MENEMBUS BATAS: STUDI FENOMENOLOGIS PADA LELAKI DEWASA YANG PERNAH MENGALAMI MATI SURI Yosi Molina s2 profesi psikologi klinis anak, Universitas Indonesia Email:
[email protected]
Abstract: Penetrating limit phenomenological study in adult men ever experiencing mati suri . Study aims to look at the whole picture of near-death experiences and meaning given by individuals concerned to the experience as well as overview of changes in an individual's life after a near-death experience. This research was conducted with a qualitative phenomenological approach. Retrieving data through non-directive interview method and interview data analysis process will be done through method of phenomenological interpretation belongs to Kruge. Result is a structure of near-death experience and its meaning depicted in the four main themes, namely: Events in the world; supernatural events experienced; meaning given individual against torpor that happened; NDEs tested scientifically difficult.
Keywords : torpor, a phenomenological study, adult male
Abstrak: Menembus batas studi fenomenologis pada lelaki dewasa yang pernah mengalami mati suri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran utuh pengalaman mati suri dan makna yang diberikan oleh individu bersangkutan terhadap pengalamannya tersebut serta gambaran perubahan yang terjadi pada kehidupan individu setelah mengalami mati suri. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif fenomenologis. Pengambilan data melalui wawancara metode non-directive dan proses analisis data wawancara akan dilakukan melalui metode interpretasi fenomenologis milik Kruger. Hasilnya adalah struktur pengalaman mati suri dan maknanya bagi individu yang tergambar dalam empat tema utama, yaitu: peristiwa di dunia; peristiwa ghaib yang dialami individu; makna yang diberikan individu terhadap mati suri yang dialaminya; pengalaman mati suri individu sulit diuji secara ilmiah.
Kata kunci: mati suri, studi fenomenologis, lelaki dewasa
92
Molina, Menembus Batas: Studi Fenomenologis...| 93
PENDAHULUAN Kematian merupakan fenomen yang dekat dengan keseharian kita, yang dipahami
kehidupan berasal dari ruh, jiwa tetap masih hidup.
sebagai akhir dari kehidupan seseorang di
Individu yang pernah memperlihatkan
dunia. Diantara peristiwa kematian terdapat
karakteristik kematian (nafas berhenti, jantung
beberapa kasus kematian yang ternyata bukan
berhenti,
merupakan akhir dari kehidupan seseorang,
sebagainya) tetapi kembali bertahan hidup
dimana orang tersebut kembali hidup dan
disebut juga dengan mati suri atau near death
menjalankan aktivitas kehidupan seperti sedia
experience (Melton, 2001). Ketika kembali
kala.
saya,
pada kesadaran, sebagian besar orang yang
terinspirasi dari film ’Doa yang Mengancam’
mengalami mati suri melaporkan pengalaman
karya sutradara Hanung Bramantyo yang
bertemu
menggambarkan kisah hidup seseorang yang
meninggal dan arwah manusia. Berbagai
pernah mengalami kematian. Pada film itu
penelitian tentang mati suri menunjukkan
diceritakan bahwa orang tersebut memiliki
bahwa orang yang mati suri rata-rata memiliki
kemampuan mengetahui hal ghaib yang tidak
pengalaman yang hampir sama. Mereka
diketahui orang normal. Meskipun film ini
merasa berada diluar tubuh (out of body) dan
tidak berdasarkan kisah nyata, tetapi membuat
dapat menyaksikan tubuh dan lingkungan
saya tertarik untuk memahami lebih jauh
fisik disekitar tubuhnya. Kemudian mereka
pengalaman orang yang pernah mengalami
melakukan perjalanan melalui terowongan
kematian.
panjang dan menakutkan (Crislip, 2008;
Hal
ini
menarik
perhatian
Gusmian (2006) menyimpulkan bahwa ruhlah yang menjadikan tubuh dan jiwa kita
aktivitas
dengan
otak
individu
berhenti
yang
dan
telah
Blackmore dalam Henry, 2005; Edge dkk, 1986; Melton, 2001; Radford, 2007).
hidup dan bermakna secara eksistensial. Dan
Mati suri dapat dipicu oleh berbagai
demikian, kematian fisikal bukanlah kematian
hal. Diantara pemicu mati suri berdasarkan
yang sesungguhnya. Sebab, ruh masih meng-
kisah mati suri yang dikumpulkan dan
hidupi jiwa. Kematian secara fisik hanya
dianalisis oleh para peneliti yaitu: penyakit
sebuah tanda bahwa sel-sel dalam tubuh tidak
jantung
berfungsi lagi, lalu membusuk dan menyatu
(operasi), narkoba, koma, ekstrim stres,
pada asal kejadiannya: tanah. Dan, karena
ekstrim meditasi, dan sebagainya (Crislip,
(cardiac),
prosedur
pembedahan
2008; Grof, 2007). Secara umum, fenomena
94 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 1, Mei 2015, hlm. 92-103
mati suri merupakan kejadian yang spontan
psikologi. Hal ini terkait dengan perkembang-
yang biasanya disebabkan oleh hal-hal yang
an psikologi eksperimen pada abad 19 yang
tidak diinginkan.
berpendapat bahwa gejala kejiwaan tidak
Terdapat beberapa pendekatan dalam
cukup diteliti dari segi falsafah saja, tetapi
menjelaskan mati suri, yaitu pendekatan
perlu diteliti secara empiris dengan menggu-
agama/kepercayaan dan ilmu pengetahuan.
nakan
Dari sudut pandang agama khususnya Islam,
obyektif. Bertepatan dengan pandangan baru
pengalaman mati suri ini dijelaskan didalam
tentang hakikat jiwa dan gejala kejiwaan ini
kitab suci yaitu Al-Qur’an. Sementara dari
lahirlah parapsikologi. Diantara penelitian
sudut pandang ilmu pengetahuan, sudah
yang dilakukan dalam bidang parapsikologi
banyak ilmuan dari berbagai disiplin ilmu
ini adalah penelitian tentang roh manusia yang
mencoba meneliti orang yang mengalami mati
oleh manusia dipandang kekal (Kartoatmodjo,
suri beserta pengalaman mistis (occultism)
1987).
metode
ilmu
pengetahuan
yang
yang menyertainya. Diantara ilmuan yang
Agar mendapatkan gambaran utuh dari
meneliti fenomena mati suri berasal dari
pengalaman mati suri dan pengalaman mistis
bidang filsafat, sosiologi, psikiatri, kedokter-
yang menyertainya perlu dilakukan pendekat-
an, keperawatan dan psikologi. Penelitian
an
mati
ini
Pendekatan fenomenologis adalah bentuk
menunjukkan penjelasan yang menyimpang
metode penelitian kualitatif yang meminta
dari masing-masing disiplin ilmu tersebut.
partisipan yang mengalami peristiwa secara
Kemudian penelitian pengalaman mati suri ini
langsung untuk menjabarkan pengalamannya
ditangani secara fokus oleh International
secara komprehensif, tanpa dibatasi oleh
Association for Near-Death Studies yang
kerangka
didirikan tahun 1981 dan diketuai oleh
informasi biasa dilakukan dengan metode
Kenneth Ring. Pemahaman terhadap fenome-
wawancara
na mati suri ini menjadi penting karena
Encyclopedia of Philosophy. 2003). Dengan
setengah dari orang yang menjalani perawatan
melakukan pendekatan ini, kita mengambil
medis
point of view dari orang yang mengalami mati
suri
diberbagai
berpotensi
disiplin
mengalami
ilmu
mati
suri
(Melton, 2001).
fenomenologis
teori
dalam
tertentu
penelitian
dan
non-directive
ini.
penggalian
(Stanford
suri itu sendiri sehingga dapat dianalisis
Pendekatan psikologi yang khusus
secara mendalam bagaimana peristiwa itu
mengkaji pengalaman mati suri adalah para
terjadi (Becker, 1992; Kruger, 1981). Dengan
Molina, Menembus Batas: Studi Fenomenologis...| 95
,kata
lain,
akan
dijabarkan
struktur/
dengan sosok spritual, keluar dari
rekonstruksi yang komprehensif dari peristi-
tubuh
wa, menarik tema-tema utama daripadanya,
Penelitian terkait pengalaman ghaib ini
dan makna peristiwa tersebut bagi orang yang
menunjukkan adanya pola yang sama
mengalami mati suri itu sendiri. Hal tersebut
pada lintas budaya.
mendorong
peneliti
untuk
melakukan
2.
(out
of
body
experience).
Drugs administered by doctors or
penelitian bagaimana gambaran utuh pengala-
patients. Pengalaman mati suri sering
man mati suri dan makna yang diberikan oleh
terjadi
individu bersangkutan terhadap pengalaman-
mendapatkan pengaruh obat.
nya
tersebut
perubahan
dan
bagaimana
gambaran
3.
yang terjadi pada kehidupan
pada
orang
yang
sedang
Chemicals released by brain under stress. Saat mengalami trauma atau
individu setelah mengalami mati suri.
stres, otak mengeluarkan cairan kimia untuk membantu mengurangi nyeri
METODE
atau untuk membantu mengatasi stres.
Penelitian ini ingin mengungkapkan
Diantara cairan kimia tersebut adalah
pengalaman mati suri yang dialami seorang
endorfin. Glutamate dan cairan kimia
individu dan perubahan yang terjadi pada kehidupannya
setelah
peristiwa
yang sama dengan obat ketamin.
tersebut.
Menurut Fenwick (Blackmore dalam
Maka penelitian ini menggunakan pendekatan
Henry, 2005) teori ini telah dikritik
kualitatif dengan metode pengumpulan data
karena pada dasarnya mati suri terjadi
dan analisis secara fenomenologi. Becker
tanpa pengaruh stres atau kerusakan
(1992) mendefinisikan pendekatan fenologi sebagai upaya menggambarkan suatu fenomen
otak, dan pengaruh cairan kimia otak. 4.
dari suatu peristiwa atau hal dari sudut
karena terkait dengan kerusakan dan
pandang orang yang mengalaminya secara
tidak
langsung. Blackmore dalam Henry (2005)
otak
jika
saat mati suri pernapasan dan sirkulasi
suri, yaitu:
darah berhenti, yang berakibat suplai darah keotak berhenti.
Expectation. Teori ini terkait dengan pengalaman
berfungsinya
kekurangan oksigen. Sementara pada
menyebutkan enam teori umum terkait mati
1.
Anoxia. Teori ini masih diperdebatkan
ghaib
yang
dialami
selama mati suri. Seperti: bertemu
5.
Temporal lobe activation. Teori ini terkait aktivitas lobus temporal otak
96 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 1, Mei 2015, hlm. 92-103
6.
dalam menjelaskan pengalaman ghaib
ide yang sudah ada sebelumnya (Finlay,
sebagai
memory
2005). Sehingga posisi teori atau penelitian
flashbacks, body distortions dan out of
sebelumnya tidak sebagai landasan dalam
body experiences.
penelitian.
halusisnasi,
Life after death. Pandangan keyakinan
Pengumpulan data dalam penelitian
atau agama tentang adanya kehidupan
fenomenologis ini adalah metode wawancara
setelah mati marupakan cara paling
non-directive
populer dalam menginterpretasi mati
mungkin mempengaruhi dan mengarahkan
suri. Hal ini terkait juga dengan
partisipan dalam menjawab (Kruger, 1981).
perubahan yang dialami orang dalam
Metode
kehidupannya setelah mengalami mati
dengan pendekatan fenomenologis karena
suri. Morse (Blackmore dalam Henry,
wawancara
2005) mengatakan orang-orang yang
pengalaman partisipan secara lebih utuh bila
pernah mengalami mati suri tampak
dibandingkan
dengan
wawancara
tidak materialistik, tidak mementing-
menggunakan
metode
yang
kan diri sendiri dan lebih mendalami
partisipan
nilai-nilai agama.
mengekspresikan pengalamannya
Pendekatan
ini
akan
berusaha
memahami pengalaman seseorang secara
yang
ini
berusaha
dianjurkan
ini
juga
untuk
mampu
lebih
seminimal
penelitian
menangkap
kaku,
bebas
yang dan dalam
(Markson
& Gognalons-Cailard dalam Kruger, 1981; Flick, 1998).
menyeluruh, memaparkan struktur pengala-
Wawancara dengan partisipan diharap-
mannya, berusaha menangkap tema-tema
kan menghasilkan dua hal yaitu, struktur dan
utama daripadanya, dan pemaknaan orang
makna pengalaman tersebut bagi partisipan.
tersebut terhadap pengalamannya.
Wawancara untuk menggambarkan struktur
Pada
penelitian
fenomenologis
pengalaman dapat dilakukan dengan berusaha
peneliti melakukan melihat dunia melalui cara
meminta partisipan untuk menggambarkan
yang berbeda, apa adanya, dan menyimak
apa yang ia lakukan/alami secara terperinci
lebih aktif pada sudut pandang partisipan.
pada peristiwa tersebut, bukan pendapatnya
Dengan demikian tujuan dari penelitian
tentang pengalamannya itu (Seidman, 1998).
fenomenologis adalah untuk menggambarkan
Informasi mengenai struktur pengalaman
kehidupan sehari-hari sebagaimana dialami
didapat dari rekonstruksi perbuatan, pikiran,
secara langsung tanpa dipengaruhi oleh ide-
perasaan, ingatan, dan makna peristiwa itu
Molina, Menembus Batas: Studi Fenomenologis...| 97
bagi partisipan (Becker, 1992). Sedangkan
seakurat
wawancara
untuk
pemaknaan
pernyataan partisipan, hal ini disebut
partisipan
dilakukan
meminta
satu unit NMU. Tema ini dapat
menggali dengan
partisipan untuk merefleksikan pengalaman-
muncul
nya
implisit.
yang
terdahulu
(Seidman,
1998).
Partisipan diminta berbagi pandangannya saat ini
tetang
peristiwa
yang
3.
mungkin
secara
dari
setiap
eksplisit
maupun
Constituent Profile Description. Saya
dialaminya
mengelompokkan tema NMU yang
terdahulu, apa makna perstiwa itu bagi
sejenis dan membuang tema NMU
kehidupannya sekarang. Wawancara fenome-
yang tidak relevan dengan penelitian.
nologis akan selesai dilakukan bila apa yang
Pengelompokan
dikatakan partisipan sudah terasa familiar,
Order Profile (FOP);
detail dan makna sudah mengulang-ngulang,
4.
ini
disebut
First
Second Order Profile. Mengulang
dan tidak ada informasi baru yang diberikan
tahap satu sampai tiga namun pada
olehnya (Becker, 1992).
FOP-FOP
Proses analisis data wawancara yang
yang
telah
terbentuk.
Karena partisipan dalam penelitian ini
dilakukan mengacu pada langkah-langkah
hanya
interpretasi yang disusun Kruger (1981).
pengelompokkan tema berhenti pada
Adapun langkah-langkah yang saya lakukan
tahap ini.
sebagai berikut:
Secara umum karakteristik partisipan
1.
orang,
maka
proses
An intuitive holistic grasp of the data.
penelitian fenomenologis, menurut Kruger
Saya membaca berulang kali transkrip
(1981), adalah sebagai berikut: (1) partisipan
wawancara sampai mendapat pemaha-
memiliki bahasa yang sama dengan peneliti,
man
dari
atau setidaknya peneliti mengerti bahasa sang
untuk
partisipan, sehingga kata-kata dan istilah yang
memahami fenomen apa adanya. Pada
diucapkan partisipan dapat dimengerti oleh
tahap ini saya sangat terbantu dengan
peneliti; (2) partisipan tidak berkeberatan
kesediaan partisipan untuk ditanyai
untuk membahas topik itu secara terbuka dan;
melalui email dan sms;
(3) partisipan sebaiknya tidak memiliki
Spontaneous emergence of Natural
pemahaman
Meaning
sehingga ketika ia menjabarkan pengalaman-
utuh
fenomen.
2.
satu
tentang Saya
Units
struktur
berusaha
(NMU).
Saya
menentukan tema utama sepadat dan
tentang
teori-teori
psikologi
98 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 1, Mei 2015, hlm. 92-103
nya ia tidak terpengaruh atau berusaha
(menelpon) keluarga atau kantor tempat KR
menganalisanya dengan teori.
bekerja.
Secara spesifik, karakteristik partisi-
Pada saat pendarahan, KR mengalami
pan penelitian ini adalah orang yang pernah
proses
mengalami mati suri. Berdasarkan karakte-
menyakitkan. Proses keluar dari tubuh itu
ristik di atas saya mendapatkan partisipan
melalui ubun-ubun yang digambarkan KR
penelitian ini yaitu KR yang merupakan rekan
seperti proses cabut gigi. Setelah keluar dari
kerja paman saya. KR adalah seorang pria
tubuhnya, KR melihat tubuhnya sendiri dan
dalam tahap perkembangan dewasa madya
tim dokter yang mengoperasinya dari atas
(usia 55 tahun) yang pernah mengalami mati
langit-langit ruangan operasi. Setelah itu KR
suri pada saat dia berusia 25 tahun. KR
melewati lorong yang putih seperti awan
berlatar belakang agama Islam, dilahirkan dan
tetapi menakutkan, karena berbahaya dan
dibesarkan
menyakitkan. Lorong tersebut panjang dan
berlangsung pensiunnya
di
Jakarta.
KR dari
baru PT.
Saat
wawancara
memasuki Garuda
keluar
dari
tubuh
yang
sangat
masa
KR berusaha lama sekali untuk keluar dari
Indonesia.
lorong tersebut. Saat berada dalam lorong
Pendidikan terakhir KR adalah strata dua
putih
tersebut
KR
melihat
(S2).
kehidupan yang dia lalui.
gambaran
Setelah keluar dari lorong tersebut, KR HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
berada di taman yang hening dan bertemu dengan dua orang berpakaian putih yang
KR mengalami mati suri saat berusia
dimaknai KR sebagai malaikat. Dua malaikat
25 tahun (sekitar tahun 79-80). Pemicu
tersebut bertanya dengan pertanyaan yang
fenomen mati suri yang dialami KR adalah
dimaknai KR sesuai dengan ajaran Islam
pendarahan saat menjalani operasi polip di
tentang
hidung. Saat menjalani operasi tersebut, KR
pertanyaan itu. Kemudian dua orang itu
tidak didampingi oleh keluarga atau kerabat
membawa KR ke atas. Sepanjang perjalanan
lainnya. Sehingga saat KR didiagnosa telah
KR bisa berkomunikasi dengan dua orang
meninggal secara klinis, KR ditempatkan di
tersebut. Perjalan seperti terbang ke atas
kamar mayat. Hal ini dilakukan karena pihak
menuju satu tempat mungkin menuju langit.
rumah sakit tidak berhasil menghubungi
Mungkin itu lapisan langit yang lain dari yang tujuh itu.
kematian,
dan
KR
menjawab
Molina, Menembus Batas: Studi Fenomenologis...| 99
Perjalanan ke atas berakhir di suatu
KR
mengaitkan
dengan
pengetahuannya
tempat yang tampak seperti gunung, di sana
tentang kematian dari ajaran Islam. Seperti
KR melihat orang-orang berpakaian ihram
proses pencabutan nyawa, bertamu dengan
yang rapi menunggu giliran. Di sana KR
malaikat yang menanyakan beberapa hal,
bertemu
sudah
diangkatnya ruh ke langit, berkumpul dengan
meninggal, tetapi tidak sempat berbicara atau
ruh manusia lainnya, berpakaian ihram dan
saling menyapa. Namun, saat itu KR bisa
merasakan kesakitan yang dimaknai sebagai
berkomunikasi dengan orang-orang yang ada
penyiksaan karena dosa. KR juga mengaitkan
disampingnya.
peristiwa mati suri yang dialaminya dengan
dengan
neneknya
yang
Saat giliran namanya dipanggil, KR diminta menunggu karena namanya ternyata
keyakinan yang berkembang di berbagai bangsa di dunia.
tidak ada di daftar. Dua orang yang menemani
KR merasa ada kesamaan antara
KR menanyakan ketidakadaan nama KR
pengalaman mati surinya dengan pengalaman
tersebut pada cahaya yang keluar dari langit.
orang lain yang mengalami mati suri. Dengan
Setelah kembali, KR tidak merasakan proses
mengalami
masuk sebagaimana proses keluar tubuh yang
memberikan pemaknaan pada peristiwa yang
dirasakan sakit. Setelah menyatu dengan
dialaminya
tubuhnya, KR terbangun dalam keadaan
kehidupan setelah mati.
fenomen
itu,
KR
mati
suri
meyakini
dan
adanya
telanjang di kamar mayat. KR disuruh tidur,
KR menyadari adanya perubahan yang
karena masih butuh perawatan dan istirahat
terjadi pada hidupnya setelah mengalami mati
setelah banyak kehilangan darah saat operasi.
suri.
Dari
peristiwa
mati
suri
yang
dialaminya, KR menyadari adanya perbedaan
Berikut tabel gambaran umum dari
perubahan
yang
dirasakan
KR
setelah
mengalami mati suri:
dimensi waktu dari alam dunia dan dan alam ghaib yang dialaminya selama mati suri. Dalam memaknai pengalaman mati surinya,
Tabel 1. Gambaran umum perubahan yang dirasakan KR setelah mengalami mati suri No 1.
First Order Profile (FOP)
Second Order Profile
KR merasakan perbedaan pada kehidupannya
Menyadari perbedaan pada
setelah mengalami mati suri
kehidupan setelah mati suri
100 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 1, Mei 2015, hlm. 92-103
2.
Sering mengalami pengalaman aneh.
3.
Kemampuan mempengaruhi orang lain.
Hal-hal yang dirasakan
Kemampuan mengetahui apa yang akan terjadi
4.
berbeda setelah mati suri
dimasa depan Dimudahkan dalam mencapai keinginan.
5.
Pengalaman aneh yang dirasakan oleh KR diantaranya adalah saat dia shalat di
baru dijalaninya pada tanggal 27 Oktober 2008.
Ka’bah dan saat peristiwa hujan di Mekah. KR merasa memiliki kemampuan dalam
Pembahasan
mempengaruhi orang lain. Hal ini juga
Dilihat
dari
gambaran
struktur
dikuatkan dengan hasil assessment psikologis
pengalaman KR sewaktu mengalami mati
dari kantornya. Setelah mati suri tersebut, KR
suri, terdapat pengalaman ghaib yang juga
merasa memiliki firasat (feeling) yang tajam.
terdapat
Dengan firasat tersebut KR bisa mengetahui
sebelumnya. Tema-tema utama yang didapat
hal yang akan terjadi dimasa depan. KR
dari strutur pengalaman pada penelitian ini
berani
menguatkan penelitian sebelumnya bahwa
mengatakan
keakuratan firasatnya
pada
sekitar 90%. KR menggambarkan pengala-
rata-rata
mannya memiliki kemampuan ini dengan
pengalaman yang sama. Pengalaman KR sama
contoh-contoh terkait dengan pekerjaannya,
tersebut antara lain: (1) proses keluar dari
dan yang bisa diamati oleh orang banyak
tubuh; (2) pengalaman di luar tubuh (out of
adalah peristiwa bom di Bali.
body experience); (3) melihat gambaran
Walaupun KR memiliki kemampuan
orang
penelitian-penelitian
pengalaman
(life
mati
suri
reviews);
mengalami
(4)
bertemu
menerawang masa depan dengan keakuratan
dengan sosok spritual (malaikat); (5) melewati
yang diyakininya 90%, tetapi tidak ada yang
lorong yang menakutkan; (6) melakukan
memanfaatkan
KR
perjalanan ke atas (langit); (7) bertemu
merasa sering dimudahkan dalam mencapai
dengan orang yang telah meninggal (Crislip,
keinginan,
2008; Blackmore dalam Henry, 2005; Edge
baik
kemampuannya
keinginan
itu.
yang
sudah
disampaikannya pada orang lain maupun yang baru
ada
didalam
pikirannya.
Hal
dkk, 1986; Melton, 2001; Radford, 2007).
ini
digambarkan KR dalam peristiwa umrah yang
Pengalaman selama mati suri hanya dapat
dirasakan
oleh
individu
yang
Molina, Menembus Batas: Studi Fenomenologis...| 101
mengalaminya langsung. Hal ini membuat
tersebut yang menambahkan keyakinannya
penelitian
sulit
akan ajaran agama Islam yang dianutnya
dilakukan pada pengalaman mati suri, karena
tentang adanya kehidupan setelah mati.
tidak dapat dibuktikan secara empiris. Oleh
Selanjutnya
karena itu penelitian tentang mati suri banyak
dialaminya menambah keyakinan KR pada
dilakukan oleh ilmuan dibidang parapsikologi
peristiwa isra’ mi’raj nabi Muhamad SAW.
dan filsafat. Hasil penelitian tersebut menjadi
Peristiwa tersebut dipahami sebagai bukti
bukti tentang adanya kehidupan setelah mati
adanya perbedaan dimensi waktu antara alam
(Dilley, 2005). Berbagai penelitian meng-
dunia dan alam ghaib.
psikologi
gambarkan
bahwa
sebagai
rata-rata
ilmu
orang
yang
Selain
pengalaman
perubahan
ghaib
cara
yang
pandang
mengalami mati suri memiliki cerita yang
terhadap kehidupan, peristiwa mati suri yang
sama yaitu, merasakan proses keluar dari
dialaminya dirasa KR membawa perbedaan
tubuh
pada hidupnya dalam beberapa hal, yaitu: (1)
(borders),
pengalaman
(life
melihat reviews),
gambaran yang
sering mengalami kejadian yang aneh; (2)
menyala-nyala, keluar dari tubuh (out of body
kemampuan mempengaruhi orang lain; (3)
experience),
yang
kemampuan mengetahui apa yang akan terjadi
menakutkan, bertemu dengan orang yang
di masa depan; dan (4) dimudahkan dalam
telah meninggal, bertemu dengan sosok
mencapai keinginan. Empat hal ini menarik
spritual (malaikat, tuhan, tokoh agama), dan
perhatian saya, khususnya terkait kemampuan
pengalaman spritual lainnya (Crislip, 2008;
mengetahui apa yang terjadi di masa depan.
Blackmore dalam Henry, 2005; Edge dkk,
Dengan mengetahui hal ini saya teringat pada
1986; Melton, 2001; Radford, 2007).
cerita film “Do’a yang Mengancam” sebagai
melalui
Blackmore
sinar
terowongan
(dalam
Henry,
2005)
sumber inspirasi saya dalam meneliti fenomen
mengatakan bahwa pengalaman seseorang
ini. Dari literatur terkait mati suri yang saya
yang mengalami mati suri dapat mengubah
baca, belum ada yang membahas hal ini.
cara pandangnya, sehingga menjalani hidup dengan lebih baik. KR juga merasakan
SIMPULAN DAN SARAN
perubahan dalam hidupnya ke arah yang lebih
Simpulan
baik dari segi ibadah dan kesungguhan dalam
Penelitian fenomenologis pengalaman
membantu orang tua. Hal ini terkait juga
mati suri KR memberikan gambaran utuh
pemaknaan KR pada pengalaman mati suri
struktur pengalaman mati suri serta makna
102 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 1, Mei 2015, hlm. 92-103
yang diberikan KR terhadap pengalamannya
1.
Pendekatan
kualitatif,
itu. Selain itu didapatkan juga gambaran
fenomenologis
perubahan yang terjadi pada hidup KR setelah
meneliti fenomen mati suri yang sulit
mengalami mati suri. Adapun pada struktur
untuk diuji secara empiris dan objektif.
pengalaman mati suri dan maknanya bagi KR
2.
sangat
khususnya tepat
untuk
Pendekatan dan kerja sama dengan
tergambar dalam empat tema utama, yaitu: (1)
partisipan
peristiwa di dunia; (2) peristiwa ghaib yang
penelitian agar mendapatkan gambaran
dialami KR; (3) makna yang diberikan KR
pengalaman mati suri yang utuh.
terhadap mati suri yang dialaminya; (3)
3.
Proses
sangat
membantu
pengumpulan
data,
proses
baik
pengalaman mati suri KR sulit diuji secara
wawancara maupun melalui media lain
ilmiah (empiris dan objektif).
seperti email dan sms perlu dilakukan
Sementara perubahan yang terjadi
sebaik mungkin agar partisipan terbuka
pada hidup KR setelah mengalami mati suri
dan bebas menggali pengalaman mati
tergambar dalam dua tema utama, yaitu: (1)
surinya.
menyadari perbedaan pada kehidupan setelah
4.
Peneliti yang menggunakan pendekatan
mati suri; (2) hal-hal yang dirasakan berbeda
fenomenologis perlu banyak membaca
setelah mati suri. Tema-tema ini merupakan
literatur
hasil proses analisis terhadap hasil wawancara
sebelum mengumpulkan data. Agar
melalui empat tahapan yang sesuai dengan
peneliti mendapatkan cara terbaik untuk
yang diungkapkan Kruger (1981).
mendapatkan nyata,
mengenai
fenomenologi
gambaran
sehingga
pengalaman
diperoleh
hasil
penelitian yang lebih mendalam dan
Saran Beberapa saran yang dapat saya
komprehensif.
berikan untuk penelitian selanjutnya adalah:
DAFTAR RUJUKAN Becker, C. S. (1992) Living and Relating (An Introduction to Phenomenology). California: Sage Publications, Inc.
Journal. Vol. 14 No. 2. Hal 14-15. diunduh dari ProQuest Psychology Journals.
Crislip, M. (2008). Near Death Experiences and The Medical Literature. Skeptic
Dilley, F. B. (2005). Immortal Remains: The Evidence Of Life After Death. The
Molina, Menembus Batas: Studi Fenomenologis...| 103
Journal of Parapsychology; Spring 2005; 69, Hal 201-204; diunduh dari ProQuest Psychology Journals.
Kartoatmodjo, S. (1987). Parapsikologi. Jakarta: CV. Haji Masagung.
Edge, H. L., Morris, R. L., Palmer, J., & Rush, J. H. (1986). Foundation of Parapsychology. London: Routledge & Kegan Paul Ltd.
Kruger, D. (1981). An Introduction to Phenomenological Psychology. Pittsburgh: Duquesne University Press.
Finlay,
Melton, J. G. (2001). Encyclopedia of Occultism and Parapsychology 5th edition. USA: Gale Group, Inc.
L. (2005). Introduction to phenomenology. www.lindafinlay.co.uk diunduh tanggal 20 Desember 2008.
Grof, S. (2007). Triggers of Near-Death Experiences. www.near-death.com diunduh tanggal 10 Desember 2008 pukul 17.00 WIB. Gusmian, Islah. (2006). Doa Menghadapi Kematian: Cara Indah Meraih Husnul Khatimah. Jakarta: Penerbit Mizania. Henry, J. (2005). Parapsychology: Research on Exceptional Experiences. New York: Routledge Taylor & Francis Group.
Radford, B. (2007). Measuring Near-Death Experience. The Skeptical Inquirer; May/Jun 2007; Hal 31, 3; diunduh dari ProQuest Psychology Journals. Seidman, Robert B. (1998). Low and the development, A general Model low and Society Review. Stanford Encyclopedia of Philosophy. (2003). http://plato.stanford.edu/entries/pheno menology, diunduh tanggal 18 Desember 2008 pukul 15.00 WIB.