MEMBANGUN BUDAYA KEWIRAUSAHAAN MELALUI KEMITRAAN USAHA KECIL MENENGAH Uci Yuliati & Dwi Eko Waluyo
[email protected] Universitas Muhammadiyah Malang Abstrack The purpose of paper is to identify and analyses the key for success of SMEs from different countries. It becomes the basis in establishing and developing SMEs in Indonesia. Recently, the existence of SMEs is faced globalization business. SMEs’ success is determined by the internal capabilities of SME and its networking with stakeholders. Higher Education is one of the parties concerned with Small Medium Enterprises as partners in running the Tri Darma University as well as business partners in a real campus. Global environment increasingly, therefore it makes the Higher Education has been thought how to build synergy in order to strive for SMEs to have a wider network. Further expectation, SMEs can have ability to achieve their business success and the universities can be partners and together to build the entrepreneurial spirit of students. Students’ entrepreneurial culture needs to be built that is because of students are the candidate for the human resources that will have an important task for the nation forward. Students are expected not only to work in institutions or companies as job seekers, but also are motivated to be able to become entrepreneurs who will be a provider of employment (job creators or job providers). Keywords: Culture of Entrepreneurship, Partnership, Small and Medium Enterprises PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia saat masih didominasi oleh banyaknya usaha kecil dan menengah (UKM) yang beroperasi hanya di lingkungan dalam negeri. Seiring dengan itu, arus perdagangan internasional berjalan semakin deras dan banyak perusahaan multinasional yang berusaha mengembangkan bisnisnya menuju perekonomian Indonesia. Oleh karena itu sudah dapat dibayangkan betapa UKM ini dapat terombang-ambing ditengah derasnya arus bisnis internasional yang mengalir masuk ke wilayahnya. Hal penting yang perlu dilakukan adalah mengkaji secara mendalam apa saja yang menjadi keunggulan para pebisnis asing sehingga mereka mampu masuk ke Indonesia. Tujuan review hasil penelitian terhadap UKM di berbagai negara adalah untuk menemukan faktor penentu keberhasilan UKM dan
324
PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011
hambatannya yang secara khusus pada setiap negara. Hal tersebut dapat menjadi tantangan bagi UKM di Indonesia yang akan mengembangkan bisnisnya ke negara-negara lain yang memiliki lingkungan geografis dan budaya yang berbeda. Sedangkan studi literatur bertujuan untuk menemukan gambaran konseptual yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan dan melakukan upaya perbaikan internal UKM. Keduanya dapat dipadukan untuk menemukan pemikiran baru guna membantu keberlanjutan bisnis UKM di Indonesia ke depan. Perguruan tinggi sebagai tempat mahasiswa mengkaji berbagai ilmu, turut bertanggung jawab dalam membangun budaya kewirausahaan mahasiswa agar mereka dapat memiliki kemampuan dan pengalaman bisnis seiring dengan waktu mereka menyelesaikan studinya. Dengan demikian mahasiswa dapat menjadi wirausaha mahasiswa selama masih menempuh studi dan menjadi wirausaha handal setelah menyelesaikan studinya. Dengan perkataan lain mahasiswa diarahkan mulai memiliki jiwa kewirausahaan selama menjadi mahasiswa dan mempraktekkan menjadi wirausahawan atas kemampuan kewirausahaannnya di kemudian hari pada saat memasuki dunia kerja. Membangun budaya kewirausahaan pada perguruan tinggi sudah menjadi tujuan nasional pendidikan nasional di Indonesia. Oleh karena itu sudah sewajarnya setiap perguruan tinggi berupaya memiliki berbagai program terkait kewirausahaan kampus. Program yang sesuai dengan DIKTI adalah kompetisi membuat proposal PKMK (Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan) yang dapat diselenggarakan mulai dari tingkat Program Studi, Fakultas dan Universitas. Secara praktis beberapa perguruan tinggi ada yang menyelenggarakan Pasar Minggu Kampus, Klinik Bisnis Mahasiswa, praktek bisnis oleh mahasiswa program studi dengan memiliki pusat-pusat bisnis yang menjual berbagai produk buatan mahasiswa maupun pelatihan-pelatihan kewirausahaan bagi mahasiswa dan kunjungan lapang mahasiswa ke berbagai unit-unit bisnis sekitar kampus maupun luar kota. Apabila kegiatan yang bertujuan untuk membangun budaya kewirausahaan mahasiswa dapat dipilah sesuai dengan bidang garap Tri darma Perguruan Tinggi maka aka nada tiga jenis kegiatan yang barangkali berbeda bentuk atau modelnya. Pada Bidang pendidikan dan pengajaran diupayakan melalui setiap matakuliah yang diampu setiap dosen. Artinya setiap dosen diwajibkan memasukkan soft-skill jiwa kewirausahaan melalui metode dan model pembelajarannya. Sedangkan pada bidang penelitian, dapat diupayakan melalui skim penelitian payung di tingkat Program studi
325
PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011
bagi penelitian mahasiswa. Dengan perkataan lain Porgram Studi dapat membagi penelitian payung bagi para dosen pembimbing agar mengarahkan kepada mahasiswa bimbingannya melakukan penelitian tentang kewirausahaan baik pada obyek UKM maupun wirausaha-wirausaha dari berbagai suku bangsa dan berbagai daerah yang berbeda-beda di Indonesia. Menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan dan membangun budaya kewirausahaan melalui bidang pengabdian pada masyarakat dapat dilakukan dengan melibatkan mahasiswa pada pelaksanaan pengabdian masyarakat oleh dosen ataupun kelompok-kelompok mahasiswa membuat pengabdian pada masyarakat untuk membangun jejaring yang lebih riil, jelas dan konsisten. Usaha kecil dan menengah atau UKM merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan mitra bagi perguruan tinggi yang akan mengembangkan budaya kewirausahaan. Hal ini tentu harus dipikirkan secara lebih serius mengingat keberadaan UKM di Indonesia memiliki konstribusi yang tidak kalah penting dengan perusahaan-perusahaan besar. Apabila dilihat dari jumlah perusahaan kecil dan menengah yang jumlahnya lebih banyak daripada perusahaan besar namun belum banyak yang memiliki kemampuan melakukan bisnis global. Secara kuantitatif jumlah pelaku usaha di Indonesia pada tahun 2001 mencapai 40.197.611. Dari jumlah tersebut sebanyak 99,86% (40.147.773) diantaranya adalah usaha kecil dan sebanyak 0,14 % (57.743) adalah usaha menengah, jadi sisanya 0,005% (2.095) adalah usaha besar (BPS,2001). Oleh karena itu peranan perguruan tinggi dalam membangun budaya kewirausahaan menjadi semakin penting untuk bermitra dengan usaha kecil dan menengah. Tantangan Global UKM Bagi usaha kecil dan menengah, melakukan bisnis di arena internasional atau singkatnya bisnis global dapat menjadi suatu beban yang berat atau menjadi tantangan yang mendorong meningkatkan jiwa kewirausahaannya. Bagi perusahaan kecil yang sudah terbiasa dengan modal kecil, pemasaran terbatas, teknologi rendah dan skill sumberdaya manusianya rendah maka bisnis global dapat menjadi suatu beban yang mengerikan sehingga tidak akan pernah terpikirkan untuk memulainya. Namun bagi perusahaan kecil yang memiliki sumberdaya manusia handal dengan pendidikan dan wawasan yang luas maka bisnis global akan menjadi tantangan yang menggiurkan untuk ditembus. Apalagi jika pemilik usaha kecil dan menengah sungguh-sungguh memiliki jiwa kewirausahaan handal.
326
PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011
Menurut Zimmerer yang diterjemahkan oleh Tarmidzi menyatakan bahwa wirausahawan yang terjun ke dalam bisnis global dapat memperoleh manfaat sebagai berikut (2005:540): 1. Mengimbangi penurunan penjualan dalam bisnis domestik.. 2. Meningkatkan penjualan dan laba. 3. Memperpajang daur hidup produknya. 4. Mengurangi biaya pabrikan. 5. Memperbaiki posisi bersaing dan meningkatkan reputasi. 6. Meningkatkan kualitas. 7. Lebih berorientasi pada pelanggan. Dengan demikian bagi usaha kecil dan menengah yang memiliki kemampuan akan memasuki bisnis global akan berupaya meraih manfaat tersebut. Secara internal mereka harus melakukan perbaikan dan perubahan manajemen menuju yang lebih professional. Artinya usaha kecil dan menengah yang akan go international harus memiliki kemampuan manajerial yang lebih handal daripada jika hanya berorientasi bisnis domestik. Hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan manajemen internasional usaha kecil dan menengah harus dapat disejajarkan dengan perusahaan multinasional. Salah satu upaya usaha kecil agar dapat memasuki bisnis global adalah dengan cara meluncurkan situs World Wide Web (misalnya: www.usaha kecil.com). Melalui situs Web tersebut dapat diperkenalkan keberadaan usaha kecil seperti tentang lokasinya, produk, pemasaran, produksi, sumberdaya manusia, jejaring dan lain sebagainya. Dengan demikian kepak sayap bisnis global usaha kecil dapat dikenal ke seluruh pelanggan di seluruh bagian besar dunia sepanjang hari (siang malam) tanpa batas waktu. Wirausahawan yang memiliki kemampuan melakukan peluncuran situs Wed bagi usaha kecil dan menengah sudah barang tentu dapat diupayakan oleh perguruan tinggi. Artinya perguruan tinggi dapat mengarahkan dan menjadikan mahasiswa memiliki kemampuan dan keahlian komputer sebagai suatu keunggulan dalam pengembangan budaya kewirausahaan mahasiswanya. Untuk melakukan bisnis global di Web, menurut zimmerer ada tiga langkah pendekatan evolusioner yaitu : 1. Menyambung ke e-mail. Kemanfaatan e-mail adalah untuk membangun korespondensi dengan para pelanggan dari berbagai Negara. Wirausahawan dapat melakukan komunikasi melalui e-mail kapan saja dimana saja dengan biayanya lebih murah daripada tilpun internasional.
327
PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011
2.
Menggunakan Web untuk melakukan penelitian pasar internasional. Wirausahawan dapat memantau penjualan produknya dan melakukan penelitian karakteristik pelanggan dari berbagai Negara. 3. Membuat situs Web global. Wirausahawan dapat menggunakan internet sebagai sarana untuk melakukan transaksi tidak hanya penawaran produk dan jasa saja namun pelayanan pesanan produk dan jasa secara tepat waktu (real time). Dapat dikatakan bahwa internet merupakan sarana tercepat dan termudah bagi wirausahawan untuk melakukan globalisasi usahanya. Secara terperinci zimmerer juga memberikan delapan strategi globalisasi bagi usaha kecil dan menengah sebagai berikut (2005,542): 1. Membuat situs Web. 2. Menetapkan lokasi internasional. 3. Melakukan ekspor. 4. Countertrading dan barter. 5. Waralaba internasional. 6. Pemberian lisensi kepada Negara asing. 7. Menciptakan usaha patungan. 8. Tergantung pada perantara perdagangan. Strategi globalisasi tersebut secara nyata belum dapat dilakukan oleh para wirausahawan atau pemilik usaha kecil dan menengah di Indonesia secara optimal mengingat pendidikan para pemilik usaha kecil dan menengah yang masih rendah, (Yuliati, 2010). Demikian juga menurut hasil penelitian yang dilakukan Perry tentang factor-faktor keberhasilan usaha kecil dan menengah di Negara-negara Asia, bahwa usaha kecil dan menengah dapat bertumbuh bukan semata-mata tingkat pendidikan pemilik yang masih rendah namun juga faktor keluarga dan budaya lokal. Hal ini akan lebih memacu perguruan tinggi untuk memotivasi mahasiswanya memiliki budaya kewirausahaan. Budaya Kewirausahaan dan UKM pada Berbagai Negara Pengertian budaya kewirausahaan diperoleh dari pengertian budaya dan kewirausahaan. Menurut Hodgetts budaya adalah ilmu pengetahuan yang dikehendaki manusia untuk menginterprestasikan pengalaman dan menggeneralisasikan perilaku social. Pengetahuan tersebut membentuk nilai-nilai, sikap dan mempengaruhi perilaku, (1994:59). Sedangkan kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana para wirausahawan memulai usaha, mengelola dan memajukan serta upayanya dalam mencapai keberhasilan. Dengan demikian budaya kewirausahaan
328
PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011
dapat dipahami sebagai nilai-nilai, sikap dan perilaku yang mengarah pada upaya memulai usaha, mengelola memajukan dan mencapai keberhasilan usaha. Penelitian tentang “Factor Contributing To Growth Of Small Manufacturing Firms:Data From Australia” merupakan salah satu kajian yang mendukung tulisan ini, utamanya tentang usaha kecil dan menengah dari berbagai negara. Ternyata di negara tetangga Australia sektor bisnis kecil juga merupakan kontributor bagi kinerja perekonomian secara keseluruhan, 97 % bisnis sektor swasta. Faktor keberhasilan dan kegagalan bisnis kecil pada berbagai negara berbeda tergantung pada letak geografis maupun warna budaya setiap negara. Aspek yang menentukan keberhasilan bisnis kecil pada berbagai negara menunjukkan bahwa setiap negara berbeda aspek dan budayanya sehingga kemanfaatannya bagi perencana ekonomi nasional (setiap negara) dan kewirausahaan individual juga bervariasi. Penelitian tersebut membahas bahwa variabel yang menentukan pertumbuhan bisnis kecil adalah kekhususan perusahaan dan industrinya. Penelitian pada 144 perusahaan ritel dan wholesale oleh Ibrahim dan Goodwin (1986) di wilayah metropolitan Canada dan Amerika menunjukkan bahwa atribut personality manajer pemilik berpengaruh terhadap keberhasilan usaha kecil dan menengah. Demikian juga penelitian pada 54 wirausahawan Jamaica yang bergerak pada bidang manufakturing dan jasajasa menunjukkan hal yang mirip, bahwa personality manajer berpengaruh terhadap keberhasilan usahanya. Selain itu kompentensi manajemen para pemilik yang bervariasi juga mempengaruhi keberhaslan usahanya. Hasil survey oleh Davidson (1991) terhadap 432 perusahaan kecil manufaktur di Swedia menunjukkan bahwa pengalaman kewirausahaan dan manajerial para manajer pemilik serta letak geografis dan keanggotaannya dalam kelompok-kelompok khusus (seperti himpunan manajer di Indonesia) secara positif menyumbangkan kontribusi pada pertumbuhan usaha kecil dan menengah. Seperti penelitian yang dilakukan Tan dan Tay (1994) terhadap 161 perusahaan kecil manufaktur dankomersial di Singapura, menunjukkan bahwa dukungan financial pemerintah, pengalaman terdahulu wirausahawan, kualitas produk dan jasa, pelayanan terhadap konsumen secara signifikan menjadi faktor penentu keberhasilan bisnis kecil. Pada kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa usia perusahaan secara negative berhubungan dengan pertumbuhannya. Penemuannya menunjukkan bahwa perusahaan yang sudah lama (baca:berusia tua sudah sudah lama beroperasi) mengalami pertumbuhan yang tidak secepat
329
PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011
perusahaan yang masih baru (baca: berusia muda atau belum lama beroperasi). Penelitian lain yang dilakukan di Kobe, Jepang (dalam Wijewardena dan cooray, 1995) terhadap 55 perusahaan kecil manufaktur mengungkapkan bahwa perusahaan dengan tenaga kerja terampil dapat mencapai kinerja lebih baik, dimana kinerja diukur dengan pertumbuhan penjualan. Bahkan pertumbuhan penjualan pada usaha kecil tersebut sangat melambung tinggi. Penelitian lain oleh Yusuf (1995) di Negara-negara pulau selatan Pasifik terhadap 220 perusahaan kecil yang beroperasi berbagai jenis bisnis menunjukkan bahwa manajemen yang baik, akses keuangan, kualitas pribadi wirausahawan dan kepuasan terhadap dukungan pemerintah merupakan faktor keberhasilan usahanya. Kajian terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha kecil dan menengah dapat menjadi pelajaran penting bagi upaya perguruan tinggi dalam membentuk model kemitraan dengan berbagai usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia. Secara khusus dalam membangun budaya kewirausahaan mahasiswa, perguruan tinggi perlu menerjunkan langsung mahasisnya dalam kegiatan operasional usaha kecil dan menengah. Perguruan tinggi penting membuat program magang mahasiswa ke berbagai UKM secara periodik atau terintegrasi dengan kuliah kerja nyata yang wajib diikuti seluruh mahasiswa. Aspek penting adalah membentuk sikap dan perilaku mahasiswa melalui praktek magang kewirausahaan pada UKM. Pelajaran penting yang diperoleh antara lain adalah bahwa untuk mencapai keberhasilan usaha kecil dan menengah ternyata para manajer pemilik dan tenaga kerjanya sebagai sumberdaya manusia harus memiliki ketrampilan dan keahlian. Agar usaha kecil dan menengah mampu bersaing di arena globalpun ternyata para manajer pemilik harus mempunyai keunggulan manajeria yang professional dan handal. Seperti yang diungkapkan oleh Porter dalam Hodgetts, bahwa perusahaan yang dapat melakukan bisnis internasional sangat ditentukan oleh empat factor penentu yang digambarkan sebagai Porter Diamond. Keempat faktor penentu tersebut adalah: 1) Faktor Conditions yang meliputi kepemilikan tanah tempat usaha, tenaga kerja dan modal usaha. 2) Demand Conditions yang meliputi kekuatan permintaan lokal akan barang dan jasa serta selera para konsumen. 3) Relating and supporting industries. Kehadiran industry lain yang mendukung dan memiliki keterkaitan baik sebagai penyedia bahan baku maupun distribusi barang dan jasa yang dihasikan.
330
PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011
4)
Firm’s strategy, culture and rivalry. Strategi dan budaya perusahaan serta para pesaing harus diperhatikan supaya dapat menjadi keunggulan bagi usahanya di wilayah yang berbeda. Sedangkan Rugman Verbeke menyatakan bahwa keunggulan bersaing perusahaan di arena internasional karena adanya Firm’s Specific Advantage (keunggulan khusus perusahaan) dan Country Spesific Advantage (keunggulan khusus Negara). Keunggulan khusus perusahaan dapat berupa kepakaran teknologi, tenaga penjualan yang handal, proses produksi yang efisien, saluran distribusi ekslusif dan kesetiaan pelanggan. Keunggulan khusus Negara dapat kategorikan sebagai variabel ekonomi dan non ekonomi. Variabel ekonomi ekonomi meliputi tenaga kerja manusia yang berlimpah dan murah, ketersediaan modal, sumberdaya alam yang berlimpah. Variabel non ekonomi meliputi norma-norma dan kepercayaan yang dianut masyarakat, kemauan bekerja keras dan dukungan pemerintah. Desain Budaya Kewirausahaan Perguruan Tinggi Membangun budaya kewirausahaan perguruan tinggi identik dengan membuat perencanaan program kerja secara integratif dengan melibatkan berbagai pihak dari internal perguruan tinggi dan para stakeholder ( Alumni, para pengusaha atau wirausahawan dan pemerintah) sebagai pihak eksternal. Perencanaan program dilakukan bertahap sesuai dengan target setiap perguruan tinggi, bisa satu, dua atau tiga tahun. Tujuan umum membangun budaya kewirausahaan perguruan tinggi adalah membentuk jiwa atau mental, sikap dan perilaku mahasiswa dalam berwirausaha baik selama menjadi mahasiswa maupun setelah lulus dan memasuki dunia kerja. Namun demikian adanya kepentingan dengan program kreativitas mahasiswa maka tujuan khusus membangun budaya kewirausahaan perguruan tinggi adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan praktek bisnis secara riil. Untuk itu kegiatan dapat diperinci sebagai berikut: 1. Memetakan kegiatan wirausaha yang dilakukan mahasiswa menurut jenis usaha, skala usaha, asal daerah dan sebagainya. Informasi ini akan menjadi database wirausaha mahasiswa. 2. Memetakan kegiatan usaha mandiri alumni. Kegiatan usaha mandiri alumni dapat dijadikan informasi untuk membangun jejaring bisnis bagi mahasiswa yang akan memulai membangun usaha (memotivasi jiwa kewirausahaannya). 3. Memetakan usaha kecil dan menengah (lingkar kampus) yang bersedia menjadi mitra kerja untuk membangun kemitraan. Upaya ini
331
PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011
bermanfaat untuk memproleh informasi tempat magang mahasiswa guna mengaplikasikan kewirausahaannya. 4. Melakukan Focus Group Discussion untuk memetakan permasalahan yang dihadapi usaha kecil dan menengah sebagai mitra. Kegiatan ini bermanfaat sebagai ajang komunikasi antara pihak perguruan tinggi (civitas akademika) dalam melakukan verifikasi kepakaran keilmuannya dengan dunia bisnis cecara riil. 5. Melakukan konsultasi bisnis bagi bisnis mahasiswa yang masih aktif, bisnis alumni, dan bisnis yang dilakaukan wirausahawan UKM. Kegiatan ini bermanfaat bagi pengembangan praktek bisnis mahasiswa dan penguatan jiwa kewirausahaan mahasiswa. Secara keseluruhan tahapan kegiatan guna membangun kewirausahaan perguruan tinggi dapat digambarkan dalam alur pemikiran sebagai gambar 1 berikut. Target luaran membangun budaya kewirausahaan adalah terealisasinya inkubator bisnis pada setiap perguruan tinggi. Inkubator bisnis merupakan wadah bagi kelompok-kelompok bisnis bahasiswa dan tempat praktek mahsiswa sebagai mahasiswa wirausaha. Dalam incubator bisnis ini, para mahasiswa wirausaha dapat melakukan komunikasi tentang bisnis yang mereka jalankan. Oleh karena itu mereka dapat saling bertukan informasi tentang permasalah yang dihadapi dan cara-cara pemecahannya sehingga mereka memiliki sense of business yang semakin tinggi. Dengan demikian mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan mengelola bisnisnya sehingga dapat memberikan konsultasi bisnis bagi usaha kecil dan menengah sebagai mitra perguruan tinggi. Selain itu mahasiswa dapat memperoleh pengalaman menjalankan bisnis dari para pengusaha usaha kecil dan menengah secara riil. Pengembangan budaya kewirausahaan dapat mewujudkan adanya saling memberi dan menerima atau take and give antara perguruan tinggi (civitas akademika) dan wirausahawan pada usaha kecil dan menengah sebagai mitra.Dengan demikian mahasiswa akan memiliki nilai lebih (added value) sebagai keunggulannya untuk meraih kesuksesan di kemudian hari. Berbagai faktor keberhasilan usaha yang dijalankan berbagai usaha kecil dan menengah menunjukkan bahwa factor manusia merupakan faktor penentu yang utama. Untuk itu perguruan tinggi yang berhasil membangun budaya kewirausahaan dapat membantu upaya pemerintah dalam menciptakan peluang kerja yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan perekonomian secara keseluruhan.
332
PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011
Gambar 1 Tahapan Membangun Budaya Kewirausahan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Usaha kecil dan menengah sebagai unit bisnis memiliki peran yang berarti bagi perekonomian setiap negara. Setiap Negara memiliki usaha kecil dan menengah yang dipengaruhi oleh factor dalam negerinya. Oleh karena itu perguruan tinggi sebagai pihak yang berkiprah dalam pendidikan tinggi dituntut untuk berperan aktif dalam menciptakan budaya kewirausahaan
333
PROSIDING dalam rangkaian SEMINAR INTERNASIONAL DAN CALL FOR PAPERS “TOWARDS EXCELLENT SMALL BUSINESS” Yogyakarta, 27 April 2011
melalui kemitraan dengan usaha kecil dan menengah dalam bentuk kegiatan magang, konsultasi bisnis dan pendampingan usaha. DAFTAR PUSTAKA Hodgetts, Richard M. International Management, 2nd ed., McGraw-Hill, 1994. Luthan, Fred, International Management: structure, strategy and behavior, 6nd ed., McGraw-Hill, 2006. Perry, Geoff, Business Success Factors on Small Medium enterprises in Asian Countries, 2002. Yuliati, Uci, Karakteristik Manajemen Sumberdaya Manusia Pada UKM Makanan di Kabupaten Malang, 2010. Widodo, Agus, penyunting, Prosiding Seminar: Peningkatan Daya Saing UKM Melalui Pendekatan Klaster Industri, BPPT, 2002. Zimmerer, Thomas, Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil/Thomas W. Zimmerer, Norman M.Scarborough:alih bahasa Edianan T.Sofia; penyunting bahasa, Hartuti Widiastuti, edisi 4. Jakarta; Indeks, 2005.
334