Tapi Anda Sari Lubis: Persepsi Auditor dan User tentang Independensi Akuntan
MENCARI METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP YANG SESUAI BAGI INDUSTRI KELAPA SAWIT Syamsul Bahri Staf Pengajar Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Abstract: Depreciation (depreciation) is an important aspect in determining the cost of production and business costs. Selection of appropriate methods and systematic depreciation will affect the cost of a company that is more realistic, rational and fair. Depreciation method used should be adapted to the nature and types of companies. The company that manages oil palm commodities will certainly vary with the nature and type of company that manages general commodities in the industry. Keywords: Depreciation and activa PENDAHULUAN Komoditi kelapa sawit bagi Indonesia termasuk salah satu komoditi yang cukup penting peranannya, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan ataupun bagi pemenuhan akan minyak nabati serta merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat perkelapasawitan Indonesia. Devisa yang dihasilkan oleh komoditi ekspor ini pada tahun 1996 mencapai US $ 950 juta yang berarti menempati urutan kelima dalam ekspor non minyak, setelah kayu, karet, kopi, dan udang (ICBS, 1997). Pengembangan areal kelapa sawit sampai saat ini masih terus berlangsung. Menurut proyeksi data yang ada pada tahun 2005 produksi kelapa sawit Indonesia akan mulai menyamai produksi Malaysia yang kini masih memimpin dunia dalam produksi minyak sawit. Namun pada tahun 2010 Indonesia sudah menggeser kedudukan Malaysia sekarang (Warta Pertamina, Maret 1996). Pada tahun 2010 diperkirakan produksi sawit Indonesia mencapai 12.293 ribu ton sedangkan Malaysia 11.652 ribu ton. Tampaknya pada masa mendatang peranan komoditi kelapa sawit cukup tinggi bagi pendapatan negara, walaupun selama ini devisa yang dihasilkan sering berfluktuasi sebagai akibat dari kurang stabilnya tingkat harga komoditi ini. Dilain pihak, permintaan pasar dunia terhadap minyak nabati jenis ini akan semakin kuat dan cenderung terus meningkat. Dalam usaha mengantisipasi fluktuasi harga dan pengendalian profit, maka faktor internal perlu mendapat perhatian terutama yang erat kaitannya dengan pos-pos biaya yang berpengaruh terhadap perhitungan harga pokok produksi.
Beban penyusutan merupakan satu dari beberapa pos/unsur biaya yang mempengaruhi harga pokok produksi. Cara perhitungan beban penyusutan selama ini adalah dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) baik pada harta tetap/tanaman menghasilkan kepala sawit (TMKS) maupun pabrik minyak kelapa sawit (PMKS). Secara total, pada akhirya semua hasil perhitungan dari tiap metode penyusutan yang ada akan menghasilkan total beban penyusutan yang sama, tetapi apabila diamati secara periodik (tiap tahun selama umur pemanfaatan harta tetap tertentu) tentunya beban penyusutan tersebut akan berbeda-beda. Penggunaan metode garis lurus (straight-line method) dalam menetapkan beban penyusutan komoditi kelapa sawit tampaknya, kurang realistis, karena di satu pihak kontribusi/manfaat komoditi kelapa sawit secara periodik terhadap kinerja perusahaan secara periodik selama masa manfaat tidak merata (cenderung mengikuti cembungan kurva normal), tetapi perhitungan beban penyusutannya adalah sama/rata. Oleh karena itu perlu dicari metode yang lebih sesuai, sehingga perhitungan beban penyusutan dimaksud lebih realistik, rasional dan wajar. Dilain pihak, pemilihan metode penyusutan yang realistik, rasional dan wajar, diharapkan juga untuk mendukung alat kontrol yang sudah ada terhadap pengawasan dan pengendalian biaya yang berkaitan dengan kegiatan pengolahan kelapa sawit. 112
Jurnal Ekonom, Vol. 13, No. 3 Juli 2010
HASIL 1. Metode Penyusutan Menurut Weygandt, et al. (1987):Depreciation is the process of allocating the cost of a plant asset to expense over its service (useful) life in a rational and systematic manner. Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi (PSAK No. 17, 1994). Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jadi sejumlah uang yang dikeluarkan (cost) untuk memperoleh harta tetap tertentu (siap pakai) akan dialokasikan secara periodik selama masa manfaat (disebut penyusutan) dengan cara ”rasional dan sistematis”. Penyusutan yang rasional tentunya berkaitan erat dengan sifat harta tetap dan metode penyusutan yang digunakan. Namun secara singkat dapat diartikan bahwa depreciation is the given to such an allocation of costs (Clair-George, 1993). Akuntansi biaya (cost accounting) yang tepat harus dilakukan diantara berbagai pos aktiva dan beban (misalnya dalam penetapan unsur harga perolehan properti, pabrik dan peralatan atau biaya pemeliharaan), karena akan mempengaruhi perhitungan laba untuk serangkaian periode akuntansi. Demikian pula, biaya umum (common cost) yang berkenaan dengan lebih dari satu aktivitas harus didistribusikan dengan tepat menurut dasar pembebanan yang layak, seperti faktor waktu atau faktor penggunaan (PSAK No. 17, 1994). Jumlah sumber daya keuangan yang dapat disusutkan seharusnya dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva tetap tersebut dengan berbagai metode yang ada secara sistematis. Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode. Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode (PSAK No. 17, 1994) yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut : 113
1. Berdasarkan waktu a. Metode garis lurus (straight-line method) b. Metode pembebanan yang menurun • metode jumlah angka tahun (sum-of-the-years-digit method) • metode saldo-menurun/saldomenurun-ganda (declining/double-declining balance method) 2. Berdasarkan penggunaan a. Metode jam-jasa (service-hours method) b. Metode jumlah unit produksi (productive-output method) 3. Berdasarkan kriteria lainnya a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method) b. Metode anuitas (annuity method) c. Sistem persediaan (inventory systems) Pemilihan suatu metode alokasi dan estimasi masa manfaat suatu aktiva yang dapat disusutkan adalah merupakan masalah pertimbangan. Bagaimana cara perhitungan penyusutan masing-masing metode dapat dirujuk ke buku-buku yang berjudul “Dasardasar Akuntansi (Accounting Principles)” oleh para ahli akuntansi dari Luar Negeri maupun dari Indonesia sendiri. Pengungkapan metode yang digunakan dan estimasi masa manfaat atau tingkat penyusutan yang digunakan menyediakan bagi para pemakai laporan keuangan informasi yang membuat mereka dapat menelaah kebijakan yang dipilih manajemen dan dapat membuat perbandingan dengan perusahaan lain. Metode penyusutan yang dipilih harus digunakan secara konsisten dari periode ke periode kecuali perubahan keadaan yang memberi alasan atau dasar suatu perubahan metode. Dalam suatu periode akuntansi dimana metode penyusutan berubah, pengaruh perubahan harus dikuantifikasikan dan harus diungkapkan. Alasan perubahan harus diungkapkan. Ini berarti bahwa bagi perusahaan yang telah menerapkan metode penyusutan tertentu (pada umumnya metode garis lurus) dan terbukti tidak rasional,
Syamsul Bahri: Mencari Metode Penyusutan Aktiva Tetap yang Sesuai bagi Industri Kelapa Sawit
2. Jenis Dan Sifat Usaha Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit (TMKS) Perkebunan kelapa sawit pertama kali dibuka pada tahun 1911 di Tanah Itam Ulu oleh maskapai Oilpalmen Cultur, dan di Pulu Raja oleh maskapai Huileries de Sumatera – RCMA, kemudian oleh Seumadam Cultur Miy, Medan Ara Cultur Miy, Deli Muda oleh Huileries de Deli, dan lain-lain. Sampai tahun 1915 luasan areal kelapa sawit baru 2.715 ha. Pada tahun 1916, ada 16 perusahaan di Sumatera Utara, dan 3 perusahaan di Pulau Jawa yang menanam kelapa sawit (Suhardjo, et.al). Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan ± 30 bulan sesudah ditanam di lapangan. Tanaman ini dapat hidup secara ekonomis antara 25 – 30 tahun (Marihat Research Station). Pola siklus produksi tanaman kelapa sawit selama umur tanaman bergerak mengikuti suatu grafik yang cembung seperti kurva normal (Tabel 1 dan Gambar 1). Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah produksi pada kondisi minimum (pesimis) setiap tahunnya bergerak mulai dari 2 ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, kemudian meningkat maksimum menjadi 24 ton, dan akhirnya menurun menjadi 12 ton. Pada kondisi optimum (normal), produksinya bergerak mulai dari 3 ton TBS per ha/thn, kemudian meningkat maksimum menjadi 30 ton, dan akhirnya menurun menjadi 15 ton. Sedangkan pada kondisi ideal, produksinya bergerak mulai dari 5 ton TBS per ha/thn, kemudian meningkat maksimum menjadi 35 ton, dan akhirnya menurun menjadi 15 ton.
Tabel 1. Produktivitas TBS Kelapa Sawit PT. Perkebunan IV (Ton/Ha/ Tahun) UMUR 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Jumlah Rerata
MINIMUM 2 7 17 22 23 24 24 24 24 24 23 22 21 20 19 19 18 17 17 16 15 14 13 13 12 450 18
OPTIMUM 3 10 22 30 30 30 30 30 30 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 575 23
IDEAL 5 12 24 32 34 35 35 35 34 33 31 30 29 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 16 15 625 25
Gambar 1 GRAFIK PRODUKSI TBS
Produksi (ton/ha/thn)
sepanjang akibat dari perubahan tersebut dapat diungkapkan pada periode akuntansi dimana perubahan tersebut terjadi (replacement of method). Masa manfaat dari aktiva yang dapat disusutkan harus ditinjau secara periodik dan persentase/besaran beban penyusutan disesuaikan untuk periode sekarang dan yang akan datang jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya. Pengaruh perubahan harus diungkapkan dalam periode akuntansi dimana masa manfaat nilai aktiva yang mengakibatkan perubahan persentase/besaran beban penyusutan terjadi (revaluation).
40
Minimum
35
Optimum
30
Ideal
25 20 15 10 5 0 1
5
9
13
17
21
25
Umur (thn)
Selama umur ekonomisnya produksi TBS tanaman kelapa sawit jelas tidak merata seluruh tahun. Puncak-puncak jumlah produksi terjadi sekitar tahun ke 6 sampai tahun ke 20, dengan jumlah produksi mencapai 22 – 35 ton/ha/tahun. Jenis usaha agribisnis kelapa sawit ini menunjukkan bahwa dengan tidak meratanya jumlah 114
Jurnal Ekonom, Vol. 13, No. 3 Juli 2010
produksi tersebut berarti akan berpengaruh terhadap total biaya produksi yang seharusnya berubah secara proporsional terutama disebabkan oleh biaya-biaya yang sifatnya variabel. Dengan demikian, maka beban penyusutan yang selama ini besarnya tetap sungguh kurang rasional, sebab kontribusi hasil produksi tanaman sebagai harta tetap terhadap operasi perusahaan sebenarnya tidak merata. Seharusnya, secara rasional besarnya beban penyusutan tersebut proporsional dengan jumlah produksi setiap tahunnya selama umur ekonomis. Dalam hal ini alternatif metode penyusutan yang sebaiknya dapat digunakan adalah ”metode jumlah unit produksi” (productive-output method).
garis lurus, padahal kontribusi PMKS terhadap operasi perusahaan berfluktuasi secara proporsional mengikuti perubahan produktivitas TBS disamping waktu-waktu yang diperlukan untuk reparasi atau overhaul. Dalam hal ini alternatif metode penyusutan yang sebaiknya dapat digunakan adalah ”metode jam-jasa” (service-hours method).
Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Pabrik disini meliputi mesin-mesin yang dibangun dan digunakan untuk menghasilkan minyak sawit (crude palm oil-CPO) dan inti sawit (palm kernel – PK). Besarnya kapasitas pabrik yang dibangun disesuaikan dengan produktivitas TBS kelapa sawit yang ada. Untuk pabrik yang berkapasitas 30 ton TBS per jam memerlukan TBS per harinya ± 360 ton (12 jam @ 30 ton TBS). Apabila produktivitasnya mencapai tingkat optimum sebesar 30 ton TBS/tahun (produktivitas puncak), maka areal TM yang harus tersedia adalah ± 4.200 ha
Metode Garis Lurus Dalam menghitung beban penyusutan dengan metode garis lurus perlu diketahui lebih dahulu variabel yang berpengaruh, yakni harga perolehan (cost), masa manfaat (useful life), dan nilai sisa pada akhir masa manfaat (salvage value), sehingga perhitungan beban penyusutan secara periodik dapat dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut :
360 ton TBS 30 ton TBS : 350 hari Penyediaan TBS sebsar ± 360 ton per hari baru diperoleh pada TM tahun ke 6 sampai dengan ke 12 dengan luas areal TM ± 4.200 ha. Ini berarti bahwa pabrik tidak akan bekerja secara optimum pada tahun-tahun sebelum tahun ke enam dan setelah tahun ke dua belas. Disamping itu mungkin pula pabrik tidak bekerja beberapa hari karena reparasi atau overhaul. Jadi tingkat efisiensi bekerjanya pabrik sangat tergantung kepada tersedianya TBS sebagai bahan baku dan keteraturan pemeliharaan mesin-mesin pabrik. Kondisi PMKS tersebut di atas perlu menjadi bahan pertimbangan untuk menyesuaikan metode penyusutan yang direrapkan, karena selama ini metode penyusutan yang diterapkan adalah metode 115
3. Pilihan Alternatif Metode Penyusutan Untuk menerapkan alternatif metode penyusutan pada industri kelapa sawit, penulis akan menggunakan tiga metode penyusutan, yakni metode garis lurus, metode jumlah unit produksi, dan metode jam-jasa.
Pt =
Hp − Ns Mm
dimana, Pt = Beban penyusutan per tahun Hp = Harga perolehan (siap pakai) Ns = Nilai sisa (pada akhir masa manfaat Mm = Masa manfaat Dengan menggunakan metode garis lurus, maka besarnya beban penyusutan tiap tahun adalah tetap, sehingga secara periodik beban ini dikelompokkan sebagai biaya tetap (fixed cost) yang tidak dapat dipengaruhi (uncontrollable) selama masa manfaat. Metode Jumlah Unit Produksi Variabel yang perlu diketahui disini adalah harga perolehan (cost), jumlah produksi selama masa manfaat (units of production), dan nilai sisa pada akhir masa manfaat (salvage value). Untuk menghitung besarnya beban penyusutan secara periodik harus diketahui lebih dahulu besarnya beban penyusutan per
Syamsul Bahri: Mencari Metode Penyusutan Aktiva Tetap yang Sesuai bagi Industri Kelapa Sawit
unit produksi berikut :
melalui
formula
sebagai
Hp - Ns Pu
Pj Hp Ns Kj
= = = =
= Kp
dimana, Pu = Beban penyusutan per unit produksi Hp = Harga perolehan (siap pakai) Ns = Nilai sisa (pada akhir masa manfaat) Kp = Kapasitas produksi total (selama masa manfaat) Selanjutnya untuk mengetahui besarnya beban penyusutan per tahun akan dapat dihitung dengan cara mengalikan beban penyusutan per unit produksi (Pu) dengan jumlah produksi yang diperoleh dalam tahun tertentu. Besarnya beban penyusutan setiap tahun akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan jumlah produksi yang diperoleh pada tahun-tahun yang bersangkutan. Metode Jam-Jasa Perhitungan besarnya beban penyusutan dengan metode ini dapat dilakukan apabila telah diketahui variabelvariabel yang terdiri dari harga perolehan, nilai sisa, kapasitas jam-jasa aktiva tertentu seperti mesin pabrik. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut : Hp - Ns Pj
= Kj
Beban penyusutan per jam-jasa Harga perolehan Nilai sisa (pada akhir masa manfaat) Kapasitas jam-jasa (selama masa manfaat)
Untuk mengetahui besarnya beban penyusutan per tahun adalah dengan cara mengalikan Pj dengan jumlah jasa-jasa yang telah dioperasikan pada masing-masing tahun dari operasi perusahaan. 4. Pengaruh Beban Penyusutan Dalam Biaya Produksi Bagi sebuah kebun yang mengusakan komoditi kelapa sawit biasanya memiliki TM dan PMKS. Struktur biaya produksi bulanan dalam penetapan besarnya biaya produksi dapat dilihat melalui contoh dari salah satu kebun pada PT Perkebunan Nusantara III dengan luas areal TMKS 7.283 ha dan memiliki PMKS kapasitas 60 ton TBS per jam sampai dengan bulan April 1996 (Tabel 2). Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa total biaya penyusutan mencapai 45% dari seluruh biaya yang dikeluarkan pada tingkat kebun. Jadi pengaruh beban penyusutan dalam biaya produksi sangat besar. Hal ini wajar oleh karena jumlah aktiva tetap memiliki porsi nilai yang paling besar dari total nilai aktiva yang dikelola oleh seluruh kebun. Begitu pula jika dilihat secara nasional memang total aktiva tetap yang dimiliki PT Perkebunan Nusantara sampai dengan tahun 1996 mencapai 58,84% dari total seluruh aktiva (Laporan Tahunan BUMN Deptan, 1996).
dimana, Tabel 2 : Realisasi Biaya Produksi Kelapa Sawit No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Unsur Biaya Gaji, Tunjangan dan sosial Pegawai Staf Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Panen dan Pengumpulan Hasil Pengangkutan Hasil ke Pabrik Biaya Umum Kebun Biaya Pengolahan Penyusutan (seluruh aktiva tetap) Jumlah
Jumlah (Rp) 26.695.206 111.003.870 161.613.782 125.456.958 135.250.489 209.023.255 659.432.000 1.428.475.560
% 2 8 11 9 10 15 45 100
Sumber : PT Perkebunan Nusantara III, April 1996
116
Jurnal Ekonom, Vol. 13, No. 3 Juli 2010
PEMBAHASAN 1. Pilihan Metode Penyusutan Walaupun tidak ditegaskan di dalam PSAK No. 17 kriteria perusahaan yang bagaimana seharusnya dapat menggunakan satu atau beberapa metode penyusutan yang ada, namun tercermin bahwa perusahaan diperkenankan untuk memilih metode mana yang cocok untuk digunakan. Sebelum memilih metode mana yang cocok bagi perusahaan yang mengelola komoditi kelapa sawit ada baiknya untuk dievaluasi atau dianalisis metode mana yang lebih realistik agar perhitungan laba rugi yang dipengaruhi oleh biaya produksi khususnya beban penyusutan TMKS dan PMKS lebih realistik pula.
Tabel 3 PERHITUNGAN BEBAN PENYUSUTAN TMKS PT Perkebunan Nusantara A Tahun Produksi Beban Penyusutan (Rp 000) ke optimum Garis Lurus Unit Produksi Selisih 3 1,600,000 208,696 1,391,304 1 10 1,600,000 695,652 904,348 2 1,600,000 1,530,434 69,566 22 3 1,600,000 2,086,956 (486,956) 30 4 1,600,000 2,086,956 (486,956) 30 5 1,600,000 2,086,956 (486,956) 30 6 1,600,000 2,086,956 (486,956) 30 7 1,600,000 2,086,956 (486,956) 30 8 1,600,000 2,086,956 (486,956) 30 9 30 1,600,000 2,086,956 (486,956) 10 1,600,000 2,017,391 (417,391) 29 11 1,600,000 1,947,826 (347,826) 28 12 1,600,000 1,878,260 (278,260) 27 13 1,600,000 1,808,695 (208,695) 26 14 1,600,000 1,739,130 (139,130) 25 15 1,600,000 1,669,565 (69,565) 24 16 1,600,000 1,600,000 23 17 22 1,600,000 1,530,434 69,566 18 1,600,000 1,460,869 139,131 21 19 1,600,000 1,391,304 208,696 20 20 1,600,000 1,321,739 278,261 19 21 1,600,000 1,252,174 347,826 18 22 1,600,000 1,182,608 417,392 17 23 16 1,600,000 1,113,043 486,957 24 1,600,000 1,043,478 556,522 15 25
Gambar 2. GRAFIK PERBANDINGAN BEBAN PENYUSUTAN
2,500,000
Beban Penyusutan per Tahun (Rp 000)
Perhitungan beban penyusutan tersebut di atas seluruhnya masih menggunakan metode garis lurus. Dengan menggunakan metode lainnya sebagai alternatif pilihan diharapkan bahwa perhitungan beban penyusutan akan lebih realistik lagi. Perhitungan beban penyusutan dengan menggunakan tiga metode sebagaimana telah dijelaskan terdahulu diharapkan dapat menunjukkan metode mana yang lebih rasional digunakan bagi perusahaan yang mengelola komoditi kelapa sawit.
2,000,000
1,500,000 Garis Lurus Unit Produksi
1,000,000
500,000
1
4
7
10
13
16
19
22
25
Umur (Tahun)
Berikut ini disajikan contoh hipotetis dengan menggunakan data empiris. PT Perkebunan Nusantara A telah selesai membangun TMKS seluas 8.000 ha @ Rp. 5.000.000,- dan PMKS kapasitas 60 ton TBS per jam seharga Rp 30 milyar pada 1 Januari 2000. Dapat ditambahkan bahwa umur pemakaian PMKS adalah 20 tahun atau 72.000 jam (20 th x 30 x 12 jam) dan TMKS 25 tahun, sedangkan hari kerja normal setahun adalah 300 hari. Dari data di atas dapatlah dibuat proyeksi besarnya beban penyusutan dengan menggunakan tiga metode penyusutan seperti telah diuraikan terdahulu baik untuk TM kelapa sawit (Tabel 3) beserta grafiknya (Gambar 2). 117
Dari tabel 3 dan gambar 2 diatas, kelihatan bahwa beban penyusutan berdasarkan metode unit produksi lebih rasional ketimbang metode garis lurus. Dengan metode garis lurus, efektivitas beban penyusutan tercapai hanya pada tahun ke-3 sebesar Rp 1.600.000,- vs Rp 1.530.434,(beban penyusutan sebelumnya kelihatan terlalu tinggi; sedangkan setelah itu terlalu rendah), dan tahun ke-16 sampai tahun ke-18 (beban penyusutan setelahnya sampai dengan tahun ke-25 kelihatan terlalu tinggi). Sedangkan perhitungan beban penyusutan untuk PMKS (Tabel 4) beserta grafiknya (Gambar 3) menunjukkan pola yang sama dengan penyusutan untuk TMKS. Dari tabel 4 dan gambar 3 dapat dilihat bahwa beban penyusutan PMKS berdasarkan metode garis lurus kelihatan
Syamsul Bahri: Mencari Metode Penyusutan Aktiva Tetap yang Sesuai bagi Industri Kelapa Sawit
tidak realistik dan kurang rasional. Disamping ketinggian dan kerendahan besarnya beban penyusutan seperti yang terjadi pada TMKS, maka pada PMKS kelihatan adanya perlakuan yang tidak rasional, karena pada tahun ke-20 total beban penyusutan telah mencapai 100% padahal pemakaian kapasitas PPKS masih tersisa 6.667 jam (72.000 jam – 6.533 jam). Dengan demikian pilihan metode jam-jasa untuk PMKS lebih dapat diterima ketimbang metode garis lurus.
Tahun ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tabel 4 PERHITUNGAN BEBAN PENYUSUTAN PMKS PT Perkebunan Nusantara A Jam Beban Penyusutan (Rp 000) Olah Garis Lurus Unit Produksi Selisih 400 1,500,000 166,668 1,333,332 1333 1,500,000 555,560 944,440 2933 1,500,000 1,222,232 277,768 4000 1,500,000 1,666,680 (166,680) 4000 1,500,000 1,666,680 (166,680) 4000 1,500,000 1,666,680 (166,680) 4000 1,500,000 1,666,680 (166,680) 1,500,000 1,666,680 (166,680) 4000 4000 1,500,000 1,666,680 (166,680) 4000 1,500,000 1,666,680 (166,680) 3867 1,500,000 1,611,124 (111,124) 3733 1,500,000 1,555,568 (55,568) 3600 1,500,000 1,500,012 (12) 3467 1,500,000 1,444,456 55,544 3333 1,500,000 1,388,900 111,100 3200 1,500,000 1,333,344 166,656 1,500,000 1,277,788 222,212 3067 2933 1,500,000 1,222,232 277,768 2800 1,500,000 1,166,676 333,324 2667 1,500,000 1,111,120 388,880
Jumlah
65,333
30,000,000
27,222,440
2,777,560
Gambar 3. PERBANDINGAN BEBAN PENYUSUTAN 1,800,000
Beban Penyusutan per Tahun (Rp 000)
1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000
Garis Lurus
800,000 600,000 400,000 200,000 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Umur (Tahun)
KESIMPULAN Industri kelapa sawit jika ditinjau dari segi jenis dan sifat usahanya sangat berbeda dibanding dengan industri umumnya. Pada TMKS kelihatan bahwa pola produksi selama 25 tahun adalah mengikuti gerak garis seperti kurva normal. Oleh karena itu perhitungan beban penyusutan
TMKS sebagai kontribusinya terhadap operasi perusahaan diharapkan lebih realistik dan rasional jika menggunakan metode unit produksi. Sedangkan perhitungan beban penyusutan pada PMKS yang pola aktivitas produksinya mengikuti ketersediaan TBS sebagai bahan baku olah akan lebih tepat apabila digunakan metode jam jasa dari PMKS itu sendiri. DAFTAR RUJUKAN Anonim, Laporan Tahunan 1996 BUMN Lingkup Departemen Pertanian, BTU BUMN Departemen Pertanian, 1996 ______,PSAK No. 17, Komite Prinsip Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntansi Indonesia, Penerbit Salemba Empat, 1996 ______, Hari Depan yang Cerah Buat Perkebunan, Warta utama, Warta Pertanian No. 154/th XII/1996 ______,Studi Tentang Perkebunan dan Pemasaran Minyak Kelapa Sawit Indonesia, 1997 ______,Pedoman Dasar Teknis Tanaman Kelapa Sawit, PT. Gandaerah Hendana, 1998 ______,Laporan Manajemen Kebun Torgamba, PT Perkebunan Nusantara III, April 1996 ______,Vademicum Kelapa Sawit PT Perkebunan IV, 1987 Clair-George, 1993, A Plantation Accounting Manual, The Incorporated Society of Planters, Kuala Lumpur. Jamil, Hishamuddin Mohd., et. al. 1984, Perusahaan Kelapa Sawit di Malaysia, Suatu Panduan, Institut Penyelidikan Minyak Kelapa Sawit Malaysia. Kaplan, Robert S and Cooper, Robin, 1998, Cost & effect, Harvard Business School Press. Turner, P.D. and Gillbanks, R.A. 1985, Oil Palm Cultivation and Management, The Incorporated Society of Planters, Malaysia. Weygandt, Jerry J., 1987, Accounting Principle, Jhon Wiley and Sons.
118
Pedoman Penulisan Petunjuk Penulisan bagi Penulis
Jurnal EKONOM ISSN 0853-2435 1.
Artikel yang ditulis adalah merupakan hasil penelitian dan pemikiran analitisdi bidang ekonomi. Naskah diketik dengan huruf times new roman, font 12, satu spasi, kertas A4, maksimal 15 halaman, rangkap 3 eksemplar beserta disket dan file diketik dengan Microsoft Word.
2.
Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Apabila artikel ditulis oleh lebih dari satu orang, maka penulis berikutnya diurutkan di bawah penulis utama. Alamat dan institusi penulis serta e-mail harus dicantumkam untuk mempermudah komunikasi.
3.
Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia yang bernar atau bahasa Inggeris dengan format essai. Judul bagian dicetak dengan huruf besar, bagian berikutnnya dengan huruf besar kecil dan bagian lain dengan huruf besar kecil miring.
4.
Format penulisan untuk hasil penelitian adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, metode dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian; metode ; hasil ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan
5.
Format penulisan untuk non penelitian (hasil pemikiran) adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian) ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan.
6.
Daftar Rujukan memuat pustaka terbitan 10 tahun terakhir, bersumber dari buku-buku, jurnal dan laporan penelitian lain (skripsi, tesis dan disertasi). Setiap pengutipan rujukan dicantumkan nama dan tahun contoh (Samuelson, 2005: 202).
7.
Daftar Rujukan ditulis dengan ketentuan sebagai berikut : Buku : Hill, H. 2000. Unity and diversity Regional Economic Development : In Indonesia Since 1970, University Press, Oxford. Jurnal : Miraza, 2002. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Dampaknya tehadap Lingkungan, Jurnal Ekonom, Vol. 6 /No.3,Fakultas Ekonomi USU, Medan. Koran (Surat Khabar) : Waspada. 29 Juli, 2006. Reformasi Ekonomi Dewasa Ini. Hal. 5. Skripsi, Tesis, Disertasi dan laporan Penelitian : Rahmansyah, A. 2004. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-propinsi di Indonesia. Tesis tidak diterbitkan. Medan.SPs Universitas Sumatera Utara. Internet : Hitchkock, S. 1996. A Survey of STM Online Journals 1990-1995 : The Calm Before the Storm, (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html, diakses 12 Juni 1996).
8.
Semua artikel ditelaah oleh secara anonym oleh penyunting ahli yang ditunjuk berdasarkan kepakaran dan kompetensinya. Perbaikan dimungkinkan setelah artikel tersebut disunting dan pemberitahuan pemuatan tulisan atau ditolak akan diberitahukan kepada penulis.
9.
Proses penyuntingan terhadap draft tulisan dilakukan oleh penyunting dan atau melibatkan penulis.
10. Segala sesuatu yang menyangkut dengan HAKI seperti perizinan pengutipan dan penggunaan software computer dalam pembuatan artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis artikel.