MEMBUAT PESTISIDA NABATI Oleh: Lisa Marianah, SP.
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), setiap tahun di seluruh dunia terjadi keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang. Angka keracunan tertinggi terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Beberapa tahun terakhir, hama-hama penting seperti walang sangit dan wereng mengalami ketahanan setelah diaplikasikan pestisida secara terus menerus. Secara alami, makhluk hidup punya naluri bertahan dari apapun yang mengganggu kehidupannya. Beberapa tahun terakhir, meningkatknya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi pangan sehat yang aman dan bebas dari bahan-bahan kimia. Gaya hidup sehat dan preferensi konsumen yang demikian telah menyebabkan permintaan produk pertanian organik meningkat dengan pesat. Seiring dengan itu pertanian organik mulai menjadi idola baru dalam dunia pertanian. Produk pertanian yang selama ini identik dengan penggunaan bahan kimia non alami seperti pupuk dan pestisida kimia mulai digantikan dengan pertanian organik yang memanfaatkan bahan alami sebagai bahan pestisida dan obat-obatan untuk tanaman. Pembuatan bahan alami untuk pestisida dan obat-obatan pertanian cukup mudah dilakukan dan hanya memerlukan ketelatenan. Selain itu biayanyapun juga sangat murah. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. JENIS PESTISIDA NABATI Menurut Takahashi (1981), pada dasarnya bahan alami yang mengandung senyawa bioaktif dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu : a. bahan alami dengan kandungan senyawa antifitopatogenik (antibiotika pertanian), b. bahan alami dengan kandungan senyawa bersifat fitotoksik atau mengatur tumbuh tanaman (fitotoksin, hormon tanaman dan sejenisnya) dan c. bahan alami dengan kandungan senyawa bersifat aktif terhadap serangga (hormon serangga, feromon, antifidan, repelen, atraktan dan insektisidal). Ada 4 kelompok insektisida nabati yang telah lama dikenal (Oka, 1993) yaitu golongan nikotin dan alkaloid lainnya, bekerja sebagai insektisida kontak, fumigan atau racun perut, terbatas pada serangga yang kecil dan bertubuh lunak, piretrin, berasal dari Chrysanthemum cinerarifolium, bekerja menyerang syaraf pusat, dicampur dengan minyak wijen, talk atau tanah lempung digunakan untuk lalat, nyamuk, kecoa, hama gudang, dan hama penyerang daun, rotenon dan rotenoid, berasal dari tanaman Derris sp. dan bengkuang (Pachyrrhizus eroses) aktif sebagai racun kontak dan racun perut untuk berbagai serangga hama, tapi bekerja sangat lambat, Azadirachtin, berasal dari tanaman mimba (Azadirachta indica), bekerja sebagai “antifeedant” dan selektif untuk serangga
pengisap sejenis wereng dan penggulung daun, baru terurai setelah satu minggu (Karmawati dan Balfas, 2007). Keunggulan dan Kelemahan Pestisida Nabati Pestisida nabati semakin diminati karena memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan pestisida sintetis atau kimiawi. Beberapa keunggulan pestisida nabati diantaranya yaitu: Teknologi pembuatannya lebih mudah dan murah. Pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun terhadap makhluk hidup, sehingga, relatif aman untuk digunakan. Tidak beresiko menimbulkan keracunan pada tanaman. Tidak menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama. Hasil petanian yang dihasilkan lebih sehat serta terbebas dari residu pestisida kimiawi. Selain kelebihannya ada juga kelemahan pestisida nabati yaitu: Daya kerja pestisida nabati lebih lambat, tidak bisa terlihat dalam jangka waktu yang cepat. Pada umumnya tidak membunuh langsung hama sasaran, akan tetapi hanya bersifat mengusir dan menyebabkan hama menjadi tidak berminat mendekati tanaman budidaya. Mudah rusak dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Daya simpan relatif pendek, artinya pestisida nabati harus segera digunakan setelah proses produksi. Perlu dilakukan penyemprotan yang berulang-ulang. Hal ini dari sisi ekonomi tentu saja tidak efektif dan efisien. Kurang praktis. Prinsip Kerja Pestisida Nabati Prinsip kerja pestisida nabati ada tiga yaitu menghambat, merusak dan menolak. Hal ini akan tampak pada cara kerja pestisida nabati dalam melindungi tanaman dari gangguan hama dan penyakit. Cara kerja pengendaliannya bisa melalui perpaduan beberapa cara ataupun cara tunggal. Berikut adalah beberapa mekanisme kerja pestisida nabati dalam melindungi tanaman dari organisme pengganggu: Menghambat proses reproduksi serangga hama, khususnya serangga betina. Mengurangi nafsu makan. Menolak makan Merusak perkembangan telur, larva dan pupa, sehingga perkembangbiakan serangga hama dapat dihambat. Menghambat pergantian kulit Pestisida nabati berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi beberapa golongan yaitu sebagai berikut: Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa Menghambat reproduksi serangga betina Racun syaraf
Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri.
TANAMAN YANG DAPAT DIMANFAATKAN SEBAGAI PESTISIDA NABATI 1. Mimba (Azadirachta indica) Daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif azadirachtin sebagai senyawa utama meliantriol, salanin dan nimbin. Senyawa ini tidak untuk membunuh secara cepat, tetapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu, daun dan biji mimba juga berperan sebagai pemandul. Menurut Wiwin,. dkk (2008) menyatakan biji mimba mengandung beberapa komponen aktif antara lain azadirachtin, salannin, azadiradion, salannol, gedunin, nimbinen dan deacetyl nimbinen. Dari beberapa komponen aktif tersebut ada empat senyawa yang diketahui berfungsi sebagai pestisida yaitu azadirachtin, salannin, nimbinen dan meliantriol (Wowiling 2008). Efektif untuk mengendalikan serangga bertubuh lunak (200 spesies) antara lainL belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih, dll/. Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal dari perkembangan serangga, disemprotkan pada dun, disiramkan pada akar agar bisa diserap tanaman dan untuk mengendalikan serangga di dalam tanah. Disamping itu dapat juga untuk mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif, menyebabkan spora jamur gagal berkecambah. Jamur yang dikendalikan antara lain penyebab: embun tepung, penyakit busuk, cacar daun/kudis, karat daun dan bercak daun. Dan mencegah bakteri pada embun tepung (powdery mildew). 2. Akar Tuba (Derris elliptica) Senyawa yang telah ditemukan antara lain adalah rotenon. Retenon dapat diekstrak menggunakan eter/aseton menghasilkan 2 - 4 % resin rotenone, dibuat menjadi konsentrat air. Rotenon bekerja sebagai racun sel yang sangat kuat (insektisida) dan sebagai antifeedant yang menyebabkan serangga berhenti makan. Kematian serangga terjadi beberapa jam sampai beberapa hari setelah terkenal rotenone. Rotenon dapat dicampur dengan piretrin/belerang. Rotenon adalah racun kontak (tidak sistemik) berpspektrum luas dan sebagai racun perut. Rotenon dapat digunakan sebagai moluskisida (untuk moluska), insektisida (untuk serangga) dan akarisida (tungau). 3. Temu-Temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit) Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 2 - 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga penyerang tanaman.
4.
Tembakau (Nicotium tabacum) Tembakau sebagai Pestisida Organik karena senyawa yang dikandung adalah nikotin. Bahan aktif yang berperan dalam mengendalikan serangga hama adalah senyawa nikotin dan turunannya antara lain alkaloid nikotin, nikotin sulfat dan senyawa nikotin lainnya. Senyawa ini bekerja sebagai racun kontak, racun perut dan fumigan. Daun tembakau kering mengandung 2 - 8 % nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun kontak bagi serangga seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs, dan pengendali jamur (fungisida).
5. Sirsak (Annona muricata) Sirsak mengandung annonain dan resin. Senyawa ini efektif mengendalikan hama trips. Jika ditambah daun tembakau, sirsak akan efektif mengendalikan hama belalang dan ulat. Sedangkan jika ditambah jeringau dan bawang putih, akan efektif untuk mengendalikan hama wereng coklat.
6.
Kucai (Allium schonaoresum) Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan menyeduhnya, yang kemudian didinginkan. Kemudian saring. Air saringannya ini mampu untuk memberantas hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.
7. Bawang Putih (Allium sativum) Bawang putih secara alami akan menolak banyak serangga. Tanamlah di sekitar pohon buah dan lahan sayuran untuk membantu mengurangi masalah-masalah serangga. Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup. Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari. Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air. Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura. 8. Bawang Merah (Allium cepa) Kulit bawang merah adalah bagian terluar atau pembalut dari daging bawang merah yang berpotensi dapat membunuh hama serangga pada tanaman. Kulit bawang merah mengandung senyawa acetogenin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa tersebut memiliki keistimewaan sebagai anti-feeden sehingga serangga tidak nafsu makan. Sedangkan pada konsentrasi rendah, akan menyebabkan terganggunya proses pencernaan dan merusak organ-organ pencernaan, yang mengakibatkan kematian pada hama
serangga (Plantus 2008). Selain mengandung anti-fedeen, kulit bawang merah juga mengandung senyawa squamosin. Kandungan pada squamosin mampu menghambat transport elektron pada sistem respirasi sel hama serangga, yang menyebabkan hama serangga tidak dapat menerima nutrisi makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya. Akhirnya, serangga hama akan mati secara perlahan. Selain berpotensi dapat membunuh hama ulat, kulit bawang merah juga memiliki beberapa manfaat lainnya yang menguntungkan. Zat dan senyawa yang terdapat pada kulit bawang merah dapat memberikan kesuburan bagi tanaman sehingga dapat mempercepat tumbuhnya buah dan bunga pada tumbuhan (Rizal 2008). 9. Tembelekan (Lantara camara) Ekstrak daun Lantana camara mengandung senyawa yang termasuk alelokimia yaitu lantaden A dan lantaden B yang termasuk golongan terpenoid serta 14 senyawa fenolik. Disebutkan juga bahwa genus Lantana camara mengandung triterpenoid, flavonoid, fenilpropanoid, furanophthaquinon, dan beberapa senyawa hidrokarbon. Tanaman ini memiliki efek alelopati dengan menghambat perkecambahan biji, pemanjangan akar, dan pertumbuhan beberapa spesies tanaman. Daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar. Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang terserang hama, baik yang berupa kumbang maupun pengerek daun. 10. Pepaya (Carica papaya) Ambil daun papaya sebanyak kurang lebih 1 (satu) kilogram, atau kira-kira sekitar 1 (satu) kantong plastik kresek besar. Lalu dilumatkan (bisa diblender) dan dicampurkan dalam 1 (satu) liter air, kemudian dibiarkan selama kurang lebih 1 (satu) jam. Langkah berikutnya disaring, lalu ke dalam cairan daun papaya hasil saringan ditambahkan lagi 4 (empat) liter air dan 1 (satu) sendok besar sabun. Ampas lumatan daun papaya bisa dimasukkan ke dalam komposter untuk tambahan bahan kompos. Cairan air papaya dan sabun sudah dapat digunakan sebagai pestisida alami. Semprotkan cairan ini pada hama-hama yang mengganggu tanaman kita. Semprotan pestisida air papaya dan sabun ini dapat membasmi aphid (kutu daun), rayap, hama-hama ukuran kecil lainnya, termasuk ulat bulu. 11. Cengkeh (Syzgium aromaticum) Cengkeh merupakan tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di tingkat petani. Tanaman ini banyak mengandung minyak atsiri yang mempunyai nilai jual tinggi. Minyak atsiri diperoleh melalui proses ekstraksi maupun penyulingan bagian daun atau bunga cengkeh. Minyak tersebut diketahui mengandung sampai dengan 80% eugenol dan berdasarkan uji laboratorium dan rumah kaca diketahui sangat efektif membunuh nematode puru akar, M. Incognita.
12. Mindi (Melia Azedarach L.) Kandungan minyak di dalam bijinya sampai 40%. Kandungan minyak ini mengandung bahan aktif alkaloid yang larut di dalam air. Minyak mindi mengandung carotinoid dan meliatin. Kandungan bahan aktif mindi mirip seperti mimba, yaitu: azadirachtin, triol, dan salanin. Tanaman mindi banyak dimanfaatkan untuk pestisida nabati. Bagian tanaman mindi yang dapat digunakan untuk pengendalian hama adalah daunnya, biji/buahnya, dan kulitnya. Mindi dapat digunakan untuk pestisida nabati, untuk mengusir atau penolak hama, menghambat hama untuk bertelur, insektisida, dan menghambat perkembangan cendawan Mindi juga mengandung racun kontak dan racun perut bagi serangga sasaran. Hama Sasaran yang bisa dikendalikan dengan pestisida nabati Mindi Aphis Aphis citri, Ulat grayak Spodoptera spp, Spodoptera eridania, Ngengat umbi kentang Phtorimaea operculella, Penggerek jagung asia Ostrinia furnacalis, Apis kobis Brevicoryne brassica, Kupu-kupu putih kobis Pieris brassicae, Ulat jarak Spodoptera littoralis, Hama daun jeruk Phyllocnistis citrella, Kutu Psyllid jeruk Diaphorina citri, Kutu sisik jeruk Panonychus citri, Ngengat punggung berlian Plutella xylostella, Kumbang Epilachna varivestis, Belalang berpindah Locusta migratoria, Wereng padi hijau Nephotettix virescens, Penggerek batang padi Tryporyza incertulas, Ulat kuncung tembakau Helicoverpa virescens, Wereng punggung utih Sogatella furciferadan Hama gudang Ephestia cautella, Rhizopertha domonica. Mindi tidak mempunyai efek racun pada laba-laba, dan sedikit meracuni predator Cyrtorhinus lividipennis. Mindi bisa meracuni maunisia dan binatang menyusui lainnya. 13. Gadung (Dioscorea hispida) Gadung mengandung racun sianida (HCN) yang digunakan untuk mengendalikan tikus. Selain memabukkan, gadung juga berfungsi untuk menghambat reproduksi pada tikus (memandulkan).
CARA MEMBUAT PESTISIDA NABATI A. Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Hama Serangga 1. Ekstrak Daun Sirsak Sebagai Pestisida Hayati Untuk Mengendalikan Kutu Daun Salah satu bahan alami yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pestisida alami adalah daun sirsak yang dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan pestisida hayati untuk mengendalikan hama kutu daun dan juga thrips. Pestisida hayati ini dibuat dari bahan utama daun sirsak. Bahan-bahan yang digunakan adalah : Daun sirsak: 100 lembar Sabun colek: 2-3 sendok makan Air: 1,5 liter
Cara pembuatan: Rebus daun sirsak dengan 1,5 liter air, hingga air yang tersisa sebanyak 1 liter. Setelah itu tambahkan sabun colek kedalam larutan yang dihasilkan. Untuk pemakaiannya, campurkan 1 liter larutan pestisida dengan 14 liter air. Cara penggunaan/ pemakaian: Masukkan campuran pestisida dengan air ke dalam tangki sprayer, lalu semprotkan pada tanaman. Waktu penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 10.00 atau sore hari dari jam 15.00 hingga maghrib. Penyemprotan dapat dilakukan 2 kali dalam seminggu. Yang perlu diingat pada penggunaan ekstrak sirsak ini adalah bahwa pemakaian harus dilakukan beberapa kali, jangan hanya satu kali. Sebab pemakaian secara rutin akan dapat senantiasa melindungi dan mencegah tanamam dari hama kutu daun dan thrips. Ekstrak daun sirsak dapat disimpan hingga 12 bulan sejak dari pembuatan. Namun demikian sebaiknya segera digunakan agar dapat memberikan manfaat secara maksimal. 2. Feromon Kelamin Dan Sistem Syaraf dari Minyak Selasih Sex fheromone yaitu feromon yang dihasilkan oleh serangga betina atau jantan pada kelenjar yang terletak pada ujung abdomen. Cara Pembuatan Minyak Selasih /Penyulingan selasih Penyulingan selasih hal ini melalui tahapan kerja sebagai berikut : Bahan baku (daun dan bunga selasih) dimasukan ke dalam ketel pemasok yang terlebih dahulu ketel tersebut diisi air + 10 liter. Memasang tutup ketel pemasok dan selang saluran air serta alat-alat lainnya sesuai posisi gambar 3. Menyalakan kompor dan menghidupkan pompa sirkulator dengan cara menyambungkan kabel sirkulator ke saklar listrik. Setelah kurang lebih 30 menit air di dalam ketel akan mendidih dan menghasilkan uap yang terus menerus akan mengalir menembus celah-celah bahan baku sehingga mengakibatkan uap tersebut akan membawa minyak dari daun dan bunga selasih. Uap air yang mengandung minyak akan terus menerus mengalir melalui pipa penyalur uap menuju ketel pendingin, pada bagian ketel pendingin bagian pipa yang terendam air akan mendinginkan uap air di dalam pipa, sehingga terjadi kondensasi uap air menjadi air sulingan selasih. Air sulingan secara terus menerus mengalir yang ditampung pada bagian corong pemisah. Air sulingan yang tertampung, berdasarkan perbedaan berat jenis antar air dan minyak akan terjadi perbedaan posisi /level yaitu untuk bagian atas adalah bagian minyak selasih sedangkan pada bagian bawahnya adalah air sisa penyulingan. Untuk memperoleh minyak selasih murni, berikutnya adalah membuang air sisa penyulingan dengan cara membuka kran corong pemisah secara perlahan-lahan. Bagian minyak yang tersisa di dalam corong pemisah dipindahkan pada botol yang dapat ditutup rapat dengan cara memakai pipet atau jarum penyuntik. Minyak selasih siap digunakan sebagai atraktan lalat buah dengan cara meneteskan pada kapas yang diletakan di dalam botol perangkap sebanyak 0,1 - 0,2 ml.
Air sisa penyulingan yang dibuang dari corong pemisah masih dapat dimanfaatkan sebagai atraktan lalat buah, namun dosis untuk air sulingan tersebut ditambah atau diperbanyak menjadi 2 – 3 ml setiap perangkap dan diulangi seminggu sekali. Proes pembuatan minyak selasih berlangsung selama 5 jam, dari bahan baku sebanyak 10 kg dapat menghasilkan minyak selasih antara 5 – 30 ml, hal ini tergantung dari jenis selasih yang disuling serta umur tanaman selasih. Sedangkan sisa air penyulingan setiap kali proses didapat sebanyak + 3 liter. 3. Ekstrak Daun Mimba Sebagai Pestisida Hayati Untuk Mengendalikan Kutu Sisik Pestisida hayati ini dapat digunakan untuk mengendalikan kutu sisik pada tanaman. Bahan-bahan yang digunakan: Daun nimba: 1 kg Air: 10 liter Cara pembuatan: Cara pembuatan pestisida ini cukup sederhana yaitu dengan merebus 1 kg daun nimba dengan 10 liter air hingga mendidih. Dinginkan larutan sebelum diaplikasikan pada tanaman. 4. Ekstrak Daun Pepaya Sebagai Pestisida Hayati Untuk Mengendalikan Ulat Dan Hama Penghisap Tanaman Daun pepaya memiliki kandungan bahan aktif papain yang cukup efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap tanaman. Untuk memanfaatkan daun pepaya menjadi pestisida alami, daun pepaya dibuat ekstrak yang dicampurkan dengan minyak tanah dan detergen. Pestisida alami dari ekstrak daun pepaya memiliki beberapa manfaat, antara lain dapat digunakan untuk mencegah hama seperti aphis, rayap, hama kecil, dan ulat bulu serta berbagai jenis serangga. Bahanbahan yang digunakan adalah : Daun papaya : 1 kg Air: 10 liter Minyak tanah : 2 sendok makan Detergen: 30 gr Cara pembuatan: Pestisida alami dari daun pepaya (Carica papaya) dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut: Siapkan daun papaya sebanyak kurang lebih 1 kg (sekitar 1 tas plastik besar atau 1 ember besar). Tumbuk daun pepaya hingga halus. Hasil tumbukan/rajangan direndam di dalam 10 liter air Tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 30 gr detergen. Hasil campuran, didiamkan semalam. Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus. Aplikasi: Larutan hasil saringan dapat langsung diaplikasikan ke tanaman dengan cara menyemprotkan larutan ke tanaman
5. Umbi Gadung Untuk Mengendalikan Ulat dan Hama Penghisap Umbi Gadung mengandung diosgenin, steroid saponin, alkohol dan fenol. Selain untuk mengendalikan hama tikus, umbi gadung juga efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Cara Pembuatan : Tumbuk halus 500 gr umbi gadung dan peras dengan batuan katong kain halus. Tambahkan 10 liter air , aduk rata dan siap di semprotkan ke tanaman. 6. Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan hama Trips Bahan-bahan: - 1kg bawang putih halus, tambahkan 100 cc EM4 dan gula pasir 100 gr. Cara membuat: Aduk bahan sampai rata dan larutkan dalam 5 liter air. Diamkan / fermentasikan selama 1 minggu. Saat digunakan saring dahulu. Aplikasi: Dengan melarutkan pada air dengan perbandingan 1:20, efektif mengendalikan thrips pada tanaman cabai. 6. Pestisida Nabati ” Daun Sirih Hutan “ Daun sirih hutan mengandung ” fenol dan kavokol “. Efektif untuk hama penghisap. Cara Pembuatan: Tumbuk halus 1 kg daun sirih hutan segar, 3 siung bawang merah, 5 batang serai. Tambahkan air 8 – 10 liter air, 50 gr deterjen dan diaduk rata. Saring dengan kain halus Siap disemprotkan ke tanaman. 7. Pestisida Nabati “Biji Jarak” Biji Jarak mengandung “Reisin dan Alkaloit” , efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap (dalam bentuk larutan ), Juga efektif untuk mengendalikan nematoda/cacing (dalam bentuk serbuk). Cara Pembuatannya: Tumbuk 1 biji jarak dan panaskan selama 10 menit dalam air 2 liter, tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gr deterjen lalu diaduk. Saring larutan hasil perendaman, tambahkan air kembali 10 liter. Siap dipergunakan dengan cara di semprot kan ke tanaman. 8. Pestisida Nabati ” Daun Sirsak dan Jeringau “ Rimpang jeringau mengandung ” Arosone, Kalomenol, Kalomen, Kalomeone, Metil eugenol, Eugenol “. Efektif untuk mengendalikan ” hama wereng coklat “. Cara Pembuatan: Tumbuk halus segenggam daun sirsak , segenggam rimpang jeringau, 20 siung bawang putih. Rendam dalam air sebanyak 20 liter, di + 20 gr sabun colek, aduk rata dan di biarkan semalam. Saring dengan kain halus.
9.
Encer kan 1liter pestisida dengan 50 -60 liter air siap di semprotkan ke tanaman.
Pestisida Nabati ” Rendaman Daun Tembakau “ Daun tembakau mengandung nikotin. Efektif untuk mengendalikan hama penghisap. Cara Pembuatan : Rajang 250 gr ( sekitar 4 daun ) tembakau dan direndam dalam 8 liter air selama semalam. Tambahkan 2 sendok detergen, aduk merata kemudian disaring. Siap disemprotkan ke tanaman.
10. Pestisida Nabati ” Daun Sirih Hutan “ Daun sirih hutan mengandung ” fenol dan kavokol “. Efektif untuk hama penghisap. Cara Pembuatan: Tumbuk halus 1 kg daun sirih hutan segar, 3 siung bawang merah, 5 batang serai. Tambahkan air 8 – 10 liter air, 50 gr deterjen dan diaduk rata. Saring dengan kain halus Siap disemprotkan ke tanaman. 11. Pestisida Nabati Untuk Hama Padi Bahan-bahan: 3.5 kg kunyit (haluskan), 3.5 kg temulawak (haluskan), 3 kg temu hitam (haluskan), 3 buah maja (haluskan), 100 liter urine sapi. Cara membuat: Tuang urine ke dalam tong. Kemudian campur kunyit, temulawak, temu hitam, dan buah maja yang telah halus, lalu masukkan campuran ini kedalam karung plastik dan ikat. Campuran direndam dalam urine sapi dan aduk tiap tiga hari sekali. Satu bulan karung plastik baru diangkat dan pestisida urinsa siap digunakan. Efektif mengendalikan hama tanaman padi. 12. Pestisida Nabati untuk Hama Kutu Bahan-bahan: Daun mindi 2 kg, tembakau 2 kg, brotowali 2 kg, buah mengkudu 5 kg,dan andaliman 1 kg. Cara membuat: - semua bahan dihaluskan dengan cara menumbuk. Bahan-bahan tersebut direndam/dilarutkan dalam air 10 liter. Simpan selama lima hari dalam wadah yang tertutup rapat . Kegunaan: Pestisida dillarutkan pada media air dengan perbandingan 1:30. Efektif mengendalikan hama kutu kebul pada cabai, tungau, jenis ulat dan lainnya. Bahan dan cara membuat Pestisida nabati berkwalitas diatas bisa Anda cari di lingkungan sekitar. Praktis dan murah. Demikian tips kami tentang bahan dan cara membuat Pestisida nabati.
B. Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Hama Tikus 1. Umbi Gadung Sebagai Pestisida Hayati Untuk Memandulkan Dan Membunuh Tikus Serangan tikus (Ratus argentiventer) merupakan salah satu masalah utama yang banyak dijumpai oleh petani padi dan menimbulkan kerugian bagi tanaman pertanian baik dilapangan maupun hasil pertanian dalam penyimpanan. Umbi gadung KB : 1 kg Dedak padi: 10 kg Tepung ikan: 100 gr Kemiri: beberapa biji Air: secukupnya Cara pembuatan: Umbi gadung dikupas dan dihaluskan bersama kemiri Kemudian dicampurkan secara merata dengan dedak padi, tepung ikan, dan air hingga menjadi adonan. Selanjutnya adonan tersebut dibuat pellet kering C. Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Tanaman 1. Untuk mengendalikan ” nematoda puru akar ” pada tanaman tembakau lakukan 15 30 gr daun mimba kering atau 5 -10 gr biji mimba ditumbuk halus, kemudian diberikan untuk setiap lubang tanaman tembakau. 2. Untuk mengendalikan ” Jamur Fusarium dan Sclerotium “. sebanyak 2 -6 gr biji mimba ditumbuk lalu rendam selama 3 hari dengan air 1 liter. Lalu disaring dan siap di semprotkan ke tanaman. 3. Pestisida Nabati ” Daun Mimba “ Daun mimba mengandung Azadirachtin, salanin, nimbinen dan meliantriol. Efektif mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri, nematoda dll. Cara pembuatan: a. Dengan ” Biji Mimba “ Tumbuk halus 200 -300 gr biji mimba rendam dalam 10 liter air semalam Aduk rata dan saring, siap disemprotkan ketanaman. b. Dengan ” Daun Mimba “ Tumbuk halus 1 kg daun mimba kering bisa juga dengan daun segar. Rendam dalam 10 liter air semalam, aduk rata , saring dan siap untuk disemprotkan ke tanaman.
PENUTUP Kesimpulan Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri.
Ada 4 kelompok insektisida nabati yang telah lama dikenal (Oka, 1993) yaitu golongan nikotin dan alkaloid lainnya, bekerja sebagai insektisida kontak, fumigan atau racun perut, terbatas pada serangga yang kecil dan bertubuh lunak, piretrin, berasal dari Chrysanthemum cinerarifolium, bekerja menyerang syaraf pusat, dicampur dengan minyak wijen, talk atau tanah lempung digunakan untuk lalat, nyamuk, kecoa, hama gudang, dan hama penyerang daun, rotenon dan rotenoid, berasal dari tanaman Derris sp. dan bengkuang (Pachyrrhizus eroses) aktif sebagai racun kontak dan racun perut untuk berbagai serangga hama, tapi bekerja sangat lambat, Azadirachtin, berasal dari tanaman mimba (Azadirachta indica), bekerja sebagai “antifeedant” dan selektif untuk serangga pengisap sejenis wereng dan penggulung daun, baru terurai setelah satu minggu (Karmawati dan Balfas, 2007). DAFTAR PUSTAKA Permatasari, Erdyanti, 2002. Studi Pengaruh ekstrak Biji bengkuang (Pachyrlzizus eroslls) Terhadap Perkembangan Lalat Rumah (Musca domestica) di Darmaga, Lasem dan Kajar. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15053 http://www.academia.edu/3779584/MANFAAT_DAUN_SIRSAK_sebagai_pestisida_naba ti http://www.smallcrab.com/others/681-tanaman-untuk-pestisida-nabati http://luki2blog.wordpress.com/2013/10/07/ekstrak-bawang-putih-sebagai-pestisida-nabati/ http://kebundirumah.com/membuat-pestisida-organik-dengan-bawang-putih/ http://www.alamtani.com/pestisida-organik.html http://green.kompasiana.com/penghijauan/2013/02/15/mengenal-pestisida-nabati534448.html http://isroi.com/2010/07/31/tanaman-pestisida-nabati-mindi-melia-azedarah-l/