Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
MENGANTISIPASI PERUBAHAN KURIKULUM 2013 Oleh: Muh Yusuf Abstrak Dunia pendidikan kita pernah mengenal Kurikulum 1968 yang dikenal dengan sebutan “Subject Centered curriculum“ Pendidikannya bersifat berat sebelah karena mengutamakan salah satu aspek kognitif saja. Oleh karena itu pendidikannya dicap sebagai pendidikan yang bersifat intelektualistis. Kurikulum 1968 diganti dengan kurikulum 1975, yaitu kurikulum yang bersifat “Goal Centered Curriculum “ kurikulum yang bertujuan pada tujuan instruksional. Kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984. Kurikulum yang sarat muatan, banyak mata pelajaran dan materi yang harus dipelajari oleh peserta didik. Banyaknya mata pelajaran belum menunjukkan hubungan antara yang satu dengan yang lain. Mata pelajaran yang satu terpisah dengan mata pelajaran yang lain, dengan kata lain masih menjadi pengkotak-kotakan pengetahuan. Pengorganisasian kurikulum semacam ini terkenal dengan sebutan “separated Subject Curriculum “,akibat yang terjadi dari kurikulum ini adalah menimbulkan kecenderungan pengajar diburu target materi. Tahun 2004 lahir Kurikulum berbasis kompetensi, yang kemudian disempurnakan 2006 dengan Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap kurikulum selama ini. Memasuki tahun 2013 Mendikbud atas nama pemerintah akan memberlakukan kurikulum baru 2013 mulai tahun ajaran baru 2013/2014. Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Salah satu alasan diberlakukannya Kurikulum 2013 adalah Perubahan proses pembelajaran dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu dan proses penilaian dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output . Beberapa hal yang perlu diantisipasi pada kurikulum 2013 ini, terutama mengenai istilah kompetensi inti dan kompetensi dasar. istilah SK-KD ini akan digantikan menjadi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Kompetensi Inti merupakan operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan: (kompetensi inti 1 Sikap keagamaan), (kompetensi 2Sikap sosial), (kompetensi inti 3 Pengetahuan), (kompetensi 4 Penerapan pengetahuan). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
27
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
A.
Pendahuluan Rasanya masih belum tuntas pembahasantentang Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) yang disosialisasikan tahun2004. Kurikulum 2004 kemudian disempurnakan dengan hadirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, yang mulai diterapkan di sekolah diseluruh wilayah tanah air paling lambat bulan Juli tahun 2007. Artinya tahun ajaran baru 2007 diharapkan semua
tingkat pendidikan
dasar
dan menengah sudah
menerapkan kurikulum tingkat satuan Pendidikan. Enam tahun sudah berlalu pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Dari segi waktu sudah cukup lama, tapi dari segi produktifitas rasanya belum menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Masih jelas dalam ingatan kita, sebagai seorang pendidiktentang perubahan kurikulum dari kurikulum sistem instruksional 1999
pro kontra
ke kurikulum berbasis
kompetensi 2004. Beberapa elemen masyarakat, dan sekolah- sekolah swasta menolak kehadiran Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan berbagai alasan. Salah satu keberatannya adalah sekolah harus menfasilitasi setiap potensi individu sebagai peserta didik. Tentu ini akan berpengaruh terhadap penyediaan Sumber daya manusia (guru), menambah berbagai fasilitas, sarana prasarana, dan ini akan berdampak pada pendanaan anggaran sekolah. Sekolah-sekolah swasta yangrelative kecil, (jumlah siswanya sedikit) tidak mampu bersaing dengan sekolah negeri atau sekolah swasta yang lebih besar.Pada kenyataannya banyak sekolah yang kemudian tutup, digabung (regrouping) oleh karena siswanya semakin berkurang. Sementara siswa lebih memilih sekolah yang lebih maju, lebih-lebih adanya kebijakan pemerintah daerah yang terus menambah dan mengembangkan sekolah plus untuk tingkat SMP. Sekolah-sekolah Plus adalah sekolah yang biayanya sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah daerah. Dikembangkannya Standart Nasional Pendidikan oleh Badan Standart Nasional Pendidikan (BNSP) yang dibentuk berdasarkan Pearaturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 yang terdiri dari: standart isi, standart proses, standart kompetensi lulusan, standart penilaian, standart pendidik dan standart tenaga kependidikan, standart sarana prasarana, standart pengelolaan dan standar pendanaan. Meskipun delapan standart nasional pendidikan ini diterapkan secara bertahap, ada sekolah yang belum mampu memenuhi standar nasional yang dimaksud. Hal ini tentu karena situasi kondisi sekolah yang tidak memungkinkan, baik dari segi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, maupun pendanaan. Dari kenyataan potret diatas, maka pelaksanaan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang sisdiknas masih perlu koreksi. Diakhir tahun 2012 tepatnya tanggal 8 januari 2012 Mahkamah Konstitusi membubarkan Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) yang Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
28
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
telah menjadi kebanggaan masayarakat Inonesia. Sekolah yang diharapkan mampu mendidik putra-putra terbaik, karena Secara konsep atau rancangan, RSBI dan SBI sangat ideal serta mulia. RSBI dan SBI dirancang guna menyiapkan sumber daya manusia supaya memiliki kualitas intelektual bertaraf internasional demi menghadapi persaingan di era globalisasi. Namun, dalam implementasinya, RSBI dan SBI justru menyimpang. Dari sudut konstitusi,
kastanisasi dan stratifikasi sosial ekonomi masyarakat dalam mengakses pendidikan jelas merupakan ironi. Deklarasi HAM jelas menyatakan tidak boleh ada diskriminasi, begitu pula bunyi UUD 1945. RSBI yang seharusnya menjadi arena pencerdasan bangsa justru sarat dengan praktik liberalisasi, komersialisasi, dan diskriminasi. Kini di awal tahun 2013 pemerintah mewacanakan kurikulum baru 2013 yang rencananya akan segera disosialisasikan, menunggu pengesahan dari badan Standart Nasional Pendidikan (BSNP). Jika disetujui maka Kurikulum 2013 akan segera diterapkan mulai tahun ajaran baru juli 2013. Berdasarkan berbagai kajian maka kurikulum Tingkat satuan Pendidikan 2006 dianggap masih memuat sejumlah permasalahan diantaranya: (1) Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (2) Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; (3) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; (4) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; (5) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (6) Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan (7) Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir. Dengan latar belakang masalah inilah, maka pemerintah memandang perlunya dikembangkan kurikulum 2013. Faktor lainnya juga menjadi alasan Pengembangan Kurikulum 2013 adalah, pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan. Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
29
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest). Yang keempat adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter. B. Perkembangan Kurikulum 1. Pengantar Tidak ada yang menolak jika pendidikan dikatakan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. SDM yang berkualitas ditandai kepemilikan dan kemampuan keahlian, ketrampilan kreatifitas dan daya inovasi. SDM seperti ini sangat diperlukan oleh suatu bangsa yang ingin menjadi negara yang berhasil dalam menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta industrialisasi sehingga mampu menghadapi persaingan global. Upaya yang dilakukan agar pendidikan mampu memainkan perannya seperti tersebut di atas desentralisasi pendidikan melalui
peningkatan
mutu
pendidikan
dengan
cara
memutakhirkan
kurikulum.
(Prasetyo,2003). Perubahan kurikulum agar dapat memenuhi perkembangan serta tuntutan kehidupan telah diamanatkan dalam GBHN 1999 yang berbunyi : “ dalam bidang pendidikan termasuk perubahan kurikuler, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis secara profesional”. Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah diperlukan kurikulum dan silabus serta sistem pengujian berbasis kompentensi. Pendidikan berbasis kompetetnsi menekankan pada kompetensi atau kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi muncul sebagai reaksi ketidak puasan terhadap kurikulum kita selama ini.
2. Identifikasi Kesenjangan Kurikulum2013 KONDISI SAAT INI
KONSEP IDEAL
a. Aspek kompetensi lulusan 1. Sikap belum mencerminkan karakter yang mulia 2. Ketrampilan belum sesuai dengan ketrampilan
1. Berkarakter mulia 2. Ketrampilan yang relevan
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
30
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
3. Pengetahuan- pengetahuan saling lepas
3. Pengetahuan-pengetahuan terkait
b. Aspek Materi pelajaran 1. Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan 2. Bahan belajar terlalu berat 3. Materi terlalu luas kurang mendaam
1 Relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan 2 Materi esensial 3 Sesuai dengan tingkaat perkembangan anak
c. Aspek Proses Pembelajaran 1. Berpusat pada guru ( teachered learning) 2. Sifat pembelajaran yang berorientasi pada buku teks 3. Buku teks hanya memuat materi bahasan
d. Aspek penilaian 1. Menekankan aspek koqnitif 2. Tes menjadi cara penilaian yang dominan
e. Aspek Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1. Memenuhi kompetensi profesi 2. Fokus pada ukurankinerja PTK
f. Aspek Pengelolaan Kurikulum 1. Satuan pendidikan mempunyai kebebasan dalam pengelolaan kurikulum
2. Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi, peserta didik dan potensi daerah 3. Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran
1. Berpusat pada peserta didik(student center aktif learning) 2. Sifat pembelajaran yang kontektual 3. Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, system penilaian serta kompetensi yang diharapkan 1. Menamkan aspek kognitif,afektif, psikomotor secara proposional 2. Penilaian tes dan portofolio saling melengkapi 1. Memenuhi kompetensi profesi,pedagogi, social dan personal 2. Motivasi mengajar 1.Pemerintah pusat dan daerah mempunyai kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan
2.
Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan potensisatuan pendidikan, potensi peserta didik dan potensi daerah 3. Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman
C. Konsep Kurikulum 2013 1. Pengantar Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
31
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
Perlunya pengembangan Kurikulum 2013 antara lain adalah: Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan penambahan jam pelajaran. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Disamping kurikulum, terdapat sejumlah faktor diantaranya: lama siswa bersekolah; lama siswa tinggal di sekolah; pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi; buku pegangan atau buku babon; dan peranan guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan. Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan Pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Hal ini sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. 2. Landasan Penyempurnaan Kurikulum 2013 a. Landasan Yuridis Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan.Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 b. Landasan Filosofis Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
32
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta didik “menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab” (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang. Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan keunggulan budaya di masa lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman dimana peserta didik tersebut hidup dan mengembangkan diri.
Kemampuan menjadi pewaris dan pengembang budaya
tersebut akan dimiliki peserta didik apabila pengetahuan, kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan sosial memberikan dasar
untuk secara aktif
mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, warganegara, dan anggota umat manusia. Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa kini. Oleh karena itu, konten pendidikan yang mereka pelajari tidak semata berupa prestasi besar bangsa di masa lalu tetapi juga hal-hal yang berkembang pada saat kini dan akan berkelanjutan ke masa mendatang. Berbagai perkembangan baru dalam ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik yang dihadapi masyarakat, bangsa dan umat manusia dikemas sebagai konten pendidikan. Konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu terkait dengan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, kemampuan berpartisipasi dalam membangun kehidupan bangsa yang lebih baik, dan memosisikan pendidikan yang tidak terlepas dari lingkungan sosial, budaya, dan alam. Lagipula, konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini akan memberi makna yang lebih berarti bagi keunggulan budaya bangsa di masa lalu untuk digunakan dan dikembangkan sebagai bagian dari kehidupan masa kini.
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
33
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa yang diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk memberi kemampuan bagi peserta didik menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa dimana dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan demikian sikap, keterampilan dan pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus dapat digunakan untuk kehidupan paling tidak satu sampai dua dekade dari sekarang c. Landasan Teoritis Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan teori pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiap kurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005). Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK. Standar Kompetensi Lulusan satuan pendidikan berisikan 3 (tiga) komponen yaitu kemampuan proses, konten, dan ruang lingkup penerapan komponen proses dan konten. Komponen proses adalah kemampuan minimal untuk mengkaji dan memproses konten menjadi kompetensi. Komponen konten adalah dimensi kemampuan yang menjadi sosok manusia yang dihasilkan dari pendidikan. Komponen ruang lingkup adalah keluasan lingkungan minimal dimana kompetensi tersebut digunakan, dan menunjukkan gradasi antara satu satuan pendidikan dengan satuan pendidikan di atasnya serta jalur satuan pendidikan khusus (SMK, SDLB, SMPLB,SMALB). Kompetensi
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
bersikap,
menggunakan
pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum dirancang untuk memberikan
pengalaman
belajar
seluas-luasnya
bagi
peserta
didik
untuk
mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
34
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
membangun kemampuan tersebut. Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU nomor 20 tahun 2003; PP nomor 19 tahun 2005). Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan. Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis (dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang. Dalam dimensi rencana tertulis, konten kurikulum tersebut dikemas dalam berbagai mata pelajaran sebagai unit organisasi konten terkecil. Dalam setiap mata pelajaran terdapat konten spesifik yaitu pengetahuan dan konten berbagi dengan mata pelajaran lain yaitu sikap dan keterampilan. Secara langsung mata pelajaran menjadi sumber bahan ajar yang spesifik dan berbagi untuk dikembangkan dalam dimensi proses suatu kurikulum. Kurikulum dalam dimensi proses adalah realisasi ide dan rancangan kurikulum menjadi suatu proses pembelajaran. Guru adalah tenaga kependidikan utama yang mengembangkan ide dan rancangan tersebut menjadi proses pembelajaran. Pemahaman guru tentang kurikulum akan menentukan rancangan guru (Rencana Program Pembelajaran/RPP) dan diterjemahkan ke dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Peserta didik berhubungan langsung dengan apa yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran dan menjadi pengalaman langsung peserta didik. Apa yang dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
35
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
Kurikulum berbasis kompetensi adalah “outcomes-based curriculum” dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.
D. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013 Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana. Hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam menerapkan perolehannya di masyarakat. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari masingmasing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran dan diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
36
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan). Oleh karena itu beragam program dan pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik.
E. Konsep Struktur Kurikulum 2013 Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas: (1)Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan (b) Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka.Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK) sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7 – 15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP. 1. Struktur Kurikulum SD Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SD Tahun I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk Tahun IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD adalah 40 menit. Struktur Kurikulum SD adalah sebagai berikut: MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU I
II
III
IV
V
VI
Kelompok A 1. 2.
Pendidikan Agama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
4 5
4 6
4 6
4 6
4 6
4 6
3. 4.
Bahasa Indonesia Matematika
8 5
8 6
10 6
10 6
10 6
10 6
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
37
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf) Kelompok B 1. Seni Budaya dan Keterampilan (termasuk muatan lokal) 2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan (termasuk muatan lokal) Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
4
4
4
6
6
6
4
4
4
4
4
4
30
32
34
36
36
36
= Pembelajaran Tematik Terintegrasi
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor. Integrasi konten IPA dan IPS adalah berdasarkan makna mata pelajaran sebagai organisasi konten dan bukan sebagai sumber dari konten. Konten IPA dan IPS diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan Matematika yang harus ada berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi sikap, kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema memberikan makna kepada konsep dasar tersebut sehingga peserta didik tidak mempelajari konsep dasar tanpa terkait dengan kehidupan nyata. Dengan demikian, pembelajaran memberikan makna nyata kepada peserta didik.Tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Keduanya adalah pemberi makna yang substansial terhadap bahasa, PPKn, matematika dan seni budaya karena keduanya adalah lingkungan nyata dimana peserta didik dan masyarakat hidup. Disinilah kemampuan dasar/KD dari IPA dan IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain yang memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang KD mata pelajaran lainnya. Berdasarkan sudut pandang psikologis, tingkat perkembangan peserta didik tidak cukup abstrak untuk memahami konten mata pelajaran secara terpisah-pisah. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk integrasi KD yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya. 2. Struktur Kurikulum SMP Beban belajar di SMP untuk Tahun VII, VIII, dan IX masing-masing 38 jam per minggu. Jam belajar SMP adalah 40 menit. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
38
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
Struktur Kurikulum SMP adalah sebagai berikut: MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU VII
VIII
IX
Kelompok A 1. Pendidikan Agama
3
3
3
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3
3
3
3.
Bahasa Indonesia
6
6
6
4.
Matematika
5
5
5
5.
Ilmu Pengetahuan Alam
5
5
5
6.
Ilmu Pengetahuan Sosial
4
4
4
7.
Bahasa Inggris
4
4
4
Seni Budaya (termasuk muatan lokal)
3
3
3
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan (termasuk muatan lokal) 3. Prakarya (termasuk muatan lokal) Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
3
3
3
2
2
2
38
38
38
Kelompok B 1. 2.
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor. 3. Struktur Kurikulum SMA Untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK maka dikembangkan kurikulum Pendidikan Menengah yang terdiri atas Kelompok mata pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib sebanyak 9 (Sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 18 jam per minggu. Konten kurikulum (Kompetensi Inti/KI dan KD) dan kemasan konten serta label konten (mata pelajaran) untuk mata pelajaran wajib bagi SMA dan SMK adalah sama. Struktur ini menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subjek dalam belajar dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya. Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta pilihan akademik dan vokasional (SMK). Mata pelajaran pilihan ini memberikan corak kepada fungsi satuan pendidikan dan didalamnya terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta didik. Beban belajar di SMA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu. Satu jam belajar adalah 45 menit. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
39
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata pelajaran wajib sebagai berikut.
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU X
XI
XII
3
3
3
2
2
2
4
4
4
4
4
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
23
23
23
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA)
20
20
20
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK)
28
28
28
Kelompok Wajib 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Sejarah Indonesia 6. Bahasa Inggris 7. Seni Budaya 8. Prakarya 9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Wajib per minggu Kelompok Peminatan
Kompetensi Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan dasar yang sama bagi tamatan Pendidikan Menengah antara mereka yang belajar di SMA dan SMK. Bagi mereka yang memilih SMA tersedia pilihan kelompok peminatan (sebagai ganti jurusan) dan pilihan antar kelompok peminatan dan bebas. Nama Kelompok Peminatan digunakan karena memiliki keterbukaan untuk belajar di luar kelompok tersebut sedangkan nama jurusan memiliki konotasi terbatas pada apa yang tersedia pada jurusan tersebut dan tidak boleh mengambil mata pelajaran di luar jurusan. Struktur Kelompok Peminatan Akademik (SMA) memberikan keleluasaan bagi peserta didik sebagai subjek tetapi juga berdasarkan pandangan bahwa semua disiplin ilmu adalah sama dalam kedudukannya. Nama kelompok minat diubah dari IPA, IPS dan Bahasa menjadi Matematika dan Sains, Sosial, dan Bahasa. Nama-nama ini tidak diartikan sebagai nama kelompok disiplin ilmu karena adanya berbagai pertentangan fisolosfis pengelompokan Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
40
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
disiplin ilmu. Berdasarkan filosofi rekonstruksi sosial maka nama organisasi kurikulum tidak terikat pada nama disiplin ilmu.
F. PENUTUP Dalam KTSP kedalaman muatan kurikulum dituangkan dalam kompetensi yang terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap tingkat dan/atau semester. Standar kompetensi merupakan penjabaran dari standar kompetensi lulusan (SKL). SKL secara keseluruhan terdiri atas SKL satuan pendidikan, standar kompetensi kelompok mata pelajaran, standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) mata pelajaran. Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. Pada kurikulum 2013 ini, istilah SK-KD ini akan digantikan menjadi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki setiap peseta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang
harus
dikuasai
peserta
didik.
Kompetensi
tersebut
dikembangkan
dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Bambang Suhendro (2006) ,Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,Jakarta Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Badan Standar Nasional Pendidikan Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
41
Mengantisipasi Perubahan Kurikulum 2013 (Oleh : Muh. Yusuf)
Departemen Pendidikan Nasional Jakarta (2003), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta (2006), Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI no 22 th 2006 tentang Standard isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Jakarta (2006), Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI no 23 th 2006 tentang Standard Kompetensi Lulusani Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Dokumen Kurikulum 2013, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Desember 2012. http:/kangmarto.com Nugroho. (2003) Sistem Evaluasi Kuriklum Berbasis Kompetensi. Departemen Pendidikan Nasional RI Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VI Jawa Tengah Prasetyo. (2003), Konsep dan Filosofi Kuriklum Berbasis Kompetensi. Departemen Pendidikan Nasional RI Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VI Jawa Tengah Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Jakarta (2002), Kuriklum Berbasis Kompetensi Kegiatan Belajar Mengajar Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2003, ”Depdiknas Melalui Proyek Pengembangan Sistem dan Standart Perbukuan Dasar ”,Jakarta Wina Sanjaya, (2008) Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Kencana Prenada Media Group.Jakarta.
Biodata Penulis Nama
: Drs. H. Muh. Yusuf, M.Pd.
Pendidikan
: S1 FPOK IKIP Negeri Semarang S2 Pendidikan Olahraga UNNES Semarang
Pengalaman Pekerjaan : Sebagai staf pengajar Dpk pada FKIP UTP Surakarta sejak Tahun 1987- sekarang Pernah Menjabat Pembantu Dekan 3, Pembantu Dekan 1 FKIP UTP Surakarta Pernah Menjabat Pembantu Rektor III UTP Surakarta. Alamat Kantor
: FKIP UTP Surakarta Jl. M. Walanda Maramis No.31
Cengklik Surakarta Telp./Fac. : 0271854188
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 13 No. 1 Tahun 2013
42
POK