MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR PUKULAN FOREHAND TOP SPIN MELALUI METODE BERPASANGAN PADA PERMAINAN TENIS MEJA PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI MODEL LIMBOTO
DJUFRI PULUHULAWA JURUSAN PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN PROGRAM STUDI S-I PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN, DAN REKREASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN 2013
ABSTRAK DJUFRI PULUHULAWA, Nim. 831 409 109 (Skripsi 2013) “MeningkatkanKemampuan Dasar Pukulan Forehand Top Spin MelaluiMetode Berpasangan DalamPermainanTenisMejaPadaSiswaKelas VIII MTs Negeri Model Limboto”. Proposal,
Program Studi S-1 Pendidikan Jasmani Kesehatan danRekreasi di Jurusan Pendidikan Keolahragan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragan Universitas Negeri Gorontalo. Masalah yang ditemukan dalam penelitian pada permainan tenis meja di MTs Negeri Model Limboto yakni kemampuan siswa pada pukulan forehand top spin masih rendah. Cara pemecahan masalah menggunakan metode berpasangan. Dalam metode ini guru menjelaskan serta mempraktekkan teknik dasar pukulan forehand top spin secara langsung disertai indicator yang sudah ditetapkan. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pukulan forehand top spin pada siswa kelas VIII di MTs Negeri Model Limboto melalui metode berpasangan dapat meningkat atau tidak sama sekali. Metode penelitian yang digunakana adalah metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di MTs Negeri Model Limboto pada siswa kelas VIII berjumlah 20 orang siswa. Data penelitian diambil dengan menggunakan lembar pengamatan guru dan siswa, serta evaluasi terhadap materi yang diterapkan pada setiap siklus. Selanjutnya data dikaji secara seksama berdasarkan analisis data yang diketahui bahwa menggunakan metode berpasangan dapat meningkatkan kemampuan pukulan forehand top spin siswa kelas VIII di MTs Negeri Model Limboto, hasil penelitian tindakan kelas ini adalah metode berpasangan meningkatkan kemampuan pukulan forehand top spin dalam permainan tenis meja padasiswa kelas VIII di MTs Negeri Model Limboto. Penelitian ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya hasil kemampuan siswa dari awal 50%, kemudian dimulai pada siklus I mencapai 66%, pada saat dilakukan siklus II meningkat hingga 85%. Jadi, hipotesis yang berbunyi “jika metode pembelajaran berpasangan ini diterapkan pada kemampuan teknik dasar pukulan forehand top spin dalam permainan tenis meja akan bisa meningkat”. Maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran berpasangan dapat meningkatkan teknik dasar pukulan forehand top spin pada permainan tenis meja, dan dengan menerapkan metode pembelajaran berpasangan juga memberikan dampak yang nyata/signifikan terhadap teknik dasar pukulan forehand top spin pada permainan tenis meja pada siswa kelas VIII MTs Negeri Model Limboto.
PENDAHULUAN LatarBelakang Masyarakat di era modern inisudahlebihbanyakberkembangdibandingkanpada era orde lama danordebaru.Kehidupanmerekalebihbanyakberubahdibandingsebelum-sebelumnya.Begitu pula dengan proses pembelajarannyaberubah-ubah, padazamansekarangsudahlebihmeningkatdari proses pembelajaransebelumnya. Hal inibisadibuktikandenganadanyabeberapametodemaupunstrategipembelajaran yang lebihtertujupadapeningkatanhasilbelajarsiswa, antaranyapenguasaanmateri, strategidanjugametodepembelajaran yang digunakan.para guru lebihdituntutuntukmemahamikeadaanpembelajaranbaikfisiologismaupunpsikologisdanjuga factor lingkunganluarpembelajaran yang diantaranyadukungansaranadanprasarana, dukungandariparamasyarakat, danjugaiklimlingkungandimana proses pembelajaranberlangsung. Salah satumateri yang dikhususkanyaitudalamcabangolahraga, yang di terapkandalampendidikanjasmanidanolahraga yang terdapatpadalembagalembagapedidikansekolah.Padadasarnyadibutuhkanperhatiankhususterutamadalampengadaansara nadanprasaranaolahragadisekolahsertatenagaakademis yang terampil.Selainitujugadiharapkanparapengajarmemilihmetode yang tepatdalammenjalankan proses belajarmengajar. Olehsebabitu, guru yang sebagaiakademisuatupenyelenggarapendidikansekaligussebagai motivator dalam proses pembelajarandanpendidikanmempunyaiperanpentingdalamrangkamencapaitujuanpendidikan. Tujuanpembelajaranyaknimeningkatkanhasilcapaianpembelajaransiswamisalnyapadapermainant enismeja. Permainantenismejainisudahtermasukdalamkurikulumsekolahdimanasetiapsiswadiharuskanuntuk mengikutimateritersebutdanjugaterangkumpadamatapelajaranPenjaskes. Permainantenismejainiadalahpermainan yang kompleks dang jugadigemaribanyakpihak, darimudamaupunpara orang tua. Permainantenismejamerupakanpermainan yang lebihmenuntutkekuatanfisikdanjugakonsentrasi yang lebih, dikarenakanperaturanpermainantenismejasekarang yang dimanapoinpermainandiraihhanyasampaipoinke 11. Dipandangdarisudutilmukeolahragaan, tenismejamerupakanpermainan yang sangatsulituntukdilakukan. Dibutuhkansekitar 4 hingga 8 tahununtukmenjadipemaintingkatmahir, inijugaperlupembinaandariseorangpelatih yang jugamemilikikeahliandalampermainantenismejaini. Tenismejamerupakanpermainan yang dilakukan 2 orang ataugandadengansalingberlawanandanberhadapan. Bola yang datangdengancepatdanberubahubaharahmembuatterdapatbeberapateknikdasardalampermainantenismejaantaranyacaramemegan gdanmengontrol bet, teknikmemukul, teknikmembloksertateknikservis yang semuanyasangatberperandalampermainantenismeja. Khususnyapadapukulanyaituforehand. Pukulanforehand biasanyamerupakanpukulan yang paling kuatkarenatubuhtidakmenghalangisaatmelakukanpukulan, selainituotot yang digunakanbiasanyamaksimaldaripadapukulanbackhand. Pukulanforehanddianggappentingkarenatigaalasan.Pertama, pukulaniniuntukmenyerangdengansisiforehand.Pukulaninibiasanyamenjadipukulanutamauntukm elakukanserangan.Ketiga, pukulaninimerupakanpukulan yang seringdigunakanuntukmelakukansmash. Padapukulanforehand terdapatbeberapamacam, terutamapukulanforehand top spin.Padapermainantenismejainisangatlahpentinguntukmengetahuitatacaradalammelakukanpukul
anforehand top spin padapukulaninimerupakanpukulan yang unikkarenadapatmenghasilkanputaran bola cepatdansangatbagusdigunakanuntukmenyerang (smash) lawan. Penulisberpendapatbahwadenganmetodeberpasanganakanlebihmeningkatkanteknikdasarpukulanf orehand top spin padapermainantenismeja. Kenyataan yang adapadasiswakelas VIII MTs Negeri Model LimbotoKecamatanLimbotoKabupatenGorontalo yang berjumlah yang berjumlah 20 orang siswamasihsekitar 65% siswa yang belummampumelakukanpukulanforehand top spin. Berdasarkanuraian di atas, makapenulismengadakanpenelitiandenganjudul : “MeningkatkanKemampuanDasarPukulanForehand Top Spin MelaluiMetodeBerpasanganPadaPermainanTenisMejaPadaSiswaKelas VIII MTs Negeri Model Limboto”. Pemainsulituntukmemprediksikanperkenaan bola dengan bet. Untukmengatasimasalahdiatasyaitudenganmeningkatkanlatihan, kemampuandanketerampilanjugadiperlukandalammenguasaiteknikteknikdasarpadapermainantenismeja. Sesuaidengan yang kitaketahuibersama RumusanMasalah Dengan adanya uraian diatas, maka bisa dirumuskan inti dari masalah yang dihadapi yakni : “ApakahMetodelatihanberpasangandapatmeningkatkankemampuandasaPukulanforehand top spin padapemainantenismejapadasiswakelas VIII MTs Negeri Model Limboto ?” Cara PemecahanMasalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka cara pemecahan masalah yang paling tepat adalah dengan menggunakan metode pembelajaranberpasangan. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Menjelaskan kepada siswa bagaimana teknik dasar pukulanforehand top spin. b. Memberikan contoh c. Meminta siswa melakukan pukulanforehand top spin d. Mengoreksi kesalahan siswa pada saat melakukan pukulanforehand top spin e. Memberikan motivasi kepada siswa. TujuanPenelitian Tujuanpenelitiantindakankelas yang ingindicapaiolehpenelitiyaituuntukmeningkatkankemampuandasarpukulanforehand top spin melaluimetodeberpasanganpadapermainantenismejapadasiswakelas VIII MTs Negeri Model Limboto. ManfaatPenelitian Dengandilaksanakannyapenelitiantindakankelasini, manfaatdalampenelitianiniterbagidua, yakni ManfaatTeoritis Secaratoritis, pemahamantentangteoriteoriolahragapadaumumnyadanpadakhususnyapadacabangpermainantenismejauntukkelanjutanpe nelitiankeilmuandimasa yang akandatang. ManfaatPraktis
Manfaatpraktisdalampenelitianinisebagaiberikut : dapatdijadikansebagaibahanevaluasiuntukmenentukankeberhasilansiswadalam proses pembelajaransecaraumumdanduniapendidikansecaramenyeluruh, untukmengetahui factor-faktor yang mempengaruhihasilbelajarsiswadalammelakukanpukulanforehand top spin padapermainantenismejadanupayamenemukanpendekatan yang tepatuntukmengatasimasalahmasalah yang dihadapiolehsiswadalam proses belajarmengajardisekolah, sertadapatdijadikansebagaibahanrenungandanmengetahuihasilbelajarnyadisekolahsebagaibagian daripencapaiantujuanpendidikansecaramenyeluruh. KAJIAN TEORI Kajian Teori Hakikat Pukulan Forehand Top Spin Pada umumnya pukulan forehand top spin merupakan pukulan dimana saat bet menyentuh bola, bola akan berputar keatas dengan semakin cepat dan keras, namun yang sering melakukan pukulan ini adalah pemain yang sudah mahir. Top spin atau putar atas memiliki ciri, ketika bola terbentur bet, bola akan melaju pelan, namun semakin lama semakin cepat dan keras. Kemudian bola akan jatuh dimeja lawan dan mendesak terjun dengan cepat. Adapun cara membuat top spin adalah dengan bet diayunkan kedepan. Ketika bet menyentuh bola, bet digesekkan keatas dengan kuat. Bola yang dipukul akan meluncur dan berputar-putar kedepan. (Kusnanto (2010 : 30)) Menurut Dwi Sarjianto (2010 : 20) berdasarkan hasil pukulan yang berupa bola berputar, jenis pukulan dalam tenis meja dibedakan atas sebagai berikut : a. Pukulan Top Spin Pukulan ini menghasilkan pukulan yang berupa putaran bola kedepan. Pukulan ini dilakukan dengan cara mengayunkan bet keatas dengan kuat sehingga mengenai bola. b. Pukulan Back Spin Pukulan ini menghasilkan putaran bola kebelakang. Pukulan ini dilakukan dengan cara mengayunkan bet kebawah dengan kuat mengenai bola. c. Pukulan Kosong Pukulan ini menghasilkan bola bergerak tanpa berputar. Pukulan ini dilakukan dengan cara mengayunkan bet lurus kedepan sehingga arah bola lurus kearah meja lawan. Sarjono dan Sumarjo (2010 :26) menyatakan bahwa top spin adalah pukulan bet terhadap bola pada sedikit bagian di atas dari garis tengah bola. pada waktu permukaan bet menyentuh bola, gerakan ke atas lebih besar daripada gerakan ke depan. Bola akan bergerak ke depan dengan putaran (spin) ke atas dan apabila jatuh di meja akan melenting lebih tinggi. Menurut Chandra (2010 :59) bahwa teknik pukulan top spin dilakukan dengan cara bola dipukul (sedikit digesek) agar bola berputar. Menurut Sutrisno (2010 : 25) bahwa Top spin sekarang ini menjadi pukulan yang paling populer. Sebenarnya top spin merupakan drive stroke yang dikembangkan lebih lanjut. Perbedaannya adalah kalau drive stroke kekuatan diubah menjadi bentuk kecepatan, sedangkan top spin kekuatan diubah menjadi bentuk spin. Dari beberapa keterangan diatas mengenai pukulan forehand top spin, semuanya membutuhkan keterampilan yang baik dan benar serta dengan tidak melewati beberapa unsur pendukung
supaya pelaksanaan pukulan forehand top spin tersebut berlangsung dengan baik yakni dengan posisi kaki, posisi badan, ayunan tangan, dan follow trough. Hakikat Pukulan Forehand Pukulan forehand adalah pukulan yang sangat umum dalam permainan tenis meja yang sering dilakukan oleh setiap pemain. Bukan hanya karena mudah dilakukan, tetapi juga karena pukulan ini memiliki sudut yang besar jika dibandingkan dengan pukulan backhand ketika memukul bola. Pukulan pada tenis meja merupakan tulang punggung dari permainan itu sendiri, pukulan forehand adalah pukulan tospin yang paling agresif. Mashar (2010 : 24) mengemukakan bahwa Pukulan forehand, yaitu saat memukul bola, punggung tangan yang memegang bet menghadap ke belakang. Menurut Sri Wahyuni (2010 : 190) bahwa Forehand adalah pukulan yang dilakukan dengan bet atau raketyang digerakkan ke arah kanan siku untuk pemain yang menggunakan tangan kanan dan ke kiri untuk pemain yang menggunakan tangan kiri. Menurut Hartomo dan Widyastuti (2010 : 17) bahwa teknik memukul forehand, yakni kaki kiri didepan dan kanan dibelakang, badan condong kedepan lutut sedikit ditekuk, pandangan kearah permainan. Tarik bet kesamping agak kebelakang dengan kepala bet menghadap kebawah, lengan agak kebawah dan pergelangan tangan lurus. Waktu memukul, berat badan pada kaki depan dan putar pinggang ke depan kiri. Menurut Chandra dan Sanoesi (2010 : 58) bahwa teknik pukulan forehand dapat dilakukan dengan cara : a. Sikap badan menyamping, b. Ayunkan lengan, punggung tangan membelakangi net, c. Atur tenaga pada saat perkenaan bola, d. Gerakan lanjutan dilakukan setelah memukul bola sampai tangan menyilang. Menurut Hidayat (2010 : 17-18) cara melakukan pukulan forehand sebagai berikut. a) Berdiri di belakang meja menghadap ke arah lawan. b) Salah satu kaki di depan. c) Salah satu tangan memegang bet di samping badan, lengan membentuk sudut 900. d) Pukulan dilakukan dengan menggerakkan bet dari arah belakang kedepan. e) Bet harus mengenai bola pada saat bola mencapai titik tertinggi. Dengan demikian dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pukulan forehand adalah pukulan yang dilakukan dengan posisi telapak tangan yang memegang bet menghadap ke depan dan setiap pukulan yang dilakukan dengan bet gerakan ke arah kanan, sedangkan ke kiri bagi pemain yang menggunakan tangan kiri. Hakikat Permainan Tenis Meja Hakikat permainan tenis meja mengacu pada berbagai olahraga permainan dimana para pemain menggunakan bet, meja tenis, serta bola pingpong. Bola ping pong dipukul menggunakan bet untuk di pantulkan dimeja lawan. Permainan ini dimainkan oleh dua atau empat orang (2 pasang) setiap mejanya. Menurut Hartomo dan Widyastuti (2010 : 13) tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup digemari di dunia. Olahraga tenis meja ini biasanya dimainkan didalam ruangan (indoor) Tenis meja ini dapat dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) dan dua pasang (untuk ganda).
Menurut Yusuf Hidayat, dkk (2010 : 14) bahwa tenis meja atau pingpong adalah suatu olahraga raket yang dimainkan secara perorangan (untuk tunggal) atau beregu (untuk ganda). Di Tiongkok, nama resmi olahraga ini ialah "bola ping pong" (Tionghoa : Pinyin: pīngpāng qiú). Menurut Mashar (2010 : 24) Tenis meja merupakan permainan bola kecil yang menggunakan meja sebagai lapangannya. Selain meja perlengkapan yang dibutuhkan adalah bola dan pemukul bola (bet). Di masyarakat, olahraga tenis meja lebih dikenal dengan nama pingpong. Tenis meja dimainkan oleh dua atau empat pemain. Menurut Sutrisno (2010 : 21) Permainan tenis meja mula-mula hanya dikenal sebagai pengisi waktu senggang,sebagai hiburan atau hanya sebagai rekreasi saja. Kita mengenal permainan ini dengannama “ping pong“, yaitu berasal dari tiruan suara yang ditimbulkan oleh sentuhan bola dengan meja ataupun dengan bet yang lembut, kemudian namanya diubah menjadi “Table Tennis “ atau kita menyebutnya “Tenis Meja”. Tenis meja juga merupakan salah satu pokok bahasan yang diajarkan disekolah-sekolah lanjutan tingkat pertama.Olahraga tenis meja bagi seorang pelajar merupakan hal yang tidak asing lagi karena sudah termasuk dalam cakupan kurikulum. Penguasaan teknik-teknik dasar dalam permainan tenis meja adalah setiap teknik dasar memiliki prinsip-prinsip gerak yang berbeda. Menurut Sujarwadi dan Sarjianto (2010 : 19) olahraga tenis meja dimainkan dengan menggunakan bet yang dilapisi karet untuk memukul bola agar melewati net yang dibentangkan diatas meja. Tenis meja dikenal pula dengan istilah bola pingpong. Dalam permainan ini terdapat beberapa teknik pukulan dasar yang harus dikuasai. Tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup digemari di dunia. Olahraga tenis meja ini biasanya dimainkan di dalam ruangan (indor). Tenis meja ini dapat dimainkan dua orang (untuk tunggal) dan dua pasang (untuk ganda). Hartomo (2010 : 13) Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan tenis meja adalah suatu permainan dengan menggunakan meja, bet dan net sebagai tempat untuk memantulkan bola yang dipukul dengan menggunakan bet di mainkan oleh dua diawali dengan pukulan pembuka (service) harus mampu yang menyeberangkan bola lewat net masuk ke sasaran, dan mengembalikan bola ke daerah lawan setelah bola itu memantul di daerah permainan sendiri. Adapun tujuan dari olahraga tenis meja adalah untuk menjaga kebugaran badan dan untuk mencapai prestasi yang diharapkan. Adapun alat dan perlengkapan tenis meja antara lain: a. Meja Meja tenis harus mempunyai daya lenting yang sama, tidak kurang dari 22 cm atau lebih dari 25 cm ketika bola standar (bola yang dijadikan ukuran) yang dijatuhkan dari ketinggian 30,5 cm di atas permukaan meja. Permukaan meja harus rata berwarna gelap atau biasanya hijau tua. Bagian tepi diberi garis putih berukuran 2 cm. Permainan ganda,meja permainan dibagi menjadi dua bagian yang diberi garis putih yangselebar 3 mm, paralel dengan garis lurus sepanjang kedua bagian meja. Meja tenis memiliki panjang 2,74 meter dan lebar 1,52 meter, tinggi meja dari permukaan lantai 76 cm. b. Net Net pada tenis meja mempunyai panjang 1,83 meter dan tinggi 15,25 cm. Di tengahtengah meja tenis terdapat dua tiang penyangga yang dijepitkan pada meja yang berfungsi untuk membentangkan net. Net/jarring pada tenis meja pada dasarnya sama dengan net yang digunakan pada tenis lapangan, hanya ukuranya yang berbeda. c. Raket/Bet
Raket/Bet yang digunakan terdiri dari berbagai ukuran, bentuk atau berat. Bidang bet terbuat dari kayu/serat karbon, tebal, rata dan keras serta pegangannya berwarna. Sisi bet terdiri dari dua bagian yaitu kayu dan karet. Ketebalan daun raket minimal 85% tersebut dari kayu dapat dilapisi dengan bahan perekat yang berserat fiber karbon atau fiber glass atau bahan kertas yang dipadatkan, bahan tersebut tidak lebih dari 7,5% dari total ketebalan 0,35 mm. Karet ada dua jenis yaitu karet berbintik panjangnya tidak lebih dari 2 mm dan karet berbintik ke dalam ketebalanya tidak melebihi 4 mm. d. Bola Bola yang digunakan berbentuk bulat dengan diameter 40 mm, beratnya 2,7 gram, berwarna orange atau putih yang terbuat dari celulos (celluloid) atau sejenis bahan plastik. Ditengah biasanya terdapat logo atau gambar yang gunanya untuk mengetahui arah perputaran bola. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa permainan tenis meja merupakan suatu permainan yang menggunakan meja sebagai tempat untuk memantulkan bola yang dipukul oleh pemain yang menggunakan bet dan harus mampu menyebrangkan bola serta mengembalikan bola ke arah lawan setelah bola itu memantul di daerah pemain sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut keterampilan dasar yang baik dan benar didukung pula oleh teknik-teknik yang lain, antara lain yaitu: pegangan bet, posisi atau sikap badan saat bermain, jenis pukulan, dan kelincahan koordinasi gerak kaki. Hakikat Metode Berpasangan Hakikat metode berpasangan mengacu pada berbagai metode pembelajaran dimana para siswa agar bisa menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dengan bekerja berpasangan untuk bisa saling memberikan bantuan satu sama lainnya dengan disertai dorongan guru berupa bimbingan dalam mempelajari materi-materi yang diberikan. Didalam kelas para siswa dibiasakan untuk saling berdiskusi atau sharing tentang pengetahuan dan keterampilan yang mereka kuasai pada saat itu dan mengakhiri kesenjangan dalam pemahaman mereka masing-masing. Pada dasarnya, pembelajaran berpasangan bukanlah merupakan suatu metode seperti metode pembelajaran yang sudah baku dirumuskan oleh para ahlinya, namun pembelajaran berpasangan ini lebih mengacu pada suatu bentuk pengelolaan kelas dengan menerapkan metode berpasangan dalam pembelajaran suatu teknik dasar dalam bidang olahraga. Menurut Maufur (2010 : 95) bahwa metode berbasis berpasangan atau dua partner merupakan strategi mengajar untuk memaksimalkan kemampuan berkomunikasi, berdialog dan bertukar pendapat secara personal. Siswa yang pasif, pendiam dan pemalu bisa tergerak untuk mengungkapkan gagasan dan dikondisikan agar selalu aktif belajar, bekerja dan pada akhirnya terbiasa untuk proaktif dalam setiap diskusi atau pembelajaran. Keunggulan posisi berpasangan yaitusemua siswa diupayakan dapat belajar secara tutorial dan interaktif satu sama lain, karena dalam pasangan mustahil tidak terjadi interaksi atau komunikasi dua arah yang disbanding dengan kelompok. Metode ini mempelajari semua individu yang berbeda taraf umurnya dalam titik waktu yang sama. Dalam contoh diatas, keterampilan berbahasa tulisan dipelajari pada sisiwa sebagai sampel dari beberapa kelas yang berbeda, kelemahan metode ini adalah faktor kebetulan sebab bisa terjadi sampel dalam studi ini sangat bervariasi pertumbuhannya. Metode ini tepat digunakan apabila ingin mempelajari karakteristik siswa pada umumnya pada taraf yang berbeda-beda dan memungkinkan dapat diperoleh sampel yang cukup besar. Metode ini juga dapat membandingkan karakteristik tertentu saat ini dari subjek atau siswa pada kelas yang berbeda
tingkatannya, misalnya kelas III SMA dengan kelas III SMP. Namun, apabila ingin melihat perubahan karakteristik tertentu dari subjek, Beberapa kasus yang sering terjadi pada siswa disekolah antara lain ialah: a) Kegagalan belajar yang dapat dilihat dari prestasi yang dicapainya, baik dalam mata-mata pelajaran tertentu maupun untuk semua mata pelajaran yang diberikan disekolah. (b) Ketidak mampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan sekolah yang dapat dilihat dari perilaku siswa seperti mengisolasi dirinya, tidak bisa bergaul dengan teman-temannya, atau tidak berpartisipasi dalam melaksanakan tugas belajar dalam berkelompoknya. (c) Ganguan emosional yang berlebihan seperti cepat marah, mudah tersinggung, menangis. (d) Kenakalan yang sifatnya menyimpang dari nilai sosial, moral, hukum seperti suka mencuri barang milik teman-temannya, suka menggangguorang lain, berbuat onar di sekolah, suka membolos, mabuk-mabukan. (e) Terlibat dalam tindakan kriminal seperti pencurian, pemerkosaan, perkelahian. Sudjana ( 2009 : 97 ) Metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Murniasih ( 2010 : 35 ) Langkah-langkah : a. Guru menyiapkan sebuah tongkat. b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/ paketnya. c. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya guru mempersilahkan siswa unruk menutup bukunya. d. Guru mengambil tongkatnya dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. e. Guru memberikan kesimpulan. f. Evaluasi. Dalam proses pembelajaran sangat diperlukan keturutsertaan para guru dan siswa agar bisa saling berhubungan dengan tujuan agar yang diharapkan dalam pembelajaran bisa mencapai maksimal. Upaya yang seharusnya dilakukan yaitu melakukan apa yang sudah menjadi tugas utama para guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan prose kemunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh phak guru sebagai pendidik,sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Mengajar menurut William H. Burton adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Sagala( 2009 : 61 ). Dalam metode berpasangan ini diharapkan agar para siswa bisa saling membantu, saling bergotong royong, saling sharing serta dapat berargumentasi untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki saat itu dan mengakhiri kesenjangan dan pemahaman masingmasing. Berdasarkan konsepsi diatas, metode berpasangan merupakan metode atau cara membelajarkan siswa agar memungkinkan siswa untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dan aktif
belajar sehingga potensi dirinya dapat berkembang secara maksimal. Melalui metode berpasangan keaktifan para siswa dalam pembelajaran akan lebih meningkat sebab metode ini berpeluang agar lebih terlibat dalam pengerjaan tugas-tugas gerak lebih besar serta bimbingan berupa arahan dapat diperoleh secara intensif. Dalam pembelajaran kelompok berpasangan, para siswa diharapkan dapat bergotong royong, saling membantu, saling mendiskusi dan beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masingmasing. Dengan demikian sangatlah mungkin untuk mencapai suatu keterampilan gerak yang relevan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode berpasangan adalah kegiatan berdua untuk saling membantu, bergotong royong, serta bekerja sama dalam memberikan kesempatan kepada orang lain untuk bisa saling melengkapi kekurangan masingmasing. Hipotesis Tindakan Adapun yang menjadi hipotesis pada penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan, yakni : “jika metode pembelajaran berpasangan diterapkan maka kemampuan teknik dasar pukulan forehand top spin permainan tenis meja akan meningkat”. Indikator Kinerja Dalam penelitian tindakan kelas, yang menjadi indicator kinerja apabila 85% kemampuan siswa kelas VIII MTs Negeri Model Limboto sudah mencapai keberhasilan yang diinginkan dengan memperhatikan sikap posisi kaki, posisi badan, gerakan memukul, serta follow trough, maka penelitian dinyatakan selesai. METODE PENELITIAN Setting Penelitian Dan KarasteristikSubjekPenelitian SetingPenelitian Penelitiantindakankelasinidilaksanakan di MTs.Negeri Model LimbotoKab.Gorontalo. KarasteristikSubjekPenelitian Yang menjadisubjekpenelitianiniadalahsiswakelas LimbotoKab.Gorontalodenganjumlah 20 orang.
VIII
MTs.Negeri
Model
VariabelPenelitian Sehubungandenganhaltersebut, makadapatdikemukakanvariabelpenelitianinisebagaiberikut : Variabel Input Merupakan proses sebelumpembelajaranberlangsungsepertisiswa, guru, rencanapelaksanaanpembelajaran (RPP), bahanpembelajaran, sumberbelajar, prosedurevaluasi, media danlingkunganbelajar. Variabel Proses Variabelinimerupakan proses selamapembelajaranberlangsung yang dapatdiukurmelalui :
Menurutsulaiman (2008 : 16-17) teknikdasarmelakukanpukulanpukulanferehand spindalampermainantenismejameliputi : a. Sikapawalberdiridengankeduatungkaiselebarbahu. b. Ayunantangandilakukandaribelakangkearahdepanatas. c. Padawaktuayunantangankebelakang, posisibadanagakcondongkebelakangdantungkaisedikit di tekuk. d. Jarak bola terhadapbadandijagatidakbolehterlaludekatketubuhkita. e. Pandanganmatatertujupadaarah bola yang dating menujukita. f. Padasaatperkenaan bola (impact) tanganberadapadaposisi 30 derajat. g. Bola dipukulkedepan.
top
Variabel Output Variabel output adalah proses sesudahpembelajaranberlangsung, meliputi : a. Evaluasigerakanmelakukanpukulanforehand top spin b. Motivasisiswa c. Sikapterhadappengalamanbelajar yang telah di gelarmelaluitindakanperbaikan TeknikPengumpulan Data Sumber Data Sumber data dalampenelitianiniadalahsiswakelas VIII MTs.Negeri LimbotoKab.Gorontalodan guru mitradengananggotapenelitianseluruhsiswa dijadikansebagaisampel.
Model yang
Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukandarihasilobservasitindakankelasdalam proses pembelajaran. Analisis Data Teknikanalisa data dilakukanberdasarkananalisisdimulaidenganmempelajariseluruh data yang ada.Data tersebutdirenungkankembaliberdasarkanmasalah-masalah yang ditelitidanselanjutnyadisusundalamsatuan-satuandankategorisasi. Proses analisis data dilakukansejakawalpenelitiansampaipada proses pengumpulan data selesai. Data keterampilanpukulanforehan top spinpadapermainantenismeja, diambilmelaluitesakhirsiklus, kemudian di analisisuntukmencari data-data danketuntasanbelajarsiswabaiksecaraindividumaupunklasikal. Selanjutnya, dari data tersebutdisesuaikanpadakriteriaketuntasanbelajar yang telahditetapkanpadaindikatorkinerjapadapenelitianini.Hasilanalisis data diharapkanterjadinyapeningkatanhasilbelajardanjikaternyatahasilpadasikluspertamabelumsesuaid enganapa yang diharapkantelahditetapkanpada indicator kinerja, makaakandilanjutkanpadasiklusselanjutnya. Siklusdapatdihentikanapabilahasilbelajarsiswatelahmencapaikriteriaketuntasan, baiksecaraindividumaupunklasikal. DesainPenelitian Tahappersiapankegiatan Kegiatan yang dilaksanakanpadapersiapantindakaniniadalahsebagaiberikut:
a. b. c. d. e. f. g.
MenghubungiKepalaSekolah MTs Model LimbotoKab. Gorontalo Konsultasitentangrencanakegiatandanpenelitian Melakukanobservasiawalterhadapsubjekpenelitian Menganalisispokokpelaksanaansubjekpenelitian Menetapkanwaktupelaksanaantindakan Menyusunjadwaldanmerancangstrategipenelitiantindakankelas MenyusunRencanaPelaksanaanPembelajaran (RPP)
DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MTS Negeri Model Limboto Kab. Gorontalo dengan subjek penelitain siswa kelas VIII dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang. Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan melakukan observasi awal terhadap kegiatan pembelajaran pada permainan tenis meja. Dari hasil observasi awal ditemukan rendahnya ketrampilan siswa dalam melakukan pukulan forehand top spin, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa secara keseluruhan, pada materi ajar cabang olahraga tenis meja. Untuk mengatasi persoalan rendahnya ketrampilan siswa dalam melakukan pukulan forehand top spin, dilakukan tindakan terhadap subyek penelitian dengan menerapkan pembelajaran metode berpasangan. Tindakan dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, karena dalam siklus 1 belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu masih perlu melanjutkan tindakan ke siklus berikutnya dengan mengadakan beberapa perbaikan pada rencana tindakan maupun pada saat pelaksanaannya. Proses pelaksanaan tindakan dan hasil yang dicapai dapat diuraikan sebagai berikut: Observasi Awal Dari kegiatan pembelajaran pukulan forehand top spin yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dari data tabel 1 terdapat 3 aspek yang diamati pada siswa yakni, (1) posisi kaki, (2) posisi badan, dan (3) gerakan memukul. Hasil pengamatan pukulan forehand top spin siswa pada observasi awal disajikan pada tabel berikut. Tabel 1. Data Hasil Belajar Siswa Observasi Awal Klasifikasi Nilai Kriteria Aspek Jumlah Siswa Persentase 90-100 Sangat Baik(SB) 0% 75-89 Baik (B) 3 15% 60-74 Cukup (C) 11 55% 40-59 Kurang (K) 6 30% 0-39 Kurang Sekali(KS) 0% Jumlah 20 Dilihat dari persentase penilaian hasil belajar siswa pada observasi awal diatas, maka persentase yang diperoleh berdasarkan isi pada tabel 2 dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Diagram Persentase Hasil Belajara Siswa Pada Observasi Awal
Persentase Hasil Observasi Awal 55%
60% 50% 40%
30%
30% 15%
20% 10%
0%
Hasil Belajar Siswa 0%
0% Sangat Baik (SB)
Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)
Kurang Sekali (KS)
Dari data tersebut diperoleh gambaran tentang kemampuan pukulan forehand top spin siswa masih jauh dari indicator keberhasilan yang diinginkan sehingga untuk meningkatkan kemampuan pukulan forehand top spin masih perlu untuk lebih ditingkatkan kembali melalui pembelajaran menggunakan metode berpasangan. Untuk itu, akan dipersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan pada tindakan dalam siklus I. Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada pokok bahasan tenis meja dengan sub pokok bahasan pukulan forehand top spin. Prosedur dan proses tindakan yang dilakukan selama proses penelitiaan dengan menerapkan model pembelajaran berpasangan yaitu siswa terdiri dari 20 orang dibagi dalam 4 kelompok dimana masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang. Dalam kelompok pertama siswa dibagi dalam kelompok asal kemudian setiap 1 anggota dari kelompok yang dipanggil oleh guru untuk membehas materi yang akan dipelajari kemudian kembali ke kolompok asal dan menjelaskan apa yang dipelajari dan didiskusikan dalam kelompok asal dan menjelaskan apa yang telah dipelajari atau didiskusikan dalam kelompok ahli untuk di ajarkan kepada temannya di kelompok itu sendiri atau kata lain sebagai tutor sebaya. Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, baik pada pembelajaran siklus I maupun siklus II menunjukkan bahwa ada peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas VIII tahun 2012/2013 pada materi permainan tenis meja khususnya pada materi pukulan forehand top spin. Peningkatan kualitas pembelajaran dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa ini erat kaitannya dengan kemampuan guru dengan menggunakan model metode berpasangan. Karena kualitas pembelajaran belum ditingkatkan sesuai indicator keberhasilan tindakan baik menyangkut kegiatan guru maupun kegiatan siswa yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa, maka penelitian tindakan ini masih perlu pengembangan lebih lanjut. Hal ini karena sesuai analisis data hasil penelitian, ada beberapa bagian materi yang tidak dapat dituntaskan pada siklus 1, sehingga harus diperbaiki dan disempurnakan pada pembelajaran berikutnya (siklus II). Berdasarkan data empiris yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas, hal yang perlu diperhatikan guru yaitu menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah metode pembelajaran berpasangan serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan atau
mempraktekkannya sendiri atau bertanya pada kelompok ahli serta mencatat materi-materi penting dalam kegiatan tersebut. Selain itu, menyangkut kegiatan siswa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : aktivitas belajar siswa dalam kelompok, kesiapan belajar siswa, kemampuan siswa dalam kelompok, serta kemampuan siswa menjadi tutor bagi teman kelompok terutama dalam anggota kelompokyang mengalami kesulitan belajar sebagai wujud tanggung jawab atas ketuntasan kelompoknya. Berdasarkan hasil analisis data pada observasi, siklus I dan siklus II pemberian tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini menunjukkan keberhasilan melalui peningkatan kemampuan siswa kelas VIII dalam melakukan pukulan forehand top spin, sebagai berikut : a. Aspek (A) Sikap Awal pada observasi data awal rata-rata kemampuan siswa mencapai 66,4, siklus I mencapai 70 dan siklus II mencapai 83,95. b. Aspek (B) Pelaksanaan Gerakan pada observasi data awal rata-rata kemampuan siswa mencapai 63,05, siklus I mencapai 70,75, dan siklus II mencapai 79,7. c. Aspek (C) Gerakan Lanjutan pada observasi data awal rata-rata kemampuan siswa mencapai 63,55, siklus I mencapai 75,5, dan siklus II mencapai 77,3. Memperhatikan peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa berarti hipotesis yang di rumuskan yaitu “metode latihan berpasangan” siswa dalam melakukan pukulan forehand top spin dapat diterima (terbukti kebenarannya). Jadi penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat dikatakan telah berhasil. DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MTS Negeri Model Limboto Kab. Gorontalo dengan subjek penelitain siswa kelas VIII dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang. Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan melakukan observasi awal terhadap kegiatan pembelajaran pada permainan tenis meja. Dari hasil observasi awal ditemukan rendahnya ketrampilan siswa dalam melakukan pukulan forehand top spin, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa secara keseluruhan, pada materi ajar cabang olahraga tenis meja. Untuk mengatasi persoalan rendahnya ketrampilan siswa dalam melakukan pukulan forehand top spin, dilakukan tindakan terhadap subyek penelitian dengan menerapkan pembelajaran metode berpasangan. Tindakan dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, karena dalam siklus 1 belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu masih perlu melanjutkan tindakan ke siklus berikutnya dengan mengadakan beberapa perbaikan pada rencana tindakan maupun pada saat pelaksanaannya. Proses pelaksanaan tindakan dan hasil yang dicapai dapat diuraikan sebagai berikut: Observasi Awal Dari kegiatan pembelajaran pukulan forehand top spin yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dari data tabel 1 terdapat 3 aspek yang diamati pada siswa yakni, (1) posisi kaki, (2) posisi badan, dan (3) gerakan memukul. Hasil pengamatan pukulan forehand top spin siswa pada observasi awal disajikan pada tabel berikut. Tabel 1. Data Hasil Belajar Siswa Observasi Awal Klasifikasi Nilai Kriteria Aspek Jumlah Siswa Persentase 90-100 Sangat Baik(SB) 0%
75-89 60-74 40-59 0-39
Baik (B) 3 15% Cukup (C) 11 55% Kurang (K) 6 30% Kurang Sekali(KS) 0% Jumlah 20 Dilihat dari persentase penilaian hasil belajar siswa pada observasi awal diatas, maka persentase yang diperoleh berdasarkan isi pada tabel 2 dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 1. Diagram Persentase Hasil Belajara Siswa Pada Observasi Awal
Persentase Hasil Observasi Awal 55%
60% 50% 40%
30%
30% 15%
20% 10%
0%
Hasil Belajar Siswa 0%
0% Sangat Baik (SB)
Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)
Kurang Sekali (KS)
Dari data tersebut diperoleh gambaran tentang kemampuan pukulan forehand top spin siswa masih jauh dari indicator keberhasilan yang diinginkan sehingga untuk meningkatkan kemampuan pukulan forehand top spin masih perlu untuk lebih ditingkatkan kembali melalui pembelajaran menggunakan metode berpasangan. Untuk itu, akan dipersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan pada tindakan dalam siklus I. Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada pokok bahasan tenis meja dengan sub pokok bahasan pukulan forehand top spin. Prosedur dan proses tindakan yang dilakukan selama proses penelitiaan dengan menerapkan model pembelajaran berpasangan yaitu siswa terdiri dari 20 orang dibagi dalam 4 kelompok dimana masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang. Dalam kelompok pertama siswa dibagi dalam kelompok asal kemudian setiap 1 anggota dari kelompok yang dipanggil oleh guru untuk membehas materi yang akan dipelajari kemudian kembali ke kolompok asal dan menjelaskan apa yang dipelajari dan didiskusikan dalam kelompok asal dan menjelaskan apa yang telah dipelajari atau didiskusikan dalam kelompok ahli untuk di ajarkan kepada temannya di kelompok itu sendiri atau kata lain sebagai tutor sebaya. Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, baik pada pembelajaran siklus I maupun siklus II menunjukkan bahwa ada peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas VIII tahun 2012/2013 pada materi permainan tenis meja khususnya pada materi pukulan forehand top spin. Peningkatan kualitas pembelajaran dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa ini erat kaitannya dengan kemampuan guru dengan menggunakan model metode berpasangan.
Karena kualitas pembelajaran belum ditingkatkan sesuai indicator keberhasilan tindakan baik menyangkut kegiatan guru maupun kegiatan siswa yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa, maka penelitian tindakan ini masih perlu pengembangan lebih lanjut. Hal ini karena sesuai analisis data hasil penelitian, ada beberapa bagian materi yang tidak dapat dituntaskan pada siklus 1, sehingga harus diperbaiki dan disempurnakan pada pembelajaran berikutnya (siklus II). Berdasarkan data empiris yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas, hal yang perlu diperhatikan guru yaitu menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah metode pembelajaran berpasangan serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan atau mempraktekkannya sendiri atau bertanya pada kelompok ahli serta mencatat materi-materi penting dalam kegiatan tersebut. Selain itu, menyangkut kegiatan siswa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : aktivitas belajar siswa dalam kelompok, kesiapan belajar siswa, kemampuan siswa dalam kelompok, serta kemampuan siswa menjadi tutor bagi teman kelompok terutama dalam anggota kelompokyang mengalami kesulitan belajar sebagai wujud tanggung jawab atas ketuntasan kelompoknya. Berdasarkan hasil analisis data pada observasi, siklus I dan siklus II pemberian tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini menunjukkan keberhasilan melalui peningkatan kemampuan siswa kelas VIII dalam melakukan pukulan forehand top spin, sebagai berikut : d. Aspek (A) Sikap Awal pada observasi data awal rata-rata kemampuan siswa mencapai 66,4, siklus I mencapai 70 dan siklus II mencapai 83,95. e. Aspek (B) Pelaksanaan Gerakan pada observasi data awal rata-rata kemampuan siswa mencapai 63,05, siklus I mencapai 70,75, dan siklus II mencapai 79,7. f. Aspek (C) Gerakan Lanjutan pada observasi data awal rata-rata kemampuan siswa mencapai 63,55, siklus I mencapai 75,5, dan siklus II mencapai 77,3. Memperhatikan peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa berarti hipotesis yang di rumuskan yaitu “metode latihan berpasangan” siswa dalam melakukan pukulan forehand top spin dapat diterima (terbukti kebenarannya). Jadi penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat dikatakan telah berhasil. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkanpembahasabdanhasilpenelitian yang diuraikandiatas ,makadapatditarikkesimpulansebagaiberikut : a. Menggunakan model metodeberpasanganpadamatapelajaranPenjaskesmateripukulanforehand top spin dapatmeningkatkanhasilbelajarsiswakelas VIII MTs. Model LimbotoKab. Gorontalo b. Model pembelajaranmetodeberpasangandapatmembantumenyalurkankonsepbahanpelajarankepa dasiswakhususnyapadamateripukulanforehand top spin sehinggamempermudahdanmemperlancarprosesbelajarsiswasertamerangsangsemangatbel ajarsiswa.dengandemikandapatmengoptimalkanhasilbelajarsiswakhususnyapadamateripu kulanforehand top spinpadacabangolahragatenismeja, halinidilihatdariadanyapeningkatanhasilbelajarmereka. saran
Berkenandenganpelaksanaanhasilpenelitian, makadikemukakan saran-saran sebagaiberikut : a. Pelaksanaaanpenelitiantindakankelasdiharapkandapatmembanturekan-rekan guru penjaskes, jugapenelitidapatmengembangkankemauandanketerampilandalammenghadapisertameme cahkanpermasalahan yang nyatadalam proses pembelajaranpenjaskeskhususnyauntukpukulanforehand top spinpadapermainantenismeja. b. Pelaksanaanpenelitiantindakankelasinidiharapkanmenjadititikawalbagisiswauntuk meningkatkanprestasisiswakhususnyapadapermainantenismeja. c. Bagirekan-rekan guru penjaskesuntukdapatmenjadihasilpenelitianinisebagaibahanpembandingdalampenyajianm ateri-materipenjaskes yang dipandangrelevan.