PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI TEKNIK BERMAIN PERAN PADA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Rossi Iskandar PGMI UIN Sunan Gunung Djati Bandung
[email protected] Abstract: Research aims to know role playing's tech implement on social science learning. Method that is utilized in this research is observational action braze. Its data collecting tech is by use of activity observation sheet student and teacher and sheet essay. Base analisis observational already been done that tech implement plays performed role with every consideration. Activity learns on i. cycle is 81.8 % and on cycle II. by derived 90.9 % meanwhile on 100 performed III. cycle % of 22 aspect those are proposed. Keyword: Social science, learning outcome, role playing, independence proclamation Abstrak: Penelitian bertujuan untuk mengetahui penerapan teknik bermain peran pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan guru serta lembar tes. Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan bahwa penerapan teknik bermain peran terlaksana dengan baik. Aktivitas guru pada siklus I adalah 81.8 % dan pada siklus II dengan perolehan 90.9 % sedangkan pada siklus III terlaksana 100 % dari 22 aspek yang diajukan. Keyword: Ilmu pengetahuan sosial, hasil belajar, bermain peran, proklamasi kemerdekaan
Proses pendidikan di sekolah akan berjalan
ada pada masa sekarang dan yang akan
dengan baik dan bermakna bila di dukung
datang.
oleh sarana dan prasarana yang lengkap
adalah fondasi dari segala-galanya.
dan baik. Sarana dan prasarana adalah
Dengan
demikian
pendidikan
Menghadapi era-globalisasi sekarang
segala sesuatu yang dipergunakan oleh
ini
seorang guru/pendidik dalam usaha untuk
pembaharuan sistem pendidikan
mencapai
baik
dapat menunjang keberhasilan pendidikan
maupun
agama.
khususnya di Indonesia. Dalam hal ini,
suatu
kunci
pendidikan Pendidikan
tujuan umum adalah
pendidikan
perlu
lembaga
adanya
pendidikan
pembaharuan-
memiliki
yang
posisi
keberhasilan yang perlu dimiliki oleh
strategis untuk meningkatkan peserta didik
setiap manusia agar dapat menyesuaikan
dengan
dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
profesional, serta sarana dan prasarana
307
di
dukung
oleh
guru
yang
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2, Desember 2015
yang baik. Proses pembelajaran dapat
mampu berbuat sesuatu yang diharapkan
dicapai semaksimal mungkin, sebagaimana
oleh pendidikan IPS.
di kemukakan di dalam BAB II pasal 3
Pembelajaran IPS sekarang ini harus
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
bisa mengubah dari situasi”guru mengajar”
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu
kepada situasi “peserta didik belajar”, dari
bahwa :
pengalaman
guru kepada pengalaman
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
peserta didik, dari dunia guru kepada dunia
Berdasarkan Undang-undang No. 20
bagaimana membicarakan dan menemukan
peserta
didik.
Mengorganisir
sekolah
bukan untuk kita mengajar tetapi untuk peserta didik belajar. Guru yang modern ialah orang yang mengayom proses belajar peserta didik. Ia menempatan peserta didik kepada pusat kegiatan belajar, membantu dan
mendorong
peserta
didik
untuk
belajar, bagaimana menyusun pertanyaan,
lembaga
jawaban-jawaban persoalan. Guru IPS
fungsi
sebagai fasilitator, motivator, counselor
pengembangan kemampuan peserta didik
dalam kelas. Guru IPS sudah saatnya
baik
emosional,
mencari metode belajar yang tepat, agar
spiritual, dan juga skill (keterampilan) tak
suasana belajar yang menyenangkan dapat
terkecuali
dengan
terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
pendidikan
IPS
tahun
2003
tersebut,
pendidikan
maka
mempunyai
secara
intelektual,
pendidikan haruslah
IPS,
Berdasarkan
melatih
wawancara
penulis
intelektual, emosional dan skill untuk
dengan guru IPS yang ada di MI Negeri
mempersiapkan
baik
Maparah Kabupaten Ciamis, hubunganya
kejenjang yang lebih tinggi, maupun terjun
dengan kegiatan belajar mengajar IPS
aktif
kebanyakan
dalam
generasi
kehidupan
muda,
masyarakat.
metode
yang
digunakan
Mengingat pentingnya pendidikan IPS,
adalah metode ceramah yang dilakukan
maka guru IPS mempunyai tugas yang
pada umumnya, walaupun sesekali di
cukup berat, tidak hanya melatih peserta
gunakan metode yang lain seperti metode
didik untuk memahami, mengerti dan
diskusi, metode discovery, metode inquiry dan pemberian tugas sehingga dengan 308
Hasil Belajar IPS melalui Teknik bermain Peran Rossi Iskandar
metode seperti itu menyebabkan peserta
itu
didik
memerankannya sebagai tokoh hidup atau
merasa jenuh dan menyebabkan
hasil belajar peserta didik
menurun.
sangat
aktif
memainkan
peran-peran
mendapatkan pengalaman yang kaya, baik
dalam
dasar
bentuk
anak berusaha untuk menyelidiki dan
metode. Dengan kata lain metode adalah
kompetensi
satu
kegiatan bermain yang menyenangkan,
kegiatan belajar mengajar luput dari peran
atau
salah
salah satu sarana untuk belajar. Melalui
akui keberadaanya. Tidak ada satupun
tujuan
untuk
tertentu. Bermain pada anak merupakan
bagian dalam proses belajar mengajar di
pelajaran
adalah
terlibat
Menurut Tiana, (2008:52) metode sebagai
bahan
digunakan
pembelajaran, dimana peserta didik ikut
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
menyampaikan
efektif
peran
dan metode pembelajaran yang tepat untuk
guru
dengan
mensimulasikan keadaan nyata, bermain
pelajaran IPS, maka diperlukan strategi
digunakan
didik
Bermain peran adalah metode yang
belajar kognitif peserta didik pada mata
yang
peserta
benda mati.
Dalam upaya meningkatkan hasil
cara
dilakukan
pengalaman dengan dirinya sendiri, orang
agar
lain
dapat
maupun
dengan
lingkungan
di
sekitarnya.
tercapai. Salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil
Melalui metode bermain peran
belajar kognitif peserta didik adalah
pesera
dengan
metode
memecahkan masalah pribadi, dengan
(Role
bantuan kelompok sosial yang anggotanya
menggunakan
pembelajaran
bermain
peran
didik
diajak
untuk
Playing) metode ini di pelopori oleh
teman-temannya
George Shafetel, (Uno 2008; 25)
penelitian Poorman (2002), siswa yang
Berdasarkan
Berdasarkan
tersebut,
diwawancarai mengatakan bahwa dengan
ditawarkan sebuah metode pembelajaran
strategi bermain peran yang dilaksanakan
IPS dengan metode kooperatif tipe role
oleh guru, membuat mereka ingin terlibat
playing
aktif
atau
alasan
sendiri.
belajar
bermain
peran
yang
melakukan
sesuatu
dalam
merupakan suatu cara penguasaan bahan-
pembelajaran. Hal ini senada sebagaimana
bahan pelajaran melalui pengembangan
yang
imajinasi dan penghayatan peserta didik.
pembelajaran yang menggunakan strategi
Pengembangan imajinasi dan penghayatan
309
diteliti
Fogg
(2001)
bahwa
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2, Desember 2015
bermain peran meningkatkan keaktifan
seluruh
siswa dalam kegiatan belajar.
kesempatan
yang
menunjukkan
kemampuannya
Metode
bermain
peran
adalah
bekerjasama
metode yang sangat efektif digunakan
Menurut
pembelajaran berdasarkan pada prosedur
yang
dapat
untuk
di
eksplorasi
mereka
perasaan;
didik.
sangat
mementingkan
membangkitkan perhatian peserta didik hingga terjadilah komunikasi timbal balik, sehingga metode kooperatif dengan teknik bermain peran ini cocok dilaksanakan pada
perilaku manusia yang berfungsi sebagai
mengeksplorasi
peserta
Oleh karena itu, guru diharapkan dapat
proses memberikan contoh hidup dari
untuk
bagi
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
dalam
Bermain peran merupakan suatu
siswa
dan
proses asimilasi /akomodasi pengetahuan
2008: 25).
bagi
berhasil,
dalam
dengan mengaktifkan peserta didik maka
di
keadaan yang bersifat simulasi (Hamzah
kendaraan
untuk
dalam proses belajar, sehingga hanya
definisikan dengan jelas, yang memiliki interaksi
sama
keterlibatan peserta didik secara aktif
pendidikan yang ampuh, dimana saja peran-peran
memberi
J. Piaget yang dikutip oleh
praktisnya
dapat
membuktikan diri sebagai suatu media
terdapat
dan
Hendy (2010:34) bahwa dalam aplikasi
operasional atau kegiatan yang akan peran
hingga
menyenangkan
Dalam metode ini disusun sebuah skenario
Bermain
didik
permainan merupakan pengalaman yang
untuk mensimulasikan keadaan nyata.
diajarkan.
peserta
suatu pembelajaran di madrasah.
(1)
Bermain peran sebagai instruksional
(2)
menurut
memperoleh wawasan sikap mereka, nilai-
Gunter,
dkk
(2002)
adalah
sebagai strategi mengambil keuntungan
nilai, dan persepsi; (3) mengembangkan
dari praktek-praktek pembelajaran dalam
mereka pemecahan masalah keterampilan
menghubungkan pengalaman baru untuk
dan sikap; dan (4) mengeksplorasi materi
pengetahuan sebelumnya dan pengalaman,
pelajaran dengan berbagai cara (Joyce dan
dan melakukannya di perusahaan orang
Weil, 2009).
lain.
Metode ini banyak melibatkan peserta
Menurut
didik dan membuat peserta didik senang
Mulyasa
(2004:141)
terdapat empat asumsi yang mendasari
belajar serta metode ini mempunyai nilai
pembelajaran
tambah, yaitu dapat menjamin partisipasi
bermain
peran
untuk
mengembangkan perilaku dan nilai-nilai 310
Hasil Belajar IPS melalui Teknik bermain Peran Rossi Iskandar
social, yang kedudukannya sejajar dengan
dalam
model-model mengajar lainnya. Keempat
keterlibatan emosional pengamat itulah
asumsi tersebut sebagai berikut:
yang paling utama. Perbedaan lainnya,
Secara
psikodrama,
pemeranan
dan
implisit
bermain
peran
dalam psikodrama bobot emosional lebih
sustau
situasi
belajar
ditonjolkan daripada bobot intelektual,
dengan
sedangkan pada bermain peran peran
menitikberatkan isi pelajaran pada situasi
keduanya memegang peranan yang sangat
„‟di sini pada saat ini‟‟. Model ini percaya
penting dalam pembelajaran.
mendukung berdasarkan
bahwa
pengalaman
sekelompok
peserta
didik
Ketiga,
model
bermain
peran
dimungkinkan untuk menciptakan analogy
berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat
mengenai
nyata.
diangkat ke taraf sadar untuk kemudian
Terhadap analogy yang diwujudkan dalam
ditingkatkan melalui proses kelompok.
bermain peran, para peserta didik dapat
Pemecahan tidak selalu datang dari orang
menampilkan respons emosional sambil
tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi
belajar dari respons orang lain.
pengamat terhadap masalah yang sedang
situasi
kehidupan
Kedua, bermain peran memungkinkan
diperankan. Denagn demikian, para peserta
para peserta didik untuk mengungkapkan
didik dapat belajar dari pengalaman orang
perasaannya yang tidak dapat dikenal
lain tentang cara memecahkan masalah
tanpa
lain.
yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan
untuk
untuk mengembangkan dirinya secara
mengurangi beban emosional merupakan
optimal. Dengan demikian, para peserta
tujuan utama dari psikodrama (jenis
didik dapat belajar dari pengalaman orang
bermain peran yang lebih menekankan
lain tentang cara memecahkan masalah
pada penyembuhan). Namun demikian,
yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan
terdapat
perbedaan
antara
untuk mengembangkan dirinya secara
bermain
peran
konteks
optimal. Oleh sebab itu, model mengajar
psikodrama.
ini berusaha mengurangi peran guru yang
konteks
teralu mendominasi pembelajaran dalam
pembelajaran memandang bahwa diskusi
pendekatan tradisional. Model bermain
setelah pemeranan dan pemeranan itu
peran mendorong peserta didik untuk turut
sendiri merupakan kegiatan utama dan
aktif dalam pemecahan masalah sambil
integral dari pembelajaran; sedangkan
menyimak secara seksama bagaimana
bercermin
Mengungkapkan
pembelajaran Bermain
pada
orang
perasaan
penekanan dalam
dengan peran
dalam
311
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2, Desember 2015
orang lain berbicara mengenai masalah
dikutip oleh Nizar Alam (2008: 52)
yang sedang dihadapi.
tahapan dalam penelitian kelas terdiri dari
Ke empat,
model bermain peran
empat tahapan, yaitu (1) perencanaan
berasumsi bahwa proses psikologis yang
tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan
pengamatan terhadap tindakan dan (4)
dan system keyakinan, dapat diangkat ke
refleksi
taraf sadar melalui kombinasi pemeranan
pelaksanaannya,
secara spontan. Dengan demikian, para
kegiatan pokok itu berlangsung secara
peserta didik dapat menguji sikap dan
terus menerus.
terhadap
tindakan.
keempat
Pada
komponen
nilainya yang sesuai dengan orang lain,
Subjek dalam penelitian ini adalah
apakah sikap dan nilai yang dimilikinya
satu kelas yaitu kelas V MIN Maparah
perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa
dengan jumlah peserta didik sebanyak 25
bantuan orang lain, para peserta didik sulit
orang
untuk menilai sikap dan nilai yang
HASIL
dimilikinya.
Observasi Guru dan Siswa
Permasalahan diatas menjadi perhatian
Hasil
bagi peneliti untuk mengadakan penelitian
observasi
yang
kinerja guru dan aktivitas siswa selama
tindakan kelas terhadap pengaruh metode
berlangsungnya pembelajaran proklamasi
bermain peran (Role Playing) dalam
kemerdekaan dengan menerapkan teknik
meningkatkan hasil belajar.
bermain
peran
diperoleh
22 aspek yang ditetapkan, Metode penelitian yang digunakan penelitian
penelitian action).
kelas Metode
merefleksi
suatu
ini
adalah
guru
(classroom ini model
menggunakan
research
mengkaji
dan
peran
adalah 56 % berada pada katagor kurang. Selama
proses
pembelajaran
proklamasi kemerdekaan pada siklus II ini,
dalam penelitian ini berbentuk siklus. Sulipan
bermain
rata-rata dari keseluruhan aktivitas siswa
pembelajaran
Langkah-langkah yang akan dilakukan
Menurut
teknik
adalah 85 dan nilai terendahnya yaitu 40.
pembelajaran di kelas.
siklus
sedangkan
nilai tertinggi aktivitas siswa dengan
metode
dengan tujuan untuk meningkatkan proses
Setiap
data
melaksanakan 18 aspek atau 81,8 % dari
METODE
dalam
dilakukan
guru melaksanakan 20 aspek atau 90.9 %
yang
dari 22 aspek yang ditetapkan dan pada 312
Hasil Belajar IPS melalui Teknik bermain Peran Rossi Iskandar
siklus I ada 18 aspek atau 81.8 %, hal ini
kelas sebesar 68 sehingga termasuk ke
terlihat ada peningkatan pada kinerja guru.
dalam kategori sedang, sedangkan untuk
nilai tertinggi aktivitas siswa dengan
ketuntasan klasikal sebesar 68% dari
menggunakan teknik bermain peran adalah
jumlah siswa yang berjumlah 25 peserta
85 dan nilai terendah yaitu 50 Sedangkan
didik dan dapat dikatakan masih dalam
nilai rata-rata dari keseluruhan aktivitas
kategori sedang.
siswa adalah 65.6 % berada pada kategori
Berdasarkan hasil tes pada siklus III
sedang.
maka diperoleh hasil rata rata nilai dari
Pada siklus III ini. Guru sudah melaksanakan
semua
aspek
siklus III adalah 79.2 dengan nilai tertinggi
yang
96 dan nilai terendah 70. Hasil ini
ditetapkan , yakni 22 aspek atau 100%. Sedangkan
menunjukan bahwasanya setelah dilakukan
aktivitas siswa mengalami
tindakan III adanya perubahan pada hasil
peningkatan dari siklus sebelumnya. Hal
belajar siswa. Beberapa siswa yang pada
tersebut ditunjukan oleh peningkatan skor
siklus 1 dan II yang nilainya masih
jumlah aktivitas siswa dari seluruh siklus
dibawah atau sama dengan nilai kriteria
yaitu pada siklus I 56 %, pada siklus II
ketuntasan minimal, pada siklus III peserta
65.6 % dan pada siklus III meningkat
didik tersebut mampu mencapai nilai
menjadi 78.8 %.
kriteria ketuntasan minimal untuk mata
Dari hasil tes teridentifikasi bahwa
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
nilai rata rata peserta didik adalah 61.2
pada materi Proklamasi Kemerdekaan ini
dengan nilai terbesar 70 dan nilai terkecil
yaitu 70.
50 hasil ini sangat jauh sekali dari kriteria
PEMBAHASAN
ketuntasan minimal mata pelajaran Ilmu
Berdasarkan hasil observasi guru dan
Pengetahuan Sosial (IPS) pada materi
data aktivitas siswa maka terdapat hal-hal
proklamasi kemerdekaan, yaitu 70 maka
yang
sangat perlu diberikan tindakan kelas
(IPS)
pada
materi
diperbaiki
pada
siklus
berikutnya.
untuk mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial
harus
Pada
proklamasi
pelaksanaan
pembelajaran
siklus I temuan yang dianalisis dalam
kemerdekaan .
proses
Berdasarkan perhitungan ketuntasan
maupun
peningkatan
aktivitas
belajar siswa antara lain sebagai berikut:
individual dan klasikal pada siklus II dapat disimpulkan bahwa perolehan rata-rata 313
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2, Desember 2015
1) Pada waktu siswa dibagi kelompok,
perbaikan pada pelaksanaan pembelajaran
situasi kelas menjadi gaduh, karena
siklus berikutnya.
siswa mencari tempat duduk untuk
Dari analisis pelaksanaan tindakan
anggota kelompoknya.
siklus II di atas maka ada beberapa hal
2) Selama kegiatan diskusi kelompok mengenai
naskah
dialog,
ada
bebeerapa
siswa
pada
tiap
yang harus diperhatikan untuk perbaikan pada siklus III antara lain sebagai berikut: 1) Ketika siswa kurang leluasa untuk
kelompok yang tidak ikut berperan
menunjukkan
yaitu sebagian siswa acuh dengan
kegiatan diskusi dan tidak berani
pemberian tugas dari guru.
dalam mementaskan drama, maka
Dari analisis siklus I di atas maka ada
untuk
ide-idenya
mengatasi
hal
pada
tersebut
beberapa hal yang harus diperhatikan
sebagai perbaikan pada siklus III
untuk perbaikan pada siklus berikutnya di
dilakukan dengan masing-masing
antaranya adalah:
siswa setiap kelompok ditugasi
1) Pada waktu siswa ribut di dalam kelas
karena
kelompok,
untuk
mengemukakan
idenya
membentuk
secara bergiliran serta memberikan
untuk
penghargaan terhadap siswa atau
maka
memperbaiki hal tersebut perbaikan
kelompok
yang
pada siklus II bisa dilakukan
mementaskan
di
dengan
sebelumnya
supaya siswa lain terpacu berani
menentukan tempat duduk siswa
untuk mementaskannya di depan
untuk masing-masing kelompok.
kelas.
cara
2) Ketika
guru
diskusi
depan
kelas
ada
2) Ketika guru kurang memberikan
tidak
penjelasan tentang materi, maka
berpartisipasi, untuk itu pada siklus
terlebih dahulu guru berdiskusi
II guru harus membimbing siswa
dengan peneliti mengenai cara
pada setiap kelompok.
penyampaian yang diberikan.
sebagian
kelompok
berani
siswa
yang
Berdasarkan hasil
Hasil observasi peningkatan aktivitas
tindakan
pembelajaran
yang
dalam dianalisis
dan
refleksi proses pembelajaran siklus III,
siswa maka diperoleh beberapa data pelaksanaan
analisis
temuan yang diperoleh dapat disimpulkan
proses
sebagai berikut:
untuk
314
Hasil Belajar IPS melalui Teknik bermain Peran Rossi Iskandar
1) Siswa dalam setiap melakukan
ketidaktepatan dalam memilih metode
kegiatan kelompok sudah mampu
dapat berakibat tidak tercapainya tujuan
menunjukkan tugas yang ada dalam
pembelajaran. Agar peserta didik lebih
kelompok melaluii pembelajaran
terdorong dalam belajar, maka skenario
dengan
pembelajaran harus dibuat sedemikian
menggunakan
teknik
bermain peran
hingga
mampu
membangkitkan
2) Siswa sudah menunjukkan sikap
rangsangan hingga mampu menumbuhkan
tanggung jawab dan kerja sama
minat belajar peserta ddik. Salah satu cara
selama mengikuti kegiatan belajar,
untuk minigkatkan hasil belajar peserta
hal
didik
ini
ditunjukkan
kekompakan melakukan
oleh
siswa
dalam
pelatihan
bermain
proklamasi
mempelajari
kemerdekaan
materi
pada
mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
drama dengan materi pembelajaran
adalah
proklamasi
bermain
kemerdekaan
dalam
dan
dengan peran.
menggunakan Melalui
teknik
kegiatan
ini
mementaskannya di depan kelas
peserta didik lebih aktif dalam melakukan
setiap kelompok, oleh karena itu
penghayatan
suatu
kemampuan dan aktivitas belajar
keterampilan,
imajinasi
siswa meningkat.
peserta
3) Selama kegiatan pembelajaran guru telah
melakukan
membimbing
langkah-langkah
pembelajaran
IPS
dan
teknik
mendukung
satu
faktor
proklamasi kemerdekaan pada setiap siklus
tentang
terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari meningkatnya hasil rata-rata aktivitas guru
bermain
keberhasilan
yang
sangat
guru
dalam
dan siswa pada setiap siklus. Aktivitas guru pada siklus I adalah 81.8 % hasilnya meningkat pada siklus II dengan perolehan 90.9 % dan siklus III 100 % terlaksana .
melaksanakan proses pembelajaran adalah
Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I
kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan
metode
dalam
peran pada mata pelajaran IPS tentang
dalam
peran. Salah
ditunjukan
karakter
Pelaksanaan penerapan teknik bermain
proklamasi kemerdekaan dengan menggunakan
dan
SIMPULAN
memberikan arahan kepada siswa tentang
bisa
sehingga
kehidupan nyata atau kehidupan sosial.
kegiatan
siswa
didik
tokoh
hanya 56 % sedangkan pada siklus II
pembelajaran, 315
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2, Desember 2015
meningkat menjadi 65.6
%
Joyce, B., Weil, M., and Calhoun, E., 2009. Models of teaching (8th ed.). Boston, MA: Allyn & Bacon.
dan pada
siklus III meningkat menjadi 78.8 %. Peningkatan hasil belajar peserta didik di
kelas
V
MIN
Maparah
Gunter, M. A., Estes, T. H., and Schwab, J. H., 2002. Instruction: A models approach (4th ed.). Boston, MA: Allyn & Bacon.
yang
memperoleh belajar dengan menggunakan teknik bermain peran. Peningkatan hasil
Nizar, dkk. 2008. Classroom Action Research. Rahayasa.
belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS
materi
proklamasi
kemerdekaan
Fogg, P. (2001). A history professor engages students by giving them a role in the action. Chronicle of Higher Education.
melalui penerapan teknik pembelajaran bermain peransetiap siklus meningkat. Terlihat adanya peningkatan pada siklus I
Poorman, P. B. (2002. Biography and roleplaying:fostering empathy in abnormal psychology. Teaching of Psychology.
nilai rata ratanya 61.2 atau 32%dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendah 50 Pada siklus II rata ratanya 68atau 68 % dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 60. Pada siklus III rata ratanya 79.2 atau 96% dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 70. Dari data tersebut dapat dilihat peningkatan hasil belajar peserta didik yang signifikan.
DAFTAR RUJUKAN Juliansyah,Tiana.2010. Kiat Kiat Terbaik Untuk Guru.Bandung: PT Setia Purna Uno, B Hamzah. 2012. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara Prihatin, Eka.2008. Guru sebagai fasilitator. Bandung. PT Karsa Mandiri Hermawan, Hendy. 2010. Teori Belajar dan Motivasi. Bandung: CV.Citra Praya Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya. 316