1 Antologi … Vol … Nomor … Juni 2015
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA POKOK BAHASAN PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN METODE PETA KONSEP Oleh : Alfiah Oktap Nurwanda ; Robandi Roni M. Arifin¹; Tuti Istianti² Program S1 PGSD UPI Kampus Cibiru
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hal ini didasarkan pada data awal hasil belajar IPS siswa yang menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70. Rendahnya hasil belajar siswa ini tidak terlepas dari kurangnya keterlibatan siswa selama kegiatan pembelajaran dan juga kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam menyusun peta konsep pada pembelajaran IPS dan juga untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan metode peta konsep. Metode peta konsep adalah suatu alat atau cara yang dapat digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui siswa. Peta konsep merupakan suatu skema atau gambar yang menyatakan
¹, ² = Penulis Penanggung jawab
hubungan bermakna yang berisikan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lain dan tersusun dalam sebuah hirarki yang saling berkaitan. Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang mengadaptasi dari model Kemmis dan Mc Taggart dengan 3 siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III SDN Cijerah Indah Kecamatan Bandungkulon Kota Bandung yang berjumlah 26 orang. Pengumpulan data didapat dari hasil tes (pretest dan posttest) dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa kelas III SDN Cijerah Indah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada siklus I hasil pretest siswa yang tuntas mencapai KKM 70 sebanyak 12 orang dengan persentase 46% sedangkan hasil posttest siswa yang tuntas mencapai KKM 70 sebanyak 18 orang dengan persentase 69%. Pada pretest siklus II, siswa yang tuntas mencapai KKM sebanyak 18 orang dengan persentase 69% sedangkan hasil posttest siswa yang tuntas mencapai KKM sebanyak 21 orang dengan persentase 81%. Sedangkan pada siklus III, hasil pretest siswa yang tuntas mencapai KKM sebanyak 20
Alfiah Oktap Nurwanda; Robandi Roni M.Arifin; Tuti Istianti 2 Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Metode Peta Konsep orang dengan persentase 76,92% sedangkan dari hasil posttest siswa yang tuntas mencapai KKM sebanyak 24 siswa dengan persentase 92,31%. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan metode peta konsep dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas III SDN Cijerah Indah Kota Bandung. Kata Kunci : Hasil Belajar, IPS, Peta Konsep
ABSTRACT This research is motivated by the low learning outcomes in IPS subject of the work. It is based on preliminary data of student learning outcomes which shows that there are still many students who do not meet the minimum completeness criteria (KKM) that has been determined is 70. The low student learning outcomes can’t be separated from the lack of involvement of students during lerning activities anda also the ability of teachers in planning and implementing learning activities. This research aims to determine the activity of the students in preparing concept maps and determine student learning outcomes in IPS the subject of the work by using concept map method. Concept map method is a tool or means that can be used by teachers to find out what students know. Concept maps are a scheme or drawing representing a meaningful relationship that contains concepts that relate to each other and arranged in a hierarchy that are interrelated. The method used is adapted from the classroom action research (PTK) by Kemmis and Mc. Taggart models with 3 cycles. Subject in this research were students of class III SDN Cijerah Indah Kecamatan Bandungkulon Kota Bandung which amounted to 26 people. The collection of data obtained from the results of tests (pretest and posttest) and observation sheet.
The results showed that the learning outcomes IPS subject of the work students of class III SDN Cijerah Indah increased significantly. In the first cycle of students who pass the pretest results reach KKM 70 as many as 12 people with a percentage of 46% and the students who pass the posttest results reach KKM 70 as many as 18 people with a percentage 69%. In pretest second cycle, the students who pass reach KKM 70 as amny as 18 people with a percentage 69% and the students who pass the posttest results KKM as many as 21 people with a percentage of 81%. In the third cycle, students who pass the the pretest results reach KKM 70 as many as 20 people with a percentage 76,92% and students who pass the posttest results reach KKM 70 as many as 24 people with a percentage 92,31%. This proves that learning IPS on the subject of work by using concept map method can enhance student learning outcomes in class III SDN Cijerah Indah Kota Bandung. Keywords : Learning outcomes, IPS, Concept Maps, Work
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Peran guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memberikan fasilitas belajar agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran sebagai proses belajar dibangun guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Namun dalam praktik pembelajaran, siswa sering kali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap materi pelajaran,
3 Antologi … Vol … Nomor … Juni 2015
siswa juga mengalami kesulitan dalam memahami sebuah materi pelajaran, mengidentifikasi dan memproses materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini tentu saja berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Padahal untuk mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan apa yang sedang dipelajari. Akan tetapi dalam hal ini faktor guru pun sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa karena kebanyakan guru masih menggunakan metode konvensional dalam kegiatan pembelajarannya sehingga siswa mudah jenuh dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut juga peneliti temukan di sekolah tempat peneliti melakukan penelitian yaitu di SDN Cijerah Indah Kecamatan Bandungkulon, Kota Bandung. Fakta hasil observasi dalam pembelajaran IPS menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan di kelas III SDN Cijerah Indah masih menggunakan metode konvensional dan hasil belajar siswa kelas III masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan rata-rata 60 sedangkan KKM yang diharapkan adalah 70. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas III SDN Cijerah Indah ditemukan beberapa permasalahan yang timbul, diantaranya : 1. Sikap dan antusiasme siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran IPS sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang melakukan aktivitas lain selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. 2. Suasana belajar jadi menjemukan, siswa terlihat bosan dengan materi yang disampaikan karena tidak menggunakan media pembelajaran.
3. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran sehingga tidak ada interaksi belajar. 4. Siswa mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap materi pelajaran. 5. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami sebuah materi pelajaran, mengidentifikasi dan memproses materi yang disampaikan oleh guru. 6. Rendahnya minat baca siswa sehingga mata pelajaran IPS sulit untuk dipahami. 7. Hasil belajar IPS yang cenderung rendah. Dari 26 siswa kelas III, siswa yang tidak mencapai ketuntasan KKM 70 sebanyak 16 siswa (61,54%) dan siswa yang mencapai ketuntasan KKM 70 sebanyak 10 siswa (38,46%). Beberapa permasalahan di atas merupakan permasalahan yang harus diatasi oleh guru karena guru mempunyai tugas untuk membimbing dan memberikan fasilitas belajar yang baik bagi siswa juga mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi selama pembelajaran di kelas. Hal ini dilakukan agar siswa mampu mengembangkan potensinya secara maksimal dan mendapat hasil belajar yang maksimal pula. Salah satu hal yang menjadi permasalahan yaitu rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. IPS merupakan salah satu pelajaran wajib dalam kurikulum di sekolah dasar. IPS bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin bidang akademik, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial. Dalam Kurikulum 2006 menjelaskan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP, di mana IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada
Alfiah Oktap Nurwanda; Robandi Roni M.Arifin; Tuti Istianti 4 Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Metode Peta Konsep
jenjang SD mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. IPS SD juga memuat banyak sekali konsep-konsep yang abstrak seperti kenampakan alam dan buatan, denah, pekerjaan, uang, dan lain-lain. Karena banyaknya konsep dan generalisasi dalam mata pelajaran IPS maka menurut sebagian siswa bahwa mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang sulit karena didalamnya banyak sekali materi yang harus dibaca dan dihapalkan, sehingga mereka beranggapan bahwa IPS merupakan pelajaran hapalan. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi dan mengurangi motivasi belajar siswa, akibatnya hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS pun menjadi rendah. Untuk mengurangi keadaan tersebut, perlu adanya perbaikan yang dilakukan oleh guru guna meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS. Dalam pengajaran konsep, guru sebaiknya menempuh alur induktif-deduktif, dari yang konkret kepada yang abstrak, dari fakta menuju pembentukan konsep. Pada proses pembelajaran pembentukan konsep, seorang guru bertugas menyiapkan situasi yang kondusif bagi siswa untuk memahami apa yang sedang dipelajari dengan memberi berbagai fakta dan data yang mendukung pada konsep yang dipelajari. Dalam hal ini guru juga harus menerapkan berbagai strategi, metode, dan pendekatan yang tepat dengan materi yang diajarkan. Salah satu hal yang dapat membuat proses pembelajaran menjadi bermakna adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Metode adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar dapat tercapai sesuai tujuan. Metode pembelajaran sangat penting dilakukan agar proses belajar mengajar tersebut tampak menyenangkan dan tidak membuat siswa tersebut jenuh sehingga siswa dapat menangkap ilmu dari guru
dengan mudah. Berdasarkan hasil analisis studi kepustakaan, salah satu metode yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS adalah melalui penerapan metode peta konsep. Novak dan Gowin (1985) menyatakan bahwa peta konsep adalah alat atau cara yang dapat digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa. Gagasan Novak ini didasarkan pada teori belajar Ausubel. Ausubel sangat menekankan agar guru mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki oleh siswa supaya belajar bermakna dapat berlangsung. Ratna Wilis Dahar (2006: 122), mengemukakan bahwa peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Menurut Ratna Wilis Dahar (2006: 108-109), beberapa langkah yang harus diikuti dalam pembuatan peta konsep, antara lain: 1. Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran 2. Tentukan konsep-konsep yang relevan 3. Urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contohcontoh 4. Susunlah konsep-konsep itu di atas kertas, mulai dengan konsep yang paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif 5. Hubungkanlah konsep-konsep itu dengan kata atau kata-kata penghubung Pembelajaran dengan metode peta konsep, menjadikan siswa dapat dengan mudah mengingat materi pembelajaran, mudah memahami konsep, dan juga siswa diharapkan mampu mengkoordinasikan semua yang ia
5 Antologi … Vol … Nomor … Juni 2015
dapatkan terkait dengan materi, baik dari pengetahuan awal yang ia bawa, melalui buku sumber yang ia baca, atau pun melalui media pembelajaran sebagai pengalamannya dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa karena semua inderanya berperan. METODE Penelitian Tindakan Kelas dapat diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan proses pembelajaran di kelas (Kunandar 2008:46). Model alur penelitian yang dilakukan peneliti diadaptasi dari alur penelitian tindakan kelas menurut Kemmis and Mc. Taggart. Desain penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut :
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan membentuk spiral yang dimulai dari menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan / observasi, mengadakan refleksi, menyusun perbaikan rencana, kemudian menyusun perencanaan kembali untuk
tindakan berikutnya, dan seterusnya. Prosedur penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa langkah pokok yang umumnya ditempuh, yaitu : 1. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini, peneliti melakukan orientasi awal terlebih dahulu dengan mencari semua informasi yang dibutuhkan hingga dirasakan adanya masalah, lalu dilakukan identifikasi masalah, analisis masalah, hingga perumusan masalah. Dalam perencanaan tindakan penelitian, beberapa hal yang dilakukan adalah merencanakan jumlah siklus, merancang tindakan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran, mempersiapkan sarana dan fasilitas yang diperlukan di kelas, menentukan observer, dan mempersiapkan instrumen pengumpulan data. 2. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan, terdapat beberapa kegiatan yang akan dilakukan dan bersifat berkesinambungan, antara lain sebagai berikut : a. Kegiatan Pendahuluan. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b. Kegiatan Inti. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. c. Kegiatan Penutup. Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
Alfiah Oktap Nurwanda; Robandi Roni M.Arifin; Tuti Istianti 6 Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Metode Peta Konsep
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. 3. Analisis dan Evaluasi Meliputi hal-hal yang berkaitan dengan mengidentifikasi kembali aktivitas yang telah dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap siklus pembelajaran serta menganalisis data hasil evaluasi dan hasil pengamatan selama tindakan pembelajaran dilaksanakan. 4. Refleksi Refleksi bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum dihasilkan. Hasil refleksi digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus selanjutnya. Mulai dari penyusunan rencana tindakan siklus berikutnya, apa yang akan dilaksanakan, diobservasi, dan direfleksi. Dalam rangka memperbaiki, menyempurnakan atau meningkatkan hasil yang belum tercapai dalam pelaksanaan tindakan. Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Cijerah Indah Kecamatan Bandungkulon Kota Bandung yang terletak di Pemukiman Mekar Indah Jl. Mekar Hurip No. 18 Kel. Cijerah Kec. Bandungkulon Kota Bandung. Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas III yang berjumlah 26 orang siswa, yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti bekerjasama dengan salah seorang guru di sekolah tersebut sebagai mitra peneliti yang juga bertindak sebagai observer. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP digunakan sebagai batasan ketika guru akan melaksanakan pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 2. Lembar observasi Lembar observasi adalah format yang dipersiapkan untuk mengamati jalannya proses observasi. Tujuan dibuatkannya lembar observasi yaitu untuk mencatat dan menuliskan segala kejadian yang terjadi selama tindakan berlangsung. Lembar observasi meliputi aktivitas dan perilaku guru selama proses pembelajaran, serta aktivitas dan perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran. 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) LKS adalah alat untuk memberikan petunjuk pada siswa dalam memahami konsep yang diajarkan. 4. Dokumentasi Dokumentasi adalah bukti fisik yang berbentuk visual yang digunakan sebagai pendukung jalannya penelitian. Analisis data dilakukan terhadap seluruh data yang didapatkan dari semua instrumen penelitian yang dilaksanakan pada setiap siklusnya. Data yang terkumpul terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif yang didapatkan pada setiap siklus. Data kuantitatif yaitu berupa hasil tes pada setiap siklus sedangkan data kualitatif berupa lembar pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik tes (pretes dan postes) dan melalui observasi dengan menggunakan lembar aktivitas peserta didik dan pendidik.
7 Antologi … Vol … Nomor … Juni 2015
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Teknik Analisis Kuantitatif Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dilakukan setiap akhir pembelajaran di setiap pertemuan selama tindakan berlangsung. Analisis data yang dilakukan dalam data kuantitatif diantaranya dengan pemberian nilai dan penskoran terhadap jawaban siswa, menentukan nilai rata-rata kelas dan menentukan presentasi ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Ketuntasan belajar klasikal digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar secara keseluruhan. Jika banyak siswa yang tuntas belajar mencapai 80% atau lebih, maka secara keseluruhan siswa di kelas tersebut telah tuntas belajar. 2. Teknik Analisis Kualitatif Pada penelitian tindakan kelas ini, data-data kualitatif diperoleh dari hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki kelas, selama di kelas, dan setelah pembelajaran di kelas selesai. 3. Validasi Data Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat membuktikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Validasi dilakukan bila ada perubahan yang mempengaruhi produk secara langsung (major modification), produk baru atau produk lama dengan metode baru exiting dan legacy product. 4. Triangulasi Menurut Wina Sanjaya (2009:112) untuk menghasilkan informasi yang akurat agar tidak salah dalam mengambil keputusan, kita dapat menggunakan teknik triangulasi,
yakni suatu cara untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan menggunakan berbagai metode agar informasi itu dapat dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak salah dalam mengambil keputusan. Teknik ini bertujuan untuk dapat menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda tapi dari sumber yang sama. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan berbagai macam teknik sehingga data-data tersebut dapat memberikan informasi yang utuh. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti terdiri dari 3 siklus dimana masing-masing siklus dilakukan sebanyak 2 kali tindakan. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini diantaranya aktivitas siswa dalam menyusun peta konsep dan hasil belajar IPS siswa dengan menerapkan metode peta konsep. Hasil penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut : 1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan atau keaktifan”. Abdorrakhman Gintings (2012:34), menyatakan belajar merupakan pengalaman terencana yang membawa perubahan tingkah laku. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar yang aktif. Aktivitas siswa yang diobservasi pada penelitian kali ini adalah aktivitas siswa dalam menyusun peta konsep. Adapun langkah-langkah yang harus
Alfiah Oktap Nurwanda; Robandi Roni M.Arifin; Tuti Istianti 8 Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Metode Peta Konsep
diikuti dalam menyusun peta konsep menurut Ratna Wilis Dahar (2006: 108-109) antara lain: a. Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran b. Tentukan konsep-konsep yang relevan c. Urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh d. Susunlah konsep-konsep itu di atas kertas, mulai dengan konsep yang paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I, II, dan III mengenai aktivitas siswa dalam membuat peta konsep, terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Berikut akan disajikan tabel peningkatan aktivitas siswa dalam membuat peta konsep pada siklus I, II dan III :
Tabel 1 Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Menyusun Peta Konsep Siklus I, II, dan III N o
1
2
3
4
5
6
7
Indikator Siswa mendengark an/memperh atikan penjelasan guru Siswa dapat menuliskan pokok bahasan yang ditentukan sebagai judul besarnya Siswa dapat menentukan konsepkonsep yang relevan Siswa dapat mengurutkan konsepkonsep dari yang paling inklusif ke yang tidak inklusif Siswa dapat menyusun konsep tersebut ke dalam sebuah bagan Siswa dapat menghubung kan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain dengan menggunaka n kata penghubung Siswa dapat memberikan contoh pada masingmasing konsep Jumlah Rata-Rata Kriteria
Rata-Rata Siklus I Tk. Tk. 1 2
Rata-Rata Siklus II Tk. Tk. 1 2
Rata-Rata Siklus III Tk. Tk. 1 2
2.46
2.46
3.07
3.27
3.12
3.54
2.0
2.0
3.34
3.65
3.54
3.54
2.0
2.5
2.69
3.31
3.35
3.35
2.0
2.23
2.61
3.31
3.19
3.19
1.92
2.0
2.42
2.62
3.08
3.08
1.38
1.53
2.26
2.27
2.7
2.7
2.42
2.84
2.88
3.31
3.5
3.5
29.74 2.12 Kurang
41.01 2.93 Baik
45.38 3.24 Sangat Baik
9 Antologi … Vol … Nomor … Juni 2015
Dari tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata aktivitas siswa dalam membuat peta konsep pekerjaan. Pada siklus I rata-rata siswa mendapat nilai 2,12 dengan kriteria kurang, pada siklus II rata-rata siswa mendapat nilai 2,93 dengan kriteria baik, sedangkan pada siklus III rata-rata siswa mendapat nilai 3,24 dengan kriteria sangat baik. Data tersebut diatas akan disajikan dalam grafik di bawah ini :
100 80 60 40 20 0
4 3.5 3 2.5
Siklus I
2
Siklus II
1.5
Siklus III
1 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7
Grafik 1 Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Menyusun Peta Konsep Siklus I, II, dan III Tabel 2 Nilai Rata – Rata Penilaian Siswa Dalam Menyusun Peta Konsep Rata No Siklus Tindakan Rata Nilai 1 Siklus I 1 64.42 2 70.0 2 Siklus II 1 77.27 2 79.0 3 Siklus III 1 82.0 2 86.92 Dari tabel 2 diatas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata nilai siswa dalam menyusun peta konsep pekerjaan. Data tersebut diatas akan disajikan dalam grafik di bawah ini :
Grafik 2 Perbandingan Hasil Penilaian Siswa Dalam Menyusun Peta Konsep Pekerjaan Siklus I, II, dan III 2. Hasil Belajar Siswa Umar Hamalik (2005: 31), menyatakan hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan pengertianpengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada prinsipnya adalah segala bentuk kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar tersebut akan nampak dalam bentuk perubahan sikap dan tingkah laku dari siswa itu sendiri. Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal yaitu pretes, proses dan postes. Pretes merupakan tes yang dilakukan
Alfiah Oktap Nurwanda; Robandi Roni M.Arifin; Tuti Istianti 10 Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Metode Peta Konsep
sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan sedangkan postes merupakan tes yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, II, dan III, perolehan nilai siswa dari hasil pretes dan postes mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat siswa mengerjakan soal pretes, pengetahuan awal siswa kurang dan setelah dilaksanakannya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep, siswa dapat mengerjakan soal postes dengan lebih baik karena pengetahuannya bertambah. Peningkatan hasil belajar siswa ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang telah tuntas mencapai nilai KKM 70. Pada siklus I banyaknya siswa yang telah tuntas mancapai KKM 70 pada saat diberikan pretes sebanyak 12 orang namun pada saat diberikan soal postes mengalami peningkatan yaitu menjadi 18 orang. Pada siklus II, banyaknya siswa yang telah tuntas mencapai nilai KKM 70 pada saat diberikan pretes sebanyak 18 orang namun pada saat diberikan soal postes mengalami peningkatan yaitu menjadi 21 orang. Pada siklus III, banyaknya siswa yang telah tuntas mencapai nilai KKM 70 pada saat diberikan pretes sebanyak 20 orang namun pada saat diberikan soal postes mengalami peningkatan yaitu menjadi 24 orang. Berikut ini akan disajikan grafik peningkatan nilai hasil pretes dan postes siswa pada siklus I, II, dan III.
30
25 20 Pretes
15
Postes 10 5 0 Siklus I Siklus II Siklus III
Grafik 3 Perbandingan Hasil Pretes dan Postes Siklus I, II, dan III Adapun peningkatan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan pekerjaan melalui penerapan metode peta konsep dapat dilihat dari grafik berikut : 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Rata - Rata
Ketuntasan Klasikal (%)
Grafik 4 Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Menggunakan Metode Peta Konsep Siklus I, II, dan III
Pretes Siklus I Postes Siklus I Pretes Siklus II Postes Siklus II Pretes Siklus III Postes Siklus III
11 Antologi … Vol … Nomor … Juni 2015
Berdasarkan grafik 4 di atas, diperoleh data bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi pokok pekerjaan dengan menggunakan metode peta konsep dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hasil tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata pretes siswa pada siklus I dimana guru belum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep memperoleh nilai rata-rata 62,31 dengan ketuntasan klasikal mencapai 46% akan tetapi setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep kemudian siswa diberikan soal postes, nilai rata-rata siswa menjadi 72,69 dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 69%. Pada siklus II, sebelum memulai kegiatan pembelajaran, guru terlebih dulu memberikan soal pretes kembali dan rata-rata siswa mendapat nilai 71,92 dengan ketuntasan klasikal mencapai 69% hal ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pretest pada siklus I. Kemudian setelah dilakukan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode peta konsep dan di akhir pembelajaran siswa diberikan soal postes, rata-rata siswa mendapat nilai 83,46 dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 81%. Meskipun ketuntasan klasikal siswa sudah mencapai target pencapaian sesuai yang peneliti harapkan, akan tetapi peneliti akan melanjutkan penelitian ini dengan melanjutkannya ke siklus III agar hasil yang diharapkan lebih maksimal. Pada siklus III peneliti kembali memberikan soal pretes diawal pembelajaran agar peneliti lebih mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi pekerjaan ini. Dari hasil pretes pada siklus III ini ratarata siswa mendapat nilai 77,50 dengan ketuntasan klasikal mencapai 76,92%. Hasil ini sudah cukup baik karena pretes dilaksanakan sebelum pembelajaran berlangsung. Namun pada saat di akhir pembelajaran dengan menggunakan
metode peta konsep dan siswa diberikan soal postes, rata-rata siswa mendapat nilai 86,92 dengan ketuntasan klasikal mencapai 92,31%. Proses pembelajaran IPS pada materi pokok pekerjaan yang dilaksanakan di kelas III SDN Cijerah Indah dilakukan dengan menggunakan metode peta konsep. Hasil yang didapat dari penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa sebelum digunakan metode peta konsep pada mata pelajaran IPS, rata-rata nilai yang didapat siswa sangat kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sebelumnya namun setelah digunakan metode peta konsep hasil yang didapat jauh lebih baik dari sebelumnya. Dilihat dari aktivitas guru dan siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan. Guru dapat dengan mudah menyampaikan materi karena pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep menjadikan siswa dapat dengan mudah mengingat materi pembelajaran, mudah memahami konsep dan juga siswa mampu mengkoordinasikan semua yang mereka dapat terkait dengan materi baik dari pengetahuan awal yang mereka bawa, melalui buku sumber yang mereka baca ataupun dari pengalaman yang mereka alami dan pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep ini membuat pembelajaran menjadi bermakna karena semua panca indera siswa ikut berperan. Pembelajaran yang dilaksanakan juga dapat membuat siswa menjadi aktif dalam mengemukakan konsep apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga guru hanya menekankan pada konsep-konsep apa yang belum diketahui siswa. Disamping itu, dengan menggunakan metode peta konsep memudahkan guru dalam berinteraksi dengan siswa karena pembelajaran yang dilakukan menjadi 2 arah tidak hanya satu arah saja dan siswa juga sangat tertarik dengan media
Alfiah Oktap Nurwanda; Robandi Roni M.Arifin; Tuti Istianti 12 Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Metode Peta Konsep
pembelajaran yang digunakan. Maka menerapkan metode peta konsep pada mata pelajaran IPS mampu meningkatkan beberapa kemampuan diantaranya kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran, dan juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas III SDN Cijerah Indah Kota Bandung. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilaksanakan di SDN Cijerah Indah Kota Bandung mengenai upaya meningkatkan hasil belajar IPS pada pokok bahasan pekerjaan melalui penerapan metode peta konsep di kelas III yang dilaksanakan melalui 3 siklus, maka diperoleh kesimpulan bahwa : 1. Penerapan metode peta konsep pada pembelajaran IPS ternyata mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya. Dari hasil penelitian, siswa terlihat aktif dan lebih kreatif dalam menyusun peta konsep, karena mereka terlibat secara langsung dalam proses menyusun sebuah peta konsep baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok. Siswa dapat menuangkan apa yang ada di dalam pikirannya dalam sebuah peta konsep berdasarkan pengalaman belajarnya. Peningkatan aktivitas belajar yang terjadi diantaranya siswa mampu membaca peta konsep dan menjelaskannya, menentukan konsepkonsep yang relevan dengan materi yang diajarkan, siswa mampu menyusun konsep-konsep tersebut menjadi sebuah bagan peta konsep serta siswa mampu memberikan contoh pada setiap konsep yang ada. 2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi pokok pekerjaan dengan menggunakan metode peta
konsep dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus I banyaknya siswa yang telah tuntas mencapai KKM 70 pada saat diberikan pretes sebanyak 12 orang dan pada saat diberikan soal postes mengalami peningkatan yaitu menjadi 18 orang. Pada siklus II, banyaknya siswa yang telah tuntas mencapai nilai KKM 70 pada saat diberikan pretes sebanyak 18 orang dan pada saat diberikan soal postes mengalami peningkatan yaitu menjadi 21 orang. Pada siklus III, banyaknya siswa yang telah tuntas mencapai nilai KKM 70 pada saat diberikan pretes sebanyak 20 orang dan pada saat diberikan soal postes mengalami peningkatan yaitu menjadi 24 orang. Hasil tersebut juga dapat dilihat dari nilai rata-rata pretes siswa pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 62,31 dengan ketuntasan klasikal mencapai 46% dan nilai ratarata postes siswa 72,69 dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 69%. Pada siklus II, nilai rata-rata pretes siswa adalah 71,92 dengan ketuntasan klasikal mencapai 69% dan hasil postes siswa mendapat nilai 83,46 dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 81%. Pada siklus III rata-rata hasil pretes siswa mendapat nilai 77,50 dengan ketuntasan klasikal mencapai 76,92% sedangkan hasil rata-rata postes siswa mendapat nilai 86,92 dengan ketuntasan klasikal mencapai 92,31%. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
13 Antologi … Vol … Nomor … Juni 2015
Gintings, Abdorrakhman. (2012). Esensi praktis belajar dan pembelajaran. Bandung : Humaniora. Hamalik, Umar. (2005). Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Kunandar. (2008). Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan profesi guru. Jakarta: Rajawali Press. Munthe, Bermawi.(2009). Desain pembelajaran. Yogyakarta: PT. Pustaka Madani. Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian tindakan kelas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sapriya, dkk. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Laboratorium Pkn UPI Press. Sardjiyo, dkk. (2014). Pendidikan IPS di SD. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka. Sudjana, Nana. (2011). Teori-teori belajar untuk pengajaran. Jakarta : LP FE UI. Sumiati,dkk. (2009). Metode pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima. Wilis Dahar, R. (2006). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga.