MEMBANGUN DIMENSI MANUSIA-TUGAS DALAM PENGEMBANGAN E-LEARNING Shabrina Syntha Dewi | 16702251022
[email protected] Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak E-Learning merupakan model pembelajaran menggunakan media elektronik yang difasilitasi dan didukung oleh pemanfaatan teknologi computer dan internet. Dalam pembelajaran e-learning, diperlukan guru yang terampil memanfaatkan teknologi dan kreatif dalam pembuatan bahan ajar agar dapat membentuk pembelajaran dengan efektif. Bahan ajar yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran e-learning dapat terdiri dari text based content dan multimedia based content, yang dapat berupa materi presentasi dalam format presentasi dan juga format audio dan video digital agar dapat membentuk lingkungan pembelajaran digital yang menarik bagi peserta didik. Guru juga harus mampu memilih jenis evaluasi dalam pembelajaran e-learning untuk menganalisis kualitas proses pembelajaran dan mengetahui sejauh mana ketercapaian dari proses e-learning tersebut yang dirasakan oleh peserta didik. Kata Kunci : Manusia-Tugas, E-Learning A. Pendahuluan Tidak dapat dipungkiri perkembangan teknologi komputer dan internet di era globalisasi saat ini telah melahirkan banyak inovasi. Dengan kecepatan komunikasi global dan kecepatan koneksi internet, konten web semakin berkembang dan semakin interaktif bagi penggunanya. Ini tentu saja mengubah cara kita memperoleh pengetahuan. Dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran kini tidak lagi terbatas pada pembelajaran di kelas, namun dengan adanya teknologi komputer dan internet pembelajaran dapat dilakukan jarak jauh tanpa harus tatap muka dengan mengedepankan kemudahan, fleksibilitas dan interaktivitas antara guru dan peserta didik. Teknologi dalam bidang pendidikan ini dikenal dengan sebutan E-Learning. Darin E. Hartley (2001) yang menyatakan “E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke peserta didik dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain”. Penggunaan media internet dalam proses pembelajaran akan memberikan kontribusi yang positif bagi penambahan wawasan dan intelektual peserta didik serta dapat memudahkan proses pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh banyaknya informasi yang tersedia di media internet tersebut. Sebagai suatu sistem, E-Learning terdiri dari dua sistem independen yang berinteraksi bersama-sama, tapi korelatif, yaitu sistem sosial dan sistem teknis (Priyanto, 2017: 165). Oleh
karena itu, E-Learning dipandang sebagai Sistem Socio-Technical (SST) karena dalam implementasinya melibatkan guru, peserta didik, dan pemangku kepentingan lain (manusia), sekolah dan lingkungan (struktur), konten pembelajaran (tasks), dan infrastruktur teknologi dan pendukungnya
(teknologi)
(Upadhyaya
&
Mallik,
2013:1).
Priyanto
(2017:165-166)
menjabarkan keempat dimensi tersebut menjadi enam dimensi relasi yaitu (1) dimensi StrukturTeknologi, (2) dimensi Struktur-Tugas, (3) dimensi Teknologi-Tugas, (4) dimensi ManusiaTeknologi, (5) dimensi Manusia-Tugas, dan (6) dimensi Manusia-Struktur. Dimensi
Manusia-Tugas,
adalah
mengembangkan
keterampilan
guru
dalam
mengembangkan konten pembelajaran digital menggunakan content management system (CMS), diversifikasi konten pembelajaran, mengembangkan evaluasi, dan pengelolaannya (Priyanto, 2017:166). Dalam pemanfaatan E-Learning ini diperlukan tidak hanya guru yang terampil memanfaatkan teknologi dan kreatif dalam pembuatan bahan ajar, akan tetapi juga diperlukan suatu rancangan agar guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan efektif. Dalam sebuah rancangan pembelajaran terdapat suatu proses untuk memandu pelaku (aktor) untuk mendesain, mengembangkan, menerapkan konten E-Learning dengan memanfaatkan infrastruktur dan aplikasi E-Learning yang tersedia. Penulis mengangkat tema Dimensi Manusia-Tugas untuk mendeskripsikan bagaimana mengembangkan keterampilan guru dalam mengembangkan konten pembelajaran e-learning, memverifikasi konten pembelajaran, dan mengembangkan evaluasi. B. Pembahasan 1. E-learning (Pengertian, Konsep, dan Model) E-Learning berasal dari dua kata yaitu “e” yang merupakan singkatan dari electronic yang berarti elektronik dan “learning” yang berarti pembelajaran. Sehingga secara harfiah ELearning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan media elektronik. E-Learning merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang difasilitasi dan didukung pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. E-Learning mempunyai ciri-ciri, antara lain (Clark & Mayer 2008: 10): 1) memiliki konten yang relevan dengan tujuan pembelajaran; 2) menggunakan metode instruksional, misalnya penyajian contoh dan latihan untuk meningkatkan pembelajaran; 3) menggunakan elemen-elemen media seperti kata-kata dan gambar-gambar untuk menyampaikan materi pembelajaran; 4) memungkinkan pembelajaran
langsung berpusat pada pengajar (synchronous e-learning) atau di desain untuk pembelajaran mandiri (asynchronous e-learning); 5) membangun pemahaman dan keterampilan yang terkait dengan tujuan pembelajaran baik secara perseorangan atau meningkatkan kinerja pembelajaran kelompok. Karakteristik E-Learning menurut Nursalam (2008: 135) antara lain : 1) menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) yang kemudian disimpan di dalan komputer, sehingga dapat untuk diakses kapan saja dan dimanapun, 2) memanfaatkan suatu jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, serta hal-hal yang berkaitan dengan suatu administrasi pendidikan dapat dilihat pada tiap-tiap komputer, 3) memanfaatkan suatu jasa teknologi elektronik, 4) memanfaatkan suatu keunggulan komputer (digital media serta juga komputer networks). 2. Pengembangan Konten Pembelajaran E-Learning Dalam penyelenggaraan pembelajaran e-learning, selain penguasaan kompetensi pedagogik dan professional, guru juga dituntut untuk menguasai teknologi komputer dan internet. Penguasaan terhadap teknologi komputer dan internet ini sangat menentukan sejauh mana pengembangan terhadap konten dalam pembelajaran e-learning. Guru harus mampu memilih metode yang tepat dan mampu menyusun bahan ajar dan mampu menyajikan lingkungan pembelajaran digital yang menarik. Winarno dan Johan Setiawan (2013) menjelaskan bahwa bahan ajar itu sendiri dapat terdiri dari text based content dan multimedia based content. Biasanya, pada text based content berupa file-file presentasi dan file-file pendukung materi atau bahan ajar, sedangkan pada multimedia based content berupa file-file lecturer’s voice atau video description dan juga animasi untuk menggambarkan simulasi materi. Para guru pengampu mata pelajaran menyediakan text based content. Setiap guru diwajibkan untuk membuat materi presentasi dalam format presentasi (misalkan .ppt, .pdf, .odp, .sxi dll) yang selanjutnya ditampilkan pada media e-learning. Referensi pendukung presentasi juga harus ditampilkan dalam format standar (misalkan .html, .pdf), sehingga peserta didik mendapatkan gambaran mata pelajaran secara komprehensif. Sedangkan untuk mendukung multimedia based content, setiap tatap muka guru dengan peserta didik, pembicaraan guru direkam dengan alat voice recorder, untuk selanjutnya dikonversi kedalam format audio digital (misalkan : .wav, .ogg). Selain itu juga perlu dipersiapkan format video digital (misalkan : .mpeg, .real) yang bersifat presentasi searah /
monolog guru mengenai mata pelajaran yang diajarkan. Format audio dan video digital tersebut selanjutnya disajikan pada media e-learning, sehingga format-format tersebut dapat didownload oleh peserta didik. 3. Verifikasi Konten Pembelajaran Dalam proses pembelajaran e-learning, materi ajar juga harus sesuai dengan indikatorindikator yang terdapat dalam kompetensi dasar. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dan disiapkan oleh guru dalam mengembangkan konten pembelajaran e-learning (Nurokhim, 2011: 15-16) : 1) Mengidentifikasi bahan pelajaran yang disajikan sebagai konten, 2) Menyusun kerangka materi pembelajaran berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, 3) Menyusun materi pembelajaran dalam berbagai format yang dapat diterjemahkan dalam berbagai jenis media file komputer seperti teks, gambar, audio, video maupun media interaktif lainnya secara menarik agar data meningkatkan minat peserta didik belajar, 4) Menyusun soal-soal latihan sebagai alat evaluasi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang diberikan sehingga guru dapat mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran berdasarkan indikator-indikator pembelajaran, 4) Membuat media diskusi dan forum sebagai proses interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, serta guru dengan guru, dan 5) Memberikan materi pengayaan dan sumber bacaan lain yang diberikan melalui link-link tertentu pada situs e-learning. 4. Evaluasi Pembelajaran E-Learning Evaluasi pembelajaran merupakan alat indikator untuk menilai pencapaian tujuantujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Evaluasi bukan hanya sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas (Rusman dkk, 2011: 42). Kegiatan evaluasi pelaksanaan pembelajaran e-learning dapat dilihat dari segi peningkatan pengetahuan dan keterampilan, lingkungan belajar, dan pengaruhnya. Evaluasi pelaksanaan e-learning merupakan proses menganalisis kualitas proses pembelajaran berbasis web (e-learning) dan sejauh mana ketercapaian dari proses e-learning tersebut untuk dapat dirasakan para peserta didik. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebagai bentuk penilaian terhadap berbagai komponen yang terdapat pada e-learning (Numiek, 2013).
C. Kesimpulan Dalam pembelajaran e-learning diperlukan guru yang terampil memanfaatkan teknologi dan kreatif dalam pembuatan bahan ajar agar guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan efektif. Bahan ajar yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran e-learning dapat terdiri dari text based content dan multimedia based content, yang dapat berupa materi presentasi dalam format presentasi dan juga format audio dan video digital agar dapat membentuk lingkungan pembelajaran digital yang menarik bagi peserta didik. Selain memanfaatkan teknologi dan kreatif dalam pembuatan bahan ajar dalam e-learning, guru juga harus mampu memilih jenis evaluasi elearning untuk menganalisis kualitas proses pembelajaran berbasis web (e-learning) dan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian dari proses e-learning tersebut untuk dapat dirasakan para peserta didik. Daftar Pustaka Clark, R.C. & Mayer, R.E. (2008). E-Learning And The Science Of Instruction: Proven Guidelines For Consumers And Designers Of Multimedia Learning, Second Edition. San Francisco: John Wiley & Sons, Inc. Hartley, Darin E. (2001). Selling e-Learning. American Society for Training and Development. Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Numiek, S.H. (2013). Keefektifan E-Learning Sebagai Media Pembelajaran (Studi Evaluasi Model Pembelajaran E-Learning Smk Telkom Sandhy Putra Purwokerto). Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 1, Februari 2013. Nurokhim, Khairi (2011). Pengembangan Konten E-Learning Sebagai Upaya Optimatilasi Pembelajaran SistemPernafasan Di SMAN 4 Semarang. (Skripsi, Universitas Negeri Semarang, 2011). Nursalam (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Priyanto (2017). E-Learning Sebagai Sistem Sosio-Teknis: Strategi Pengembangan E-Learning Di Pendidikan Vokasi Untuk Meningkatkan Penerimaan Pengguna. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Vokasional (SNPV), Februari, 165-167. Upadhyaya, K. T. & Mallik, D. (2013). Elearning as a Socio-Technical System: An Insight into Factors Influencing its Effectiveness. Business Perspectives and Research, JulyDecember, 1-12. Winarno dan Setiawan, J. (2013). Penerapan Sistem E-Learning pada Komunitas Pendidikan Sekolah Rumah (Home Schooling). ULTIMA InfoSys, Vol. IV, No. 1 | Juni 2013.