FRASA BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG Dina Yulianti, Sukamto, Hotma Simanjuntak Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Email :
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna frasa Bahasa Melayu dialek Ketapang. Bentuk penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu bahasa Melayu dialek Ketapang yang dipakai masyarakat Kelurahan Mulia Kerta. Data dalam penelitian ini berupa frasa bahasa Melayu dialek Ketapang yang didapat melalui wawancara langsung dengan informan yang direkam kemudian diterjemahkan dan dicatat. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara, teknik simak libat cakap (SBLC), dan bercerita. Berdasarkan analisis data ditemukan frasa dalam BMDK dapat dibedakan atas (a) frasa endosentris yang meliputi frasa endosentris yang koordinatif, frasa endosentris yang apositif, dan frasa endosentris yang atributif. (b) frasa eksosentris. Bentuk frasa dalam BMDK berdasarkan kategori frasa yaitu frasa nominal, verbal, adjektival, preposisional, dan keterangan. Fungsi frasa dalam kalimat fungsi frasa verbal, adjektival, adverbial, nominal, dan numeralial. Hubungan makna antar unsur-unsur dalam frasa BMDK yakni makna frasa nomina, frasa verba, frasa numeralia, frasa adverbial, dan frasa preposisi. Kata kunci : Bentuk, fungsi, makna frasa dialek Ketapang Abstract: this research purpose describe are form, function, and meaning of Malay language in Ketapang dialect. This research is in from of qualitative and descriptive methode. Data source of this research is Malay language in Ketapang dialect thas is spoken by native in Mulia Kerta district. Data in this reseacrh are in from of Malay language in Ketapang dialect that is gained through direct interview with interviewees that is recorder and translated then taken not. In aggregation data, the researcher user interviewing technique, listen and speak technique, and story telling. According to data analysis, it is found that phrase in KDMP can be disringuished into. (a) endocentric phrase that coveos coordinative endocentric, apositive endocentric phrase, and attributive endocentris phrase. (b) exocentrie phrase. Phrase form in KDMP according to phrase categores, they are: nominal phrase, verbal, adjectival, prepositional, and adverbial. Any functions of phrase in senteces, they are functioning as phrasal verb, adjectival phrase, adverbial phrase, nominal phrase, and numeral phrase. Meaning relatioship between elements in phrase KDMP, they are nominal phrase meaning, phrasal verb, numeral phrase, adverbial phrase and prepositional phrase. Keywords: categores, functions, meaning phrase Ketapang dialect
1
2
P
eranan bahasa daerah sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat dalam lingkungan tempat tinggalnya memberikan peranan penting terhadap perkembangan bahasa nasional yang berfungsi sebagai lambang kebanggaan berbangsa dan bernegara. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa penghubung antar daerah dan antar sesama serta sebagai sarana untuk mendukung kebudayaan nasional. Bahasa daerah juga memiliki peranan yang sangat penting dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan budaya daerah. Bahasa daerah perlu dipelihara keberadaannya di tengah masyarakat agar tetap hidup pada era globalisasi yang menampilkan kehidupan serba modern seperti sekarang ini.Perhatian khusus terhadap bahasa daerah dapat dilakukan melalui upaya membina, memelihara, mengembangkan, dan melestarikan bahasa daerah tersebut. Satu di antara bahasa daerah tersebut adalah bahasa Melayu dialek Ketapang. Hal yang dilakukan adalah melakukan penelitian terhadap bahasa Melayu dialek Ketapang. Bahasa Melayu dialek Ketapang selanjutnya (disingkat BMDK) merupakan satu di antara variasi bahasa Melayu di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat yang tumbuh dan berkembang di wilayah Kecamatan Benua Kayong tepatnya di Kelurahan Mulia Kerta. Peneliti ingin meneliti frasa dalam bahasa Melayu Ketapang karena didasarkan beberapa hal. Pertama, ingin memeroleh gambaran yang jelas mengenai frasa dalam BMDK. Kedua, peneliti ingin mengetahui sejauh mana perkembangan frasa pada BMDK dalam pemunculan kosa kata dan kalimat yang sesuai dengan aspek pemakaiannya. Ketiga, peneliti ingin mendokumentasikan frasa BMDK. Alasan peneliti meneliti bahasa Melayu Ketapang ini berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, BMDK adalah satu di antara lambang identitas dan hingga saat ini masih digunakan dalam situasi nonformal, yaitu sebagai alat komunikasi antarsesama penutur bahasa tersebut, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam hubungan dengan masyarakat penutur bahasa tersebut. Kedua, BMDK tidak hanya digunakan oleh masyarakat Melayu tetapi digunakan oleh masyarakat keturunan Cina, Madura, dan Jawa yang berdomisili di wilayah Ketapang sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Ketiga, peneliti berasal dari daerah penutur sehingga mempermudah dalam penelitian. Kabupaten Ketapang merupakan satu di antara kabupaten yang berada di Provinsi Kalimantan Barat terletak di antara garis 0º 19’00” - 3º 05’ 00” Lintang Selatan dan 108º 42’ 00” - 111º 16’ 00” Bujur Timur. Memiliki luas wilayah 35.809 km² (± 3.580.900 ha) yang terdiri dari 33.209 km² wilayah daratan dan 2.600 km² wilayah perairan. Serta memiliki 20 kecamatan, yaitu Benua Kayong, Air Upas, Delta Pawan, Hulu Sungai, Jelai Hulu, Kendawangan, Manis Mata, Marau, Matan Hilir Selatan, Matan Hilir Utara, Muara Pawan, Nanga Tayap, Pemahan, Sandai, Simpang Dua, Simpang Hulu, Singkup, Sungai Melayu Raya, Sungai Laur, Tumbang Titi. Mengingat luasnya wilayah pemakai BMDK, lokasi penelitian yang menjadi fokus tempat penelitian adalah di Kelurahan Mulia Kerta, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang. Alasan memilih Kelurahan Mulia kerta (1) masyarakat setempat menggunakan BMDK sebagai bahasa sehari-hari dan Kelurahan Mulia Kerta merupakan pusat kebudayaan Kabupaten Ketapang, (2) mayoritas penduduk Kelurahan Mulia kerta adalah orang Melayu keturunan asli
3
dari Keraton atau sering disebut sebagai Gusti Muhammad Saunan, (3) belum pernah dilakukan penelitian mengenai frasa. Tarigan (1984:93) frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa. Pendapat lain disampaikan Simanjuntak (2008: 43) frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Berdasarkan pendapat di atas frasa adalah kesatuan yang terdiri dari gabungan dua kata atau lebih dan merupakan unsur pembentuk kalimat yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa atau dengan kata lain tidak melebihi batas fungsi. Distribusi dalam ilmu bahasa berarti semua posisi yang dapat diduduki oleh unsur bahasa. Sebuah frasa terbentuk dari unsur atau konstitusi yang berupa kata atau beberapa kata tersebut akan membentuk sebuah frasa. Berdasarkan distribusi unsur frasa dapat diklasifikasikan atau dibagi menjadi dua, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris. Frasa endosentris adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya baik semua unsur maupun satu di antara dari unsurnya. Frasa endosentris dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu frasa endosentris yang koordinatif, frasa endosentris yang atributif, dan frasa endosentris yang apositif. Frasa endosentris yang koordinatif terdiri dari unsurunsur yang setara. Kesetaraannya dapat dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau (Ramlan, 1987:155). Frasa endosentris yang atributif adalah frasa yang terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara, karena itu unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau (Ramlan, 2001: 143). Frasa endosentris yang apositif unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur yang satu, Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Penanda frasa eksosentris berupa preposisi. Contoh frasa yang eksosentris ialah frasa di ruang baca. Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata. Frasa dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu: 1) Frasa nominal adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan nomina (kata benda). frasa nominal terdiri dari terdiri N diikuti N, N diikuti V, N diikuti Bilangan, N diikuti Keterangan, N diikuti frasa preposisi, N didahului bilangan, N diikuti kata sandang, ‘yang’ diikuti N, ‘yang’ diikuti verba, ‘yang’ diikuti bilangan, ‘yang’ diikuti keterangan, dan ‘yang ‘ diikuti frasa preposisi. 2)Frasa verbal terdiri dari Adv diikuti V, dan V diikuti V. 3)Frasa adjektival menyatakan keadaan yang diterangkan oleh kata seperti sudah, dan dapat. secara kategorial frasa adjektival terdiri dari Frasa adjektival yang dibuat ingkar dengan kata ingkar tidak, memiliki pewatas belakang seperti lagi dan kembali, memiliki tingkat perbandingan, dan memiliki keterangan penguat seperti sangat. 4)Frasa preposisional adalah frasa yang diawali preposisi (kata depan) sebagai penanda. 5)Frasa preposisi yang terdapat pada BMDK yaitu di, dari, dan ke. 6)Frasa keterangan adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata keterangan yakni kata yang memunyai kecenderungan menduduki fungsi keterangan dalam kalimat. Fungsi frasa dalam kalimat BMDK, yaitu 1)Fungsi frasa verbal terdiri dari frasa verbal sebagai subjek, frasa verbal sebagai predikat, frasa verbal sebagai
4
objek, dan frasa verbal sebagai pelengkap. 2)Fungsi frasa adjektival terdiri dari frasa adjektival sebagai subjek, frasa adjektival sebagai predikat, frasa adjektival sebagai keterangan, dan frasa adjektival sebagai pelengkap. 3)Fungsi frasa adverbial dalam kalimat berfungsi sebagai keterangan. Fungsi frasa nominal terdiri dari frasa nominal sebagai subjek, frasa nominal sebagai predikat, dan frasa nominal sebagai objek. 4)Fungsi frasa numeralial adalah suatu inti struktural dalam kalimat yang dapat menduduki fungsi subjek, predikat, dan keterangan. Hubungan makna antar unsur-unsurnya dalam frasa BMDK yakni makna frasa nomina, makna frasa verba, makna frasa numeralia, makna frasa adverbial, dan makna frasa preposisi. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subjek atau objek penelitian berdasarkan data sebagaimana adanya pada saat melakukan penelitian yang diuraikan menggunakan kata-kata ataupun kalimat bukan data bentuk angka-angka atau mengadakan penghitungan. Sudaryanto (1998:62) mengemukakan bahwa metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya. Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdasarkan pada fakta mengenai bahasa Melayu dialek Ketapang (BMDK) serta fenomena yang terjadi dimasyarakat. Maka metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bentuk penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang dapat memperjelas unsur yang disertai data yang telah dikumpulkan berupa ujaran dan sesuai dengan permasalahan yang dibicarakan oleh peneliti. Bentuk penelitian ini memberikan gambaran dari data yang telah diperoleh dari hasil analisis terhadap objek yang diteliti. Data dalam penelitian ini adalah frasa BMDK yang digunakan oleh masyarakat di Kelurahan Mulia Kerta, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan terjemahan. Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa Melayu dialek Ketapang yang dituturkan oleh masyarakat Kelurahan Mulia Kerta yang dijadikan data primer dan dokumen-dokumen lainnya yang mengandung frasa dalam BMDK yang dijadikan data sekunder. Sebagai sumber informasi dan sekaligus bahasa yang digunakan itu mewakili bahasa kelompok penutur di deaerah pengamatannya masing-masing, maka pemilihan seorang untuk dijadikan informan sebaiknya memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu (Mahsun, 2011: 141). Adapun syarat-syarat atau kriteria seorang informan adalah sebagai berikut. 1. Berjenis kelamin pria atau wanita; 2. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun); 3. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya; 4. Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP);
5
5. Berstatus sosial menengah (tidak rendah atau tidak tinggi) dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya; 6. Pekerjaannya bertani atau buruh; 7. Dapat berbahasa indonesia; dan 8. Sehat jasmani dan rohani. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik langsung atau wawancara langsung, Moleong (2007: 186) mengatakan wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terarah dengan berpedoman pada instrumen yang telah ditentukan, yaitu kata-kata dan kalimat yang mengandung frasa. Teknik SBLC maksudnya peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para informannya dan tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti (Mahsun, 2005: 93). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dalam bentuk cerita yang diperoleh dengan cara meminta informan menceritakan cerita daerah setempat yang diketahuinya dalam bahasa Melayu dialek Ketapang. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian ini. Untuk mempermudah mengumpulkan data di lapangan, peneliti menggunakan instrumen berupa cerita rakyat yang dituturkan oleh informan, maupun dokumen-dokumen yang berkaitan, misalnya cerita rakyat yang telah dibukukan. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat perekam dan kartu pencatat dengan maksud untuk mempermudah melakukan pengecekan terhadap data. Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Mencatat dan merekam percakapan dengan informan. 2. Data ditranskripsikan dari alat perekam ke dalam tulisan. 3. Setelah ditrasnkripsikan, data diklasifikasikan sesuai dengan masalah yaitu bentuk frasa, fungsi frasa, dan makna frasa dalam BMDK. Teknik analisis data yang dilakukan agar tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik, maka harus ada perencanaan dan persiapan yang sistematis. Untuk menganalisis data frasa BMDK, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Membaca kembali data yang telah ditranskripsikan dan diklasifikasikan. 2. Menganalisis frasa berdasarkan bentuk frasa dalam BMDK. 3. Menganalisis frasa berdasarkan fungsi frasa dalam BMDK. 4. Menganalisis frasa berdasarkan makna frasa dalam BMDK. 5. Membuat kesimpulan akhir tentang frasa dalam BMDK. 6. Mendiskusikan hasil analisis dengan dosen pembimbing. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data berdasarkan masalah yang dibahas yaitu bentuk frasa, fungsi frasa dalam kalimat, dan makna frasa BMDK. Data yang telah diperoleh berupa hasil tulisan maupun lisan kemudian dideskripsikan berdasarkan masalah tersebut.
6
Hasil Data yang berkaitan dengan frasa Bahasa Melayu dialek Ketapang sebagai berikut. 1. (C2 K 7) “Syaiful disuruh ayahnya mendatangi dukun di sungai awan” 2. (C1 K 36) “Anakmu disembunyikan siluman macan dibukit Begendang” 3. (W2 K 25) “dua orang turis itu sedang mencari novel baru di toko buku” 4. (C1 K 15) “Apai Buntat seorang dukun dari Mungguk Pukawe” 5. (C2 K 101) “Baru sebentar tiba-tiba mereka sudah sampai ke rumah Laila” 6. (C2 K 106) “Ibu Laila sedang pergi ke rumah tetangga” 7. (C2 K 116) “Nenek moyang mereka menerima islam dari Nabi Muhammad” 8. (C1 K 95) ”Kami tak sanggup lagi menjaganya karena babi menyerang siang dan malam” 9. (C2 K 2) ”Jalan pematang kubur masih jalan tanah yang kalau musim kemarau pasir tebal yang disebut sepuk, menyulitkan jika dilalui dengan sepeda atau motor” 10. (C1 K 69) “Kar berpesan, kalau tiba-tiba bertemu macan jangan dibunuh karena dapat membahayakan si pembunuh, sebab macan itu adalah siluman.” 11. (C2 K 55) “Mereka mengendarai sebuah mobil mewah.” 12. (W2 K 23) “kawanku, Nani sudah meninggal” 13. (W2 K 13) “yayan, anak Pak Itam sekolah di Pontianak” 14. ( W2 K 11) “Dia membeli mobil baru” 15. (W2 K 9) “Paman mengecat rumah baru” 16. (W1 K 31) “Pintu rumah” 17. (W1 K 57) “senjata yang mematikan”
7
18. (C2 K 150) “Ketika Syaiful mengembalikan cincin dan selendang yang diberikan oleh Laila, makin membuat mereka bertiga menangis lagi.” 19. (C1 K 73) “Namun sampai ke bukit tidak sebutir durian ditemukan.” 20. 2 (C2 K 98) “Ibu Syaiful sudah sembuh dari sakitnya setelah 2 bulan” 21. (W2 K 8) “Nanti siang mereka datang” 22. “ (W1 K 14) “Pak Hasan mempunyai dua ekor sapi 23. (W2 K 16) “dari pagi tadi paman pergi ke hutan” 24. (W2 K 27) “Nenek akan datang malam ini” Pembahasan 1. Bentuk Frasa a. Frasa Endosentris Kalimat terdiri dari satu klausa, yaitu . Selanjutnya, klausa itu terdiri dari empat unsur, yaitu , , , dan . Unsur-unsur itu ada yang terdiri dari dua kata, yaitu , dan , ada yang terdiri dari tiga kata, yaitu , dan ada pula yang terdiri dari empat kata, yaitu Frasa mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik unsur maupun dengan unsur persamaan distribusi dapat dilihat dari jajaran di bawah ini: a. _____ b. ________ Demikian juga frasa mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, yaitu dengan unsur , dan frasa mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya, yaitu unsur Frasa tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya karena merupakan preposisi (kata depan) yang menjadi preposisinya yakni Ketidaksamaannya dapat dilihat dari jajaran di bawah ini:
8
a. _____ b. ___ Berdasarkan bentuknya, frasa endosentris dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut. 1. Frasa endosentris yang koordinatif dalam BMDK sebagai berikut. a. (C1 K 95) ”Siang dan malam” dengan penghubungnya; b. (C2 K 2) ”Sepeda atau motor” dengan penghubungnya. Ciri frasa endosentris yang koordinatif dalam BMDK yaitu unsur-unsurnya dapat disetarakan dengan kata atau 2. Frasa endosentris yang atributif dalam BMDK sebagai berikut. a. (C1 K 69) “Jangan dibunuh” b. (C2 K 55) “Mobil mewah” Frasa endosentris yang atributif dari data di atas yaitu (a) merupakan Unsur Pusat (UP), sedangkan merupakan frasa verba sebagai Atribut (Atr), dan (b) merupakan Unsur Pusat (UP), sedangkan merupakan frasa nomina sebagai Atribut (Atr). 3. Frasa endosentris yang apositif dalam BMDK sebagai berikut. a. (W2 K 23) kawanku, Nani sudah meninggal” b. (W2 K 13) “yayan, anak Pak Itam sekolah di Pontianak” Frasa endosentris yang apositif unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur yang satu. Dalam hal ini unsur (a) sama dengan unsur , maka unsur dapat menggantikan unsur (b) sama dengan unsur , maka unsur dapat menggantikan unsur b. Frasa Eksosentris 1. (C2 K 10) “di sungai awan” 2. (C2 K 101) “ke rumah Laila” 3. (C2 K 118) “dari Nabi Muhammad”
9
Frasa eksosentris dari data di atas yaitu (1) merupakan penanda frasa eksosentris berupa preposisi, (2) merupakan penanda frasa eksosentris berupa preposisi, dan (3) merupakan penanda frasa eksosentris berupa preposisi. 2. Kategori Frasa Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata. Frasa pada BMDK dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu. a. Frasa Nominal 1. ( W2 K 11) “Dia membeli mobil baru” 2. (W2 K 9) “Paman mengecat rumah baru” Frasa dan dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata dan . Kata dan termasuk golongan kata nominal karena itu frasa dan termasuk golongan frasa nominal. Secara kategorial frasa bahasa Melayu dialek Ketapang terdiri dari. a) N diikuti N (W1 K 31) Frasa nomina diikuti nomina sebagai Unsur Pusat (UP) yang berkategori nomina, diikutisebagai Atribut (Atr) berkategori nomina. b) N diikuti V (W1 K 57) “senjata yang mematikan” Frasa nomina diikuti verba sebagai Unsur Pusat (UP) yang berkategori nomina, diikuti sebagai Atribut (Atr) yang berkategori verba. c) N diikuti bilangan (C2 K 150) “Mereka bertiga” Frasa nomina diikuti bilangan sebagai Unsur Pusat (UP) yang berupa nomina, diikuti sebagai Atribut (Atr) yang berkategori bilangan. d) N diikuti keterangan (W1 K 19) “baju merah”
10
Frasa nomina diikuti keterangan sebagai Unsur Pusat (UP) yang berupa nomina, sebagai Atribut (Atr) yang berkategori keterangan. e) N diikuti frasa preposisi (C2 K 10) “Dukun di Sungai Awan Kiri” Frasa nomina diikuti frasa preposisi sebagai Unsur Pusat (UP) yang berupa nomina, diikuti sebagai Atribut (Atr) yang berkategori frasa preposisi. f) N didahului bilangan (C1 K 73) “Sebutir durian” Frasa nomina didahuluio bilangan sebagai Unsur Pusat (UP) yang berupa frasa nomina, didahului sebagai Atribut (Atr) yang berkategori bilangan. b. Frasa Verbal (W2 K 15) “Mira sedang mandi di sungai” Frasa dalam kalimat di atas memunyai distribusi yang sama dengan kata . Kata mandi termasuk golongan verba sehingga termasuk kategori frasa verba. c. Frasa Adjektival (C2 K 98) “sudah sembuh” Frasa adjektival (1) merupakan adjektival yang berfungsi sebagai penanda, diikuti sebagai Atribut (Atr) yang menyatakan keadaan. d. Frasa Preposisi (C1 K 15) “dari Mungguk Pukawe” Frasa preposisional merupakan preposisi yang berfungsi sebagai penanda, diikuti sebagai aksisnya. e. Frasa Keterangan (W2 K 8) “Nanti siang mereka datang” Inti frasa keterangan merupakan frasa golongan keterangan yang menunjukkan keterangan waktu.
11
3. Fungsi Frasa Dalam Kalimat a. Fungsi Frasa Nominal 1) Frasa Nominal sebagai Subjek bia an suk (W2 K 2) Anak itu suka menangis Kalimat di atas frasa nominal bia an sebagai subjek, yang menjadi inti frasa nominal tersebut adalah nomina bia. 2) Frasa Nominal sebagai Predikat (C1 K 15) Dia adalah seorang dukun Kalimat di atas frasa nominal (a) sebagai predikat, yang menjadi inti frasa nominal tersebut adalah nomina ( 3) Frasa Nominal sebagai Objek (W2 K 9) Paman mengecat rumah baru Kalimat di atas frasa nominal berfungsi sebagai objek, yang menjadi inti frasa nominal tersebut adalah nomina b. Fungsi Frasa Verbal 1) Frasa Verbal sebagai Subjek (W2 K 3) “bersepeda termasuk olahraga yang menyenangkan” Kalimat di atas menunjukkan verbal berfungsi sebagai predikat, yang menjadi inti frasa verbal tersebut adalah verba 2) Frasa Verbal sebagai Predikat (W2 K 15) “Mira sedang mandi di sungai” Kalimat di atas menunjukkan verbal berfungsi sebagai predikat, yang menjadi inti frasa verbal tersebut adalah verba 3) Frasa Verbal sebagai Objek (W2 K 41) “cucunya sudah bisa berjalan sendiri” Kalimat di atas menunjuk frasa verbal berfungsi sebagai objek, yang menjadi inti frasa verbal adalah verba 4) Frasa Verbal sebagi Pelengkap (W2 k 5) Dia dan adiknya sedang bertengkar Kalimat di atas frasa verbal berfungsi sebagai pelengkap, yang menjadi inti frasa verbal tersebut adalah verba
12
c. Fungsi Frasa Adjektival 1) Frasa Adjektival sebagai Subjek (W2 K 35) Cantik dan ganteng pemberian Tuhan Kalimat di atas frasa adjektiva dan dengan preposisi dan sebagai penghubungnya. 2) Frasa Adjektival sebagai Predikat (W2 K 36) “gadis itu sangat cantik di kampung ini” Kalimat di atas frasa adjektival berfungsi sebagai predikat, yang menjadi inti frasa adjektival tersebut adalah adjektival 3) Frasa Adjektival sebagai Objek (W2 K 30) “ibu membeli semangka besar sekali” Kalimat di atas frasa adjektival (a)berfungsi sebagai objek, yang menjadi inti frasa adjektival 4) Frasa Adjektival sebagai Keterangan Pada frasa nomina, adjektival mempunyai fungsi atributif yakni menerangkan nomina yang di depannya. Dalam fungsi seperti itu adjektival dapat pula dipisahkan dengan memakai kata yang. Contoh: (C2 K 55) 5) Frasa adjektival sebagai pelengkap (W2 K 2) Anak itu suka menangis Kalimat di atas frasa adjektival pada kalimat berfungsi sebagai pelengkap, yang menjadi inti frasa adjektival tersebut adalah adjektival d. Fungsi Frasa Adjektival Frasa adverbial dalam kalimat hanya berfungsi sebagai keterangan. (W2 K 8) nanti siang mereka datang Kalimat di atas, frasa adverbial berfungsi sebagai keterangan. Yang menjadi inti frasa adverbial tersbut adalah adverbial e. Fungsi Frasa Numeralial “ (W1 K 14) “Pak Hasan mempunyai dua ekor sapi Frasa numeralial pada kalimat di atas adalah sebagai frasa numeralial sedangkan berupa nomina sebagai Atribut (Atr).
13
4. Hubungan Makna antar Unsur-unsurnya a. Makna Frasa Nomina Hubungan makna frasa nomina sebagai berikut. 1) Kesamaan Frasa Yogyakarta, kota pelajar secara semantik, unsur Yogyakarta sama dengan unsur kota pelajar. Kesamaan secara keseluruhan kemungkinan ditandai oleh kata adalah di antara unsurnya, menjadi Yogyakarta adalah kota pelajar. Pertemuan unsur Yogyakarta dengan kota pelajar dalam frasa Yogyakarta, kota pelajar menimbulkan hubungan makna ‘kesamaan’. Datanya: a. (W1 K 32) Ketapang, kota asri b. (W1 K 43) Pontianak, kota bersinar 2) Sebutan Frasa Drs. Ahmad kata Drs. menyatakan makna ‘nama gelar kesarjanaan’, dalam frasa Letkol Suaji kata Letkol menyatakan nama’gelar kepangkatan’, dalam frasa Haji Dasuki kata Haji menyatakan makna nama ‘gelar keagamaan’, dalam Ibu Dosen kata Ibu menyatakan makna ‘nama panggilan’. Makna-makna tersebut dirangkum menjadi satu makna, yaitu ‘sebutan’. Misalnya: a. (C2 K 120) Datuk Punggawe b. (C2 K 20) Wan Bunsu b. Makna Frasa Verba Hubungan makna frasa verba sebagai berikut. 1. Penjumlahan Frasa makan dan minum terdapat hubungan makna ‘penjumlahan’ mengingat kemungkinan diletakkannya kata penghubung dan di antara unsurnya. Misalnya: (C2 K 125) Ke kanan dan ke kiri 2. Tingkat Dalam frasa sangat kuat kata sangat yang berfungsi sebagai Art menyatakan makna ‘tingkat’,yaitu tingkat keadaan yang tersebut ada UP. Kata-kata lain yang digunakan untuk menyatakan makna ‘tingkat’ ialah kurang, amat, sekali, terlalu, dan paling. Misalnya: a. (C1 K 61) Sangat tinggi b. (C2 K 165) Sangat penyemburu
14
c. Makna Frasa Adverbia Hubungan makna dalam frasa adverbia sebagai berikut. 1. Keterangan kualitatif Keterangan kualitatif adalah keterangan yang menerangkan atau menjelaskan suasana atau situasi dari suatu perbuatan. Misalnya: (C2 K 33) Bersepeda dengan laju 2. Keterangan waktu Keterangan waktu adalah keterangan yang menunjukan atau menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa atau perbuatan dalam suatu bidang waktu. misalya: (C2 K 48) Jumat nanti d. Makna Frasa Preposisi 1. Bagi, untuk, buat, guna Preposisi bagi, untuk, buat digunakan untuk menyatakan makna peruntukan. Misalnya: a. (W2 K 18) Bagi kedua orangtua b. (C1 K 100) Untuk dijadikan menantunya c. (W2 K 20) Buat saudara di kampung halaman 2. Oleh Preposisi oleh digunakan untuk menyatakan makna pelaku atau yang dianggap pelaku. Misalnya: a. (C1 K 88) oleh Hajran b. (W1 K 6) oleh ibunya sendiri 3. Bersama, berserta Preposisi bersama, beserta digunakan untuk menyatakan makna kesetaraan. Misalnya: a. (C2 K 43) bersama kakak b. (W2 K 21) beserta rombongan haji dari Pontianak e. Makna Frasa Numeralia Hubungan makna dalam frasa numeralia sebagai berikut. 1. Kumpulan (kolektif) Contoh: a. (C2 K 127)
15
Menonton bioskop berdua b. (C2 K 158) Meninggalkan mereka bertiga 2. Makna kuantitatif tidak tentu (tidak terhitung) Contoh: (W1 K 43) Beramai-ramai menonton konser musik SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis data yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan terdapat deskripsi frasa dalam BMDK yakni dibagi menjadi dua aspek (a) frasa endosentris yang meliputi frasa endosentris yang koordinatif, frasa endosentris yang apositif, dan frasa endosentris yang atributif. (b) frasa eksosentris yang meliputi frasa preposisional dan frasa non-direktif. Frasa dalam BMDK berdasarkan bentuknya dapat digolongkan menjadi lima aspek, yaitu; 1)frasa nominal terdiri dari terdiri N diikuti N, N diikuti V, N diikuti Bilangan, N diikuti Keterangan, N diikuti frasa preposisi, N didahului bilangan, N diikuti kata sandang, ‘yang’ diikuti N, ‘yang’ diikuti verba, ‘yang’ diikuti bilangan, ‘yang’ diikuti keterangan, dan ‘yang ‘ diikuti frasa preposisi. Frasa verbal terdiri dari Adv diikuti V, dan V diikuti V. 2)Frasa adjektival menyatakan keadaan yang diterangkan oleh kata seperti sudah, dan dapat. secara kategorial frasa adjektival terdiri dari Frasa adjektival yang dibuat ingkar dengan kata ingkar tidak, memiliki pewatas belakang seperti lagi dan kembali, memiliki tingkat perbandingan, dan memiliki keterangan penguat seperti sangat. 3)Frasa preposisional adalah frasa yang diawali preposisi (kata depan) sebagai penanda. Frasa preposisi yang terdapat pada BMDK yaitu di, dari, dan ke. 4)Frasa keterangan adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata keterangan yakni kata yang memunyai kecenderungan menduduki fungsi keterangan dalam kalimat. Fungsi frasa dalam kalimat BMDK, yaitu sebagai berikut: 1)Fungsi frasa verbal terdiri dari frasa verbal sebagai subjek, frasa verbal sebagai predikat, frasa verbal sebagai objek, dan frasa verbal sebagai pelengkap. 2)Fungsi frasa adjektival terdiri dari frasa adjektival sebagai subjek, frasa adjektival sebagai predikat, frasa adjektival sebagai keterangan, dan frasa adjektival sebagai pelengkap. 3)Fungsi frasa adverbial dalam kalimat berfungsi sebagai keterangan. Fungsi frasa nominal terdiri dari frasa nominal sebagai subjek, frasa nominal sebagai predikat, dan frasa nominal sebagai objek. 4)Fungsi frasa numeralial adalah suatu inti struktural dalam kalimat yang dapat menduduki fungsi subjek, predikat, dan keterangan. Hubungan makna antar unsur-unsurnya dalam frasa BMDK yakni makna frasa nomina, makna frasa verba, makna frasa numeralia, makna frasa adverbial, dan makna frasa preposisi. Saran Penelitian tentang BMDK merupakan penelitian tentang frasa BMDK. Saat mengumpulkan data penelitian, peneliti mendapatkan kendala-kendala yang
16
ditemui. Kendala-kendala tersebut antara lain sulitnya menemui informan, dan sulitnya mengajak informan untuk berkomunikasi karena mereka sedikit saja memahami bahasa Indonesia. Berdasarkan kesulitan-kesulitan di atas, peneliti menyarankan kepada peneliti BMDK yang lain supaya dalam penelitian selanjutnya dapat mengantisipasi kendala-kendala tersebut. Peneliti mengharapkan penelitian bahasa mengenai frasa dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian mengenai bahasa daerah lainnya untuk mempertahankan dan melestarikan budaya daerah yang ada di Kalimantan Barat. DAFTAR RUJUKAN Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Moleong, Lexi J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.Yogyakarta: CV Karyono. Simanjuntak, Hotma. 2008. Buku Ajar Sintaksis. Pontianak: FKIP Untan. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik (Ke Arah Memahami Metode Linguistik) Bagian Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Tarigan, Hendry Guntur, 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa.