Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (47 - 58)
Journal of Quality & Reliability Management, Vol. 20 No. 4, pp. 458-472. Jabnoun, N., dan Khalifa, A., 2005, “A customized measure of service quality in the UAE”, Managing Service Quality, Vol. 15 No. 4, pp. 374-388. Kwong, C. K., dan Bai, H., 2003, “Determining the importance weights for the customer requirements in QFD using a fuzzy AHP with an extent analysis approach”, IIE Transactions, Vol. 35, pp. 619-626. Naser, K., Jamal, A., dan Al-Khatib, A., 1999, “Islamic banking: a study of customer satisfaction and preferences in Jordan”, International Journal of Banking Marketing, Vol. 17 No. 3, pp. 135-150. Othman, A. Q., dan Owen, Lynn, 2002, ”Adopting and measuring customer service quality (SQ) in Islamic Banking: A case study in Kuwait finance house”, International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 3 No. 1.
Rahman, Zillur, 2004, “Developing customer oriented service: a case study”, Managing Service Quality, Vol. 14 No. 5, pp. 426–435. Robledo, M. A., 2001, “Measuring and managing service quality: integrating customer expectations”, Managing Service Quality, Vol. 11 No. 1, pp. 22-31. Ruyter, K., dan Bloemer, J., 1999, “Customer loyalty in extended service settings: The interaction between satisfaction, value attainment and positive mood”, International Journal of Service Industry Management, Vol. 10 No. 3, pp. 320-335. Silvestro, R., 2005, “Applying gap analysis in the health service to inform the service improvement agenda”, International Journal of Quality & Reliability Management, Vol. 22 No. 3, pp. 215-233. Tsoukatos, E., dan Rand, Graham K., 2006, “Path analysis of perceived service quality, satisfaction and loyalty in Greek insurance”, Managing Service Quality, Vol. 16 No. 5, pp. 501-519.
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
MEMBANGUN STRATEGI “LOW BUDGET HIGH IMPACT” di Era NeW wave Marketing
Kajian atas Perusahaan-Perusahaan Top Brand 2000-2007 David Sukardi Kodrat Universitas Ciputra, Surabaya
[email protected]
The purpose of this research is to test a new wave marketing phenomena: low budget, high impact marketing. This research uses enterprises which continuously get Top Brand from 2000 to 2007 as a population. Sampling selection is performed based on purposive sampling with object to gain samples according to the research aim. Based on those criteria, there are 19 companies, which have been fulfilling the conditions required. The result reveals that coefficients determinants (R2) is 0,430. It means that 43 percents of independent variables (log sales, business ratio and net profit margin) with significant influence to Top Brand Index. The influential variable to Top Brand Index is Net Profit Margin with positive direction. In other word, the bigger of company’s net profit margin, the bigger of Top Brand Index. It is proofed that winning Top Brands are the brands apply low budget, high impact as phenomena occurred in new wave marketing.
Abstract
Keywords: New wave marketing, top brand index, log penjualan, ratio bisnis dan net profit margin.
58
59
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
M
arketing mengalami perkembangan
Ekonomi horizontal mengak ibatk an
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
ahli sudah mempelajari dalam psikologi
yang luar biasa pesat. Era pseudo
terjadinya efek herding (mengumpul) dan
apakah perusahaan-perusahaan yang
kognitif. Psikologi kognitif yang digunakan
marketing telah berakhir sejak
self fulfilling prophecy. Kalau investor percaya
memperoleh Top Brand terus-menerus dari
dalam bidang bisnis berkaitan dengan
runtuhnya orde baru dan digantikannya
bahwa investasi di satu jenis komoditas
tahun 2000 sampai tahun 2007 (high impact)
mengapa manusia bereaksi terhadap
dengan orde reformasi pada tahun 1998. Era
bagus maka otomatis akan terjadi aliran
telah menggunakan budget marketing
suatu informasi. Menurut teori ini, perilaku
setelah 1998 sampai sekarang inilah yang
uang masuk dan terjadilah demand semu.
secara efektif dan efisien (low budget).
seseorang berkaitan degan kesadaran
disebut era legacy marketing. Ciri utama era
Satu pergi ke satu arah, yang lain mengikuti
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
rasional mengenai lingkungannya yang
ini adalah high budget, high impact marketing.
karena takut ketinggalan. Hal ini dapat dilihat
menguji fenomena new wave marketing.
diperoleh melalui panca indera (mata,
Marketer berpikir secara tersekat-sekat (silo)
dari perkembangan harga minyak pada
(Gulati, 2007). Mereka belum menghitung
tanggal 2 Januari 2008 menyentuh angka
return on marketing investment (ROMI) dari
100 dollar AS per barel. Setelah itu, harga
Mencari Jendela di Otak Konsumen
aktivitas pemasaran yang mereka lakukan.
minyak dunia terus melambung hingga
Namun setelah 2008, sepuluh tahun setelah
147 dollar AS per barel pada tanggal 11 Juli
Positioning pertama kali dipopulerkan
krisis Asia, para marketer bukan hanya dituntut
2008 ketika ada uji coba misil Iran. Kemudian
untuk bisa semakin kreatif, namun juga
terjadilah bubble burst, harga minyak dunia
harus bisa bertanggung jawab atas masalah
ini kemudian turun lagi sampai di tingkat
keuangannya. Marketer dituntut untuk lebih
USD 112 per barel pada tanggal 11 Agustus
efisien dan efektif dalam merencanakan dan
2008. Dalam waktu satu bulan harga minyak
mengimplementasikan program marketing
sudah turun dratis (Kodrat, 2008). Artinya
sehingga mampu menghasilkan high impact
pasar global telah menjadi datar dan semua
namun dengan low budget. Era ini disebut
orang mendapatkan kesempatan yang sama.
sebagai era new wave marketing. Pasar horizontal menuntut produsen Pendek atan marketing yang bersifat
melayani pelanggan secara horizontal. Di
vertikal, top-down, dan one to many
mana pun mereka berada. Mereka menuntut
telah berakhir. New wave marketing lebih
layanan yang sama dari brand yang sama.
bersifat horizontal, bottom-up, dan peer
Kalau ada perbedaan layanan, pelanggan
to peer atau many to many (Kartajaya,
akan bingung dan bukan tidak mungkin
2008). Perubahan pendekatan marketing
produk akan ditinggalkan. Brand merupakan
ini diarahkan oleh perubahan teknologi.
salah satu aset perusahaan yang terpenting.
Saat era Web 1.0, internet masih bersifat
Dalam sudut pandang finansial, brand
satu arah, statis, dan eksklusif. Teknologi
dapat mencapai nilai hingga puluhan kali
Web 2.0 mengubah segalanya. Internet
lipat dari nilai buku perusahaan. Di sisi lain,
menjadi interaktif dan dinamis. Orang lebih
brand merupakan interface antara pelanggan
mudah mengekspresikan diri, melakukan
dengan perusahaan, yang menjelaskan
network ing, membentuk komunitas,
mengenai tawaran produk dari perusahaan
berkolaborasi, dan berpartisipasi dalam
terkait.
sebuah kegiatan.
60
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
telinga, kulit, dan lidah).
oleh Al Ries dan Jack Trout (Ries dan Trout, 2002). Positioning adalah persepsi yang ada dalam benak konsumen tentang merek produk sehingga konsumen memiliki penilaian tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan produk tersebut. Positioning bukanlah strategi produk tetapi strategi komunikasi (Kasali, 1998) pada konsumen yang menjadi target yaitu segmen yang dipilih. Menurut Profesor Yoram Wind dari Wharton University of Pennsylvania, positioning merupakan reason for being atau alasan bagi eksistensi sebuah produk atau merek sehingga dapat disebut being strategy (Kartajaya, 2002). Positioning tidak sama dengan slogan atau tagline. Tagline memang dapat membantu memahami positioning sebuah merek dengan lebih jelas. Namun tagline bukanlah positioning. Konsep positioning berhubungan erat dengan bagaimana konsumen memproses informasi (Koch, 2005 dan Zanten, 2005). Teori processing information memang baru dikembangkan pada tahun 1978 oleh Bettman tetapi jauh sebelumnya para
Proses berpikir (cognitions) melibatkan sesuatu yang disebut persepsi. Persepsi ini yang menjadi pusat positioning karena salah satu alat untuk memetakan positioning disebut perceptual map atau peta persepsi. Karena positioning adalah apa yang ada dalam benak orang maka positioning tidak selalu harus ditulis secara terang-terangan. Positioning bukan hanya tentang membujuk dan menciptakan citra dalam benak pelanggan. Positioning adalah tentang mendapatkan kepercayaan pelanggan. Oleh karena itu, produk harus mempunyai kredibilitas. Positioning harus didukung pula dengan diferensiasi yang solid. Diferensiasi merupakan terjemahan dari positioning. Positioning-Differentiation-Brand (PDB) adalah proses yang saling memperkuat terusmenerus (Kartajaya, 2008). Brand harus diposisikan dengan jelas dalam benak pelanggan agar brand identitynya jelas. Positioning yang didukung oleh diferensiasi yang solid akan menghasilkan brand integrity yang kuat. Brand integrity yang kuat ini akan menghasilkan brand image yang kuat. Pada akhirnya, brand image yang kuat akan memperkuat brand
61
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
itu sendiri. Jadi budget besar saja tidak dapat
yang terpenting. Dalam sudut pandang
Sementara, hal-hal yang konsumen berikan
Era informasi yang berlangsung dari
diandalkan untuk menciptakan brand image.
finansial, brand dapat mencapai nilai hingga
berupa harga yang harus dibayar dan
pertengahan abad ke-20 sampai ke-21
Perlu PDB yang solid.
puluhan kali lipat dari nilai buku perusahaan.
pengeluaran-pengeluaran lainnya. Jadi jika
membawa manusia menjadi pekerja kreatif
Di sisi lain, brand merupakan interface
suatu produk sudah mempunyai brand yang
(creative worker). Akumulasi pengetahuan
Brand image akan terbentuk dengan
(penghubung) antara pelanggan dengan
bagus, ia akan mampu menjadi price maker,
(reservoir of knowledge) yang sebelumnya
sendirinya, walaupun budget-nya rendah,
perusahaan, yang menjelaskan mengenai
bukan sekadar price taker. Brand adalah
sudah
asalkan PDB-nya kuat dan diaplikasikan
tawaran produk dari perusahaan terkait.
elemen paling penting price driver. Brand-lah
menjadikan orang mampu melahirkan
yang menentukan harga.
kebijaksanaan untuk menciptakan berbagai
secara benar. Karena itu, di era new wave
didapat
pada era informasi
marketing dengan pemain yang semakin
Buat penjual, brand sangat penting karena
tidak terbatas ini, PDB yang kuat akan
inilah yang sebenarnya dibeli orang. Produk
Brand yang hebat mempunyai ciri-ciri
teknologi mendorong lahirnya kreativitas
menentukan produsen akan berhasil atau
adalah barang yang dihasilkan pabrik.
yaitu seberapa banyak orang yang setia
(technology driving creativity).
tidak.
Sementara brand adalah sesuatu yang dicari
pada dan tetap memilih merek tersebut.
pembeli. Produk cepat usang, sementara
Brand sebenarnya adalah cermin dari janji
Teknologi era new wave marketing memacu
brand yang sukses akan bertahan sepajang
yang diucapkan oleh produsen terhadap
tumbuhnya partisipasi. Semakin banyak
zaman (Stephen King, CEO WPP Group,
konsumen dan kualitas produk yang akan
orang bisa terhubung satu sama lain untuk
Landor dalam Swa No. 15/XXII/27 Juli-9
mereka hasilkan. Perjanjian melalui brand ini
berpartisipasi, belajar, dan menciptakan
Agustus 2006). Brand yang hebat berfungsi
harus dilakukan dengan jujur.
sesuatu. Di era ini yang penting adalah
Makna Brand Lebih Luas Kata Brand berasal dari bahasa Skandinavia Kuno, “brandr” yang berarti “membakar”. Istilah ini mengacu kepada aktivitas peternak yang mengecap hewan ternaknya dengan besi panas untuk membedakan antara hewan yang satu dengan yang lain. Sampai kini, belum ada satu definisi tunggal tentang brand. American Marketing Association (AMA) mendefinisikan brand sebagai nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang bertujuan untuk mengidentifikasi barang dan layanan dari suatu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari para pesaing (Kotler, 2004). Profesor Douglas B. Holt dari Oxford University mengatakan bahwa brand merupakan budaya dari produk yang terbentuk sepanjang waktu (Kartajaya, 2008). Jadi menurut Holt, brand itu dinamis, seiring dengan interaksinya dengan berbagai pihak seperti konsumen dan pesaingnya. Brand merupakan salah satu aset perusahaan
62
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
hal yang jauh lebih kreatif. Kehadiran
lebih memberi warna dan getaran pada
akses. Ini yang memungkinkan terciptanya
produk atau jasa yang dihasilkan (Kotler,
Iklan merupakan salah satu cara untuk
value secara bersama melalui jaringan
2004).
membangun minat publik terhadap suatu
orang yang saling berbagi, berinteraksi, dan
merek (brand interest) atau meningkatkan
menyelesaikan masalah.
Brand bukan sekadar nama, logo, ataupun
kemampuan suatu brand agar berarti di
simbol. Memang salah satu unsur brand
mata publik (brand talk). Banyaknya iklan di
Karena itu, elemen-elemen STV triangle yang
adalah nama (brand name). Istilah brand
berbagai media elektronik ataupun media
terdiri dari segmentasi, targeting, positioning,
dan brand name memiliki perbedaan. Brand
massa membuat pikiran konsumen dipenuhi
diferensiasi, marketing mix, selling, brand,
bermakna lebih luas dan dalam daripada
berbagai pesan. Kedudukan istimewa dalam
service, dan proses telah berubah menjadi
sekadar nama. Brand merupakan “payung”
pikiran konsumen dimiliki oleh brand yang
the 12 Cs of New Wave Marketing (Kartajaya,
untuk merepresentasikan produk atau
mempunyai positioning yang tepat di benak
2008). The 12 Cs of New Wave Marketing
layanan, perusahaan, orang atau bahkan
konsumen (Ries dan Trout, 2002).
adalah communitization (komunitas),
negara. Brand merupakan cerminan value
confirming (konfirmasi), clarifying (klarifikasi),
yang produsen berikan kepada pelanggan.
Di era new wave marketing, branding di
coding, crowd-combo (co-creation, currency,
Itulah sebabnya brand disebut pula sebagai
berbagai aspek akan sangat sulit karena
communal activation, dan conversation),
value indicator (indikator nilai).
pesaing sudah tidak terbatas. Sulit sekali
commercialization, character, caring (sepenuh
membuat brand yang dikenal, diketahui
hati), dan collaboration. The 12 Cs of new wave
Value adalah perbandingan antara hal-hal
dan sekaligus diakui PDB (Positioning,
marketing ini mempunyai tiga dimensi yaitu:
yang konsumen peroleh dan hal-hal yang
Differentiation dan Brand)-nya.
strategi untuk memenangkan mind share,
konsumen berikan terhadap suatu brand. Hal-hal yang konsumen peroleh berupa manfaat-manfaat fungsional dan emosional.
taktik untuk memenangkan market share,
The Twelve’Cs of New Wave Marketing
dan value untuk memenangkan heart share.
63
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
Membangun Strategi Dalam membangun strategi di era new wave marketing yang dilakukan bukanlah segmentasi, targeting, dan positioning. Namun, communitization, conforming, dan clarifying. Langkah pertama membangun strategi ini adalah communitization (komunitas). Penjual harus membentuk suatu komunitas atau memanfaatkan komunitas yang ada. Dalam komunitas akan terjadi relasi pribadi yang erat antaranggota karena adanya kesamaan interest atau value yang membantu ketepatan dalam membentuk komunitas (Hall dan Winchester, 2000). Tujuannya adalah mengenal konsumen berdasarkan kelompok-kelompok yang homogen sehingga ak an membantu
communitization harus dapat menerapkan
antara perusahaan dengan komunitas
dilakukan karena persepsi atau positioning
apa yang disebut sebagai Reed’s Law
tersebut. Selanjutnya, diamati active level-
tentang brand terbentuk dari berbagai pihak:
ketimbang Metcalfe’s law atau Sarnoff’s law.
nya yaitu seberapa besar tingkat keaktifan
perusahaan, pelanggan, media massa, dan
komunitas tersebut. Apakah di dalam
bahkan dari pesaing.
Setelah communitization, yang harus
komunitas tersebut anggotanya memang
dilakukan bukanlah targeting melainkan
aktif, atau malah isinya cuma daftar nama
Dengan melakukan clarifying, perusahaan
confirming (konfirmasi). S etelah
saja sehingga hanya menjadi database saja.
memperjelas makna karakternya kepada
diidentifikasikan sejumlah komunitas,
Terakhir adalah memperhatikan number of
suatu komunitas. Setelah itu, klarifikasi
perusahaan melakukan confirm, ke komunitas
community network yaitu berapa banyak
ini akan berjalan di antara para anggota
mana perusahaan akan bergabung. Dengan
jaringan yang dimiliki atau yang potensial
komunitas itu dengan sendirinya tanpa
konfirmasi, berarti perusahaan berupaya
bisa terjadi antara suatu komunitas dan
perlu melibatkan perusahaan lagi karena
menguji kebenaran dari sesuatu. Konfirmasi
komunitas lainnya. Jadi, bukan sekadar
produk sudah memiliki identitas (Lapsley
dilakukan untuk menemukan sweet spot
berapa banyak jumlah anggota komunitas
dan Moulton, 2001, dan Underwood,
dalam komunitas tersebut. Jadi perusahaan
tersebut. Ini terkait dengan Reed’s community
2003). 3Cs inilah yang menjadi elemen
harus mampu menemukan komunitas
law yang menyatakan bahwa dengan
pembuka strategi dalam new wave
yang mampu memberikan manfaat secara
memanfaatkan jaringan antarkomunitas,
marketing (commercialization, confirming,
optimum.
terutama social networking, dapat secara
dan clarifying). Yang perlu diingat bahwa
meningkatkan efisiensi penjualan (Mora,
eksponensial meningkatkan nilai jaringan
new wave marketing tidak hanya menyangkut
Confirming sifatnya horisontal. Jika ada
2006). Berbeda dengan segmentasi yang
tersebut (Jika N adalah audience, nilainya
dunia online saja namun juga aktivitas
yang mau bergabung dengan suatu
anggota segmennya dapat tidak peduli satu
adalah 2n) (Reed, 2001). Jadi pada saat
offline. Sinergi antara aktivitas online dan
komunitas entah itu individu atau
sama lain.
perusahaan melakukan confirming, akan
offline inilah yang sebenarnya bisa membuat
perusahaan, komunitas tersebut punya dua
dipilih komunitas yang punya relevansi
praktik new wave marketing berjalan dengan
pilihan, apakah mau meng-confirm atau
dengan perusahaan, aktif dan jaringannya
semakin sukses dan berkelanjutan. Inilah
mengabaikannya. Orang atau perusahaan
luas.
yang diperlukan untuk memenangkan
Proses pembentukan komunitas dilakukan oleh orang per orang yang setara sehingga bersifat horizontal. Oleh karenanya, dalam communitization yang terjadi adalah low budget high impact marketing. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak harus melakukan riset pasar. Perusahaan cukup
64
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
yang hendak bergabung ini tidak bisa
perang dalam benak pelanggan (mind share).
berbuat apa-apa kalau diabaikan oleh
Dari confirming the community, perusahaan
komunitas tersebut. Ini menunjukkan bahwa
akan mendapatkan confirmed community.
komunitas sama kuatnya dengan sebuah
Setelah itu perusahaan bukan lagi melakukan
Membangun Taktik
perusahaan.
positioning tetapi clarifying (klarifikasi) pada
Dalam membangun taktik di era new wave
confirmed community. Clarifying bermakna
mengidentifikasi komunitas yang sudah
Untuk melakukan konfirmasi terhadap
ada. Kalau ternyata tidak menemukan
memperjelas posisi brand dalam benak
komunitas ada tiga kriteria yang perlu
komunitas yang dianggap cocok, barulah
pelanggan. Dengan melakukan klarifikasi
diperhatikan yaitu: relevance (kesamaan
perusahaan tersebut mempelopori berdirinya
berarti perusahaan memperjelas pesona atau
minat atau nilai), active level (tingkat
suatu komunitas. Setelah komunitas
karakternya kepada komunitas yang sudah
keaktifan) dan number of community network
terbentuk, perusahaan sebenarnya sudah
di-confirm sebelumnya. Dalam clarifying,
(jumlah jaringan yang dimiliki). Jadi pertama-
dapat “lepas tangan” karena komunitas
perusahaan harus dapat menjawab, siapakah
tama, perusahaan perlu melihat relevansi
tersebut akan “dirawat” sendiri oleh para
perusahaan yang sebenarnya, what is our
komunitas dengan perusahaan apakah ada
anggota komunitasnya. Artinya bahwa
color. Jadi clarifying adalah upaya yang
relasi atau kesamaan interest atau values
lebih tajam dan berkelanjutan. Hal ini perlu
marketing perusahaan melakukan tak hanya diferensiasi, marketing mix, dan selling namun juga coding, crowd-combo (co-creation, currency, communal activation, dan conversation), commercialization. Hal ini perlu dilakukan karena pesaing di lanskap new wave semakin tidak terbatas. Perusahaan semakin sulit membangun positioning dan diferensiasi yang unggul dan sulit ditiru
65
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
oleh pesaing dan sekaligus selalu diingat
ingin hidup sendiri-sendiri.
pelanggan.
produk yang ada di tangan pelanggan bisa
seberapa besar nilai yang harus dibayarkan
tidak sama persis dengan produk yang
untuk sebuah produk alias co-creation.
Crowd berbeda dengan komunitas. Orang-
dihasilkan produsen. Ini menunjukkan
Langkah pertama membangu taktik ini yaitu
orang dalam komunitas saling peduli serta
kedinamisan. Bahkan pelanggan bisa
Dalam era new wave marketing, saluran
coding dengan memasukan diferensiasi
memiliki interest dan values yang sama.
memberikan masukan ke produsen, produk
distribusi ini bentuk nya buk an lagi
ke dalam “DNA” merek nya maupun
Sementara, crowd baru merupakan kumpulan
seperti apa yang mereka inginkan. Ini
perusahaan-perusahaan distributor atau
pelanggannya. Perusahaan harus benar-
individu yang lepas. Crowd mampu membuat
menunjukkan adanya interaksi. Terjadinya
peritel. Saluran distribusi kini berupa
benar dapat mengidentifikasi perbedaan
keputusan dan prediksi yang lebih baik
proses horizontalisasi merupakan ciri-ciri new
communal activation (aktivis komunal).
yang ada sampai ke “tingkat DNA” bukan
dari pada orang per orang dibandingkan
wave marketing. Perusahaan lebih berperan
Communal activation ini berarti mengaktifkan
hanya di permukaan saja. Perusahaan pun
sekelompok pakar. Namun tidak semua crowd
sebagai fasilitator. Kreativitas pembuatan
sebuah komunitas lewat para pemimpin atau
dituntut untuk lebih terkoneksi dengan
mampu memberikan pengaruh yang positif
produk diserahkan kepada pelanggan,
aktivis komunitas itu. Orang-orang seperti
pelanggan sehingga mampu membuat
atau mengambil keputusan yang bijaksana.
terserah apa pun yang mereka inginkan,
inilah yang mampu memasarkan produk atau
produk yang benar-benar sangat personal
Untuk itu, ada sejumlah kriteria kunci yang
ikatan emosional yang terjadi sangat kuat.
co-creation kepada para anggota komunitas
bagi pelanggan sehingga tidak ada satu pun
perlu dilakukan: (1) adanya keragaman
Pelanggan memiliki sense of belonging dan
lainnya.
produk lainnya yang menyerupai produk
pendapat, (2) kebebasan berpendapat, (3)
sense of ownership terhadap hasil kreasinya
tersebut. Artinya bahwa produk ini harus
desentralisasi, dan (4) metode yang baik
itu karena merupakan “bayinya” sendiri.
Untuk memasarkan co-creation dalam
sangat horizontal dengan membuat produk
untuk mengumpulkan pendapat masing-
Selain itu, komponen dan fitur produk juga
komunitas, perusahaan membutuhkan
yang sesuai dengan identitas setiap orang.
masing orang dan diolah menjadi sebuah
bisa berasal bukan dari satu produsen.
orang-orang yang menjadi simpul-simpul
keputusan kolektif (Surowiecki, dikutip dari
Desainnya bisa berasal dari sebuah negara
atau aktivis-aktivis di situ. Orang-orang
Kartajaya, 2008).
di Eropa, namun komponen-komponennya
seperti inilah yang akan bicara soal co-
dari Tiongkok, dan software-nya buatan
creation. Orang-orang inilah yang akan
Coding perlu dirancang baik dengan memperhatikan otentisitas dari produk atau layanan perusahaan. Inilah yang
Crowd combo terdiri dari beberapa elemen,
Indonesia. Inilah yang dimaksud berasal dari
mempromosikan co-creation. Dan pada
sebenarnya dicari
pelanggan. Jik a
yaitu: co-creation, currency, communal
multisumber.
akhirnya orang-orang inilah yang akan
pelanggan mempersepsi offering perusahaan
activation dan conversation. Jadi, crowd
sebagai tiruan atau palsu, perusahaan akan
combo bermakna
bahwa new wave
Saat ini harga bukan istilah yang tepat, tapi
merupakan orang-orang yang berpengaruh
kehilangan kredibilitas, pelanggan, dan pada
marketing harus mampu mengombinasikan
diganti dengan currency. Harga mempunyai
besar dalam komunitasnya. Perkataan
akhirnya penjualan.
sejumlah aktivitas marketing secara kreatif
makna cenderung tetap sementara currency
dan tindak-tanduk mereka akan dipatuhi.
dengan fokus kepada individu-individu yang
lebih fleksibel. Jadi, produk atau co-creation
Merekalah yang menjadi pemimpin dalam
Setelah perusahaan melakukan coding
nantinya diharapkan dapat memiliki interest
yang dibuat tidak bernilai harga yang tetap.
komunitas tersebut. Mengelola para aktivis
(core tactic) untuk mendapatkan orisinalitas
dan values yang sama dengan perusahaan.
Untuk produk yang sama, nilainya bisa naik,
komunitas ini bagi produsen akan lebih efektif
agar tidak mudah ditiru oleh para pesaing,
66
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
menjual co-creation. Simpul-simpul ini
bisa pula turun. Tergantung bagaimana
dan efisien ketimbang saluran distribusi
selanjutnya perusahaan perlu melakukan
Di era new wave, produk disebut sebagai
orang mengapresiasi produk atau co-creation
tradisional. Para aktivis ini sangat memahami
creation tactic dengan menggunakan
co-creation karena bersifat statis, satu arah,
tersebut. Ini menunjukkan adanya proses
anxiety dan desire yang ada dalam komunitas.
crowd-combo (mengkombinasikan aktivitas
dan berasal dari satu sumber. Sementara,
horizontalisasi antara produsen dengan
Biaya untuk mengelola para aktivis ini juga
marketing dengan fokus individu). Saat
co-creation (kreasi pelanggan/pelanggan
pelanggan. Harga yang dulu pada era legacy
relatif tidak terlalu besar. Bagi pelanggan alias
ini pasar telah berubah menjadi crowd
terlibat langsung dalam proses pembuatan)
marketing bisa ditetapkan secara sepihak,
anggota komunitas sendiri, para aktivis ini
(kumpulan individu) yang berfokus pada
maknanya cenderung lebih dinamis,
di era new wave marketing ini nilainya bisa
memang lebih dipercaya ketimbang peritel
orang. Peranan individu akan semakin besar.
interaktif, dan berasal dari multisumber.
berubah-ubah layaknya currency. Pelanggan
karena memang kepentingan komunitaslah
Setiap orang memiliki ego yang besar dan
Pelanggan bisa memodifikasi sendiri. Jadi,
juga punya kekuatan untuk menentukan
yang diutamakan. Reputasi dan integritas
67
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
sebagai aktivis atau pemimpin komunitas
akan menjadi lebih dipercaya ketimbang
seperti menjadi jaminan bagi anggota
promosi. Di sisi anggaran, conversation
komunitas lainnya.
merupakan praktik low budget, high impact marketing. Conversation dilakukan dengan
Di era new wave marketing, para pemimpin
membentuk communitization.
atau aktivis komunitas memang akan semakin berperan sebagai perantara antara
Perlu diperhatikan bahwa conversation bukan
produsen dan pelanggan. Communal
sekadar word of mouth atau buzz marketing.
activation menjadi salah satu langkah kunci
Dalam conversation, pelanggan tidak harus
untuk bisa sukses mengarungi galaksi new
bicara soal merek atau merekomendasikan
wave yang tanpa batas ini. Para simpul atau
sesuatu. Conversation dalam era new
pemimpin komunitas inilah yang harus
wave marketing merupakan kebutuhan
menjadi perhatian new wave marketer untuk
bagi seseorang untuk menjadi manusia
melakukan communitization. Perusahaan
yang lebih berpengetahuan dan beradab
membutuhkan para aktivis komunitas itu
Membangun Value
dan character advocacy.
Dalam membangun value di era new wave
Orang bukan hanya harus sadar (aware)
marketing, yang dilakukan perusahaan bukan lagi brand, service, dan proses. Perusahaan perlu melakukan character, caring, dan collaboration. Layaknya manusia, karakter pada dasarnya sama dan tetap sesuai dengan DNA-nya. Seseorang bisa gonta-ganti baju, mengubah potongan rambut atau bahkan melakukan operasi plastik, namun tetap saja DNA-nya tidak bisa berubah. Begitu juga merek. Merek bisa saja berubah-ubah
terhadap merek itu, namun juga harus merasakan kehadirannya (presence). Bukan hanya bisa melihat asosiasi, namun juga merasakan koneksi dengan merek tersebut. Bukan hanya bisa menilai kualitas, namun juga merasakan relevansinya dengan kehidupan sehari-hari. Dan bukan hanya loyal, namun juga mampu menjadi pendukung setia merek tersebut.
atribut luarnya (logo, warna, tagline, dan
Sebuah merek memang akan bergerak
(knowledgeable and civilized).
sebagainya) namun karakternya akan tidak
secara dinamis dari waktu ke waktu. Di era
berubah dan konsumen akan tetap bisa
new wave marketing ini, perusahaan tidak
komunitas. Para aktivis komunitas inilah
Pembahasan terakhir dari taktik ini bukan lagi
mengenali karakternya. Untuk mengetahui
bisa lagi membangun mereknya sendirian,
yang bisa menjadi “kepanjangan tangan
selling (capture tactic) tapi commercialization.
bahwa produk sudah memiliki karakter
namun harus melibatkan pelanggan untuk
pertama” bagi perusahaan dalam komunitas.
Proses selling terkesan satu arah, dari
yang kuat adalah dengan melepas semua
membangun karakternya. Sebuah merek
Suara para aktivis komunitas inilah yang
perusahaan ke pelanggan. Perusahaan punya
atribut atau simbol yang melekat pada
harus melihat konsumen sebagai seorang
akan didengarkan oleh anggota komunitas
produk, ditawarkan kepada pelanggan.
merek tersebut. Kalau kita masih tetap
manusia yang tidak hanya butuh kualitas
lainnya.
Pelanggan membelinya dan setelah itu
mengenalinya, berarti karakternya memang
semata, tetapi juga membutuhkan merek
selesai. Tidak ada relasi lebih lanjut antara
sudah kuat. Mungkin tidak lagi diperlukan
yang bisa memberikan ketenangan dan
perusahaan dengan pelanggan.
brand book atau brand manual. Biarkan
kontribusi bagi perkembangan lingkungan
kemasan merek berubah-ubah yang
sekitar dan dunia secara keseluruhan.
Commercialization bersifat dua arah, terjadi
penting karakternya tetap. Kedinamisan
Inilah yang menunjukkan terjadinya proses
proses pertukaran value antara perusahaan
ini sekaligus menunjukkan semangat
horizontal di era new wave marketing.
many to many. Dalam conversation terjadi
dengan pelanggan. Tidak seperti selling,
muda. “Muda” dan “dinamis” inilah yang
diskusi alias interaksi antara dua pihak yang
commercialization tidak dilakukan secara
menunjukkan paradigma horizontal di era
Karakter seperti inilah yang akan mampu
kedudukannya setara. Di sini, “kebenaran”-
“langsung”. Artinya, pelanggan tidak begitu
new wave marketing.
bertahan selama bertahun-tahun. Karakter
merupakan kebenaran bersama (common
saja disodori produk. Perusahaan harus
truth). Dengan demikian, pelanggan akan
berupaya melakukan engagement dengan
Di era legacy marketing ada istilah brand
namun juga pelanggannya sendiri. Kalau
lebih bisa menerima kebenaran bersama
pelanggan sebagai pihak yang setara. Dalam
equity dari David Aaker yang terdiri atas brand
misalnya saja sebuah merek melakukan
itu daripada kebenaran satu versi saja. Hal
era new wave marketing, commercialization
awareness, brand associations, perceived
aktivitas-aktivitas yang dianggap melenceng
ini karena conversation pelanggan bisa
harus dilakukan atas dasar kesadaran bahwa
quality, other proprietary assets, dan brand
dari karakternya maka pelanggan akan
mengklarifikasi hal-hal yang diutarakan
relasi jangka panjang yang dibangun akan
loyalty. Sedangkan di era new wave marketing
langsung memprotesnya. Masyarakatlah
perusahaan. Dengan demikian, dari sisi
sama-sama menguntungkan kedua belah
istilahnya menjadi character meaning, terdiri
yang menentukan seperti apa karakter
penerimaan pelanggan terhadap informasi
pihak yaitu perusahaan dan pelanggan.
dari character presence, character connection,
sebuah merek.
agar benar-benar bisa “masuk” ke dalam
Elemen terakhir dari crowd-combo adalah conversation. Sifat promosinya searah, top-down dan one to many. Conversation itu horizontal: dua arah, peer to peer dan
yang disampaikan perusahaan, conversation
68
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
ini akan dijaga bukan hanya oleh perusahaan
perceived relevance, other ownership assets,
69
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
Setelah membangun karakter suatu produk,
marketer akan benar-benar memperhatikan
selanjutnya adalah caring (sepenuh hati).
pelanggannya dengan sepenuh hati. Tiap-
Servis itu sudah taken for granted, sudah
tiap orang akan berupaya menjadi “dokter”
No.
jadi sesuatu yang memang seharusnya
dan “perawat” bagi pelanggannya. Dan
1. Astra International, Tbk
Kijang, Avanza
11. Aqua Golden Mississippi, Tbk
Mizone
ada. Semua perusahaan melakukannya.
yang tak kalah penting, perusahaan akan
2. Bank Central Asia, Tbk
KIA
membangun dirinya menjadi sebuah service
Tahapan BCA & Kartu Kredit Bank BCA
12. Keramika Indonesia Asosiasi, Tbk
Semua pelanggan juga mengharapkannya. Caring is beyond service. Caring ini bukan
organization layaknya sebuah rumah sakit.
13. Ultra Jaya Milk, Tbk
Buavita
3.
sekadar servis yang mangandalkan RATER
Dengan menerima caring, pelanggan bukan
Taplus BNI & Kartu Kredit Bank BNI
14. BAT Indonesia, Tbk
Ardath
(Reliability, Assurance, Tangible, Empathy
hanya akan merasa puas, melainkan juga
4. Bank Mandiri (Persero), Tbk
Tabungan Mandiri
15. Bentoel International Inc, Tbk
Marlboro, Star Mild
dan Responsiveness) atau experience semata.
bisa menjadi “manusia baru” layaknya
5. Gudang Garam, Tbk
16. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk
Adira Finance
Namun, bagaimana pemasar bisa benar-
seorang pasien yang baru selesai menjalani
Gudang Garam Filter, Gudang Garam Surya & Class Mild
17. Smart, Tbk
Filma, Simas Margarine
benar memperhatikan pelanggan layaknya
perawatan.
6.
Indosat, Tbk
Mentari, IM3, Matrix & Indosatnet
18. Agis, Tbk
Sony
19. Metro Data Electronic, Tbk
HP, Epson
Elemen terakhir dari value marketing bukan
7.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Sempati, Kartu Halo, Flexi Classy & Telkomnet instant
manusia.
Table 1: Perusahaan Peraih Top Brand 2000-2007
Nama
Bank Negara Indonesia, Tbk
Top Brand
Jadi, kalau untuk servis, perusahaan belajar
lagi proses melainkan collaboration. Hal ini
dari hospitality business, untuk caring ini
disebabkan proses tidak lagi bisa dijalankan
perusahaan belajar pada hospital business.
secara vertikal oleh satu perusahaan, namun
Inilah bedanya. Dalam hospitality industry,
harus dijalankan secara horizontal dengan
kalau perusahaan tidak melakukan servis
memanfaatkan banyak sumber. Perusahaan
dengan baik, akibat terjeleknya adalah
harus menjalin kolaborasi dengan banyak
pelanggan akan merasa tidak puas dan
pihak agar bisa lebih kompetitf dan
mungkin saja menjadi tidak loyal. Namun,
menawarkan value yang lebih tinggi kepada
dalam hospital industry, kalau perusahaan
pelanggan. Oleh karena itulah, collaboration
masa lalu di mana sumber daya di mana
tidak melakukan servis dengan baik, nyawa
akan memegang peranan penting di era new
sumber daya berasal dari satu lokasi atau
pasienlah yang menjadi taruhannya. Di
wave marketing. Kemampuan perusahaan
kawasan saja. Di era new wave marketing,
hospital business ini, pelanggan alias pasien
untuk memilih dan menjalin kerja sama
bagi yang menerapkan model bisnis “R =
sedang sakit sehingga dalam kondisi yang
dengan mitra yang tepat akan menentukan
G”, yang penting adalah akses terhadap
sangat tertekan. Pelanggan juga bukan
daya saingnya di lanskap new wave yang
sumber daya tersebut, bukan kepemilikan
sekadar mampir layaknya di toko, namun
seperti galaksi tanpa batas ini.
sumber daya. Sebuah perusahaan tidak perlu
Bodrex, Hemaviton
9. Unilever Indonesia, Tbk
Pepsodent, Sunslik, Clear, Pond’s, Dove, Rinso, Lifebuoy, Lux, Citra, Blue Band, SariWangi & Cap Bango
10. Surya Toto Indonesia, Tbk
Toto
terhadap pelanggan di hospital business ini
Masalah kolaborasi ini juga menjadi
lainnya yang memiliki sumber daya yang
juga harus sangat personal; bukan sekadar
penekanan dalam buku The New Age of
dibutuhkan. Ia cukup menjalin kolaborasi
kondisi kesehatannya yang diperhatikan,
Innovation yang ditulis C.K. Prahaland dan
dengan perusahaan-perusahaan itu. Di sini
namun juga faktor-faktor usia, status mental,
M.S. Krishnan. Kedua penulis mengemukakan
semua pihak mempunyai peluang yang
kepribadian, preferensi, pendidikan, situasi
bahwa model bisnis yang ada sekarang
sama, baik pihak yang membutuhkan solusi
keluarga, dan kendala keuangan juga harus
bisa disebut sebagai “R = G” (“Resources
atau sumber daya maupun pihak yang punya
diperhatikan.
= Global”). Sumber daya bisa berasal dari
solusi atau sumber daya tersebut. Inilah yang
beragam vendor dan sering kali berasal
merupakan salah satu ciri horizontalisasi
dari berbagai penjuru dunia. Beda dari
dalam era new wave marketing.
Dengan cara pandang seperti ini, new wave
No.
8 . Tempo Scan Pasific, Tbk
memiliki sendiri perusahaan-perusahaan
malah bisa menginap di tempat. Layanan
70
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
Nama
Top Brand
Penelitian Eksplanatoris Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu mengetahui apakah perusahaan-perusahaan yang memperoleh Top Brand terus-menerus dari tahun 2000 sampai 2007 (high impact) telah menggunakan budget marketing secara efektif dan efisien (low budget), maka jenis penelitian yang digunakan adalah eksplanatoris. Penelitian jenis ini sesuai dengan pengertian yang dijelaskan Singarimbun dan Effendi (1995), yaitu penelitian dengan maksud penjelasan (explanatory atau confirmatory), yang memberikan penjelasan atau hubungan antar-variabel melalui pengujian hipotesis.
71
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
Populasi dan Sampel
operasional ketiga variabel tersebut adalah:
Populasi penelitian ini adalah perusahaan
Log Penjualan (X1) = logaritma dari penjualan
terus-menerus dari tahun 2000 -2007.
Top Brand Index
0.2593
0.0943
0.13
0.2555
0.42
Bisnis Ratio (X2) = ratio antara biaya
Pemilihan sampel dalam penelitian ini
Log Penjualan
3.6574
0.6902
2.50
3.6600
4.85
operasional dengan penjualan
Ratio Bisnis
0.2789
0.2235
0.02
0.2200
0.79
Net Profit Margin
-0.0032
0.3500
-1.42
0.0500
0.23
yang mendapat penghargaan Top Brand
Table 2: Statistik Deskriptif
dilakuk an dengan metode Purposive Sampling yaitu sampel diambil berdasarkan
Net Profit Margin (NPM) (X3) = ratio antara
kriteria-kriteria tertentu yang sesuai dengan
laba bersih setelah pajak dengan penjualan
Mean
SD
Minimum Median Maximum
Sumber: Data primer yang diolah penulis
tujuan penelitian sehingga dapat diperoleh sampel yang representatif. Kriteria yang
Prosedur Pengumpulan Data. Data
ditetapkan untuk memperoleh sampel yaitu
penelitian adalah data sekunder. Data
perusahaan yang memperoleh Top Brand
sekunder diperoleh dari sumber-sumber
dan perusahaan go public yang terdaftar di
yang diterbitkan oleh pemerintah, pihak
Bursa Efek Indonesia sampai dengan akhir 31
swasta maupun pihak luar negeri. Data yang
Desember 2007.
digunakan dalam penelitian ini merupakan data cross sectional yang diperoleh dari
Dengan menggunakan metode Purposive
Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital
Sampling, dari populasi perusahaan yang
Market Directory. Sedangkan pengumpulan
memperoleh Top Brand diperoleh 19
data, menggunakan teknik dokumentasi
perusahaan sebagai sampel sebagaimana
dengan tipe pooled data (Gujarati, 1982).
tampak pada Tabel 1.
Data sekunder yang dikumpulkan berupa Top Brand Index, Neraca, dan Laporan Laba
Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
dari neraca adalah data penjualan dan data yang dikumpulkan dari Laporan Laba Rugi
Variabel Dependen. Ada pun yang menjadi
adalah biaya operasional dan laba bersih
variabel dependen dalam penelitian ini
setelah pajak.
adalah Top Brand Index (TBI). Top Brand Index diukur berdasarkan mind share, market share dan commitment share. Ketiga variabel tersebut diperoleh dengan menggunakan parameter Top of Mind Awareness (TOM), Last
Analisis Data. Penelitian ini menguji hubungan antara Top Brand Index dan log penjualan, ratio bisnis serta net profit margin. Dengan program SPSS 15, persamaan regresi berganda ini dihitung dengan model:
Variabel Independen. Variabel independen
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
log penjualan (X1), bisnis ratio (X2) dan net profit margin (X3). Adapun definisi
(Pepsodent, Lifebuoy, Citra, Blue Band, dan
X1
= Log penjualan
SariWangi); PT Bentoel International Inc.
X2
= Ratio bisnis
(Marlboro dan Star Mild); PT Surya Toto
X3 = Net Profit Margin
Indonesia (Toto); dan PT BAT Indonesia
e = Error term model
(Ardath). Top Brand ini berhasil menjadi merek yang kuat selama delapan tahun berturut-
Uji Hipotesis. Langkah-langkah dalam
turut sehingga sudah teruji. Bagaimana
menguji hipotesis adalah sebagai berikut:
merek tersebut dibangun menjadi merek
Pertama, menghitung koefisien regresi.
yang kuat? Pasar saniteri di Indonesia cukup
Kedua, uji t adalah pengujian hipotesis
besar. Berdasarkan data dari DC / ICN,
secara individual, yaitu menguji setiap
konsumsi saniteri di Indonesia cenderung
koefisien regresi parsial satu per satu.
meningkat sekitar 5,26 juta unit pada tahun
Ketiga, menghitung R2 untuk mengetahui
2006. Walaupun pasar saniter digempur oleh
seberapa besar variasi harga saham dapat
produk Cina yang murah dengan kualitas
diperjelas oleh variabel-variabel bebas dalam
nomor 2 namun tidak membuat goyah Toto.
penelitian ini.
Hal ini disebabkan perang harga hanya seru di segmen bawah dan tidak ada produk
Diskusi dan Pembahasan
Usage (LU), dan Future Intention (FI).
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
72
Rugi tahun 2007. Data yang dikumpulkan
b1 - b3 = Koefisien regresi
Y
= Top Brand Index
a
= Konstanta
Statistik Deskriptif. Analisa statistik deskriptif untuk variabel dependent dan independent
saniteri lain yang mempunyai brand image yang kuat secara individu. Merek Toto tetap hebat karena didukung
ditunjukkan pada Tabel 2.
oleh positioning dan diferensiasinya yang
Top Brand Index rata-rata adalah 0.2593
menghadirkan produk toilet dengan dua
dengan median sebesar 0.2555. Hal ini disebabkan adanya merek-merek yang kuat dengan TBI di atas 0.35. Produk-produk tersebut berasal dari: PT Unilever Indonesia
tepat. Dalam hal isi, inovasi Toto adalah tombol kecil (tiga liter) dan tombol besar (enam liter). Selain itu, Toto merupakan produk ramah lingkungan yang hemat penggunaan air dengan mutu terjamin. Dalam hal infrastruktur, Toto memberikan
73
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
riset Milward Brown Firefly menunjukkan
Mencuci tangan membantu menjaga
kepala maupun pertumbuhan secara fisik
bahwa kampanye “Mari Bicara: Merajut
kesehatan. Kampanye ini pertama kali
terhambat.
PT Unilever dengan cerdik memilih pasar
Benang Komunikasi di Dalam Keluarga”
dilakukan pada tahun 1930-an di AS.
yang dimasuki terkait dengan budaya,
adalah inspirasional dan relevan dengan
Kampanye yang sama terus berlanjut
Blue Band adalah merek yang membantu
kesehatan dan kecantikan. Indonesia
keseharian mereka (www.unilever.co.id).
hingga saat ini dengan program pendidikan
para ibu dalam membesarkan anak-anak
kebersihan Lifebuoy yang terus berlangsung
dengan cara yang sehat dan menyenangkan.
waktu garansi selama dua tahun.
mempunyai budaya minum teh yang kuat dengan 3 rasa utama yaitu: rasa melati yang
Sekitar 63 persen penduduk Indonesia
di negara-negara termasuk India, Bangladesh,
Blue Band menyediakan olesan roti lezat dan
berpusat di Jawa Tengah dan Jawa Timur,
menderita masalah pembusukan gigi
Pakistan, Sri Lanka, Indonesia, dan Vietnam.
bergizi seimbang. Blue Band telah mengalami
rasa Vanilla yang berpusat di Sumatera dan
serius, rata-rata 1,89 kebusukan gigi per
yang terakhir rasa teh Hitam yang terpusat di
orang dan sekitar 1,3 persen penduduk
Sabun mandi Lifebuoy memposisikan
hingga 2004. Positioning pada 1978 adalah
Jawa Barat dan Jawa Timur serta pulau-pulau
Indonesia memiliki masalah gigi setiap
produknya sebagai solusi kebersihan dan
“Buatlah hari mereka menyehatkan” dan
di luar Jawa. SariWangi merupakan merek
bulan yang mencapai rata-rata 3,86 sehari
kesehatan bagi keluarga. Clarifying ini
berubah pada tahun 1987 yaitu “Membuat
teh arketip terkemuka yang secara eksklusif
di sekolah dan kantor. Pepsodent adalah
diperkuat dengan coding-nya. Dalam isi yaitu
impian mereka menjadi kenyataan”. Pada
beroperasi dalam segmen teh celup yaitu
pasta gigi yang paling terkenal dan tertua di
inovasi dari rangkaian sabun batangan, cairan
tahun 2003, positioning-nya dibuat dengan
suatu cara modern baru untuk minum teh
Indonesia, sejak awal keberadaannya selalu
pencuci tangan, dan gel pencuci tangan serta
lebih sederhana yaitu “Rasa dan Gizi” dan
yang lain dari teh bubuk.
memberikan lebih dari sekadar kemanjuran
inovasi terbaru Lifebuoy yang diarahkan pada
pada tahun 2004 diubah lagi menjadi
repositioning empat kali mulai tahun 1978
dasar. Pepsodent adalah pasta gigi pertama
remaja ABG dan para pemuda menggunakan
“Menciptakan tumbuh kembang yang
Merek SariWangi yang kuat diperoleh dengan
di Indonesia, yang kembali meluncurkan
teknologi baru radikal yang sudah terbukti
membahagiakan”. Positioning Blue Band
melakukan clarifying produknya di confirming
pasta gigi berflorida pada tahun 1980-an
secara klinis mengurangi jerawat yang parah
diperkuat dengan coding. Dalam hal konteks,
sebagai teh celup Indonesia dengan “citra
dan satu-satunya pasta gigi yang secara aktif
hingga 70 persen dalam waktu 6 minggu.
Blue Band melakukan inovasi packaging
aspiratif ” dan premium. Conforming ini
mendidik dan mempromosikan kebiasan
Dalam hal context, inovasi yang dilakukan
mulai dari tub, tin, dan sachet sehingga
diperkuat dengan memberikan coding
penyikat gigi secara benar melalui program
adalah bentuk batu bata merah keras klasik
dianugerahi Packing Consumer Branding
pada isi, konteks, dan infrastruktur. Coding
sekolah dan layanan pemeriksaan gigi gratis.
sabun Lifebuoy diganti dengan bentuk
Award dengan kategori “Luar Biasa”.
pada isi mencakup inovasi produk dengan
74
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
Lifebuoy signature yang baru. Bentuk baru
format jajaran teh bubuk dalam empat
Pasta gigi Pepsodent memposisik an
ini membuat sabun itu mudah digenggam
Berdasarkan pembahasan pada merek-
varian yaitu teh jahe, teh jeruk lemon, teh
produknya sebagai pasta gigi untuk
dan digunakan.
merek yang masuk dalam Top Brand di
madu, teh susu, dan teh hijau. SariWangi
meningkatkan kesehatan mulut. Klarifikasi
juga mengembangkan kelembutan untuk
ini diperkuat dengan coding-nya. Dalam
Berdasarkan data Direktorat Bina Kesehatan
adalah yang telah teruji: terkenal, dibeli
varian inti yaitu hitam, melati, dan vanila
hal isi yaitu inovasi produk dengan
Masyarakat, Departemen Kesehatan, ada
banyak orang, dan mampu menciptakan
(www.unilever.co.id). Coding pada konteks
Pepsodent Complete 12 yang menawarkan
28,04 persen anak Indonesia mengalami
komitmen konsumen untuk membeli lagi
mencakup kemasan inovatif yaitu mengubah
manfaat lengkap; Pepsodent Sensitive yang
kekurangan gizi. Padahal salah satu unsur
di masa mendatang. Merek yang top akan
penggunaan teh bungkus menjadi teh celup
menawarkan bahan aktif yang menembus
penting bagi pertumbuhan kecerdasan
menciptakan loyalitas yang tinggi, juga
sehingga pada tahun 2006 memperoleh
gigi untuk membebaskan rasa sakit akibat
anak adalah kecukupan asupan gizi.
mengundang kepercayaan sehingga tidak
penghargaan Packaging Consumer Branding
syaraf yang sensitif di dalam gigi dan gusi;
Hasil studi Word Food Program ( WFP)
mudah goyah oleh krisis. Bahkan lebih
Award (kategori “emas”). Sedangkan coding
dan Pepsodent Fighter Toothbrush. Dalam
menjelaskan bahwa kekurangan gizi pada
mudah menciptakan marjin lebih besar
pada Iinfrastruktur dilakukan melalui
hal infrastruktur, brand ini merupakan satu-
masa pertumbuhan dapat mempengaruhi
selain bereaksi positif pada saat terjadi
komunikasi efektif dengan meningkatkan
satunya pasta gigi yang diakui Federasi Gigi
kondisi fisik maupun mental pada anak. Di
perubahan harga. Merek yang top akan
konsumsi melalui saat-saat bersama teh,
Dunia, di samping Asosiasi Dokter Gigi Dalam
antaranya adalah anemia, rendah daya tahan
elastis terhadap penurunan harga, namun
resep, kampanye teh, dan kesehatan. Hasil
Negeri.
tubuh, mudah lelah dan kurang tenaga, sakit
inelastis terhadap kenaikan harga.
atas menunjukkan bahwa merek yang kuat
75
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
Log penjualan (X1) rata-rata adalah 3.6574
penjualannya dari Rp 55, 709 triliun (2006)
meningkat pada tahun 2007. Pemerintah
34,72 persen dibandingkan tahun 2006
dengan median sebesar 3.6600. Hal ini
menjadi Rp 70, 182 triliun (2007) atau naik
menaikkan HJE rokok sebesar tujuh persen,
menjadi Rp 16,488 triliun. Produk dari PT
disebabkan oleh log penjualan di atas 4.00,
sebesar 25,98 persen.
sekaligus menerapkan tarif cukai rokok per
Telekomunikasi Indonesia yang memperoleh
batang golongan I sebesar Rp 7, golongan II
Top Brand adalah Simpati, Kartu Halo, dan
Bank Mandiri (Persero); PT Gudang Garam;
Produk Bank Mandiri yang masuk dalam
sebesar Rp 5 dan golongan III sebesar Rp 3
Flexi Classy. Kartu Halo adalah jenis kartu
PT Indosat; PT Telekomunikasi Indonesia;
kategori Top Brand adalah tabungan mandiri.
(Harian Kontan, 28 Maret 2008). Walaupun
pascabayar yang diperuntukkan segmen
dan PT Unilever Indonesia. Merek yang
Tabungan Mandiri berhasil mendominasi
demikian, pendapatan tahun 2007 PT.
middle-up. Simpati (prabayar) ditujukan
masuk kategori Top Brand merupakan
dana pihak ketiga (DPK) sebesar 14,24 persen
Gudang Garam mencapai Rp 28,158 triliun
untuk segmen middle-low. Untuk produk
merek yang mampu menciptakan penjualan
dari total DPK perbankan yang mencapai
atau naik 6,91 persen dari pendapatan 2006.
PT Indosat yang memperoleh kategori Top
dibandingkan dengan merek yang lain
Rp 1, 624 triliun hingga pengujung kuartal
Namun laba bersih melonjak 43,24 persen
Brand adalah Mentari (prabayar), IM3 Bright
di industri yang sama. Penjualan mobil
III/2008 (Swa 27/XXIV; 2009). Seperti halnya
menjadi Rp 1,443 triliun. Kenaikan laba ini
(pascabayar), Smart (prabayar), dan Matrix
dari tahun 2006 hingga 2008 mengalami
pada penghimpunan dana, penyaluran
disebabkan oleh penurunan beban bunga
(pascabayar).
kenaikan sebesar 81,87 persen yaitu dari
kredit juga didominasi Bank Mandiri
utang dan peningkatan penjualan. Hal ini
318.910 unit (2006) menjadi 580.000 unit
sebesar 11,59 persen. Penyaluran kredit
disebabkan kenaikan tarif cukai hanya sedikit
Pada tahun 2007, PT. Unilever Indonesia
(2008). Hampir 52 persen market share
ini merupakan pendapatan bagi bank
mempengaruhi penjualan sigaret kretek
berhasil membukukan penjualan Rp 12,544
dikuasi merek-merek yang dipegang ATPM
bersangkutan. Semakin besar DPK yang
mesin (SKM/rokok kretek yang diproduksi
triliun dan laba bersih Rp 1,964 triliun.
Astra. Produk PT Astra International yang
disalurkan suatu bank maka pendapatan
mesin) sedangkan sigaret kretek tangan
Pertumbuhan penjualan secara total tahun
masuk kategori Top Brand adalah Kijang dan
bank tersebut akan semakin besar. Langkah
(SKT/rokok kretek yang diproduksi tangan)
2007 tercatat sebesar 10,67 persen dan
Avanza. Toyota Kijang adalah salah satu hasil
lain Bank Mandiri untuk meningkatkan
justru mengalami kenaikan (Sinar Harapan, 6
pertumbuhan laba bersih sebesar 14,12
sentuhan tangan mereka yang sukses. Di
pendapatan adalah dengan melakukan
Oktober 2007). Kenaikan penjualan ditopang
persen. Kontribusi penjualan terbesar
bawah naungan Toyota Astra Motor (TAM),
akuisisi Bank Sinar Harapan Bali pada Mei
pula oleh peningkatan isi pada saat daya beli
diperoleh dari fabric cleaning (Rinso dan
Kijang mampu menjadi pemimpin pasar
2008 dan Tunas Financindo Sarana diakuisisi
masyarakat dan harga di pasar meningkat.
Surf ) dan face care (Pond’s, Citra, dan Dove),
mobil di kelas medium MPV. Tahun 2006,
pada 27 September 2008. Motivasi utamanya
Perusahaan ini sempat menaikan harga rokok
masing-masing meningkat 13 persen.
Kijang berhasil mendominasi pasar di kelas
untuk mewujudkan impiannya sebagai
jenis kretek.
Sedangkan divisi makanan dan es krim naik
ini dengan share kumulatif 78, 3 persen
dominantmultispecialist bank yang memiliki
bersaing dengan Mitsubishi Grandis, Isuzu
spesialis diberbagai lini. Masuk ke semua
PT Telekomunikasi Indonesia dan PT Indosat
dari produk kecap Bango dan snack Taro.
Panther, dan Hyundai Trajet.
segmen (corporate, consumer finance,
berhasil membangun keperkasaan merek-
Keberhasilan ini berkat beragam inovasi
small medium enterprise, retail, commercial)
merek kartu selulernya di kategori prabayar
produk dengan aktivasinya dan marketing
Sama halnya dengan Kijang, kinerja pasar
dan mendominasi tiap segmen dengan
dan pascabayar. Diperkirakan hingga akhir
mix yang tepat.
Avanza juga sangat memuaskan. Tiap
menguasai pangsa pasar sebesar 20 – 30
kuartal II tahun 2008 total pelanggan telepon
tahun Avanza menguasai pasar di kelasnya
persen (Swa, 14 Februari 2009).
nirkabel mencapai 147,1 juta pelanggan
Ulasan tersebut menunjukkan bahwa
di mana 50 persen dikuasai oleh Telkomsel
perusahaan yang dikategorikan Top Brand
berasal dari penjualan: PT Astra International;
dengan market share yang terus meningkat,
76
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
hingga 17 persen dengan kontribusi terbesar
dari kisaran angka 35 – 40 persen pada
Pasar rokok nasional menarik para investor
dan 30 persen dikuasai oleh Indosat (Swa
mengalami pertumbuhan. Untuk industri
tahun 2004 sampai 2005 menjadi lebih
karena jumlah produksi rokok nasional
27/XXIV; 2009). Bertambahnya jumlah
otomotif khususnya kendaraan roda
dari 50 persen pada tahun 2006. Avanza
mencapai 207 miliar batang pada tahun 2005
pelanggan menjadi salah satu penyebab
empat bertumbuh sebesar 25,98 persen,
berhasil membukukan penjualan hingga
(Marketing, Edisi Khusus I, 2007). Namun
meningkatnya penjualan PT Telekomunikasi
industri rokok sebesar 6,91 persen, industri
mencapai 52.260 unit. Dampak dari kuatnya
demikian, industri rokok menghadapi
Indonesia sebesar 14,87 persen dibanding
telekomunikasi sebesar 24,79 persen, dan
merek-merek produk PT Astra International
kendala besar setelah tarif cukai rokok
tahun 2006 menjadi Rp 62,494 triliun
industri consumer good sebesar 10,67
membuat perusahaan ini meningkat
dan harga jual eceran (HJE) sama-sama
sedangkan penjualan PT Indosat naik sebesar
persen. Hal ini menunjukkan bahwa industri
77
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
yang terkait dengan teknologi dan tren
PT Unilever Indonesia mendekati konsumen
untuk meningkatkan kualitas hubungan
Tujuannya untuk memberikan pembiasaan
mengalami pertumbuhan lebih cepat
mereka melalui rangkaian program lini
dan komunikasi antarkeluarga menjadi lebih
kesehatan mulut dan gigi yang lebih baik.
dibandingkan industri yang terkait dengan
bawah. Program yang diselenggarakan
baik. Sehingga, baik dalam satu keluarga atau
Ini juga merupakan usaha untuk mendorong
makanan dan minuman.
seperti Rumah Cantik Citra (RCC) dan
antarkeluarga bisa lebih memiliki sambung
rakyat Indonesia mengunjungi dokter gigi
SariWangi Mobil Mudik. RCC diadakan untuk
pikiran, sambung rasa, sambung hati dan
secara rutin sebagai bagian dari kebiasaan
Rasio bisnis (X2) rata-rata adalah 0.2789
memperkenalkan rangkaian baru Citra
akhirnya sambung jiwa. Kesuksesan program
pencegahan gigi berlubang. Gigi yang sehat
dengan median sebesar 0.2200. Perusahaan
Aromatherapy yang terdiri dari Citra Hand
“SariWangi Mari Bicara” pada tahun 2008
akan mampu memberikan senyum baik.
dengan rasio bisnis di bawah 0.14 yang
& Body Lotion dan Citra Liquid Soap. Kedua
akan kembali digelar di tahun 2009 dengan
Untuk itu, Pepsodent mengkampanyekan
mendapatkan Top Brand berturut-turut dari
varian baru itu dikemas dengan wajah baru
menghadirkan serangkaian kegiatan yang
“Senyum Indonesia Senyum Pepsodent
tahun 2000 hingga 2007 adalah: PT Astra
yang elegan dan sesuai dengan kepribadian
tetap edukatif, menarik, dan bermanfaat
2008” sekaligus bahwa masyarakat Indonesia
International; PT Gudang Garam; PT Unilever
serta karakteristik perempuan Indonesia
bagi para perempuan Indonesia. Tema
masih memiliki kepedulian pada sesama
Indonesia; PT Surya Toto Indonesia; PT Aqua
serta aromatherapy yang menenangkan
“SariWangi Mari Bicara” di tahun 2009 dimulai
untuk bisa tersenyum bersama. Salah
Golden Mississippi; PT Keramika Indonesia
dapat meningkatkan suasana hati.
melalui acara “jamuan teh ”SariWangi Mari
satu bagian dari program tersebut adalah
Asosiasi; dan PT Bentoel International Inc.; PT
78
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
Bicara: Sebuah Apresiasi Bagi Para Sahabat”,
“Gerakan Nasional Sikat Gigi Bersama” yang
Smart; PT Agis dan PT Metro Data Electronic.
Melalui Program SariWangi Mobil Mudik,
kegiatan talk show di radio, fragmen pendek
diikuti oleh 18.500 orang terdiri atas kader
Perusahaan-perusahaan tersebut secara
SariWangi menyediakan 100 unit Toyota
di televisi, workshop dan penyebaran booklet
kesehatan Posyandu PKK DKI Jakarta serta
inovatif mengkomunikasikan produknya
Kijang Innova untuk 100 keluarga Indonesia
SariWangi Mari Bicara.
murid dan wali murid sekolah dasar di Jakarta
melalui cara-cara yang lebih efisien seperti
dengan 35 kota keberangkatan (tujuan
membangun komunitas. Dampaknya
Jawa, Sumatera dan Madura). SariWangi
Lifebuoy, brand sabun kesehatan PT Unilever
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dr.
biaya iklan perusahaan menjadi rendah
Mobil Mudik 2008 ini sejalan dengan
Indonesia mengelar acara Lifebuoy Health
dr. Siti Fadillah Supari, SpJP(K).
karena anggota-anggota dalam komunitas
kampanye yang sedang digiatkan merek
Camp sebagai penutup rangkaian even
dengan suka rela mengembangkan dan
ini yaitu “Mari Bicara: Merajut Benang-
“Lifebuoy Berbagi Sehat”. Kegiatan ini
Program-program ini dilakukan Unilever
membesarkan komunitasnya.
Benang Komunikasi di Dalam Keluarga”.
ber tujuan mendorong terbentuk nya
karena: (1) Unilever tidak sekedar melihat
Berdasarkan riset yang dilakukan SariWangi,
“dokter cilik” di sekolah dasar sebagai kader
pasar dan mengikuti trennya, melainkan
PT Astra International mendekati konsumen
sebanyak 96 persen pasangan suami-istri
pelopor hidup sehat. Tujuan acara ini untuk
dengan program ini Unilever mencoba
dengan membangun komunitas-komunitas.
mengaku dapat berkomunikasi dengan
membantu terwujudnya rakyat sehat, negara
menciptakan strategi kompetisi baru
Misalnya Toyota Kijang Cyber Community
lebih baik selama perjalanan mudik, apalagi
kuat seperti tema hari kesehatan nasional
dengan aturan main sendiri dan (2) adanya
(TKCC) yang dapat dijumpai di www.tkcc.
menggunakan kendaraan yang nyaman.
tahun 2007.
kesadaran dari Unilever bahwa duit untuk
info dan Toyota Kijang Club Indonesia (TKCI)
Tidak hanya sebatas komunikasi suami-
di www.toyotakijangclubindonesia.com.
istri, dengan mobil mudik, SariWangi
Pepsodent adalah merek pasta gigi di
berdampak pada penurunan rasio bisnis
Akibatnya biaya operasional turun sebesar
juga mengantark an para konsumen
Indonesia yang benar-benar menjalankan
meskipun sangat kecil yaitu dari 28,19 persen
1,14 persen yaitu dari Rp 8,079 triliun (2006)
yang beruntung untuk menjalin kembali
misinya. Bekerja sama dengan Departemen
(2006) menjadi 28,06 persen (2007).
menjadi Rp 7,987 triliun (2007) atau rasio
komunikasi yang mungkin telah lama
Pendidikan dan Kesehatan Pemerintah
bisnis turun dari 14,50 persen (2006) menjadi
“hilang”. Faktanya, ada konsumen yang sudah
Indonesia dan diakui oleh Persatuan Dokter
PT. Surya Toto Indonesia, produk saniter
11,39 persen (2007). Demikian pula dengan
tiga, lima atau bahkan tujuh tahun tidak
Gigi Indonesia (PDGI), sejak 1990-an,
Toto di Indonesia sudah melekat di benak
rasio bisnis PT Gudang Garam mengalami
pulang ke kampung halamannya sehingga
Pepsodent telah menjalankan program
konsumen dan menjadi market leader.
penurunan yaitu dari 9,59 persen (2006)
memutuskan tali silaturahmi antarkeluarga.
sekolah yang hingga tahun 2006 telah
Pengambangan terus dilakukan baik dari
menjadi 9,07 persen (2007).
Melalui program ini diharapkan lebih banyak
menjangkau lebih dari 3,2 juta anak-anak
segi desain, teknologi, maupun pelayanan
lagi keluarga Indonesia yang terinspirasi
di bawah 12 tahun di seluruh Indonesia.
purnajual untuk memberikan jaminan
dan Makassar. Gerakan ini diresmikan oleh
iklan bukanlah segala-galanya. Sehingga
79
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
mutu kepada konsumen. Pada tahun 2006,
Reebok University. AQUAwalk adalah aktivitas
Biaya operasional PT. Agis mengalami
membuat perusahaan keramik mengalami
komposisi penjualan dalam negeri dan luar
outdoor di akhir pekan untuk keluarga
penurunan yaitu dari Rp 59,176 milliar (2006)
penalti dari importir. Penalti dikenakan
negeri masing-masing sebesar 50 persen
Indonesia berupa jalan santai. Sementara
menjadi Rp 55,219 miliar (2007). Dampaknya
karena perusahaan keramik tidak mampu
namun pada tahun 2007 telah berubah
itu, AQUAliving adalah program kampanye
adalah penurunan rasio bisnis yaitu dari
memenuhi jadwal pengiriman barang
komposisinya menjadi 54 persen berbanding
berupa penyampaian informasi-informasi
17,27 persen (2006) menjadi 13,60 persen
akibat produksi yang tertunda (www.
46 persen. Perubahan komposisi ini akah
praktis tentang kesehatan keluarga melalui
(2007).
tempointeraktif.com). Selain hambatan gas,
terus berlanjut karena tahun pasar ekspor
media massa maupun media informasi
terkendala akibat krisis kredit yang terjadi
lainnya. Program AA merupakan kampanye
B e rd a s a r k a n p e m b a h a s a n t e r s e b u t
impor bahan baku seperti glassure dan
secara global serta naiknya harga minyak
masif yang sifatnya jangka panjang dan
menunjukkan bahwa merek yang masuk
fridge yang masih diimpor dari Cina, Taiwan
dunia.
berkelanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa
kategori Top Brand mempunyai biaya
atau Italia.
industri keramik mengalami ketergantungan
kampanye pemasaran telah berubah dengan
operasional yang lebih efisien dibandingkan
Pertumbuhan pasar domestik didorong oleh
melakukan edukasi pada komunitas yang
dengan merek-merek yang tidak masuk dalam
Penjualan PT. Keramika Indonesia Asosiasi
pertumbuhan sektor properti yang baik.
menjadi target market-nya.
kategori Top Brand. Hal ini menunjukkan
pada tahun 2007 tetap bertumbuh sebesar
bahwa komunikasi melalui komunitas lebih
53,13 persen dibandingkan dengan tahun
Produk-produk sanitary, fitting, dan kitchen & vanity tumbuh sekitar 17 persen (2008) (http://
Dampak dari kegiatan membangun
efektif dibandingkan komunikasi melalui
2006 menjadi Rp 316,418 milliar. Kesulitan
ekonomy.okezone.com). Pertumbuhan
komunitasi ini adalah turunnya biaya
media dan promosi lainnya.
pasokan gas dan bahan baku impor
pasar ekspor didorong oleh pertumbuhan
operasional perusahaan sebesar 2,15 persen
membuat harga pokok produksinya naik
yaitu dari Rp 30,575 milliar (2006) menjadi
Net profit margin (X3) rata-rata adalah
sebesar 51,88 persen dibandingkan tahun
India serta Timur Tengah. Dengan demikian
Rp 29,919 milliar (2007). Sehingga rasio
-0.0032 dengan median sebesar 0.0500.
2006 menjadi Rp 263,547 miliar. Untuk
penjualan PT. Surya Toto Indonesia dapat
bisnisnya mengalami penurunan dari 1,81
Hal ini disebabkan oleh perusahaan yang
mengatasi kenaikan harga pokok produksi
terjaga dengan baik. Hal ini disebabkan
persen (2006) menjadi 1,53 persen (2007).
produknya masuk kategori Top Brand namun
ini, perusahaan melakukan penghematan
mengalami kerugian. Perusahaan yang
biaya operasional sehingga turun sebesar
properti yang baik di Singapura, Malaysia,
karakteristik penjualannya bersifat business to business. Akibatnya rasio bisnis perusahaan
PT. Bentoel International melakukan
mengalami kerugian adalah: PT. Keramika
16,22 persen. Walaupun demikian tetap
ini mengalami penurunan meskipun sangat
kegiatan Marlboro The Ride. Marlboro The Ride
Indonesia Asosiasi dan PT. BAT Indonesia.
membuat perusahaan ini mengalami
kecil yaitu dari 10,94 persen (2006) menjadi
adalah kegiatan pengaplikasian rancangan
10,72 persen (2007).
motor besar custom (modifikasi bebas)
PT. Keramika Indonesia Asosiasi selama
bahwa net profit margin perusahaan ini turun
melalui program virtual interactive. Kompetisi
tahun 2007 mengalami kerugian. Hal ini
sebesar 157,86 persen dibandingkan tahun
PT. Aqua Golden Mississippi bukan sekadar
ini merupakan kegiatan promosi yang
disebabkan oleh diberlakukannya Peraturan
2006.
beriklan komersial yang tayang di media
inovatif dari Marlboro (Sinar Harapan, 2006).
Menteri Perdagangan No. 06/M-DAG/
elektronik maupun cetak namun berperan
Dampaknya adalah penurunan rasio bisnis
PER/1/2007 tentang verifikasi impor keramik
PT BAT Indonesia merupakan salah satu
dari 17,84 persen (2006) menjadi 14,43
yang membuat biaya semakin besar.
produsen rokok putih di Indonesia.
persen (2007).
Meskipun tujuannya untuk meningkatkan
Persaingan rokok putih di Indonesia
daya saing industri keramik nasional (www.
kian ketat. Dari 200 miliar batang rokok
aktif lewat get in back community yaitu dengan meningkatkan kualitas hidup keluarga Indonesia dalam bentuk Aqua AKSI (AA).
80
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
kerugian sebesar Rp 84,628 miliar. Artinya
Program ini menyasar komunitas keluarga
Rasio bisnis PT. Smart mengalami kenaikan
kapanlagi.com). Dalam praktek peraturan ini
yang dikonsumsi, hanya 10 persen yang
Indonesia dengan tiga program yaitu:
yaitu dari 5,05 persen (2006) menjadi 6,96
menghambat jalannya proses produksi dan
memilih rokok putih (Majalah Trust, 18
AQUArobics, AQUAwalk dan AQUAliving.
persen (2007). Demikian pula dengan rasio
menimbulkan biaya tinggi.
Februari 2005). Hal ini menunjukkan bahwa
Program AQUArobic berupa senam aerobic
bisnis PT. Metro Data Electronic mengalami
konsumen dalam negeri masih kuat di
yang diikuti keluarga Indonesia dan
penurunan yaitu dari 8,11 persen (2006)
Pasokan gas yang terhambat dan tak lancar
dikembangkan Aqua bekerja sama dengan
menjadi 6,36 persen (2007).
dari PT Perusahaan Gas Negara (PGN), Tbk
segmen keretek dan rokok-rokok produksi British American Tobacco (BAT) menguasai
81
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
Hasil Model Penelitian
Table 3: Variabel Log Penjualan, Ratio Bisnis, dan Net Profit Margin yang Mempengaruhi Top Brand Index
Variabel Koefisien B
Standardized Sign Coefficients Beta
Salah satu hal penting di dalam menilai
Log Penjualan
-0.054
-0.098
0.638
adalah terpenuhinya asumsi yang diperlukan.
Ratio Bisnis
-0.040
-0.102
0.588
Hasil pemeriksaan asumsi menunjukkan
Net Profit Margin
0.062
0.710
0.003
bahwa tidak ada masalah dengan asumsi
Konstanta
0.040
F
4.531
apakah hasil analisis regresi baik atau tidak
yang diperlukan untuk analisis regresi. 0.016
R Square (R2) 0.430
Dengan demikian layak dilakukan melihat validitas model. Model dikatakan valid jika
Ket: Variabel dependen = Top Brand Index Sumber: Analisis Penulis
memiliki presisi dan akurasi tinggi. Ukuran akurasi model adalah koefisien determinasi (R 2). Tabel 3 menunjukkan
16 persen pangsa pasar dengan diperoleh
untuk variabel log penjualan, ratio bisnis, dan
bahwa besarnya koefisien determinasi (R2)
dengan mengeluarkan beberapa merek.
net profit margin masing-masing memiliki
adalah 0,430 yang berarti 43% variabel
Penjualan PT BAT Indonesia pada tahun
nilai VIF sebesar 1.331; 1.077 dan 1.316.
bebas (log penjualan, ratio bisnis dan
2007 mengalami pertumbuhan sebesar
Hasilnya menunjukkan bahwa variabel
net profit margin) secara bersama-sama
30,65 persen dibandingkan tahun 2006
independen tersebut tidak memiliki masalah
mempunyai pengaruh yang signifikan
yaitu sebesar Rp 665,988 miliar. Namun
multikolinieritas.
(berarti) terhadap Top Brand Index. Sisanya
harga pokok produksi dan biaya operasinya sangat besar yaitu sebesar Rp 667,118 miliar
Asumsi otokorelasi diuji dengan Durbin
sehingga menyebabkan kerugian sebesar
– Watson. Hasil analisis menunjukkan
Rp 34,218 miliar.
besarnya statistik Durbin Watson sebesar 1.440. Hasilnya menunjukkan bahwa
Berdasarkan pembahasan, perusahaan yang
variabel independen tersebut tidak memiliki
masuk kategori Top Brand dan mengalami
masalah otokorelasi.
kerugian disebabkan oleh kondisi eksternal. Kondisi eksternal yang mempengaruhi
Asumsi normalitas sisaan dilakukan dengan
kelangsungan perusahaan terkait dengan
P-P plot. Hasil plot menunjukkan pola garis
suplai bahan baku dan energi.
lurus mendekati sudut 45 o yang berarti asumsi normalitas sisaan terpenuhi.
Pemeriksaan Asumsi Asumsi multikolinieritas diuji dengan Variance Inflation Factor ( V I F ) ya n g merupakan nilai unsur diagonal invers matriks korelasi sederhana antara peubah bebas. Hasil uji VIF menunjukkan bahwa
82
Asumsi heterokedastisitas diperiksa dengan plot antara risidual terstuden dengan Y duga. Hasil plot tersebut tidak menunjukkan adanya suatu pola atau bersifat random, sehingga terpenuhi.
asumsi homokedastisitas
sebesar 57% dipengaruhi oleh variabelvariabel lain di luar penelitian. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap Top Brand Index adalah Net Profit Margin dengan arah positif. Dengan kata lain semakin besar net profit margin perusahaan (keuntungan yang diperoleh perusahaan) maka Top Brand Index akan semakin besar. Terbukti bahwa merekmerek pemenang Top Brand adalah merek yang menerapkan Low Budget, High Impact
dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu dari Rp 12,239 triliun (2006) menjadi Rp 16,488 triliun (2007). Kenaikan penjualan diikuti kenaikan harga pokok produksi sebesar Rp 4,779 triliun dan biaya operasi sebesar Rp 7,189 triliun sehingga pendapatan bersihnya menjadi Rp 2,042 triliun atau sebesar 12,38 persen. Penjualan PT Telekomunikasi Indonesia mengalami kenaikan sebesar 14,87 persen dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu dari Rp 54,406 triliun (2006) menjadi Rp 62,494 triliun (2007). Kenaikan penjualan diikuti kenaikan harga pokok produksi sebesar Rp 3,054 triliun dan biaya operasi sebesar Rp 32,967 triliun sehingga pendapatan bersihnya menjadi Rp 12,857 triliun atau sebesar 20,57 persen. Penjualan PT. Unilever Indonesia mengalami kenaikan sebesar 10,67 persen dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu dari Rp 11,335 triliun (2006) menjadi Rp 12,544 triliun (2007). Kenaikan penjualan diikuti dengan kenaikan harga pokok produksi sebesar Rp 6,247 triliun dan biaya operasi sebesar Rp 3,520 triliun sehingga pendapatan bersihnya menjadi Rp 1,964 triliun atau sebesar 15,66 persen.
sebagaimana femonena yang terjadi dalam
Penjualan PT Adira Dinamika Multi FInance
new wave marketing.
mengalami kenaikan sebesar 25,85 persen
Perusahaan yang memperoleh net profit margin di atas 10 persen adalah PT Indosat, PT Telekomunikasi Indonesia, PT Unilever Indonesia, PT Adira Dinamika Multi Finance, dan PT Smart. Penjualan PT. Indosat mengalami kenaikan sebesar 34,72 persen
dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu dari Rp 1,973 triliun (2006) menjadi Rp 2,483 triliun (2007). Kenaikan penjualan diikuti dengan kenaikan biaya operasi sebesar Rp 1,682 triliun sehingga pendapatan bersihnya menjadi Rp 559,710 milliar atau sebesar 22,54 persen.
83
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
Membangun Strategi “Low Budget High Impact” di Era New Wave Marketing - David Sukardi Kodrat
Penjualan PT. Smart mengalami kenaikan
digunakan untuk analisis adalah biaya
Hal ini menunjukkan bahwa industri
komunikasi melalui komunitas lebih efektif
sebesar 71,61 persen dibandingkan dengan
advertising dan promosi. Untuk penelitian
yang terkait dengan teknologi dan tren
dibandingkan komunikasi melalui media dan
tahun 2006 yaitu dari Rp 4,708 triliun (2006)
lanjutan disarankan biaya operasional
mengalami pertumbuhan yang lebih cepat
promosi lainnya. Clarifying dibangun melalui
menjadi Rp 8,079 triliun (2007). Kenaikan
dibedakan yaitu antara biaya advertising dan
dibandingkan dengan industri yang terkait
conforming yang tepat. Conforming yang
penjualan diikuti dengan kenaikan harga
promosi (biaya terkait dengan membangun
dengan makanan dan minuman.
tepat harus didukung oleh coding yang tepat
pokok produksi sebesar Rp 5,854 triliun dan
brand) dengan biaya operasional lainnya.
biaya operasi sebesar Rp 562,006 milliar
Demikian pula dengan log penjualan tidak
Merek yang masuk kategori Top Brand
Brand dan mengalami kerugian disebabkan
sehingga pendapatan bersihnya menjadi
signifikan sehingga disarankan untuk
mempunyai biaya operasional yang lebih
oleh kondisi eksternal. Kondisi eksternal yang
Rp 988,944 milliar atau sebesar 12,24 persen.
penelitian lanjutan menggunakan variabel
efisien dibandingkan dengan merek-
mempengaruhi kelangsungan perusahaan
pula. Perusahaan yang masuk kategori Top
pertumbuhan penjualan karena variabel
merek yang tidak masuk dalam kategori
terkait dengan suplai bahan baku dan
Rasio bisnis tidak signifikan karena data
ini lebih mencerminkan dampak aktivitas
Top Brand. Hal ini menunjukkan bahwa
energi.
yang digunakan adalah biaya operasional
komunikasi pada periode yang bersangkutan.
Gulati, Ranjay (2007) “Silo Busting”, Harvard Business Review, Mei.
Kodrat, David Sukardi (2008) “Strategi Ketahanan Pangan Menghadapi Global Warming dan Keterbatasan Energi di Era Globalisasi”, Makalah disampaikan pada Sidang Pleno ISEI XIII
seharusnya adalah biaya yang terkait dengan biaya advertising dan promosi
Merek-merek yang masuk dalam Top Brand
saja. Untuk itu, disarankan pada penelitian
ini menunjukkan merek yang kuat yaitu
lanjutan biaya yang digunakan adalah biaya
merek yang telah teruji. Artinya merek yang
advertising dan promosi saja. Log penjualan
top adalah merek yang terkenal, dibeli oleh
tidak signifikan karena seharusnya data yang
banyak orang dan mampu menciptakan
digunakan adalah data prosentase kenaikan
komitmen konsumen untuk membeli lagi
penjualan karena selisih penjualan tersebut
di masa mendatang. Merek yang top akan
yang merupakan hasil edukasi konsumen
menciptakan loyalitas yang tinggi. Merek
pada periode tersebut.
yang top juga mengundang kepercayaan sehingga tidak mudah goyah oleh adanya
Kesimpulan Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap Top Brand Index adalah Net Profit Margin dengan arah positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar net profit margin perusahaan maka Top Brand Index akan semakin besar. Terbukti bahwa merek-merek pemenang Top Brand adalah merek yang menerapkan Low Budget, High Impact sebagaimana femonena yang terjadi dalam new wave marketing. Log penjualan dan rasio bisnis tidak signifikan. Rasio bisnis tidak signifikan karena seharusnya yang
84
krisis. Bahkan merek yang top juga lebih mudah menciptakan marjin yang lebih besar selain bereaksi positif pada saat terjadi perubahan harga. Merek yang top akan elastis terhadap penurunan harga, namun inelastis terhadap kenaikan harga. Perusahaan yang memiliki produk kategori Top Brand mengalami per tumbuhan penjualan. Untuk industri otomotif khususnya kendaraan roda empat bertumbuh sebesar 25,98 persen, sektor industri rokok bertumbuh sebesar 6,91 persen, industri telekomunikasi bertumbuh sebesar 24,79 persen dan industri consumer good bertumbuh sebesar 10,67 persen.
Hall J. dan Winchester, M. 2000. What’s really driving wine consumers? The Australian and New Zealand Wine Industry Journal, Vol. 25, No. 4, 2000: 68 – 72.
Referensi
di The Santosa Villa & Resort, Senggigi-Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Harian Kontan 28 Maret 2008. Http://economy.okezone.com/ Toto Patok Pendapatan Rp 1 T
Kotler, Philip (2004) “Marketing Insifhts From A to Z: 80 Konsep yang Harus Dipahami oleh
K ar tajaya, Hermawan (2008) “New Wave Marketing, The World is Still Round, The Market is Already Flat”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Setiap Manajer”. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kartajaya, Hermawan (2002) “MarkPlus on Strategy”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Majalah Trust, 18 Februari 2005. http:// majalahtrust.com/ekonomi/sektor_ riil/827.php
Kasali, Rhenald (1998) “Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targeting dan Positioning”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Majalah Marketing Edisi Khusus I 2007
Koch, Richard. 2005 “Pedoman dari The Financial Times: Strategi, cara menciptakan dan menyajikan strategi yang bermanfaat”. Jakarta: Interaksara.
Lapsley dan Moulton, 2001 “ Successful Wine Marketing” Springer.
Mora, Pierre. 2006 “Key factors of success in today’s wine sector” International Journal of Wine Marketing Vol. 18 lss. 2: 139. Reed, David (2001) “The Law of the Pack” Harvard Business Review, February.
85
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 2 No. 1 | April - Juli 2009 (59 - 86)
Ries, Al dan Jack Trout (2002) “Positioning: The Battle for Your Mind”. Jakarta: Salemba Empat. Sinar Harapan,. 25 November 2006. http://www. sinarharapan.co.id/berita/0611/25/ola04. html Sinar Harapan, 6 Oktober 2007. http://www. sinarharapan.co.id/berita/0710/06/eko02. html Singarimbun, Masri, dan Sofian Effendi (Editor) (1995) “Metode Penelitian Survey ”. Jakarta: LP3ES. Swa Sembada No. 15/XXII/27 Juli – 9 Agustus 2006
86
Swa Sembada No. 27/XXIV/ 18 Desember – 7 Januari 2009 Swa Sembada 14 Februari 2009. Http://swa.co.id/ swamajalah/praktik/details.php? Underwood, R.L. 2003 “The Communicative Power of Product Packaging Creating Brand Identity Via Lived and Mediated Experience” Journal of Marketing Theory and Practice, Vol. 11, No.1, 2003: 62 – 76. Www.tempointeraktif.com. Akibat Gas Seret Industri Keramik Kena Penalti. Zanten, Rob Van. 2005 “Consumer Complaints Against Alcohol Advertisements: An Evaluation” International Journal of Wine Marketing, Vol. 17, lss.3: 25.