Nurul Istifadah : Memperbaiki Kinerja Perekonomian Jawa Timur.....
MEMPERBAIKI KINERJA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR DALAM MENGHADAPI KOMPETISI GLOBAL Nurul Istifadah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Email:
[email protected]
ABSTRACT
East Java’s economy is one of the contributors to the national economy and is the province that has the highest economic growth rates (exceeding the national economic growth and Jakarta). By 2015, East Java’s economy faced in the era of the ASEAN single Informasi Artikel market where competition is ever increasing rate. Therefore, Riwayat Artikel strategies are needed economic development in East Java Diterima tanggal 28 Februari 2015 that economic performance is increasing global competition. Direvisi tanggal 15 April 2015 Growth performance of East Java province has been achieved Disetujui tanggal 30 Mei 2015 by the contribution of economic developments at the local level and also by the influence of national economic growth. In order to optimize the East Java economy needs to prioritize the sectors Klasifikasi JEL that contribute the greatest economic performance. O47 The purpose of this paper is to (1) analyze the role of the national economy to the economy of East Java; and (2) identify the sectors Kata Kunci that provide the greatest role in the economy of East Java; (3) Kinerja Perekonomian local economic empowerment strategy for the improvement Perekonomian Lokal of the performance of East Java face global competitiveness. Jawa Timur The method of analysis used in this study is the shift share Kompetisi analysis. Shift share analysis is used to calculate the role of the Analisis Shift-Share national economy and other sectors of the local economy to the achievement of the economic performance of East Java. The results showed that the role of the national economy to DOI the economy of East Java is relatively large, especially for the 10.17970/jrem.15.1501014.ID manufacturing sector, the trade, hotels & restaurants, as well as the agricultural sector. National economic empowerment strategy prioritized the sectors that have the greatest economic performance. Furthermore, continued economic development in sectors that have lower economic performance.
ABSTRAKSI Perekonomian Jawa Timur merupakan salah satu penyumbang pada perekonomian nasional serta mempunyai tingkat pertumbuhan perekonomian yang paling tinggi (setelah Jakarta) di Indonesia. Pada tahun 2015, Jawa Timur menghadapi era pasar tunggal ASEAN dimana kompetisi meningkat. Jadi strategi yang diperlukan untuk pertumbuhan perekonomian di Jawa Timur adalah strategi yang kinerja perekonomiannya meningkatkan kompetisi global. Dalam upaya mengoptimalkan perekonomian di Jawa Timur maka perlu untuk memprioritaskan pada sektorsektor yang memberikan kontribusi kinerja perekonomian yang paling besar. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis peran perekonomian nasional terhadap perekonomian Jawa Timur; (2)
190
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
mengidentifikasi sektor-sektor yang memberikan peran paling besar pada perekonomian di Jawa Timur; (3) menentukan strategi pemberdayaan perekonomian lokal untuk meningkatkan kinerja perekonomian Jawa Timur dalam menghadapi kompetisi global. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis shift-share. Analisis shift-share digunakan untuk menghitung peran perekonomian nasional berikut sektorsektor perekonomia local yang lain untuk mencapi kinerja perekonomian Jawa Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perekonomian nasional terhadap perekonomian Jawa Timur relative besar, khususnya di sektor manufaktur, perdagangan, hotel & restoran sama seperti sektor pertanian. Strategi penguatan perekonomian nasional memprioritaskan pada sektor-sektor yang mempunyai kinerja perekonomian yang paling besar. Selanjutnya, mengembangkan perekonomian yang berkelangsungan pada sektor-sektor ini yang memiliki kinerja perekonomian yang lebih rendah.
1. Pendahuluan Perekonomian Jawa Timur merupakan salah satu penyumbang perekonomian nasional terbesar. Hal ini ditunjukkan dari besarnya rasio PDRB Jawa Timur terhadap PDB nasional yang semakin meningkat. Perkembangan ekonomi Jawa Timur yang semakin meningkat akan memberi kontribusi yang positif terhadap perkembangan ekonomi nasional. Gambar 1: Kontribusi PDRB Provinsi Jawa Timur terhadap PDB Nasional (%) 15,20 15,00
15,03
14,80 14,60
14,71
14,68
14,67
2006
2007
2008
14,73
14,79
15,14
14,89
14,40 2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.
Peran strategis perekonomian Jawa Timur dalam membentuk kinerja perekonomian nasional menjadikan output perekonomian Jawa Timur sebagai salah satu barometer keberhasilan pembangunan ekonomi nasional. Kinerja perekonomian Jawa Timur sesungguhnya tidak terlepas dari pengaruh perkembangan perekonomian nasional, walaupun kinerja pembangunan ekonomi Jawa Timur juga tidak terlepas
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 190-203
dari proses pembangunan ekonomi yang terjadi di provinsi Jawa Timur sendiri. Dari seluruh unsur yang mempengaruhi capaian kinerja pembangunan ekonomi di Jawa Timur, maka perlu untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang mampu memberikan kontribusi paling besar terhadap peningkatan kinerja perekonomian lokal di Jawa Timur. Selanjutnya, perlu pula mengidentifikasi besarnya peran masing-masing sektor terhadap hasil pembangunan ekonomi di provinsi Jawa Timur. Paper ini menganalisis tentang (1) peran pengaruh perekonomian nasional terhadap kinerja perekonomian Jawa Timur, (2) identifikasi sektor yang memberi peran paling besar dalam kinerja perekonomian Jawa Timur, serta (3) menyusun strategi peningkatan kinerja perekonomian lokal Jawa Timur menghadapi persaingan global. Penyusunan strategi peningkatan kinerja perekonomian Jawa Timur penting untuk dilakukan mengingat bahwa pada tahun 2015, secara de yure, perekonomian Jawa Timur akan dihadapkan pada era pasar tunggal ASEAN dimana tingkat persaingan akan semakin ketat. Oleh karena itu, perlu menyusun strategi peningkatan perekonomian Jawa Timur menghadapi persaingan global sebagai bagian dari proses perencanaan bidang ekonomi dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan pemerataan proses pembangunan ke seluruh sektor-sektor ekonomi. 2. Kerangka Teori 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terkait metode analisis shift share telah banyak dilakukan. Diantaranya oleh Chun Yun Shi dan Yang Yang pada tahun 2008 di China. Dalam penelitiannya, keduanya mengaplikasikan metode shift share ke dalam aplikasi pengembangan untuk keperluan riset tentang sektor pariswisata di China. Hasil penelitiannya bermanfaat dalam membantu pemahaman tentang pengembangan dan situasi persaingan sektor pariwisata di China.
191
Nurul Istifadah : Memperbaiki Kinerja Perekonomian Jawa Timur.....
Penelitian lain yang terkait dengan analisis paper ini juga dilakukan oleh James A. Brox, Emanuel Carvalho dan Jon Mackay pada periode tahun 1987-2006 di provinsi Alberta Kanada. Dalam penelitiannya, mereka menganalisis kinerja ekonomi di provinsi Alberta Kanada dengan menggunakan analisis shift share dan menggunakan pendekatan data ketenaga-kerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor energi memberikan pengaruh yang paling besar, sedangkan sektor pertanian dan administrasi publik memberikan pengaruh yang kecil (di bawah rata-rata) terhadap kinerja perekonomian di provinsi Alberta Kanada. Penelitian dengan menggunakan analisis shift share lainnya dilakukan di wilayah kabupaten Purworejo pada periode tahun 2000-2009 oleh Istiko Agus Wicaksono. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergeseran sektor dan subsektor pertanian yang terjadi di seluruh kecamatan di Kabupaten Purworejo didominasi oleh pengaruh komponen pertumbuhan nasional. 2.2 Konsep Pembangunan Menurut Tjokroamidjojo (1986: 42) pembangunan didefinisikan sebagai suatu usaha perubahan sosial (social change), yaitu usaha perubahan dari suatu keadaan dan kondisi kemasyarakatan tertentu kepada suatu keadaan dan kondisi kemasyarakatan yang dianggap lebih baik atau lebih diinginkan. Djojohadikusumo (1994:2) mendefinisikan pembangunan sebagai suatu proses transformasi yang ditandai oleh perubahan struktural yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat. Sedangkan menurut Sukirno (2006:3) konsep pembangunan adalah sebagai suatu proses pembangunan di bidang ekonomi dan bidang non ekonomi, yaitu suatu rangkaian usaha perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonomi, meningkatkan ketersediaan infrastruktur, menambah perusahaan semakin banyak dan berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi serta teknologi
yang semakin meningkat. Sebagai implikasi dari perkembangan ini diharapkan kesempatan kerja akan bertambah, dan kemakmuran masyarakat akan meningkat. Pada dasarnya, pengertian pembangunan dapat dijelaskan dengan dua pandangan, yaitu pandangan lama (tradisional) dan pandangan modern (Widodo, 2006: 3-4). Pembangunan dalam pandangan tradisional diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan PDB/PDRB, indikator produksi, dan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan pandangan modern melihat pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap masyarakat serta institusi dalam mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja. Dalam konteks ekonomi kesejahteraan, konsep pembangunan modern mengacu kepada tiga pilar, yaitu efisiensi alokasi sumber daya, pemerataan distribusi kesempatan bagi masyarakat, serta kegiatan yang mempertahankan kelestarian lingkungan (Setiono, 2011: 290). Dengan demikian, proses pembangunan harus mampu mengefisienkan sumber daya, pemerataan, dan proses pembangunan yang berkelanjutan. Pada umumnya, pembangunan di beberapa negara berkembang ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena pembangunan di bidang ekonomi diharapkan akan dapat mendorong kemajuan di bidang lainnya (Tjokroamidjojo (1986: 44). Oleh karena itu, pembangunan ekonomi tidak hanya sekedar menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun, tetapi juga peningkatan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan untuk tujuan pengembangan aktifitas ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Menurut Djingan (1996), pembangunan ekonomi yang sedang dilaksanakan di suatu negara memerlukan dua persyaratan dasar, yaitu (1) tingkat (persentase) pertumbuhan ekonominya harus melebihi tingkat pertambahan penduduk, serta (2) proses pertumbuhannya harus bertum-
192
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
pu pada kekuatan dalam negeri sendiri. Dengan demikian, peranan negara atau kekuatan daerah luar hanya bersifat sebagai penunjang. Bantuan luar negeri hanya digunakan untuk mengawali atau merangsang pembangunan tetapi tidak untuk mempertahankannya. 2.3 Pembangunan Ekonomi Lokal Pembangunan ekonomi lokal mengandung pengertian sebagai suatu proses pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu daerah. Pengertian pembangunan daerah (lokal) adalah kemampuan daerah untuk mencari terus-menerus (menciptakan) peran spesifik yang tepat dalam pembagian kerja melalui efisiensi dan penggunaan sumber daya kreatif yang dimiliki oleh sistem ekonomi daerah (Capello, 2007:85). Pembangunan ekonomi daerah juga mengandung pengertian sebagai suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut (Arsyad, 1999 ; 108). Konsep dasar dari pembangunan ekonomi daerah adalah bahwa pembangunan harus bertumpu pada kekuatan endogen dengan memanfaatkan sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik daerah. Konsep ini mengarah pada kekhasan daerah, potensi daerah, dan inisiatif daerah dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Menurut Djojodipuro (1992: 216-217) secara garis besar daerah dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: (1) daerah padat, (2) daerah yang mengalami kemunduran dan (3) daerah terbelakang. Klasifikasi daerah tersebut pada umumnya menggunakan kriteria pendapatan per kapita, tingkat pengangguran, dan kemampuan memanfaatkan sumber daya alam. Dari pengklasifikasian tersebut menunjukkan bahwa masing-masing daerah mempunyai kondisi dan
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 190-203
potensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kebijakan dan strategi pembangunannya juga harus menyesuaikan dengan kondisi, yang meliputi permasalahan, kebutuhan, dan potensi daerah tersebut. Menurut Ricardo (dalam Setiono, 2002: 230) daerah tersebut harus menetapkan spesialisasi pada komoditas yang memiliki keunggulan komparatif terbesar atau yang memiliki ketidak-unggulan komparatif terkecil. Prinsip keunggulan komparatif perlu memperhitungkan biaya pengangkutan karena mengandung unsur keterkaitan antar daerah. Keterkaitan antar daerah merupakan faktor positif, dari proses integrasi ekonomi nasional (Azis, 1994: 66-67). Keunggulan komparatif dalam suatu daerah merupakan faktor-faktor yang dimiliki secara spesifik oleh lokasi seperti sumberdaya alam, jumlah penduduk, budaya, dan sebagainya. Namun, memiliki keunggulan komparatif saja tidaklah cukup untuk menjamin keberlanjutan perekonomian suatu daerah (Setiono, 2011:534). Jumlah penduduk yang terus bertambah tentunya harus diantisipasi dengan upaya penyediaan lapangan kerja dan fasilitas sosial ekonomi yang memadai. Hal-hal tersebut pada dasarnya dapat dipenuhi jika perekonomian daerah yang bersangkutan mampu mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang tepat dan berkelanjutan yang dapat membuka lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga mereka mampu membeli barang-barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keunggulan komparatif lebih menekankan pada kepemilikan sumber daya alam, sumber daya manusia, infrastruktur, kelembagaan suatu daerah, dan lain-lain. Sementara keunggulan kompetitif lebih menekankan pada efisiensi pengelolaan penggunaan sumber-sumber tersebut. Pembangunan ekonomi akan optimal apabila didasarkan pada keungggulan komparatif dan kompetitif. Pembangunan ekonomi yang didasarkan pada keunggulan kompetitif akan lebih berkelanjutan daripada yang didasarkan
193
Nurul Istifadah : Memperbaiki Kinerja Perekonomian Jawa Timur.....
pada keunggulan komparatif. Di lain pihak, perkembangan perekonomian global mendorong setiap produsen untuk mencari pasar yang seluas-luasnya bagi barang hasil produksinya di seluruh dunia. Hal ini menciptakan persaingan global, tidak hanya pada tingkat negara tetapi sampai ke tingkat lokal/daerah. Perekonomian lokalpun tidak hanya bersaing dengan pesaing regional, namun mereka juga harus menghadapi pesaing internasional untuk memperebutkan pasar. 2.4 Konsep Daya Saing Kata daya saing (competitiveness) bermakna daya atau kekuatan, sedangkan kata saing bermakna mencapai lebih dari yang lain, atau memiliki keunggulan/mutu tertentu dibanding yang lain (Sumihardjo, 2008: 8). Artinya, daya saing dapat bermakna kekuatan untuk menjadi unggul dalam hal tertentu. Kata daya saing seringkali dipergunakan dalam konteks ekonomi dan diartikan sebagai kemampuan untuk bersaing. Tujuan peningkatan daya saing dalam perekonomian adalah meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk (level of living), dimana tidak hanya diukur dari meningkatknya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga standar kehidupan masyarakat. Menurut World Economic Forum (WEF), lembaga yang secara rutin menerbitkan tingkat persaingan global ”Global Competitiveness Report” mendefinisikan daya saing suatu negara sebagai kemampuan perekonomian negara tersebut untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Fokusnya adalah pada kebijakan yang tepat, institusi yang sesuai, dan karakteristik ekonomi lain yang mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Lembaga lain, Institute of Management Development (IMD), yang secara rutin juga mempublikasikan ”World Competitiveness Yearbook”, mendefinisikan daya saing suatu negara sebagai kemampuan suatu negara dalam menciptakan nilai tambah dalam rangka menambah kekayaan nasional
dengan cara mengelola akses, proses daya tarik dan agresivitas, globality, dan proximity, serta mampu mengintegrasikan hubungan-hubungan tersebut ke dalam suatu model ekonomi dan sosial. Daya saing suatu daerah di dalam suatu negara (regions atau sub-nations) didefinisikan oleh United Kingdom-Department of Trade and Industry (UK-DTI) sebagai kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan domestik maupun internasional. Konsep daya saing di tingkat daerah adalah konsep yang mengukur dan membandingkan seberapa baik suatu daerah dalam menyediakan iklim tertentu yang kondusif untuk mempertahankan daya saing domestik maupun global dari pesaing yang ada di lingkungan wilayahnya. Daya saing daerah berkaitan dengan kemampuan ekonomi daerah dalam memanfaatkan potensi daerah untuk menghasilkan dan memasarkan produk atau jasa yang dibutuhkan pasar secara berkesinambungan. Pemahaman daya saing berbasis potensi daerah terletak pada kemampuannya menjadi unggul yang didasarkan atas sumber-sumber yang dimilikinya. Kemampuan menjadi unggul merupakan proses pengelolaan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi atas sumber-sumber yang dimiliki daerah agar menguntungkan masyarakat daerah. 3. Metode Penelitian Tujuan akhir penulisan paper ini adalah untuk menganalisis peningkatan kinerja perekonomian lokal Jawa Timur menghadapi persaingan global. Penelitian ini dilakukan di wilayah provinsi Jawa Timur dengan periode pengamatan tahun 2006 – 2013. Kinerja industri manufaktur diukur dari pertumbuhan ekonomi Jawa Timur secara relatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang diukur dari dua komponen: share (national share) dan shift (proportional shift dan differential shift). Kom-
194
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
ponen share dan shift diukur dengan menggunakan model analisis shift share. Sektor ekonomi yang memberi peran paling besar terhadap kinerja perekonomian Jawa Timur adalah yang memiliki pertambahan nilai absolut (shift dan share) positif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya: Badan Pusat Statistik, internet, serta sumber-sumber publikasi terkait lainnya. Metode Analisis Data: Shift Share Analysis Metode analisis shift share merupakan tehnik analisis kuantitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor yang memberi peran paling besar dalam perekonomian Jawa Timur. Metode shift share juga dapat mengukur peran pertumbuhan ekonomi nasional terhadap kinerja perekonomian Jawa Timur (national growth effect) serta mengukur daya saing relatif (competitiveness) perekonomian Jawa Timur terhadap perekonomian nasional (keunggulan kompetitif Jawa Timur terhadap perekonomian nasional). Sektor yang memiliki peran paling besar terhadap kinerja perekonomian Jawa Timur adalah yang memiliki total nilai pertambahan absolut yang positif, yang diasumsikan merupakan dekomposisi dari dua komponen share dan shift. Asumsi metode shift share analysis adalah bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan pertumbuhan ekonomi nasional harus sama. Sehingga, perbedaan (simpangan) yang terjadi antara pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan pertumbuhan ekonomi nasional disebut sebagai pergeseran (shift). Untuk menghitung pergeseran (shift) ini, dihitung dengan dua komponen yang disebut proportional shift atau MIX effect dan differential shift atau DIF effect. Proportional shift (MIX effect) mengukur perubahan relatif kinerja perekonomian Jawa Timur terhadap kinerja perekonomian nasional. Pergeseran proporsional (proportional shift) ini
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 190-203
disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix). Hasil perhitungan MIX effect ini untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi di Jawa Timur yang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi yang sama di tingkat nasional. Differential shift (DIF effect atau disebut juga competition shift), yaitu mengidentifikasi tentang daya saing sektor-sektor ekonomi Jawa Timur (local competitiveness) dibandingkan sektor-sektor yang sama di tingkat nasional. Differential shift atau pergeseran diferensial ini mengukur kapasitas perekonomian Jawa Timur dalam mengembangkan sektor-sektor ekonomi di Jawa Timur pada tingkat rata-rata yang lebih besar daripada yang dicapai oleh sektor yang sama di tingkat nasional. Apabila nilai DIF effect sektor-sektor ekonomi di Jawa Timur tersebut positif, maka sektor-sektor ekonomi tersebut memiliki daya saing lokal yang relatif lebih tinggi dibanding sektor-sektor ekonomi yang sama di tingkat nasional. Pergeseran diferensial ini disebut juga pengaruh keunggulan kompetitif. Formula yang digunakan untuk analisis shift share ini adalah: • Kinerja perekonomian Jawa Timur merupakan penjumlahan dari pengaruh share dan shift masing-masing sektor ekonomi yang dinotasikan dengan: Dij = Nij + MIX + DIF • Nij merupakan pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (national growth effect) • Rumus Komposisi MIX effect adalah sebagai berikut:
195
𝑀𝑀𝐼𝐼𝑋𝑋 ൌ
𝑛𝑛 𝑖𝑖ൌͳ
ͳ 𝐸𝐸𝑖𝑖𝑟𝑟Ͳ 𝐸𝐸𝑖𝑖𝑛𝑛 ͳ − Ͳ 𝐸𝐸𝑟𝑟Ͳ 𝐸𝐸𝑖𝑖𝑛𝑛 Ͳ
Nurul Istifadah : Memperbaiki Kinerja Perekonomian Jawa Timur.....
• Rumus komposisi DIF effect adalah sebagai berikut: 𝐷𝐷𝐼𝐼𝐹𝐹 ൌ
𝑛𝑛 𝑖𝑖ൌͳ
ͳ 𝐸𝐸𝑖𝑖𝑟𝑟Ͳ 𝐸𝐸𝑖𝑖𝑟𝑟ͳ − Ͳ 𝐸𝐸𝑟𝑟Ͳ 𝐸𝐸𝑖𝑖𝑟𝑟Ͳ
Dimana notasi “E” merupakan variabel pertumbuhan ekonomi; notasi “i” merupakan sektor-sektor ekonomi di Jawa Timur; notasi “n” adalah data di level nasional, dan notasi “r” adalah data di level provinsi Jawa Timur. 4. Hasil Analisis dan Pembahasan 4.1 Pembangunan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi di provinsi Jawa Timur dilihat dari nilai PDRB-nya. Nilai PDRB Jawa Timur terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 nilai PDRB Jawa Timur atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 271.797,92 Milyar dan pada tahun 2013 telah mencapai Rp 419.428,45 Milyar atau meningkat sebesar 54,32% selama periode tahun 2006-2013 dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 5,57%. Komponen pembentuk PDRB Jawa Timur berdasarkan lapangan usaha meliputi sembilan sektor, yaitu (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan (Manufaktur), (4) Listrik, Gas, dan Pengolahan Air Bersih, (5) Konstruksi, (6) Perdagangan, Hotel & Restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, serta (9) Jasa-Jasa lainnya. Tiga sektor terbesar yang memberi kontribusi terhadap nilai PDRB Jawa Timur berdasarkan urutan yang paling besar adalah (1) sektor perdagangan, hotel & restoran, (2) industri manufaktur, serta (3) pertanian. Kontribusi ketiga sektor tersebut terhadap nilai PDRB Jawa Timur sebesar lebih dari 70%. Sejak tahun 2004, di Jawa Timur telah terjadi perubahan struktur perekonomian, dari industri pengolahan ke perdagangan. Hal ditunjukkan
dari sektor yang memberi kontribusi terbesar terhadap nilai PDRB Jawa Timur yang semula industri pengolahan beralih menjadi sektor perdagangan, hotel dan restoran. Gambar 2: Kontribusi Sektor Terbesar dalam PDRB Jawa Timur, Thn 2006-2013 (%) 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 2006 2007 2008 2009 Pertanian Industri Pengolahan
2010 2011 2012 2013 Perdagangan, Restoran & Hotel
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.
Perubahan nilai PDRB Jawa Timur atas dasar harga konstan menunjukkan besarnya pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sangat tinggi, bahkan paling tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional dan DKI Jakarta (Lihat Gambar 3). Tingginya pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tidak lepas dari posisi strategis provinsi Jawa Timur sebagai salah satu pusat pertumbuhan di pulau Jawa dan dari sisi geografis yang merupakan pintu masuk aliran barang dan jasa dari dan ke Kawasan Timur Indonesia. Dengan didukung oleh sarana dan prasarana transportasi yang terus dikembangkan, menjadikan provinsi Jawa Timur sebagai pusat pertumbuhan ekonomi nasional terbesar kedua setelah DKI Jakarta. Gambar 3: Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Nasional, Tahun 2006-2013 (%)
Gambar 3: Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Nasional, Tahun 2006-2013 (%) 8,00
5,80
6,11
6,16
6,35
6,01
6,00 4,00
5,50
2,00
6,68
7,22
7,27
6,55
6,22
6,49
6,23
5,78
2010 2011 Nasional
2012
2013
5,01 4,63
0,00 2006
2007
2008 2009 Jawa Timur
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.
196
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 190-203
Tabel 1: Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Menurut Sektor, Tahun 2006-2013 (%) Sektor
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Pertanian, Peternk, Kehutn & Perikanan
3.84
3.13
3.12
3.92
2.23
2.53
3.49
1.59
Pertambangan & Galian
7.90
10.45
9.26
6.92
9.18
6.08
2.32
3.30
Industri Pengolahan
2.96
4.64
4.39
2.80
4.32
6.06
6.34
5.59
Listrik & Gas & Air Bersih
3.91
11.82
3.10
2.72
6.43
6.25
6.21
4.74
Bangunan
1.40
1.22
2.70
4.25
6.64
9.12
7.05
9.08
Perdagangan, Restoran & Hotel
8.77
8.39
8.27
5.58
10.67
9.81
10.06
8.61
Pengangkutan & Komunikasi
6.34
7.77
7.20
12.98
10.07
11.44
9.65
10.43
Keuangn, Real Estate & Jasa Perusahaan
6.94
8.47
8.05
5.30
7.27
8.18
7.91
7.68
Jasa-Jasa
5.00
5.88
6.27
5.76
4.34
5.08
5.06
5.32
5.80
6.11
5.90
5.01
6.68
7.22
7.27
6.55
Produk Domestik Regional Bruto
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.
Beberapa sektor mempunyai kecenderungan tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin besar, dan beberapa sektor lainnya mempunyai kecenderungan timgkat pertumbuhan yang semakin menurun. Sektor pertanian mempunyai kecenderungan tingkat pertumbuhan yang semakin menurun. Sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan mempunyai kecenderungan tingkat pertumbuhan yang semakin tinggi. Sektor yang mempunyai kecenderungan tingkat pertumbuhan ekonomi paling tinggi adalah sektor transportasi dan komunikasi. Subsektor komunikasi merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di sektor transportasi dan komunikasi. Subsektor komunikasi merupakan sektor ekonomi yang tumbuh paling besar dalam perekonomian Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang sangat pesat dalam beberapa tahun ini, selanjutnya akan dihadapkan pada kondisi bahwa beberapa sarana dan prasarana yang telah melebihi kapasitas, diantaranya di bidang transportasi. Bandara udara internasional Juanda, pelabuhan internasional Tanjung Perak, serta beberapa ruas jalan mulai menunjukkan trend kapasitas yang overload. Kecenderungan terjadinya volume
yang melebihi kapasitas dari penggunaan sarana dan prasarana serta infrastruktur di kota-kota besar di Jawa Timur, seperti Surabaya, Gresik, dam Sidoarjo, berdampak pada beban biaya logistik pergerakan barang dan jasa yang semakin mahal. Beberapa permasalahan aksesibilitas di wilayah provinsi Jawa Timur bagian Selatan juga menjadi penghambat proses percepatan pembangunan di provinsi Jawa Timur. 4.2
Kinerja Pembangunan Ekonomi Lokal di Provinsi Jawa Timur Periode Tahun 2006-2013 Analisis shift share digunakan sebagai alat untuk melihat kinerja perekonomian Jawa Timur yang diukur dari pergeseran (shift) pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Jawa Timur dibandingkan dengan di tingkat nasional. Capaian kinerja perekonomian Jawa Timur tersebut meliputi komponen (1) pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional (national growth effect), yaitu pengaruh pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur; serta (2) pergeseran relatif kinerja ekonomi di Jawa Timur terhadap kinerja ekonomi nasional (proportional shift/MIX effect/industrial mix), yang juga menunjukkan apakah perekonomian
197
Nurul Istifadah : Memperbaiki Kinerja Perekonomian Jawa Timur.....
Jawa Timur terkonsentrasi pada sektor-sektor ekonomi yang relatif tumbuh lebih cepat dari pada sektor ekonomi yang sama di tingkat nasional; serta (3) pergeseran diferensial (differential shift/DIF effect) yang menunjukkan pengaruh perubahan sektor-sektor ekonomi yang relatif lebih tinggi daya saingnya dibandingkan sektor ekonomi yang sama di tingkat nasional. Jika nilai DIF effect positif menunjukkan bahwa jenis industri manufaktur tersebut lebih kompetitif dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat nasional (local competitiveness). Pergeseran differensial ini disebut juga pengaruh keunggulan kompetitif.
Dengan menggunakan data perubahan PDRB (pertumbuhan ekonomi) Jawa Timur dan data perubahan PDB (pertumbuhan ekonomi) nasional pada dua periode yang berbeda, hasil perhitungan analisis shift share perekonomian Jawa Timur selama periode 2006-2013, seperti ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini. Semua sektor menunjukkan kinerja yang positif. Hasil kinerja tersebut merupakan dekomposisi dari pengaruh nilai share dan shift. Komponen share adalah national share (Nij), sedangkan komponen shift meliputi proportional shift (Mij) dan differential shift(Cij).
Tabel 2: Hasil Analisis Shift Share Perekonomian Jawa Timur Periode Tahun 2006-2013 (Milyar Rp) No.
Sektor
1
Pertanian
2
Pertambangan & Galian
3
Industri pengolahan
4
Nij
Mij
Cij
Dij
3,015.51
(1,110.56)
(458.28)
1,446.66
435.61
(274.16)
333.83
495.29
5,193.07
(1,122.55)
189.22
4,259.74
Listrik & Gas & Air Bersih
273.22
102.59
(94.05)
281.76
5
Bangunan
664.64
133.68
(160.41)
637.91
6
Perdagangan, restoran & Hotel
6,256.12
1,099.66
1,814.91
9,170.70
7
Pengangkutan & Komunikasi
1,461.78
1,715.60
(677.70)
2,499.68
8
Keuangan,Persew Bgn&Jasa Persh
1,098.64
182.18
108.68
1,389.49
9
Jasa-Jasa
1,793.76
39.08
(215.31)
1,617.54
840.89
21,798.77
Total
20,192.36 Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.
Keterangan: Nij = National share
Cij = DIF shift
Mij = MIX shift
Dij = Kinerja Ekonomi total
Dari Tabel 2 tersebut dan Gambar 4 di bawah ini terlihat bahwa selama periode tahun 20062013, kinerja perekonomian Jawa Timur mengalami pertambahan nilai absolut atau kenaikan total kinerja sebesar Rp 21.798,77 Milyar. Setiap sektor memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap pembentukan total kinerja perekonomian Jawa Timur. Terdapat empat sektor yang memberikan kinerja relatif lebih tinggi dibanding beberapa sektor ekonomi lainnya. Sektor tersebut adalah (1) sektor perda-
gangan, restoran, dan hotel, (2) sektor industri pengolahan, dan (3) sektor pengangkutan dan komunikasi , serta (4) sektor pertanian.
198
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 190-203
Gambar 4: Kinerja Perekonomian Jawa Timur Menurut Sektor Periode Tahun 2006-2013 10.000, 9.000, 8.000, 7.000, 6.000, 5.000, 4.000, 3.000, 2.000, 1.000, -
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi kinerja yang paling tinggi, yaitu sebesar 42,07%. Sedangkan sektor industri pengolahan menyumbang kinerja perekonomian sebesar 19,54%, sektor transportasi dan
komunikasi sebesar 11,47%, dan sektor pertanian sebesar 6,64%. Dengan kata lain bahwa keempat sektor tersebut memiliki keunggulan komparatif yang lebih besar dibanding sektor ekonomi lainnya.
Tabel 3: Kontribusi Kinerja Perekonomian Jawa Timur Menurut Sektor (%) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sektor
Kontribusi 6.64 2.27 19.54 1.29 2.93 42.07 11.47 6.37 7.42 100.00
Pertanian Pertambangan & Galian Industri Pengolahan Listrik & Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Restoran & Hotel Pengangkutan & Komunikasi Keuangan,Persew Bgn&Jasa Persh Jasa-Jasa Total Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.
Dari kelima sektor ekonomi tersebut, sektor pertanian, transportasi dan komunikasi mempunyai daya saing lokal (keunggulan kompetitif) yang rendah. Sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran mempunyai daya saing lokal yang relatif tinggi. Kedua sektor tersebut merupakan sektor unggulan Jawa Timur yang
tidak hanya menghasilkan output yang paling tinggi, tetapi juga mempunyai tingkat produktivitas dan penyerapan tenaga kerja yang relatif besar dibanding sektor-sektor ekonomi lainnya. Oleh karena itu, prioritas pengembangan ekonomi di Jawa Timur seharusnya didorong kepada peningkatan efisiensi dan efektivitas terutama di kedua sektor tersebut.
199
Nurul Istifadah : Memperbaiki Kinerja Perekonomian Jawa Timur.....
4.2.3 Peran Perekonomian Nasional terhadap Kinerja Perekonomian Jawa Timur Capaian pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selain dikontribusi oleh perkembangan perekonomian di tingkat lokal juga dikontribusi oleh pertumbuhan ekonomi nasional. Peran kinerja ekonomi nasional terhadap kinerja perekonomian Jawa Timur selama periode tahun 2006-2013 sebesar Rp 20.192,36 Milyar Tabel 4: Kontribusi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Nasional Terhadap Kinerja Perekonomian Jawa Timur Menurut Sektor (%) No.
Sektor
1 2 3
Pertanian Pertambangan & Galian Industri pengolahan Listrik & Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, restoran & Hotel Pengangkutan & Komunikasi Keuangan,Persew Bgn&Jasa Persh Jasa-Jasa Total
4 5 6 7 8 9
Besarnya peran pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional di ketiga sektor tersebut yang mencapai hampir 70% memberi makna bahwa kinerja perekonomian Jawa Timur sangat dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian nasional. Demikian sebaliknya, perkembangan perekonomian Jawa Timur juga akan berdampak terhadap kinerja perekonomian nasional. Hal ini diperkuat dari rasio perekonomian provinsi Jawa Timur yang lebih dari 15% (lihat kembali Gambar 1 di halaman 2). 4.2.4 Daya Saing Perekonomian Jawa Timur menghadapi Persaingan global Menurut penelitian Global Competitiveness Report (GCR) tentang daya saing global, selama periode tahun 2006-2013, peringkat daya saing Indonesia berfluktuasi. Pada tahun 20092010 dan tahun 2012-2013 peringkat daya saing Indonesia mengalami kenaikaan. Variabel yang digunakan oleh GCR untuk meranking posisi daya saing tersebut adalah: institusi (institusi publik dan swasta), infrastruktur, makro ekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar, kesiapan tehnologi, proses produksi (networks industries), dan inovasi. Tabel 5: Peringkat Daya Saing Indonesia, Tahun 2006-2013
Kontribusi 14.93 2.16 25.72 1.35 3.29 30.98 7.24 5.44 8.88 100.00
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.
Pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional di sektor perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan, dan sektor pertanian menyumbang peran pembentukan kinerja perekonomian Jawa Timur yang paling besar. Peran pertumbuhan ekonomi nasional di sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 30,98%, sedangkan pertumbuhan sektor industri pengolahan nasional menyumbang peran kinerja sebesar 25,72%, dan pertumbuhan sektor pertanian nasional sebesar 14,93%.
Tahun
Peringkat
Keterangan
2006-2007
50 dari 125 Negara
-
2007-2008
54 dari 134 Negara
Turun
2008-2009
55 dari 134 Negara
Turun
2009-2010
43 dari 133 Negara
Naik
2010-2011
44 dari 139 Negara
Turun
2011-2012
46 dari 139 Negara
Turun
2012-2013
38 dari 148 Negara
Naik
Sumber: World Economic Forum, Global Competitiveness Report,Tahun 2007-2013
Tingkat persaingan Jawa Timur, tidak terlepas dari ukuran persaingan di tingkat nasional, karena perekonomian Jawa Timur, juga direpresentasikan dengan perekonomian nasional.
200
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
Sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan GCR untuk mengukur daya saing, maka aspek institusi (institusi publik dan swasta), infrastruktur, makro ekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar, kesiapan tehnologi, proses produksi (networks industries), dan inovasi harus semakin ditingkatkan, terutama untuk institusi, infrstruktur, dan kemampuan pengembangan tehnologi produksi yang murah. 4.2.5 Strategi Peningkatan Kinerja Perekonomian Lokal Jawa Timur Menghadapi Persaingan Global Persaingan global yang tidak lama lagi akan dihadapi oleh masyarakat Jawa Timur, menuntut hasil produksi lokal yang berdaya saing, baik dari sisi harga maupun kualitasnya. Persaingan global bahkan sudah mulai dirasakan beberapa tahun belakangan ini, dengan mulai membanjirnya produk-produk impor ke pasar lokal. Hal ini memaksa persaingan yang ketat untuk produk-produk sejenis yang diproduksi di dalam negeri, terutama oleh pelaku usaha skala kecil yang merupakan mayoritas pelaku usaha di Jawa Timur. Oleh karena itu perlu strategi yang tepat dan mendesak untuk diterapkan dalam jangka pendek menjelang perekonomian yang benar-benar terbuka pada tahun mendatang. Sesungguhnya, perekonomian Jawa Timur mempunyai potensi ekonomi yang besar, terutama untuk sektor-sektor yang memberikan sumbangan kinerja perekonomian Jawa Timur terbesar. Sektor-sektor tersebut diantaranya adalah: sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, dan sektor pertanian. Disamping ketiga sektor yang memiliki potensi besar tersebut, terdapat juga permasalahan-permasalahan ekonomi, terutama yang menyangkut kendala pengembangan di ketiga sektor prioritas tersebut. Beberapa kendala yang berpotensi menghambat percepatan ekonomi Jawa Timur diantaranya adalah biaya logistik yang besar terutama menyangkut biaya
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 190-203
distribusi barang, yaitu sarana transportasi dan infrastruktur lainnya, seperti kapasitas dan akses pelabuhan, akses ke pergudangan, kapasitas jalan yang terbatas, dll. Dalam era global, Meskipun peluang ekspor semakin besar, namun perekomian Jawa Timur juga dihadapkan pada tantangan persaingan yang semakin ketat. Tantangan tersebut berupa daya saing ekspor yang semakin ketat serta daya saing domestik akibat membanjirnya produk impor sebagai dampak perekonomian yang semakin terbuka. Dengan demikian, grand strateginya adalah mendorong dan memprioritaskan ketiga sektor prioritas perdagangan, industri pengolahan, dan pertanian yang kinerjanya tinggi untuk memanfaatkan peluang pasar dunia yang semakin terbuka. Selanjutnya, terus memperbaiki dan menurunkan biaya produksi dan distribusi akibat biaya logistik yang masih tinggi dengan membangun dan meningkatkan akses terhadap sarana dan prasarana perekonomian terutama untuk ketiga sektor prioritas tersebut sehingga daya saing semakin meningkat. 5. Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan 5.1 Kesimpulan Berdasarkan latar belakang, alat analisis dan pembahasan hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa selama periode analisis tahun 2006-2013: a) Peran pengaruh perekonomian nasional terhadap kinerja perekonomian lokal Jawa Timur, selama periode penelitian sebesar Rp 20.192,36 Milyar atau 92,63% dari total kinerja perekonomian Jawa Timur. Besarnya pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional di sektor perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan, dan pertanian terhadap kinerja perekonomian Jawa Timur adalah yang paling tinggi. b) Sektor-sektor yang mampu memberi sumbangan besar terhadap kinerja perekonomian Jawa Timur berdasarkan
201
Nurul Istifadah : Memperbaiki Kinerja Perekonomian Jawa Timur.....
urutan yang paling tinggi adalah (1) perdagangan, hotel dan restoran, (2) industri pengolahan, (3) transportasi dan komunikasi, serta (4) sektor pertanian. c) Strategi peningkatan perekonomian lokal Jawa Timur menghadapi persaingan global adalah mendorong dan memprioritaskan ketiga sektor prioritas perdagangan, industri pengolahan, dan pertanian yang kinerjanya tinggi untuk memanfaatkan peluang pasar dunia yang semakin terbuka. Selanjtnya, terus memperbaiki dan menurunkan biaya produksi dan distribusi akibat biaya logistik yang masih tinggi dengan membangun dan meningkatkan akses terhadap sarana dan prasarana perekonomian terutama untuk ketiga sektor prioritas tersebut sehingga daya saing semakin meningkat. 5.2 Rekomendasi Kebijakan a) Pembangunan sektor perdagangan, industri pengolahan, dan pertanian di tingkat nasional harus semakin ditingkatkan, karena pertumbuhan ekonomi ketiga sektor tersebut memberikan dampak/pengaruh yang besar tidak hanya terhadap peningkatan kinerja perekonomian nasional, tetapi juga terhadap kinerja perekonomian Jawa Timur. Hal ini penting untuk diprioritaskan, karena kinerja perekonomian Jawa Timur memberikan dampak yang relatif besar pula terhadap kinerja perekonomian nasional. b) Memprioritaskan pada sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, dan sektor pertanian di Jawa Timur, karena ketiga sektor tersebut menyumbang kinerja perekonomian Jawa Timur yang terbesar. Namun demikian, strategi pengembangan tidak boleh mengabaikan sektor-sektor lainnya. c) Memprioritaskan juga pada sektor transportasi dan komunikasi, karena sektor tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi. d) Meningkatkan sarana prasarana
infrastruktur, human resources, dan pelayanan birokrasi yang terkait dengan peningkatan daya saing ketiga sektor prioritas pada poin a) dan b) di atas. Daftar Pustaka 1. Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE. Yogyakarta. 2. Aziz, Iwan Jaya. 1994. Ilmu Ekonomi Regional Dan Beberapa Aplikasinya Di Indonesia. LPFE-UI. Jakarta. 3. Badan Pusat Statik Indonesia 4. Badan Pusat Statik Provinsi Jawa Timur 5. Bintoro Tjokroamidjojo. 1986. Perencanaan Pembangunan. Gunung Agung. Jakarta. 6. Brox, James A; Carvalho, Emanuel; and Mackay, Jon (2008), “Regional Employment Changes In A Booming Resource Economy: A Modified ShiftShare Analogue Regression of Changes in Employment Patterns Within The Economic Regions of Alberta”, CJRS (online), ISSN: 1925-2218, Vol 33 (2): p. 25-44 7. Capello, Roberta. 2007. Regional economics. Routledge. London and New York. 8. Dedi Setiono NS. 2011. Ekonomi Pengembangan Wilayah, Teori dan Analisis. LPFEUI. Jakarta. 9. Djingan. 1996. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 10. Istiko Agus Wicaksono. 2012. Analisis Klassen Typology dan Shift Share Sektor dan Subsektor Pertanian Pada Kecamatan Di Kabupaten Purworejo. Surya Agritama, Vol 1, No. 1 11. Sadono Sukirno. 2006. Ekonomi Pembangunan, Proses, masalah, dan Dasar Kebijakan. Kencana, Prenada Media Group. Jakarta.
202
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)
12. Tumar Sumihardjo. 2008. Daya Saing Berbasis Potensi Daerah. Fokus Media. Bandung. 13. Tri Widodo. Pembangunan. Yogyakarta.
2006. Perencanaan UPP STIM YKPN.
14. Yun Shi, Chun dan Yang Yang (2008) *A Review of Shift-Share Analysis and Its Application in Tourism” International Journal of Management Perspectives,
203
Volume 15, No. 1, Januari – Juni (Semester I) 2015, Halaman 190-203