MEDAN MAKNA VERBA “MENGAMBIL” DALAM BAHASA DAYAK KANAYATN DIALEK BANANA-AHE Mimis, Sisilya Saman, dan Firman Susilo Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, PBS, FKIP Untan Pontianak. email:
[email protected] Abstrak. Penelitian ini difokuskan pada bidang semantik, dengan tujuan untuk mendeskripsikan medan makna verba mengambil Bahasa Dayak Kanayatn Dialek Banana-Ahe (BDKDBA). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah kata-kata yang mengandung medan makna verba “mengambil” BDKDBA. Sumber data dalam penelitian ini adalah BDKDBA yang dituturkan oleh informan di Dusun Bobor, Desa Benuang, Kecamatan Toho. Teknik pengumpulan data adalah teknik simak, libat, cakap, dan teknik pemancingan. Prosedur dan teknik analisis data berupa transkripsi, penerjemahan, klasifikasi data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan analisis data, ditemukan 68 leksem verba “mengambil” dalam BDKDBA yang memiliki medan makna, komponen makna, jenis makna, dan fungsi semantis. Kata kunci: Medan Makna, Verba, Mengambil. Abstract. This research focused on the field of semantics, in order to describe the meaning of verbs take field in Bahasa Dayak Kanayatn Dialek Banana-Ahe (BDKDBA). The method used in this research are the words that contain verb take in BDKDBA field. Source of data in this research is BDKDBA spoken by the informant in Bobor Hamlet, Benuang Village, Subdistrict of Toho, in Pontianak Regency. The techniques of data collecting are observation, involvement, competent, and stimulation tecniques. Prosedures and techniques of data analysis are transcription, translation, data classification, data analysis, and conclusion. Based on data analysis, it was found 68 leksem verbs taken in BDKDBA which has a field of meaning, is the components of meaning, meaning types, and function semantic. Key word: Field Meaning, Verb, Taken. sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi memiliki Bahasa ciri baik bentuk, bunyi, dan makna yang berbeda antara manusia pada satu kelompok tertentu dengan kelompok manusia yang lain. Perbedaan bahasa tersebut tampak pada penggunaan bahasa oleh masyarakat Dayak di Kalimantan Barat. Satu di antara bahasa Dayak yang dimaksud, yaitu bahasa Dayak Kanayatn (disingkat BDK). BDK sebagai bahasa daerah di Indonesia digunakan oleh masyarakat pendukungnya dalam kehidupan berinteraksi sehari-hari. Selain itu, BDK sebagai bahasa daerah merupakan suatu bagian dari kebudayaan masyarakat Indonesia yang harus dilestarikan karena memiliki peran dan kedudukan dalam berkomunikasi. Peran dan kedudukan bahasa bagi masyarakat Dayak Kanayatn 1
sangat komunikatif terutama dalam pergaulan sehari-hari, upacara adat, dan ketika menuturkan cerita rakyat. Dari beberapa dialek dalam BDK, penelitian ini difokuskan pada Bahasa Dayak Kanayatn Dialek Banana-Ahe (BDKDBA). Peneliti memilih bidang linguistik yang dipusatkan pada bidang semantik karena semantik sebagai studi tentang makna bahasa, semantik dapat mengkaji makna kata dalam BDKDBA yang bersistem yang memiliki tingkat keterhubungan makna yang tercermin dalam lambang-lambang yang digunakan sehingga dapat membentuk suatu medan makna. Dari beberapa wilayah pemakai BDKDBA, penelitian dilakukan di Kecamatan Toho, Kabupaten Pontianak. Sesuai kriteria di atas, BDKDBA sebagai objek penelitian dilakukan di Dusun Bobor, Desa Benuang, Kecamatan Toho dengan alasan, yaitu: pertama, dusun tersebut merupakan daerah pedalaman yang jauh dari pusat kota. Kedua, di dusun tersebut belum ada suku lain yang menetap sehingga BDKDBA masih bersifat representatif. Ketiga, mobilitas penduduk masih rendah karena pekerjaan penduduk mayoritas petani. Medan makna verba “mengambil” dalam BDKDBA mencakup komponen makna, jenis makna, dan fungsi semantis. Medan makna (semantic field, semantic domain) adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan (Kridalaksana, 2008:151). Unsur leksikal dalam suatu bahasa bukanlah sejumlah kata yang masing-masing dapat berdiri sendiri, semuanya saling terjalin, berhubungan, dan mengidentifikasi kata yang satu dengan kata yang lain dalam satu jaringan makna atau medan makna (Pateda, 2010:258). Kata-kata atau leksem-leksem yang saling berhubungan dalam setiap bahasa tersebut dapat dikelompokkan atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kesamaan ciri semantik yang dimiliki kata-kata itu. Umpamanya, kata-kata meraih, menjolok, menarik, dan memungut berada dalam satu kelompok, yaitu mengambil. Hubungan medan makna dicerminkan melalui dua cara, yaitu cara paradigmatik dan sintagmatik. Paradigmatik merupakan suatu hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam tataran tertentu dengan unsur-unsur lain di luar tataran itu yang dapat dipertukarkan (Kridalaksana, 2008:172). Sedangkan cara sintagmatik adalah hubungan liniear antara unsur-unsur bahasa dalam tataran tertentu (Kridalaksana, 2008:223). Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut (Chaer, 2009:115). Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen sebagai wujud dari perangkat makna suatu kata dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya (Aminuddin, 2008:128). Tanda (+) berarti memiliki ciri yang dimaksud dalam komponen makna, sedangkan tanda (-) berarti leksem tersebut
2
tidak memiliki ciri yang sesuai komponen makna yang dimaksud. Tabel 1 Komponen makna verba mengambil dalam bahasa Indonesia Leksem merampas merebut menyambar Komponen Makna tiba-tiba paksa biasa
+ + -
+ + -
+ + -
Keterangan (sumber Prawirasumantri 1998:88): tanda (+) mempunyai ciri komponen makna tersebut tanda (-) tidak mempunyai ciri komponen makna tersebut
Konsep analisis dua-dua ini (lazim disebut analisis biner) oleh para ahli diterapkan untuk membedakan makna suatu kata dengan kata lain (Chaer, 2009:115). Dengan analisis biner ini dapat menggolong-golongkan kata atau unsur leksikal seperti teori medan makna. Analisis biner ini juga dapat digunakan untuk mencari perbedaan semantik kata-kata yang bersinonim (Chaer, 2009:117). Seperti contoh di atas, merampas, merebut, dan menyambar merupakan kata yang bersinonim dengan makna dasar yaitu ‘mengambil sesuatu dengan paksaan’. Komponen makna verba mengambil dalam bahasa Indonesia di atas dapat dilihat dengan mudah untuk menganalisis persamaan dan perbedaannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa analisis komponen makna memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga tidak dapat diterapkan pada semua kata karena komponen makna kata dapat berubah-ubah, bervariasi, dan tumpang tindih. Selain itu, analisis komponen makna lebih banyak dilakukan pada kelas nomina. Pada kelas verba, analisis komponen makna telah dilakukan oleh Wallace Chafe (dalam Prawirasumantri dkk., 1998:99). Jenis makna kata dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu (1) makna leksikal, dan (2) makna kontekstual. Makna leksikal terdiri atas (a) makna konseptual yang meliputi makna generik dan makna spesifik, (b) makna asosiatif yang meliputi makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif, serta makna idiomatik. Makna kontekstual yang terdiri atas (a) makna gramatikal dan (b) makna tematikal (Prawirasumantri dkk., 1998:117). Makna leksikal disebut juga lexical meaning, semantic meaning, dan external meaning adalah makna yang terdapat pada kata yang dapat berdiri sendiri (terpisah dari kata yang lain), baik dalam bentuk dasar maupun dalam bentuk kompleks atau turunan, dan makna yang ada relatif tetap seperti apa yang dapat kita lihat di dalam kamus (Prawirasumantri dkk., 1998:118). Makna leksikal dimiliki oleh unsur-unsur bahasa yang lepas dari penggunaan atau konteksnya (Kridalaksana, 1984:120). Misalnya kata tikus makna leksikalnya adalah ‘binatang penggerek yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus’. Makna tersebut tampak jelas apabila ada dalam kalimat berikut. (a) Tikus itu mati diterkam kucing. (b) Panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus. Kata tikus pada kalimat (a) dan (b) mengacu pada binatang tikus. Berbeda dengan kata tikus pada kalimat, (c) Yang menjadi tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam. Kata tikus pada kalimat (c) tidak mengacu pada binatang tikus, tetapi kepala
3
manusia yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus. Dengan demikian kalimat (a) dan (b) bermakna leksikal, sedangkan kalimat (c) tidak bermakna leksikal. Dari beberapa contoh di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa makna kata adalah gambaran yang nyata tentang suatu konsep seperti yang dilambangkan oleh kata itu. Makna leksikal terdiri atas makna konseptual yang meliputi makna generik dan makna spesifik, makna asosiatif yang meliputi makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif, serta makna idiomatik. Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam suatu konteks (Prawirasumantri dkk., 1998:137). Misalnya, makna konteks kata kepala pada kalimat berikut. (a) Rambut di kepala nenek belum ada yang putih. (b) Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu. (c) Nomor teleponnya ada pada kepala surat itu. Dengan demikian, makna kontekstual berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu. Makna kontekstual terdiri atas (a) makna gramatikal dan (b) makna tematikal. Setiap kata dalam bahasa memiliki fungsi yang sesuai dengan maknanya. Fungsi dan makna tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Fungsi semantis adalah peran suatu makna yang memiliki hubungan antara perbuatan, sifat, kejadian dengan kelas kata verba (Kridalaksana, 2008:187). Contohnya. (a) ‘Meraih’ fungsi semantisnya untuk mengambil tumbuhan atau benda. (b) ‘Menjolok’ fungsi semantisnya untuk mengambil buah. (c) ‘Menebang’ fungsi semantisnya mengambil batang pohon untuk keperluan tertentu. Verba atau kata kerja adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat, dalam beberapa bahasa lain verba memiliki ciri morfologis. Sebagian besar verba mewakili unsur semantis perbuatan, pekerjaan, proses, atau keadaan. Kelas kata ini dalam bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali kata ingkar tidak (Kridalaksana, 2008:254). Pengelompokan verba menurut perilaku semantis adalah menurut makna inheren yang terdapat di dalamnya. Leksem-leksem verba dalam bahasa Indonesia secara semantik dapat ditandai dengan mengajukan tiga pertanyaan terhadap subjek “verba” menjadi predikat klausanya (Chaer,2009:154). (1) Perbuatan atau tindakan, menjawab pertanyaan Apa yang dilakukan subjek? (2) Proses, menjawab pertanyaan Apa yang terjadi pada subjek? (3) Keadaaan, menyatakan Bagaimana keadaan subjek? METODE Dalam mengkaji medan makna BDKDBA ini, peneliti menggunakan metode linguistik deskriptif, dengan bentuk kualitatif. Penelitian yang dilakukan dengan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai faktafakta dan hubungan kausal dari bahan yang dianalisis, (Sudaryanto, 1988:62). Sesuai metode penelitian, pengamatan dilakukan pada setiap kata-kata atau lisan dari orang-orang tertentu karena adanya penerapan metode kualitatif. Penelitian terhadap BDKDBA berbentuk kualitatif dalam menganalisis medan makna verba mengambil. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menganalisis data yang ada tanpa menambah atau mengurangi sesuai dengan sifat data yang alamiah, data yang dianalisis diuraikan dalam bentuk kata-kata atau
4
kalimat berdasarkan data di lapangan. Sumber data adalah asal diperolehnya data tersebut. Data kebahasaan yang diperoleh dari setiap daerah pengamatan mengimplikasikan peran yang penting yang dimainkan oleh informan (Mahsun, 2007:141). Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan masyarakat penutur BDKDBA atau informan di Dusun Bobor, Desa Benuang, Kecamatan Toho, Kabupaten Pontianak. Data adalah semua informasi atau bahan penelitian yang telah didapat dari sumber data. Data dalam penelitian ini adalah kata-kata yang berupa kalimat, ungkapan yang mencakup medan makna verba mengambil dalam BDKDBA, komponen makna BDKDBA, jenis makna BDKDBA, dan fungsi semantis BDKDBA. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dapat berupa penyimakan dan percakapan. Metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa secara lisan dan tertulis (Mahsun, 2007:92). Metode simak memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Dalam praktik selanjutnya, teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak libat cakap, dan teknik rekam. Teknik simak libat cakap maksudnya, peneliti melakukan penyadapan dengan cara berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan, dan menyimak pembicaraan. Peneliti juga dapat melakukan teknik perekaman ketika menerapkan teknik simak, libat, cakap (Mahsun, 2007:94). Selanjutnya metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik pancing (Mahsun, 2007:95). Dalam percakapan, peneliti memberi stimulasi (pancingan) pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan. Pancingan atau stimulasi itu dapat berupa bentuk makna-makna yang biasanya tersusun dalam bentuk daftar pertanyaan dan gambar. Prosedur dan Teknik Analisis Data Transkripsi Data yang telah didapat dari hasil pengumpulan data, mulai ditranskripsi. Transkripsi merupakan pengubahan suatu rangkaian bunyi BDKDBA menjadi bentuk tertulis. Penerjemahan Penerjemahan merupakan suatu proses, cara, perbuatan menerjemahkan bahasa tertentu. Data BDKDBA yang telah ditranskripsikan lalu diterjemahkan dalam bahasa Indonesia agar memudahkan dalam menganalisis data. Klasifikasi Data Klasifikasi dilakukan dengan menyusun data secara bersistem. Data yang telah dikumpulkan kemudian diklasifikasikan sesuai submasalah yang diteliti. Submasalah tersebut adalah komponen makna, jenis makna dan fungsi semantis verba “mengambil” dalam BDKDBA. Analisis Data Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Setiap data yang telah ditranskripsi, diterjemahkan, lalu diklasifikasikan sesuai dengan masalah penelitian mengenai medan makna tentang komponen makna, jenis makna, dan
5
fungsi semantis BDKDBA sehingga ditemukan penyelesaian dan memudahkan penarikan kesimpulan. Penarikan Kesimpulan Data yang telah dianalisis, ditarik kesimpulan untuk memperoleh deskripsi linguistik secara menyeluruh mengenai medan makna verba mengambil dalam BDKDBA. Kesimpulan tersebut meliputi komponen makna, jenis makna, dan fungsi semantis dalam BDKDBA. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data, verba mengambil dalam medan makna dibagi menjadi dua bagian, yaitu tanpa alat dan dengan alat. Verba mengambil yang didapat dari BDKDBA, yang tidak menggunakan alat, yaitu malit ‘menyeka’, atoek ‘menggaruk’, macet ‘memencet’, olek ‘mencolek’, mirit ‘melurut’, abuk ‘menjambak’, noles ‘mencecah’, apot ‘menjumput’, naap ‘mengambil’, araup ‘meraup’, mauh ‘merangkup’, mipil ‘memipil’, marah ‘memerah’, motek ‘memungut’, ais ‘mengais’, apet ‘menjepit’, aluk ‘menceluk’, amut ‘menyambut’, muat ’mengangkat jemuran’, akat ‘mengambil air karet’, ates ‘memetik’, mebet ‘memetik’, arurut ‘melurut’, ojek ‘mengoyak’, matah ‘mematahkan’, empak ‘mematahkan’, arumput ‘merumput’, mabut ‘mencabut’, maut ‘meraih’, aok ‘menjangkau’, ujut ‘menarik’, agar ‘mengguncang’, nikomok ‘menerkam’ akap ‘menangkap ikan’, antik ‘menyentak’, arabut ‘merebut’, arintak ‘merampas’. Leksem-leksem menggunakan alat, yaitu aletok‘menciduk’, enok ‘mencedok’, nima ‘menimba’, namutni ‘menadah’, orek ‘mengorek’, ukit ’mencungkil’, ais ‘mengais’, oker ‘mengais’, oso ‘mengerok’, ukur ‘memarut’, olok ‘menjolok’, ait ‘mengait’, atam ‘memanen’, alapis ‘memanen’, ampok ‘menyabit’, aret ‘menyabit’, manci ‘memancing’, amah ‘menjala’, ali ‘menggali’, akut ‘mengambil tanah’, adulak ‘mendulang’, mulut ‘memulut’, alibat ‘memburu’, asu‘memburu’, nabas ‘menebas’, opak ’mengupas’, natak ‘memotong’, nogo ‘menetak’, nabak ‘menebang’, inso’menebang’, manto ‘menetak’. Analisis Komponen Makna Ciri semantis komponen makna leksem BDKDBA, yaitu (1) Berdasarkan tanpa menggunakan alat (anggota tubuh), adanya komponen makna dengan dua tangan, lima jari tangan, dengan dua jari tangan, dengan satu jari tangan, dengan dua kaki, dengan satu kaki, dan dengan dua jari kaki. (2) Berdasarkan pemakaian alat, adanya komponen makna galah, ani-ani, jala, pancing, ember (gayung), bulu ayam, parang, cangkul, kayu, pisau, sendok, dulang, sabit, ketapel, senapan, daun, baskom, jarum, mesin sinso, lem karet, dan pemarut. (3) Berdasarkan posisi tangan, adanya komponen makna menggenggam, mengerucut, terbuka, ke atas, dan ke bawah. (4) Berdasarkan posisi kaki, adanya komponen makna menjulur, dan menjepit. (5) Berdasarkan posisi badan, adanya komponen makna berdiri, jinjit, membungkuk, jongkok, duduk, dan tiarap. (6) Berdasarkan arah mengambil, adanya komponen makna, ke atas, ke bawah, ke depan, ke samping, dan ke 6
belakang. (7) Berdasarkan jarak, adanya komponen makna jauh, dekat, tinggi, dan rendah. (8) Berdasarkan sasaran, adanya komponen makna benda, binatang, tumbuhan, dan manusia. (9) Berdasarkan tujuan, adanya komponen makna untuk disimpan, dimakan, dijual, digunakan, dipindahkan, dibuang, dan mengganggu. (10) Berdasarkan emosi, adanya komponen makna marah, paksa, diam-diam, biasa. (11) Berdasarkan pelaku, adanya komponen makna laki-laki dewasa, wanita dewasa, anak laki-laki, anak perempuan, sendiri, berdua, ramai. (12) Berdasarkan waktunya, adanya komponen makna pagi, siang, sore, malam. (13) Berdasarkan jumlah yang diambil, adanya komponen makna satu, beberapa, sedikit, dan banyak. (14) Berdasarkan ukuran, adanya komponen makna halus, kecil, sedang, besar. (15) Berdasarkan bentuk yang diambil, adanya komponen makna keras, lembut, cairan. Berdasarkan anggota tubuh manusia (tanpa alat) Tabel 2 Tanpa Alat (Anggota Tubuh) Anggota Tubuh Manusia dua tangan
lima tangan
jari
abuk maut ujut nikomok akap antik arabut arintak
abuk
dua tangan
jari
Macet mirit apot naap motek muat ates mebet arumput aok
satu tangan
jari
malit atoek olek noles mipil
dua kaki
satu kaki
dua jari kaki
apet agar
ais agar
apet
Berdasarkan pemakaian Alat Tabel 3 Pemakaian Alat Pemakaian Alat galah
ani-ani
jala
panci
ember
bulu ayam
para
ca
Kayu
pisau
sendok
7
olok ait
atam alapis
amah
manci
namutni orek
ukit ali ali
orek ukit ais oker ali
ukit oso
enok oso
Lanjutan Tabel 3 dulang
sabit
ketapel
senapan
daun
Baskom
jarum
adulak
ait ampok aret nabas
alibat
asu
aletok
enok
ukit
mesin sinso inso
lem karet mulut
pemarut ukur
Analisis Jenis Makna Verba Mengambil BDKDBA Makna Denotatif 1) Tanpa Menggunakan Alat a) Malit [malit] ‘menyeka’ (menyapu/menggosok dengan jari tangan supaya bersih dan kering). b) Ngatoek [atoek] ‘menggaruk’ (mencakar-cakar dengan kuku pada bagian kepala, badan, karena gatal atau ada yang mengganjal). c) Macet [macet] ‘memencet’ (menekan sesuatu dengan keras menggunakan ibu jari dan telunjuk memijit hingga yang ditekan itu keluar. d) Nyolek [olek] ‘mencolek’ (mencungkil dengan ujung jari untuk mengeluarkan/membuang sesuatu: e) Mirit [mirit] ‘melurut’ (menjepit dan mengurut denga jari untuk mengambil telur kutu di kepala. f) Ngabukng [abuk] ‘menjambak’ (merenggut, menarik kuat-kuat rambut seseorang karena emosi yang tidak dapat ditahan. g) Noles [noles] ‘mencecah’ (menyentuh sedikit; mengenai sedikit) h) Nyapot [apot] ‘menjumput’ (memungut mengambil sedikit dengan dua ujung jari tangan). i) Naap [naap] ‘mengambil’ (memegang sesuatu lalu dibawa (diangkat, digunakan, disimpan). j) Ngaraup [araup] ‘meraup’ (menciduk dengan merapatkan kedua belah tangan). k) Mauh [mauh] ’merangkup’ (menciduk, mengumpulkan dengan tangan hingga bersih). l) Mipil [mipil] ‘memipil’ (melepas biji jagung dr tongkolnya). m) Marah [] ‘memerah’ (memeras santan/sagu dengan sekuat tenaga hingga keluar airnya).
8
n) Motek [motek] ‘memungut’ (v)1 mengambil yang ada di tanah atau di lantai
(karena jatuh dsb): o) Nyapet apet] ‘menjepit’ (mengapit sesuatu dengan dua jari tangan atau kaki). p) Ngais [ais] ‘mengais’ (mencakar-cakar tangan atau kaki untuk meraih atau mengambil sesuatu). q) Nyaluk [aluk] ‘menceluk’ (mengambil sesuatu yang berada di tempat yang sempit). r) Nyamut [amut] ‘menyambut’ (menangkap; menadah sesuatu yang bergerak jatuh ke arah kita.) s) Namutni’ [namutni] ‘menadah’ (menangkupkan dua tangan menadah air yang yang jatuh/menetes). t) Muat [muat] ’mengangkat jemuran’ (mengambil sesuatu yang telah dijemur dengan membawa dari satu tempat ke tempat yang lain). u) Ngangkat [akat] ‘mengangkat’ (mengangkat hasil sadapan air karet) v) Ngates [ates] ‘memetik’ (mengambil tumbuhan hanya bagian pucuk daunya). w) Mebet [mebet] ‘memetik’(mengambil dengan mematahkan tangkainya (bunga, buah, dsb). x) Ngarurut [arurut] ‘melurut’ (menjepit dan mengurut dengan jari). y) Ngojek [ojek] ‘mengoyak’ (mengambil sesuatu dengan mengoyaknya). z) Matah [matah] ‘mematahkan’ (menjadikan/membuat sesuatu menjadi patah seperti tumbuhan). aa) Nyempak [‘m(mematahkan sesuatu yang ada ditangan kita menjadi beberapa bagian.) bb) Mabut [mabut] ‘mencabut’ (menarik supaya lepas (keluar) dr tempat tertanamnya tumbuhnya). cc) Ngakap [akap] ‘mencengkam’ (memegang erat-erat dengan cakar/kuku). dd) Maut [maut] ‘meraih’ (menggapai kemudian menarik sesuatu ke arah diri sendiri. ee) Nyagok [agok] ‘menjangkau’ (mencapai, menjemput, meraih, mengambil, dengan mengulurkan tangan ke depan: ff) Nyaluk [aluk] ‘menceluk’ (memasukkan tangan ke dalam sesuatu misalnya kaleng, kantong, untuk mengambil barang; gg) Ningkomok [nikomok] ‘menerkam’ (meloncat dengan sigap untuk mencekam/menangkap). hh) Ngarintak [arintak] ‘merampas’ (mengambil dengan paksa (dengan kekerasan).
2) Menggunakan Alat a) Ngaletokng [aletok] ‘menciduk’ (mengambil air menggunakan daun yang dibuat seperti mangkuk). b) Nyenok [enok] ‘mencedok’ (menyauk air, makanan dengan cedok). c) Nima’ [nima] ‘menimba’ (mengambil air dengan ember). d) Namutni [namutni] ‘menadah’ (menampung air yang menetes/mengalir dari keran). 9
e) Ngorek [orek] ‘mengorek’ (mengeluarkan/mencungkil sesuatu dr lubang). f) Nyungkit [ukit] ’mencungkil’ (v) (mengeluarkan melepaskan, membuang, dengan pencungkil). g) Nyoker [oker] ‘mengais’(mengais mengambil sesuatu dengan kayu). h) Nyoso’ [oso] ‘mengerok’ (mengambil isi kelapa menggunakan sendok). i) Ngukur [ukur] ‘memarut’ (mengambil kelapa dengan memarutnya). j) Nyolok [olok] ‘menjolok’ (merodokkan galah untuk mengambil buah). k) Ngait [ait] ‘mengait’ (mengambil sesuatu dengan mengaitnya menggunakan kayu). l) Ngatam [atam] ‘memanen’ (menuai padi dengan ani-ani). m)Ngalapis [alapis] ‘memanen’ (menuai, memanen padi kedua di ladang setelah atam). n) Ngaret [aret] ‘menyabit’(memanen padi hingga bagian batangnya di sawah dengan sabit). o) Nyampokng [ampok] ‘menyabit’ (memanen padi hanya bagian tangkai padi di sawah dengan sabit). p) Nabas [nabas] ‘menebas’ (merambah tumbuhan yang kecil-kecil). q) Nyangkut [akut] ‘mengambil tanah’ (menggali atau mengaduk tanah dengan cangkul. r) Mancing [manci] ‘memancing’ (menangkap ikan dengan pancing). s) Nyamah [amah] ‘menjala’ (menangkap ikan dengan jala). t) Ngopak [opak] ’mengupas’ (membuka kulit kayu untuk digunakan). u) Nabakng [nabak] ‘menebang’ (memotong pokok, batang) pohon. v) Nogo’ [nogo] ‘menetak’(memotong dahan kayu yang banyak buahnya dengan parang). w) Nyinso [inso]’menebang’ (memotong pokok batang pohon, biasanya yang besar-besar menggunakan mesin pemotong). x) Manto’ [manto] ‘menetak’ (memotong sagu dengan parang yang tajam dengan dipukulkan keras-keras). y) Ngadulakng [adulak] ‘mendulang’ (mendulang emas di tempat pendulangan). z) Mulut [mulut] ‘memulut’ (menggetah burung atau tupai di hutan). aa) Ngalibat [alibat‘memburu’ (memburu hewan hutan menggunakan ketapel). bb) Ngasu’ [asu] ‘memburu’ (menangkap hewan hutan dengan membawa anjing pelacak). Makna Konotatif Makna konotatif adalah makna lain yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Perhatikan kalimat berikut. 1. Ia pane arurut toke aya sampe toke koa pok. ‘Ia pandai melurut bos besar hingga bos tersebut bangkrut.’ 2. Eri suka matah omongan uraktuhaa pas dimare pitua.
10
‘Eri suka mematahkan pembicaraan orangtuanya ketika diberikan petuah’ Sesuai contoh di atas, arurut pada kalimat (1) adalah mengambil yang bukan sebenarnya, yaitu memeras/mengambil harta yang bermakna konotatif. Kalimat (2) makna katamatahbukanlah mematahkan seperti yang sebenarnya tetapi memotong pembicaraan dengan tidak sopan. Makna Asosiatif Makna asosiatif disebut juga makna kiasan atau pemakaian makna yang tidak sebenarnya. Makna asosiatif merupakan makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Perhatikan kalimat berikut. Sasot pane naap ati tuwaa. 3. ‘Sasot pandai mengambil hati mertuanya’ 4. Seno naap Dunde jadi binia. ‘Seno mengambil Dunde menjadi istrinya.’ Makna asosiatif naap ati bukan mengambil hati yang ada di dalam tubuh tetapi yang bermakna bisa membuat mertuanya senang, suka dengan semua hal yang dilakukannya. Sedangkan naap Dunde itu melamar untuk jadi istrinya. Makna Afektif Makna afektif yakni makna yang menimbulkan rasa bagi pendengar (Prawirasumantri dkk, 1998:128). Perhatikan kalimat berikut. 5. Sae na barani-barani nantak, aku pane nabak tagea! ‘Siapa yang berani-berani menentang, aku bisa menebang lehernya.’ Aku mao sidi mabut insi kapalaa na maak tikah. 6. ‘Aku ingin sekali mencabut isi kepalanya yang banyak tingkah.’ 7. Dari dee apaku inte pareman koa, apaku karintiman mao matah kokota na suka malak naun. ‘Dari dulu ayahku mengintai preman itu, ayaku geram sekali mau mematahkan tangannya yang suka memeras orang.’ Kalimat (5, 6, 7) bermakna bukan sebenarnya. Si pembicara marah dan meluapkan emosinya dengan kata-kata yang maknanya bukan seperti mencabut, atau menebang dan mematahkan pohon. Makna Stilistika Makna stilistika timbul akibat pemakaian bahasa. Makna ini berkenaan dengan pembedaan kata sehubungan dengan perbedaan sosial atau bidang kegiatan. Perhatikan kalimat berikut. 8. Nian lah akibat kao bai naar kata apa, diri dah kodo lea nia ame sampe kodo iman uga. Karaja koa apot doho na ada ame da mao lansu araup. Kade dah makatn duit urak lea nia, urak tuha na supe. ‘Inilah akibat kamu tidak mau mendengar kata ayah, kita memang sudah miskin harta seperti ini jangan sampai miskin iman juga. Bekerja itu
11
menjumput dulu jangan mau langsung meraup. Kalau sudah ketahuan korupsi seperti ini, orangtua yang malu.’ Makna Kolokatif Makna kolakatif berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu, makna kolokatif dalam BDKDBA, yaitu naap, atoek, noles, malit, mipil, amut, apot, araup, mauh, motek, muat, akat, arurut, mebet, matah, mabut, akap, maut, agok, aluk, ikomok, arintak, namutni, enok, nima, orek, oker, olok, opak, ukit, atam, alapis, aret, nabas, akut, manci, amah, nabak, nogo, inso, manto, adulak. Analisis Fungsi Semantis Verba Mengambil BDKDBA Deskripsi mengenai analisis fungsi semantis dalam medan makna verba mengambil dalam BDKDBA adalah sebagai berikut. 1. Mengambil tanpa menggunakan alat (anggota tubuh) 1) Leksem malit ‘menyeka’, fungsi semantisnya untuk kotoran mata. 2) Leksem atoek ‘menggaruk’, fungsi semantisnya untuk kotoran di badan. 3) Leksem macet ‘memencet’, fungsi semantisnya untuk jerawat. 4) Leksem olek ‘mencolek’, fungsi semantisnya untuk kotoran hidung. 5) Leksem mirit ‘melurut’, fungsi semantisnya untuk telur kutu rambut. 6) Leksem abuk ‘menjambak’, fungsi semantisnya untuk rambut. 7) Leksem noles ‘mencecah’, fungsi semantisnya untuk makanan. 8) Leksem apot ‘menjumput’, fungsi semantisnya untuk makanan. 9) Leksem naap ‘mengambil’, fungsi semantisnya untuk makanan, tumbuhan, benda, dan buah. 10) Leksem araup ‘meraup’, fungsi semantisnya untuk makanan, benda, buah. 11) Leksem mauh ‘merangkup’, fungsi semantisnya untuk sampah. 12) Leksem mipil ‘memipil’, fungsi semantisnya untuk jagung. 13) Leksem marah ‘memerah’, fungsi semantisnya untuk kelapa parut. 14) Leksem motek ‘memungut’, fungsi semantisnya untuk buah, dan benda. 15) Leksem ais ‘mengais’, fungsi semantisnya untuk buah, dan benda. 16) Leksem apet ‘menjepit’, fungsi semantisnya untuk benda. 17) Leksem aluk ‘menceluk’, fungsi semantisnya untuk benda, dan ikan. 18) Leksem amut ‘menyambut’, fungsi semantisnya untuk buah, dan benda. 19) Leksem muat ’mengangkat jemuran’, fungsi semantisnya untuk benda. 20) Leksemakat ‘mengambil air karet’, fungsi semantisnya untuk untuk karet. 21) Leksem ates ‘memetik’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan. 22) Leksem mebet ‘memetik’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan. 23) Leksem arurut ‘melurut’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan. 24) Leksem ojek ‘mengoyak’, fungsi semantisnya untuk benda, dan tumbuhan. 25) Leksem matah ‘mematahkan’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan. 26) Leksemempak ‘mematahkan’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan, benda. 27) Leksemarumput ‘merumput’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan. 28) Leksem mabut ‘mencabut’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan, dan benda. 29) Leksem maut ‘meraih’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan, dan benda. 30) Leksem aok ‘menjangkau’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan. 12
31) Leksemujut ‘menarik’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan dan benda. 32) Leksemagar ‘mengguncang’, fungsi semantisnya untuk buah. 33) Leksem nikomok ‘menerkam’ fungsi semantisnya untuk hewan buruan. 34) Leksem akap ‘menangkap ikan’, fungsi semantisnya untuk ikan. 35) Leksemantik ‘menyentak’, fungsi semantisnya untuk buah dan benda. 36) Leksemarabut ‘merebut’, fungsi semantisnya untuk benda, makanan, buah. 37) Leksem arintak ‘merampas’ fungsi semantisnya untuk benda, dan buah. 2. Mengambil dengan menggunakan alat, 1) Leksemaletok‘menciduk’, fungsi semantisnya untuk air. 2) Leksem enok ‘mencedok’, fungsi semantisnya untuk air. 3) Leksem nima ‘menimba’, fungsi semantisnya untuk air. 4) Leksem namutni ‘menadah’, fungsi semantisnya untuk air. 5) Leksem orek ‘mengorek’, fungsi semantisnya untuk benda, binatang, dan kotoran telinga, 6) Leksem ukit ’mencungkil’, fungsi semantisnya untuk benda, dan buah. 7) Leksemais ‘mengais’, fungsi semantisnya untuk benda, dan buah. 8) Leksem oker ‘mengais’, fungsi semantisnya untuk benda, dan buah. 9) Leksemoso ‘mengerok’, fungsi semantisnya untuk kelapa. 10) Leksemukur ‘memarut’, fungsi semantisnya untuk kelapa. 11) Leksem olok ‘menjolok’, fungsi semantisnya untuk buah. 12) Leksemait ‘mengait’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan. 13) Leksem atam ‘memanen’, fungsi semantisnya untuk padi. 14) Leksem alapis ‘memanen’, fungsi semantisnya untuk padi. 15) Leksemampok ‘menyabit’, fungsi semantisnya untuk padi. 16) Leksem aret ‘menyabit’, fungsi semantisnya untuk padi. 17) Leksem manci ‘memancing’, fungsi semantisnya untuk ikan. 18) Leksem amah ‘menjala’, fungsi semantisnya untuk ikan. 19) Leksemali ‘menggali’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan/buah dalam tanah. 20) Leksem akut ‘mengambil tanah’, fungsi semantisnya untuk tanah. 21) Leksem adulak ‘mendulang’, fungsi semantisnya untuk emas. 22) Leksem mulut ‘memulut’, fungsi semantisnya untuk burung/tupai. 23) Leksemalibat ‘memburu’, fungsi semantisnya untuk burung/tupai. 24) Leksemasu‘memburu’, fungsi semantisnya untuk babi hutan/kijang. 25) Leksem nabas ‘menebas’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan. 26) Leksem opak ’mengupas’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan. 27) Leksem natak ‘memotong’, fungsi semantisnya untuk tumbuhan. 28) Leksem nogo ‘menetak’, fungsi semantisnya untuk dahan/ranting buah. 29) Leksem nabak ‘menebang’, fungsi semantisnya untuk batang pohon. 30) Leksem inso’menebang’, fungsi semantisnya untuk batang pohon. 31) Leksem manto ‘menetak’ fungsi semantisnya untuk sagu. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis mengenai medan makna verba mengambil dalam
13
BDKDBA dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa verba mengambil memiliki istilah yang berbeda-beda untuk menamai atau menyebut kegiatan mengambil. Leksem-leksem dalam verba mengambil BDKDBA yang tidak menggunakan alat, yaitu malit, atoek, macet, olek, mirit, abuk, noles, apot, naap, araup, mauh, mipil, marah, motek, apet,ais, aluk, amut, namutni, muat, akat, ates, mebet, arurut, matah, empakarumput, mabut, maut, aok, ujut, agar, nikomok, akap, antik, arabut, arintak. Leksem-leksem yang termasuk dalam kelompok mengambil menggunakan alat, yaitu aletokenok, nima, namutni, orek, ukit, oker, osoukurolok, ait, atam, alapis, ampokaret, nabas,manci, amah,aliakut, odot, adulak, mulut, alibat,asu manto, opak, natak, nogo, nabak, dan inso. Komponen makna yang ada, tanpa menggunakan alat (anggota tubuh), pemakaian alat, posisi tangan, posisi kaki, posisi badan, arah mengambil, jarak, sasaran, tujuan, emosi, pelaku, waktunya, jumlah yang diambil, ukuran, dan bentuk. Jenis makna yang terdapat dalam BDKDBA, yaitu makna denotatif, makna konotatif, makna afektif, makna stilistika, dan makna kolokatif. Fungsi semantis setiap leksem verba “mengambil” adalah sebagai berikut. Leksem mengambil tanpa menggunakan alat (anggota tubuh) fungsi semantisnya untuk kotoran mata, kotoran di badan, jerawat, kotoran hidung, telur kutu rambut, rambut, makanan, tumbuhan, benda, dan buah, sampah, jagung, kelapa parut, ikan, karet, hewan buruan, ikan. Leksem mengambil dengan menggunakan alat, fungsi semantisnya untuk air, benda, binatang, dan kotoran telinga, buah, kelapa, padi, ikan, tanah, emas, burung/tupai, babi hutan/kijang, tumbuhan, dahan/ranting buah, batang pohon, dan sagu. Saran Penelitian yang dilakukan tentang medan makna verba mengambil BDKDBA merupakan penelitian yang membahas tentang aspek medan makna kata dari bidng semantik. Oleh sebab itu, peneliti berharap adanya penelitian lanjutan yang meneliti tentang BDKDBA, baik dari aspek fonologi, morfologi, sintaksis, maupun aspek semantisnya. Hal ini dilakukan untuk melengkapi data tentang BDKDBA yang telah ada. Peneliti lain juga dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kajian pada jenis-jenis makna dalam BDKDBA. Bagi peminat bahasa dapat menjadikan skripsi ini sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan tentang bahasa daerah yang ada di Kalimantan Barat. Skripsi ini masih banyak kekurangan, peneliti mengharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2008. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
14
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Parera, J.D. 2004. Teori Semantik.Jakarta: Erlangga. Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Prawirasumantri, Abud, dkk. 1997/1998. Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana: Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik. Bandung: Yrama Widya. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik: Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
15