42
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Analisis
4.1.1
Deskripsi Lokasi Penelitian Bursa Efek Indonesia merupakan instrumen dari pasar modal. Pasar Modal
menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995
adalah “kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Sedangkan Bursa Efek adalah “pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.” Efek itu sendiri adalah “surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Bursa Efek Indonesia adalah bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek Indonesia juga berperan dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan pasar modal Indonesia yang stabil. Yang menjadi Objek penelitian adalah perusahaan industry otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Industri otomotif ialah merancang, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, dan menjual kendaraan bermotor dunia. Pada tahun 2007, lebih dari 73 juta kendaraan bermotor, termasuk mobil dan kendaraan komersial diproduksi ke seluruh dunia. Berikut ini 10 pemimpin pasar industri otomotif berdasarkan jumlah 42
43
pendapatan. Sepuluh perusahanan otomotif dan komponen tersebut adalah adalah PT. Astro Auto Part. Tbk, PT. Indo Kordsa Tbk, PT. Goodyear Indonesia Tbk, PT. Gajah Tunggal Tbk, PT. Indospring Tbk, PT. Multi Prima Sejahtra Tbk, PT. Multistrida Arah Sarana Tbk, PT. Nipress Tbk, PT. Prima Alloy Universal Tbkdan PT. Selamat Sempurna Tbk.
4.1.2
Deskripsi Variabel Penelitian
4.1.2.1 Variabel Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan merupakan rasio yang menunjukan beberapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun, semakin kecil rasio ini semakin jelek begitupula sebaliknya. Rasio perputaran persediaan diukur dengan membandingkan nilai penjualan yang berhasil dicapai dengan jumlah persediaan yang dimiliki oleh perusahaan pada tahun yang sama. Kondisi perputaran persediaan dari perusahaan indutri otomotif selama tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut: Tabel 5: Perkembangan Perputaran Persediaan No.
Nama Perusahaan
Tahun 2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
1
PT. Astra Auto Part. Tbk
8.419
7.967
10.232
8.831
7.708
8.631
2
PT. Multi Prima Sejahtra Tbk
2.117
0.820
2.367
2.168
2.526
2.000
3
PT. Indospring Tbk
2.438
2.028
2.859
3.231
2.888
2.689
4
PT. Indo Kordsa Tbk
5.193
4.065
6.329
6.198
5.418
5.440
5
PT. Goodyear Indonesia Tbk
8.821
8.245
6.575
8.183
8.096
7.984
6
PT. Gajah Tunggal Tbk
7.113
5.691
9.205
9.047
7.131
7.637
7
PT. Multistrida Arah Sarana Tbk
3.875
0.375
3.902
5.101
3.640
3.378
8
PT. Nipress Tbk
9.915
9.793
3.771
6.253
4.758
6.898
9
PT. Prima Alloy Universal Tbk
5.898
3.841
1.638
2.955
3.041
3.475
10
PT. Selamat Sempurna Tbk
4.342
4.727
5.392
5.087
5.571
5.024
5.81
4.76
5.23
5.71
5.08
Rata-rata Sumber: Olahan 2013
44
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa secara rata-rata, perputaran persediaan dari perusahaan industri otomotif yang diamati selama tahun 20072011 cukup berfluktuasi. Pada tahun 2007 perputaran persediaan sebesar 5,81 kali yang kemudian menurun cukup tajam pada tahun 2008 menjadi 4,76. Penurunan ini diakibatkan oleh gejolak ekonomi dunia yang menekan laju pertumbuhan ekonomi global dan sangat berpengaruh terhadap pasar otomotif termasuk di Indonesia. Pada tahun 2009 rasio perputaran persediaan kembali membaik menjadi 5,27. Trend peningkatan ini kembali berlanjut di tahun 2010 dimana rasio perputaran persediaan kembali meningkat menjadi 5,71 dan pada tahun 2011 terjadi penurunan perputaran persediaan menjadi 5,08. Jika dilihat secara spesifik untuk setiap perusahaan, PT. Astra Auto Part, Tbk merupakan perusahaan yang memiliki rasio perputaran persediaan yang paling baik yakni mencapai 8,631. Disusul oleh PT. Goodyear Indonesia, Tbk (7,984) dan PT.Gajah Tunggal, Tbk (7,637). Adapun perusahaan yang memiliki rasio perputaran persediaan paling rendah adalah PT. Multi Prima Sejahtera, Tbk dengan rasio perputaran persediaan hanya sebesar 2,00.
4.1.2.2 Variabel Return On Investment (ROI)
Sedangkan perkembangan rasio profitabilitas perusahaan industri otomotif yang diukur dengan indikator ROI (Return On Investment) selama tahun 2007-2011seperti pada tabel 6 sebagai berikut:
45
Tabel 6: Perkembangan Profitabilitas Tahun 2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
1
PT. Astra Auto Part. Tbk
0.140
0.153
0.174
0.219
0.158
0.169
2
PT. Multi Prima Sejahtra Tbk
0.130
0.026
0.074
0.094
0.072
0.079
3
PT. Indospring Tbk
3.219
0.035
0.095
0.092
0.106
0.709
4
PT. Indo Kordsa Tbk
0.028
0.063
0.056
0.097
0.043
0.057
5
PT. Goodyear Indonesia Tbk
0.073
0.001
0.101
0.058
0.016
0.050
6
PT. Gajah Tunggal Tbk
0.011
-0.072
0.102
0.080
0.059
0.036
7
PT. Multistrida Arah Sarana Tbk
0.016
0.001
0.069
0.058
0.030
0.035
8
PT. Nipress Tbk
0.018
0.005
0.012
0.038
0.040
0.022
9
PT. Prima Alloy Universal Tbk
0.005
-0.027
-0.086
0.001
0.003
-0.021
10
PT. Selamat Sempurna Tbk
0.107
0.109
0.152
0.154
0.193
0.143
0.375
0.029
0.075
0.089
0.072
No.
Nama Perusahaan
Rata-rata Sumber: Olahan 2013
Tabel di atas menunjukan bahwa pergerakan profitabilitas perusahaan otomotif secara rata-rata memperlihatkan tren yang menurun dan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 merupakan puncak pencapaian dari perusahaan industri otomotif dimana nilai ROI untuk sektor industri ini mampu mencapai nilai 0,375. Nilai ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sangat baik. Namun pada tahun 2008, seiring dengan terjadinya krisis ekonomi global, profitabilitas perusahaan industri otomotif menurun tajam menjadi 0,029. Penurunan ini diakibatkan penurunan laba bersih yang diakibatkan menurunnya nilai penjualan sekaligus meningkatnya biaya produksi. Pada tahun 2009 hingga tahun 2011 profitabilitas perusahaan industri otomotif mulai menunjukkan perbaikan dimana nilai ROI pada tahun 2009 mencapai 0,075, tahun 2010 mencapai 0,089 dan pada tahun 2010 sebesar 0,072. Adapun perusahaan yang memiliki ROI tertinggi selama periode 20072011 adalah PT. Indospring, Tbk dengan rata-rata nilai ROI mencapai 0.709.
46
Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai ROI terendah adalah PT. Prima Alloy Universal, Tbk dimana secara rata-rata perusahaan ini mengalami kerugian. Ini ditunjukkan dengan nilai ROI yang negative sebesar -0.021.
4.1.3
Analisis Regresi Data Panel
4.1.3.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Penentuan Hipotesis Ho : data variabel dependen (ROI) berdisribusi normal H1 : data variabel dependen (ROI) tidak berdistribusi normal 2. Penentuan tingkat signifikansi Tingkat kepercayaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 95% atau dengan kata lain tingkat signfikansinya (alpha) sebesar 5% 3. Penentuan Statistik Uji Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode Jarque Berra yang dirumuskan sebagai berikut: 2 n k 2 1 JB S K 3 4 6
Dimana: n adalah jumlah observasi ; k adalah jumlah variabel bebas (k akan sama dengan nol untuk pengujian data tunggal) ; S adalah nilai Skewness; dan K adalah nilai Kurtosis.
47
4. Penentuan Kriteria uji Penentuan penerimaan atau penolakan Ho dilakukan dengan melihat nilai probabilitas yang dihasilkan oleh nilai JB dan membandingkannya dengan tingkat signifikansi yang digunakan (alpha). Jika nilai probabilitas dari statistik JB lebih kecil dari alpha yang digunakan maka H0 ditolak. Sebaliknya jika nilai probabilitas dari statistik JB lebih besar dari alpha yang digunakan maka H0 diterima 5. Kesimpulan Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan E-Views pada tabel 7 adalah sebagai berikut: Tabel 7: Hasil Pengujian Normalitas dengan Jarque-Berra JarqueBerra
Probability
PT. Astro Auto Part. Tbk
0.79
0.67
PT. Gajah Tunggal Tbk
0.61
0.74
PT. Goodyear Indonesia Tbk
0.44
0.80
INDOKO
PT. Indo Kordsa Tbk
0.37
0.83
5
INDOSR
PT. Indospring Tbk
1.88
0.39
6
MULTI
PT. Multi Prima Sejahtra Tbk
0.12
0.94
7
NIPPRES
PT. Nipress Tbk
0.61
0.74
8
PRIMA
PT. Prima Alloy Universal Tbk
1.12
0.57
9
SELAMET
PT. Selamat Sempurna Tbk
0.38
0.83
10
STRADA
PT. Multistrida Arah Sarana Tbk
0.48
0.78
No
Kode Emiten
1
ASTRA
2
GAJAH
3
GOODYEAR
4
Nama Perusahaan
Sumber: Olahan 2013
Berdasarkan hasil di atas terlihat bahwa nilai Jarque Berra untuk variabel ROI pada seluruh perusahaan yang diamati mempunyai nilai signifikansi di atas
48
0.05 sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data dari variabel ROI untuk seluruh perusahaan yang diamati telah berdistribusi normal.
4.1.3.2 Hasil Analisis Regresi Data Panel
Setelah asumsi normalitas dipenuhi maka langkah selanjutnya melakukan estimasi terhadap persamaan yang akan diteliti. Adapun model persamaan yang akan dibangun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Yit 0i 1 X it dimana: Yit : variabel dependen (ROI) perusahaan ke-i pada tahun ke-t Xit
: variabel independen (perputaran persediaan) perusahaan ke-i pada tahun ke-t
0i : nilai konstanta/rata-rata dari perusahaan ke-i 1 : koeifisien regresi untuk variabel independen (perputaran persediaan) Hasil estimasi model regresi data panel dengan menggunakan E-Views untuk pengaruh perputaran persediaan terhadap profitabilitas (ROI) dari perusahaan-perusahaan industri otomotif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011 dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut:
49
Tabel 8: Hasil Pengujian Hipotesi Dependent Variable: ROI? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 01/16/13 Time: 00:26 Sample: 2007 2011 Included observations: 5 Cross-sections included: 10 Total pool (balanced) observations: 50 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (no d.f. correction) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C IT? Fixed Effects (Cross) _ASTRA—C _GAJAH—C _GOODYEAR—C _INDOKO—C _INDOSR—C _MULTI—C _NIPPRES—C _PRIMA—C _SELAMET—C _STRADA—C
10.37154 1.609422
0.835555 0.550025
12.41276 2.926090
0.0000 0.0057
3.073604 -10.01293 -8.726776 -7.336213 58.97700 -3.472168 -11.13496 -14.32513 1.337627 -8.380039 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
Sumber: Olahan 2013
0.794948 0.742371 43.47766 15.11958 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
80.84074 85.65813 73721.97 2.017278
50
Berdasarkan hasil analisis di atas maka model estimasi untuk setiap perusahaan adalah sebagai berikut:
ROI it 10,3715 0i 1, 6094 X it Model di atas menunjukan bahwa pengaruh variabel bebas yang terlibat dalam model (perputaran persediaan) besarnya sama untuk setiap perusahaan. Yang berbeda hanyalah konstanta yang ada dalam setiap persamaan. Konstanta ini menunjukkan besarnya rata-rata variabel dependen (profitabilitas/ROI) jika pengaruh dari variabel-variabel bebas tidak diperhatikan. Untuk menentukan besarnya rata-rata profitabiltas (ROI) dari setiap perusahaan diperoleh dengan cara menjumlahkan konstanta yang diperoleh dalam model (10,3715) dengan konstanta untuk setiap perusahaan. Hasilnya pada tabel 9 sebagai berikut: Tabel 9: Besarnya Rata-rata Pofitabilitas (Konstanta) No
Kode Emiten
Nama Perusahaan
0
0i
RataRata ROI
1
ASTRA
PT. Astro Auto Part. Tbk
10.3715
3.0736
13.4451
2
GAJAH
PT. Gajah Tunggal Tbk
10.3715
-10.0129
0.3586
3
GOODYEAR
PT. Goodyear Indonesia Tbk
10.3715
-8.7268
1.6448
4
INDOKO
PT. Indo Kordsa Tbk
10.3715
-7.3362
3.0353
5
INDOSR
PT. Indospring Tbk
10.3715
58.9770
69.3485
6
MULTI
PT. Multi Prima Sejahtra Tbk
10.3715
-3.4722
6.8994
7
NIPPRES
PT. Nipress Tbk
10.3715
-11.1350
-0.7634
8
PRIMA
PT. Prima Alloy Universal Tbk
10.3715
-14.3251
-3.9536
9
SELAMET
PT. Selamat Sempurna Tbk
10.3715
1.3376
11.7092
10
STRADA
PT. Multistrida Arah Sarana Tbk
10.3715
-8.3800
1.9915
Sumber: Olahan 2013
51
4.1.3.3 Pengujian Model Regresi
Setelah diperoleh model persamaan regresi taksiran maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian signifikansi koefisien regresi secara bersama-sama (Testing The Overall Significance of Regression). Pengujian secara simultan
dilakukan
dengan
melakukan
pengujian
F.
Langkah-langkah
pengujiannya adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis H0: 0 1 0 H1: Sekurang-kurangnya ada sebuah i 0 2. Taraf signifikansi α = 0.05 3. Statistik Uji F
JK Re gresi / N k 1 JK Re sidu / NT N k
4. Kriteria pengujian: Tolak Ho jika Fhit F ; N k 1, NT N k atau p-value α. Terima Ho dalam hal lainya. Dari
hasil
analisis
yang
telah
diperoleh
sebelumnya
dengan
menggunakan bantuan E-Views didapat nilai F-hitung sebesar 15,119. Adapun nilai F-tabel pada tingkat signifikansi 5% dan derajat bebas pembilang (df1) sebesar N+k-1 = 10+1-1 = 10 dan derajat bebas penyebut (df2) sebesar NT-N-k = 10*5-10-1 = 50-10-1 = 39 adalah sebesar 2,084. Jika dibandingkan dengan nilai
52
F-hitung yang diperoleh sebelumnya maka nilai F-tabel ini jauh lebih kecil dari Fhitung sehingga Ho ditolak. Disimpulkan bahwa model regresi antara perputaran persediaan dengan profitabilitas yang telah diperoleh sebelumnya telah cocok dengan data. Dengan kata lain pemilihan fungsi model regresi linear telah sesuai.
4.1.3.4 Pengujian Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Setelah pengujian model dilakukan selanjutnya akan dilaksanakan pengujian signfikansi pengaruh dari perputaran persediaan terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROI. Adapun pengujian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Penentuan Hipotesis Ho
: tidak terdapat pengaruh dari perputaran persediaan terhadap nilai ROI perusahaan industri otomotif
H1
: terdapat pengaruh dari perputaran persediaan terhadap nilai ROI perusahaan industri otomotif
2. Penentuan tingkat signifikansi Tingkat kepercayaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 95% atau dengan kata lain tingkat signfikansinya (alpha) sebesar 5%. 3. Penentuan Statistik Uji Dalam melakukan uji signfikansi pengaruh dalam model regresi akan digunakan uji t.
53
4. Penentuan Kriteria uji Penentuan kriteria uji didasarkan pada perbandingan antara nilai t-hitung yang diperoleh dengan t-tabel. Jika nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka Ho ditolak, dan jika nilai F-hitung lebih kecil dari nilai F-tabel maka Ho diterima 5. Kesimpulan Hasil pengujian dengan menggukan E-Views yang telah dilakukan sebelumnya diketahui nilai t-hitung untuk variabel perputaran persediaan adalah sebesar 2,926. Sedangkan nilai t-tabel pada tingkat sigifikansi 5% dan derajat kebebasan (df) = NT-N-k=39 adalah sebesar 2,023. Jika dibandingkan kedua nilai t-tabel ini maka dapat dilihat bahwa nilai t-hitung yang diperoleh masih lebih besar dari nilai t-tabel sehingga Ho ditolak. Disimpulkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai ROI perusahaan indutri otomotif selama periode 2007-2011 pada tingkat kepercayaan 95%. Koefisien regresi dari perputaran persediaan yang bertanda positif menunjukkan terdapat pengaruh yang positif dari perputaran persediaan terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROI. Nilai koefisien regresi sebesar 1,609 menunjukkan bahwa setiap peningkatan rasio perputaran persediaan sebesar satu kali maka akan meningkatkan nilai ROI perusahaan sebesar 1,609%.
4.1.3.5 Interpretasi Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas dalam menjalankan perubahan pada variabel tidak bebas secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan
54
antar variable dalam model yang digunakan. Besarnya nilai R2 berkisar antara 0< R2 <1. Jika nilai R2 semakin mendekati satu maka model yang diusulkan dikatakan baik karena semakin tinggi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan di atas diperoleh nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,7949. Nilai ini berarti bahwa sebesar 79,49% perubahan profitabilitas perusahaan (ROI) dari perusahaan-perusahaan industri otomotif yang diamati selama periode 2007-2011 dipengarui oleh besarnya rasio perputaran persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, sedangkan sisanya sebesar 20,51% dipengaruhi oleh variabel lain.
4.2
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari perputaran persediaan terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dengan rasio Return On Investment (ROI). Ini didasarkan pada hasil pengujian statistika yang telah dilakukan baik secara keseluruhan maupun secara parsial. Adapun koefisien regresi dari perputaran persediaan yang sebesar 1,609 menunjukkan bahwa setiap peningkatan rasio perputaran persediaan sebesar satu kali maka akan meningkatkan nilai ROI perusahaan sebesar 1,609%. Untuk besar pengaruh dari perputaran persediaan terhadap ROI, hasil analisis dengan menggunakan koefisien determinasi menunjukkan hasil yang
55
sangat signifikan dimana besar koefisien determinasi mencapai 0,7949. Nilai ini berarti bahwa sebesar 79,49% perubahan profitabilitas perusahaan (ROI) dari perusahaan-perusahaan industri otomotif yang diamati selama periode 2007-2011 dipengarui oleh besarnya rasio perputaran persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, sedangkan sisanya sebesar 20,51% dipengaruhi oleh variabel lain. Tingginya koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa perputaran persediaan memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan profitabilitas perusahaan.
Persediaan memegang peranan yang penting dalam kelangsungan siklus suatu perusahaan. Hal ini dapat dipahami karena persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Tanpa ada persediaan yang memadai kemungkinan besar perusahaan tidak bisa memperoleh keuntungan yang diinginkan disebabkan proses produksi akan terganggu. Untuk itu dalam rangka menjaga dan meningkatkan profitabilitas perusahaan perlu dilakukan perencanaan persediaan yang efektif dan efisien. Salah satu cara untuk melihat baik tidaknya manajemen persediaan suatau perusahaan adalah dengan melihat rasio perputaran persediaan dari perusahaan tersebut. Rasio perputaran persediaan dihitung dengan cara membandingkan nilai penjualan dengan persediaan. Apabila rasio yan diperoleh lebih tinggi, ini menunjukan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persedian semakin membaik. Demikian pula apabila perputaran persediaan rendah berarti persediaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk, hal ini akan mengakibatkan investasi dalam tingkat pengendalian yang rendah. Berdasarkan analisis perputaran persediaan
56
pada industri otomotif dan komponennya, perputaran persediaan dari perusahaan industri otomotif yang diamati selama tahun 2007-2011 cukup berfluktuasi. Pada tahun 2007 perputaran persediaan sebesar 5,81 kali yang kemudian menurun cukup tajam pada tahun 2008 menjadi 4,76. Penurunan ini diakibatkan oleh gejolak ekonomi dunia yang menekan laju pertumbuhan ekonomi global dan sangat berpengaruh terhadap pasar otomotif termasuk di Indonesia. Pada tahun 2009 rasio perputaran persediaan kembali membaik menjadi 5,27. Trend peningkatan ini kembali berlanjut di tahun 2010 dimana rasio perputaran persediaan kembali meningkat menjadi 5,71 dan pada tahun 2011 terjadi penurunan perputaran persediaan menjadi 5,08. Jika dilihat secara spesifik untuk setiap perusahaan, PT. Astra Auto Part, Tbk merupakan perusahaan yang memiliki rasio perputaran persediaan yang paling baik yakni mencapai 8,631. Disusul oleh PT. Goodyear Indonesia, Tbk (7,984) dan PT.Gajah Tunggal, Tbk (7,637). Adapun perusahaan yang memiliki rasio perputaran persediaan paling rendah adalah PT. Multi Prima Sejahtera, Tbk dengan rasio perputaran persediaan hanya sebesar 2,00. Peningkatan dan penurunan perputaran persediaan pada industri otomotif dan komponen juga diikuti oleh penurunan peingkatan profitabilitas berdasarkan hasil analis rasio profitabilitas. Pada tahun 2007 merupakan puncak pencapaian dari perusahaan industri otomotif dimana nilai ROI untuk sektor industri ini mampu mencapai nilai 0,375. Nilai ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sangat baik. Namun pada tahun 2008, seiring dengan terjadinya krisis ekonomi global, profitabilitas perusahaan industri otomotif
57
menurun tajam menjadi 0,029. Penurunan ini diakibatkan penurunan laba bersih yang diakibatkan menurunnya nilai penjualan sekaligus meningkatnya biaya produksi. Pada tahun 2009 hingga tahun 2011 profitabilitas perusahaan industri otomotif mulai menunjukkan perbaikan dimana nilai ROI pada tahun 2009 mencapai 0,075, tahun 2010 mencapai 0,089 dan pada tahun 2010 sebesar 0,072. Adapun perusahaan yang memiliki ROI tertinggi selama periode 2007-2011 adalah PT. Indospring, Tbk dengan rata-rata nilai ROI mencapai 0.709. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai ROI terendah adalah PT. Prima Alloy Universal, Tbk dimana secara rata-rata perusahaan ini mengalami kerugian. Ini ditunjukkan dengan nilai ROI yang negative sebesar -0.021. Hasil analisis terhadap data dari perusahaan yang diamati menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki rasio perputaran persediaan yang tinggi cenderung memiliki profitabilitas yang tinggi pula. Ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Husnan (2004: 154) yang mengatakan bahwa perputaran persediaan akan menentukan tinggi rendahnya profitabilitas suatu perusahaan. Makin cepat perputaran persediaan maka akan mengakibatkan naiknya profitabilitas perusahaan. Dan makin lambat perputaran persediaan barang maka akan mengakibatkan turunnya rentabilitas suatu perusahaan. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian dari Furdani (2011) hasil penelitiannya membuktikan
terdapat
pengaruh positif antara perputaran
persediaan terhadap rentabilitas (profitabilitas) usaha. Penelitian dari Lesmana (2011) hasil penelitiannya juga membuktikan perputaran persediaan barang dagangan memiliki pengaruh terhadap rentabilitas (ROI) pada PT. Alfa
58
Retailindo,Tbk. Kemudian penelitian Afriani (2011) juga membuktikan tingkat perputaran persediaan memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas perusahaan, setiap kenaikan pada perputaran persediaan barang maka akan menunjukkan kenaikan pula pada profitabilitas perusahaan.