Accountability and Local Level iniƟaƟve for Reducing Emission From DeforestaƟon and DegradaƟon in Indonesia (ALLREDDI)
MERENCANAKAN PEMBANGUNAN RENDAH EMISI DI KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI D i FFadila, Doni dil Syamsul S l Bahri, B h i Erwinsyah EErwinsyah, i h, Feri F i Johana, J h Putra P Agung, A Gamma Galudra, Andre Ekadinata
Land Use planning for loW loW Emission development Strategy (LUWES (LUWES)) • Kerangka yg membantu pihak lokal untuk mendesain perencanaan pembangunan yang mampu menurunkan emisi berbasis lahan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi • Menawarkan seperangkat pedoman, langkah dan alat (termasuk perangkat lunak, ABACUS SP) untuk membantu mulƟ pihak untuk bernegosiasi perencanaan penggunaan lahan dengan menampilkan skenario yang dibangun bersama.
LUWES dalam 6 langkah • Step p 1: Mengintegrasikan g g pembangunan p g dengan g perencanaan spasial: indeks prioritas • Step 2: Menghitung emisi ak fitas berbasis lahan di masa lalu • Step 3: Membangun skenario dasar dan memperkirakan kngkat t referensi fi emisi i i (REL) • Step 4: Membangun skenario ke depan, menghitung emisi emissions keuntungan ex ante emissions, • Step 5: Analsis Trade off, strategi pembangunan • Step 6: Menterjemahkan strategi ke aksi perencanaan
Bagaimana perencanaan alokasi lahan bagi akƟfitas pembangunan di Merangin?
Inventarisasi pembangunan berbasis lahan di Merangin • Peta konsesi diperoleh dari berbagai insƟtusi pemerintah untuk memperbaiki b iki peta t perencanaan spasial terkini • MulƟ pihak diskusi dilakukan untuk memahami dinamika penggunaan lahan di dalam zona perencanaan p
Current land use plan map
Perencanaan penggunaan lahan terkini + peta k konsesi i
Alokasi lahan berbasis peta spasial d peta konsesi dan k HorƟkultur a 2.7% Pertamban gan 4 5% 4.5%
HTI 5.1%
Taman Nasional N i l 21.6%
Perkebunan Permukima Rakyat n 19.0% 3.8%
Hutan Desa 6.3%
HTR 3.6%
• 21,6% wil. Merangin area Hutan di l k ik bagi dialokasikan b i Taman Lindung Nasional Kerinci Seblat 5.1% NaƟonal Park, 20.7% bagi g Hutan konsesi tanaman, dan 19% Produksi 4.2% bagi tanaman masyarakat.
Hutan Izin Produksi Perkebunan Terbatas 20.7% 1.4%
Pert. Lahan Kering 0.6%
Pert. Lahan Basah 1.5%
Konversi lahan di Ɵap zona berbasis di k i multi diskusi ih k l i pihak No
Alokasi Ruang
Luasan (ha)
1
HorƟkultura
9,509.30
Luas (%) 2.7%
2
HTI
37,196.09
5.1%
3
HTR
26,030.16
3.6%
4
Hutan Desa
45,769.58
6.3%
Rencana Pembangunan Lahan HorƟkultura akan dikembangan untuk penanaman komodiƟ sayuran dataran Ɵnggi, sedangkan kebun kopi, karet, dan sawit dibatasi l luasnya. k diƟ kayu k M b h komodiƟ manis i menjadi j di Merubah horƟkultura. Alokasi ruang HTI saaƟ ni belum ada akƟfitas penanaman, yang ada hanya pengambilan manfaat kayu hutan untuk masa yang akan datang direncanakan akan dikembangkan untuk akasia. Mendorong masyarakat untuk mengembangkan j seluas 80 % dari areal p pada kebun karet menjadi tahun 2030. Mendorong masyarakat menanam tanaman non kayu (rotan, jernang, lebah madu,kemiri dll) untuk mengembalikan kepada kondisi hutan. hutan Hutan Desa yang berada di hutan produksi diperkenankan untuk pemanfaatan kayu dengan standar yang diijinkan.
Berapa potensi emisi dari pembangunan dan perencanaan lahan?
Emisi bersih yang diperkirakan di Ɵap zona perencanaan Emisi (ton/ha.thn)
6.00
5.18
5.00 4.00
3.36
3.00 2.00 1.00 0.41 0 00 0.00
0.82
0.40
0.78 0.48 0.72
1.52
1.22 0.21
0.08
1.12 0.30
Zona
Porsi Emisi berdasarkan zona di Merangin Tingkat Emisi KomulaƟf (Tiap Zona Alokasi Ruang)
Alokasi Ruang
Historical
Forward Looking
TN Tambang b Permukiman Perk rakyat Lahan kering Lahan basah Ijin Perkebunan HPT Hutan uta Produksi odu s Hutan Lindung Hutan Desa HTR HTI HorƟkultura Emisi KomulaƟf (ton CO2/hektar/tahun)
IdenƟfikasi AkƟvitas Pada SeƟap Zonasi no
zona
Stakeholder
Pengambil Keputusan Penerima Manfaat
1 Hortikultura H ik l
Masyarakat, M k Dinas Di Pertanian Tanaman Pangan dan HorƟkultura Kab. Merangin, Dinas Pertanian Provinsi Jambi
Dinas P Di Pertanian i M Masyarakat k (Petani (P i Provinsi, Dinas HorƟkultura) Pertanian Kabupaten
2 HTI
Perusahaan, Menteri Kehutanan Masyarakat, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab, Dinas Kehutanan Provinsi, Kementerian Kehutanan
Perusahaan, Pemerintah Pusat, Pemda dan Masyarakat
3 HTR
Masyarakat, Dinas Menteri Kehutanan Perkebunan dan Kehutanan kab, Dinas Kehutanan Provinsi, Provinsi Kementerian Kehutanan
4 Hutan Desa
Masyarakat, Dinas Perkebunan dan Kehutanan kab,, Dinas Kehutanan Provinsi, Kementerian Kehutanan
Menteri Kehutanan, Dnas Kehutanan Provinsi,, Dinas Hutbun Kab
Kebjakan Yang Mendukung Kawasan Strategi K S i Kabupaten (KSK) PNPM PISEW, Samisaske, KUR, fasilitasi dan pembinaan tanaman HorƟkultura
Kebijakan yang Menghambat
Actual Land Use Hortikultura, H ik l Pemukiman, Karet, Kopi, Kulit Manis, Kelapa Sawit, Sawah
Pencadangan Areal HTR
Emision Share 1 15 1,15
Kebun Karet, Sawah, Kebun Sawit, Hutan Primer, Hutan Sekunder
2,76
Masyarakat
Adanya Pencadangan Adanya Izin Konsesi Hutan Primer, Hutan HTI yang Bertampalan Sekunder, Kebun Areal dengan areal Karet, Kebun Sawit pencadangan HTR
1,97
Masyarakat
Permenhut tentang Hutan Desa
3,36
Pemberian izin Kuasa Kebun Karet, Kebun Pertambangan yang Kelapa Sawit, Hutan berada di areal Hutan Primer dan Sekunder Desa
Apa saja kemungkinan strategi penurunan emisi? emisi?
AkƟvitas yang direncanakan bagi penurunan emisi di Merangin berdasarkan diskusi mulƟ pihak Penurunan Emisi KumulaƟf (ton CO2 eq/ha.yr)
Kontribusi Penurunan Emisi
(1) Mempertahankan keberadaan hutan primer
3.23
8.16%
( ) Mempertahankan (2) hutan p p primer dan sekunder
6.79
17.13%
(3) Mempertahankan hutan primer dan sekunder serta penanaman pohon
6.88
17.36%
Mempertahankan hutan primer, mencegah konversi hutan serta memperketat aturan tebang pilih
2.99
7.55%
No
Zona
Skenario penurunan emisi
1
Taman Nasion al
Hutan Desa
Tingkat Referensi dan skenario penurunan i i di Merangin M i emisi 50.00 RL Historical
45.00 Emisi KomulaƟff (ton CO2/hektaar.tahun)
2
40.00 RL Forward Looking 35.00 Mempertahankan Hutan Primer TN
30.00 25.00
Mempertahankan Hutan p Primer dan Sekunder TN
20.00
Mempertahankan Hutan Primer, Sekunder dan K i t R Kegiatan Reboisasi b i i TN Mempertahankan Hutan Primer dan Mencegah Deforestasi Hutan Desa
15.00 10 00 10.00 5.00
2010
2015
2020 Tahun
2025
2030
Terima Kasih
MRV DAN PEMBELAJARAN DARI DA REDD+ DI TN MERU BETIRI ITTO PD 519/08 REV.1 (F)
Ari Wibowo g Perubahan Iklim dan Kebijakan j Pusat Litbang Email :
[email protected]
Workshop MRV_FCPF Padang, 2012 13 d 3 September S b 20 2
MRV = Measurable, Reportable dan Verifiable GHG/GRK: Green House Gasses /Gas Rumah Kaca REL = Reference Emission Level RL = Reference Level UNFCCC = United Nations Framework Convention on Climate Change IPCC = Inter-Governmental Panel on Climate Change CDM : Clean Development Mechanism REDD = Reducing Emission from Deforestation and Degradation REDD+ = Conservation, Enhancement of Carbon Stock, Sustainable Forest Management DA = Demonstration Activities Partnership FCPF = Forest F t Carbon C b P t hi F Facilities iliti
Terjadinya pemanasan global yaitu peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer akibat ulah manusia K t ib i d Kontribusi darii sektor kt utama t yang mengemisi i i GRK GRK: E Energii (Industri, transportasi, pembangkit listrik) Non energi (LULUCF, Pertanian, Limbah) Kehutanan termasuk dalam AFOLU ((LULUCF). ) Kontribusi sektor LULUCF dalam emisi : Global 18%, Nasional 48 % Kehutanan dapat sebagai emiter/penyerap GRK Indonesia telah mengeluarkan komitmen target penurunan emisi 26% tahun t h 2020 Dikeluarkannya RAN dan RAD Perkembangan adanya mekanisme insentif dalam penurunan emisi (wajib/sukarela) Upaya penurunan emisi (mitigasi) harus dilakukan secara MRV.
Waste 11%
Energy 21%
Peat Fire 12%
Industry 3% Agriculture 5% LUCF 48%
Gl b l (St Global (Stern, 2007)
N i Nasional l (SNC (SNC, 2009)
g p g ) dilakukan Kegiatan penurunan emisi ((mitigasi) melalui kegiatan utama yaitu pembuatan tanaman dan konservasi karbon hutan Pembuatan tanaman : Program CDM, HTI, Gerhan, penanaman lain Konservasi karbon (mempertahankan karbon yang ada) : REDD+ REDD+, konservasi konservasi, PHL PHL, Reduce Impact Logging (RIL) dsb.
TUJUAN UTAMA KEGIATAN REDD+ ADALAH MENURUNKAN EMISI GRK YANG KONSISTEN DENGAN TUJUAN UNFCCC UNTUK MENCAPAI STABILISASI KONSENTRASI GRK DI ATMOSFER PADA TINGKATAN YANG TIDAK MEMBAHAYAKAN SISTEM IKLIM GLOBAL Mekanisme yang sedang dikembangkan di internasional untuk menurunkan emisi dengan mencegah deforestasi dan degradasi Perkembangan selanjutnya REDD+ memasukkan konservasi, PHL dan peningkatan stok karbon Bersifat voluntary, Indonesia mendukung karena sejalan dengan tujuan PHL. Tingkat deforestasi di Indonesia juga besar (1,1 juta ha/tahun) Meskipun mekanisme wajib belum diatur, mekanisme pasar sukarela telah berkembang misal : VCS, CCB dan Plan Vivo Kegiatan penurunan emisi termasuk REDD+ harus dilakukan secara MRV REDD bersifat nasional dengan implementasi di tingkat sub-nasional Sub Nasional : Provinsi, Kabupaten, Unit Pengelolaan
Penurunan emisi dari deforestasi, Penurunan emisi dari degradasi hutan, Konservasi stok karbon hutan, Pengelolaan g hutan lestari (PHL) ( ) dan Peningkatan stok karbon.
M
Measuring (Pengukuran)
R
R Reporting ti (P (Pelaporan) l )
V Verifying (Verifikasi) Copenhagen Accord COP 14: MRV untuk aksi mitigasi termasuk laporan inventarisasi GRK (Natcom) dan REDD+ Arahan Presiden : Indonesia harus siap dengan MRV yang y yyang g memenuhi kaidah Standar Internasional dan biaya efektif LOI Indonesia dan Norwegia juga mensyaratkan MRV dalam mekanisme REDD UKP4 sedang mengembangkan kelembagaan MRV nasional
Menggunakan IPCC GL (2006) : AFOLU (Agriculture Forestry, (Agriculture, Forestry Other Land Use) Kombinasi remote-sensing dan pengukuran lapangan, 6 Kategori Lahan : Forest Land, Crop L d G Land, Grassland, l d W l d SSettlement l d h LLand. d Wetland, dan O Other Ditjen Planologi telah membagi penutupan lahan ke dalam 23 kelas Menghitung 5 sumber karbon (Karbon diatas tanah, karbon di bawah tanah, serasah, kayu mati/nekromas dan tanah) Hasilnya y transparan p dan terbuka untuk review.
PERHITUNGAN EMISI
É Équivalent
CO
FAKTOR EMISI/SERAPAN
DATA KEGIATAN
=
X
2
11
Forest Land Remaining Forest Land Forestt L L dC Land Converted t d tto F Land d Crop Land Remaining Crop Land Land Converted to Crop Land Grassland Remaining Grassland Land Converted to Grassland Wet Land Remaining Wet Land Land Converted to Wet Land Settlement Remaining Settlement Land Converted to Settlement Other Land Remaining g Other Land Land Converted to Other Land
Tingkat kerincian (Tier) Pendekatan untuk menentukan perubahan luas (Activity Data)
Tingkat kerincian faktor emisi (Tier): perubahan cadangan karbon
1. Pendekatan Non-spasial : dari data statistik negara (mis FAO) memberikan gambaran umum perubahan luas hutan
1. Memakai data yang diberikan oleh IPCC (data default values) pada skala benua
2. Berdasarkan peta, hasil survey dan data statistik nasional
2. Data spesifik dari negara bersangkutan untuk beberapa jenis hutan yang dominan atau yang utama
dari interpretasi 3. Data spatial p p penginderaan jauh dengan resolusi yang tinggi
3. Data cadangan g karbon dari Inventarisasi Nasional, yang diukur secara berkala atau dengan modelling
REDD dalam perkembangan, saat ini memasuki masa persiapan “readiness” readiness Pembelajaran melalui DA REDD DA REDD mewakili berbagai kondisi, lokasi geografi di Indonesia TNMB mewakili kawasan konservasi yang mendapatkan ancaman karena deforestasi dan degradasi yang tidak terencana Dukungan dari ITTO dan partner Seven and i Holdings Company (Jepang) DA REDD+ TNMB
Sub-Nasional (Unit Manajemen)
Nama DA : Tropical Forest Conservation For Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation and Enhancing Carbon Stocks in Meru Betiri National Park, Indonesia Lokasi : TNMB, Jawa Timur Pelaksana : Badan Litbang Kehutanan Proponen : Puspijak, TNMB, LATIN Periode DA : 2010-2013 Luas : 58,000 ha Sumber dana / jumlah : ITTO / US$ 973,388
58.000 Ha L Luas : 58 000 H TNMB, areal konservasi
Batas Lokasi Sebelah Utara Berbatasan dengan kawasan hutan Perum Perhutani dan Perkebunan PT. Treblasala S b l hB Sebelah Baratt Berbatasan dengan Desa Sanenrejo, Desa Andongrejo Desa Andongrejo, Curahnongko, kawasan PTPN XII Kalisanen, PTPN XII Kota Blater, dan kawasan hutan Perum Perhutani
Sebelah Selatan
Sebelah Timur
Berbatasan dengan Samudera Indonesia
Berbatasan dengan Desa Sarongan dan kawasan PTPN XII Sumberjambe
Meningkatkan pemahaman dan k j ht kesejahteraan masyarakat k t melalui l l i partisipasi dalam kegiatan REDD+ Membangun sistem yang kredibel untuk pemantauan REDD+ yang dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi (MRV)
Struktur Organisasi MINISTRY OF FORESTRY
ITTO
Project Steering Committee CCCP RnD
Auditor
Coordinator Project Staffs
Coordinator of Emission In entor Inventory Baseline (FORDA) National Experts and Counterpart
Coordinator of Formulation and Implementation of MRV (FORDA) National Expert and Counterpart
Coordinator of Community Participation and Prosperity Improvement (LATIN) National Expert and C Counterpart t t
Peningkatan partisipasi dan kehidupan masyarakat melalui partisipasi dalam kegiatan REDD+ Pengembangan sistem monitoring stok karbon dan emisi yang MRV
Project Technical Advisory Team
Coordinator of Forest Protection and Extension (Meru Betiri National Park Agency) National Expert and Counterpart
1.
2.
Networking Pamphlet Website : Http://ceserf-itto.puslitsosekhut.web.id Mailing list :
[email protected] Video Publication General User Brief Info No. 1 - 30 Photo Report Scientific User Technical Reports Bi Biannual l dan d Annual A l Re Reports ts Decision Maker Policy Brief
Land cover 1997
Land cover 2001
ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN
Land cover 2005
Land cover 2010
Land cover 2007
Pelatihan MRV (Perubahan iklim, mitigasi, pengukuran karbon, dsb)
Inventarisasi berbasis sumberdaya (pemetaan sederhana, agroforestry, hidrologi dan dan pengukuran karbon
Climate Change dan upaya mitigasi atau penurunan emisi di sektor kehutanan termasuk REDD+ perlu dipahami oleh masyarakat luas. Penurunan emisi tersebut dilaksanakan dengan kaidah MRV (internasional dan nasional) Di tingkat global dan nasional REDD+ masih dalam tahap perkembangan Peluang untuk mengacu kepada karbon perkembangan. sukarela Di tingkat sub nasional (provinsi, kabupaten atau unit manajemen) MRV telah telah dikembangkan yang bisa menjadi rujukan dalam pengembangan sistem MRV di wilayah lain. Pembelajaran dari DA REDD+ di TNMB: Informasi stok PSP, karbon di kawasan konservasi melalui p pembangunan g analisis perubahan penutupan lahan hasil remote sensing serta keterlibatan masyarakat dalam MRV dan program REDD+.