MEMBANGUN SISTEM KONVERSI DATA CURAH HUJAN SECARA OTOMATIS DENGAN PENDAKATAN BASIS DATA SPASIAL (STUDI KASUS: SERPONG dan PADANG)
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh Dwi Rahardjo Putra (105093003018)
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1430 H
i
MEMBANGUN SISTEM KONVERSI DATA CURAH HUJAN SECARA OTOMATIS DENGAN PENDAKATAN BASIS DATA SPASIAL (STUDI KASUS: SERPONG dan PADANG)
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh Dwi Rahardjo Putra (105093003018) Menyetujui, Pembimbing II
Pembimbing I
Winarno ST NIP 680.004.122
Zainul Arham, M.Si NIP. 19740730 200710 1 002
Mengetahui, Ketua Program Studi Sistem Informasi
A’ang Subiyakto, M.Kom NIP. 150 411 252
ii
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGESAHAN UJIAN Skripsi berjudul “Membangun Sistem Konversi Data Curah Hujan Secara Otomotis dengan Pendekatan Basis Data Spasial (Studi Kasus: Padang dan Serpong)” yang ditulis oleh DWI RAHARDJO PUTRA, NIM 105093003018 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Program Studi Sistem Informasi. Menyetujui : Penguji I
Penguji II
Ir. Bakri La Katjong, MT, MKom NIP. 470 035 764
Nur Aeni Hidayah, MMSI NIP. 19750818 200501 2 008
Pembimbing I
Pembimbing II
Zainul Arham M.Si NIP. 19740730 200710 1 002
Winarno ST NIP. 680.004.112 Mengetahui :
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Ketua Program Studi Sistem Informasi
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 19680117 200112 1 001
Aang Subiyakto, M. Kom NIP. 150 411 252
iii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Juli 2010
Dwi Rahardjo Putra 105093003018
iv
ABSTRAK
DWI RAHARDJO PUTRA, Membangun sistem konversi secara otomatis dengan pendekatan Basis Data Spasial. Dibawah bimbingan Bapak ZAINUL ARHAM dan Bapak WINARNO. Kebutuhan instrument-instrumen kebumian sangat dibutuhkan guna mengidentifikasi fenomena-fenomena bumi yang terjadi, Radar Doppler salah satu instrument kebumian yang dapat digunakan dalam membantu manusia dalam pengambilan keputusan. Data hasil identifikasi Radar Doppler merupakan Data gambar mentah yang belum bersifat informasional, dibutuhkan Proses konversi untuk dapat menambahkan nilai informasi pada Data hasil identifikasi Radar Doppler tersebut. Tujuan penulisan adalah Membangun sistem konversi otomatis dari Data hasil identifikasi Radar Doppler menjadi Basis Data Spasial.Metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah System Development Life Cycle (SDLC) – waterfall, terdiri dari perencanaan, analisa, perancangan, dan implementasi. Perencanaan dilakukan dengan klasifikasi Data Spasial yang ada, analisa dilakukan dengan menganalisis sistem yang dibutuhkan saat ini dan siapa saja pengguna sistemnya, perancangan dilakukan dengan tools DFD dan diimplementasikan menggunakan teknologi opensource fgs-mapserver, fortran,shell script,Crontab dan PostgreSQL. Hasil yang dicapai adalah Sistem konversi sederhana yang dalam alur konversinya terdapat perubahan bentuk File dari .RAW -> .TXT -> TXT(2) -> ShapeFile -> .Sql yang berbentuk Basis Data Spasial. Basis Data Spasial yang dihasilkan mempunyai dua kategori yaitu Basis Data yang berisi Data yang baru masuk dengan nama table Doppler_now dan kumpulan Data-Data cuaca yatiu Doppler_sum dengan Data yang berisikan informasi mengenai koordinat titik hujan, intensitas curah hujan, sudut tembak Radar dan satuan waktu dari tahun, bulan, tanggal, jam dan menit. penyediaan Basis Data Spasial ini diharapkan dapat mempermudah pengembang-pengembang webGIS dalam membuat suatu aplikasi yang dapa membantu dalam pengambilan keputusan.
Kata Kunci: Sistem konversi otomatis, SDLC, Basis Data Spasial, Radar ,Serpong dan Padang. Pustaka Acuan (5, 2002-2008).
v
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Membangun sistem konversi data curah hujan secara otomatis dengan pendekatan Basis Data Spasial ( studi kasus Serpong dan Padang )” Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. Oleh karena itu izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak A’ang Subiyakto, M.Kom selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi. 3. Bapak Zainul Arham, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang sudah membimbing saya hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. dan Bapak Winarno ST selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan kebijaksanaannya telah sabar membimbing dan mengajarkan saya banyak hal sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Kedua orang tua saya yang sangat luar biasa, yang telah memberikan do’a dan semangat untuk membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
vi
Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik akan sangat membantu untuk Proses perbaikan selanjutnya, semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, Juli 2010
Dwi Rahardjo Putra 105093003018
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
.................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN
......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK
............................................ ii
...................................................................... iv
.................................................................................................... v
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
.................................................................................. vi
................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR SIMBOL
.................................................................................... xii ........................................................................................xiv .................................................................................... xv
DAFTAR FILE KONVERSI DAFTAR ISTILAH
.................................................................... xvi
................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN
.............................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2
Perumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3
Batasan Masalah
....................................................................... 3
1.4
Tujuan Penelitian
...................................................................... 4
1.5
Manfaat Penelitian
.................................................................... 5
1.6 Metodologi Penelitian
............................................................... 5
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................... 5
viii
1.6.2 Metode Pengembangan Sistem ........................................ 6 1.7
Sistematika Penulisan
............................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Sistem Konversi Otomatis
........................................................ 8
2.1.1 Konsep Dasar Sistem
.................................................. 8
2.1.2 Pengertian konversi dan Otomatis .................................. 10 2.1.3 Pendekatan dalam Pembangunan Sistem Konversi ........... 11 2.1.3.1 DFD ...................................................................... 11 2.1.3.2 Kamus Data .......................................................... 13 2.2
Data
........................................................................................... 14
2.2.1 Data dan Informasi Geografis ............................................ 15 2.2.2 Jenis Data pada Sistem Informasi Geografis ..................... 16 2.2.3 Model Data Sistem Informasi Geografis ........................... 18 2.2.3.1 Titik (Point) ........................................................... 18 2.2.3.2 Garis (Line) ........................................................... 18 2.2.3.3 Polygon (Area) ...................................................... 19 2.3
Jenis Tipe File yang ada pada Sistem Konversi............................20 2.3.1 File dengan Format (.RAW) 2.3.2 File dengan Format (.Txt)
......................................... 20 ............................................. 20
2.3.3 File dengan Format (ShapeFile) 2.3.4 File dengan Format (.SQL)
.................................... 20
........................................... 21
2.4
Basis Data Spasial......................................................................... 22
2.5
Pengenalan Radar Cuaca............................................................... 23 2.5.1 Definisi Radar ....................................................................23
ix
2.5.2 Radar Cuaca ....................................................................... 23 2.5.3 Manfaat Radar.................................................................... 24 2.6
Pengenalan Program Harimau ...................................................... 26 2.6.1 Spesifikasi Radar Doppler HARIMAU Serpong ............... 27 2.6.2 Spesifikasi Radar Doppler HARIMAU Padang................. 29
2.7
Perangkat Lunak yang digunakan dalam Pembuatan Sistem........ 30 2.7.1 Linux Ubuntu (Sebagai Sistem Operasi) ............................ 30 2.7.2 Shell script........................................................................... 30 2.7.3 Crontab................................................................................ 31 2.7.4 Phython ............................................................................... 34 2.7.5 Fortran................................................................................. 34 2.7.6 PostgreSql ........................................................................... 35 2.7.7 Postgis ................................................................................. 36
2.8
2.9
Cuaca dan Iklim
....................................................................... 37
2.8.1 Cuaca
............................................................................... 37
2.8.2 Iklim
................................................................................ 37
Proyeksi UTM
...................................................................... 38
2.10 Pengertian Real Time
............................................................... 38
2.11 Pengertian Black Box Testing .................................................... 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 40
3.2
Bahan dan Perangkat .................................................................. 40 3.2.1 Bahan .............................................................................. 40 3.2.2 Perangkat ......................................................................... 41
x
3.3
Metodologi Penelitian ................................................................ 42 3.3.1 Teknik Pengumpulan Data .............................................. 42 3.3.2 Metode Pengembangan Sistem ....................................... 43 3.3.2.1 Kebutuhan ............................................................. 46 3.3.2.2 Perencanaan .......................................................... 46 3.3.2.3 Analisis ................................................................. 48 3.3.2.4 Desain ................................................................... 55 3.3.2.5 Implementasi ........................................................ 69 3.3.3
Pengujian Sistem
............................................................. 70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fungsi dan Konten pada Folder Harimau
.................................. ...79
4.2 Shell Script Program .........................................................................82 4.2.1 Proses Mengambil Product1.raw dari ftp Serpong/Padang.....85 4.2.2 Proses Konversi dari Product1.raw Menjadi cdrserpong.txt..86 4.2.3 Proses Konversi dari cdrserpong.txt Menjadi cdrserpong_xy.txt...87 4.2.4 Proses cdrserpong_xy.txt menjadi Harimau ShapeFile ....... ..92 4.2.5 Proses Harimau ShapeFile menjadi Harimau (.sql) serta Proses Dumping pada Harimau (.sql).................................................96 4.2.6 Proses Backup File ...............................................................100 BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
5.2 Saran
............................................................................... 102
......................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................104 DAFTAR LITERATUR PENDUKUNG.......................................................105
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Radar Doppler Serpong (Sumber arsip BPPT) .............................. 27 Gambar 2.2 Radar Doppler Padang (Sumber arsip BPPT)................................ 27 Gambar 2.3 Gambar Struktur Program Fortran ................................................. 34 Gambar 3.1 System Development Life Cycle .................................................. 44 Gambar 3.2 Diagram alur penelitian ............................................................... 45 Gambar 3.3 Struktur Organisasi Neonet ......................................................... 55 Gambar 3.4 Diagram Konteks ........................................................................ 57 Gambar 3.5 DFD Level 0 Sistem Konversi ....................................................... 58 Gambar 3.6 DFD Level 1 pada Proses 2.0 ...................................................... 62 Gambar 3.7 DFD Level 1 pada Proses 4.0 ...................................................... 65 Gambar 4.1 Shell Script all.sh ........................................................................ 76 Gambar 4.2 Sintax Crontab ............................................................................ 77 Gambar 4.3 start/stop Crontab ........................................................................... 77 Gambar 4.4 Alur Perpindahan File ................................................................. 78 Gambar 4.5 Ftpserpong.sh .............................................................................. 79 Gambar 4.6 Sintax menjalankan Program IRISread.......................................... 80 Gambar 4.7 rawtotxt.sh...................................................................................... 81 Gambar 4.8 cdrserpong.txt................................................................................. 82 Gambar 4.9 cdrserpong_xy.txt ........................................................................ 83 Gambar 4.10 Bacaradar.f ............................................................................... 84 Gambar 4.11 Kompile Fortran ....................................................................... 85 Gambar 4.12 Txt2.sh ..................................................................................... 85 xii
Gambar 4.13 Format Penulisan Cdrserpong_xy.txt ....................................... 87 Gambar 4.14 Format Penulisan Perintah Txt2shp.py .................................... 88 Gambar 4.15 Txt2shp.py ............................................................................... 88 Gambar 4.16 Txttoshp.sh ............................................................................... 89 Gambar 4.17 Move.sh .................................................................................... 89 Gambar 4.18 Pembuatan Basis Data baru pada Postgresl ............................. 90 Gambar 4.19 Pemberian Nama Basis Data pada Postgresql .......................... 91 Gambar 4.20 Sintaks Pembuatan Atribut Tabel Doppler_new ...................... 91 Gambar 4.21 Sintaks Pembuatan Atribut Tabel Doppler_sum ...................... 91 Gambar 4.22 Shp2sql.sh ................................................................................ 92 Gambar 4.23 Backup.sh ................................................................................. 94 Gambar 4.24 Hasil Basis Data Harimau ........................................................ 95
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spesifikasi Radar Doppler Serpong ............................................... 27 Table 2.2 Spesifikasi Radar Doppler Padang ................................................. 29 Tabel 3.1 Proses Sistem konversi otomatis data curah hujan .......................... 57 Tabel 3.2 Proses Konversi ke bentuk cdrserpong.txt....................................... ..59 Tabel 3.3 Proses Konversi ke bentuk cdrserpong_xy.txt................................. 59 Tabel 3.4 Proses konversi ke bentuk harimau shapefile (.shp, .dbf, .shx) ....... 60 Tabel 3.5 konversi dan integrasi ke dalam basis data spasial .......................... 60 Tabel 3.6 Proses kompres file .......................................................................... 61 Tabel 3.7 Proses buat file cdrserpong_xy.txt ................................................... 63 Tabel 3.8 Proses filterisasi data rainrate dengan nilai -999 dan <=7 ............... 63 Tabel 3.9 Proses tambah kolom, baris untuk tipe data dan keterangan waktu ......... 64 Tabel 3.10 Proses konversi ke cdserpong_xy.txt ............................................. 66 Tabel 3.11 Proses hapus record tabel doppler_new ......................................... 66 Tabel 3.12 Proses isi record tabel doppler_new ............................................... 67 Tabel 3.13 Proses isi record tabel doppler_sum ............................................... 67 Tabel 3.14 Kamus data Harimau ...................................................................... 68 Tabel 3.15 Proses Tabel Hasil Pengujian White Box....................................... 70 Tabel 3.16 Tabel Hasil Pengujian Black Box................................................... 70
xiv
DAFTAR SIMBOL 1. Simbol dan Notasi DFD Gene dan Sarson
Keterangan
Yourdon dan DeMarco
Source (Kesatuan Luar)
Process (Proses)
Data Flow (Arus Data) Data Store (Simpanan Data) Sumber: Whitten, Bentey & Dittman, 2004
2. Simbol Notasi Kamus Data Notasi
Keterangan
=
Terdiri dari
+
Dan
()
Opsional (Boleh ada boleh tidak)
{}
Pengulangan
[]
Memilih salah satu dari sejumlah alternative
* *
Komentar
@
Identifikasi Atribut kunci
Sumber: Jogiyanto, 2005
xv
DAFTAR FILE KONVERSI
No.
Ekstension awal
1.
RAW
Ekstension Hasil txt
Ket File dengan eks. Txt yang dihasilkan belum mempunyai Data-Data Atribut yang lengkap.
2.
txt
txt (2)
File dengan eks. Txt yang dihasilkan sudah mempunyai Data-Data
Atribut
yang
tabel
yaitu
lengkap. 3.
txt (2)
ShapeFile
4.
ShapeFile
sql
Dua
buah
Doppler_new Doppler_sum
xvi
dan
DAFTAR ISTILAH
No. 1
Istilah Curah Hujan
Keterangan Hujan adalah butiran-butiran air yang dicurahkan dari
atmosfer
turun
ke
permukaan
bumi.
Sedangkan curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Biasanya curah hujan diukur dengan menggunakan
Rain
Gauge.
Namun
dalam
skripsi ini nilai curah hujan didapatkan dari Radar Doppler yang merupakan jenis Radar cuaca. Curah hujan di ukur dalam satuan millimeter, Satu millimeter berarti dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang Datar tertampung air setinggi satu millimeter atau sebanyak satu liter.
2
Spasial
secara harafiah berarti pengukuran tentang bumi, adalah cabang dari matematika yang mempelajari hubungan di dalam ruang. Dari pengalaman, atau mungkin secara intuitif, orang dapat mengetahui ruang dari ciri dasarnya, yang diistilahkan sebagai aksioma dalam geometri.
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Wawancara Lampiran II Dokumen-Dokumen
xviii
2
dihasilkan
langsung
siap
pakai,
serta
guna
mempercepat
dan
mempermudah pengguna dalam proses merubah data, dibutuhkan pula sistem yang bersifat otomatis total karena data dihasilkan setiap 12 menit. Dengan adanya sistem konversi yang secara langsung menghasilkan data yang cepat, tepat, akurat dan siap pakai serta bersifat otomatis ini akan memudahkan pengguna dalam melakukan analisis cuaca dan iklim pada saat ini dan masa yang akan datang secara cepat dan bersifat real time. Dengan alasan tersebut maka penulis melakukan penulisan laporan Penelitian yang berjudul MEMBANGUN SISTEM KONVERSI DATA CURAH HUJAN SECARA OTOMATIS DENGAN PENDEKATAN SISTEM BASIS DATA SPASIAL ( Studi Kasus Serpong dan Padang ).
1.1 Perumusan Masalah Dalam penulisan penelitian ini masalah pokok yang akan dibahas penulis adalah: 1. Bagaimana membangun suatu sistem konversi yang dapat merubah data hasil identifikasi radar doppler menjadi data yang dapat diintegrasikan ke dalam suatu basis data spasial dengan periode waktu secara detail dan terotomatisasi per-12 menit? 2. Bagaimana Mengeliminir nilai rainrate dengan nilai -999 dan nilai rainrate yang mempunyai nilai lebih kecil daripada 7 pada produk shapefile dan basis data spasial yang akan dihasilkan oleh sistem konversi ini?
3
3. Bagaimana menciptakan dua tabel basis data spasial guna penampungan data terbaru dan data keseluruhan?
1.2 Batasan masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Merancang dua tabel basis data spasial yang terintegrasi, yang merupakan hasil konversi data identifikasi radar doppler yaitu doppler_new dan doppler_sum. Tabel doppler_new digunakan untuk menampung data terbaru hasil konversi dan tabel doppler_sum digunakan untuk penampungan data keseluruhan. 2. Proses konversi data meliputi : ( .RAW ), ( .Txt ), Shapefile dan ( .Sql ) 3. Proses konversi dan pembuatan basis data spasial yang dilakukan pada penelitian bersifat otomatis per 12 menit. 4. Tidak adanya interface pada sistem konversi ini. 5. Metode yang digunakan adalah SDLC (Sistem Development Life Cycle) 6. Hasil akhir dari sistem konversi ini adalah basis data spasial. 7. Berjalan pada OS linux ubuntu 8.04.
4
1.5 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah membangun sistem konversi otomatis dari data hasil identifikasi radar doppler menjadi sebuah basis data spasial. b. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai oleh penulis adalah : a) Mengintegrasikan hasil konversi data radar doppler yaitu (.RAW) secara otomatis per 12 menit menjadi satu kesatuan sistem basis data spasial. b) Membuat backup data yang ada pada sistem konversi ini, yaitu Product1.Raw, cdrserpong_xy.txt, harimau shapefile. c) Mengeliminir nilai rainrate dengan nilai -999 dan nilai rainrate yang mempunyai nilai lebih kecil daripada 7. d) Membuat dua tabel dalam satu kesatuan basis data spasial yatiu doppler_new dan doppler_sum. Tabel doppler_new digunakan untuk penampungan data terbaru hasil konversi dan tabel doppler_sum digunakan untuk penmpungan hasil konversi secara keseluruhan.
5
1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Penulis a. Membuat suatu sistem konversi secara otomatis untuk data radar doppler. b. Mengetahui tipe-tipe data yang terdapat pada sistem konversi Otomatis c. Mengetahui bagaimana proses konversi data curah hujab yaitu product1.RAW menjadi sebuah basis data spasial. 2. Manfaat bagi salah satu sub bagian BPPT yaitu Neonet. a. Mempercepat dan mempermudah pekerjaan dalam penyajian data radar doppler. b. Memudahkan dalam pencarian data berbasis waktu. c. Memudahkan dalam penggunaan data untuk pengembangan aplikasi selanjutnya yang berhubungan dengan data doppler. d. Mendapatkan hasil akhir berupa data radar doppler yang sudah bernilai informasi. e. Pemanggilan data kembali, karena pada sistem ini terdapat fungsi backup data hasil konversi.
1.7 Metodologi Penelitian 1.7.1
Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun laporan penelitian ini adalah dengan cara : •
Studi Pustaka
6
Pengumpulan data yang bersumber dari berbagai buku yang menjadi referensi dan pengumpulan data yang bersumber dari internet sebagai penunjang pemecahan permasalahan. •
Observasi Pengumpulan data dan informasi dengan cara melakukan pengamatan
secara langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang dilakukan dan pengenalan data yang ada sehingga dapat diadakan evaluasi dari sudut tertentu yang mendukung kebenaran dari data tersebut. •
Wawancara Konsultasi tanya jawab langsung dengan instansi terkait guna
mendapat gambaran mengenai sistem yang di butuhkan dan mendapatkan data-data yang diperlukan mengenai Hydrometeorological Array For Interseasional variations Monsoon Automonitoring (Harimau).
1.7.2
Metode Pengembangan Sistem Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan adalah metode SDLC (System Development Life Cycle) yang mencakup tahap-tahap sebagai berikut : •
Identifikasi Kebutuhan
•
Perencanaan Sistem (System Planning)
•
Analisis Sistem (System Analysis)
•
Perancangan (System Design)
•
Penerapan (System Implementation).
7
1.8
Sistematika Penulisan Secara garis besar, penulisan ini dibagi menjadi lima bab. Adapun isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini mengemukakan latar belakang dibuatnya penulisan karya tulis ini, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan metode penulisan yang masing-masing dijelaskan pada tiap bab. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan tentang pengertian dan teori-teori yang digunakan sebagai landasan atau dasar laporan ini. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang mencakup metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem yang digunakan dalam pengkonversian data radar harimau ke dalam bahasa pemrogaman database yaitu SQL. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang hasil pembahasan dari sistem informasi yang dikembangkan dan pengujian terhadap sistem yang dikembangkan. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari uraian yang sudah diterangkan pada babbab sebelumnya, dan juga berisi beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan informasi yang cepat, tepat dan akurat memberikan kemudahan kepada pengguna sehingga dapat melakukan perencanaan dengan tepat dan menghasilkan keputusan yang optimal, demikian pula dengan proses pelaksanaannya akan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Faktor terpenting dalam informasi kebumian adalah informasi mengenai cuaca dan iklim. Dengan tersedianya informasi mengenai cuaca dan iklim memberikan kontribusi yang sangat besar dalam berbagai bidang yang erat kaitannya dalam pola kehidupan dan lingkungan manusia. Informasi cuaca dan iklim merupakan produk dari rangkaian analisis komponen cuaca, akan tetapi komponen cuaca yang berperan besar terhadap analisis adalah yaitu curah hujan, analisis curah hujan sangat bergantung pada data curah hujan yang bersifat real time. Dalam menunjang data curah hujan secara real time digunakan instrumen kebumian yaitu radar doppler. Radar doppler dapat menghasilkan data mengenai curah hujan secara real time setiap 12 menit. Akan tetapi, dalam pengambilan data yang dihasilkan oleh radar doppler masih terdapat beberapa kendala. seperti data yang dihasilkan oleh sensor radar doppler masih belum siap pakai. Untuk mempermudah dalam analisis data curah hujan, dibutuhkan sebuah sistem konversi yang dapat merubah data tersebut sehingga data yang 1
BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Sistem konversi otomatis 2.1.1
Pengertian Sistem
Menurut Rober dan Micheal dalam Prahasta (2005), menyatakan sistem sebagai kumpulan elemen yang saling berinteraksi membentuk kesatuan, dalam interaksi yang kuat maupun lemah dengan pembatas yang jelas. Lebih lanjut menurut Jogiyanto (2005) menjelaskan pengertian sistem sebagai kumpulan elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Elemen-elemen itu tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, tetapi saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan, sehingga tujuan atau sasaran sistem itu dapat tercapai. Pendekatan sistem yang menekankan pada komponen atau elemen akan lebih mudah dipelajari untuk tujuan analisis dan perancangan suatu sistem. Sistem itu sendiri memiliki karakterisitik atau beberapa sifat tertentu, yaitu mempunyai komponen (components), batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input), keluaran (output), proses (process), dan sasaran suatu tujuan (goal).
8
9
Adapun penjelasan dari karateristik dari suatu sistem adalah sebagai berikut: 1. Komponen sistem (Components) Bagian sistem yang saling berinteraksi dan membentuk satu kesatuan. Komponen atau elemen sistem dapat berupa subsistem atau beberapa bagian sistem. 2. Batas sistem (Boundary) Daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan lingkungannya atau dengan sistem lainnya. Batas sistem inilah yang membuat sistem dipandang sebagai satu kesatuan. 3. Lingkungan Luar Sistem (Environments) Segala sesuatu yang berada diluar sistem yang mempengaruhi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan sistem atau merugikan sistem. 4. Penghubung Sistem (Interface) Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya. Penghubung inilah yang menyebabkan beberapa subsistem berintegrasi dan membentuk satu kesatuan. 5. Masukan Sistem (Input) Sesuatu yang dimasukkan ke dalam sistem yang berasal dari lingkungan. 6. Keluaran Sistem (Output)
10
Suatu hasil dari proses pengolahan sistem yang dikeluarkan ke lingkungan. 7. Pengolah Sistem (Proses) Bagian dari sistem yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). 8. Sasaran Sistem (Objectives) atau Tujuan (Goal) Sasaran sistem adalah sesuatu yang menyebabkan mengapa sistem itu dibuat atau ada. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya. Jadi Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan unsur-unsur, objek-objek, elemen-elemen yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lain yang bekerja sama untuk mencapai tujuan dari sistem tersebut. 2.1.2 Pengertian Konversi & otomatis pengertian per-kata dari konversi dan otomatis adalah, Konversi merupakan kegiatan yang diartikan sebagai merubah sesuatu dari bentuk awal, ke bentuk akhir yang diinginkan, kata konversi ini juga dapat melingkupi perubahan sebuah sistemik yang sangat luas, dari sebuah sistem lama ke sebuah sistem baru. Dalam hal ini penulis lebih mengacu kepada aktifitas perubahan sebuah data lama ke sebuah data baru.
11
Otomatis diartikan sebagai “dengan sendirinya”, kata-kata disamping diartiakan lebih luas sebagai suatu pelaksanaan proses yang berjalan dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia sedikitpun. Seperti halnya dalam sistem konversi yang dibangun, sistem ini berjalan tanpa adanya campur tangan user manapun. 2.1.3
Pendekatan dalam pembangunan sistem konversi 2.1.3.1 Data Flow Diagram ( DFD ) Pada tahap perancangan sistem dibutuhkan rancangan sistem dalam suatu bagan yang menunjukkan prosedurprosedur dari sistem tersebut. Alat yang digunakan untuk merancang sistem ada bermacam-macam, diantaranya adalah DFD dan Bagan Alir (Flow Chart). Menurut Whitten, Bentey dan Dittman (2004) DFD adalah alat yang menggambarkan aliran data melalui sistem dan kerja atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem tersebut. Untuk memudahkan pembacaan DFD, maka penggambaran DFD disusun berdasarkan tingkatan atau level dari atas ke bawah, yaitu: 1. Diagram Konteks (Level 0) Merupakan diagram paling atas yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup proses. Hal yang
digambarkan
dalam
diagram
konteks
adalah
12
hubungan terminator dengan sistem dan juga sistem dalam suatu proses. Sedangkan hal yang tidak digambarkan dalam diagram konteks adalah hubungan antar terminator dan data store. 2. Diagram Zero (Level 1) Merupakan diagram yang berada diantara Diagram Konteks dan Diagram Detail serta menggambarkan proses utama dari DFD. Hal yang digambarkan dalam Diagram Zero adalah proses utama dari sistem serta hubungan Entity, Proses, alur data dan data store. 3. Diagram Detail (Primitif) Merupakan penguraian dalam proses yang ada dalam Diagram Zero. Diagram yang paling rendah dan tidak dapat diuraikan lagi.
13
2.1.3.2
Kamus Data Menurut
Jogiyanto
(2005:725)
Kamus
Data
(Data
Dictionary) adalah katalog fakta tentang data dan kebutuhankebutuhan informasi dari suatu sistem informasi. Pada tahap analisis, kamus data digunakan sebagai alat komunikasi antara sistem analis dengan user tentang data yang mengalir pada sistem tersebut serta informasi yang dibutuhkan oleh pemakai sistem. Sedangkan perancangan sistem kamus data digunakan untuk merancang input, output, atau laporan dan database. Kamus data harus dapat mencerminkan keterangan yang jelas tentang data yang dicatatnya, maka kamus data harus memuat hal-hal sebagai berikut: a. Nama arus data Nama arus data dibuat berdasarkan arus data yang mengalir. b. Alias Alias atau nama lain dari data yang dituliskan. Karena terkadang data sama tetapi nama berbeda untuk orang atau departemen satu dengan lainnya c. Tipe data Tipe data menunjukkan bagaimana arus data mengalir dari hasil suatu proses ke proses yang lain. Data yang mengalir ini
14
dapat berupa suatu dokumen dasar atau formulir, serta dokumen hasil cetakan computer. d. Arus data Arus data ini menunjukkan dari mana data mengalir dan dari mana data akan menuju. e. Penjelasan Penjelasan digunakan untuk memperjelas lagi tentang makna dari arus data yang dicatat dikamus data. Bagian penjelasan dapat diisi dengan keterangan arus data. f. Periode Periode ini menunjukkan kapan terjadinya arus data dan untuk mengidentifikasi kapan input data dapat dimasukkan ke dalam sistem, kapan proses program dapat dilakukan dan kapan laporan-laporan dapat dihasilkan g. Struktur Data Struktur data harus menunjukkan arus data yang dicatat pada kamus data yang terdiri dari elemen-elemen atau item-item data 2.2
Data Data adalah bahasa, mathematical, dan simbol-simbol pengganti lain yang disepakati oleh umum dalam menggambarkan objek, manusia, peristiwa, aktivitas, konsep, dan objek-objek penting lainnya. (Prahasta, 2005:32).
15
2.2.1 Data dan Informasi Geografis SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara mengimportnya dari perangkat – perangkat lunak yang lain maupun secara langsung dengan cara mendigitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari table-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard. Di bawah ini di ungkapkan beberapa alasan dasar mengenai kebutuhan SIG diantaranya : 1. Penanganan data geospasial sangat buruk 2. Peta dan statistik sangat cepat kadaluarsa 3. Data dan informasi sering tidak akurat 4. Tidak ada pelayanan penyediaan data 5. Tidak ada pertukaran data. Fungsi-fungsi dari Sistem Informasi Geografis (SIG) antara lain : 1. Sistem Informasi Geografis sebagai bank data geografis 2. Sistem Informasi Geografis sebagai sarana bantu pengambilan keputusan
16
3. Sistem
Informasi
Geografis
sebagai
sarana
pengendalian
operasional dan pemantauan. 2.2.2 Jenis Data Pada Sistem Informasi Geografis Data pada SIG dibagi menjadi dua (2) jenis, yaitu data Spasial (Keruangan) dan data NonSpasial (Atribut). a. Data Spasial (Keruangan) Data spasial adalah data yang berhubungan dengan ruang atau bersifat keruangan. Data spasial mendeskripsikan sekumpulan entity baik yang memiliki lokasi atau posisi yang tetap mampu yang tidak tetap (memiliki kecenderungan untuk bertambah, bergerak atau berkembang). Penyajian data spasial dalam komputer dapat disajikan secara raster atau vektor. 1. Struktur Raster Struktur raster merupakan data yang menggunakan jaringan sel grid untuk menetapkan data alokasional. Dalam struktur ini dikodekan lokasi keruangannya. Setiap sel menunjukkan baris dan kolom dalam suatu matriks petunjuk lokasi serta kode atribut yang di petakan ke dalamnya. 2. Struktur Vektor Pada struktur data vektor, suatu titik dinyatakan dengan koordinat
tunggal
(x,y).
Baris
dengan
koordinat
yang
berkesinambungan ((x1 ,y1),(x2,y2),...,(xn,yn)) dan dipoligon
17
dengan deret tertutup ((x1,y1),(x2,y2), ...,(xn,yn),(x1,y1)). Sebuah vektor menunjukkan penyajian yang lebih detil dibandingkan dengan struktur raster tetapi membutuhkan perangkat yang lebih rumit dan mahal dalam penerapannya. Sistem kode topologi diterapkan dalam struktur vektor tertentu. Dalam sistem titik, garis dan poligon diberi kode tertentu sehingga dengan nomornomor ini struktur dikodekan dengan sesamanya. Node ditetapkan sebagai titik akhir dan pertemuan garis. Node diberi nomor node tersebut. Garis dikodekan dan node yang dihubungkannya dan dengan poligon kiri dan kolom yang dipisahkannya. Adapun poligon dikodekan dengan garis-garis yang membatasinya. Sistem kode topologi manipulasi batas poligon lebih efisien tidak perlu dinyatakan dengan deretan koordinat panjang. b. Data Non-Spasial (Atribut) Merupakan data yang dapat dihubungkan dengan data geografis atau peta untuk menampilkan informasi yang dibutuhkan. Data ini disimpan dalam bentuk tabel didalam database dan dapat ditabelkan pada peta dengan pola titik tertentu atau simbol tertentu. Setiap objek memiliki ciri dasar yang membedakan dengan objek lainnya. Atribut adalah uraian dari ciri dasar tersebut untuk tujuan pengenalannya, termasuk pula klasifikasi serta nama-nama
18
tertentu yang digunakan untuk objek-objek tertentu. Atribut juga sebagai data tematik atau data atribut biasanya disajikan dalam bentuk tulisan atau legenda peta. Contoh atribut jalan seperti: karakteristik jalan dan kualitas jalan. 2.2.3 Model Data Sistem Informasi Geografis Menurut Barus (1996: 3-19), Semua fitur pada muka bumi bisa di representasikan oleh tiga identitas yaitu: titik, garis dan poligon. Fiturfitur beserta atributnya dikumpulkan dalam satuan-satuan yang disebut layer. Sungai, bangunan, jalan, laut, batas administrasi merupakan contoh-contoh layer. 2.2.3.1 Titik (Point) Objek titik dalam peta mempunyai makna mewakili lokasi dan tidak ke unsur lain. Tetapi kenampakan yang tidak berdimensi ini akan berbeda jika dilakukan pembesaran, yang berarti menjadi objek area. Dalam hal ini ukuran skala pengamatan pemetaan akan mempengaruhi penampilan ukuran objek dalam database. Pada skala tertentu kelompok objek tertentu akan hilang untuk penyimpanan dalam database. 2.2.3.2 Garis (Line) Objek garis (juga diistilahkan dengan ujung, lengkungan, dan polyline) dalam kehidupan antara lain jalur jalan, pipa, yang
19
muncul terpisah dan tidak berkaitan satu dengan yang lainnya. Walaupun demikian unsur garis tersebut merupakan unsur kelompok yang lebih besar, misalnya aliran sungai kecil dapat dikaitkan dengan sungai yang lebih besar hingga akhirnya dalam ruang lingkup daerah sungai. Ada beberapa sifat yang perlu diperhatikan mengenai sifat objek garis ini antara lain: panjang (misalnya untuk jarak), kelengkungan (untuk sungai), dan orientasi (untuk sumner daya mineral) 2.2.3.3 Poligon (Area) Objek poligon (area) dapat diidentifikasi untuk objek yang alami dan buatan manusia, yang berarti keberadaan objek tidak dikaitkan dengan tinggi. Unit spasial poligon dapat bersifat alami seperti danau, pulau atau tipe tanah, atau buatan seperti batas kecamatan. Batas-batas ini dapat tidak jelas, mempunyai banyak sifat, berubah sesuai waktu, bervariasi sesuai definisi, dan dapat juga tidak dapat diamati langsung. Unit poligon ini penting untuk studi sosial-ekonomi, inventaris sumber daya alam dan penggunaan lahan. Sifat-sifat yang dikaitkan dengan unsur area antara lain adalah perkembangan area, ukuran keliling, daerah tumpang tindih, dan lain-lain.
20
2.3
Jenis tipe file yang ada pada sistem konversi 2.3.1
File dengan format ( .Raw ) Sebuah file dengan format (.Raw) berisi dua informasi jenis
informasi yang berbeda, yaitu gambar dengan ukuran pixel dan gambar metadata, metadata yang secara harafiah diartikan sebagai data dari sebuah data yang dihasilkan sebuah sensor dari setiap pengidentifikasian. 2.3.2
File dengan format ( .Txt )
Sebuah file teks yang sering disebut textfile atau mempunyai sebuatan lama flatfile merupakan jenis file komputer yang yang terstruktur sebagai urutan. Akhir dari sebuah file teks seringkali dinyatakan dengan menempatkan satu atau lebih karakter khusus yang dikenal sebagai end-of-file marker, setelah baris terakhir pada file teks. file dengan ekstensi .txt dapat dengan mudah dibaca atau dibuka, karena itu dianggap universal.
2.3.3
File dengan format ( .Shapefile ) Shapefile adalah Sebuah fitur kumpulan data yang terdiri dari
sebuah geometri dan atribut non-topological yang disimpan sebagai bentuk yang terdiri dari satu set vector koordinat. Shapefiles memiliki keuntungan dibandingkan dengan ekstensi file lain dalam hal kecepatan menggambar dan mengedit. Juga dapat menangani
21
satu fitur yang tumpang tindih, file dengan ekstensi ini biasanya berukuran kecil sehingga tidak memerlukan ruang hardisk yang besar dalam penyimpanannya. File dengan jenis shapefile dapat mendukung berbagai fitur seperti point,polygon serta area.
Sebuah file shapefile mempunyai paket data yang terdiri dari 3 jenis file yaitu : 1. File dengan ekstensi (.shp) Merupakan file yang berbentuk grafis yang pada setiap recordnya menggambarkan suatu bentuk. 2. File dengan ekstensi (.shx) Setipa record berisi offset dari catatan file utama 3. File dengan ekstensi (.dbf) Berisi atribut-atribut yang sesuai dengan file utama yang digunakan sebagai database. 2.3.4
file dengan format ( .Sql ) SQL (Structured Query Language) adalah sebuah bahasa
yang dipergunakan untuk mengakses data dalam basis data relasional. Bahasa ini secara de facto merupakan bahasa standar yang digunakan dalam manajemen basis data relasional. Saat ini hampir semua server basis data yang ada mendukung bahasa ini untuk melakukan manajemen datanya.
22
2.4
Basis Data Spasial Basis data spasial atau basis data SIG atau dikenal juga dengan geodatabase (geographic database) tidak jauh berbeda dengan basis data lainnya baik dalam hal perancangan, manajemen maupun strukturnya. Perbedaan yang terjadi adalah terdapat dua jenis data yang harus disimpan dan diintegrasikan untuk membangun SIG yang utuh. Suwahyono
(1999)
dalam
BAKOSURTANAL
(2002)
mendifinisikan basisdata spasial sebagai sekumpulan data yang digunakan untuk memberikan informasi keruangan (spasial) suatu kajian wilayah, terutama untuk menghasilkan informasi keadaan alam dan potensi yang ada pada suatu wilayah. Basis data spasial juga didefinisikan sebagai sebuah basis data yang mendukung penyimpanan dan query data yang berhubungan dengan data yang memilki unsure keruangan, seperti titik, garis, dan area. Pemanfaatan basisdata spasial untuk mendapatkan informasi keruangan dan kajian wilayah dilakukan dalam satu sistem informasi geografis (SIG). Pada intinya, SIG mencakup dua kemampuan yang berbeda yaitu: (1) Melakukan pemanggilan (query) dan menyediakan informasi; (2) Menggabungkan model-model analisis. Namun demikian, kedua kemampuan SIG ini sangat tergantung pada inti (core) dari SIG itu sendiri yaitu basisdata yang terorganisir atau
23
disebut juga basisdata spasial. Pentingnya basisdata spasial dalam SIG berawal dari kenyataan bahwa elemen dari basisdata tersebut saling terkait satu sama lain, sehingga harus dibuat dalam suatu struktur yang mudah untuk diintegrasikan dan dipanggil kembali. Basisdata spasial juga harus dapat digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan aplikasi. Pengembangan basisdata spasial merupakan bagian penting untuk mewujudkan suatu sistem informasi keruangan (spatial). Komponen yang termasuk dalam pengembangan basisdata spasial adalah (1) Sub-sistem masukan data; (2) Sub-sistem penyimpanan dan pemanggilan data; (3) Sub-sistem manipulasi dan analisis; (4) Subsistem tampilan dan (updating) data. (Prahasta, 2005)
2.5
Pengenalan Radar Cuaca 2.5.1
Definisi Radar Radar adalah suatu sistem gelombang elektromagnetik yang
berguna untuk mendeteksi, mengukur jarak dan Pemetaan benda-benda seperti pesawat terbang, berbagai kendaraan bermotor dan informasi cuaca (hujan). 2.5.2
Radar Cuaca Radar cuaca adalah jenis radar yang digunakan untuk memetakan
dan menghitung pergerakan benda-benda seperti hujan, salju, kabut, awan
24
dan lain sebagainya, memperkirakan jenis benda tersebut, serta memperkirakan posisi dan intensitas benda yang diamati pada masa yang akan datang. Radar cuaca biasanya ditempatkan dengan ketinggian tertentu dari permukaan bumi, Hal ini dilakukan karena sinyal radar tidak dapat mendeteksi cuaca jika terhalang oleh bangunan, pohon, dan benda padat lainnya. Pemanfaatan teknologi radar untuk observasi cuaca di wilayah Indonesia pada penelitian ini dikembangkan oleh BPPT (Badan Pengkajian
dan
Penerapan
Teknologi).
Teknologi
serupa
juga
dikembangkan oleh BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) untuk pengamatan cuaca di hampir seluruh wilayah Indonesia.
2.5.3 1.
Manfaat Radar Keperluan Militer a. Airborne early warning (AEW) b. Radar Pengendali atau pemandu peluru kendali
2.
Keperluan Kepolisian Radar Gun dan Microdigicam radar merupakan contoh radar yang sering digunakan pihak kepolisian untuk mendeteksi kecepatan kendaraan bermotor di jalan.
3.
Keperluan Penerbangan
25
Air traffic control (ATC) adalah Kendali lalu lintas udara yang bertugas mengatur kelancaran lalulintas udara bagi pesawat terbang yang akan lepas landas, ketika terbang di udara maupun ketika akan mendarat serta meberikan layanan informasi bagi pilot tentang cuaca, situasi dan kondisi Bandara. 4.
Keperluan Cuaca a. Weather radar;
merupakan jenis radar cuaca yang mampu
mendeteksi intensitas curah hujan dan cuaca buruk seperti adanya badai. b. Wind profiler; merupakan jenis radar cuaca yang menggunakan gelombang suara (SODAR) untuk mendeteksi kecepatan dan arah angin.
26
2.6
Pengenalan Program Harimau Harimau (Hydrometeorological Array for Intraseasonal Variation Monsoon Automonitoring) merupakan program kerjasama Indonesia dengan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology), yang dimulai sejak bulan Maret 2006 – Oktober 2010. Tujuan program HARIMAU untuk mengetahui lebih jauh proses fisik variasi antarmusiman (periode 60-90 harian) yang terkait langsung dengan aktivitas awan konveksi dan curah hujan di Benua Maritim Indonesia (BMI) dan mempunyai implikasi yang sangat besar terhadap perubahan iklim global, seperti El Nino dan La Nina (ENSO) serta Indian Ocean Dipole (IOD) Informasi yang diperoleh antara lain dapat digunakan untuk : ¾ Penentuan waktu tanam komoditas pertanian, ¾ Manajemen sumber daya air, ¾ Transportasi laut, udara dan darat, ¾ Monitoring polusi udara. ¾ Peringatan dini ¾ Dan lain-lain Riset ini memanfaatkan teknologi Radar Cuaca (Weather Radar) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Sejauh ini sudah dipasang X dan C Band Doppler Radar (XDR dan CDR) serta Wind Profiler Radar (WPR) di wilayah ekuator Benua Maritim
27
Indonesia. XDR di Pantai Tiku, Kabupaten Ketaping, Sumatera Barat (Sumbar). Sedangkan WPR dipasang di Pontianak dan Biak pada Februari dan Maret 2007. Menyusul kemudian CDR di Laboratorium Teknologi Kebumian dan Mitigasi Bencana (GEOSTECH) BPPT Puspitek Serpong pada Juni 2007. Program HARIMAU akan berlangsung hingga 2010 dengan target memasang 22 radar di lokasi berbeda di Indonesia pada 2009. 2.6.1
Spesifikasi Radar Doppler HARIMAU Serpong.
Gambar. 2.1 Radar Doppler Serpong (Sumber arsip BPPT)
Tabel 2.1 Tabel Spesifikasi radar Doppler ( Sumber : BPPT )
Nama
Radar Serpong
Program
HARIMAU (Hydrometeorological Array
Pengembangan
for Intra Sesion Variation Moonsoon Automonitoring
28
Lokasi
PUSPITEK SERPONG
Koordinat
106,7 BT dan 6,4 LS
Kegunaan
Observasi Cuaca
Jenis Band
Doppler Radar C Band Frekuensi 5,32 GHz
Resolusi Temporal
6 menit
Radius Jangkauan
100 km
Elevasi
10 - 810 (18 sudut elevasi, diantaranya 10, 4,50 , dan 23,80
Ketinggian
4 meter
Type Observasi
Observasi hujan
Transmitter Power
75 KW (750.000 watt)
Output
RAW Image
Data Source
http://www.rewarestore.jp/jakarta/radar.ph p
Spesifikasi Image
RAW
Resolusi Spatial : 1km x 1 km Waktu akuisisi data (dalam GMT+7) Data Reflectivity awan dan hujan dalam dBz
29
2.6.2 Spesifikasi Radar Doppler HARIMAU Padang.
Gambar. 2.2 Radar Doppler Padang (Sumber arsip BPPT)
Tabel 2.2 Tabel Spesifikasi radar Doppler Padang ( Sumber : BPPT )
Type
X-band Doppler Radar (Pulse)
Manufacturer
Japan Radio Company Ltd
Model
JMA-237 B
Frequency and Polarization
9770 MHz, Horizontal
Transmitter Peak Power
70 kW
Feeder Loss
1.5 dB
Minimum Detectable Level
-111.6 dBm
Antenna Diameter and Weight
2.5 m, 730 kg
Antenna Rotation
30 degree/second
Elevation Angle
0.6 degree (surveillance) 0.6, 1.1, 2.4, 3.2, 4.1, 5.1, 6.3, 7.8, 9.6, 11.8, 14.5, 17.8, 21.8, 26.6, 32.6, 40.0, 50.0 degree (volume scan)
Pulse Length
0.5 ms (short), 0.9 ms (long)
Beam Width
0.98 degree
Coverage
80 km, 200 m interval
Sampling Time
10 minutes
Operating
System
and RedHat Linux Enterprise 4, Sigmet IRIS
30
Processing
2.7
Radar/Analysis ver. 8.10.4
Perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatan sistem 2.7.1
Linux Ubuntu (Sebagai Sistem Operasi ) Ubuntu adalah suatu sistem operasi bebas dan open source
yang menggunakan debian sebagai fondasinya dan dirilis secara berkala (setiap enam bulan), fokus utama sistem operasi Ubuntu adalah para pengguna dan kemudahan penggunaan dan pada setiap rilis Ubuntu akan memberikan perbaikan keamanan selama 18 bulan. Ubuntu menyertakan lingkungan desktop Gnome / KDE / XFCE terbaru di setiap rilis dan juga menyertakan beragam pilihan perangkat lunak untuk server dan desktop 2.7.2
Shell script Dalam lingkungan unix, kata 'shell' mengacu pada semua program
yang dapat dijalankan pada command line. Jadi secara sederhana shell script merupakan kumpulan
perintah yang disimpan pada suatu file.
Extensi umum yang digunakan untuk shell script adalah '.sh', sebenarnya hal ini tidak mutlak karena pada dasarnya unix mengabaikan extensi file. Shell juga dapat mengacu pada program yang menangani command line itu sendiri dalam sistem operasi UNIX program tersebut adalah Bourne Shell (1978 - Steve Bourne) disingkat sh. Dalam sistem
31
operasi GNU/Linux shell yang menjadi standar adalah Bourne Again Shell(bash). Bash merupakan shell yang kompatibel dengan sh dan memiliki lebih banyak fitur. Jika anda ingin menguasai shell script tentu anda harus tahu dan hafal sedikit banyak perintah dasar command line, seperti mengkopi file(cp), merename file(mv), mencetak string (echo), melihat file(cat), dan beberapa perintah dasar lainnya. Contoh shell script : #!/bin/bash Cd /media/jadi/ /bin/cp bejo.txt /media2/ Ket : shell script diatas menjalankan proses meng’copy file bejo.txt dari direktori /media/jadi/ ke /media2/
2.7.3 Crontab Apa itu cron? Cron adalah aplikasi daemon (berjalan dibalik layar) yang digunakan untuk menjalankan tugas yang dijadwalkan pada suatu waktu di sistem operasi linux. Setiap user di sistem yang memiliki file crontab, mengijinkan file tersebut untuk melakukan suatu aksi yang telah dispesifikasikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Selain itu, terdapat juga crontab sistem, yang melakukan tugasnya seperti merotasi log dan mengupdate database secara reguler.
32
Crontab adalah text sederhana yang memegang list perintah yang akan dijalankan pada waktu yang ditentukan. Perintah ini di kontrol oleh cron daemon dan dieksekusi di balik layar oleh sistem. Informasi lengkapnya dapat ditemukan di manual page crontab. Contoh crontab •
01 04 1 1 1 /usr/bin/somedirectory/somecommand
Contoh
tersebut
akan
menjalankan
/usr/bin/somedirectory/somecommand pada pukul 4:01am tanggal 1 January ditambah setiap hari senin di bulan Januari. Tanda asterisk (*) dapat digunakan jadi setiap instance (every hour, every weekday, every month, etc.) dari periode waktu dapat digunakan. Code: •
01 04 * * * /usr/bin/somedirectory/somecommand
Contoh
di
atas
akan
menjalankan
/usr/bin/somedirectory/somecommand pada jam 4:01am setiap hari, setiap bulan. •
01,31 04,05 1-15 1,6 * /usr/bin/somedirectory/somecommand
Perintah
di
atas
akan
/usr/bin/somedirectory/somecommand
mejalankan
perintah
pada
4:01am,
pukul
33
4:31am dan 5:01am, 5:31am pada tanggal 1 sampai 15 setiap bulan Januar1 danJuni. •
*/6 * * * * /bin/somecommand
Perintah diatas menjalankan perintah /bin/ pada setiap 6 menit sekali.
2.7.4 Phython Python merupakan bahasa pemrograman yang freeware atau perangkat bebas dalam arti sebenarnya, tidak ada batasan dalam penyalinannya atau mendistribusikannya. Lengkap dengan source codenya, debugger dan profiler, antarmuka yang terkandung di dalamnya untuk pelayanan antarmuka, fungsi sistem, GUI (antarmuka pengguna grafis), dan basis datanya. Python dapat digunakan dalam beberapa sistem operasi, seperti kebanyakan sistem UNIX, PCs (DOS, Windows, OS/2), Macintosh, dan lainnya. Pada kebanyakan sistem operasi linux, bahasa pemrograman ini menjadi standarisasi untuk disertakan dalam paket distribusinya.
34
2.7.5
Fortran
Bahasa fortran merupakan bahasa pemrogaman yang berorientasi kepada penggunaan di bidang komputasi, baik komputasi di bidang sains, mapun teknik. Hal ini dapat dilihat dari “perhatian” bahasa tersebut pada data.
A. Karakter set pada fortran Didalam bahasa fortran karakter-karakter yang dikenal antara lain : 1. Karakter Alphabetis
:
A–Z
2. Karakter Numeris
:
0, 1 – 9
3. Karakter blank
:
b
4. Karakter Khusus
:
@,&,? Dll.
Bentuk Umum : ( ekspresi )
Gambar 2.3 Gambar Struktur Program Fortran
35
2.7.6 PostgreSql PostgreSQL merupakan salah satu Database Management System (DBMS) server open source. PostgreSQL memberikan dukungan untuk Object Relational (ORDBMS), dan didukung oleh sebuah team pengembang yang melakukan pekerjaannya dengan komuninkasi lewat internet. Bahasa query PostgreSQL merupakan varian standar SQL. Seperti kebanyakan bahasa relasional modern, SQL didasarkan pada kalkulus relasional tupel. Sebagai hasil, setiap query yang bisa diformulasikan mempergunakan kalkulus relasional tupel, bisa juga diformulasikan mempergunakan SQL. Berikut adalah beberapa sintask dalam PostgreSQL:
a) Membuat Database Untuk membuat database baru, digunakan sintask: CREATE DATABASE nama_database
b) Memasukkan Data Untuk memasukkan data kedalam suatu tabel, digunakan sintask: INSERT INTO nama_tabel (field1,field2,...) VALUES (’data1’,’data2’,....)
c) Mengedit Data
36
Untuk mengedit data yang telah dimasukkan sebelumnya kedalam tabel, digunakan sintask: UPDATE
nama_tabel
SET
fiel1d=nilai_baru,
field2=nilai_baru,... WHERE syarat1,syarat2, ...
d) Menampilkan atau Mencari Data Untuk
menampilkan
data
yang
diinginkan,
digunakan sintask: SELECT
field1,field2,...
FROM
nama_table
WHERE
syarat1,syarat2,...
e) Menghapus Data Untuk menghapus data didalam tabel, digunakan sintask: DELETE FROM nama_tabel WHERE syarat1, syarat2,...
f) Menghapus Database Untuk menghapus database yang telah dibuat sebelumnya, digunakan sintask: DROP DATABASE nama_database
2.7.7
Postgis PostGIS merupakan plugin untuk database PostgreSQL yang
berfungsi untuk menyimpan dan melakukan analisis data geospasial. Fungsi dan kegunaannya sama dengan SDE (Spatial Data Engine) ESRI dan Oracle Spasial.
37
Berikut beberapa command line tools yang terdapat dalam PostGIS: •
shp2pgsql – Berfungsi untuk mengkonversi data dengan format shapefile (*.shp) ke dalam query-script (*.sql).
•
pgsql2shp – Berfungsi untuk mengkonversi data dengan format query-script (*.sql) ke dalam shapefile (*shp)
2.8
Cuaca dan Iklim Cuaca dari iklim dinyatakan susunan nilai unsur fisika atmosfer yang terdiri dari : radiasi surya, lama penyinaran surya, suhu udara, kelembapan udara, tekanan udara, kecepatan dan arah angin, penutupan awan, presipitasi ( embun, hujan, salju ) dan evaporasi. 2.8.1
Cuaca Cuaca adalah nilai sesaat dari atmosfer, serta perubahan dalam
jangka pendek ( kurang dari satu jam hingga 24 jam ) di suatu tempat tertentu di bumi. Cuaca dicatat terus-menerus pada jam-jam tertentu secara rutin, menghasilkan suatu seri data cuaca yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan iklim. 2.8.2
Iklim Iklim adalah sistesis atau kesimpulan dari perubahan nilai unsur-
unsur cuaca ( hari demi hari dan buka demi bulan ) dalam jangka panjang di suatu tempat atau suatu wilayah. Sintesis tersebut dapat diartikan pula
38
sebagai nilai statistik yang meliputi rata-rata, maksimum, minimum, frekuensi kejadian, atau peluang kejadian dab sebagainya. Maka iklim sering dikatakan sebagai nilai statistik cuaca jangka panjang di suatu tempat atau wilayah. Iklim kuga dapat diartikan sebagai sifat cuaca di suatu tempat atau wilayah. 2.9
Proyeksi UTM Singkatan dari Universal Transverse Mercator adalah sistem koordinat yang sudah diproyeksikan (Transverse Mercartor) dengan membagi bumi menjadi 60 zona yang berbeda. Masing-masing selebar 6°. Zona 1 berada pada 180° Bujur Barat hingga 174° Bujur Barat. Pertambahan zona ke arah timur.
2.10
Pengertian Real Time Menurut Arlinda (2005) dalam kamus istilah komputer dan internet realtime diartikan sebagai jumlah waktu sesungguhnya (waktu aktual) yang dibutuhkan menjalankan/menyelesaikan suatu operasi. Sistem komputer yang tetap mampu menjaga hubungan/berinteraksi dengan dunia luar. Artinya, memberikan hasil keluaran beberapa saat kemudian setelah masukan diberikan. Contohnya pada sistem informasi cuaca yang akan dibangun ini. Sistem realtime menurut Pressman(2002:16-17) terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut :
3
Komponen pengumpul data yang mengumpulkan dan memformat informasi dari lingkungan eksternal
4
Komponen analisis yang mentransformasikan informasi pada saat dibutuhkan
39
oleh aplikasi. 5
Komponen control yang memberikan respon kepada lingkungan eksternal.
6
Komponen monitor yang mengkoordinasikan semua komponen lain agar respon real-timenya dapat tetap terjaga.
2.11
Pengertian Black Box Testing Dalam pengujian program aplikasi ini menggunakan metode pengujian black box testing. Metode pengujian ini tidak memperhatikan struktur internal atau sifat dari sebuah program atau modul. Black box testing menggunakan strategi dengan melakukan pengujian pemasukan data secara menyeluruh. Dengan pengujian black box, data yang dimasukkan lalu diproses oleh program aplikasi yang dibuat. Pengujian ini dilakukan agar dapat diketahui apakah fungsi dari program aplikasi menghasilkan output yang benar dan sesuai dengan spesifikasi rancangan. Jika pada waktu pengujian program, output yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan fungsionalnya, berarti masih terdapat kesalahan pada program aplikasi tersebut, dan selanjutnya akan dilakukan perbaikan (debugging) untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi setelah proses pengujian program. Proses kerja ini juga dapat disebut dengan Trial and Error.
yaitu Neonet. Data yang didapatkan yaitu Product.RAW berupa data berbentuk binnary dengan format file (.RAW) dengan besar tiap file 14 Mb. Yang dihasilkan setiap 12 menit sekali. 3.2.1
Perangkat
Perangkat yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah satu buah computer personal lengkap dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Hardware atau perangkat keras: a. Processor Dual core 2.6 GHz b. RAM 1.5 GB c. VGA Card 128 MB d. HardDisk 100 GB e. DVD-RW. 2. Software atau perangkat lunak: a. Linux ubuntu v.8.04 sebagai Sistem Operasi b. fgs-mapserver_basic_5.4.0-fgs_9.5-linux-i386
sebagai
software pendukung dalam proses konversi,
terutama
dalam terciptanya lingkungan kerja bahasa phython. c. GFORTRAN sebagai software compiler bahasa fortran.
42
d. PostgreSQL 8.3 dengan plugin PostGIS sebagai database. e. Ms. Word sebagai software pembantu dalam pembuatan laporan. f. Ms. Visio sebagai design tools perancangan sistem. 3.3
Metodologi Penelitian 3.3.1
Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2008:300) setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan update, maka selanjutnya perlu dikumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Teknik pengumpulan data yang sering digunakan ada 3 macam teknik. Pertama, observasi yang merupakan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diteliti; Kedua, wawancara yang merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi serta tanya jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang sesuatu hal atau masalah; Ketiga, studi pustaka dan literatur yang digunakan untuk membangun kerangka berpikir (dasar teori).
43
Pada penelitian ini penulis hanya menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, studi pustaka dan literatur. a.
Wawancara dan konsultasi Koresponden
kegiatan
wawancara
adalah
orang
yang
berkecimpung langsung dalam proyek harimau ini, dengan data diri : Nama
:
Bpk. Winarno
Jabatan
:
Pengembang Sistem Radar doppler
Hasil wawancara dapat dilihat pada lembar lampiran 1. b.
Studi Pustaka Pada tahapan ini yang dilakukan adalah mengumpulkan dan menelaah data yang diperoleh dari perpustakaan atau pustaka mengenai system konversi secara otomatis dan juga membaca bukubuku referensi, e-book dan situs internet yang dapat dijadikan acuan pembahasan dalam masalah ini.
c.
Observasi Pengumpulan data dan informasi dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang dilakukan dan pengenalan data yang ada sehingga dapat diadakan evaluasi dari sudut tertentu yang mendukung kebenaran dari data tersebut.
44
3.3.2
Metode Pengembangan Sistem
Dalam pengembangan sistem informasi, perlu digunakan suatu metodologi yang dapat digunakan sebagai pedoman bagaimana dan apa yang harus dikerjakan selama pengembangan ini. Dengan mengikuti metode atau prosedur – prosedur yang diberikan oleh suatu metodologi, maka pengembangan sistem diharapkan akan dapat diselesaikan dengan berhasil.
Kebutuhan
Perencanaan
Analisis
Desain
Implementasi
Sistem
Gambar 3.1 System Development Life Cycle (Turban, 2005)
45
Kebutuhan
Analisis Kebutuhan
Identifikasi Kebutuhan Perencanaan
Identifikasi Jenis Data
Analisis
Deskripsi Tempat Penelitian
Rancang Alur Sistem Usulan (DFD)
Perancangan
Bentuk Sistem Yang Dibangun
Rancang Kamus Data Sistem Usulan
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing) Implementasi Pengkodean (Coding)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian
46
3.3.2.1 Kebutuhan A. Analisa Kebutuhan Dengan adanya data identifikasi radar doppler yang masih belum mempunyai nilai informasi, bersifat real time yang tercipta secara otomatis tiap 12 menit sekali, maka dibutuhkan
sebuah
mengakomodir
sistem
keseluruhan
konversi
yang
fungi-fungis
dapat tersebut.
Dibutuhkan sebuah sistem yang berjalan secara otomatis dan juga real time. 3.3.2.2 Perencanaan Tahap perencanaan sistem merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem informasi yang bertujuan mencari inti permasalahan dan kendala-kendala yang ada pada sistem yang berjalan serta merumuskan tujuan dibangunnya system konversi otomatis ini. Pada tahap ini ditentukan batasan dari sistem yang akan dibangun. Tahapan ini menekankan pada masalah pengumpulan kebutuhan pengguna pada tingkatan sistem dengan mendefinisikan konsep sistem.
47
1. Identifikasi kebutuhan Dalam hal ini kebutuhan dibangunnya sistem konversi otomatis yang dikembangkan oleh penulis antara lain : I.
Kebutuhan akan sistem konversi yang handal dengan hasil akhir suatu database spasial yang terintegrasi.
II.
Sistem konversi yang dibangun harus bersifat otomatis total, dengan artian sistem ini berjalan tanpa adanya campur tangan dari manusia sama sekali.
III.
Sistem konversi yang dibangun harus memuat fungsi guna mengeliminir data rainrate dengan nilai kurang daripada 7 dan -999 serta fungsi backup data-data yang dibutuhkan.
IV.
Database
spasial
yang
mempunyai
informasi waktu yang jelas dan akurat, sehingga
dapat
dipanggil
manipulasi dengan mudah.
dan
di
48
V.
Kebutuhan
adanya
dua
table
guna
menampung data hasil konversi terbaru dan data hasil konversi data keseluruhan. 3.3.2.3 Analisis Dari hasil konsultasi dan wawancara yang didapat, penulis sepakat dengan intitusi yang terkait yaitu neonet sistem yang akan dibangun mempunyai kemampuan dan kelebihan sebagai berikut : 1. Sistem yang dibangun bersifat otomatis total. Dengan proses data yang mempunyai interval waktu per-12 menit. 2. Data yang dihasilkan bersifat bersifat real time. 3. Mampu mengeliminir data rainrate dengan nilai lebih kecil daripada 7 dan -999. 4. Mampu membackup secara otomatis data-data hasil konversi yang dihasilkan. 5. Data yang dihasilkan mempunyai keterangan waktu yang jelas dan presisi yaitu tahun, bulan, tanggal, jam dan menit. Sehingga dapat dengan mudah dilakukan pemanggilan dan pemanipulasian pada basis data spasial yang dibangun.
49
6. Terdapat
dua table
guna menampung data hasil
konversi terbaru dan data hasil konversi data keseluruhan. A. Identifikasi Jenis Data Jenis data yang terdapat pada sistem konversi adalah : •
Gambar mentah (.RAW) Sebuah file dengan format (.Raw) berisi dua informasi jenis informasi yang berbeda, yaitu gambar dengan ukuran pixel dan gambar metadata, metadata yang secara harafiah diartikan sebagai data dari sebuah data yang dihasilkan sebuah sensor dari setiap pengidentifikasian.
•
TextFile (.txt) Sebuah
file
textfile 1 atau
teks
yang
mempunyai
sering sebuatan
disebut lama
flatfile merupakan jenis file komputer yang yang terstruktur sebagai urutan. Akhir dari sebuah file teks seringkali dinyatakan dengan menempatkan satu atau lebih karakter khusus yang dikenal sebagai end-of-file marker,
50
setelah baris terakhir pada file teks. file dengan ekstensi .txt dapat dengan mudah dibaca atau dibuka, karena itu dianggap universal. •
Shapefile (.shp, .shx dan .dbf) Shapefile adalah Sebuah fitur kumpulan data yang terdiri dari sebuah geometri dan atribut non-topological
yang
disimpan
sebagai
bentuk yang terdiri dari satu set vector koordinat. Shapefiles memiliki keuntungan dibandingkan dengan ekstensi file lain dalam hal kecepatan menggambar dan mengedit. Juga dapat menangani satu fitur yang tumpang tindih, file dengan ekstensi ini biasanya berukuran kecil sehingga tidak memerlukan ruang
hardisk
yang
besar
dalam
penyimpanannya. File dengan jenis shapefile dapat mendukung berbagai fitur seperti point,polygon serta area. Sebuah file shapefile mempunyai paket data yang terdiri dari 3 jenis file yaitu : 1.
File dengan ekstensi (.shp)
51
Merupakan file yang berbentuk grafis yang
pada
setiap
recordnya
menggambarkan suatu bentuk. 2.
File dengan ekstensi (.shx) Setipa record berisi offset dari catatan file utama
3.
File dengan ekstensi (.dbf) Berisi
atribut-atribut
yang
sesuai
dengan file utama yang digunakan sebagai database. •
Structure Query Languange(.Sql) SQL (Structured Query Language) adalah sebuah bahasa yang dipergunakan untuk mengakses data dalam basis data relasional. Bahasa ini secara de facto merupakan bahasa standar yang digunakan dalam manajemen basis data relasional. Saat ini hampir semua server basis data yang ada mendukung bahasa ini untuk melakukan manajemen datanya.
B. Bentuk Sistem yang dibangun Bentuk
sistem
yang
dibangun
pada
penelitian ini adalah sistem otomatis yang berjalan pada Daemon, Dengan artian sistem ini berjalan
52
dibelakang layar. Sistem ini tidak mempunyai interface yang digunakan atau berfungi untuk proses interaksi dengan user. C. Deskripsi Tempat Penelitian 1. Profil NEONet-BPPT Nusantara
Earth
Observation
Network
(NEONet) sebagai bagian dari Direktorat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam (TISDA) telah berhasil dibangun pada tahun 2008. Fasilitas yang bertujuan untuk memfasilitasi kegiatan jejaring kerjasama dalam observasi kebumian ini, telah juga melakukan proses pembangunan sistem observasi terintegrasi
dari
beberapa
kegiatan
observasi
kebumian di Indonesia. Untuk tahun 2008, proses pembuatan sistem difokuskan
pada observasi
beberapa peristiwa alam yang terkait dengan bencana. Selain pembangunan infrastruktur, di awal tahun 2009 Neo-net telah melakukan grandlaunching. Pada kegiatan tersebut telah dihadiri oleh beberapa institusi yang memiliki kegiatan terkait dengan
informasi
kebumian.
Dari
beberapa
53
kerjasama dan koordinasi tersebut telah diluncurkan beberapa produk unggulan Neo-net antara lain: 1.
Web GIS yang merupakan wadah untuk informasi spasial yang dapat diakses melalui web.
2.
Awal Earth yang merupakan aplikasi online yang dapat menampilkan beragam informasi kebumian secara online, baik yang berskala menitan maupun yang ter-update harian atau mingguan.
3.
Geo-network yang merupakan wadah untuk mungkumpulkan meta-data informasi kebumian di seluruh nusantara.
4.
Integrated web yang merupakan antar-muka yang menghubungkan seluruh produk di atas. Dalam pembangunannya, aplikasi tersebut telah
dibangun dengan sebuah peta dasar standar yang saat ini semakin dikembangkan dengan berfokus kepada pengembangan pada topik bahasan satu persatu. 2. Tujuan Organisasi Pengembangan
Sistem
Nusantara
Earth
Observation Network (NEONet) bertujuan untuk:
54
Membangun jejaring kerjasama (network) dalam rangka memadukan seluruh kegiatan pemantauan
dinamika
sistem
kebumian
sehingga akan memudahkan pemerintah dan seluruh informasi
masyarakat yang
dalam
akurat
memperoleh
tentang
kondisi
kebumian di seluruh wilayah nusantara.
Membangun
infrastruktur
dan
sistem
komunikasi yang handal untuk kegiatan pertukaran data dan informasi di antara simpul-simpul jejaring (network nodes).
Melakukan diseminasi dan sosialisasi produkproduk NEONet melalui media diseminasi dan sistem antar muka (interface) sehingga akan memudahkan masyarakat dalam mengakses data, informasi dan sumberdaya yang tersedia dalam jejaring NEONet.
55
3. Struktur Organisasi Struktur organisasi NEONet dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Kepala NEONet
Wakil Kelapa
Sekretaris
Manajer Aset dan
Manajer Program
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Neonet 3.3.2.4
Design
Pada tahap ini dilakukan perancangan untuk sistem yang akan diajukan dengan mempergunakan beberapa tools yaitu Data Flow Diagram (DFD) .Tahap perancangan sistem dilakukan untuk memberikan gambaran umum mengenai sistem yang diusulkan.
56
1. Data Flow Diagram (DFD) Sistem yang akan dibuat Langkah-langkah membuat data flow diagram dibagi menjadi 3 tahap atau 3 konstruksi DFD. Pertama, yaitu membuat diagram konteks. Diagram konteks dibuat untuk menggambarkan sumber serta tujuan data yang akan diproses. Perancangan diagram konteks untuk sistem yang akan dibangun adalah menggambarkan bagaimana alur proses data yang berjalan pada sistem konversi otomatis radar Doppler mulai dari mengunduh hasil identifikasi radar Doppler yaitu berupa product1.raw menjadi basis data spasial yang sudah terintegrasi dan siap pakai.
Berikut diagram konteks untuk aplikasi Pembuatan Sistem konversi otomatis harimau :
radar Doppler dalam proyek
57
Gambar 3.4 Diagram Konteks Alur Proses Sistem konversi otomatis data curah hujan Tabel 3.1 Alur Proses Diagram Konteks Sistem konversi otomatis radar doppler Nama Proses
: Sistem Konversi otomatis Data Curah Hujan
Deskripsi
: Proses mendeskripsikan tentang sistem konversi
otomatis radar doppler Input
: 1.Data hasil identifikasi radar doppler
( Product1.Raw ) Output
: 2. Basis Data Spasial Harimau
3.Data hasil konversi 2 (cdrserpong.txt) 3. Data hasil konversi 3 (cdrserpong_xy.txt) 4. Data hasil konversi 4 (harimau shapefile)
Kedua, yaitu membuat diagram nol. Diagram nol (DFD level 1) ini menggambarkan tahapan proses yang ada di dalam diagram konteks serta hubungan entity, proses, alur data dan data store. Perancangan diagram nol untuk sistem yang diusulkan;
58
Gambar 3.5 Diagram level 0 Sistem Konversi Otomatis Data Curah Hujan
59
Alur Proses Diagram Nol Sistem konversi otomatis data curah hujan Tabel 3.2 Proses Konversi ke bentuk cdrserpong.txt No. Proses
: 1.0
Nama Proses
: Konversi ke bentuk cdrserpong.txt
Deskripsi
: Proses tentang bagaimana proses konversi dari
product1.RAW ke bentuk cdrserpong.txt Input
: Product1.RAW
Output
: cdrserpong.txt
Tabel 3.3 Proses Konversi ke bentuk cdrserpong_xy.txt No. Proses
: 2.0
Nama Proses
: Konversi ke bentuk cdrserpong_xy.txt
Deskripsi
: Proses tentang bagaimana proses konversi dari
cdrserpong.txt ke bentuk cdrserpong_xy.txt Input
: cdrserpong.txt
Output
: cdrserpong_xy.txt
60
Tabel 3.4 Proses konversi ke bentuk Harimau Shapefile (.shp, .shx. .dbf) No. Proses
: 3.0
Nama Proses
: konversi ke bentuk Harimau Shapefile (.shp, .shx.
.dbf) Deskripsi
: Proses tentang bagaimana proses konversi dari
cdrserpong_xy.txt ke bentuk harimau shapefile (.shp, dbf, shx) Input
: cdrserpong_xy.txt
Output
: harimau shapefile (.shp, dbf, shx)
Tabel 3.5 Proses konversi dan integrasi ke dalam basis data spasial No. Proses
: 4.0
Nama Proses
: konversi dan integrasi ke dalam basis data spasial
Deskripsi
: Proses tentang bagaimana proses konversi dari
harimau shapefile (.shp, dbf, shx) ke bentuk basis data spasial harimau Input
: Harimau shapefile (.shp, dbf, shx)
Output
: basis data spasial harimau
61
Tabel 3.6 Proses kompres file No. Proses
: 5.0
Nama Proses
: Kompres file
Deskripsi
: Proses mendeskripsikan tentang proses penyatuan
data yang akan disimpan ke dalam 1 folder yang kemudian akan di kompres dengan nama file sesuai dengan tanggal komputer pada saat proses konversi dilakukan. Input
: Product1.RAW, cdrserpong_xy.txt, harimau
shapefile (.shp, .dbf, .shx) Output
: “tanggal komputer”.rar
contoh: 2010-01-04-11-35.rar
Ketiga, yaitu membuat diagram detail (DFD level 2). Diagram detail Merupakan penguraian dalam proses yang ada dalam Diagram nol. Diagram yang paling rendah dan tidak dapat diuraikan lagi. Dalam DFD level 1, masih terdapat beberapa proses yang dapat diuraikan lagi, diantaranya adalah proses konversi ke bentuk (.txt2), proses konversi ke bentuk harimau (.shp, .dbf, .shx), dan proses konversi ke dalam basis data spasial. Berikut merupakan diagram detail proses-proses yang telah disebutkan di atas :
62
a. Diagram detail level 1 proses 2.0
Gambar 3.6 Diagram level 1 proses 2.0
63
Alur proses DFD level 1 proses 2.0 konversi ke bentuk cdrserpong_xy.txt Tabel 3.7 Proses buat file cdrserpong_xy.txt No. Proses
: 2.1
Nama Proses
: buat file cdrserpong_xy.txt
Deskripsi
: Proses ini mendeskripsikan tentang proses awal dari
konversi cdrserpong.txt ke cdrserpong_xy.txt Input
: cdrserpong.txt
Output
: cdrserpong_xy.txt (kosong)
Tabel 3.8 Proses filterisasi data rainrate dengan nilai -999 dan <=7 No. Proses
: 2.2
Nama Proses
: filterisasi data rainrate dengan nilai -999 dan <=7
Deskripsi
: Proses
ini
mendeskripsikan
penyaringan
data
rainirate dengan nilai rainrate -999 dan <=7, Rainrate dengan nilai = -999 tersebut tidak mempunyai nilai informasi / kosong. Dan nilai rainrate dengan nilai <= 7 dianggap tidak memenuhi nilai rainrate yang bisa di olah karena nilainya terlalu kecil. Input Output
: cdrserpong_xy.txt
cdrserpong_xy.txt (nilai rainrate dengan nilai -999 dan <=7 sudah tereliminasi.
64
Tabel 3.9 Proses tambah kolom, baris untuk tipe data dan keterangan waktu No. Proses
: 2.3
Nama Proses
: tambah kolom, baris untuk tipe data dan keterangan
waktu Deskripsi
: Proses ini mendeskripsikan penambahan jumlah
baris dan kolom guna menampung tipe data baru dan keterangan waktu dengan format tahun, bulan, tanggal,jam hingga menit. Input
: cdrserpong_xy.txt (nilai rainrate dengan nilai -999
dan <=7 sudah tereliminasi. Output
cdrserpong_xy.txt (sudah berdimensi waktu)
65
a. Diagram detail level 1 proses 4.0
Gambar 3.7 Diagram level 2 proses 4.0
66
Alur proses DFD level 1 proses 4.0 integrasi dan konversi ke dalam basis data spasial Tabel 3.10 Proses konversi ke cdserpong_xy.txt No. Proses
: 4.1
Nama Proses
: Proses konversi harimau shapefile
Deskripsi
: Proses tentang bagaimana proses konversi dari
harimau shapefile (.shp, dbf, shx) ke bentuk basis data spasial harimau. Input
: Harimau shapefile (.dbf, shp, shx)
Output
: Basis data spasial harimau
Tabel 3.11 Proses hapus record tabel doppler_new No. Proses
: 4.2
Nama Proses
: Proses hapus record tabel doppler_new
Deskripsi
: Proses
ini mendeskripsikan bagaimana proses
pengosongan tabel doppler_new sebelum akan diisi oleh data terbaru hasil konversi dari harimau shapfile. Input
: Basis data spasial harimau
Output
: Basis data spasial harimau (doppler_new : kosong)
67
Tabel 3.12 Proses isi record tabel doppler_new. No. Proses
: 4.3
Nama Proses
: Proses isi record tabel doppler_new
Deskripsi
: Proses ini mendeskripsikan bagaimana pengisian
data terbaru pada tabel doppler_new dari hasil konversi harimau shapfile. Input
: Basis data spasial harimau (doppler_new : kosong)
Output
: Basis data spasial harimau (doppler_new : terisi data
terbaru dan doppler_sum : Belum ada data terbaru)
Tabel 3.13 Proses isi record tabel doppler_sum. No. Proses
: 4.3
Nama Proses
: Proses isi record tabel doppler_sum
Deskripsi
: Proses ini mendeskripsikan bagaimana pengisian
data terbaru pada tabel doppler_sum dari hasil konversi harimau shapfile. Input
: Basis data spasial harimau (doppler_new : terisi data
terbaru dan doppler_sum : Belum ada data terbaru) Output
: Basis data spasial harimau (doppler_new : terisi data
terbaru dan doppler_sum : tambah data terbaru)
68
1. Kamus Data Kamus data berguna untuk mengetahui aliran data atau informasi apa saja yang terdapat pada saat analisis ataupun perancangan sistem. Berikut adalah perancangan kamus data pada Sistem konversi otomatis radar Doppler :
Tabel 3.14 Kamus data Harimau Raw image
=*product1.raw* {x+y+dbz+rainrate}
Text file (1)
=*file cdrserpong.txt* {x+y+dbz+rainrate}
Text file (2)
=*file cdrserpong_xy.txt* {lat + long + dbz + rainrate +thn+bln + tgl + jam + mnt}
shapefile
=*file harimau* {lat + long + dbz + rainrate +thn+bln + tgl + jam + mnt}
File sql
=*file harimau* {lat + long + dbz + rainrate +thn+bln + tgl + jam + mnt}
69
3.3.2.5 Implementasi
Tahapan ini merupakan tahapan lanjutan dari desain aplikasi sistem, dalam tahapan ini penulis mencoba menafsirkan atau menterjemahkan desain aplikasi sistem kedalam bahasa pemrogrman yang dapat dimengerti oleh sistem komputer. Tahapan ini menjelaskan secara detail penggunaan sistem mulai dari proses pemrograman hingga proses konversi, hingga terciptanya sebuah basis data spasial. Berikut tahap implementasi yang dilakukan :
1. Pembuatan folder yang dibutuhkan, sesuai dengan system konversi ini dengan konten-nya masing-masing mengenai keterangan folder dan konten lebih jelasnya akan dibahas pada bab 4. 2. Installasi fgs-mapserver. 3. Installasi PostgreSQL dengan tambahan plug-in Postgis. 4. Installasi Gfortran. 5. Penempatan seluruh shell script pada path /opt/. Penjelasan mengenai shell script akan dibahas pada bab 4. 6. Pembuatan file crontab baru untuk menjalankan system konversi secara otomatis. 7. Pengaktifan file crontab dengan terminal.
70
3.3.3
Pengujian Sistem a.
Pengujian metode White Box Pada tahapan pengujian sistem ini, dilakukan pengujian untuk
memastikan apakah aplikasi yang penulis buat telah mencakupi seluruh fungsi dan bekerja sesuai dengan yang diinginkan atau masih adakah perbaikan dan penyempurnaan yang harus dilakukan. Pengujian yang dilakukan penulis menggunakan dua metode yaitu metode black box dan white box. Hasil pengujian sistem dilakukan agar dapat mengetahui apakah proses yang dilakukan dapat sesuai dengan hasil yang diharapkan. Tabel 3.15 Tabel Hasil Pengujian White box Hardware
Pengujian
Intel pentium dual core Sistem Operasi Linux Ubuntu
Hasil Baik
2.60 GHz, Memori 1.5 v 8.04 GB, hardisk 80GB, VGA card 128 MB, monitor 17 inchi dan resolusi layar 1024 x 768 pixels b.
Pengujian metode Black Box Tabel 3.16 Tabel Hasil Pengujian Black box
No. Nama Code
Input
Output
Hasil
1.
IrisReadsample
Product1.RAW
Cdrserpong.txt
Benar
2.
Bacaradar
Cdrserpong.txt
Cdrserpong_xy.txt Benar
3.
Txt2shp
Cdrserpong_xy.txt
Harimau shapefile
Benar
71
No. Nama
Fungsi
Hasil
Benar
Shell script 1.
Ftpserpong
-
Download Product.RAW
2.
Rawtoshp
-
Proses “cut” file product1.RAW dari path Benar /opt/harimau/product1raw/ke path/opt/harimau / IRISread/sample/
-
Mengeksekusi IrisREAD_sample
-
Proses “cut” file cdrserpong.txt dari path /opt/harimau
/product1raw/
ke
path
/opt/harimau /cdrserpong/ 3.
Txt2
-
Mengeksekusi a.out
-
Menghapus cdrserpong.txt
-
Proses “cut” file cdrserpong_xy.txt dari
Benar
path /opt/harimau /cdrserpong/ ke path /opt/harimau /cdrserpong_xy/ 4.
Txttoshp
-
Mengeksekusi txt2shp
Benar
5.
Shp2sql
-
Mengeksekusi shp2sql
Benar
6.
Moveshp
-
Proses “cut” file harimau shapefile dari Benar path /opt/harimau /cdrserpong_xy/ ke path /opt/harimau /shapefile/
7.
Backup
-
Membuat folder dengan nama sesuai Benar waktu computer “date:y:m:d:H:M”
-
Proses “cut” file harimau shapefile dari path /opt/harimau /shapefile/ ke path
72
/opt/harimau /Backup/“date:y:m:d:H:M” -
Proses “cut” file product1.RAW dari path /opt/harimau /IRISread/sample/ ke path /opt/harimau /Backup/“date:y:m:d:H:M”
-
Proses “cut” file cdrserpong_xy.txt dari path /opt/harimau /cdrserpong_xy/ ke path
/opt/harimau
/Backup/“date:y:m:d:H:M” -
Kompres folder “date:y:m:d:H:M”
-
Hapus folder “date:y:m:d:H:M”
b. Sistem minimum yang dibutuhkan Spesifikasi
minimum
hardware
dan
software
yang
digunakan untuk dapat menjalankan program aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut: 1) Perangkat keras (Hardware) a. Prosessor Dual Core berkapasitas 2,6 GHz b. Memory RAM berkapasitas 1.5 GB c. Hard Disk berkapasitas 80 GB d. Monitor SVGA 17” e. Mouse dan Keyboard PS2/USB f. Printer 2) Perangkat lunak (Software) a. OS Linux Ubuntu 8.04 b. Fgs Mapserver 4.1 c. Gfortran 95
73
d. PostgreSQL 8.4.1 dengan PostGIS 8.1.6
74
•
Tempat menampung cdrserpong.txt sementara hasil konversi dari product1.raw.
•
Tempat
konversi
cdrserpong.txt
ke
cdrserpong_xy.txt. Konten : •
a.out, merupakan hasil compile program fortran bacaradar.f yang digunakan untuk merubah
cdrserpong.txt
menjadi
cdrserpong_xy.txt. •
Bacaradar.f, bahasa pemrogaman fortran yang belum di compile.
I.
Folder cdrserpong_xy Fungsi : •
Tempat
menampung
cdrserpong_xy.txt
hasil
sementara konversi
dari
cdrserpong.txt. •
Tempat proses konversi cdrserpong_xy.txt menjadi harimau (shapefile).
Konten : •
Txt2shp.py, merupakan bahasa pemrogaman phython
yang
digunakan
untu
merubah
75
cdrserpong_xy.txt menjadi bentuk harimau (shapefile). II.
Folder shapefile Fungsi : •
Tempat
menampung
(shapefile)
hasil
sementara
harimau
konversi
dari
cdrserpong_xy.txt Konten : III.
Folder IRISread Fungsi : •
Tempat terjadinya proses Product1.raw ke cdrserpong.txt,
path
detailnya
:
/IRISread/sample/ Konten : • IV.
Program IRISread.
Folder backup •
Tempat penyimpanan seluruh file setelah proses konversi terjadi.
76
4.2 Shelll Script Program Shell script yang terdapat pada sistem konversi ini diletakan pada path /sbin/ . berikut shells cript ayang terdapat pada sistem konversi ini. 1. Getraw.sh
6.
shp2qsl.sh
2. Rawtotxt.sh
7.
Backup.sh
3. Txt2.sh 4. Txttoshp.sh 5. Move.shp Semua shell script diatas diletakkan ke dalam path /sbin/. Semua file shell script diatas akan dipanggil oleh satu file shell script dengan urutan seperti diatas. Shell script yang digunakan untuk pemanggilan semua sheel script itu dinamakan all.sh. Gambar file shell script dengan nama all.sh : #!/bin/sh /sbin/ftpserpong.sh /sbin/rawtotxt.sh /sbin/txt2.sh /sbin/txttoshp.sh /sbin/moveshp.sh /sbin/doppler_new.sh /sbin/shp2sql.sh /sbin/backup.sh Gambar 4.1 Shell script all.sh
77
Dalam linux terdapat fasilitas yang dapat mengerjakan sesuatu dengan otomatis. Fasilitas tersebut adalah crontab. Berikut sintax crontab yang dimilki oleh sistem konversi otomatis ini guna mengeksekusi shell script all.sh secara otomatis tiap 12 menit sekali. Yang artinya sistem ini akan berjalan otomatis setiap 12 menit sekali.
*/12 * * * * /sbin/all.sh Gambar 4.2 sintax crontab
Cara mengaktifkan fasilitas cron pada ubuntu •
Buka cron editor yaitu dengan mengetikkan : crontab –e
•
Lalu tulis perintah cron yang anda inginkan.
•
Lalu simpan file cron tersebut.
•
Jalankan perntah cron tersebut pada terminal dengan : $ /etc/init.d/cron stop kemudian $ /etc/init.d/cron start Gambar 4.3 start/stop crontab
Dalam prosesnya, terjadi perpindahan file antar folder, berikut gambar alur perpindahan file yang terjadi sistem konversi otomatis ini. :
78
Product1.raw
Product1.raw
Cdrserpong.tx
Product1ra
cdrserpong
/IRISread/sample/
Cdrserpong xy.t
Product1ra Basis data spasial harimau -
Doppler_new
-
Doppler_sum
Harimau (shapefile)
Harimau.sql
shapefile
cdrserpongxy
Didalam folder backup terdapat :
Harimau (shapefile)
Cdrserpong_xy.t t
/date.tar.gz
Gambar 4.4 alur perpindahan file
Ket
: : perpindahan file pada saat terjadinya konversi
: pengambilan file pada saat proses backup.
79
Penjelasan mengenai proses konversi secara detail akan dibahas pada bagian ini. 4.2.1
Proses mengambil product1.raw dari ftp serpong/padang Proses pengambilan product1.raw dari lingkungan yang
berada dalam lingkungan radar serpong, tempat pengambilan ini berada pada ftp server yang berada pada lingkungan radar serpong dan padang. Shell script pada proses ini di beri nama ftpserpong.sh, konten ftpserpong.sh adalah sebagai berikut : #!/bin/sh cd ……(A)…………… ftp -i -n -v << EOD open xx.xx.xx.xx user spf spf123 cd ……(B)……… get product1.RAW binary get ppi175r.gif quit EOD Gambar 4.5 ftperpong.sh
Ket : •
(A)
:
Path folder tempat folder product1raw
•
(B)
:
Path folder tempat folder product1raw
•
ftp –I –n –v
:
Alamat ftp yang dituju (radar serpong)
80
4.2.2
Proses konversi dari product1.raw menjadi cdrserpong.txt Dalam proses konversi pada tahap yang pertama ini, data
input yang digunakan adalah product1.RAW yang merupakan suatu bentuk gambar yang dihasilkan dari proses yang dilakukan oleh computer sigmat yang berada pada lingkungan radar serpong dan padang. Dalam menjalankan proses ini dibutuhkan suatu aplikasi kecil yang dinamakan IRISread. Dalam hal ini penulis tidak akan membahas panjang lebar mengenai kode yang terdapat didalamnya di karenakan program ini didapatkan dari institusi tempat penulis melakukan penelitian. Program konversi dari raw image ke bentuk .txt ini berjalan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Berjalan dalam OS linux 2. Ada program pendamping yaitu katsu.gz yang harus di ekstrak dahulu kemudian diletakan ke path /home/ 3. Dalam proses konversi, file (.raw) harus diletakan ke path /IRISread/sample/ yang didalamnya terdapat execute file yaitu IRISread_sample, dalam menjalankan file tersebut terdapat format khusus dalam penulisannya, yaitu : IRISread_sample product1.RAW -pdbz -xbin Gambar 4.6 sintax menjalankan Program IRISread
81
Ket : •
( -p ) : parameter yang digunakan.
•
( -x ) : format output, nilai dalam ASCII.
•
( -o ) : nama dari output file yang dihasilkan.
Dalam kasus skripsi ini semua penulisan perintah yang dilakukan di terminal yang dapat dikatakan sama dengan command prompt yang terdapat pada windows dirangkum dalam suatu file yang dinamakan shell script. Setiap shell script harus dijalankan pada path /sbin/. Kode shell script yang digunakan untuk menjalankan proses ini adalah rawtotxt.sh :
#!/bin/bash/ cd /opt/harimau/IRISread/sample/ /bin/mv -f /opt/harimau/product1raw/product1.RAW /opt/harimau/IRISread/sample ./IRISread_sample product1.RAW -pdbz -xbin ocdrserpong.txt /bin/mv -f cdrserpong.txt /opt/harimau//cdrserpong/
Gambar 4.7 rawtotxt.sh
82
Ket : •
mv –f
: meng’cut file dengan paksa.
Penjelasan alur shell script rawtotxt.sh : Alur
akan
menuju
path
folder
/opt/harimau//IRISread/sample/ lalu akan melakukan proses pemindahan file product1.RAW yang berada pada path
folder…/product1raw/
ke
path
folder
/opt/harimau//IRISread/sample/. Lalu akan menjalankan IRISread_sample untuk merubah product1.raw menjadi cdrserpong.txt.
setelah
itu
memindahkan
file
cdrserpong.txt ke path folder /opt/harimau//cdrserpong/. 4.2.3
Proses konversi dari cdrserpong.txt menjadi cdrserpong_xy.txt
Dalam
proses
konversi
cdrserpong.txt
menjadi
cdrserpongxy.txt penulis menggunakan bahasa fortran, secara umum kode sederhana ini mengubah konten yang terkandung dalam file yang berformat (.txt) dengan nama file cdrserpong yang seperti 2009/04/04 21:48:05 dibawah ini : 175000 [m] 125 [m] Position: -6.400 az el rd 360.0 0.6 0 360.0 0.6 125
[rRVW--] [PPI] 360 [sweeps] AZ.= -999.9 EL.= 0.6 106.700 -> 0.000 dbz -999.00 -999.00 Gambar 4.8 cdrserpong.txt
-0.4 [rpm]
83
Menjadi file dengan nama cdrserpong_xy.txt yang mempunyai konten sebagai berikut : lat,lon,dbz,rd,tahun,bulan,tanggal,jam,menit x,y,real,real,int,int,int,int,int -6.395,106.700,5.00,0.0749,2009,04,07,20,24 -6.394,106.700,1.50,0.0452,2009,04,07,20,24 -6.393,106.700,9.50,0.1431,2009,04,07,20,24 -6.392,106.700,7.00,0.0999,2009,04,07,20,24 -6.391,106.700,6.00,0.0865,2009,04,07,20,24 -6.390,106.700,4.00,0.0648,2009,04,07,20,24 -6.389,106.700,4.50,0.0697,2009,04,07,20,24 -6.388,106.700,7.50,0.1073,2009,04,07,20,24 -6.386,106.700,5.00,0.0749,2009,04,07,20,24 -6.385,106.700,3.00,0.0562,2009,04,07,20,24 -6.384,106.700,3.50,0.0603,2009,04,07,20,24 -6.383,106.700,4.00,0.0648,2009,04,07,20,24 -6.382,106.700,1.50,0.0452,2009,04,07,20,24 -6.381,106.700,2.50,0.0523,2009,04,07,20,24 -6.379,106.700,1.50,0.0452,2009,04,07,20,24 -6.314,106.700,2.50,0.0523,2009,04,07,20,24 Gambar 4.9 cdrserpong_xy.txt
tujuan penulis merubah format file seperti diatas bermaksud agar file .txt yang dihasilkan dapat terbaca oleh Program konversi
.txt ke .shp yaitu txt2shp.py yang terbuat dari bahasa phython, keterangan mengenai penjelasan program konversi .txt ke shp akan dibahas di lain subbab. Barisan kode sederhana yang digunakan untuk proses konversi adalah sebagai berikut :
84 character*150 header1, header2 ,th , b, T, j, m real az, er, rainrate, dbz, lat, lon real xdrlat, xdrlon, x, y, pi integer rd xdrlat = -6.4 xdrlon = 106.7 pi = 3.14159265358979 open (1,file='cdrserpong1.txt',status='old') open (2,file='cdrserpong1_xy.txt',status='unknown') read (1,'(a4,1x,a2,1x,a2,1x,a2,1x,a2)') th,b,T,j,m read (1,'(a60)') header2 write(2,*) 'lat,lon,dbz,rd,tahun,bulan,tanggal,jam,menit' write(2,*) 'x,y,real,real,real,real,real,real,real' 10 read (1,'(f6.1,4x,f3.1,1x,i6,1x,f7.2)',end=30) az,el,rd,dbz if (dbz.eq.-999.00.OR.dbz.LE.0.70) then goto 10 endif x = sin(az*pi/180)*rd y = cos(az*pi/180)*rd lat = xdrlat+y/110574 lon = xdrlon+x/111310 write(*,*)lat,lon,y,x,rd rainrate = ((10**(dbz/10))/200)**0.625 write(2,'(F7.3,",",F7.3,",",F6.2,",",F6.4,",",A4,",",A2,",",A2 1,",",A2,",",A2)')lat,lon,dbz,rainrate,th,b,T,j,m goto 10 30 close (2) close (1)end
Gambar 4.10 bacaradar.f
Dalam menjalankan proses diatas, kode bacaradar.f diatas harus di compile terlebih dahulu
dengan compiler bahasa fortran itu sendiri,
85
dalam kasus ini penulis menggunakan GFORTRAN. Proses compile dlakukan pada terminal linux ubuntu dengan cara :
$ gfortran Gambar 4.11 kompile fortran
Setelah proses compile selesai akan dihasilkan file dengan nama a.out, file inilah yang nantinya akan dijalankan dan merubah cdrserpong.txt menjadi cdrserpong_xy.txt. sama dengan proses-proses sebelumnya proses ini djalankan melalui shell script, nama shell script dalam proses ini adalah txt2.sh, isi dari shellscript sebagai berikut : #!/bin/bash/ cd /opt/harimau/cdrserpong/ ./a.out /bin/r m cdrserpong.txt /bin/mv -f cdrserpong_xy.txt /opt/harimau/cdrserpong_xy/
Gambar 4.12 txt2.sh
Ket : •
rm
:
perintah pada linux untuk menghapus file
Penjelasan alur shell script txt2.sh : Alur akan menuju path folder /opt/harimau/cdrserpong/, lalu akan mengeksekusi a.out, dengan eksekusi file a.out ini akan merubah
cdrserpong.txt
menjadi
cdrserpong_xy.txt.
yang
selanjutnya akan menghapus file cdrserpong.txt, kemudian
86
dilanjutkan dengan memindahkan hasil konversi cdrserpong_xy.txt ke path folder/ opt/harimau/cdrserpong_xy/. 4.2.4
Proses cdrserpong_xy.txt menjadi harimau shapefile Dalam proses konversi dari file cdrserpong_xy.txt ke bentuk
harimau(.shp, .dbf
dan .shx), penulis menggunakan bahasa
pemrogaman phython. Dalam menjalankan program dibawah ini ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu : 1. Penciptaan lingkungan tempat berjalanya program ini yang didapat dari instalasi fgs mapserver pada OS yang dipakai, dalam kasus ini penulis menggunaka linux ubuntu versi 8.04, intstalasi fgs mapserver ini harus berada pada path /home/. Setelah fgs mapserver terinstall di OS anda maka setelah itu jalankan setenv.sh yang ada pada lingkungan fgs mapserver yang telah terinstal pada OS anda. 2. Program ini dirancang untuk tidak membaca file berbentuk
.txt
dengan
sembarang
format,
dalam
memenuhi bentuk atau konten file .txt yang ingin dirubah kedalam bentuk shapefile, file .txt harus mempunyai format konten atau isi sebagai berikut :
87
a. Setiap kolom harus dipisahkan dengan karakter yang tidak terdapat pada konten file .txt b. Setiap baris yang ingin dibuat harus dipisahkan dengan “enter” c. Setiap file .txt yang digunakan sebagai input harus mempunyai hanya 2 header baris. -
Baris pertama : nama kolom (sampai 10 karakter )
-
Baris kedua
: jenis tipe data (string,
Int, real ,x&y ) Contoh format sebagai berikut : lat,long,elevation,name x,y,real,string -122.45,42.865,580,point A -122.55,43.015,280,point B
Gambar 4.13 format penulisan cdrserpong_xy.txt
88
3. Untuk menjalankan program ini pada OS anda formatnya sebagai berikut : txt2shp.py input=input.txt output=output.shp [wb=X] [d=X]
Gambar 4.14 format penulisan perintah txt2shp.py
Ket : • Wb ( width buffer ) berguna untuk membuat kolom lebih besar dari nilai data yang digunakan (default = 2) • d ( delimiter ) berguna untuk membatasi setiap kolom yang akan dibuat (default = ,) contoh Sebagian barisan kode dari txt2shp.py : delimiter = "," widthBuffer = 2 override = 1 output = None inputFile = None try: for i in range(len(sys.argv)): p = sys.argv[i].split('=') if p[0] == 'input': inputFile = str(p[1]) if p[0] == 'output': output = str(p[1]) if p[0] == 'wb': widthBuffer = str(p[1]) if p[0] == 'd': delimiter = str(p[1]) except: usage()
Gambar 4.15 txt2shp.py
89
Kode shell script yang digunakan untuk menjalankan proses diatas yaitu txttoshp.sh dengan konten : #!/bin/bash/ cd /opt/harimau/cdrserpong_xy/ ./txt2shp.py input=cdrserpong_xy.txt output=harimau.shp [wb=2] [d=","] Gambar 4.16 txttoshp.sh
Dilanjutkan dengan proses pemindahan file harimau (shapefile) dengan shell scrip dengan nama moveshp.sh sebagai berikut : #!/bin/bash/ /bin/mv -f /opt/harimau/cdrserpong_xy/harimau.shp /opt/harimau/shapefile/ /bin/mv -f /opt/harimau/cdrserpong_xy/harimau.shx /opt/harimau/shapefile/ /bin/mv -f /opt/harimau/cdrserpong_xy /harimau.dbf /opt/harimau/shapefile/
Gambar 4.17 moveshp.sh
Penjelasan alur shell script move.sh : Pemindahan file harimau.shp, harimau.dbf dan harimau.shx dari pathnya yaitu /opt/harimau//cdrserpong_xy/ ke path folder /opt/harimau//shapefile/.
90
4.2.5
Proses harimau shapefile menjadi harimau (.sql) serta proses dumping pada harimau (.sql). Dalam proses konversi dari bentuk shapefile ke dalam bentuk
bahasa basisdata yaitu .sql penulis menggunakan fungsi yang terdapat pada aplikasi Posgresql 8.3 yang terintgrasi dengan postgis., fungsi dari postgis yang sudah terintegrasi dengan postgresql yang dipakai oleh penulis adalah shp2pgsql. Tahap-tahap dalam merubah file shapefile kedalam bentuk sql yaitu : 1. Membuat basis data dengan template postgis secara manual.
Gambar 4.18 pembuatan basis data baru pada postgresql
91
Gambar 4.19 pemberian nama basisdata pada postgresql
2. Pembuatan atribut berdasarkan header isi dari file harimau shapefile, proses in menggunakan seperti sintaks dibawah ini : Shp2pgsql –p –I –D /opt/harimau/harimau.shp Doppler_new |./psql –d harimau –U postgres b j Gambar 4.20 sintaks pembuatan atribut table Doppler_new
Shp2pgsql –p –I –D /opt/harimau/harimau.shp Doppler_sum |./psql –d harimau –U postgres b j Gambar 4.21 sintaks pembuatan atribut table Doppler_sum
Ket
: •
-D
:
proses load dengan dump format.
•
-p
:
Pilihan untuk membuat atribut sesu shapefile.
• (|)
:
send output dari shp2pgsql ke psql
• -I
:
Pembuatan Indeks spasial.
•
:
Nama basisdata.
Harimau •
Postgres
:
Username.
•
Bejo
:
password username postgres
92
3. Setelah basisdata harimau terisi dengan atribut-atribut yang diinginkan, dilanjutkan dengan proses me-load file shapefile ke dalam basis data spasial. Proses ini dilakukan dengan menggunakan shell script Shp2sql.sh : cd /opt/PostgreSQL/8.3/bin/ ./shp2pgsql -d /opt/harimau/shapefile/harimau.shp Doppler_new |./psql –d harimau –U postgres bejo ./shp2pgsql -a -D /opt/harimau/shapefile/harimau.shp Doppler_sum |./psql –d harimau –U postgres bejo
Gambar 4.22 shp2sql.sh
Ket : •
-D
:
proses load dengan dump format.
•
-d
:
pilihan untuk membuat table ulang.
• -a
:
Pilihan untuk menambahkan record.
• (|)
:
send output dari shp2pgsql ke psql
• -I
:
Pembuatan Indeks spasial.
•
Harimau
:
Nama basisdata.
•
Postgres
:
Username.
•
Bejo
:
Password username postgres.
93
Penjelasan alur shell script shp2sql.sh : shell script akan mengeksekusi shp2pgsql yang akan melakukan proses 1. Menghapus table dengan nama Doppler_new lalu membuat kembali table Doppler_new tersebut dengan data harimau shapefile yang berada pada path folder /opt/harimau/shapefile/ yang langsung di dumping ke dalam
table
Doppler_new
tersebut.
Table
ini
menampung hanya data terbaru saja dari hasil konversi. 2. Menambahkan kedalam basis data spasial harimau dengan table Doppler_sum data harimau shapefile yang sebelumnya sudah dikonversi ke dalam SQL. Table ini berisi kumpulan data hasil identifikasi radar Doppler secara keseluruhan.
94
4.2.6
Proses backup file Proses ini berfungis untuk menyimpan file-file yang telah melewati
proses konversi. Proses penyimpanan ini juga menggunakan shell script yang bernama backup.sh, berikut file shell script dari backup.sh : #!/bin/sh cd /opt/harimau/backup/ /bin/mkdir `date +%Y-%m-%d-%H-%M` /bin/mv -f /opt/harimau/cdrerpong_xy/cdrserpong_xy.txt /opt/harimau/backup/`date +%Y%m-%d-%H-%M` /bin/mv -f /opt/harimau/IRISread/sample/product1.RAW /opt/harimau/backup/`date +%Y-%m-%d-%H-%M` /bin/mv -f /opt/harimau/shapefile/harimau.shp /opt/harimau/backup/`date +%Y-%m-%d-%H%M` /bin/mv -f /opt/harimau/shapefile//harimau.shp /opt/harimau/backup/`date +%Y-%m-%d-%H%M` /bin/mv -f /opt/harimau/shapefile//harimau.shp /opt/harimau/backup/`date +%Y-%m-%d-%H%M` Gambar 4.23 backup.sh
Ket : •
mkdir `date +%Y-%m-%d-%H-%M` : perintah untuk membuat folder baru dengan folder berformat nama “tahun,bulan,tgl,jam dan menit”
95
Penjelasan alur shell script backup.sh : Pada shell script ini akan dibuat folder dengan nama berformat tahun-bulan-tanggal-jam-menit pada path folder /opt/harimau//backup/, yang kemudian akan memindahkan file cdrserpong_xy.txt
dari
path
folder
/opt/harimau//cdrserpong_xy/, file product1.raw dari path folder
/opt/harimau//IRISread/sample/,
harimau.dbf
dan
harimau.shx
file
kedalam
harimau.shp, path
folder
/opt/harimau//backup/ kedalam folder yang mempunyai nama dengan format tahun-bulan-tanggal-jam-menit. Folder dengan nama yang berformat tahun-bulan-tanggal-jam-menit tersebut akan di compress menjadi .tar.gz. Hasil akhir basis data spasial :
Gambar 4.24 hasil basis data harimau
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan serta saran-saran yang bermanfaat bagi penulisan skripsi maupun pengembangan aplikasi ini. 5.1 Kesimpulan Dari pembahasan yang sudah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa: 1.
Sistem konversi ini dirancang berdasarkan data-data hasil identifikasi radar Doppler, dan dalam pembuatan sistem ini penulis menggunakan alat (software tools) berupa linux ubuntu v.8.04 sebagai sistem operasi, fgs mapserver 5.4.0 sebagai tools pendukung tempat berjalannya program berbahasa phython, Gfortran 95 sebagai kompiler program berbahasa fortran, gedit sebagai text editor, crontab sebagai fungsi guna menjalankan perintah shell script secara otomatis, serta PostgreSql dengan plug-in potsgis 3.6.1 sebagai tools untuk proses konversi dari shapefile ke bentuk .sql
2.
Dengan proses yang tidak lagi memerlukan campur tangan manusia sisitem ini dapat dikatakan bersifat otomatis total.
3.
Sistem konversi ini menyajikan keseragaman data yaitu basisdata spasial yang akan memudahkan user dalam pengembangan aplikasiaplikasi yang berhubungan dengan proyek harimau.
96
97
4.
Adanya fungsi backup data yang disediakan oleh sistem ini yang akan memudahkan pengguna dalam mamakai kembali file-file konversi terutama shapefile.
5.
Penyajian data waktu secara lengkap sampai ke data menit akan memudahkan setiap user dalam melakukan query berbasis waktu pada basisdata spasial yang merupakan hasil akhir dari sistem konversi ini.
6.
Penyajian dua tabel basis data yang sangat fungsional menurut kebutuhannya masing-masing yang digunakan untuk menampung data terbaru dan data keseluruhan hasil konversi identifikasi radar doppler.
5.2 Saran Sistem yang dibangun masih memiliki beberapa kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu dikembangkan agar menjadi lebih baik, antara lain: 1. Adanya sebuah fungsi perbandingan data antara data yang sudah masuk dengan data yang baru akan masuk, sehingga mencegah terjadinya redudansi data. 2. Dibuatnya sebuah interface guna pengecekan file-file yang dikonversi 3. Serta adanya error warning apabila terjadi kesalahan dalam proses konversi.
Kebutuhan
Analisis Kebutuhan
Perencanaan
Identifikasi Kebutuhan
Identifikasi Jenis Data
Analisis
Bentuk Sistem Yang Dibangun
Deskripsi Tempat Penelitian
Rancang Alur Sistem Usulan (DFD)
Perancangan
Rancang Kamus Data Sistem Usulan
Pengujian Sistem (Testing)
Implementasi Pengkodean (Coding)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)