Mengomunikasikan Kebijakan Publik Suryopratomo Direktur Pemberitaan MetroTV Makassar 6 November 2012
Masyarakat Ingin Serba Tahu Perubahan sistem otokrasi ke demokrasi menuntut adanya akuntabilitas dan transparansi. Kemajuan teknologi informasi membuat karakter informasi menjadi lebih cepat, instan, dan mengglobal.
Keterbukaan Yang Diciptakan Kita menikmati kebebasan berekspresi, kebebasan berbicara, kebebasan untuk mendapatkan informasi. Keterbukaan informasi di Indonesia dilindungi oleh UU No. 14/2008 yang berlaku 1 Mei 2010. Oleh karena setiap kebijakan mempengaruhi nasib masyarakat, maka masyarakat menuntut akuntabilitas dari kebijakan yang dibuat. Masyarakat selalu ingin tahu sejauh mana kebijakan yang dibuat memang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Proses yang Melibatkan Masyarakat Di dalam sistem demokrasi segala sesuatu menjadi tidak mudah diputuskan. Setiap kebijakan harus mengikutkan pandangan semua pemangku kepentingan. Uji publik merupakan sesuatu yang wajib dilakukan guna menghindari gugatan publik. Semua proses yang melelahkan merupakan konsekuensi dari demokrasi. Menurut PM Inggris David Cameron itulah indahnya demokrasi.
Menghindari Unintended Consequencies Para perumus kebijakan harus terbuka dan mampu menjelaskan rancangan peraturan secara baik. Masukan dari dunia usaha dan masyarakat merupakan input balik untuk pematangan. Setiap kebijakan memiliki konsekuensi yang positif maupun negatif. Dalam perumusan kebijakan publik yang harus diantisipasi adalah unintended consequencies.
Pejabat Negara Harus Tampil Untuk menghindari salah pengertian pejabat negara harus tampil menjelaskan setiap kebijakan yang diambil. Biro Humas harus bisa menjelaskan pentingnya bersikap proaktif bukan hanya reaktif.
Takut untuk Tampil Banyak orang merasa takut untuk diminta berbicara di depan publik. Kebanyakan merasa tidak percaya diri. Ketakutan bukan hanya membuat bicara gemetar, tetapi lupa akan substansi yang akan disampaikan.
Perlunya Percaya Diri Percayalah kepada kemampuan sendiri. Jangan biarkan hadirin merasa tidak ada orang di panggung yang ingin didengarkan pandangannya. Yakinlah bahwa materi yang akan kita sampaikan bermanfaat bagi mereka yang mendengarkan.
Rileks dan Menarik Contohlah Steve Jobs ketika berbicara di depan publik. Tahu bahwa orang ingin mendengarkan apa yang ingin ia sampaikan. Gunakan visual yang mempermudah orang lebih mengerti. Pergunakan alat bantu yang membuat pendengar tidak hanya tertuju pada diri kita.
10 Cara untuk Berhasil 1. Know the room. Be familiar with the place in which you will speak. Arrive early, walk around the speaking area and practice using the microphone and any visual aids. 2. Know the audience. Greet some of the audience as they arrive. It's easier to speak to a group of friends than to a group of strangers. 3. Know your material. Practice your speech and revise it if necessary. If you're not familiar with your material or are uncomfortable with it, your nervousness will increase. 4. Relax. Ease tension by doing exercises.
10 Cara untuk Berhasil 5. Visualize yourself giving your speech. Imagine yourself speaking, your voice loud, clear, and assured. When you visualize yourself as successful, you will be successful. 6. Realize that people want you to succeed. They don't want you to fail. Audiences want you to be interesting, stimulating, informative, and entertaining. They are on your side! 7. Don't apologize. If you mention your nervousness or apologize for any problems you think you have with your speech, you may be calling the audience's attention to something they hadn't noticed.
10 Cara untuk Berhasil 8. Concentrate on the message -- not the medium. Focus your attention away from your own anxieties, and outwardly toward your message and your audience. Your nervousness will dissipate. 9. Turn nervousness into positive energy. Harness your nervous energy and transform it into vitality and enthusiasm. 10. Gain experience. Experience builds confidence, which is the key to effective speaking. A Toastmasters club can provide the experience you need.
Pers Tetap Dibutuhkan Pers dibutuhkan untuk mengkomunikasikan hasil yang dicapai sebuah institusi kepada masyarakat. Pers bisa menjelaskan duduknya sebuah perkara kepada seluruh khalayak. Demokrasi menuntut adanya pers. Lebih baik ada pers tanpa pemerintahan daripada pemerintahan tanpa pers. Journalist is not a foe, but friend.
JANGAN TAKUT KEPADA MEDIA Media bukanlah musuh yang harus ditakuti. Media tidak bekerja untuk mencari-cari kesalahan dan mengeksploitasi. Media sangat menjaga kredibilitasnya dengan selalu menjaga jarak, bersikap independen, dan obyektif. Media diawasi oleh masyarakat baik langsung maupun oleh Dewan Pers ataupun Komisi Penyiaran Indonesia yang mewakili kepentingan masyarakat.
Wartawan Bekerja dengan Nurani Wartawan tidak semata-mata bekerja untuk memuaskan dirinya sendiri. Fungsi kontrol dan koreksi dimaksudkan untuk mengawasi program yang ditujukan kepentingan masyarakat banyak. Pekerjaan wartawan selalu memadukan antara ilmu pengetahuan yang dimiliki, kesungguhan dalam menjalankan profesi, dan pengalaman. Oleh karena tanggung jawab yang besar, wartawan tidak bisa menjalankan prinsip "published and be damned". Wartawan selalu bekerja "in fear and trembling in anguish"
Terima Kasih