Daerah harus menyisihkan investasi lebih besar. Namun demikian, Pemerintah Daerah optimis mampu mewujudkannya, seperti di Kota Palembang ini.
Dr. Ir. Hj. Ana Heryana, MT., Kepala
Dinas
Pekerjaan
Umum Palembang (20132015):
“Daerah
kami
sehingga
ini
kami
menggunakan
datar, harus pompa.
Jadi biayanya lebih besar daripada kota lain. Namun, kami akan berusaha karena ini untuk kemajuan kota Palembang.”
Rencana lokasi program sAIIG di Palembang
30
31
Biaya Ekstra Dibutuhkan
yang
Kadang
Pengolahan air limbah juga memakan biaya mahal karena memiliki banyak proses, lebih rumit dan menghasilkan lumpur yang juga memerlukan pengolahan. Selain kendala teknis, kendala lain pada program
ini
membangun menerima
adalah minat
sambungan
kesulitan
dalam
masyarakat
dalam
pembuangan
air
limbah.
32
33
Toilet dan pintu kamar mandi disediakan oleh Pemda bagi keluarga-keluarga di Banjarmasin yang mengikuti program sAIIG
Di Banjarmasin, Pemerintah Daerah (Pemda)
diberikan oleh Pemda dengan harapan agar
memberikan bonus pemasangan toilet, pintu,
masyarakat
dan bilik toilet pada setiap pemasangan
dengan
sambungan
Pemda
yakin dengan investasi yang lebih besar ini,
Banjarmasin juga menjanjikan pembangunan
peningkatan sanitasi melalui program Hibah
taman di atas lahan IPAL skala kawasan yang
Peningkatan Sanitasi dapat terealisasikan.
rumah.
Selain
itu,
bersedia
baik.
Pemda
menerima
program
Banjarmasin
pun
dibangun. Nilai-nilai tambah semacam ini
34
35
Ir. Toto Suroto, Kepala Dinas KimPrasWil, Kota Yogyakarta:
“Yang pertama, kami mengubah pandangan masyarakat, sosialisasi ini sangat berat, kami secara aktif turun ke masyarakat melalui pertemuan-pertemuan tingkat RT, dengan hanya sekitar 30 KK secara bergiliran. Kami sampaikan tentang kebutuhan hidup sehat,
5. Sosialisasi pada Masyarakat
dan dampak negatif dan positif pada setiap pembangunan. Setelah menyadari manfaatnya, masyarakat sangat mendukung.”
Kurangnya pemahaman tentang sistem sanitasi dapat menimbulkan penolakan dari masyarakat terhadap program pembangunan sarana pengolahan air limbah terpusat skala kawasan yang dilaksanakan. Untuk mendorong kerjasama masyarakat, kesadaran dan pemahaman tentang penanganan air limbah sesuai teknik dan prosedur yang sesuai standar kesehatan lingkungan diberikan kepada masyarakat.
36
37
Sugiri (Ketua RW 03 membawahi 12 RT , wilayah
Agus Suherman ( Tokoh Masyarakat, RT 01/
desa
RW 21 Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi
Randu
Agung
Kecamatan
Kebomas
Kabupaten Gresik):
Utara):
“Awalnya yang menolak adalah orang- orang
“Kalau sebelumnya masyarakat sebagian ada
mempunyai tangki septik tradisional. Mereka
yang nolak karena dikiranya seperti membuat
merasa bahwa 10 tahun tidak pernah menguras
tangki septik bersama, hanya digali lalu ditutup.
WC. Namun ketika mereka mendapatkan
Ternyata, air limbahnya langsung diolah melalui
informasi mengenai apa itu IPAL , apa maksud
tabung dan keluar sebagai air bersih. Setelah
dan tujuan IPAL dibuat, baru kemudian
melihat IPAL yang sudah jadi, warga kemudian
menyadari betul pentingnya memperbaiki
mendukung.”
kualitas
air
tanah.
Harapannya,
dengan
mengalirnya air bersih dari hasil pengolahan air limbah, kehidupan menjadi sehat.”
38
39
6. Semangat Masyarakat Menyambut Hibah Peningkatan Sanitasi Penerimaan masyarakat terhadap program peningkatan sanitasi sangat penting bagi keberlangsungan program. Salah satu penerima manfaat program hibah untuk sanitasi di Yogyakarta bahkan menyerahkan tanah miliknya seluas 7 x 9 meter persegi di tahun 2012 untuk pembangunan IPAL. Sarana tersebut kini telah memberikan manfaat bagi 68 keluarga dan sebuah pondok pesantren yang memiliki 80 siswa.
Sriyoto,
( Warga,
RT 40/ RW 09, Kp Mancasan, Kelurahan Wirobrajan,
Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta):
“Saya hibahkan sebagian tanah saya untuk lahan IPAL. Tempat ini dulunya kebun untuk tanaman pisang dan tanahnya agak menurun. Lalu ada penawaran untuk pembangunan IPAL namun memerlukan tanah. Saat itu tanah masih kosong dan diperlukan untuk membangun IPAL. Saya ijinkan karena ini demi kepentingan sosial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di RT 40 khususnya di RT 40/ RW09.”
Perempuan dan anak-anak bercengkerama di lokasi instalasi pengolahan air limbah di Yogyakarta
40
41
Menggerakkan Masyarakat untuk Memiliki Toilet Keberadaan program sambungan pipa saluran air limbah terpusat skala
kota,
mendorong
warga
masyarakat seperti di Yogyakarta dan
Surakarta
untuk
memiliki
toilet sendiri di rumah, setelah sebelumnya mereka menggunakan toilet umum atau sungai untuk kegiatan sanitasi mereka.
Memang
Syahminan
Hutagalung
“Opung”
( Tokoh Masyarakat Mandailing, Tebing Tinggi):
“Setelah tahu bahwa IPAL akan dibangun di Tebing Tinggi, semua orang bersiap membuat jamban di rumah sendiri. Orang berhenti membuat jamban di sungai-sungai. Maka diharapkan sekali, kalau sambungan pipa IPAL ini betul-betul datang, agar mereka tidak buang bungkusan (tinja) ke jalan atau ke sungai.”
Toilet umum yang sudah ditinggalkan sejak ada program Hibah Peningkatan Sanitasi
42
43
7. Generasi Muda sebagai Agen Perubahan
Informasi tentang hal tersebut disampaikan dalam
kegiatan
edukasi
berbentuk
Hari
Kesadaran Sanitasi atau Sanitation Awareness Day, yang berlangsung dalam kerjasama IndII, Pemerintah Daerah, SMP di 9 kota penerima Program Hibah Peningkatan Sanitasi, yaitu: Kota Cimahi, Kabupaten Gresik, Kota Makassar, Kota Yogyakarta, Kota Surakarta, Kota Tebing Tinggi, Kota Banjarmasin, Kota Palembang dan Kota Balikpapan.
Para remaja diandalkan menjadi pembawa pesan untuk perubahan
Pelajaran tentang Sanitasi Pemahaman
yang
baik
dan lingkungan, termasuk
tentang
sanitasi
sistem saluran
Mereka mungkin telah biasa melihat dan menggunakan
toilet
di
dalam
rumahnya.
pembuangan air limbah dan persampahan,
Pertanyaan hari ini adalah: Tahukah mereka, ke
diharapkan akan mengakar dan terbawa dalam
mana limbah rumah tangga mereka seharusnya
ingatan para remaja, hingga saat mereka
dibuang?
dewasa dan memiliki rumah tangga sendiri.
44
45
46
47
Tema kegiatan Hari Kesadaran Sanitasi: ”Sepakat untuk
Lingkungan
Lebih
Sehat”,
berorientasi
pada komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat termasuk para pelajar, dalam membangun sanitasi yang baik demi lingkungan lebih sehat di masa depan.
Hj. Atik Tochija, Walikota Cimahi:
“Kepada generasi muda yang ada di kota
ini harus kita pertahankan, agar kota
Cimahi, kami mengajak para pemuda
ini tetap sehat. Untuk itu mari tidak
untuk
membangun,
membuang sampah sembarangan, dan
menjaga dan mempertahankan sanitasi
memelihara sistem saluran pembuangan
yang telah kita bangun, karena sanitasi ini
air limbah, serta menjaga agar air bersih.”
bersama–sama
sangat penting bagi kehidupan manusia. Kita lihat bagaimana kota kita yang kecil
48
49
50
51
8. Membagi Inspirasi tentang Sanitasi melalui Esai Para
pelajar
juga
diharapkan
mampu
menyebarkan pemahaman tentang sanitasi ke lingkungan sosial mereka, yaitu: keluarga, tetangga dan teman-teman mereka. Pemahaman
tentang
sanitasi
diharapkan
dituangkan dalam bentuk tulisan esai yang memberi inspirasi. Lomba Essai tentang sanitasi bagi pelajar SMP di seluruh Indonesia juga dilaksanakan, dengan tema, “Sepakat untuk Lingkungan Lebih Sehat.”
52
53
Selain workshop, juga diadakan Lomba yang
Penulisan dibuka
Jurnalistik
untuk
seluruh
wartawan yang memuat tulisan tentang
sanitasi
di
media,
khususnya dalam program Hibah Peningkatan Sanitasi. Pemahaman
kepada
publik
juga diberikan dalam bentuk radio talkshow di 8 kota dan TV
talkshow di televisi lokal dan
9. Media sebagai Pembuka Wawasan Pentingnya Sanitasi Media berperan sangat penting dalam
Hibah Peningkatan Sanitasi dan Kemitraan
menyediakan
Australia-Indonesia. Workshop ini digelar
sanitasi
54
ke
informasi masyarakat.
tentang Untuk
itu,
di 8 kota, meliputi: Kota Cimahi, Kota
diselenggarakan “Workshop Jurnalistik”
Makassar, Kabupaten Gresik, Kota Tebing
tentang pentingnya sanitasi, sekaligus
Tinggi, Kota Yogyakarta, Kota Surakarta,
memberikan informasi tentang program
Kota Palembang dan Kota Banjarmasin.
nasional.
55
56
57
Saran dan Harapan dari Pemda dan Penerima Manfaat Ir. H. Umar Junaedy Hasibuan, MM., Walikota Tebing Tinggi:
Asep Suhana ( Warga RT 03/ RW 11 Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi):
“Kami sangat berterima kasih pada Kemitraan Australia Indonesia dalam sanitasi, kepedulian dan perhatian negara tetangga terhadap
“Adanya IPAL memperingan masyarakat dalam membuang air
Indonesia sangat tinggi terutama untuk pembangunan derajat
limbah. Jadi lebih nyaman, penyakit-penyakit juga berkurang. Ya,
kesehatan masyarakatnya, Jadi kami menginginkan kemitraan ini
mudah-mudahan proyek ini lancar, aman, dan tertib. Terima kasih
dapat berlanjut terus dengan sebaik-baiknya.”
kepada pemerintah.”
Siti Hasni, (Ketua RT 06/ RW 12 Kel. Kasi Kasi Kec. Rappocini,
Ir. Edy Muhammad, Kepala Bappeda Kota Yogyakarta:
Kota Makassar) :
“Kami mencermati dampak positif dengan sistem Berbasis Hasil ini, “Kami dari warga RT 06/ RW 12 Kelurahan Kasi Kasi sangat
yaitu peran Pemerintah Daerah menggiatkan pembangunan sistem
antusias menerima program sanitasi Kemitraan Australia-
sanitasi. Hal ini juga berdampak pada penyehatan lingkungan,
Indonesia karena sebagai Ketua RT kami melihat masih
bahkan mampu memberdayakan masyarakat ikut terlibat sejak dari
banyak warga yang membuang air limbah, air mandi dan
perencanaan, pelaksanaan, sampai ke pemeliharaan. Itulah yang
cucinya ke selokan serta limbah WC nya dibuang ke tangki
menjadikan program dari Pemerintah Australia ini sangat positif.”
septik yang tidak memenuhi standar.”
58
59
Muhammad Qosim, Wakil Bupati Kabupaten Gresik:
Singgih Triwibowo, Direktur Utama PDAM Kota Surakarta:
“Sekali lagi kami berterima kasih kepada DFAT dan IndII dan kami
“Saat ini kami mempunyai kapasitas sambungan rumah untuk
harapkan kerjasama ini tetap terus dapat dilanjutkan, tidak berhenti
sanitasi sebesar 30.000, dan baru terpakai 15.000 sambungan
di tahun 2015, tapi pada tahun–tahun yang akan datang. Terima
rumah atau 15% masyarakat Kota Surakarta. Harapan kami akan
kasih.”
masih terus ada bantuan-bantuan hibah air minum maupun hibah air limbah untuk mencapai 100% akses air minum dan air limbah.”
60
Harnojoyo, Walikota Palembang:
H. Rahmatullah, SE. Dirut PD PAL Kota Banjarmasin:
“Atas nama pemerintah kota Palembang kami mengucapkan
“Ini memang tugas berat dan tidak mudah karena di seluruh indonesia
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pemerintah
hanya ada 12 pengelola air limbah. Yang berbentuk PD baru dua yaitu di
Australia yang telah memilih dan memberikan hibah
PD PAL (Perusahaan Daerah Pelayanan Air Limbah) Banjarmasin dan PD PAL
kepada kota Palembang berupa program sAIIG. Harapan
Jaya. Memang, antara target yang dicanangkan pemerintah, operator dan
kepada masyarakat juga kiranya untuk dapat membantu
badan yang mengelola, masih jauh sekali pencapaiannya. Namun, kami
dan memanfaatkan hasil pembangunan ini sehingga apa
tidak berkecil hati atau tidak boleh mundur karena kita harus maju dalam
yang kita harapkan dapat kita capai dengan baik.”
pembangunan sanitasi, apapun masalahnya, apapun tantangannya.”
61
Komitmen bersama antara pemerintah, operator, masyarakat, generasi muda dan seluruh pemangku kepentingan terkait sangat dibutuhkan agar sanitasi yang sehat dapat terwujud.
Sepakat Untuk Lingkungan Lebih Sehat! 62
63
Kata Penutup
Kata Penutup Ir. Nugroho Tri Utomo, MRP Direktur Permukiman dan Perumahan Kementerian PPN/Bappenas
Kemitraan Australia Indonesia dalam sanitasi berjalan dengan sangat baik karena program- program yang disusun secara bersama ini, didasari dengan pemahaman situasi yang sangat baik tentang Indonesia, selalu dibicarakan bersama serta merupakan hasil kesepakatan dan sasaran bersama. Selain itu program ini memiliki fleksibilitas yang cukup baik dalam pelaksanaannya sehingga banyak sekali program inovatif yang sudah dilakukan. Lebih jauh lagi, program-program tersebut bisa dilaksanakan dengan sumber daya sendiri, artinya sustainabilitas dipastikan mampu terjaga dengan baik. Peran program Hibah Peningkatan Sanitasi sangat besar kepada Pemerintah Daerah. Di dalam program Kemitraan Australia-Indonesia untuk sanitasi ini, mekanisme dilakukan dengan berbasis kinerja, sehingga ada jaminan di dalam pencapaiannya. Program ini pula mendorong peningkatan program dan peningkatan APBD dari Pemerintah Daerah, karena mensyaratkan pendanaan terlebih dahulu dari Pemerintah Daerah. Mekanisme ini membuat tingginya rasa memiliki dari Pemerintah Daerah terhadap program tersebut. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan Pemerintah Australia terhadap program sanitasi ini, dan kami mengharapkan kemitraaan ini bisa diteruskan dan ditingkatkan, Hal ini karena setelah MDGs yang dicapai di tahun 2015, kami memiliki program yang jauh lebih besar lagi yaitu mencapai Universal Access, di tahun 2020. Upaya pencapaian ini membutuhkan jauh lebih banyak sumber daya dan sumber dana dalam perwujudannya. Untuk itu, kami membutuhkan dukungan teknis dan dukungan pendanaan dari berbagai pihak, termasuk dari Pemerintah Australia.
64
Ir. Dodi Krispatmadi, M.Env.E Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dalam upaya mencapai Universal Access, Direktorat Jenderal Cipta Karya mempunyai strategi, yaitu gerakan 100:0:100. Gerakan ini dalam konteks sanitasi kita pahami sebagai upaya untuk mencapai pelayanan sanitasi 100%. Implementasi dari strategi ini dilakukan melalui pendekatan, pertama, dengan membangun sistem, yaitu kita akan membangun sistem pengolahan air limbah skala kota dan skala regional, kemudian kita bangun IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Terpusat) skala kota dan skala regional. Kedua, kita memfasilitasi Pemerintah Kota dan Kabupaten untuk dapat meningkatkan capaian pelayanan 100% di daerah masingmasing. Yang ketiga adalah pemberdayaan komunitas, yang diharapkan dilakukan oleh Pemerintah Daerah, masyarakat maupun swasta di daerah tersebut. Saat ini pencapaian pelayanan di bidang sanitasi baru mencapai 61%. Pekerjaan rumah kita ke depan masih ada sekitar 39%. Jika dihitung, kita harus mencapai kira-kira 8% per tahunnya. Padahal dari perhitungan statistik selama ini kita hanya bisa mencapai 2% per tahun. Jadi, kita harus berupaya empat kali lebih banyak. Oleh karena itu kita mencari berbagai pendanaan lain yang bisa menutupi kesenjangan yang besar tersebut. Salah satunya adalah bantuan hibah maupun bantuanbantuan lain. Program Hibah Peningkatan Sanitasi dalam Kemitraan Australia - Indonesia sangat penting bagi kita, karena untuk mencapai Universal Access tahun 2019, kita memerlukan sumber daya yang sangat besar baik sumber daya manusia maupun sumber daya dana untuk mencapainya. Sehingga dana hibah ini sangat bagus untuk menutupi kesenjangan yang kita alami. Di samping itu, Program Hibah Peningkatan Sanitasi ini mendidik Pemerintah Daerah untuk bisa menginvestasikan dahulu melalui APBD (Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah) untuk sanitasi, sehingga mereka bisa memperluas cakupan pelayanan mereka, dan kemudian kita akan ganti dana tersebut.
65
Kata Penutup Prof. Heru Subiyantoro, Ph.D Direktur Pembiayaan dan Kapasitas Daerah Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan
Sanitasi adalah persoalan pencegahan, bukan pengobatan. Program Hibah Peningkatan Sanitasi sangat membantu peran Pemerintah Daerah dalam melayani masyarakat, karena mewujudkan kebutuhan yang sangat dibutuhkan masyarakat, yang berfokus pada: infrastruktur, kesehatan dan pendidikan. Tidak seperti program Hibah Air Minum, Program sAIIG diketahui memiliki daya tolak. Selain faktor-faktor teknis (seperti faktor elevasi, harus lurus karena tidak bisa melingkar-lingkar seperti sistem Air Minum), faktor nonteknis sangat besar peranannya dalam kesuksesan perwujudan program. Faktor non teknis ini, seperti: tingkat pemahaman masyarakat tentang kebersihan (sanitasi), dan juga pentingnya memelihara lingkungan demi masa depan, dan lain-lain. Sosialisasi pada masyarakat sangatlah penting, dan bisa jadi, jauh lebih rumit daripada persoalan membangun sistem sanitasinya sendiri. Dalam hal serapan anggaran, mekanisme hibah output-based sangat efektif, karena dilaksanakan dengan cara: Pemerintah Daerah memberikan kontribusi terlebih dahulu, lalu diganti. Hal ini membuat terbangunnya sense of belonging yang dirasakan oleh kepala daerah terhadap program untuk pembangunan daerahnya. Program Hibah sAIIG ini adalah kesempatan untuk membangun sesuatu tanda sepenuhnya menggunakan uang sendiri. Sudah seharusnya Pemerintah Daerah mau menerima manfaat Hibah Peningkatan Sanitasi, serta mengupayakan pelaksanaan program hibah sebaik mungkin. Selain mekanismenya, transparansi dan akuntabilitas program ini terbukti sangat baik.
66
67
kementerian ppn/ bappenas
kementerian keuangan republik indonesia
kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat
kementerian DALAM NEGERI