MENENTUKAN EFISIENSI ”CISTERN” BERDASARKAN PENGGUNAAN AIR DAN SEGI BIAYA DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA El Khobar M. Nazech, Toha Saleh & Adi Pauna Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok
[email protected]
ABSTRAK Aktivitas manusia menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan alam. Hal tersebut juga menyebabkan terjadinya krisis air sebagai akibat dari ketidakseimbangan dalam siklus hidrologi. Untuk mencegah hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya konservasi air. Metode panen air hujan dengan ”cistern” merupakan salah satu cara untuk melaksanakan upaya konservasi air. Penelitian dilakukan dengan cara menganalisa curah hujan yang terjadi di Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok. Analisis kemudian dilanjutkan dengan membuat peta penyebaran curah hujan serta merencanakan suatu sistem panen air hujan”cistern” untuk menampung sebagian dari curah hujan tersebut di wilayah studi yang direncanakan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teori-teori hidrologi dan menghitung efisiensi yang terjadi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan untuk pengadaan ”cistern” di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Kata kunci: ”Cistern” , Efisiensi, Panen air hujan
1. PENDAHULUAN Masalah sumberdaya air saat ini sudah menjadi suatu yang sangat penting di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Masalah sumberdaya air ini dipengaruhi oleh perubahan tata guna lahan akibat tekanan pertumbuhan dan aktifitas penduduk. Pertumbuhan dan aktifitas penduduk di daerah resapan mengakibatkan alih fungsi lahan untuk permukiman, industri dan perdagangan. Alih fungsi lahan di daerah resapan air untuk keperluan investasi dalam skala luas yang akan meningkatkan aliran permukaan dan menurunkan laju resapan air. Keseimbangan antara jumlah air pada saat musim hujan dan musim kemarau adalh relatif sama besar. Untuk mencegah kekurangan air pada musim kemarau maka volume air tanah sebagai simpanan air pada musim kemarau harus dalam keadaan maksimal. Saat musim hujan harus dilakukan penghematan dalam penggunaan air tanah. Usahakan untuk menggunakan air hujan sebagai air yang tidak membutuhkan kriteria air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih maka
ISBN No. 978-979-18342-0-9
dapat menggunakan air tanah, atau air limpasan setelah melalui proses pengolahan air dan mencapai kriteria air bersih. Kawasan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari merupakan kombinasi air Perusahaan Air Minum (PAM) dan air tanah. Kombinasi air ini digunakan untuk semua kegiatan seperti air untuk mencuci, air minum, wudhu, penggelontoran, menyiram tanaman, dan sumber air untuk pemadam kebakaran. Beberapa kegunaan ada yang tidak terlalu mengutamakan kualitas air yang baik seperti flushing dan menyiram tanaman. Untuk itu dapat digunakan air hujan sebagai alternatif untuk menghemat penggunaan air PAM dan air tanah. Dalam hal ini perlu penelitian dan analisis kemungkinan pemanfaatan air hujan di kawasan FTUI. 2. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini menganalisa volume air limpasan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan memperkirakan volume penampungan yang harus disediakan untuk menampung air limpasan tersebut. Kemudian dihitung efisiensi dari penggunaan air dengan menggunakan air tampungan
D-38
Menentukan Efisiensi ”Cistern” Berdasarkan Penggunaan Air dan Segi Biaya Di Fakultas Teknik Universitas Indonesia
tersebut untuk memenuhi kebutuhan air di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Air bersumber dari tampungan air hujan yang dilakukan dengan metode memanen air hujan (rainwater harvesting) di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan daerah tangkapan (catchment area) berupa atap gedung-gedung di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan tahapan sesuai dengan diagram alir berikut ini:
MULAI
PERUMUSAN MASALAH
STUDI LITERATUR & PENGUMPULAN DATA
PERHITUNGAN HIDROLOGI,CURAH HUJAN, LUAS ATAP, KEBUTUHAN AIR
PERHITUNGAN VOLUME LIMPASAN TERTAMPUNG
PERHITUNGAN BIAYA PENGADAAN “CISTERN”
ANALISA
KESIMPULAN & REKOMENDASI
SELESAI
ISBN No. 978-979-18342-0-9
METODE “CISTERN”
4. MEMANEN AIR HUJAN Memanen air hujan atau Rainwater harvesting adalah metode kuno yang dipopulerkan kembali dengan menampung air hujan untuk kemudian dimanfaatkan kembali. Pertimbangan untuk menggunakan air hujan adalah air hujan memiliki pH yang mendekati netral dan relatif bebas dari bahan pencemar. Bukti arkeologis mengungkapkan konsep penampungan air hujan telah ada sejak 4,000 tahun yang lalu, dan konsep pemanenan air hujan kemungkinan telah ada sejak 6,000 tahun lalu di China. Reruntuhan bangunan penampungan air yang dibangun sejak 2000 SM untuk menyimpan runoff dari lereng bukit guna keperluan agrikultur dan kegiatan rumah tangga, masih berdiri di Israel ( Gould dan Nissen-Petersen, 1999). 4.1. Komponen Rainwater Harvesting Rainwater harvesting merupakan proses penangkapan, diversi, dan penyimpanan air hujan untuk beragam tujuan, irigasi, sumber air minum, dan kebutuhan rumah tangga, dan pengisian kembali akifer. Pada penerapan skala kecil, rainwater harvesting dapat dibuat sederhana dengan menyalurkan aliran air hujan dari atap menuju sebuah landscape area dengan memanfatkan kontur pada landscape area tersebut. Sistem yang lebih kompleks meliputi talang, pipa, penampungan, penyaring, pompa dan unit pengolahan air. Komponen dasar dari sistem rainwater harvesting domestik memiliki enam komponen dasar, yaitu : 1. Permukaan area penangkapan air hujan Jumlah air yang dapat ditampung tergantung dari luas dan material atap 2. Talang dan pipa downspout: menyalurkan air dari atap menuju penampungan. Material yang digunakan PVC, vynil, dan galvanized steel. 3. Leaf screens, first-flush diverters, and roof washers: komponen penghilang kotoran dari air yang ditangkap oleh permukaan penangkap sebelum menuju penampungan. 4. Bak/Unit Penampungan Bagian ini merupakan bagian termahal dalam sistem rainwater harvesting.
D-39
El Khobar M. Nazech, Toha Saleh & Adi Pauna
Ukuran dari unit penampungan ditentukan oleh berbagai faktor: persediaan air hujan, permintaan kebutuhan air, lama kemarau, penampang dan luas penangkap, serta dana yang tersedia. 5. Pemurnian atau penyaringan air Diperlukan pada sistem rainwater harvesting sebagai sumber air minum. 4.2. Metode Cistern Metode cistern memiliki konsep dasar yang sama dengan metode rainwater harvesting pada umumnya, yaitu menampung langsung air hujan yang jatuh di atap dengan melalui komponen-komponen sistem rainwater harvesting seperti gutter/talang, pipa downspout, first-flush diverter, dan unit penampungan air.
gedung sebagai daerah tangkapan dimana dibutuhkan data curah hujan di daerah tersebut. 5.1. Permukaan Penangkap Air Luasan tangkapan air hujan berupa atap gedung-gedung di FTUI. Adapun yang ditinjau adalah gedung-gedung dengan luasan atap yang cukup besar sehingga dapat menghasilkan volume air tampungan yang cukup besar. Penempatan cistern dengan mempertimbangkan letak gedung-gedung yang berdekatan sehingga cistern dapat melayani beberapa gedung sekaligus. Tata letak gedung FTUI dan rencana penempatan cistern terlihat pada Gambar 2.
Letak Cistern
Gambar 2. Tata Letak Gedung FTUI Tabel 1: Kondisi Atap Gedung di FTUI Gambar 1. Detail komponen cistern (Sumber: Alaska Building Research Series HCM-0155). 5. DATA WILAYAH STUDI Penerapan konsep rainwater harvesting ini dilakukan di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Dengan menerapkan rainwater harvesting diharapkan dapat mengurangi penggunaan air tanah sebagai salah satu upaya konservasi air tanah. Untuk menentukan efisiensi dari penggunaan sistem cistern maka harus menghitung kapasitas air hujan yang tertampung atap
ISBN No. 978-979-18342-0-9
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
D-40
Gedung Dekanat PAF Sipil Arsitektur Kantin Gas dan Petrokimia Industri Metalurgi Mesin Elektro Kuliah Bersama Engineering Center
Luasan Tangkapan (m2) 820 1243 1300 1300 2000 1300 667 1300 1300 1300 2304 2385
Penutup Atap Genting Genting Genting Genting Genting Genting Genting Genting Genting Genting Genting Beton
Menentukan Efisiensi ”Cistern” Berdasarkan Penggunaan Air dan Segi Biaya Di Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Tabel 2: Data Curah Hujan Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
1994
515
402
195
70
16
132
146
11
6
56
94
97
1995
312
357
407
242
244
90
94
51
107
246
199
384
1996
267
193
215
239
123
31
102
49
93
177
127
312
1997
183
248
234
263
257
91
79
63
62
260
273
465
1998
425
543
292
266
282
106
95
40
89
197
284
304
1999
321
152
337
422
214
60
57
65
79
203
247
364
2000
362
180
326
205
71
104
72
90
73
233
372
306
2001
347
212
327
432
146
114
83
76
91
131
406
321
2002
381
295
352
190
269
117
51
68
175
239
240
165
2003
264
321
254
209
193
98
37
49
93
175
212
255
2004
344
220
396
171
157
60
98
12
44
127
205
301
2005
282
185
282
253
64
59
27
51
47
293
261
290
2006
228
208
88
130
73
16
33
0
0
201
595
663
Atap gedung di FTUI memiliki karakteristik yang sangat mirip dengan sudut atap dan jenis penutup atap yang sama, kecuali pada Gedung Engineering Center dengan atap beton yang memiliki sudut atap mendekati nol. Dengan jenis penutup atap berupa genting maka koefisien yang digunakan adalah 0,65 dan untuk Engineering Center menggunakan koefisien 0,6. 5.2. Data Hujan Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan kota Depok yaitu data dari stasiun Pancoran Mas. Dari data curah hujan bulanan stasiun Pancoran Mas tersebut maka diolah untuk menghasilkan suatu data representatif berupa data bulanan dalam satu tahun yang akan digunakan dalam perhitungan volume cistern dengan menggunakan perhitungan keseimbangan antara suplai dalam hal ini air hujan dan permintaan kebutuhan air dari FTUI setiap bulan. 5.2.1. Volume Supply Volume supply adalah jumlah air hujan yang tertangkap oleh atap gedung FTUI. Untuk menghitung besar volumenya dapat digunakan persamaan: V=RxAx k .......................... (1) V = Volume air tertampung (m3) R = Curah hujan (m) A = Luas catchment area (m2) k = Koefisien atap
ISBN No. 978-979-18342-0-9
Dari perhitungan maka hasil air yang didapatkan/terpanen akan dibandingkan dengan dengan kebutuhan air yang terjadi di FTUI setiap bulannya. Jadi untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu jumlah kebutuhan air di FTUI. 5.2.2. Data Kebutuhan Air Dari data kebutuhan air di FTUI maka total kebutuhan air setiap bulan adalah total kebutuhan air untuk flushing, menyiram tanaman dan kebersihan. Jumlah air yang harus tersedia dalam setiap cistern untuk memenuhi kebutuhan air setiap gedung dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3: Volume Kebutuhan Air
D-41
CISTERN
Volume Kebutuhan Air (m3)
1
107.44
2
118.66
3
110.02
4
117.20
Total
453.32
El Khobar M. Nazech, Toha Saleh & Adi Pauna
5.2.3. Volume Cistern Tabel 6: Keseimbangan Supply-Demand Hujan Andalan Cistern 3
5.2.3.1. Volume Tiap Cistern Volume setiap cistern dapat ditentukan dengan cara keseimbangan supplydemand. Untuk perhitungan keseimbangan supply demand pada setiap cistern dan efisiensi yang terjadi berdasarkan hujan andalan dapat dilihat dari tabel-tabel berikut :
Bulan
Tabel 4: Keseimbangan Supply-Demand Bulan
Volume Supply (m3)
Volume Demand (m3)
Volume Overflow (m3)
Volume Overflow Kumulatif (m 3)
Jan
616.44
107.44
509.00
509.00
Feb
480.91
107.44
373.47
882.47
Mar
555.23
107.44
447.79
1330.26
Apr
456.86
107.44
349.42
1679.68
May
268.87
107.44
161.43
1841.11
Jun
131.16
107.44
23.72
1864.83
Jul
214.22
107.44
106.78
1971.61
Aug
107.11
107.44
-0.33
1971.29
Sep
102.74
107.44
-4.70
1966.58
Oct
382.54
107.44
275.10
2241.69
Nov
448.12
107.44
340.68
2582.37
Dec
633.93
107.44
526.49
3108.85
Hujan Andalan Cistern 1
Tabel 5: Keseimbangan Supply-Demand Hujan Andalan Cistern 2
Bulan
Volume Supply (m3)
Volume Demand (m3)
Volume Overflow (m3)
Volume Overflow Kumulatif (m 3)
Volume Supply (m 3)
Volume Demand (m3)
Volume Overflow (m3)
Volume Overflow Kumulatif (m3)
Jan
598.84
110.02
488.82
488.82
Feb
467.18
110.02
357.16
845.98
Mar
539.38
110.02
429.36
1275.34
Apr
443.82
110.02
333.80
1609.15
May
261.20
110.02
151.18
1760.32
Jun
127.41
110.02
17.39
1777.72
Jul
208.11
110.02
98.09
1875.80
Aug
104.05
110.02
-5.97
1869.84
Sep
99.81
110.02
-10.21
1859.62
Oct
371.62
110.02
261.60
2121.23
Nov
435.33
110.02
325.31
2446.53
Dec
615.83
110.02
505.81
2952.34
Tabel 7: Keseimbangan Supply-Demand Hujan Andalan Cistern 4
Bulan
Volume Supply (m3)
Volume Demand (m3)
Volume Overflow (m 3)
Volume Overflow Kumulatif (m 3)
Jan
898.90
117.2
781.70
781.70
Feb
701.27
117.2
584.07
1365.78
Mar
809.65
117.2
692.45
2058.23
Apr
666.21
117.2
549.01
2607.23
May
392.07
117.2
274.87
2882.11
Jun
191.26
117.2
74.06
2956.16
Jul
312.38
117.2
195.18
3151.35
Aug
156.19
117.2
38.99
3190.34
Sep
149.82
117.2
32.62
3222.96
Oct
557.83
117.2
440.63
3663.59
Jan
1008.43
118.66
889.78
889.78
Nov
653.46
117.2
536.26
4199.85
Feb
786.72
118.66
668.06
1557.84
Dec
924.40
117.2
807.20
5007.05
Mar
908.30
118.66
789.65
2347.49
Apr
747.38
118.66
628.73
2976.22
May
439.85
118.66
321.19
3297.41
Jun
214.56
118.66
95.90
3393.32
Jul
350.45
118.66
231.79
3625.11
Aug
175.22
118.66
56.57
3681.68
Sep
168.07
118.66
49.42
3731.09
Oct
625.80
118.66
507.14
4238.24
Nov
733.08
118.66
614.42
4852.66
Dec
1037.04
118.66
918.38
5771.05
ISBN No. 978-979-18342-0-9
D-42
Cistern akan dibuat berdasarkan volume kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan air di FTUI sehingga tidak perlu untuk dibuat berdasarkan overflow kumulatif mengingat cistern yang akan dibangun berdasarkan overflow akan menyebabkan biaya menjadi terlalu tinggi. Untuk mencegah hal tersebut digunakan volume tiap cisternsebagai berikut:
Menentukan Efisiensi ”Cistern” Berdasarkan Penggunaan Air dan Segi Biaya Di Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Q = I. C. A ...........(2) Q = debit air hujan (m3/detik) I = Intensitas hujan (m/detik) C = koefisien atap A = luasan tangkapan air (m2)
Tabel 8: Volume Cistern dengan Hujan Andalan CISTERN
Volume (m3)
1
111.44
2
118.66
3
110.02
4
117.2
Data curah hujan maksimum diurutkan berdasarkan besar curah hujan maksimum yang terjadi lalu diolah dengan menggunakan metode Gumble. Dari pengolahan data dengan metode Gumble dilanjutkan dengan menggunakan metode mononobe didapatkan hubungan antara intensitas dan waktu (lampiran 2). Dan dari tabel yang dihasilkan dengan mononobe dapat dibentuk grafik hubungan antara intensitas, densitas, dan frekuensi hujan dikenal dengan kurva IDF.
5.2.3.2. Volume Cistern Total Perhitungan volume cistern ditentukan dengan menghitung jumlah air yang harus ditampung cistern agar kebutuhan air di FTUI dapat terpenuhi sepanjang tahun. Tabel 9. Keseimbangan Supply-Demand Hujan Andalan Berdasarkan hujan andalan maka keseimbangan supply-demand dapat terlihat seperti tabel diatas dimana tidak terjadi kekurangan air pada bulan-bulan kering, sehingga volume cistern yang dapat dibuat dengan volume yang sama dengan volume demand. Sehingga volume total seluruh cistern dapat berukuran 501.92 m3. Dengan volume itu maka efisiensi yang terjadi dalam memenuhi kebutuhan air
Intensitas (mm/jam)
800.0000
5 tahun 10 tahun
500.0000
20 tahun 400.0000
25 tahun
300.0000
50 tahun
200.0000
15 tahun
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Durasi (me nit)
Volume Supply (m3)
Jan
3809.1464
427.25
3381.90
3381.90
Feb
2436.082
427.25
2008.83
5390.73
Mar
3122.6142
427.25
2695.36
8086.09
Apr
1893.5001
427.25
1466.25
9552.34
May
1361.9913
427.25
934.74
10487.08
Jun
664.386
427.25
237.14
10724.22
Jul
1085.1638
427.25
657.91
11382.13
Aug
542.5819
427.25
115.33
11497.47
Sep
520.4357
427.25
93.19
11590.65
Oct
1937.7925
427.25
1510.54
13101.19
Nov
2269.9855
427.25
1842.74
14943.93
Dec
2823.6405
427.25
2396.39
17340.32
Gambar 3. Kurva IDF Stasiun Pancoran Mas Dalam kurva IDF yang terbentuk terdapat tujuh buah kurva IDF yang menunjukkan kurva IDF dengan periode ulang 2, 5, 10, 15, 20, 25, dan 50 tahun. Dari grafik terlihat kecenderungan besar intensitas yang terjadi akan semakin besar seiring dengan lamanya periode ulang yang terjadi. Untuk mendapatkan data optimum maka perlu dilakukukan perbandingan dari tiga buah grafik yaitu grafik untuk periode ulang 2, 5, dan 10.
Berdasarkan grafik dan dengan menggunakan Microsoft Office Excel maka diketahui persamaan garis untuk kurva IDF § 2 tahunan à
y = 33,165 x −0,6667
5.3. Lama Pengisian Air Cistern Untuk menghitung lamanya pengisian tangki cistern maka perlu dilakukan pengolahan data untuk mencari besar debit hujan dengan menggunakan metode rasional yang mempunyai persamaan:
ISBN No. 978-979-18342-0-9
2 tahun
600.0000
0.0000
Volume Overflow Kumulatif (m3)
FTUI berupa flushing, menyiram tanaman, dan keperluan kebersihan adalah sebesar 100 %.
700.0000
100.0000
Volume Demand (m3)
Bulan
Volume Overflow (m3)
900.0000
§
5 tahunan
à
y = 39, 067 x −0,6667 §
10 tahunan
à
y = 42,974 x −0,6667
D-43
El Khobar M. Nazech, Toha Saleh & Adi Pauna
Contoh perhitungan:
Gambar 4. Lintasan Air di Atap Dekanat § Atap kemiringan 45º L 1 = 46,39 ft S 1 = tan 45º = 1
tc 1 = 0, 0078 ×
46,390,77 = 0,149 menit 10,385
§ Atap kemiringan 30º L 2 = 39,095 ft S 2 = tan 30º = 0,577
tc 2 = 0, 0078 ×
46,390,77 = 0,146 menit 0,577 0,385
§ Kemiringan Talang 2º L 3 = 45,95 ft S 3 = tan 2º = 0,0349
46,390,77 tc 3 = 0, 0078 × = 0, 54 menit 0, 03490,385 tc gedung dekanat = tc 1 + tc 2 + tc 3 = 0,836 menit = 0,0139 jam dimasukkan ke −0,667
persamaan y = 33,165 x didapat intensitas curah hujan sebesar 572,56 mm/jam. 5.4. Debit Hujan Untuk perhitungan debit hujan dilakukan dengan mengikuti persamaan (4-5) dengan memasukkan data intensitas, koefisien atap dan luas atap pada gedung yang akan dihitung. Contoh perhitungan dapat dilihat di bawah ini dengan mengambil contoh perhitungan debit hujan di atap gedung dekanat. Contoh Perhitungan : Gedung Dekanat
Gambar 5. Gedung Dekanat FTUI § Luas daerah tangkapan =28,6×82,6=820 m² § Koefisien daerah tangkapan =0,8 § Time of concentration =0,01394 jam § Intensitas curah hujan =827,1481 mm/jam § Debit = 542,6092 m³/jam Seperti yang telah disebutkan sebelumnya debit diperhitungkan dengan metode rasional dengan persamaan Q = I C A, nilai koefisien yang digunakan adalah 0,65 setelah dilakukan penyesuaian dari koefisien dari referensi mengingat adanya faktor-faktor yang berpengaruh maka besar nilai debit setiap gedung di FTUI adalah: Tabel 10: Debit Hujan Setiap Gedung Gedung
C
A (m 2)
Debit (m 3/jam) 2tahun
5 tahun
10 tahun
Dekanat
0.65
820
305.18
359.48
395.43
PAF
0.65
1243
397.67
468.43
515.28
Sipil
0.65
1300
412.38
485.77
534.35
Arsitektur
0.65
1300
412.38
485.77
534.35
Kantin Gas dan Petrokimia
0.65
2000
691.55
814.61
896.07
0.65
1300
405.88
478.10
525.91
Industri
0.65
648
256.65
302.33
332.56
Metalurgi
0.65
1300
412.38
485.77
534.35
Mesin
0.65
1300
412.38
485.77
534.35
Elektro Kuliah Bersama Engineering Center
0.65
1300
412.38
485.77
534.35
0.65
2304
931.81
1097.62
1207.39
0.65
2385
535.56
630.86
693.95
Dengan mengetahui debit hujan maka dapat diketahui lama pengisian setiap cistern agar penuh dengan air. 5.5. Lama Pengisian Cistern Setelah mengetahui besarnya debit hujan yang terjadi pada periode ulang 2, 5 dan 10
ISBN No. 978-979-18342-0-9
D-44
Menentukan Efisiensi ”Cistern” Berdasarkan Penggunaan Air dan Segi Biaya Di Fakultas Teknik Universitas Indonesia
tahun maka dapat diketahui lama pengisian tangki cistern yaitu dengan cara volume cistern dibagi dengan debit hujan.
Tabel 12: Harga dan Ukuran Cistern Bahan
Biaya/m3 (jt Rp)
Ukuran (m 3)
Tabel 11: Lama Pengisian Cistern CISTERN
Lama Pengisian (menit) 2 tahun
5 tahun
Fiberglass
1,25 – 4,5
1,89 – 75,70
Beton
0,5 – 3
Diatas 37,85
Metal
1,25 – 3,5
0,57 – 9,46
Polypropylene
0,7 – 2,5
1,14 – 37,85
Kayu
4,5
2,65 – 189,25
Besi Las
1,75 - 10
113,55 – 3785
10 tahun
1
5.78
4.91
4.46
2
4.34
3.69
3.35
3
6.14
5.21
4.74
4
4.00
3.40
3.09
Jadi dengan volume cistern yang telah ditentukan maka lama pengisian cistern agar penuh terisi air jika terjadi hujan dengan periode ulang 2, 5 dan 10 tahun adalah seperti yang ditunjukkan dalam tabel 11 di atas. 5.6. Biaya Awal Investasi Besar biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan cistern terdiri dari pembuatan atau pembelian cistern dan biaya pemasangan cistern dan sistem distribusinya yang berupa talang dan downspout. Harga cistern sangat bervariasi tergantung dengan jenis dan ukuran cistern yang akan digunakan. Adapun harga cistern berdasarkan jenis dan ukurannya dapat terlihat dari tabel berikut.
Keterangan Dapat bertahan selama puluhan tahun, mudah diperbaiki, dapat dilakukan pengecatan Berisiko mengalami retak, letak permanen, dapat berpengaruh pada bau dan rasa air Ringan dan mudah berpindah Ringan dan kokoh, jika berwarna hitam akan menghasilkan air hangat Baik dalam segi estetika biasanya digunakan dalam perumahan. Kokoh, dapat berpindah, menampung air dalam jumlah yang cukup besar.
Sumber: Rainwater Harvesting, Texas Cooperative
Tabel harga cistern diatas dapat menjadi pertimbangan dalam memilih jenis cistern yang akan digunakan. Harga di atas merupakan tabel harga yang didapatkan dari referensi luar oleh karena itu telah dilakukan penyesuaian harga dengan kurs rupiah. Cistern yang digunakan adalah terbuat dari bahan beton karena dapat menampung volume air yang besar dan merupakan bahan dengan harga paling rendah. Tabel 13: Biaya Pembuatan Cistern CISTERN
Volume (m3)
Harga Cistern (Rp)
1
111.44
39.040.000,00
2
118.66
41.531.000,00
3
110.02
38.507.000,00
4
117.2
41.020.000,00
Total
Rp 164.162.000,00
Biaya awal selanjutnya adalah pemasangan pipa dan talang. Seperti pada cistern harga untuk pemasangan pipa dan talang ini juga
ISBN No. 978-979-18342-0-9
D-45
El Khobar M. Nazech, Toha Saleh & Adi Pauna
pipa menuju cistern setiap gedung adalah sebagai berikut.
bervariasi tergantung dari jenis pipa dan talang yang digunakan. Pada dasarnya gedung di FTUI telah terpasang talang kecuali kantin, sehingga hanya kantin yang perlu dilakukan pemasangan.
Karena pemasangan talang hanya dilakukan pada atap kantin yang akan dialirkan menuju cistern 2 maka total biaya yang terkait dengan pemasangan pipa dan talang untuk setiap cistern adalah:
Tabel 14: Harga Pemasangan Talang Bahan
Harga Pasang(Rp./m)
Vynil
10.000
Plastik
10.000
Aluminium
100.000 - 175.000
Galvanum
250.000 – 350.000
Keterangan Mudah dipasang dan mudah untuk dihubungkan pada pipa PVC Sangat mudah mengalami retak, bocor dan pecah Harus dipasang oleh tenaga profesional
Tabel 16: Biaya Pemasangan Pipa dan Talang CISTERN
Sipil
1
2
3
4
Dekanat
25
250.000,00
PAF
25
250.000,00
Sipil
40
400.000,00
Arsitektur Engineering Center
60
600.000,00
80
800.000,00
Kantin Gas dan Petrokimia
30
300.000,00
20
200.000,00
Industri
20
200.000,00
Metalurgi
20
200.000,00
Mesin
30
300.000,00
Elektro Kuliah Bersama
30
300.000,00
3
30
300.000,00
ISBN No. 978-979-18342-0-9
Industri
600.000,00
Metalurgi Mesin 4
Elektro Kuliah Bersama
900.000,00
Jadi total biaya yang harus dikeluarkan dalam pengadaan cistern di FTUI adalah sebesar berikut. Tabel 17: Total Biaya Pengadaan Cistern
Harga Total Pipa Setiap Cistern (Rp)
CISTERN
Volume (m3)
900.000,00
19.400.000,00
Harga Cistern (Rp)
Biaya Pemasangan Pipa (Rp)
Total Biaya (Rp)
1
102.25
39.040.000,00
900,000.00
39.940.000,00
2
103.45
41.531.000,00
1,700,000.00
43.231.000,00
3
102.29
38.507.000,00
600,000.00
39.107.000,00
4
111.85
41.020.000,00
900,000.00
41.920.000,00
Total
600.000,00
900.000,00
4.100.000,00
Kantin Gas dan Petrokimia
Tabel 15: Biaya Pemasangan Pipa GEDUNG
Arsitektur Engineering Center
2
Sama seperti harga yang tertera pada harga di atas juga didapatkan dari referensi luar dan telah dilakukan penyesuaian harga dengan kurs rupiah . Panjang talang yang dibutuhkan untuk atap kantin adalah panjang keliling atap kantin yaitu sebesar 240 m. Talang yang digunakan merupakan talang yang terbuat dari bahan vynil karena cukup kuat, murah dan mudah untuk dipasang. Total harga pemasangan talang untuk kantin adalah Rp.2.400.000,00. Untuk harga pemasangan
Cistern
900.000,00
PAF
Harus dipasang oleh tenaga ahli.
Biaya Pasang (Rp)
Harga Total (Rp)
Dekanat 1
Sumber : Rainwater Harvesting, Texas Cooperative
Panjang (m)
GEDUNG
232.760.000,00
5.7. Penghematan Biaya Penghematan yang terjadi adalah jumlah air yang berasal dari cistern yang dapat menggantikan peran air tanah dan atau air PAM dalam memenuhi kebutuhan air di FTUI.
D-46
Menentukan Efisiensi ”Cistern” Berdasarkan Penggunaan Air dan Segi Biaya Di Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Besar volume air tersebut merupakan jumlah total permintaan kebutuhan air yang ada yaitu sebesar 427,25 m3 /bulan. Harga per m3 air tanah adalah Rp 550,00 dan harga air PAM sebesar Rp 3.000,00 jadi penghematan yang terjadi dihitung dengan menggunakan air sebagai pengganti air PAM karena harganya yang lebih tinggi = 427,25 m3/bulan × Rp 3.000,00/m3 = Rp 1.281.750,00/bulan = Rp 15.381.000,00/tahun. Jadi biaya penggunaan air yang dapat dihemat selama setahun adalah sebesar Rp 15.381.000.00. Penghematan biaya ini akan diperhitungkan dalam cash flow sebagai biaya tahunan. 5.8. Lama Investasi Kembali Perlu diperhitungkan apakah nilai investasi sesuai dengan manfaat yang akan didapatkan kemudian. Untuk mengetahui lamanya investasi kembali diperlukan nilai bunga bank. Nilai bunga bank saat ini adalah 9% (Bunga Kredit BNI tanggal 13 Januari 2008). Bunga bank ini berfungsi sebagai pengganti nilai inflasi yang menyebabkan perubahan nilai uang seiring waktu. Investasi yang dilakukan akan semakin cepat kembali jika besarnya bunga semakin kecil. Untuk perhitungan ini maka perlu dibuat suatu arus kas dengan biaya awal sebagai present worth (PW), penghematan merupakan annual worth (AW), dan bertujuan mencari lamanya biaya kembali (n)
n= 36 tahun 11 bulan. Nilai awal yang dikeluarkan untuk membuat cistern tersebut setara dengan penghematan selama 36 tahun 11 bulan. Keuntungan dari pembuatan cistern akan terjadi setelah lebih dari waktu 36 tahun 11 bulan. 6. KESIMPULAN §
§
§
§
§
§ §
PW = Rp 164.162.000,00 AW = Rp 15.381.000,00 AW = PW(A/P,9%,n) 15.381.000 = 164.162.000 (P/A,9%,n) (P/A,9%,n) = 0,0936
n − 35 0, 0936 − 0, 0930 = 40 − 35 0, 0946 − 0, 0930 n − 35 0, 0006 = 5 0, 0016 n − 35 = 1,875 n = 36,875 tahun
ISBN No. 978-979-18342-0-9
§
§
§
D-47
Penentuan volume cistern dapat dilakukan dengan metode keseimbangan supply-demand dimana supply merupakan air hujan yang tertampung dan demand merupakan besar kebutuhan air yang diperlukan. Untuk menentukan volume air hujan yang tertampung, menggunakan suatu data hujan perwakilan berupa perhitungan hujan andalan untuk menghitung volume hujan dengan peluang terjadinya besar. Data curah hujan yang digunakan merupakan data curah hujan dengan variasi data yang lebih besar dan merupakan stasiun hujan dengan jarak yang terdekat dari lokasi yang ditinjau dalam hal ini FTUI. Untuk perhitungan volume air hujan yang tertampung di FTUI adalah air hujan yang terkumpul hanya dari atap gedung-gedung di FTUI. Perhitungan debit air hujan diperlukan untuk menghitung lamanya pengisian tangki cistern dengan menggunakan persamaan pada metode rasional. Pada metode rasional, nilai intensitas hujan dapat dicari dengan memanfaatkan kurva IDF. Efisiensi cistern dapat dibuat sebesarbesarnya tergantung dengan jumlah curah hujan dan volume cistern. Semakin besar volume cistern maka semakin besar nilai efisiensi yang diperoleh. Untuk FTUI, hujan yang terjadi melebihi total kebutuhan air di FTUI sehingga terjadi overflow yang berarti nilai efisiensi cistern di FTUI memiliki potensi untuk melebihi angka 100%. Biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan cistern di FTUI dengan efisiensi 100% merupakan sebuah investasi dan akan kembali selama 36 tahun 11 bulan. Agar lamanya investasi untuk kembali semakin singkat maka bahan yang
El Khobar M. Nazech, Toha Saleh & Adi Pauna
digunakan dapat diganti dengan yang lebih murah.
7. DAFTAR PUSTAKA
Persyn, Russel A., Porter, Dana O., Silvy, Valeen A. (2004), Rainwater Harvesting: Agricultural Communications, The Texas A&M University System
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok (2000), Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2000-2010.
Sprouse, Terry, McCoy, Amy, Murrieta, Joaquin, Rainwater Harvesting, Water Research Center, The University of Arizona
Keputusan Menteri Negara Umum Nomor 11/KPTS/2000
Pekerjaan
Texas Manual edition, 2005
Lancaster, Brad, (2006) Harvesting For Dryland
Rainwater
Waniellista, Martin, Fazini, Joseph B. (1997), Hydrology Water Quality and Quality Control, John Wiley anf Sons Inc
Linsey, Ray K., Huber, Wayne C.,Water Resources Engineering, Mc Grawhill International Edition, Civil Engineering Series
ISBN No. 978-979-18342-0-9
Rainwater
Harvesting
3rd
http:www.ci.tuscon.az.us/water/harvesting http:www.harvestingrainwater.com http:www.harvestingrainwater.com
D-48