HUMANIORA VOLUME 24
No.3 OktoOOr2012
Halaman 333- 344
PERILAKU DAN MAKNA VERBA DALAM BAHASA MADURA AkhmadSoJYan*
ABSTRACT This studyis aiming at studying the category and the meaning of verb in Madura language. The problem to studyis how to know: form or morphological category, syntactic category. and meaning of verbs in Madura language in enjo'-iyo. Research methodapplied in this study is descriptive-qualitative method. The data of this study is synchronic which is gained by having interview through open questionnaire. Though stem and bose are singular, stem can only stand alone when it is imperative. Transitive can be mono-transitive. transitive. and transitive intransitive. Passive construction can be
categorized as anti-active, andimperative can be categorized as anti-possive. Based on the meaning of verb in Madura language consists ofcausative verb, reciprocal verb, reflexive verb, locative verb. repetitive verb, and imperative verb. Keywords:
active verb. passive verb. ergative verb. transitive verb. intransitive verb. grammatical meaning
ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji perilaku dan makna verba dalam bahasa Madura. Permasalahan yang dikaji adalah bagaimanakah bentuk atau perilaku morfologis, perilaku sinuksis, dan makna verba daJam bahasa Madura pada tingkat tutur enjo'-iyo. Metode yang digunakan daJam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif. Data penelitian ini bersifat sinkronis yang diperoleh melaJui wavvancara dengan menggunakan kuesioner terbuka. Walaupun verba pangkaJ dan verba asaI atau verba dasar sama-sama berupa bentuk tunggal. verba pangkal hanya dapat berdiri sendiri kaJau berfungsi sebagai imperatif. Verba transitif dapat dibedakan atas verba monotransitif, verba ditransitif, dan verba transitif-intransitif. Verba yang terdapat pada konstruksi pasif dapat dikategorikan sebago; verba antiaktif, sedangkan verba yang berfungsi sebagai imperatif dapat dikategorikan sebago; verba antipasif. Berdasarkan maknanya, verba dalam bahasa Madura terdiri atas verba kausatif, verba benefaktif, verba resiprokal, verba refleksif, verba lokatif, verba repetitif, dan verba imperatif.
Kata Kunci: verba aktif, verba pasif, verba ergatif, verba transitif, verba intransitif, makna gramatikaJ
•Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Saslra Universitas Jember
333
Humaniora, Vol. 24, No.3 Ok/ober2012: 333 - 344
PENGANTAR
Walaupun merupakan sebuah bahasa daerah yang besar dan mengandung banyak variasi(dialekdan tingkattutur), kajian terhadap gramatika bahasa Madura (BM) masih sangat terbatas. BM adalah bahasa daerah yang digunakan sebagai sarana komunikasi sehari-hari oleh masyarakatetnik Madura. BM menempati posisi keempat dari 13 besar bahasa daerah terbesar di Indonesia; dengan jumlah penutur sekitar 13,7juta jiwa (Lauder, 2004). Dari sudut pandang linguistik, BM dikelompokkan ke dalam empat dialek utama,yakni (1) dialek Sumenep, (2)dialekPamekasan, (3)dialekBangkalan, dan (4) dialek Kangean; dan dua dialek tambahan, yakni: (1) dialek Pinggirpapas dan (2) dialek Bawean. Dalam BMsecara umum terdapat empat tingkat tutur atau ondhaghan bMsa, yakni (1) enja'-iya, (2) engghe-enten, (3) engghi-enten, dan (4) engghi-bhunten (Iihat Penninga, 1942; Soegianto dkk., 1986;Sofyan, 2007a). Di samping sangat terbatas, kajian-kajian yangdilakukanselama ini hanyaberisi deskripsi secara umumdantidakmencakup bagian-bagian yang unik dan problematis sehingga tidakdapat menyelesaikan sistem kaidah BM. Sebagai akibatnya, keunikan-yang merupakan sifat sebuah bahasa (Iihat Kenljono (Ed.), 1982; Chaer, 1994}-sistem BM menjadi tidaktampak. Padahal, sebagai sebuah bahasa, BM tentunya memiliki sistem tersendiri, baik pada sistem gramatika maupun pada sistemfonologinya (lihatSofyan, 2010). Dalamforum-forum kebahasaan BM,selalu te~adi polemik yang lebih bersifat"debat kusir" antara para praktisi BM-yang tergabung dalam Tim Nabara (Tim Pembina Bahasa Madura) di Kabupaten Sumenep dan Pakem Maddhu (Pelestarian dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Madura) di Kabupaten Pamekasandenganpara peneliti BM dari perguruan tinggidi Jawalimur (Unesa Surabaya, UNMMalang, dan Universitas Jember). Hal itu te~adi karena para praktisi BM menganggap bahwa para peneliti tidak memahami BM sehingga hasil-hasil penelitiannya tidak dapatditerima.
334
Setelah dilakukan penelaahan secara serius, temyata tidak diterimanya hasll-hasll penelitian BMolehparapraktisi-seperti yangseringdialami oleh penelitian bahasa daerah lain (IihatUhlenbeck, 1982}-terutama disebabkan oleh penggunaan data yang tidak lengkap. Terjadinya penggunaan datayangtidaklengkap disebabkan karena para penelilinya tidakmempunyai kompetensi yang memadaitentang BM sehinggatidak dapat mengembangkan intuisinya (Iihat Kridalaksana, 1988) untuk memancing data secara lengkapsebagaibahananalisis. Betapa pentingnya peranan kajian dalam menyelesaikan permasalahan dalamBMdisadari betul oleh para pemerhati BM. Hal itu tampak dalam SeminarBahasa Madurayang dilaksanakandi Surabaya tanggal22-23 November2005 yang mencantumkan satu butir putusan, yaitu "bahasa, sastra, dan budayaMadurahendaknya dikaji secara mendalam dalamrangkakodifikasi, pembakuan, dan dokumentasi untuk tujuan pengadaan bahan pembinaan danpengembangan bahasa, sastra, dan budaya Madura" (Balai BahasaSurabaya, 2005b). Sistem gramatika BMyang belum dideskripsikan dan dijelaskan secara tuntas adalah sistem kelas kata; yang merupakan unsur utama tata bahasa. Salah satu kelas kata dalam BM yang belum pemah dikaji secara tuntas adalah verba atau kata kerja; yang dalam BM disebut oca' ghaMy. Padahal, dalam BM, verba merupakan kelaskatayang palingproduktifpenggunaannya serta paling rumit ciri dan perilakunya (Sukardi, 2001). Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan ini bertujuan untukmengkaji perilaku danmakna verba dalam BM. Dengan tujuan tersebut, permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah (1) bagaimanakah bentuk atau perilaku morfologis verbaBM,(2)bagaimanakah perilaku sintaksis verba BM,dan(3)bagaimanakah makna verbaBM. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sumenep sebagai lokasi digunakannya BM standar(Asmoro, 1917). Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifkualitatif dengan datayangbersifatsinkronis dan
Akhmad Safyan - Perilaku dan Makna Verba dalam Bahasa Madura
disajikan menggunakan Ejaan Bahasa Madura yang Disempumakan (Balai Bahasa Surabaya, 2005a). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode simak libateakap(lihat Sudaryanto, 1988)dengan teknik pemancingan korektif (Iihat Samarin, 1988)dalam bentuk kuesionerterbuka; dengan eara meminta informan menuturkanciri dan perilaku BM yang diinginkan. Dari empatvariasi tingkat tutur(speech level) yang terdapat dalam BM, yang dijadikan sebagaiobjek kajiandalam penelitian iniadalah tingkattutur enja'-iya (E-I)yang merupakan jenis tingkat tutur yang sama dengan tingkat tutur ngoko dalam bahasaJawa,yakniragambahasa yang digunakan pada hubungan sosial yang sebayadan sangatakrab;lebihlazimdigunakan istilah ta' abhasa 'tidak ber-basa'. Setelah terkumpul, kemudian data diseleksi, diklasifikasi, dan ditabulasi. Penganalisisan data dilakukan berdasarkan bentuk, proses pembentukannya, dan perilaku ataufungsiyang didudukinya. Analisis mengenai perilaku ataufungsi yangdiduduki suatu jeniskata dilakukandengan eara menempatkannya pada suatufungtor dalam konstruksi kalimat. Teori yang digunakan untuk menganalisis data memanfaatkan pelbagai wawasan dan pendapatdari beberapa ahli (Iihat Kridalaksana, 1988). Halitudilakukan karena untuksaatiili yang paling mendesak bagi BM adalah dilakukannya pendeskripsian yangjelas. Dalam mendeskripsikan sebuah bahasa, pertimbangan yang paling penting adalah teori yang digunakan lebih operasionaldan sesuaidengan objek penelitian dan karakteristikbahasa yang diteliti. Verba adalah kata verbal yang dapat diikuti frasedengan sangat... sebagai keterangan eara. Berdasarkan kemungkinannya untukdiikuti objek, verba dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu verba transitif dan verba intransitif (Ramlan, 1991). Ciri-ciri verba antara lain adalah (1) berfungsi utama sebagaipredikatatau inti predikat, (2) mengandungmakna dasar perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas, (3) tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti 'paling', khususnya untuk verba yang bermakna keadaan (Moeliono (ed.), 1988). Dalam
struktur frase, verba dapat didahului oleh tidak, tetapi tidak dapat didahului partikel di, ke, dar;, sangat, lebih, atau agak (Kridalaksana, 2005). Berdasarkan bentuknya, verba dapat dibedakanatas verba dasar dan verba iurunan. Berdasarkan perilaku sintaksisnya, verba dapat dilihat berdasarkan: (1) ada-tidaknya nomina yang mendampingi verba dan(2)hubungan verba dengan nomina pendampingnya. Berdasarkan ada-tidaknya nomina yangmendampinginya atau ada-tidaknya objek, terdapat perbedaan istilah yang digunakan oleh para ahli; Kridalaksana (2005) menggunakan istilah monotransitif, ditransitif, dan bitransitif; sedangkan Moeliono dkk., (1988)menggunakan istilah monotransitif, ditransitif, dan transitif-taktransitif. Adapun istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah monotransitif, ditransitif, dan transitif-intransitif. Verba monotransitifadalah verba yangdidampingi oleh satu nomina; verba ditransitifadalah verba yangdidampingi olehdua nomina yang berfungsi • sebagaiobjekdan pelengkap; sedangkanverba transitif-intransitif adalah verba yang nomina pendampingnya bersifat mana suka, boleh ada bolehtidak. Berdasarkan hubungannya dengan nomina pendampingnya, verba dapat dibedakan atas verba aktif, verba pasif, verbaantiaktif atauergatif, dan verba antipasif(Kridalaksana, 2005). Verba aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku. Verba pasif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku, sasaran, atau hasil, Verba antiaktif atau ergatif adalah verbapasifyangtidakdapatdijadikan verbaaktif; subjeknya merupakan penanggap (yang merasakan, menderita, atau mengalami). Verba antipasif adalah verba aktif yang tidak dapat dijadikan verbapasif. Ciri-ciri verba dalam BM-terutama bila dibandingkan dengan ajektiva-adalah verba: (1) tidak dapat dijadikan R+D+{-an} yang berarti 'paling', (2) tidakdapat didahuluiaMk 'agak',(3) tidakdapatdijadikan (a-an}+D yang berarti 'Iebih ...',dan(4)tidakdapatdiikuti oleh parana 'sangat'; sedangkan ajektiva: (1) dapatdijadikan R+D+{an} yang berarti 'paling', (2)dapatdidahului abak 'agak', (3)dapatdijadikan (an-an}+D yang berarti 'Iebih ..', dan(4)dapatdiikuti olehparana 'sangat'.
335
Humaniora, Vol. 24, NO.3 Ok/ober2012: 333 - 344
Tabell: Kriteria Verba dan Ajektiva BM
No 1 2 3 4
Verba tidak dapal dijadikan R+D+{-an} 'paling' !idak dapal didahului abak !idak dapal dijadikan {a-an}+D 'Iebih...' !idak dapal diikuti parana 'sanga!'
BENTUK VERBA
Berdasarkan bentuknya, verba dalam BM dapa!dibedakan menjadi tigamaeam, yakni (1) verba pangkal, (2) verba asal, dan (3) verba turunan. Verba pangkal adalah satuan gramalik yangbelum mempunyai kategori katadan tidak dapatberdiri sendiri sebelum dilekali tetapi dapat dijadikan sebagai bernuk dasar sehingga disebut pangkal kataataupokokkataatauprakategorial (Ramlan, 1985; Moeliono dkk., 1988; Kridalaksana, 2005). Verba asal adalah verba yang dalam konteks sintaksis dapatberdiri sendiri tanpa afiks atau satuan gramatik lain. Verba turunan adalah verba yang berupa bentuk kompleks dan telah mengalami proses morfologis. Verba pangkal dalam BMdapat berdiri sendiri dalam konteks sintaksis. Perbedaan verba pangkal dengan verba asal adalah (1)lidakdapat diikuti oleh frase jhii'...na 'dengan sangal', (2) lidak dapat didahului oleh ta"lidak', dan (3) bila lidak dilekaliafiksselalu berfungsi sebagai kata imperalif. Contoh-contoh yang termasuk verba pangkal adalah: ajhiik 'ajaklah', bhalik'baliklah', coko,'cukurlah', dante' 'tunggulah', eret'sereUah', enom 'minumlah' ,jaga 'jagalah' ,jhu/it'coleklah', kakan'makanlah', kekke"gigiUah',lerek'liriklah', maen 'bermainlah', olok 'panggiilah', pele 'pilihlah', peyara 'peliharalah', raghB 'rabalah', sangghB' 'tangkaplah', tompa' 'naikilah', dan sebagainya. Dalam tuturan, satuan-satuan gramatik tersebut dapat berdiri sendiri walaupun tidak dilekati olehafiks, tetapi hanya berfungsi sebagai imperatif, seperti dalam contoh kalimat Mon ghi' ta'ngakan,jhajhanna lmkMghBllu! 'kalau belum makan, makanlah dulu kuenya!' dan aile ta' lempo, (sapedana) tompa' jha'tonton! 'agartidak lelah, (sepedanya) naikilah jangan dituntun'. Oleh 336
Ajekliva dapat dijadikan R+D+{-an} 'paling' dapat didahului abak dapa! dijadikan (a-an}+D 'Iebih...' dapa! diikuti parana 'sanga!'
karena tidak dapat berfungsi selain imperatif, verba pangkal !idak dapat digunakan sebagai unsurkalimatselain imperatif, seperti *Sengko' ghella'iakakImjhiijhiin. 'sayatadisudahmakan kue' dan *Kan ta' lempopolanatompa' sapeda. 'tidak lelah karena naik sepeda'; un!uk dapat berterima verbanya harus dijadikan verba turunan sehingga menjadi Sengko' ghella' la ngakan jhajhandan Kan ta'iempopoIana nompa'sapeda. Verba asal dalam BM jumlahnya relatif terbatas; lebih sedikit daripada verba pangkal. Contoh-contoh yang termasuk verba pangkal adalah berka"lari', kalowar 'keluar' ,Iebat 'Iewal', mote« 'rnulai', entar 'pergi', jhiigha 'bangun', ongghii 'naik', toju' 'duduk', dan tMung 'tidur'. Dalam konteks sintaksis, verba asal dalam BM dapat berdiri sendiri dan dapat juga berfungsi sebagai imperatif, seperti contoh kalimat Arapa bana ma'twkfi? 'kenapa kamu kok bllrIaIi' dan Jamalla jhiighapokolghella'pokollema"Jamal sudah bangun pukul lima tadi'; dapat juga digunakan sebagai imperatif, seperli pada~ olle kacapo'! 'bedarilah agar tidak tedambatl nututi!' dan JMgha la pokollema: se abhBjanga Sobbhu! 'bangllnlah sudah pukul lima, untuk sholatSubuh!'. Verba turunan dapatdikelompokkan menjadi empatjenis, yakni (1) verba berafiks, (2) verba bereduplikasi, (3)verba kompasisi, dan (4)verba berproses gabung. Verba berafiks adalah verba yangdibentuk dengan earamenambahkan afiks pada bentukdasar. Verba bereduplikasi adalah verba yang berupa bentuk ulang. Verba kompasisi adalah verbayangberupa katamajemuk; yang dibentuk dengan eara menggabungkan dua buah verba. Verba berproses gabung adalah verba yang dibentuk melalui gabungan proses afiksasi danreduplikasi.
AkhmadSofyan - Peri/aku dan Makna Verba da/amBahasaMadura
Afiks BM yang berfungsi sebagai pembentuk verba adalah prefiks, sufiks, dan konfiks. Prefiks pembentuk verba antara lain: N-, a-, ma-, ta-, ks, pe-, nga-, e-, eks-, dan epe-. Contoh-contoh penggunaannya adalah pote 'putih' menjadi mote 'berpuasa putih', jhBlan 'jalan' menjadi ajhBlan 'berjalan', jhBghB 'bangun' menjadi majhBghB 'membangunkan', tegghu' 'pegang' menjadi tategghu' 'terpegang', pandi'mandi' menjadi kapandi 'gunakan untuk mandi', mandMp 'rendah' menjadi pamandMp 'rendahkanlah',b8la 'beri tahu' menjadi ngaM/a 'memberitahukan', bMtek'lempar' menjadi ebhBtek'dilempar', lempo 'payah' menjadi ekalempo'menyebabkan payah', dan mole'pulang' menjadi epamole 'dipulangkan'. Sufiks pembentuk verba adalah -e dan -aghi. Contoh penggunaannya adalah sellem 'selam' menjadi sel/emme 'selamilah', tabbhu 'tabuh' menjadi tabbhui 'tabuhilah', bMtek 'Iempar' menjadi bMtegghBghi 'Iemparkanlah', ghiba 'bawa' menjadi ghiMaghi 'bawakanlah', dan pele 'pilih' menjadi peleaghi 'pilihkanlah'. Konfiks pembentuk verba antara lain adalah
N-e, N-aghi, N-ana, a-e, a-aghi, a-an, ma-e, maan, ma-ana, ma-aghi, e-e, e-ene, dan e-aghi. Contoh-contoh penggunaannya adalah Mjar 'bayar' menjadi majari 'membayari', belli 'beli' menjadi mel/eaghi 'membelikan', sere 'cari' menjadi nyareaghi'mencarikan', tambM 'obat' menjadi nambhaana 'akan mengobati', buja 'garam' menjadi abujai'menggarami', ghuna 'guna' menjadi aghunaaghi 'menggunakan', pajung 'payung' menjadi apajungan 'menggunakan payung', mandMp 'rendah' menjadi mamandhBbhi'menjadikan lebih rendah', nanges 'menangis' menjadi manangesan'menyebabkan menangis', lake 'suami' menjadi malakeana 'akan menikahkan (wanita)', kene' 'kecil' makene'aghi 'mengecilkan untuk', kemme 'kencing' menjadi ekemmee 'dikencingi', tambii 1ambah' menjadi etamMana 'akan ditambahi', danbhBtek'lempar' menjadi ebhBtekaghi'dilemparkan'. Afiks pembentuk verba dalam BM pada umumnya tidak dapat dilesapkan. Pelesapan afiks akan menyebabkan kalimat yang diluturkan menjadi terasa janggal. Misalnya,tuturan AjhuwfJl
angghuy ekabhandbaa ajhuwa/an kalambhi. 'Menjual perhiasan akan digunakan sebagai modal berjualan baju' tidak dapat diubah menjadi
*Ajhuwal angghuybMndhBaajhuwfJlan kalambhi dan Sapa se ~pesse e diya ghel/a'?'Siapa yang mengambil uang di sini tadi?' tidak dapat diubah menjadi *Sapa se ls.a/iL pesse e diya
ghel/a'? Jenis kata yang dapat dijadikan sebagai bentuk dasar verba adalah verba pangkal, verba asal, ajektiva, nomina, numeralia, adverbia, dan pronomina penunjuk. Contoh-contohnya adalah abbher'terbang',pegghB"putus', semma ' 'dekaf, bine 'istri', duwa' 'dua', bisa 'bisa', dan da' enja 'ke sini' dapat dijadikanverba: ngabbher'terbang', mapegghB"memutuskan', masemma' 'membuat dekat', abine'berislri', maduwa 'menjadikan dua', mabisa 'menjadikan bisa', dan mada'enja 'menjadikan ke sini'. Verba bereduplikasi adalah verba yang berupa bentuk ulang. Dalam BM, jenis verba bereduplikasi jumlahnya sangat terbatas karena verba pangkal dan verba asal bila direduplikasi umumnya berfungsi sebagai kata imperatif. Contoh verba bereduplikasi dalam BM adalah nga'-enga"ingat-ingat', du-ngadudu'mengaduhaduh', dan ghir-ghighir'marah-marah'. Verba bereduplikasi yang berfungsi sebagai kata imperatif adalah lik-bhBlik 'balik-baliklah', waljhuwal 'cepatlah jual', kan-kakan 'cepatlah makan', dan la'-kala "cepaUah ambil'. Verba komposisi adalah verba yang berupa kata majemuk. Verba komposisi dalam BM dibentukdengan cara menggabungkan dua buah verba yang berbentuk sama, misalnya to/a'-Mii 'pergi-pulang', nyorot-nyandher 'mundur maju', dan ongghB-toron 'naik turun'. Verba berproses gabung adalah verba yang dibentuk melalui gabungan proses afiksasi dan reduplikasi. Prefiks yang dapat berkombinasi dengan reduplikasi dalam pembentukan verba adalah N-, a-, ma-, ta-, ka-, nga-, e-, eka-, epa-. Contoh-contohnya adalah aMs> ngaMs> MsngaMs 'melihat-lihat', ghBru> aghBru> aru-ghBru 'menggaruk-garuk', ngoda> dfJ-mangoda 'berlagak muda', labu> talabu> bu-talabu
337
Humaniora, Vol. 24, No.3 Oktobar2012: 333 - 344
'terjatuh-jatuh', bhuko'> kabhuko'> kako'-bhuko' 'gunakan sebagai selimut', bhiru> ngabhiru> rungabhiru 'kelihatan hijau-hijau', amM'> eamM'> eM'-amM"ditunggu-tunggu', andi'> ekaandi'> ekadi'-andi"dijadikan simpanan', dan talabu> butalabu> epebu-tslebu 'dibuat terjatuh-jafuh', Penggunaan prefiks eka- dan epa- dalam verba berproses gabung berafiks dan bereduplikasi yang bentuk dasarnya berupa bentuk tunggal sering bervariasi dengan e-...ka- dan e.. .pe-, sehingga wmdi'-andi"dijadikan simpanan' dapat dituturkan ti.di'-l!iJ.andi' dan ~u-ta/abu 'dibuat terjatuh-jatuh' dapat ditulurkan ebu122ta/abu. Sufiks yang dapat berkombinasi dengan reduplikasi dalam pembenlukan verbaadalah an, -e, -aghi. Conloh-conloh penggunaannya adalah tedung> dung-tedungan 'lidur-tiduran', ambli'> ba'-ambli'an 'menunggu-nunggu', ghighir> ghigghiri> ghir-ghigghiri 'marahmarahilah', lowang> lowange> wang-towange 'kurang-kurangi', onta/> ontallaghi> tal-onta/laghi 'Iempar-Iemparkanlah', dan kale> ka/eaghi> leka/eaghi'gali-galikanlah'.
Konfiks yang dapal berkombinasi dengan reduplikasi dalam pembenlukan verba adalah Ne, N-aghi, N-ana, a-e, a-aghi, a-an, e-e, e-ana, dan e-aghi. Conloh-conloh penggunaannya adalahpanas> manase> nas-manase 'memanasmanasi', me/le> mellaaghi> le-melleaghi 'membeli-belikan', antor> ngantorraghi> tor-ngantorraghi'menabrak-nabrakkan', tamen> namenana> men-namenana 'akan menanarn-nanami', pasang> epasange> esang-pasange 'dipasangpasangi', tabur> etaburana> ebur-taburana 'akan ditabur-naburi', danconglet> econglettaghi> aletconglettaghi'dibenam-benamkan'. Jenis kala yang dapal dijadikan sebagai benluk dasar verba berproses gabung adalah verba pangkal, verba asal, ajektiva, nomina, numeralia, dan adverbia. Conloh-contoh penggunaannya dante'> adante'> ate'-dante' 'menunggu-nunggu', loppa > pa-ma/oppa 'berlagakl pura-pura lupa', semma'> epesemme> epasemma'-semma"dibual dekal-dekat', pelean> Iemelene 'memilih-milih', settong> epatong-settong 'dibuatldiisi satu-satu', danblinne>epane-banne 'dijadikan tidakwajar'.
Tabel2: 8enluk Verba 8M
Pangkal tidak dapat bardin sendin keclJali sbg imperatif
338
Asal
Turunan Berafiks
Reduplikasi
Majemuk
Gabungan
dapat bardin sendin
terdapat transposisi
tidak lerdapat tidak transposisi terdapal transposisi
terdapat lransposisi
transposisi: -ajektiva -nomina -numeralia -adverbia -penunjuk
bentuk dasar: verba pangkal dan verba asal
dibenluk dengan dua buah verba yang sarna
transposisi: -ajektiva -nomina -numeralia -adverbia
berfungsi: transilil dan intransitif
selalu berfungsi imperative
selalu berfungsi intransitif
berfungsi: transilif dan intransilif
dapat aktif dan pasil
selalu aktif
selalu aklif
dapat aktif dan pasif
lidakdapal diikuti
dapal diikuti
jM'...na'sangal..:
jM'...na
dan didahului ta' 'tidak'
'sarqat.;' dan didahului fa' 'tidak'
AkhmadSofyan- Perifaku dan Makna Verba da/amBahasa Madura
PERILAKU SINTAKSIS VERBA
Verbatransitif-intransitif umumnya berafiksN, baik yang hanya mengalami proses afiksasi maupun yang bereduplikasi, misalnya pada Jareyala mare ngakan (naseJ '(Anak) itu sudah makan (nasi)' dan PakKalebun les-noleslnonoles 'Bapak Kepala Desa menulis (sesuatu)'. Verba intransitif adalah verba yang tidak diikuti oleh nomina sebagai objeknya. Verba intransitif dapat dibedakan atas verba intransitif bentuk tunggal, verba intransitifbentuk kompleks, dan verba intrans~ifberpreposisi. Bentuktunggal yang berfungsi sebagai verba intransitif adalah verba asal, seperti: berka' 'lari', lebat'lewal', dateng'datang', mole 'pulang', dan toju"duduk'. Afiks yang berfungsi sebagai pembentuk verba intransitif bentuk kompleks antara lain: N-, a-, dan ma-; seperti pada kata ngopi'minum kopi', ngoli 'menjadi koli', apako 'terpaku', dan maduwa 'menjadi dua'. Verba intransitif berprefiks Nadalah yang bentuk dasarnya berupa nomina bukan alat, seperti: ngopi, nyate, ngokos, meca; ngoli, dan nyupir. Verba intransitif berprefiks aadalah verba yang bentuk dasarnya berupa (1) verba pangkal dan (2) nomina bukan alat dan berupa alat yang secara fonologis dapat dilekati oleh prefiks N-, tetapi prefiks a-nyatidak berfungsi sebagai verba transitif. Prefiks N- dalam BM tidak dapat bergabung dengan bentuk dasar yang berfonem awal: konsonan bersuara, baik yang beraspirasi maupun yang tidak beraspirasi, kecuali fbI, semi-vokal,konsonan getar,konsonan sampingan, dan konsonan nasal (Sofyan,2005), misalnya pada kalimat Bherrassa ma'ia abagi, sapa se magi? 'Berasnya kok sudah terbagi, siapa yang membagi?', Peiestersnne me' abeddhi? 'Lantainya kok beroasir?' dan Reya sennarra ta' aDanCeng 'Ini senarnya tidak berpancing'. Verba intransitif berprefiks maadalah yang bentuk dasamya berupa ajektivadan numeralia, seperti pada Le'erra la maceLlep, ta' pate panas 'Iehernya sudah agak dingin, tidak begitu panas' dan Ma' sempe' tDghel matello ecepo'apa? 'Kok sampai patah menjadi tiga kena apa?'.
Perilaku sintaksis verba dapat dilihat berdasarkan ada-tidaknya nomina yang mendampingi verba dalam konstruksi kalimat dan hubunganverbadengan nominapendampingnya. Berdasarkan ada-tidaknya nomina yang mendampinginya, verba dibedakan atas verba transitif dan verba intransitif. Verba transitif dapat dibedakan atas: (1) verba monotransitif,(2) verba ditransitif, dan (3) verba transitif-intransitif. Verba monotransitif dalam BM dapat berupa bentuk tunggal dan bentuk kompleks. Bentuk tunggal yang berfungsi sebagai verba monotransitif adalah verba pangkal, seperti: jhemmor 'jemurlah' pada kalimat Jhemmor kalambhina! 'jemurlah bajunya!'dan pele'pilihlah' pada kalimat ~ se ghus-bhfJghus! 'pilihlah yang bagus-bagus!'. Verba pada kedua contoh kalimat tersebut tidak dapat dipasifkan menjadi *Eihemmor kalambhina! dan *~ se ghus-
bhtighus! Bentuk kompleks yang berfungsi sebagai verba monotransitif aktif umumnya berafiks N-, a-, me-, -e, N-e, a-e, dan ma-e; sedangkan untuk verba monotransitif pasif digunakan 13-, epe-, 1313, dan epa-e. Seperti contoh kalimat Faruk rnatoron pao 'Faruk mernanenmangga'dan Sapa se nyapoe taneyan? 'Siapa yang menyapu halaman?'. Biladipasifkan, kedua kalimattersebut akan menjadi Paona epatoron Faruk'Mangganya dipanen Faruk' dan Taneyannya esapoe sapa? 'Halamannya disapu,siapa?' Verba ditransitif aktif umumnya berafiks Naghi, a-aghi, nga-, dan ma-aghi; sedangkan untuk verba ditransitif pasif digunakan e-aghi, eka-aghi, dan epa-aghi. Untuk afiks N-aghi dan a-aghidigunakan bentuk pasif yang sama, yakni e-aghi. Misalnya, kalimat Alfinmelleaghi Hi/man kalambhi anyar 'Nfin membelikan Hilman baju baru' dan Agung aghjMaghi EmijhfJmo 'Agung membawakan Emi jamu'; bila dipasifkan akan menjadi Hi/man emelleaghi kalambhi anyar b!' Alfin 'Hilman dibelikan baju baru oleh Alfin' dan EmieqhibaaghijhfJmo bi'Agung 'Emi dibawakan jamu oleh Agung'.
, '\'
'I'
• ,~"'1\
r,uANA
339
Humaniora, Vol. 24, No.3 Oktober 2012: 333 - 344
Verba intransitif berpreposisi adalah verba intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu. Verba intransitif jenis ini jumlahnya sangat terbatas, yakni antara lain masok (ka) 'masuk (ke)', ka/owar (dari) 'keluar (dari)', mangkat(kaidBri) 'berangkat(keldari),dateng (kal dari) 'datang (ke/dari)', ngabBs (ka/da')
'memandang pada', aghBntong ka 'bergantung pada', enga' ka 'teringat pada'. Contoh penggunaannya adalah Jupri la ghella' kalowar dari bengkona 'Jupri sudah tadi keluar dari rumahnya' dan Bi/a se majhua mon aahantona ka oreng towa terros? 'Kapan (yang) akan maju kalau bee:. gantung pada orang tua terus?' ..
Tabel3: Verba8M berdasarkan Ada-TIdaknya NominaPendampingnya Transitif Monotransitif
Intransitlf Ditransitif
Tunggal
Kompleks
Tunggal
Kompleks
berupa verba pangkal
afiks: N-, a-, mao, -e, N-e, a-e,ma-e
selalu bentuk berupa afiks: N-, a-, maselalu bentuk kompleks verba asal kompleks dengan afiks: N-aghi,a-aghi, dengan afiks: Nnga-, ma-aghi
sering diinversikan telapi tidak dapat dipasilkan
dapat dipasilkan dengan afiks: eo, epa-, e-e, epa-
sering dipasilkan dengan afiks: e-aghi, ekaaghi, epa-aghi
e
HUBUNGAN VERBA DENGAN NOMINA Berdasarkan hubungannya dengan nomina yang mendampinginya, verba dibedakan atas (1) verba aktif, (2) verba pasif, (3) verba antiaktif atau ergatif, dan (4) verba antipasif. Verba aktif dalam BM selalu berupa bentuk kompleks, baik hanya berafiksasi maupun berproses gabung afiksasi dan reduplikasi. Afiks yang digunakan untuk membentuk verba aktif adalah N-, a-, N-e, N-aghi, a-e, a-aghi, nga-, ma-e, dan ma-aghi. Contohnya adalah ngantos 'menunggu', ngaMs 'melihat', bBs-ngaMs'melihat-lihat', ajM/an 'berjalan', nambBi 'menambahi', ngeremmaghi 'mengirimkan', abMrengnge 'menemani', agMluyyaghi 'mengadukkan', ngaghuludhuk 'bergemuruh', dan malebBri 'melebari'. Contoh
340
TransitifIntransitif
tidak dapat t1dak dapat dipasilkan dipasilkan & jarang diinversikan
tldakdapat dipasilkan dan tldak dapat diinversikan berprefiks N-: bentuk dasamya nomina bukan alat berprefiks a·:(1) verba pangkal,(2) nomina: bukan alat & alat yg dapat dilekati oleh prefiks Nberprefiks rna·: (1) ajektiva (2) numeralia; berfungsi sbg keterangan
penggunaannya dalam kalimat adalah Ba'Bri' emma' agMbBvvag; jMjhanna B!' Ennor'. 'Kemarin ibu membuatkan Bibi Nur kue'; Bi/a mosem laep, oreng majang ajhuwali di'-andi'na. 'Kalau musim paceklik, nelayan menjuali barangbarangnya'; A/eya, malebBriloMngnga kanceng polana cope' ghBl1u'_ 'Ini, melebari lubang(nya) kacing karena terlalu sempit'. Verba pasif dalam BM selalu berupa bentuk kompleks, baik hanya berafiksasi maupun berproses gabung afiksasi dan reduplikasi. Afi.ks yang digu1'fakan untuk membentuk verba pasif adalah eo, epe-, e-e, epa-e e-aghi, eka-aghi, dan epa-aghi, misalnya pada kata ejhuruk 'didorong', eruk-jhuruk 'didorong-dorong', epabBcca 'dibasahkan', epenjhunge 'diselendangi'
Akhmad Safyan - Peri/aku danMakna Verba da/am Bahasa Madura
eparanYfmge 'diperkeras (suaranya)', ssa- karena itu, kalimat-kalimat tersebut tidak dapat mbhungngaghi'disambungkan', ekasabbhu'aghi' diubah menjadi 'SoraddM ghi' sengko' baea; 'diGadi)sabukkan', dan epabarlissaghi'disembuh- 'ObMddM ghi' ta' ale' enom; dan *A/e'na /a kanoleh'. (mare) Wna pandi'i? Verba antiaktif dalam BM selalu berupa Verba antipasif dalam BM dapat berupa bentuk kompleks, baik hanya berafiksasi maupun bentuk tunggal dan bentuk kompleks. Bentuk berproses gabung afiksasi dan reduplikasi. Afiks tunggal yang berfungsi sebagai verba antipasif yang digunakan untuk membentuk verba antiaktif adalah verba pangkal dan verba asal, seperti adalah tao, seperti pada kata tatoju' 'terduduk', kombi' 'kupas' dan dhurmas 'bilas'. Bentuk takae' 'tersangkut', dan ju'-tatoju' 'terduduk- kompleks yang berfungsi sebagai verba antipasif duduk'. Contoh penggunaannya dalam kalimat adalah bentuk yang berafiks -e, -aghi, dan -an; adalah Ana'na tatoiu' ka pecerren. 'Anaknya seperti pada kata bMrengnge 'temanilah', terduduk ke comberan' dan Oreng kene' padana bajarraghi 'bayarkanlah', tedungan 'suka tidur', sengko'ta'tabitong. 'orang keeil seperti saya tidak mel/ean 'suka membeli', dan matodusan 'memmasuk hitungan' tidak dapat dijadikan kalimat permalukan'. 'Ana'na matatQju'ka paearren. dan 'Oreng kene' Contoh penggunaan verba antipasif dalam padana sengko' ta' mitong. kalimat adalah Kombi' paona! 'Kupaslah Selain itu, verba antiaktif dalam BM dijumpai mangganya!', Bb8renange a/e'na! Temanilah pada verba yang terdapat pada konstruksi pasif adiknya!', Pessena MjlkrSghj ka ghuruna! karena konstruksi pasif dalam BM berkonstruksi 'Uangnya bayarkan kepada gurunya!', Anton e Aspek+Peran+Agen; berbeda dengan bahasa sako/aan me/lean jMjMn. 'Anton di sekolah Indonesia yang menggunakan konstruksi Aspek+Agen+Peran. Kalau dalam bahasa sering membeli kue', dan Senga;jM'matodustm Indonesia "peranl perbuatan" diletakkan setelah oreng towa. 'Awas, jangan mempermalukan "agen/pelaku", dalam BM "agen/pelaku" orang tua'. Verba pada kalimat-kalimat di atas diletakkan setelah "peranlperbuatan" (Sotyan, tidak dapat dipasifkan karena imperatif dalam BM 2007b). Contohnya adalah Soraddha ghi' ebaea selalu dituturkan dalam bentuk aktif, tidak dapat bi'sengko' 'Suratnya masih dibaca oleh saya'; dituturkan dalam bentukverba pasif (IihatSotyan, ObMddha ghi' ta' eenom bi' ale' 'Obatnya belum 2007b). Oleh karena itu, verba aktif pada contoh diminum oleh adik'; dan A/e'na /a (mare) epandi'i kalimat di atas tidak dapat dipasifkan sehingga bi' M'na? 'Adiknya sudah dimandikan oleh tidak dapat dijadikan "Ekombl' paona!; kamu?'. Verba pada kalimat-kalimattersebuttidak 'EbMrenonge a/e'na!; *Pessena ebs,&m§ghj ka dapat dijadikan verba aktif sehingga dapat ghuruna!; *Anton e sako/aan ebel/ian jMjMn.; dikategorikan sebagai verba antiaktif. Oleh dan *Senga', jha'epatodusan oreng towa.
Tabel4: Hubunqan Verba dengan Nomina No.
Jenis
1.
Akti!
2.
Pasi!
3.
Antiakti! (Ergatif)
4.
Antipasi!
Ciri-ciri selalu kompleks (afiks: N-, a-, N-e, N-aghi, a-e, a-aghi, nga-, ma-e, ma-aghl) selalu kompleks (afiks: e-, epa-, e-e, epa-e, e-aghi, eka-aghi, epa-aghl) - selalu kompleks (berafiks ta-) - semua verba yang terdapat pada konstruksi pasi! - dapat berbentuk tunggal (verba pangkal dan verba asal) dan kompleks (afiks: -e, -aghi, -an) - semua verba yang berfungsi sebagai impera!i!
341
Human/ora, Vol. 24, No.3 Oktober 2012: 333 - 344
MAKNAVERBA
Verba lokatifadalah verbayangmenyatakan Berdasarkan maknanya, verba dapal di- perbuatan yangobjeknya berupatempat. Verba bedakan alas (1) kausalif, (2) benefaktif, (3) lokatif umumnya ditandai dengan penggunaan resiprokal, (4)refleksif, (5)lokalif, (6)repelitif, dan aflksN~ dana-e, misalnya padakataadatengnge (7) imperalif. Verba kausalif adalah verba yang 'mendatangi', namenne 'mananami', nyabbhfli menyatakan perbuatan 'menyebabkan menjadi'. 'mengunjungi', esoooe 'menyapu', dan abhersee Verba kausalif dalam BM umumnya ditandai 'membersihkan'. Dalam tuturan sering terjadl dengan penggunaan aflks ma- pada bentuk dasar ketumpangtindihan penggunaan antara afiks --e ajektiva, seperli mada/em 'mendalamkan', majhflu dengan afiks-an yang bermakna 'melakukan', 'menjauhkan', majhflghB 'membangunkan', sehingga kedua afikstersebut sering dikatakan mabhingong 'membingungkan', dan mabhflghus sarna-sarna sebagai pembentuk verba lokatif. 'menjadikan bagus'. Conloh penggunaannya Kata nyabbhfli dan nyabbhBan, asapoe dan dalam kalimal adalah Dayat se mada/em asapoan, serta abhersee dan abhersean dl/oMngnga 'Dayal yang menyebabkan dalam anggap sarna. Padahal, padakalimat yang verbalubangnya' dan Sapa se maihflghfl reya, jhfl' nya berafiks N-an dan a-an terdapatunsuryang ghel/a'robbhu? 'siapa yangmenyebabkan berdiri. dilesapkan sehingga menjadi tampak seperti verbalokalif. inl, (orang)ladi roboh?'. Contoh-eonloh penggunaannya dalam Verba benefaklif adalah verba yang menyatakan perbuatan dilakukan unlukoranglain. Verba kalimaladalahImam vamenne tegghfll/a 'Imam benefaktif ditandai dengan penggunaan afiks N- menanami ladangnya' dan Imam namennan aghi, a-aghi, dan ma-aghi, misalnya pada kata cabbhi e tegghfll/a 'Imam sering menanam lombok nga/a'aghi 'mengambilkan', mel/eaghi 'membeli- di ladangnya'; Yanti asapoe teneyen 'Yanti kan', maMfiaghi 'mengembalikan (untukorang menyapu halaman' dan Yanti asaDoan (e) lain)', makapengghil7""f!ghi 'meminggirkan (milik taneyan 'Yanti menyapu di halaman'; serta Antos orang lain)', aghflMyyaghi 'membualkan', dan ghfll/u sakejjhfl' ya, Ita ghi' abhersee jedding ajhuwal/aghi'menjualkan'. Conloh penggunaan- 'Tunggu sebentar ya, Ita masih membersjhkan nya dalam kalimat adalah Sengko' dari kamar mandi'dan Antos ghfll/u sakejjhfl'ya, Ita mabflfiaghi songko'na Farukse eenjhflm Nanang ghi'abhersean (e) jedding 'Tunggusebentarya, 'Saya dari mengembalikan topi Faruk yang Itamasih bersih-bersih (di) kamarmandi'. Verba repetitifadalahverba yang menyatadipinjam Nanang' dan BfInne sengko' se ajhuperbuatan dilakukan secaraberulang-ulang. kan wa/aghi motorra Jama/ 'Bukan saya yang menVerba repetitif umumnya: berafiks N-an serta jualkanmotor(nya) Jamal'. Verba resiprokal adalah verba yang menyata- berupa reduplikasi yang berkombinasi dengan kan perbuatan saling berbalasan. Verba resipro- afiks N-, ta-, dan -an serta menggunakan kata kal umumnya berupa reduplikasi danpenggunaan ampo 'sukalsering' atau segghut 'sering', misalnya kata sa/eng 'saling', misalnya pada kata a/u'- pada kata mel/ean 'sering membeli', tMungan ghel/u' 'berpelukan', ayom-seyom 'bereiuman', 'sering tidur', nangesan 'sering menangis', /okghu'-tegghu'an 'saling pegang', sa/eng sabbhfl %gMn 'memanggil-manggil', kol-mokol 'salingkunjung', dan sa/eng M/es 'salingbalas'. 'memukul-mukul', bu-ta/abu 'te~atuh-jatu', ampo Verbarefleksifadalahverbayang menyata- ghighir'sukalsering marah', dan segghut eokan perbuatan yang objeknya diri sendiri atau ngOCP'sering memperdaya'. Verba imperalifdapatberupa bentuktunggal dilakukan untukpelakunya sendiri. Verba refleksif danbentuk kompleks. Verba bentuktunggal yang umumnya ditandai dengan penggunaan aflks a-, misalnya pada kata akaea 'bercermin', asoroy bermakna imperalifadalah verbapangkal. Verba 'bersisir', ajhemmor 'berjemur', adhandhBn bentukkompleks yang bermakna imperatifdapat berupa reduplikasi dan afiksasi. 'berdandan', dan aeokor'bercukur'.
342
AkhmadSofyan- Perilaku dan Makna Verba dalamBahasa Madura
Tabel 5: Makna Verba dalam 8M No.
6.
Kausatif Benefaktif . Resiprokal Refleksif Lokatif Repelitif
7.
Imperatif
1.
2. 3. 4. 5.
Ciri-eiri
Jenis
berafiks maberafiks N-aghi, a-aghi, ma-aghi berupa reduplikasi dan Salfing 'saling' berafiks aberafiks N-e (a) berafiks -an, (b) reduplikasi berkombinasi dg ta- atau N(e) menggunakan kala ampo atau segghut benluk tunggal (verba pangkal) dan kompleks (redupllkasi dan afiksasi: pa-, ka-, -e, -aghi, -an)
Verba imperatif yang berupa reduplikasi berbentuk dasarverba pangkal, verbaasal, dan verbaturunan; sedangkan yangberupa afiksasi ditandai dengan penggunaan afiks: pe-, ke-, -e, -aghi, dan -an. Contoh verba imperatif bentuk kompleks adalah la'-kala"(cepatlah) ambillah', Ie-mole '(cepatlah) pulanglah' ,Ia'-ngala''(cepallah) mengambil', patengghu 'perlihatkanlah', paambu 'berhenlikanlah', kajhuko' 'jadikanlah (sebagai) lauk',kole'e 'kulitilah', buwfmgngaghi 'buangkanlah', danka bBbBan 'Iebih kebawahlah'. SIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan analisis yangtelah diuraikan di atas dapat disimpulkan verba pangkal dalam BM tldak dapat berdiri sendiri secara sintaksis, kecuali sebagai imperatif; tidak dapat diikuti olehjM '.. .na 'dengan sangat'; dan tidak dapat didahului oleh ta' 'tidak'. Verba asal mempunyai ciri-ciri: dapat berdiri sendiri secara sinlaksis, dapal diikuli oleh jh8'...na 'dengan sangat'; dan dapatdidahului olehta"tidak'. Verba turunan dapat dikelompokkan menjadi empal jenis, yakni berafiks, bereduplikasi, komposisi, dan berproses gabung. Verba transitif dapat dibedakan atas verba monotransitif, verba ditransitif, danverba transitifintransitif. Verba monotransitifyang berupa bentuk tunggal selalu berupa verba pangkal, sedangkan yang berupa bentuk kompleks umumnya berafiks: N-, a-, mao, -e, N-e, s-e, dan rna-e. Verba ditransitifselalu berupa benluk kompleks, yang ditandai dengan penggunaan afiks: N-aghi, a-
aghi, nga-, dan ma-aghi. Verba transitif-intransitif umumnya berafiks N-. Verba intransitif bentuk tunggal selalu berupa verba asal. Verba intransitif bentukkompleks ditandai dengan penggunaan afiks: N-, a-, dan mao. Dalam kalimat, verba intransitif berprefiks ma- umumnya menduduki fungsi kelerangan atau mengandung makna keadaan atau proses. Verba aklif, verba pasif, dan verba antiaktif dalamBMselalu berupa bentukkompleks. Afiks yang digunakan untuk membentuk verba aktif adalah N-, a-, N-e, N-aghi, a-e, a-aghi, nga-, mae, dan ma-aghi. Afiks yang digunakan untuk membentuk verba pasifadalah e-, epa-, e-e, epae e-aghi, eka-aghi, dan epa-aghi. Verba antiaktif selalu berupa bentukkompleks berprefiks ta-dan verbapasifyangterdapatpada konstruksi pasif. Verba antipasif dalam BM dapat berupa bentuk tunggal dan bentuk kompleks, serta yang berfungsi sebagai imperatif. Bentuk tunggal yang berfungsi sebagai verba antipasif adalah verba pangkal danverba asal. Bentuk kompleks yang berfungsi sebagai verbaantipasif adalah bentuk yang berafiks -e, -aghi, dan-an. Verba kausatif umumnya ditandai dengan penggunaan afiksmao. Verba benefaktif ditandai dengan penggunaan afiks N-aghi, a-aghi, dan ma-aghi. Verba resiprokal umumnya berupa reduplikasi danpenggunaan katasaleng'saling'. Verba refleksif umumnya ditandai dengan penggunaan afiks a-. Verba lokatif umumnya ditandai dengan penggunaan afiks N-e. Verba repelitif umumnya: berafiks -an, berupa
343
Humaniora, Vol. 24, No.3 Oktober2012: 333-344
reduplikasi yang berkombinasi dengan afiks teatau N-, serta menggunakan kala ampo 'sukal sering' alau segghut 'sering'. Verba imperatif dapatberupa bentuk tunggal, reduplikasi, dan afiksasi. Afiks pembentuk verba imperatifadalah pe-, ka-, -e, -aghi, dan -an.
Penninga, P. dan H. Hendriks. 1942. Madurese in een
Maand Practische Handleiding voor het Aan/eren van de Madurese Taal. Semarang: G.T.C. van Dorp & Co.N.V.
Ramlan, M. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.v. Karyono.
Rarnlan, M. 1991. /'enggofongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset.
DAFTAR RUJUKAN Asrnoro, M. Wiryo. 1917. Ketab Lambilnna Paramasastra Madhaeril Djhaeghil. Naghara Bitawi:
e
Pengettjapanna KangdjengGoeperment. Balai Bahasa Surabaya. 2oo5a. /'edoman Umum £jaan Bahasa Madura yang Disempurnakan. Surabaya: Balai Bahasa Surabaya. Balai Bahasa Surabaya. 2oo5b. Putusan Seminar Bahasa Madura. Surabaya: Balai Bahasa Surabaya. Chaer; Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Kentjono, Djoko (Ed.). 1982. Dasar-Dasar Unguistik Umum. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kridalaksana. Harimurti. 1988. Beberapa Prinsip
Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. - - - . 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Lauder, Multamia RMT. 2004. "Pelacakan Bahasa Minoritas dan Dinamika Multikultural" Makalah disampaikan dalam Simposium Kajian Bahasa. Sastra, dan Budaya Austronesia /1/ 19-20 Agustus 2004. Denpasar: Universitas Udayana. Moeliono. Anton M. (ed.). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
344
Samarin, William J. 1988. I/mu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Kanisius. Soegianto, Soetoko, Soekarto, Ayu Soetarto. Sri Kustiati. 1986. Simaksis Bahasa Madura. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sofyan. Akhmad. 2005. "Fungsi Gramatik Prefiks {N-}. {a-}, {rna-} dalam Bahasa Madura Dialek Sumenep" Jurnal Humanika Vol.18 No.4 Oktober 2005. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. - - - -.. 2oo7a. "Dialek dan Tingkat Tutur dalam Bahasa Madura" dalam Jumal Medan Bahasa Vol. I No.1 Juni 2007. Surabaya: Balai Bahasa Surabaya. - - - - . 2007b. "Beberapa Keunikan Linguistik Bahasa Madura" dalam Jumal Humaniora Volume 19, Nomor 3. Oktober 2007, hal. 232-240. ----,.2010. "Fonologi Bahasa Madura" dalam Jurnal Humaniora Volume 22. Nomor 2. Juni 20 IO. hal. 207-218. Sudaryanto.1988. Metode Linguistik Bagian Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sukardl, Azis. 200 I. Kasusastraan Madura Kembang Sataman. Jember: Dinas Pendidikan Kabupaten Jember. Uhlenbeck, E.M. 1982. Kajian Morfologi Bahasa Jowa. Jakarta: Djambatan.