Kisah Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno,
Menguak Misteri 30 September '65 Rabu 01 Oct 2014, 19:01 WIB - detikNews http://news.detik.com/berita/d-2707011/kisah-maulwi-saelan-penjaga-terakhir-soekarno-menguak-misteri-30-september-65?utm_source=News&utm_medium=Msite&utm_campaign=ShareWhatsapp
Jakarta Pengamanan presiden ternyata sudah menjadi persoalan sejak Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 silam. Setelah sempat hanya dikawal dengan Pasukan Pengawal Presiden, adanya percobaan pembunuhan Presiden pada 1957 maka dibentuklah Tjakrabirawa pada tahun 1962. Dibentuknya Tjakrabirawa ini membuat Letnan Maulwi Saelan yang saat itu bertugas di Makassar lalu ditunjuk sebagai Kepala Staff dan Wakil Komandan Tjakrabirawa. Posisi ini yang membuat Maulwi berada di ring 1 Bung Karno di saat paling kritis dalam masa peralihan kekuasaan yakni 1965-1966. "Melalui dia kami melihat Soekarno yang sebenarnya," kata Bonnie Triyana, salah satu penulis buku Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno dalam peluncuran buku di Museum Nasional, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakpus, Rabu (1/10/2014). Acara peluncuran buku ini juga dihadiri oleh Maulwi yang datang dengan menggunakan 1
kursi roda. Usia yang sudah lanjut membuat seluru rambutnya memutih. Ia duduk di baris paling depan bersama para veteran RI lainnya. Penulis buku lainnya, Asvi Warman Adam yang menilai Maulwi Saelaan tak hanya seorang penjaga fisik Soekarno namun juga seorang Penjaga moral Soekarno. "Karena Maulwi membenarkan banyak sejarah yang beredar di sekitar kita," Asvi. Ia mencontohkan bahwa Maulwi ada mendampingi Bung Karno pada 4 Agustus 1965 saat Bung Karno mengalami stroke ringan. Sehingga, tidak benar jika ada sejarah yang menulis Bung Karno memanggil Kolonel Untung untuk menangkap beberapa orang jenderal. "Maulwi juga menjadi saksi tidak ada surat yang dikirim Letkol Untung kepada Bung Karno yang dibaca di toilet pada 30 September saat terjadinya G30S," sambungnya. Ditulis Asvi jika peristiwa 18 Maret 1966 menjadi peristiwa Maulwi menunjukkan keberaniannya dan ketenangannya pada Bung Karno. Saat itu Bung Karno berangkat dari Istanan Merdeka menuju Istana Bogor . Ajudan presiden, Bambang Wijanarko melaporkan kondisi sudah aman. Namun, di air mancur Medan Merdeka Barat, rombongan presiden terhenti karena jalan terhalang truk militer milik RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat). Diceritakan dalam air mancur ada sebuah mobil lapis baja yang dilengkapi senapan mesin dan terarah pada mobil presiden. Saat itu diceritakan Presiden Soekarno marah karena Bambang Wijanarko melaporkan jalanan sudah steril untuk dilewati. Para pengawal yang menumpangi jip terbuka loncat dari mobil dan berdiri mengelilingi mobil presiden. Pasukan RPKAD juga sudah mengulang senjatanya dan bersiap memuntahkan timah panas ke mobil yang ditumpangi presiden. Saat itu, Maulwi Saelan turun dari mobil dan berteriak meminta agar Pasuka RPKAD tak menembak. Ia meminta bertemu Komandan Pasukan RPKAD. Setelah bertemu, komandan Pasukan, truk truk RPKAD menepi dan rombongan presiden meneruskan perjalanan ke Istana Bogor. "Itu membuktikan Maulwi Saelan tak hanya Penjaga fisik presiden tapi juga penjaga
2
presiden agar terluput dari fitnah sejarah yang dilontarkan terzin penguasa orde baru," pungkas Asvi.
(bil/ndr)
Maulwi Saelan Penjaga Soekarno Terakhir — Asvi Warman Adam dkk Wednesday, March 12, 2014 http://hipohan.blogspot.hk/2014/03/maulwi-saelan-penjaga-soekarno-terakhir.html Saat situasi semakin sulit, Soekarno berkata pada Maulwi Saelan, pengawalnya yang lahir di Makassar, 8/8/1928 ini dengan kalimat; "Saelan percayalah! Saya yakin bahwa nanti sejarah akan mengungkapkan kebenaran dan siapa yang sebetulnya benar, Soeharto atau Soekarno !". Demikian salah satu tulisan dalam buku ini saat era kekuasaan Soekarno menjelang akhir, dan kalimat yang terasa kebenarannya kini, karena 32 tahun kemudian, tepatnya di tahun 1998, pemerintahan Soeharto ambruk dan cacat demi cacat-nya terbuka hingga kini. Apa yang terpikir dengan judul buku ini ? tentunya momen dimana Maulwi Saelan masih bersama Soekarno, namun nyaris 75% buku justru membahas biografi Maulwi Saelan. Siapa sih Maulwi Saelan, kebanyakan orang jika disebut nama Maulwi Saelan pastilah yang diingat salah satu kiper dari team legendaris Indonesia bersama sama tokoh lainnya seperti Ramang, dll. Namun mungkin tidak banyak yang tahu, kalau Maulwi Saelan adalah salah satu anggota Tjakrabirawa, pasukan pengawal presiden Soekarno. Maulwi Saelan juga sudah bertempur sejak remaja melawan penjajah, dan bukan cuma di Sulawesi, beliau juga bertempur di Jawa, seperti saat peristiwa Sidobunder. Lewat buku ini Maulwi Saelan berusaha membersihkan nama Tjakrabirawa, dan anggota2 nya yang sudah “pergi” duluan, dan dari buku ini juga kita mengetahui bagaimana Soeharto secara efektif “menghabisi” lawan-lawan-nya. Untunglah di zaman Megawati, nama Maulwi Saelan dan 3
Tjakrabirawa seolah kembali dibersihkan, dari tuduhan tak berdasar. Bahkan Megawati memfasilitasi kunjungan paspampres era baru secara rutin ke lokasi Maulwi Saelan. Tjakrabirawa yang dibentuk tahun 1962 untuk mengantisipasi serangkaian percobaan pembunuhan Soekarno sejak peristiwa penggranatan Soekarno di Cikini 1957, akhirnya “direhabilitasi”. Cara buku ini bercerita unik, Maulwi tidak dikisahkan sebagai aku, namun seakan akan orang ketiga, sehingga kurang mendekatkan diri kita pada sang tokoh dan perjalanan hidupnya. Juga terlalu banyak materi mengenai sejarah di masa itu, tanpa memberikan kita persepsi bagaimana cara pandang Maulwi sendiri. Selain membahas hal hal diatas, juga dibahas karakter AE Kawilarang, Andi Azis, Sam Ratulangi, Westerling, Kahar Muzakkar, dll sehingga memberikan kita gambaran mengenai apa yang sebenarnya terjadi dimasa itu. Dalam buku ini juga disinggung mengenai kekejaman Westerling dan kroninya saat penjajahan Belanda. Bukan cuma di Sulawesi, kiprah Westerling di Angkatan Perang Ratu Adil, saat melakukan huru hara di dan pembantaian Bandung juga bisa kita temukan dam buku ini. Hal2 yang diungkap kadang cukup mengagetkan misalnya pembantaian suku Ambon, alias peristiwa Ambon Moord, yang dianggap sebagai antek-antek KNIL di Sulawesi Selatan. Namun sebaliknya bagaimana antar suku/agama menjadi begitu dekat dan menyatu juga terlihat, seperti saat salah seorang anggota pasukan Maulwi Saelan dari Indonesia timur bernama Fernandez mati-matian bahu membahu melawan agresi Belanda. Juga dibahas "blunder" Sam Ratulangi saat tak langsung mengumumkan mandat yang dia dapat sebagai Gubernur Sulawesi dengan pusat kedudukan di Makassar. Meski didesak banyak orang termasuk istrinya, Ratulangi memilih jalan diplomasi, karena kuatir pernyataannya akan membuat pertumpahan darah yang mengorbankan anak anak Sulawesi. Maulwi Saelan, juga mengungkapkan sisi2 menarik, bagaimana sehari hari Soekarno hanya mengenakan kaos yang sudah sobek di sana sini, meski para pemimpin dunia menyeganinya. Begitu juga ketidak percayaannya akan tuduhan penyalah gunaan wewenang dalam hal materi, karena tidak cuma sekali Maulwi Saelan tahu kesulitan keuangan Soekarno yang sempat minta tolong sana sini. Saelan juga sama sekali tidak yakin keterlibatan Soekarno dalam G30S, beliau hanya tak ingin Indonesia cerai berai dan runtuh, dan ternyata hal ini dimanfaatkan pihak2 tertentu. Pernyataan ini sekaligus membantah cerita versi ajudan presiden Soekarno, Bambang Widjanarko. Saelan juga menjelaskan arti pidato Soekarno mengenai kutipan Bhagavad Gita, perintah Kresna pada Pandawa yang sama sekali bukan dipicu
4
keinginan untuk menghukum pengkhianat, namun lebih karena dipicu spanduk salah tulis yang memang secara kebetulan terpasang di belakang mimbar. Keyakinan Saelan bahwa Soekarno bersih juga didukung bahwa Ahmad Yani salah satu jendral korban pembunuhan, merupakan sosok kesayangan Soekarno. Namun setelah G30S Soekarno dijauhi dan dikucilkan layaknya penyakit, seorang perwira Satgas Pomad membentak pengawal Soekarno yang membantu sang proklamator membuka pintu mobil. Kali yang lain saat di Istana Merdeka, Soekarno merasa kelaparan, mulai dari minta roti bakar, pisang, sampai nasi kecap, berturut turut diabaikan pelayan. Saat ke Cimacan, tak ada satupun penduduk yang mau membukakan pintu. Lalu ketika di Ciawi beliau makan sate, maka pagi harinya si penjual sate ditangkap petugas Kodim. Soeharto yang terus menerus memperkuat kekuasaannya akhirnya membekukan Tjakrabirawa, yang dianggap sebagai pribadi-pribadi setia pada Soekarno. Lalu Tjakrabirawa dituduh sebagai penjahat, komunis, dsb. Baik Maulwi Saelan, Mangil dan Sabur ditahan. Maulwi Saelan yang sempat menjadi Kepala Staff di Tjakrabirawa dan lalu Wakil Komando Tjakrabirawa sempat diinterogasi lalu dipenjara. Dalam penjara dengan pintu berlapis serta sempit, dan kotor Maulwi Saelan terpaksa membuang kotoran di sel-nya sendiri, serta tidak mendapat makanan yang cukup. Bukan cuma itu gajinya selama lima tahun dipenjara juga hangus, begitu juga hartanya disita. Tahun 1972 dia dibebaskan begitu saja di usia 45 tahun, dan dengan susah payah Maulwi Saelan mengupayakan surat keterangan bebas PKI atau cap ET (eks Tapol). Untung saja Buya Hamka yang sempat menjadi musuh Soekarno justru mengangkatnya menjadi anak dan diminta mengurus sekolah Buya Hamka di Kebayoran Baru yang sekarang kita kenal sebagai Al Azhar Syifa Budi. Hemm buku yang menarik, dan memberikan sudut pandang baru terhadap sejarah Indonesia. Posted by Husni I. Pohan at Wednesday, March 12, 2014
5