ii
Memaafkan pada Perempuan Dewasa Muda yang pernah Mengalami Kekerasan oleh Orangtua pada Masa Anak-anak Yemima Yoela Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana ABSTRAK Berbagai kasus kekerasan terhadap anak terus terjadi, berdasarkan data yang dimiliki oleh Badan Keluarga Berencana (KB) dan Perlindungan Perempuan (PP) Kota Denpasar, terdapat 148 kasus kekerasan pada tahun 2013, 143 kasus pada tahun 2014 dan 116 kasus di tahun 2015 (sampai bulan Oktober 2015). Sebanyak 80 persen kekerasan yang menimpa anak-anak dilakukan oleh keluarga, termasuk orangtua. Kekerasan yang dialami akan menimbulkan berbagai macam dampak yang terbawa hingga anak tersebut dewasa, seperti harga diri rendah, mengalami depresi pada masa dewasa, masalah dalam membina hubungan dengan orang lain, agresivitas, dan lain-lain. Kekerasan yang terjadi juga dapat merusak hubungan antara orangtua dengan anak. Salah satu cara agar individu dapat mengalami pemulihan dari dampak-dampak tersebut dan mengembalikan hubungan dengan pelaku adalah dengan memaafkan, yaitu kesediaan individu untuk melepaskan haknya untuk membalas, memberikan penilaian negatif dan menunjukkan perilaku yang berbeda terhadap pihak yang melakukan kesalahan, merespons dengan belas kasihan, kemurahan hati serta kasih terhadap orang tersebut. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana proses memaafkan perempuan dewasa muda yang pernah mengalami kekerasan oleh orangtua pada masa anak-anak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak tiga orang perempuan dewasa muda yang sudah memaafkan orangtuanya, beserta satu significant others dari masing-masing responden. Hasil penemuan dalam penelitian ini dibagi dalam dua kategori, yaitu Kategori I: Kekerasan yang Dialami (bentuk kekerasan: emosional/psikis, penelantaran dan fisik, dan dampak kekerasan: diri sendiri, keluarga dan lingkungan sosial) dan Kategori II: Proses Memaafkan (fase menyadari kemarahan, fase memutuskan untuk memaafkan, fase berusaha untuk memaafkan dan fase mendalami). Kekerasan yang dialami ketiga responden, yaitu psikis, penelantaran dan fisik menyebabkan berbagai macam dampak dalam kehidupan masing-masing responden, kemudian ketiganya memutuskan untuk memaafkan orangtua yang melakukan kekerasan setelah menyadari bahwa Tuhan sudah mengampuni dan menginginkan ketiga responden untuk memaafkan. Proses memaafkan tersebut juga dibantu oleh komunitas yang mendorong ketiga responden untuk memaafkan. Kata Kunci: memaafkan, kekerasan pada anak, perempuan dewasa muda.
iii
Forgiveness in Young Adult Women with Child-Abuse Experience by Parents Yemima Yoela Department of Psychology, Medical Faculty, Udayana University ABSTRACT Child-abuse cases keeps on happening these days, based on the data of Badan Keluarga Berencana (KB) and Perlindungan Perempuan (PP) Denpasar, in 2013 there are 148 total cases of child-abuse, 143 cases in 2014, and 116 cases in 2015 (until October 2015). As many as 80 percent of the abuse were done by the family, including parents. The experience of being abused will have several consequences that will be brought up until the child reaches adulthood, such as low self-esteem, depression, problems in relationships, aggression, etc. The abuse also risks the parent-children relationship. Forgiveness is the way where the individual may experience self-healing from the consequences of the abuse and to restored parent-children relationship. Forgiveness is a willingness to abandon one’s right to resentment, negative judgement, and indifferent behavior toward one who unjustly injured the person, while fostering the undeserved qualities of compassion, generosity, and even love toward one who unjustly injured the person. Based on this, the researcher wanted to know about how is the process of forgiveness in young adult women who experienced child-abuse by parents. This research uses qualitative method with phenomenological approach. There are three participants and one significant others for each participant. There are two categories as the result of this research, the first category is the Experience of Abuse (form of abuse: emotional/psychological, neglect, and physical and the effects of being abused: oneself, family and social environment) and the second is the Forgiveness Process (uncovering the anger phase, deciding to forgive phase, working on forgiveness phase and deepening phase). The abuse that happened to the respondents caused several effects, and the respondents decided to forgive after realizing that God has forgiven respondents and wanted respondents to forgive. Respondents’ community also helped respondents’ process of forgiveness. Keywords: forgiveness, child-abuse, young adult women.
iv
KATA PENGANTAR Shalom, Bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia dan anugerah yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Memaafkan pada Perempuan Dewasa Muda yang pernah Mengalami Kekerasan oleh Orangtua pada Masa Anak-anak”. Skripsi ini merupakan tugas utama yang wajib diselesaikan oleh setiap mahasiswa Program Studi Psikologi guna memenuhi sebagian syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak, antara lain kepada: 1.
Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat penulis yang oleh anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dan dapat belajar begitu banyak hal dan dibentuk selama proses pengerjaannya. Segala pujian, syukur dan hormat hanya bagi kemuliaan nama-Nya.
2.
Prof. Dr. dr. I Putu Astawa, SpOT (K). M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
3.
Dra. Adijanti Marheni, M.Si., Psikolog selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
4.
David Hizkia Tobing, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan dan semangat bagi penulis selama pengerjaan skripsi ini, membimbing dengan penuh kesabaran, meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya baik disaat membuat janji maupun tidak.
5.
Yohanes Kartika Herdiyanto, S.Psi., M.A. selaku ketua penguji yang mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, memberikan masukan guna membuat skripsi ini menjadi lebih baik dan membimbing penulis saat mengalami kebingungan.
6.
IGA. Putu Wulan Budisetyani, S.Psi. M.Psi selaku sekretaris penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk menjadikan hasil skripsi ini lebih baik.
v
7.
Luh Made Karisma Sukmayanti, S.Psi., M.A selaku anggota penguji yang memberikan saran bagi skripsi ini dan berbagi pengalaman kepada penulis.
8.
Dewi Puri Astiti, S. Fil., M. Psi., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran, bimbingan dan dukungan selama menjalani perkuliahan di Program Studi Psikologi.
9.
Seluruh dosen Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan pengajaran terbaik dan membagikan ilmu serta pengalaman selama menempuh perkuliahan.
10. Seluruh staf pegawai Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu peneliti dalam segala urusan birokrasi dan administrasi. 11. Ketiga responden dalam penelitian ini, VN, AT dan CH, beserta significant others dari masing-masing responden yang telah bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk menjadi informan dalam penelitian ini, dan mendukung serta bersikap kooperatif selama proses wawancara berlangsung. 12. Orangtua terkasih, Inardi Sukadis dan Frilia Y.P. Chaerul yang selalu memberikan kepercayaan dan dukungan, serta memberikan kebebasan kepada penulis untuk memilih bidang yang penulis minati dan ingini, memberikan dukungan moral dan material dalam penyelesaian skripsi ini, juga kepada adik penulis, Kaleb Kemal Sukadis, yang menjadi penghibur di saat penulis merasa lelah. 13. Yonatan Kristiono Gunadi yang dengan setia mendukung dalam doa, memberikan telinga untuk mendengarkan keluh kesah penulis dan membantu mencarikan solusi, serta selalu mengingatkan penulis untuk tetap percaya pada rencana Tuhan dan menikmati kebaikan Tuhan selama pengerjaan skripsi ini. 14. Kakak-kakak, adik-adik serta teman-teman KTB, Febria Valentine Aritonang, Rositania Manyang Budihardja, Ruthie Aviana, Ayu Hapsari, Rebecca Mutia Silaen, Jessica Intaniaputri, Adela Nathania, Irene Tantri, Hilda Citrajaya, Nadia Elsa, dan Mita Margaretha yang terus mendukung penulis dalam doa selama pengerjaan skripsi ini.
vi
15. Tempat penulis berkeluh kesah dan mencari jawaban atas kebingungan dalam pengerjaan skripsi ini, Agra Putri Puji Palupi dan Ni Kadek Wulandari untuk kesetiaannya mendukung, mendorong dan mengingatkan, serta menghibur penulis. 16. Teman-teman berbagi ide yang saling membantu dan mendukung, serta menemani, Coresy Aquindo, Ayumas Pradnyaswari, Rizka Auliani, Ayu Trisa Mustika Dewi, Ari Dhanendra, Wirmayani, Prima Dewi Jayanti, dan Novia Arya Putri. 17. Teman-teman satu bimbingan Pak David, Agra Putri Puji Palupi, Aussie Safitri, Bagus Darma Yudha, dan Ristha Cempaka yang sering berbagi ide dan saling membantu ditengah kebingungan pengerjaan skripsi ini. 18. Rekan-rekan doa penulis, Elsa Laura, Morentalisa Hutapea, Ruth Irena dan Hedwin Kadrianto, Priska Karina dan Daniel Simanjuntak, Mario Kasih, Yanita Andriani, Alexander Ganda, teman-teman CMF yang dengan penuh kasih mendoakan dan selalu mengingatkan akan pengharapan di dalam Tuhan. 19. Keluarga besar Psikologi 2012, Zettrasedon, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas seluruh suka, duka dan pengalaman berkesan yang diberikan selama empat tahun perkuliahan. 20. Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada peneliti selama penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sepenuhnya sempurna karena masih terdapat kesalahan dan kekurangan terkait keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Penulis mengharapkan saran dan kritik membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Denpasar, 20 September 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii HALAMAN MOTTO ..............................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ........................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi DAFTAR TABEL.................................................................................................xvii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xviii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang................................................................................................ 1 B. Fokus Penelitian .............................................................................................. 8 C. Signifikansi dan Keunikan Penelitian .............................................................. 8 D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 10 E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 10 1. Manfaat Teoretis ....................................................................................... 10 2. Manfaat Praktis ......................................................................................... 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 12 A. Tinjauan Pustaka........................................................................................... 12 1. Memaafkan ............................................................................................... 12 a. Pengertian Memaafkan ......................................................................... 12 b. Motivasi Memaafkan ............................................................................ 16 c. Tujuan Memaafkan ............................................................................... 17 d. Proses Memaafkan ............................................................................... 18
viii
e. Dimensi Memaafkan.............................................................................. 19 2. Kekerasan pada Anak ................................................................................. 21 a. Pengertian Kekerasan pada Anak ........................................................... 21 b. Dampak Kekerasan pada Anak .............................................................. 23 c. Faktor Terjadinya Kekerasan pada Anak................................................ 27 3. Perempuan Dewasa Muda .......................................................................... 29 a. Rentang Usia Dewasa Muda .................................................................. 29 b. Tugas Perkembangan Masa Perempuan Dewasa Muda .......................... 30 B. Perspektif Teoretis ........................................................................................ 35 C. Pertanyaan Utama Penelitian ......................................................................... 38 BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 39 A. Tipe Penelitian .............................................................................................. 39 B. Pendekatan Penelitian ................................................................................... 40 C. Unit Analisis ................................................................................................. 41 D. Responden Penelitian .................................................................................... 42 E. Teknik Penggalian Data ................................................................................ 43 1. Wawancara................................................................................................ 43 2. Observasi .................................................................................................. 45 F. Teknik Pengorganisasian Data ....................................................................... 45 G. Teknik Analisis Data..................................................................................... 46 H. Kredibilitas Penelitian................................................................................... 48 I. Isu Etik........................................................................................................... 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 51 A. Orientasi Kancah ........................................................................................... 51 1. Persiapan Penelitian ................................................................................... 51 a. Preliminary Study .............................................................................. 51 b. Perizinan............................................................................................ 52 B. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 52 1. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 52
ix
2. Karakteristik Responden ........................................................................... 53 3. Pengumpulan Data .................................................................................... 56 a. Pengumpulan Data dengan Wawancara ............................................ 56 b. Pengumpulan Data dengan Observasi ............................................... 57 4. Pengorganisasian Data .............................................................................. 58 5. Analisa Data ............................................................................................. 59 C. Hasil Penelitian .............................................................................................. 60 1. Kategori I: Kekerasan yang Dialami.......................................................... 62 2. Kategori II: Proses memaafkan ................................................................. 71 D. Pembahasan ................................................................................................... 87 1. Kategori I: Kekerasan yang Dialami.......................................................... 87 2. Kategori II: Proses memaafkan ................................................................. 94 E. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 114 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 115 A. Kesimpulan.................................................................................................. 115 B. Saran ............................................................................................................ 117 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 119 LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Perspektif Teoretis ........................................................................... 34 Gambar 10. Kerangka Hasil Penelitian ............................................................... 61 Gambar 2. Kekerasan yang Dialami ................................................................... 62 Gambar 3. Bentuk Kekerasan ............................................................................. 62 Gambar 4. Dampak Kekerasan ........................................................................... 64 Gambar 5. Proses Memaafkan............................................................................ 71 Gambar 6. Fase Menyadari Kemarahan .............................................................. 71 Gambar 7. Fase Memutuskan untuk Memaafkan ................................................ 74 Gambar 8. Fase Berusaha untuk Memaafkan...................................................... 76 Gambar 9. Fase Mendalami................................................................................ 82
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1. Lokasi Penelitian ................................................................................. 53 Tabel 2. Kriteria Responden ............................................................................... 54 Tabel 3. Pelaksaan Wawancara .......................................................................... 57 Tabel 4. Pelaksaan Observasi ............................................................................. 58 Tabel 4. Kode Audio dan Verbatim .................................................................... 59
xii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Guideline Wawancara 2. Surat Izin Penelitian 3. Verbatim 1 CH (VCH-01) 4. Verbatim 2 CH (VCH-02) 5. Verbatim 3 CH (VCH-03) 6. Verbatim Significant Others CH (VSOCH) 7. Axial Coding CH 8. Selective Coding CH 9. Informed Consent VN 10. Informed Consent SOVN 11. Informed Consent AT 12. Informed Consent SOAT 13. Informed Consent CH 14. Informed Consent SOCH
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia mengenai perlindungan anak sudah ada sejak tahun 2002, namun beragam kasus kekerasan terhadap anak masih terjadi (Mutiah, 2015). Menurut data hasil pemantauan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terjadi peningkatan kasus kekerasan dari tahun 2011 sampai tahun 2014. Pada tahun 2011 terjadi 2.178 kasus kekerasan, tahun 2012 terdapat 3.512 kasus, pada tahun 2013 ada 4.311 kasus, sedangkan 5.066 kasus kekerasan terjadi pada tahun 2014 (Setyawan, 2015). Kasus kekerasan pada anak yang terungkap seperti fenomena gunung es (Hidayat, 2016), karena diperkirakan angka kekerasan pada anak di Indonesia yang sebenarnya masih jauh lebih tinggi (Armenia, 2016). Dibutuhkan upaya yang lebih besar dengan strategi khusus untuk menangani kasus kekerasan yang terjadi secara terus menerus. Salah satu upaya dan strategi yang dilakukan pemerintah pada tahun 2016 adalah peluncuran kampanye gerakan perlindungan perempuan dan anak. Beberapa poin penting dari kampanye ini adalah dukung pengasuhan anak berkualitas, akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, juga penegakan hukum terhadap perempuan dan anak (Hidayat, 2016). Berdasarkan preliminary study yang dilakukan, diperoleh data dari Badan Keluarga Berencana (KB) dan Pemberdayaan Perempuan (PP) Pemerintah Kota Denpasar mengenai kekerasan yang terjadi pada anak usia 0 – 17 tahun (data sampai dengan bulan Oktober 2015) yaitu pada tahun 2013 terjadi 148 kasus, 143 kasus pada tahun 2014 dan 116 kasus pada tahun 2015 (Yoela, 2016). Data lain diperoleh dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), hingga 22 Maret 2016 kasus kekerasan pada anak yang diadukan adalah
115
2
sebagai berikut: kekerasan fisik sebanyak tiga kasus pada tahun 2013, empat kasus pada tahun 2014, lima kasus pada 2015 dan dua kasus di tahun 2016; kekerasan psikis sebanyak delapan kasus pada 2013, enam kasus pada 2014, 14 kasus pada tahun 2015 dan empat kasus pada tahun 2016; satu kasus pelecehan seksual pada tahun 2013, delapan kasus di tahun 2015 dan dua kasus pada tahun 2016; satu kasus pemerkosaan pada tahun 2013; dua kasus penelantaran di tahun 2013, tiga kasus terjadi pada tahun 2015 dan satu kasus pada tahun 2016(Yoela, 2016). Total kekerasan yang diadukan pada tahun 2013 adalah sebanyak 15 kasus, 10 diantaranya terjadi pada anak perempuan dan sisanya terjadi anak laki-laki. Tahun 2014 terjadi tujuh kasus kekerasan pada anak perempuan dan tujuh pada anak laki-laki atau total 14 kasus. Pada tahun 2015 total kekerasan yang terjadi adalah 43 kasus, dengan korban 23 anak perempuan dan anak laki-laki sebanyak 21 orang anak. Tahun 2016 terdapat enam kasus kekerasan yang terjadi pada anak laki-laki dan empat kasus pada anak perempuan. Jika ditotal dari tahun 2013 – 2016, lebih banyak anak perempuan yang mengalami kekerasan yaitu sebanyak 43 kasus, sedangkan pada anak laki-laki terdapat 39 kasus yang terjadi (Yoela, 2016). Sebagian besar pelaku kekerasan merupakan orang-orang dekat anak tersebut (Mutiah, 2015). Sebanyak 80 persen kekerasan yang menimpa anak-anak dilakukan oleh keluarga, 10 persen terjadi dilingkungan pendidikan, dan 10 persen dilakukan oleh orang tidak dikenal (Solihin, 2004). Hasil monitoring dan evaluasi KPAI tahun 2012 di sembilan provinsi menunjukkan bahwa 91 persen anak menjadi korban kekerasan di lingkungan keluarga, 87,6 persen di lingkungan sekolah dan 17,9 persen di lingkungan masyarakat (Setyawan, 2015). Menurut data Susenas 2006 (Lestari, 2013) sebanyak 61,4 persen kekerasan terhadap anak dilakukan oleh orangtua.
3
Banyak fenomena kekerasan yang dilakukan orangtua terhadap anaknya dengan alasan memberikan hukuman kepada anak karena telah melakukan kesalahan atau berperilaku buruk (Rahmawati, 2009). Alasan lain orangtua melakukan kekerasan adalah orangtua mungkin memiliki ekspektasi atau harapan yang tidak realistis terhadap kemampuan anak, orangtua yang stres dan merasa tidak berdaya memiliki peran yang signifikan dalam terjadinya kekerasan pada anak seperti masalah ekonomi, orangtua yang masih muda dan tidak berpengalaman, perselisihan dalam perkawinan dan perceraian, keluarga yang tertutup, serta terlalu menuntut atau sebaliknya karena anak yang sulit diatur (Lamanna & Riedmann, 2006). Kekerasan pada anak dianggap sebagai alat untuk mendidik atau mendisiplinkan anak. Orangtua memiliki kuasa untuk melakukan segala hal karena menganggap dirinya berhak atas apa yang dilakukan terhadap anak (Ruryarnesti, 2014). Kekerasan dapat terjadi karena faktor sosial, karakteristik anak, dan hubungan orangtua dengan anak yang tidak baik. Sebagian orang percaya bahwa kekerasan yang terjadi pada anak, disebabkan oleh orangtua yang psikopatologi (Newberger, 1982), yaitu orangtua yang memiliki gangguan kepribadian borderline, ketergantungan alkohol dan zat, gangguan kepribadian antisosial dan depresi (Burge, 2011). Data lain menunjukkan, orangtua yang melakukan kekerasan atau mengabaikan anak dibesarkan ditengah keluarga dengan perlakuan serupa (Newberger, 1982) sehingga orangtua memiliki pandangan bahwa anak membutuhkan hukuman dan memercayai hukuman fisik adalah cara yang tepat untuk mendidik anak (Lamanna & Riedman, 2006). Pengalaman kekerasan pada masa anak-anak juga membuat kebutuhan orangtua tidak terpenuhi sehingga merasa tidak berharga, tidak adekuat, disertai dengan kemarahan (Newberger, 1982) oleh karena itu orangtua cenderungmelampiaskannya kepada anak.
4
Pandangan bahwa dirinya rendah dan perasaan tidak berharga membuat orangtua melakukan kekerasan karena rasa marah dan frustrasinya (Rice& Dolgin, 2002). Masa anak-anak dianggap penting sebagai dasar seluruh kehidupan individu (Gunarsa & Gunarsa, 2008). Pengalaman sepanjang waktu bersama orangtua, serta berbagai karakteristik dan kecenderungan yang mulai dipahami merupakan hal-hal pokok yang memengaruhi perkembangan konsep dan kepribadian sosial individu (Lestari, 2013). Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2008) pola kepribadian dasar individu terbentuk pada tahun-tahun pertama kehidupan, orangtua berperan dalam pembentukan karakter anak (Fataruba, Purwatiningsih & Wardani, 2009). Sikap orangtua juga berpengaruh kuat terhadap sikap dan perilaku anak (Hurlock, 1978). Menurut Solihin (2004) masa depan individu, baik kesuksesan maupun kegagalan banyak dipengaruhi oleh peranan orangtua di masa anak-anak individu tersebut. Suatu hubungan dengan kualitas yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan penyesuaian, kesejahteraan, perilaku prososial dan transmisi nilai. Sebaliknya, kualitas hubungan yang buruk dapat menimbulkan masalah perilaku (Lestari, 2013). Banyak kasus penyesuaian yang buruk karena hubungan dengan orangtua yang kurang baik karena sikap orangtua dan adanya pengalaman-pengalaman kurang menyenangkan yang dialami individu pada masa anak-anaknya (Hurlock, 1978, Gunarsa & Gunarsa, 2008). Individu akan tumbuh dan berkembang dengan baik bila menerima segala kebutuhannya dengan optimal. Jika salah satu kebutuhan baik asuh, asih maupun asah tidak terpenuhi maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam tumbuh kembang anak tersebut. Dampak yang terjadi dapat secara langsung maupun tidak langsung atau dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang (Widiastuti & Sekartini, 2005). Seorang anak membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ibu dan rasa terlindung yang diperoleh dari ayah. Rasa aman dalam keluarga merupakan salah satu syarat bagi
5
kelancaran proses perkembangan anak. Keluarga dengan ikatan yang abadi merupakan suatu tempat yang memberi rasa aman-terlindungi bagi anak. Kekhawatiran dan kecemasan yang terlihat pada orang dewasa bila ditelusuri merupakan akibat dari peristiwa yang berkaitan dengan hilangnya rasa aman pada usia muda, peristiwa tersebut mungkin sudah tidak diingatnya, akan tetapi akibatnya masih dirasakan. Suasana keluarga berpengaruh terhadap perkembangan emosi serta respons afektif anak (Gunarsa & Gunarsa, 2004). Penolakan yang sering terjadi dari pihak orangtua akan mengakibatkan penolakan terhadap dirinya sendiri. Bila hal itu terjadi berulang kali, maka akan menyebabkan individu merasa kurang berharga (Bock, 2011). Kekerasan yang dialami individu pada masa anak-anaknya dapat membuat individu tersebut gangguan emosi, kesulitan membangun hubungan dengan orang lain, menimbulkan sikap agresif atau bermusuhan, menarik diri serta menjauhi pergaulan, memiliki konsep diri rendah, individu akan merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki keberadaannya, muram, tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktivitas, menyakiti diri sendiri dan melakukan percobaan bunuh diri (Widiastuti & Sekartini, 2005), serta ada kecenderungan untuk mengimitasi perilaku orangtua (Rice & Dolgin, 2002) Kekerasan membuat individu secara perlahan kehilangan rasa percaya dirinya, sedangkan rasa percaya diri yang dimiliki dapat membantu inividu untuk mengenal dirinya sendiri. Jika rasa percaya dirinya rendahmaka akan sulit mengembangkan kepercayaan pada orang lain, merasa tidak aman, dan juga akan menilai dirinya tidak berguna. Jika kepercayaan diri anak tinggi, anak akanlebih mudah bergaul dengan orang lain, dapat mengembangkan kepercayaan pada orang laindan merasa dibutuhkan dan berguna baik pada diri sendiri maupun orang lain (Fatimah, 2012). Menurut Venny (2003) dampak lain yang mungkin dialami adalah kesulitan untuk bertahan dan menemukan identitasnya, sebab tidak adanya kedekatan emosional dengan orangtua.
6
Menurut Burge (2011), perempuan yang menjadi korban kekerasan cenderung menjadi korban kekerasan pada relasi masa dewasanya, mengalami kesulitan untuk mengatasi kemarahan dan agresi, memiliki harga diri yang rendah, tidak mampu untuk percaya pada orang lain, mengalami depresi, kemarahan, kebingungan, ketakutan, serta paranoid, dan berisiko menyalahgunakan zat dan bunuh diri. Beberapa studi menemukan bahwa salah satu prediktor perempuan melakukan atau mengalami kekerasan pada masa dewasanya adalah pengalaman kekerasan pada masa anak-anaknya (Burge, 2011), sedangkan menurut Reid, Cooper dan Banks (2008) anak perempuan diharapkan bertumbuh menjadi individu yang lemah lembut, penurut, perhatian serta mengasuh. Harapan tersebut didasari oleh pentingnya hubungan dan keterkaitan dengan orang lain dalam kehidupan perempuan. Pengalaman kekerasan akan menimbulkan luka dalam hati individu, dan luka batin yang tidak terselesaikan akan terbawa sampai masa dewasa (Bock, 2011). Hal tersebut akan berpengaruh terhadap bagaimana individu menghadapi tugas perkembangan masa dewasanya, seperti pada saat memasuki masa dewasa muda yaitu tahap perkembangan keintiman versus isolasi (Erikson dalam Santrock, 2007). Pada tahap ini, individu menghadapi tugas perkembangan yang berkaitan dengan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Jika individu dewasa muda membentuk persahabatan yang sehat dan sebuah relasi yang intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, jika tidak, individu akan merasa terisolasi (Santrock, 2007). Kehidupan psikososial dewasa muda makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, individu akan memasuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap harus memperhatikan orangtua yang semakin tua. Individu harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga dan tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orangtua
7
ataupun saudara-saudara (Dariyo,
2004),
sehingga untuk dapat melalui tahap
perkembangan ini dengan baik tanpa terpengaruh luka batin masa lampau adalah dengan memaafkan orangtua yang telah menyebabkan luka tersebut (Siregar, 2012). Memaafkan akan membuat mengalami pemulihan psikologis (McGary dalam Enright & North, 1998) dan agar tidak timbul kepahitan dan menjauh dari orangtua (McCullough, Sandage & Worthington, 1997). Memaafkan dapat mengurangi kekhawatiran, depresi, stres akan kehidupan, kebencian, kemarahan, kedengkian, tindakan kekerasan, perasaan sakit, gejala fisik karena stres, berbagai kecanduan serta jeratan rasa bersalah dalam hubungan antar manusia. Memaafkan juga dapat meningkatkan kemampuan individu untuk memercayai orang lain, memutus siklus luka batin, dan kemampuan sosial (Soesilo, 2006). Memaafkan berbeda dengan pardoning, condoning (melibatkan pembenaran terhadap kesalahan), excusing (menganggap kesalahan terjadi karena keadaan), melupakan (kesalahan
sudah
hilang
dari
kesadaran),
dan
penyangkalan
atau
penolakan
(ketidakbersediaan atau ketidakmampuan untuk menerima harmful injuries yang dialami) (McCullough & Witvliet, 2002). Memaafkan adalah kesediaan individu melepaskan haknya untuk membalas, memberikan penilaian negatif dan menunjukkan perilaku yang berbeda atau acuh terhadap pihak yang melakukan kesalahan, tetapi merespons dengan belas kasihan, kemurahan hati serta kasih terhadap orang tersebut. Memaafkan merupakan kehendak individu untuk merespon, sehingga individu mungkin memaafkan tanpa syarat meskipun pihak lain masih melakukan tindakan yang menyakitkan (Enright & North, 1998). Memaafkan dapat membuat individu memiliki kesehatan emosi dan fisik yang lebih baik, hubungan yang lebih hangat dengan orang lain, harga diri yang lebih baik, ketenangan di tengah dunia yang penuh dengan kekerasan, tidak diatur atau diperbudak
8
oleh pelaku, terhindar dari efek balas dendam, kelegaan, dan meningkatkan kasih terhadap orang lain, termasuk orang yang telah menyakiti (Affinito, 1999). Keuntungan lain yang diperoleh ketika individu memaafkan adalah mengetahui bahwa individu dapat mengatasi emosi negatif yang dirasakan, mampu mengendalikan dirinya, menemukan kebijaksanaan sebagai bagian dari kerendahan hati seperti menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dan setiap orang mungkin bersikap egois dan menyakiti orang lain (Schimmel, 2002). Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui proses memaafkan perempuan dewasa muda yang pernah mengalami kekerasan oleh orangtua pada masa anak-anaknya. B. Fokus Penelitian Proses memaafkan perempuan dewasa muda yang pernah mengalami kekerasan oleh orangtua pada masa anak-anaknya. C. Signifikansi dan Keunikan Penelitian Peneliti menemukan penelitian dengan judul yang serupa yaitu “Forgiveness pada dewasa awal putri yang mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak” (Yosephine, 2014). Tidak ditemukan hasil dari penelitian ini. Beberapa penelitian lain yang peneliti temukan terkait memaafkan dan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan pada anak, antara lain: 1. Penelitian Sianturi (2007) menggunakan metode kualitatif dan menemukan bahwa konsep diri remaja yang pernah mengalami KDRT memiliki kecenderungan berkembang ke arah negatif. Individu merasa dirinya tidak berharga dan merasa inferior saat berada di lingkungan sosial, namun keadaan subjek yang tidak lagi mengalami KDRT membuat konsep dirinya memiliki kesempatan untuk berkembang ke arah positif. Konsep diri yang dimiliki memengaruhi sikap individu terhadap
9
hubungan interpersonal. Individu tidak memiliki penilaian yang positif terhadap pernikahan. 2. Rahmawati (2009) menemukan bahwa dampak kekerasan yang dilakukan orangtua terhadap perkembangan kecerdasan emosional spiritual anak mengarah pada hal-hal yang negatif. Dampak tersebut diantaranya adalah: sadar atau tidak kekerasan yang dilakukan orangtua telah menanamkan kebencian dan rasa takut yang berlebihan pada diri anak. Kekerasan akan menanamkan sifat keras dan sikap kasar pada diri anak, membekaskan luka di hati anak hingga dewasa. Hal tersebut juga dapat menimbulkan kebimbangan dan kecemasan pada jiwa anak tersebut selain itu, anak akan merubah perilakunya hanya untuk sementara, hanya sebagai penyenang untuk menghindari kekerasan dari orangtua. Anak juga kurang bisa sabar dan cepat terpancing emosi. Kekerasan tersebut secara tidak langsung juga membuat anak lebih memilih sifat negatif yang tercermin dalam kebohongan atau tipu muslihat. Kekerasan dalam bentuk apapun akan merusak kepribadian anak pada perkembangan anak di masa yang akan datang, baik perkembangan kecerdasan emosional maupun spiritualnya. 3. Responden pada penelitian yang dilakukan Salama (2012) adalah perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Hasil penelitian kualitatif ini menunjukkan bahwa tahapan memaafkan pada korban KDRT bisa mengalami feedback loops dan feedforward loops atau melompat-lompat tidak berarturan. Motivasi korban untuk mau memaafkan pelaku didasari pada manfaat dari memaafkan, yaitu belajar ikhlas. Korban merasa perlu memaafkan untuk melepaskan rasa marah, benci, dendam dan sakit hati. Dorongan untuk memaafkan juga muncul karena korban masih dibutuhkan anak dan adik-adiknya, selain itu ada dukungan dari lingkungan terdekatnya.
10
Dorongan untuk memaafkan lain muncul atas dasar pemahaman pada ajaran agama yang dianutnya. 4. Penelitian Faizah (2015) menggunakan metode kuantitatif dan didapatkan hasil nilai signifikansi 0,002 yang berarti ada pengaruh yang signifikan dari dukungan sosial dan forgiveness terhadap kekerasan seksual pada remaja. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian-penelitian tersebut, terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian ini seperti kriteria responden, hal yang dikaji, metode penelitian yang digunakan, dan tempat pelaksanaan penelitian. Salah satu penelitian yang ditemukan memiliki judul yang sama dengan penelitian ini, namun tidak diperoleh hasil dari penelitian tersebut serta dilakukan dengan responden yang berbeda. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui proses memaafkan perempuan dewasa muda yang pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh orangtua pada masa anak-anaknya. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan di bidang Psikologi, yaitu Psikologi Perkembangan, terkait dengan perempuan dewasa muda yang pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh orangtua pada masa anak-anaknya dan Psikologi Klinis, terkait memaafkan korban kekerasan.
11
2. Manfaat Praktis a. Bagi perempuan yang pernah mengalami kekerasan oleh orangtua Diharapkan dapat memotivasi perempuan yang masih atau pernah mengalami kekerasan oleh orangtuanya, namun masih mengalami hambatan agar pada akhirnya mampu memaafkan orangtua yang melakukan kekerasan. b. Bagi orangtua Orangtua dapat mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan dari kekerasan yang telah dilakukan hingga anak tersebut beranjak dewasa, sehingga diharapkan tidak menggunakan kekerasan dalam proses pengasuhan dan mendidik anak. c. Bagi pemerintah, terutama institusi yang menangani korban kekerasan Diharapkan dapat mengkampanyekan risiko dari kekerasan pada perkembangan anak, mendorong korban untuk mampu memaafkan setelah memberikan terapi terkait trauma yang dialami, karena memaafkan juga dapat membantu korban untuk menuju pemulihan diri, serta memberikan konseling kepada orangtua pelaku kekerasan mengenai dampak yang disebabkan oleh tindak kekerasan itu sendiri. d. Bagi peneliti lain Penelitian ini dapat dijadikan dasar dan masukan bagi penelitian-penelitian berikutnya mengenai memaafkan dan kekerasan pada anak.