MEDAN MAKNA VERBA BERJALAN BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG Mia Karmila, Paternus Hanye, Firman Susilo Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, PBS FKIP Untan e-mail:
[email protected] Abstract: The general problem in this research is walking verb meaning field in Ngabang dialect of Malayan language, and the specific problems are meaning component, meaning kind, and meaning function. The method in this research is descriptive method. The data in this research are words that contains walking verb meaning field in Ngabang dialect of Malayan language spoken by Melayu society in Ngabang district. The source of data is Ngabang dialect of Malayan language spoken by the informants. The techniques in data collecting are listening speaking and inducement technique. The tools of data collecting are questions list guide, pictures, visual aid, and recording tape. Based on the data analysis, it shows that walking verb meaning field in Ngabang dialect of Malayan language has meaning component, meaning kind, and meaning function. Keywords: meaning field, verb, walking Abstrak: Masalah umum penelitian ini adalah medan makna verba berjalan dalam Bahasa Melayu Dialek Ngabang, masalah khususnya adalah komponen makna, jenis makna dan fungsi makna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah kata-kata yang mengandung medan makna verba berjalan bahasa Melayu dialek Ngabang yang digunakan oleh masyarakat Melayu Kecamatan Ngabang. Sumber data dalam penelitian ini adalah Bahasa Melayu Dialek Ngabang yang dituturkan oleh informan. Teknik pengumpulan data adalah teknik simak dan cakap serta teknik pemancingan. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu pedoman daftar pertamnyaan, gambar dan alat peraga serta alat perekam. Berdasarkan hasil analisis data yang ada, hasil penelitian menunjukkan bahwa medan makna verba berjalan Bahasa Melayu Dialek Ngabang memiliki komponen makna, jenis makna dan fungsi makna. Kata kunci: Medan Makna, Verba, Berjalan
B
ahasa digunakan sebagai alat komunikasi antarmanusia. Melalui bahasalah kita dapat saling berinteraksi baik secara lisan dan tulisan. Selain itu, bahasa juga sebagai cerminan budaya masyarakat. Bahasa juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, manusia dapat
1
mengungkapkan perasaan, gagasan, dan pendapatnya sehingga terjadi komunikasi antara yang satu dengan yang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Di negara Indonesia selain bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, terdapat juga bahasa daerah yang mempunyai banyak variasinya. Bahasa Melayu dialek Ngabang (selanjutnya disingkat BMDN) merupakan salah satu daerah yang ada di wilayah Kalimantan Barat (selanjutnya disingkat Kalbar) khususnya di Kabupaten Landak Kecamatan Ngabang. BMDN adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di daerah Ngabang untuk berkomunikasi. Terdapat banyak suku yang mendiami daerah Ngabang. Mengingat banyaknya suku yang ada, bahasa Melayu kurang digunakan. Masyarakat cenderung menggunakan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada BMDN kerena penulis ingin mendokumentasikan BMDN khususnya mengenai medan makna. Adapun alasan peneliti memilih medan makna verba berjalan pada masyarakat Melayu Ngabang karena pertama, dilihat dari sisi pembentukan kata BMDN berbeda dengan bahasa Indonesia dan unik contohnya dalam bahasa Indonesia kata merangkak mendapat imbuhan me- berbeda halnya dengan meago tidak mendapat imbuhan, tidak hanya itu kata diela juga tidak mendapat imbuhan me- seperti bahasa Indonesia menyeret. Kata mengarungi yang mendapat imbuhan me- berbeda halnya dengan bkoyok yang tidak mendapat imbuhan. Kedua, penulis ingin menjelaskan bahwa verba berjalan dalam BMDN sangat produktif untuk diteliti, artinya banyak kata-kata yang dapat kita teliti sehingga peneliti merasa tertarik untuk menelitinya. Ketiga, penelitian ini sepengetahuan saya masih kurang diteliti khususnya di FKIP Untan. Kridalaksana (2008:151) berpendapat, medan makna adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian bidang kehidupan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Umpamanya, nama-nama warna membentuk medan makna tertentu. Begitu juga dengan nama perabot rumah tangga, istilah pelayaran, olahraga dan kekerabatan. Teori medan makna, yang didasarkan pada pendekatan struktur, menekankan kajian makna dari segi hubungan makna atau sense relation antara kata atau kelompok kata. Hubungan makna tersebut dicerminkan dalam hubungan antara kata dan kelompok kata melalui dua cara, yaitu paradigmatik, dan sintagmatik (Prawisumantri, 1998:80). Kridalaksana (2008:129) berpendapat, komponen makna adalah satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau ujaran, misalnya unsur (+insan), (+menggunakan kaki), (+dewasa) dan sebagainya Analisis komponen makna kata dapat membawa beberapa manfaat untuk analisis semantis, baik semantik kalimat maupun semantik ujaran. Parera (2004:161) menggambarkan manfaat analisis komponen seperti berikut. a. Analisis komponen semantik makna kata dapat memberi jawaban mengapa kalimat benar, mengapa beberapa kalimat lain tidak benar, dan mengapa beberapa kalimat bersifat anomali. Kita dapat mengatakan bahwa kalimat-kalimat itu analitis, kontradiktoris, dan anomali karena
2
komponen-komponen makna kata dalam kalimat itu berkecocokan, bertentangan, dan tidak berhubungan. b. Dengan analisis komponen atau komposisi makna kata, kita meramal hubungan antara makna. Hubungan antara makna dibedakan secara umum atas lima tipe, yakni kesinoniman, keantoniman, keberbalikan dan kehiponiman. Menurut Prawirasumantri (1998:117), berdasarkan jenis semantiknya makna dibedakan menjadi dua yaitu makna leksikal, dan kontektual. Makna leksikal terdiri dari makna konseptual dan makna asosiatif. Makna kontekstual terdiri dari makna gramatikal dan makna tematikal. Dalam penelitian ini, peneliti hanya membahas mengenai makna leksikal yang terdiri atas makna afektif dan makna kolokatif. Makna kontekstual terdiri atas makna gramatikal dan makna tematikal. Menurut Prawirasumantri (1998:118) makna leksikal disebut juga lexical meaning, semantic meaning, dan external meaning adalah makna yang terdapat pada kata yang berdiri sendiri (terpisah dari kata yang lain), baik dalam bentuk dasar maupun dalam bentuk kompleks atau turunan, dan makna yang relatif tetap seperti apa yang dapat kita lihat di dalam kamus. makna leksikal berarti makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa dan lainnya, makna leksikal dimiliki unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya. Makna leksikal terdiri atas makna konseptual yang meliputi makna generik dan spesifik, makna asosiatif yang meliputi makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif dan makna idiomatik. Makna konteksual terdiri atas makna gramatikal dan tematikal. Makna gramatikal adalah makna gramatikal (gramatikal meaning, functional meaning, structural meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam suatu kalimat, misalnya kata mata mengandung makna leksikal berupa alat atau indera yang terdapat pada tubuh berfungsi untuk melihat. Akan tetapi setelah kata mata digabungkan dengan kata lain yang biasanya dikatakan ungkapan, misalnya mata pisau, mata keranjang, mata air. Makna tematikal adalah makna yang dikomunikasikan oleh pembicara atau penulis, baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan (Prawirasumantri, 1998: 138). Kridalaksana (2008:68) mengatakan, fungsi semantik adalah peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain khususnya dibidang makna.berhubungan dengan fungsi dan makna, dalam menentukan fungsi menjadi lebih sulit sebab fungsi dan makna terjalin erat tidak dapat dipisahkan. Fungsi semantis dibagi menjadi empat bagian yaitu suatu proses, suatu keadaan, perbuatan, dan pengalaman. Contoh kata berjalan yang memiliki fungsi semantik yaitu: (a) Menyatakan perbuatan yaitu tlegoklegok, bkoyok. (b) Menyatakan keadaan yaitu bgagap, bjehot. (c)Menyatakan proses yaitu sntga. Kridalaksana (2008:254) berpendapat verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat. Dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala, aspek, persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur semantis perbuatan, keadaan atau proses. 3
Kelas ini dalam bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali dengan kata seperti sangat, lebih, dan sebagainya. Secara umum verba dapat diidentifikasikan dan dibendakan dari kelas kata yang lain, terutama dari adjektiva karena ciri-ciri berikut. (a) Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga memiliki fungsi lain. (b) Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. (c) Verba yang khususnya bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti ‘paling’. (d) Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan. Contoh: sangat pergi. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri tersebut sesuai dengan verba berjalan yang diuraikan sebagai berikut. (a) Verba berjalan berfungsi sebagai predikat. (b) Verba berjalan mempunyai makna inheren perbuatan. Verba perbuatan menyatakan adanya suatu tindakan. (c) Verba berjalan tidak bisa diberi prefiks ter-, misalnya terjalan. (d) Verba berjalan tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan, misalnya sangat berjalan. METODE Metode adalah cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkahlangkah sistematik untuk memecahkan rangkaian sebab akibat. Menurut Moleong (2007:11) deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hal ini bertujuan untuk mengungkapkan, menggambarkan dan menguraikan berupa bunyi-bunyi, kata-kata, kalimat, gambar, sehingga menghasilkan makna yang memberikan gambaran yang sesuai dengan fakta yang terjadi atau sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan. Adapun bentuk penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (2007:6), “penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”. Data dalam penelitian ini adalah medan makna verba berjalan BMDN yang dikaji adalah medan makna berdasarkan komponen makna, jenis makna dan fungsi semantisnya. Sumber data merupakan sentral/pusat untuk memperoleh data penelitian. Adapun sumber data penelitian ini yaitu dari informan yang memberikan informasinya tentang pemakaian medan makna verba berjalan BMDN serta adanya penutur yang menuturkan informasi tersebut tentang medan makna verba berjalan BMDN. Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data yaitu dengan teknik simak dan cakap (Mahsun, 2005:90). Teknik simak dilakukan mendengarkan apa yang dikatakan oleh penutur khususnya mengenai medan makna verba berjalan BMDN. Teknik cakap dilakukan dengan cara berwawancara dengan informan, melakukan pemancingan dengan cara
4
menampilkan gambar atau peragaan yang berhubungan dengan penggunaan medan makna verba berjalan BMDN. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci, dalam hal ini merupakan ciri dari penelitian kualitatif. Dibantu oleh peralatan seperti pedoman daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis yang dijadikan bahan tanya-jawab pada saat berwawancara dengan penutur yang bersangkutan. Alat lain yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu gambar dan alat peraga serta alat perekam yang digunakan untuk merekam pengucapan yang disampaikan informan. Adapun teknik analisis pada medan makna verba berjalan BMDN yaitu mengidentifikasi dan mengklarifikasi data, menganalisis data sesuai dengan masalah, serta menarik kesimpulan akhir sesuai dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis komponen terhadap leksem verba berjalan ini digunakan metabahasa yang terungkap dalam pemberian makna terhadap suatu leksem, yaitu sebagai berikut. (1) Dari sudut pandang usia ditemukan komponen makna, anak kecil, dewasa, dan tua. (2) Dari sudut pandang kondisi badan ditemukan komponen makna sehat, cacat, dan sakit. (3) Dari sudut pandang posisi badan ditemukan komponen makna tengkurap, bertumpu dengan kaki dan tangan, duduk, jongkok dan berdiri. (4) Dari sudut pandang cara berjalan ditemukan komponen makna maju dan mundur. (5) Dari sudut pandang tanpa alat (anggota tubuh) ditemukan komponen makna dengan tangan dan dengan kaki yang beralas dan tidak beralas. (6) Dari sudut pandang dengan alat ditemukan komponen makna sepeda, motor, mobil, perahu, jembatan, dan sepeda. (7) Dari sudut pandang jarak ditemukan komponen makna jauh dan dekat. (8) Dari sudut pandang tempo ditemukan komponen makna cepat-cepat, lambat, dan sedang. (9) Dari sudut pandang waktu ditemukan komponen makna pagi hari, siang hari, dan malam hari. (10) Dari sudut pandang keadaan ditemukan komponen makna marah, cemas, senang, santai, kelelahan, dan ketakutan. (11) Dari sudut pandang tujuan ditemukan komponen makna bekerja, mencuri, besenang-senang, tidak ada tujuan, dan bergaya. Berdasarkan paparan di atas ditemukan verba mengambil dalam BMDN terbagi menjadi dua yaitu berjalan dengan alat dan berjalan tanpa alat yang terjadi di darat dan di laut. Berikut leksem-leksem verba berjalan dalam BMDN yang tanpa menggunakan alat di darat yaitu ulo, mago, ensot, sntga, bsusoi, bjeke, mloncat, tgga-gga, uyo amba, bjehot, bpeta glamat, bgagap, bjoko, pekah, tlego-lego, udup-udup, diela, ba, nda bti, baso, lga-lgo, tlompat-lompat, bolak-balik, blaga-laga, nait. Berjalan tanpa menggunakan alat di laut yaitu niti, lam, bkoyok. Berjalan menggunakan alat di darat yaitu blee, bmoto, boto. Berjalan menggunakan alat di laut yaitu bpau. Pembahasan 1. Berjalan dengan Alat 5
a. Di darat dan di laut Leksem blee ‘bersepeda’, bmoto ‘bermotor’, boto ‘bermobil’ bpau ‘berperahu’. 2. Berjalan tanpa Alat a. Di darat dan di laut Leksem ulo ‘merayap’, mago ‘merangkak’, ensot ‘mengesot’, sntga ‘‘bertatih-tatih’, bsusoi ‘berpegang pada benda’, bjeke ‘berjinjit’, mloncat ‘melangkahi’, tgga-gga ‘berjalan gemetaran’, uyo amba ‘sempoyongan’, bjehot ‘berjalan pincang’, bpeta glamat ‘bergelap-gelapan’, bgagap ‘meraba-raba’, bjoko ‘berjongkok’, pekah ‘berjalan menyilang’, tlego-lego ‘berlenggak-lenggok’, udupudup ‘mengendap-endap’, diela ‘menyeret’, ba ‘menyeberang’, nda bti ‘berjalan-jalan’, baso ‘berjalan dengan anjing’, lga-lgo ‘menghentam’, tlompat-lompat ‘melompat-lompat’, bolak-balik ‘mondarmandir’, blaga-laga ‘berjalan cepat-cepat’, nait ‘memanjat dan mendaki’, niti ‘meniti’, lam ‘menyelam’, bkoyok ‘mengarungi’. Berikut paparan berdasarkan tabel. Berdasarkan pemakaian alat di darat dan di laut Tabel 1 Dengan Alat (di darat dan di laut) Dengan Alat Sepeda Motor Mobil Perahu blee
bmoto
boto
bpau
Berdasarkan anggota tubuh manusia (tanpa alat) di darat dan di laut Tabel 2 Tanpa Alat (di darat dan di laut) Tanpa Alat Dengan Kaki Dengan Tangan Dengan Alas Tanpa Alas ulo mloncat ulo mago tgga-gga mago ensot uyo amba ensot bsusoi bjehot sntga bpeta glamat bsusoi bgagap bjeke bjoko tggapekah gga uyo amba Lanjutan Tabel 2 Tanpa Alat Dengan Kaki Dengan Tangan Dengan Alas Tanpa Alas tlego-lego bjehot 6
udup-udup diela ba nda bti baso bolak-balik blaga-laga nait
bpeta glamat bgagap bjoko pekah tlego-lego udup-udup diela ba nda bti baso bolak-balik blaga-laga nait tlompat-lompat lam bkoyok
Berdasarkan medan dan komponen makna yang dibahas telah ditemukan leksem-leksem verba berjalan dalam BMDN. Leksem-leksem tersebut juga dianalisis berdasarkan jenis makna yaitu makna leksikal, makna efektif, makna kolokatif, makna gramatikal dan makna tematikal. Adapun uraiannya sebagai berikut. Makna Leksikal 1. Nyulor [ulo] merayap (bergerak maju dng tangan dan kaki serta badan bertumpu ke tanah). 2. Meranggong [mago] merangkak (meniarap bertumpu dengan tangan dan lutut). 3. Ngesot [ensot] mengesot (bergerak maju atau bergerak ke samping dengan pantat; mengisut). 4. Sentegak [sntga] bertatih-tatih (berjalan selangkah demi selangkah dan agak terhuyung-huyung seperti anak kecil yang mulai dapat berjalan). 5. Besusoi [bsusoi] berjalan berpegangan pada benda (tangannya memegang sesuatu). 6. Bejengkek [bjeke] berjinjit (berjalan dengan mengangkat tumit dan hanya ujung jari kaki yang berjejak). 7. Meloncat [mloncat] melangkahi (melewati; melalui). 8. Tegegar-gegar [tgga-gga] berjalan gemetaran (berjalan dengan bergerak-gerak anggota badannya karena ketakutan). 9. Nguyong ngambang [uyo amba] sempoyongan (terhuyung-huyung hendak jatuh).
7
10. Bejehot [bjehot] berjalan pincang (berjalan tidak seimbang). 11. Bepetang gelamat [bpta glamat] bergelap-gelapan (berada ditempat yang gelap). 12. Begagap [bgagap] berjalan meraba-raba (menyentuh-nyentuh karena hendak merasai atau mencari sesuatu). 13. Bejongkok [bjokok] berjongkok (berjalan dengan bercangkung; duduk berlipat lutut, pantat tidak menjejak tanah). 14. Pekah [pekah] berjalan menyilang (berjalan dengan kaki yang bersilang). 15. Telenggok-lenggok [tlego-lego] berlenggak-lenggok (bergerak meliuk-liuk ke kiri ke kanan). 16. Nyudup-nyudup [udup-udup] mengendap-endap (membungkuk-bungkuk agar tidak kelihatan; sembunyi-sembunyi). 17. Diela [diela] menyeret (menghela maju). 18. Bekoyok [bkoyok] mengarungi (berjalan menyeberangi air, sungai, lalang dsb). 19. Nyebrang [ba] menyeberang (berjalan dsb ke seberang sana). 20. Ndak bereti [nda beti ] berjalan-jalan (bersenang-senang dengan berjalan kaki). 21. Berasok [baso] berjalan dengan anjing (melangkahkan kaki bergerak maju dengan membawa hewan peliharaan, seperti anjing). 22. Legar-legor [lga-lego] menghentam (menghentakkan kaki). 23. Telompat-lompat [tlompat-lompat] melompat-lompat (melompat berulang kali). 24. Bolak-balik [bolak-balik] mondar-mandir (hilir mudik; kian kemari; berjalan ke sana-sini). 25. Belagar-lagar [ blaga-laga ] berjalan cepat-cepat (lekas-lekas; gopohgopoh; terburu-buru). 26. Niti [niti] meniti (berjalan di titian). 27. Nait [nait] memanjat dan mendaki (naik di; mendaki; memanjat). 28. Nyelam [lam] menyelam (masuk ke dalam air). 29. Beperau [bpau] berperahu (naik perahu). 30. Belereng [blee] bersepeda (mengendarai sepeda). 31. Bemotor [bmoto] bermotor (mengendarai sepeda motor). 32. beoto [boto] bermobil (mengendarai mobil). Makna Afektif Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa. Berikut makna afektif dalam penelitian ini. (1) aku to na blaga-laga takut anak ku naes ‘saya ini tergesa-gesa takut 8
anak saya menangis’. (2) blaga-laga aku to care aba an upe e maseh k sito ‘tergesagesa saya hanya untuk mencari kamu rupanya kamu masih di sini’. Kalimat (1) mengandung makna seseorang dalam keadaan cemas karena meninggalkan anaknya sendirian di rumah, jadi orang tersebut tergesa-gesa ingin pulang sedangkan kalimat (2) mengandung makna seseorang yang marah hingga tergesa-gesa karena mencari seseorang tetapi orang tersebut masih di tempatnya. Makna Kolokatif Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Kata ulo ‘merayap’, mago ‘merangkak’, ensot ‘mengesot’, sntga ‘bertatih-tatih’, bsusoi ‘berpegang pada benda’, bjeke ‘berjengket’, mloncat ‘melangkahi’, tgga-gga ‘berjalan gemetaran’, uyo amba ‘sempoyongan’, bjehot ‘berjalan pincang’, bpeta glamat ‘bergelapgelapan’, bgagap ‘meraba-raba’, bjoko ‘berjongkok’, pekah ‘berjalan menyilang’, tlego-lego ‘berlenggak-lenggok’, udup-udup ‘mengendapendap’, diela ‘menyeret’, bkoyok ‘mengarungi’, ba ‘menyeberang’, nda bti ‘berjalan-jalan’, baso ‘berjalan dengan anjing’, lgalgo ‘menghentam’, tlompat-lompat ‘melompat-lompat’, bolak-balik ‘mondar-mandir’, blaga-laga ‘tergesa-gesa’, niti ‘meniti’, nait ‘memanjat dan mendaki’, lam ‘menyelam’, boto ‘bermobil’, bmoto ‘bermotor’, blee ‘bersepeda’, bpau ‘berperahu’ berada dalam satu lingkungan yang sama yaitu berjalan. Makna Gramatikal Makna gramatikal (gramatikal meaning, functional meaning, structural meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam suatu kalimat, misalnya kata mata mengandung makna leksikal berupa alat atau indera yang terdapat pada tubuh berfungsi untuk melihat. Akan tetapi setelah kata mata digabungkan dengan kata lain yang biasanya dikatakan ungkapan, misalnya mata pisau, mata keranjang, mata air (Prawirasumantri, 1998:138). Adapun gramatikal yang terdapat dalam penelitian sebagai berikut: 1) Proses afiksasi Afiksasi adalah proses pembentukan kata-kata melalui pembubuhan atau penempelan afiks pada dasar atau morfem dasar atau bentuk dasar. Proses afiksasi yang terdapat dalam penelitian sebagai berikut: a) ua an bli oto. “Orang itu membeli mobil.” b) ua an dah boto. “Orang itu bermobil.” Dari contoh di atas kalimat a) mempunyai makna leksikal “kendaran darat”, kalimat b) sudah mengalami proses gramatikalisasi sehingga bermakna “berjalan menggunakan mobil.” 2) Proses Reduplikasi Proses reduplikasi adalah pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Proses reduplikasi yang
9
terdapat dalam penelitian sebagai berikut: c) pencui an btapok ta poko kayu. “Pencuri itu bersembuyi di pohon.” d) ua an udup-udup takut ketauan. “Orang itu mengendap-endap takut ketahuan.” Dari contoh di atas kalimat c) mempunyai makna leksikal “sembunyi”, kalimat d) sudah mengalami proses gramatikalisasi sehingga bermakna “bersembuyi-sembunyi.” Makna Tematikal Makna tematikal adalah makna yang dikomunikasikan oleh pembicara atau penulis, baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan. 1) Leksem ulo Nak biak kecik an umu e lima bulan bau pandai ulo. ‘Anak kecil itu umurnya baru lima bulan sudah bisa merayap.’ a) Nak biak kecik an/umu e lima bulan/bau pandai ulo. Kalimat ini menyatakan bahwa anak kecil itu umurnya lima bulan baru bisa merayap. b) Nak biak kecik an/umu e lima bulan bau/pandai ulo. Kalimat ini menyatakan anak kecil itu umurnya baru lima bulan sudah bisa merayap. Setiap kata dan makna tentu mempunyai fungsi semantis berikut fungsi semantis leksem-leksem verba berjalan dalam BMDN. 1. Berjalan dengan alat (di darat dan di laut) Dilihat dari segi tanpa alat fungsi semantis terdiri atas: a. Menyatakan perbuatan Adapun leksem yang menyatakan perbuatan yaitu: 1) bpau ‘berperahu’ 2) blee ‘bersepeda’ 3) bmoto ‘bermotor’ 4) boto ‘bermobil’ 2. Berjalan tanpa alat (di darat dan di laut) a. Menyatakan perbuatan Adapun leksem yang menyatakan perbuatan yaitu: 1) ulo ‘merayap’ 2) bjokok ‘berjongkok’ 3) bjeke ‘berjengket’ 4) bkoyok ‘mengarungi’ 5) blaga-laga ‘tergesa-gesa’ 6) blimbai ‘melimbaikan’ 7) bsusoi ‘berpegang’ 8) udup-udup ‘mengendap-endap’ 9) bolak-balik ‘mondar-mandir’ 10) diela ‘menyeret’ 11) lga-lgo ‘menghentam’ 10
12) nda beti ‘berjalan-jalan’ 13) ensot ‘mengesot’ 14) ebra ‘menyeberang’ 15) tlegok-legok ‘berlenggak-lenggok’ 16) tlompat-lompat ‘melompat-lompat’ 17) mloncat ‘melangkahi’ 18) pekah ‘berjalan menyilang’ 19) niti ‘meniti’ 20) nait ‘memanjat dan mendaki’ 21) lam ‘menyelam’ b. Menyatakan keadaan Adapun leksem yang menyatakan keadaan yaitu: 1) bgagap ‘meraba-raba’ 2) bjehot ‘berjalan pincang’ 3) bpeta glamat ‘bergelap-gelapan’ 4) uyo amba ‘sempoyongan’ 5) tgga-gga ‘berjalan gemetaran’ c. Menyatakan proses Adapun leksem yang menyatakan proses yaitu: 1) sntga ‘ bertatih-tatih’ 2) mago ‘merangkak’
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Indonesia mempunyai keanekaragaman bahasa, satu di antaranya bahasa melayu dialek Ngabang. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa verba berjalan yang terdapat dalam BDMN berjumlah 32 leksem yang dibagi menjadi dua yaitu berjalan tanpa alat dan berjalan dengan alat. Berjalan tanpa alat diperoleh data leksem ulo ‘merayap’, mago ‘merangkak’, ensot ‘mengesot’, sntga ‘bertatih-tatih’, bsusoi ‘berpegang pada benda’, bjeke ‘berjinjit’, mloncat ‘melangkahi’, tgga-gga ‘berjalan gemetaran’, uyo amba ‘sempoyongan’, bjehot ‘berjalan pincang’, bpeta glamat ‘bergelap-gelapan’, bgagap ‘meraba-raba’, bjoko ‘bejongkok’, pekah ‘berjalan menyilang’, tlegolego ‘berlenggak-lenggok’, udup-udup ‘mengendap-endap’, diela ‘menyeret’, bkoyok ‘mengarungi’, ba ‘menyeberang’, nda bti ‘berjalanjalan’, ‘berjalan dengan anjing’, lga-lgo ‘menghentam’, tlompatlompat ‘melompat-lompat’, bolak-balik ‘mondar-mandir’, blaga-laga ‘tergesa-gesa’, niti ‘meniti’, nait ‘memanjat dan mendaki’, lam ‘menyelam’. Analisis komponen makna dengan alat diperoleh data leksem bpau ‘berperahu’, blee ‘bersepeda’, bmoto ‘bermotor’, boto ‘bermobil’. Berdasarkan jenis makna verba berjalan BMDN diperoleh beberapa data
11
seperti makna leksikal dan makna kontektual. Makna leksikal terdiri atas makna asosiatif yang terbagi lagi yaitu makna afektif dan makna kolokatif. Makna kontektual terdiri atas makna gramatikal dan tematikal. Berdasarkan fungsi verba berjalan BMDN terbagi menjadi dua yaitu berjalan tanpa alat dan berjalan dengan alat. Fungsi verba berjalan tanpa alat yang terdapat dalam analisis yaitu menyatakan perbutan, menyatakan keadaan, menyatakan proses. Fungsi verba berjalan dengan alat yang terdapat dalam analisis yaitu menyatakan perbuatan. Saran Penelitian yang dilakukan ini berisi tentang medan makna verba berjalan BMDN yang membahas tentang medan makna dari bidang semantik. Penelitian ini masih kurang dilakukan di Kecamatan Ngabang khususnya bahasa melayu. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya penelitian lanjutan yang meneliti tentang BMDN mengenai semantik. Hal ini bertujuan untuk melengkapi data yang sudah ada. Skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan tentang bahasa daerah yang ada di Kalimantan Barat. Saran dan kritikan yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR RUJUKAN Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Moleong, Lexi J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Prawirasumantri, Abud, dkk. 1997. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
12
MEDAN MAKNA VERBA BERJALAN BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG
ARTIKEL PENELITIAN MIA KARMILA F11408036
13
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013 MEDAN MAKNA VERBA BERJALAN BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG
ARTIKEL PENELITIAN Mia Karmila F11408036
Disetujui,
14
Pembimbing Utama,
Drs. Paternus Hanye, M.Pd. NIP 195208211984031001
Pembimbing Kedua,
Drs. Firman Susilo, M.Hum. NIP 196903301992031001
Mengetahui, Dekan Untan
Dr. Aswandi NIP 19580513198603100
Ketua Jurusan PBS
Drs. Nanang Heryana, M. Pd. NIP 196903301992031001
15