MEMINDAI PENERAPAN BIMBINGAN DAN KONSELING MULTIKULTUR DI SMA NEGERI 1 PALANGKARAYA
Helmuth Y Bunu Abstract The purpose of this study is to identify the implemantation of Guidance and Counseling in High School state 1 Palangkaraya. This study used a qualitative approach. Informants of this study is BK teacher, Headmaster, Teacher, OSIS and School committee, Data were collected using the sets include participatory observation, in depth interviewsand analisys with four stage. Data in qualitative reseach phase of Milles and Hubermann. Starting from colection of data, data reduction, data classification and conclusions. The results of reseach in general are: 1) the purpose of multicultural counseling services, is providing assistance to students to address the issue properly. 2) The types of counseling services include helping clients develop polite behavior, helping to overcome anxiety, explore the potential of students. 3) Special characteritics applied by providing individual counseling services. 4) Counseling service multiculture have many media make the most of the existing counseling Keywords: Guidance and Counseling, Multiculture, Scanning, Service menggunakan pendekatan multikultur. Hal
PENDAHULUAN Sebagaimana
diketahui
bersama,
ini
terjadi
karena
pembekalan
kepada
setiap sekolah rata-rata diikuti oleh siswa
mahasiswa BK di kampus belum secara
dari multi-etnis, multi-budaya, dan multi-
spesifik
agama. Jarang sekali terjadi, ada sekolah
multikultur.
menerapkan
pendekatan
umum, tetapi siswanya hanya berasal dari
Kedua, sekolah belum mampu secara
satu etnis, satu agama, dan satu budaya.
maksimal menyiapkan soft ware, hard ware,
Apalagi saat ini, dengan semakin tingginya
braind ware layanan konseling yang benar-
frekwensi mobilitas orang, semakin besar
benar menggunakan pendekatan multikultur.
pula peluang terjadinya pembauran etnis,
Dengan
agama, dan budaya.
menetapkan
Permasalahan yang ada saat dapat
diidentifikasi
sebagai
kata
lain,
tujuan
sekolah
layanan,
belum
jenis-jenis
ini
layanan, karakteristik layanan, berbagai
berikut.
media layanan, dan bahan evaluasi untuk
Pertama, kompetensi guru BK yang ada di
meningkatkan
pelayanan
setiap sekolah belum mampu secara spesifik
multikultur secara prima.
konseling
memberikan layanan konseling dengan 202
Helmuth Y Bunu
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
Ketiga, pemberian layanan konseling
tidak
boleh
memukul
dalam
terhadap
siswa,
pada jenjang pendidikan menengah yang
memberikan
selama ini diterapkan lebih menekankan
meskipun
bimbingan
berinteraksi,
konselor harus mengikuti budaya yang
berkarier, dan berkomunikasi antarsiswa.
dianut siswa, bukan siswa yang harus
Pemberian
konseling
mengikuti budaya konselor, dan d) konselor
tersebut belum secara khusus menekankan
harus belajar berbagai budaya yang dianut
pendekatan multikultur.
oleh siswa baik melalui internet, tokoh adat,
bersosialisasi,
seluruh
layanan
masukan
rata
permasalahannya
sama;
c)
Ketiga realitas permasalahan inti
tokoh masyarakat, siswa yang benar-benar
tersebut, apabila dihadapkan pada harapan
memahami adat istiadat, dan sumber belajar
layanan
lainnya (Siskandar, 2013: 21).
konseling
yang
dicita-citakan,
masih terdapat stereotif atau jurang pemisah
Bimbingan (guidance) multikultur
yang cukup lebar. Melalui penelitian ini
diartikan sebagai upaya menunjukkan jalan
diharapkan, jurang menganga tersebut dapat
(showing the way); memimpin (leading);
dihimpitkan mendekati cita-cita pelayanan
menuntun
konseling
petunjuk (giving instruction); mengatur
prima
dengan
pendekatan
multikultur.
(conducting);
memberikan
(regulating); mengarahkan (governing); dan
Berbagai realitas yang diharapkan
memberikan nasihat (giving advice) kepada
dalam pemberian layanan konseling di
siswa dari multikurtur (Siskandar, 2013: 22).
sekolah
hendaknya
layanan
Bimbingan multikultur juga dapat
sosial yang bersifat humanis yang bertujuan
dimaknai sebagai upaya: a) memberikan
membantu siswa yang multikultur dalam
informasi. b) memberikan arahan kepada
mengatasi
pada
siswa dari multi kultur, c) memberikan
dalam
nasihat kepada siswa dari multi kultur untuk
masalah
khususnya
dan
merupakan
di
sekolah
masalah
di
keluarga/masyarakat pada umumnya. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah
dengan
yang berkaitan dengan proses penyelesaikan
multikultur
pendidikan, d) mengarahkan, menuntut ke
mempunyai spesifikasi tersendiri. Faktor
suatu tujuan, yaitu cita-cita yang dimiliki
yang membedakan adalah: a) konselor harus
oleh siswa, e) memberikan bimbingan,
benar-benar
perbedaan
pelajaran dan pedoman kepada siswa dari
individu dari berbagai budaya; b) konselor
multi kultur, dan f) memberikan arahan
Helmuth Y Bunu
siswa
melakukan atau tidak melakukan tindakan
memperhatikan
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
203
kepada siswa dari multi kultur bagaimana
berbagai
menanggulangi
menghambat keberhasilan mereka dalam
proses
penyelesaian
problematika hidup (Busro, 2015: 45). Bimbingan
multikultur
permasalahan
yang
bisa
menggapai cita-cita yang telah digantung di
merupakan
alam pikiran dan perasaan mereka. Dengan
bantuan kepada anak-anak dari seluruh
demikian,
kalangan suku, agama, ras, dan budaya
multikultur merupakan pemberian nasehat,
dalam pertumbuhan dan perkembangan
pemberian anjuran dan pemberian masukan
mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat.
antara konselor dan konseli dalam satu
Bimbingan multikultur merupakan usaha
permasalahan yang dihadapi konseli tanpa
membantu siswa dari multikultur tanpa
memandang suku, agama, ras, budaya,
melihat
etnis, suku, agama, ras, dan
umur, jenis kelamin agar dapat memecahkan
budayanya khusunya untuk mereka yang
masalah yang sedang dihadapi (Siskandar,
memerlukan dalam mencapai apa yang
2013: 36).
menjadi
idaman
kehidupannya
(Busro,
2015: 54).
konseling
dalam
konteks
Konselor yang bekerja di sekolah dengan siswa dari multikultur berusaha
Sementara itu, counseling multikultur
membantu klien dengan metode yang sesuai
dapat diartikan sebagai: a) nasehat (to obtain
atau cocok dengan kebutuhan klien tersebut
counsel) bagi siswa dari multikultur untuk
dalam hubungannya dengan keseluruhan
berbuat baik kepada dirinya dan orang lain,
program,
b) anjuran (to give counsel) bagi siswa dari
mempelajari lebih baik tentang dirinya
multikultur untuk melakukan sesuatu demi
untuk memperoleh tujuan hidup yang lebih
keberhasilan
c)
realistis, sehingga klien dapat menjadi
pembicaraan (to take counsel) tentang hal
anggota masyarakat yang berbahagia dan
yang baik dan buruk yang diberikan kepada
lebih produktif (Sukardi, 2014: 13).
pendidikan,
dan
agar
supaya
individu
dapat
siswa dari multikultur berkaitan dengan proses belajar mengajar di sekolah, di kalangan
keluarga
di
rumah
dan
di
masyarakat luas (Supangat, 2014: 45).
METODE Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang dikembangkan oleh Miles
Dengan adanya nasihat, anjuran,
dan Huberman. Metode kualitatif dipilih,
pembicaraan hal-hal yang baik, diharapkan
karena fenomena yang hendak diteliti,
siswa dari multikultur pun akan terlepas dari
proses pengambilan data, dan analisis yang
204
Helmuth Y Bunu
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
paling
tepat
pelaksanaan
untuk layanan
mendeskripkan bimbingan
dan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
konseling multikultur di SMA Negeri1
Hasil penelitian
Palangkaraya adalah penelitian kualitatif.
Tujuan Layanan Konseling Multikultur
Dengan dasar reasoning di atas, maka pelaksanaan
layanan
layanan
konseling
dan
multikultur di SMA N 1 Palangkaraya tidak
konseling multikultur dapat digali secara
terlepas dari visi dan misi layanan konseling
jerni,
di
mendalam,
bimbingan
Tujuan
tuntas
hingga
akar
permasalahannya.
sekolah
tersebut.
Visi
pelayanan
bimbingan dan konseling pada SMA N 1
Penelitian dilakukan di SMA Negeri
Palangkaraya
sebagai
sekolah
yang
1 Palangkaraya. Informan penelitian ini
multikultur adalah terwujudnya kehidupan
yaitu, guru BK, kepala sekolah, para guru
kemanusiaan yang membahagiakan melalui
non-BK, siswa, pengurus OSIS, dan komite
tersedianya
sekolah. Penelitian dilaksanakan pada bulan
pemberian dukungan perkembangan dan
Januari s.d. Maret 2016.
pengentasan masalah agar peserta didik dari
Data
dikumpulkan
menggunakan partisipatif,
metode
wawancara
dokumentasi.
Untuk
bantuan
dalam
dengan
berbagai etnis, budaya, dan agama dapat
pengamatan
berkembang secara optimal, mandiri, dan
mendalam,
dan
meningkatkan
dan
mempertangungjawabkan
pelayanan
validitas
data
bahagia. Makna dari visi BK pada sekolah multikultur tersebut adalah bahwa:
1)
dilakukan triangulasi data, mulai dari cek,
kehidupan kemanusiaan tidak selamanya
recek, dan croscek data, serta memperlama
bahagia, oleh karena itu melalui bimbingan
waktu penelitian hingga mendapatkan data
dan konseling multikultur bisa mendapatkan
yang bersifat jenuh. Data dianalisis dengan
kebahagiaan, 2) kebahagiaan itu dapat
menggunakan
yang
dicapai antara lain melalui tersedianya
dikembangkan oleh Miles dan Huberman
pelayanan bantuan dalam bentuk bimbingan
(2000) yaitu pengumpulan data, reduksi
dan konseling multikultur yang terintegrasi
data,
dalam proses pembelajaran di sekolah, dan
empat
klasifikasi
simpulan.
data,
langkah,
dan
penarikan
3) pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah bertujuan agar peserta didik dari multikultur dapat berkembang
Helmuth Y Bunu
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
205
secara optimal, mandiri dan bahagia baik
mengembangkan situasi dan kondisi yang
dalam arti lahir maupun batin.
baik atau yang telah baik agar tetap baik
Adapun
dan
atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan
sekolah
menjadi sumber masalah bagi dirinya dan
tersebut adalah: pertama, misi pendidikan,
orang lain, 4) membantu individu dari
yaitu memfasilitasi pengembangan peserta
multikultur mencegah timbulnya problem-
didik dari multikultur melalui pembentukan
problem yang berkaitan dengan kehidupan
perilaku efektif-normatif dalam kehidupan
bermasyarakat, 5) membantu individu dari
keseharian dan masa depan. Kedua, misi
multikultur memahami dan menghayati
pengembangan,
memfasilitasi
tatacara hidup bermasyarakat, 6) membantu
dan kompetensi
individu dari multikultur mau dan mampu
peserta didik dari multi etnis, budaya, dan
hidup bermasyarakat, 7) membantu individu
agama dalam lingkungan sekolah, keluarga,
mencegah
dan masyarakat. Ketiga, misi pengentasan
berkaitan
masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan
bermasyarakatnya, antara lain dengan jalan
masalah peserta didik dari multikultur
memahami
dengan mengacu pada kehidupan efektif
individu dari multikultur dan memahami
sehari-hari.
kondisi dan lingkungan sosialnya individu
konseling
misi
yang
bimbingan
canangkan
yaitu
pengembangan
potensi
di
Secara umum, tujuan konseling yang
timbulnya
problem
dengan
problem
membantu individu dari multikultur dalam
mengatasi
problem
mewujudkan
bermasyarakat
dari
seutuhnya
agar
mencapai
manusia
kebahagiaan
hidup.
dihadapinya
dari multikultur, 8) membantu memahami dan
menjadi
kehidupan
yang
diberikan di SMK N 1 Palangkaraya adalah:
dirinya
yang
menghayati
berbagai
membantu
menetapkan
pencegahan
problem
cara
untuk
kehidupan multikultur, pilihan yang
9) upaya
dihadapi
Secara khusus, tujuan konseling yang
masyarakat dari multikultur, 10) membantu
diberikan di SMK N 1 Palangkaraya adalah:
individu memelihara situasi dan kondisi
1) membantu individu dari multikultur agar
kehidupan bermasyarakat agar tetap baik
tidak mengahadapi masalah, 2) membantu
dan mengembalikannya agar jauh lebih baik,
individu dari multikultur mengatasi masalah
yakni dengan cara memelihara situasi dan
yang sedang dihadapinya, 3) membantu
kondisi kehidupan bermasyarakatnya yang
individu dari multikultur memelihara dan
semula menghadapi problem dan telah
206
Helmuth Y Bunu
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
teratasi
agar
menjadi
tidak
menimbulkan
atau
d. Bimbingan
kembali,
dan
Bimbingan
masalah
mengembangkan
situasi
dan
kondisi
kehidupan bermasyarakatnya yang telah
tidak ini
dapat
(1) bentuk yang
pelayanan diberikan
bimbingan Jenis-Jenis Layanan Konseling
di
SMA
N
melalui
tenaga tenaga
tenaga bimbingan melalui suatu
1
medium, misalnya dalam brosur,
Palangkaraya dapat dibagi atas tiga jenis,
pamflet, tulisan dalam majalah
yaitu:
sekolah,
1. Berdasarkan banyaknya orang yang dibimbing pada waktu dan tempat tertentu:
yang dilayani hanya satu orang, maka digunakan istilah bimbingan atau
bimbingan
perseorangan.
yang dilayani lebih dari satu orang, maka digunakan istilah bimbingan kelompok.
pada
papan
2. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai memberikan
bimbingan
kepada
pelayanan siswa
dari
multikultur, meliputi: a. mendampingi siswa dari multikultur dalam perkembangan yang sedang berjalan,
b. Bilamana siswa dari multikultur
tulisan
bimbingan dan lain sebagainya.
dalam
a. Bilamana siswa dari multikultur
c. Bimbingan
oleh
(2) pelayanan yang diberikan oleh
Secara umum, jenis-jenis layanan
individual
bimbingan
pendidik yang lain;
Multikultur
multikultur
dimaknai
sebagai:
menjadi baik itu agar bertambah baik.
konsleing
langsung.
supaya
berlangsung
seoptimal mungkin, b. membantu siswa dari multikultur dalam mengoreksi atau membetulkan proses perkembangan yang telah
langsung
berarti
pelayanan bimbingan yang diberikan kepada siswa dari multikultur oleh tenaga bimbingan sendiri, dalam suatu pertemuan tatap muka dengan satu siswa atau sejumlah siswa.
mengalami
salah
jalur,
supaya
kemudian berlangsung dengan lebih baik, c. membekali siswa dari multikultur, supaya
lebih
siap
menghadapi
tantangan-tantangan di masa akan datang.
Helmuth Y Bunu
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
207
3. Berdasarkan
bidang
tertentu
dalam
kehidupan siswa dari multikultur, atau aspek
perkembangan
tertentu
pada
siswa.
konseling itu terdiri dari mendengarkan itu saja f. Konselor
memahami
klien
dari
multikultur g. Konseling
Karakteristik Konseling Multikultur Karakteristik konseling di SMA N 1 Palangkaraya dapat dideskripsikan sebagai berikut: berusaha
dirahasiakan. dari
multikultur
mempunyai
masalah-masalah
psikologis
perubahan sebagian besar dari tingkah
konselor memiliki
ketrampilan atau
laku
keahlian
klien
dari
mempengaruhi
dalam
keadaan pribadi multikultur dan hasilnya
h. Klien
a. Konseling
diselenggarkan
multikultur
secara
sukarela.
dalam
memecahkan
b. Konseling berupaya menyajikan kondisi yang
di
dapat
memperlancar
dan
mempermudah perubahan sukarela siswa dari multikultur.
dan
membantu
masalah-masalah
psikologis yang dihadapi klien dari multikultur. Teknik khusus serta keterampilan komunikasi
antarpribadi
yang
khas
c. Klien atau konseli mempunyai batas
diterapkan oleh konselor di SMA Negeri 1
gerak sesuai dengan tujuan konseling
Palangkaraya untuk konseling dibentuk dan
yang secara khusus ditetapkan bersama
dibina sehingga memuaskan untuk kedua
oleh konselor dan klien dari multikultur
belah pihak.
pada waktu permulaan proses konseling
1) Beberapa contoh teknik verbal yang
itu.
diterapkan oleh konselor di sekolah ini
d. Kondisi yang memperlancar perubahan tingkah melalui
laku
itu
wawancara
di
selenggarakan
ialah, pujaan, sanjungan, ucapan terima kasih yang tulus, refleksi perasaan,
(tidak
semua
konseling,
tetapi
2) Beberapa contoh teknik yang nonverbal
konseling selalu menyangkut wawancara
yang digunakan di sekolah ini ialah
dengan konseli dari multikultur)
anggukan, acungan jempol, senyuman
wawancara
adalah
klarifikasi pikiran dan dukungan.
e. Suasana mendengarkan terjadi dalam
tulus, mimik wajah yang happy dan
konseling, tetapi tidak semua proses
humanis, jabat tangan yang erat, gerak tangan dan lengan, gerakan tungkai,
208
Helmuth Y Bunu
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
isyarat mata, pengaturan jarak antara
multikultur dilaksanakan oleh seluruh unsur
tempat-tempat duduk dan.
pendidikan di sekolah, seperti: guru BK,
Konselor harus menggali kepada
guru
agama,
guru
siswa dari multikultur mengenai beberapa
kewarganegaraan/pancasila,
hal, yaitu: 1) situasinya kebatinan yang saat
seluruh guru mata pelajaran, pembina
ini dirasakan oleh siswa dari multikultur, 2)
pramuka, komite sekolah, dan orang tua.
kebutuhan
yang
dirasakan
siswa
dari
multikultur
yang
multikultur dalam mengusahakan perubahan
bermasalah
di
dalam
berikut.
atau
mengontrol
kelas,
Pola tindakan terhadap siswa dari
multikultur, 3) kemampuan siswa dari
mengatur
wali
secara
tidak
sengaja
sekolah adalah sebagai
kehidupannya sendiri, dan 4) kesediaan
1. Seorang siswa tanpa melihat etnis,
siswa dari multikultur untuk melibatkan diri
agama, suku, budaya yang melanggar
dalam mengusahakan suatu perubahan.
tata tertib dapat ditindak oleh kepala
Misalnya, seorang siswa dari etnis tertentu menghubungi konselor sekolah
sekolah, guru, atau wali kelas. 2. Selanjutnya
wali
kelas
dengan maksud dan tujuan menemukan
merekomendasikan kepada guru BK
berbagai cara supaya keluarganya jangan
untuk menanganinya.
campur tangan dalam hal memilih program
3. Guru BK berperan untuk mengetahui
studi lanjutan, atau ingin mendapatkan
sebab-sebab
strategi agar orang tua tidak mengarahkan
sikap dan tindakan siswa tersebut.
jenis mata pencaharian yang menjadi citacita,
yang
melatarbelakangi
4. Guru BK bertugas membantu menangani masalah siswa tersebut dengan meneliti
Dangan adanya upaya konsultasi
latar belakang tindakan siswa melalui
siswa tersebut, konselor menetapkan sebagai
serangkaian wawancara dan informasi
sasaran untuk
dari sejumlah sumber data.
membantu siswa membuat
pilihan studi lanjutan berdasarkan data informasi
tentang
diri
sendiri
dan
lingkungan hidupnya.
pada
bermasalah. Helmuth Y Bunu
pola
yang dikomunikasikan kepada wali kelas agar tidak terjadi lagi pelanggaran yang
Karakteristik khusus lainnya juga terlihat
5. Guru BK membantu mencarikan solusi
penanganan
Pembinaan
siswa
sama.
siswa dari Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
209
dengan cara: 1) merintis sedikit demi
Media Konseling Multikultur Media BK merupakan seluruh media
sedikit, 2) pelan-pelan/tidak terburu-buru, 3)
dapat
dalam
cermat dan teliti, 4) dari yang paling mudah-
melaksanakan tugas sehari-hari baik mendia
hingga yang paling sulit, 5) dari yang paling
tidak bergerak maupun bergerak, baik media
sederhana hingga paling canggih, 6) dari
manual maupun elektronik, baik media berbasis
yang tidak bergerak menjadi bergerak/hidup,
benda riil maupun berbasis IT, baik media
7) dari media yang hanya meniru hingga
sederhana maupun canggih.
yang inovatif-kreatif, 8) dari yang murah
yang
membantu
guru
BK
Seluruh media BK tersebut telah dimiliki oleh guru BK di SMA N 1 Palangkaraya. Dalam
hingga yang paling mahal, 9) dari buatan sendiri hingga membeli.
proses pengadaan media, ada beberapa upaya guru BK di SMA Negeri 1 Palangkaraya yaitu: membuat sendiri, meminta bantuan siswa, meminta
bantuan
ahli
menulis
dan
menggambar, menggunakan sarana komputer, menggunakan jasa konsultan, bekerja sama dalam kelompok kerja guru, mencari di intenet dengan menyebutkan sumbernya, meminta ijin untuk meniru dan memodifikasi dari berbagai media yang telah dimiliki oleh sekolah yag sudah maju, studi banding ke sekolah dan perguruan tinggi yang sudah memberikan pelayanan BK secara modern, bermain ke toko-
Seluruh
media
tersebut
sangat
bermanfaat dalam melakukan layanan dan komunikasi. Komunikasi antarpribadi yang bersifat
multikultur
dalam
konseling
merupakan hal yang tidak dapat dihindari, manakala menghendaki tatap muka secara langsung, rahasia, bersifat pribadi, dan dapat memahami perasaan kedua belah pihak. Komunikasi konseling dua arah di SMA N 1 Palangkaraya dengan siswa dari multikultur tidak hanya dilakukan secara langsung tetapi juga dapat secara tidak
toko media pendidikan yang menyediakan
langsug melalui berbagai media baik cetak
media BK secara lengkap, belajar dari guru-
maupun elektronik. Sistem infomasi yang
guru senior, mengikuti berbagai workshop,
digunakan di SMA N 1 Palangkaraya
seminar, lokakarya, simposium, diskusi yang
dengan siswa multikultur dalam bimbingan
membahas media BK, Studi banding ke luar
konseling variasinya sangat banyak, mulai
negeri, membaca berbagai buku berbobot baik
dari
dari dalam maupun dari luar negeri.
penggunaan sistem bimbingan konseling
Prinsip memperoleh 210
yang media
Helmuth Y Bunu
konseling
on-line,
untuk
yang modern, block bimbingan konseling,
dilakukan
face book konseling, blackbarry massanger
digunakan tersebut
bimbingan
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
(BBM), SMS bimbingan konseling, aplikasi
Meskipun
SMA
Negeri
1
line, twitter, email, whatsapp, hangouts, dan
Palangkaraya dengan siswa dari multikultur
berbagai aplikasi media sosial lainnya.
sudah menggunakan sistem informasi yang
Penggunaan IT di SMA Negeri 1
canggih, tetapi selalu menanamkan budaya
Palangkaraya dengan siswa dari multikultur
etika yang diimplementasikan yaitu: adanya
menjadikan segala proses kegiatan menjadi
komitmen atau kesepakatan antara sekolah,
lebih segalanya, antara lain lebih mudah,
dan seluruh pemangku kepentingan seperti
lebih murah, lebih cepat, lebih akurat, lebih
orang tua wali murid, masyarakat sekitar
ringan, lebih kreatif, lebih inovatif, lebih
sekolah,
mempunyai jangkauan yang lebih luas, lebih
sekolah, departemen pendidikan dalam hal
memberikan kepastian dalam segala hal,
berkomunikasi dengan pihak sekolah, 2)
lebih mampu memberikan keyakinan, dan
adanya pimpinan dan seluruh orang yang
berbagai kelebihan lainnya.
terlibatat
dinas
pendidikan,
dalam
pengawas
dunia
pendidikan
Pemanfaatan IT di SMA Negeri 1
memfasilitasi siswa dalam bentuk IT dan
Palangkaraya dengan siswa dari multikultur
non-IT sehingga siswa memperoleh layanan
digunakan
pendidikan yang paling prima, dan 3)
pendekatan
mengedepankan
humanis
aspek
yang
kemanusiaan.
menyusun tata tertib atau
Dengan demikian, konseli akan merasa:
krama
diorangkan,
disepakati bersama oleh komunitas sekolah.
dihormati,
disayangi,
diapresiasi, diperhatikan, dan didengarkan. Dengan kata lain, dalam perspektif
berkomuniksi
peraturan tata
dengan
IT
yang
Dalam menanamkan budaya etika oleh
konselor
di
SMA
Negeri
1
humanis dengan siswa dari multikultur,
Palangkaraya dengan siswa dari multikultur,
seorang
ada
konselor
meskipun
telah
tiga
bentuk
implementasi
yang
menggunakan teknologi IT yang canggih,
diperhatikan yaitu: 1) membentuk paham
tetap melakuan tindakan yang sesuai dengan
etika
etika
lain:
institution credo), 2) menyusun program
memanusiakan, menolong, mendengarkan,
etika yang merancang aktivitas ganda untuk
membantu,
keluar,
memfasilitasi pimpinan dan bawahan yang
mengobati,
terlibat dalam lembaga pendidikan dalam
profesi
memahami,
konselor
mecarikan menghayati,
mencegah, dan sebagainya.
antara
jalan
lembaga
pendidian
(educational
memahami organisasi pendidikan tersebut, dan 3) membangun kode etik lembaga
Helmuth Y Bunu
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
211
pendidikan tersendiri misalnya kode etik
secara efisien dan efektif, sehingga tidak
guru dan kode etik kepala sekolah.
melakukan
berbagai
pemborosan
baik
waktu, tenaga maupun biaya, 4) belajar cara membuat keputusan tentang sesuatu yang
Pembahasan Tujuan konseling multikultur yang telah
ditentukan
1
diri baik di bidang pendidikan, agama,
Palangkaraya antara lain membantu individu
bahasa, budaya, atau bidang keterampilan
dari multikultur dalam mewujudkan dirinya
yang lain sesuai dengan kemampuan yang
menjadi manusia seutuhnya agar mencapai
dimiliki.
kebahagiaan
hidup.
oleh
SMA
Selain
itu,
N
penting, dan 5) kontinuitas pengembangan
tujuan
Jenis konseling yang dilakukan di
konseling yang diberikan di SMK N 1
SMA N 1 Palangkaraya sebagai proses
Palangkaraya adalah membantu individu
membantu pribadi dengan menyediakan
untuk mengatasi
informasi yang merangsang klien untuk
masalah, membantu
individu mengembangkan situasi yang baik,
mengembangkan
membantu individu mencegah timbulnya
memungkinkan berhubungan secara lebih
problem, membantu individu memahami
efektif dengan lingkungannya. Pemberian
tatacara hidup bermasyarakat dan lain-lain.
bantuan yang berkaitan dengan kecemasan
Tujuan konseling multikultur yang telah
ditentukan
oleh
SMA
N
perilaku-perilaku
yang
atau konflik yang dirasakan oleh siswa dari
1
multikultur dilakukan dengan sangat cermat,
Palangkaraya pada dasarnya sejalan dengan
hati, hati, dan bersifat indifidual. Pemberian
tujuan konseling yang dijelaskan oleh
bantuan juga diberikan untuk mengatasi
Hohenshill
(2013: 32) yang menyatakan
masalah-masalah pribadi, sosial, pendidikan
bahwa terdapat lima tujuan dalam suatu
dan vokasional yang dirasakan siswa dari
proses konseling, yaitu: perubahan perilaku
lintas budaya.
atau pola kehidupan sehari-hari, baik di sekolah,
di
diterapkan di SMA N 1 Palangkaraya
lingkungan keluarga, dan dimasyarakat, 2)
dilakukan dengan melibatkan siswa dari
perbaikan pola relasi sosial dengan orang
lintas etnis, budaya, dan agama mencakup
lain dari berbagai etnis, buku, bahasa,
semua bentuk hubungan antara konselor dan
agama,
peningkatan
konseli. Suasana hubungan dalam konseling
kemampuan menghadapi tantangan hidup
di sekolah dengan siswa dari lintas budaya
212
di
dan
lingkungan
lain-lain,
Helmuth Y Bunu
bermain,
Karakteristik khusus konseling yang
3)
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
meliputi
penggunaan
wawancara
untuk
menggunakan Whole School Approach yang
mendapatkan dan memberikan berbagai
meliputi
informasi, meningkatkan kematangan, dan
menghormati perbedaan siswa baik dari sisi
memberikan bantuan melalui pengambilan
suku,
keputusan
perbedaan lainnya. Seluruh pembauran itu
dan
upaya
terapi
atau
penyembuhan.
ras,
menghargai
agama,
budaya,
dan
maupun
tertian dalam visi dan kebijakan sekolah,
Hasil penelitian ini menguatkan hasil temuan
sangat
Atamimi
(2015:
67)
yang
kepemimpinan dan manajemen, kapasitas dan
kultur,
aktivitas
peserta
didik,
menemukan bahwa di dalam menerapkan
kolaborasi dengan masyarakat luas, serta
bimbingan konseling di sekolah dasar
kurikulum dan pengajaran.
diperlukan keterampilan psikologis yang
Konselor di SMA N 1 Palangkaraya
mumpuni, karena selain siswa sekolah dasar
juga
tersebut multi etnis, juga sifat dan karakter
dengan karakteristik khusus lainnya, yaitu
anak yang satu dengan yang lain sangat
dengan metode-metode psikologis dalam
berbeda.
upaya mengembangkan kualitas kepribadian
Karakteristik khusus konseling yang
berupaya
memberikan
bimbingan
yang tangguh, mengembangkan kualitas
juga diterapkan di SMA N 1 Palangkaraya
kesehatan
dilakukan dengan meningkatkan kesehatan
perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri
mental konseli yang berasal dari lintas etnis,
individu dan lingkungannya, menanggulangi
budaya,
problema hidup dan kehidupan secara
dan
dilakukan
agama.
Konseling
melibatkan
yang
hubungan
mental,
mengembangkan
mandiri.
antarpribadi, yaitu antara seorang konseli
Hasil penelitian ini menguatkan hasil
dengan satu atau lebih klien dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Jati
menggunakan metode psikologis atas dasar
(2014: 34) bahwa menunjukkan bahwa
pengetahuan sistematik tentang kepribadian
prinsip “rumah bersama” memperlakukan
manusia
siswa sebagai anggota keluarga dekat dalam
dalam
upaya
meningkatkan
kesehatan mental klien.
pergaulan dengan sivitas akademika lainnya.
Hasil penelitian ini juga sejalan
Prinsip melting pot, tempat semua perbedaan
dengan hasil penelitian Saliman dkk. (2014:
ras, suku, agama, dan lainnya dilebur
34) yang menunjukkan bahwa di “sekolah
menjadi satu identitas tunggal sebagai
pembauran”
saudara.
Helmuth Y Bunu
merupakan
sekolah
yang
Penerapan
nilai
universalitas
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
213
mengenai tenggang rasa, toleransi, maupun
disimpulkan: 1) tujuan layanan konseling
perdamaian
multikultur adalah memberikan bantuan
untuk
multikulturalisme
menjaga dan
semangat memperkuat
persaudaraan di antara para siswa.
kepada
siswa
yang
berlatar
belakang
multikultur untuk mengatasi masalah yang
Konseling di SMA N 1 Palangkaraya
dihadapi dengan baik, 2) jenis-jenis layanan
juga telah menggunakan teknologi yang
konseling yang diberikan kepada siswa
canggih.
multikultur antara lain membantu pribadi
Hasil
temuan
ini
sejatinya
mendukung temuan Rochaety (2005) yang
mengatasi
mengemukakan bahwa seorang konselor
mengembangkan perilaku santun, membantu
dapat
mengatasi kecemasan atau konflik, dan lain-
menggunakan
operasi
teknologi
merangsang
lain,
yang
berkualitas.
konseling yang diterapkan yaitu dengan
Menurutnya, ada beberapa standar etika
memerikan layanan konseling individual
yang harus ditaati, yaitu: merumuskan
dengan memperhatikan
paham etika, membentuk prosedur melalui
perbedaan etnis, agama, dan budaya tiap-
peraturan-peraturan yang ada, menetapkan
tiap siswa, 4) layanan konseling multikultur
sanksi, mengakui adanya perilaku etis,
telah
memfokuskan
berbagai media konseling yang ada.
pada
melaksanakan
lebih
program
tanggung
pelatihan,
jawab
karakteristik
memanfaatkan
khusus
klien
informasi manakala menghendaki, layanan diberikan
3)
masalah,
layanan
secara seksama
secara
maksimal
yang
dibebankan, mendorong program rehabilitasi
Ucapan Terima Kasih
etika, mendorong partisipasi masyarakat
Terima kasih yang setulus-tulusnya penulis
profesional untuk membuat kode etik,
sampaikan kepada: 1) Bapak Nampung,
menetapkan budaya keteladanan.
S.Pd., kepala SMA Negeri 1 Palangkaraya yang
telah
berkenan
menerima
dan
mengijinkan kepada saya untuk meneliti BK
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat
multikultur,
2)
guru
BK
yang
telah
seluruh
data
yang
saya
disimpulkan bahwa secara umum proses
menyediakan
pelaksanaan bimbingan konseling dengan
butuhkan, 3) seluruh guru, komite sekolah,
pendekatan multikultur di SMA N 1
pengurus OSIS, dan siswa yang telah
Palangkaraya
berkenan menjadi informan penelitian.
yang
dilaksanakan
dapat
berjalan dengan efektif. Secara rinci dapat 214
Helmuth Y Bunu
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
DAFTAR PUSTAKA Atamimi, Nuryati 2015. “Keterampilan Psikologis Model Bimbingan Konseling Proaktif untuk Guru Sekolah Dasar.” Jurnal Cakrawala Pendidikan, No 3, Oktober 2015. http:www. http://journal.uny.ac.id/index.php/ cp/article/view/1480 (diunduh 1 Maret 2016) Busro, M, 2015, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (makalah tidak dipublikasikan), Serang: Universitas serang Raya Hohenshill, Thomas, H. 2013. “High Tech Counseling.” Journal of Counseling and Development. V 78: 365-368. Huberman, A., Michael dan Matthew B. Miles. 2000. “Data Management and Analysis Methods”, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (eds.), Handbooks of Qualitative Research. London: Sage Publications. Jati, Wasisto Raharjo. 2014. “Toleransi Beragama Dalam Pendidikan Multikulturalisme siswa Sma Katolik Sang Timur Yogyakarta.” Jurnal Cakrawala Pendidikan, No. 1, Februari 2014. http:www. http://journal.uny.ac.id/index.php/ cp/article/view/1480 (diunduh 1 Maret 2016) Saliman, Taat Wulandari, Mukminan . 2014. “Model Pendidikan Multikultural Di ‘Sekolah Pembauran’ Medan.” Jurnal Cakrawala Pendidikan, No 3, Oktober 2014. http:www. http://journal.uny.ac.id/index.php/ cp/article/view/1480 (diunduh 1 Maret 2016) Siskandar. 2013. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Pascasarjana Uhamka Sukardi D.K., 2014. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta. Supangat. 2014, Bimbingan dan Konseling Lintas Budaya, Jakarta: Quantum Teaching.
Helmuth Y Bunu
Widya Wacana Vol. 11 Nomor 2, Agustus 2016
215