KESINONIMAN FLORA DAN FAUNA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SAMBAS Yasha Alfhini, Sesilya Saman dan Amriani Amir Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PBS, FKIP Untan, Pontianak email:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan leksem, substitusi leksem, dan fungsi semantis leksem kesinoniman flora dan fauna dalam bahasa Melayu dialek Sambas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Hasil analisis data berdasarkan deskripsi, substitusi, dan fungsi semantis leksem kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS terdapat 18 pasang leksem yang bersinonim. Data tersebut terdiri dari 11 pasang leksem flora dan 7 pasang leksem fauna. Hasil analisis data berdasarkan deskripsi leksem yang mengacu pada flora terdiri atas 11 pasangan leksem. Hasil analisis data berdasarkan deskripsi leksem yang mengacu pada fauna terdiri atas 7 pasangan leksem. Hasil analisis data berdasarkan peran semantis terdiri atas keterangan sumber, pelaku, sasaran, keterangan alat, dan atribut. Kata Kunci: kesinoniman, flora dan fauna, dialek sambas Abstract: This study aim to describe the lexemes, substitution lexeme, and function leksem semantically of the synonymy flora and fauna in malay dialect Sambas. The method used in this research is descriptive method with qualitative forms of research. Results of data analysis based on the description, substitution, and the semantic function leksem synonymy flora and fauna in the BMDS, there are 18 pairs of synonymous lexemes. The data consists lexemes flora is 11 pairs and 7 pairs of lexemes fauna. Results of data analysis based on the description that refers to the flora lexeme consists is 11 couples lexeme. Results of data analysis based on the description that refers leksem fauna consists is 7 pair lexeme. The results of data analysis based on semantic role consists is information sources, actors, goals, information appliance, and attributes. Key Word: synonymy, flora and fauna, dialects Sambas
B
ahasa Melayu dialek Sambas merupakan ciri khas bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang bermukim di daerah Kalimantan Barat khususnya di daerah Kabupaten Sambas. Logat dan tutur bahasanya yang khas membuat mereka mudah dikenali oleh penduduk diluar daerah tersebut. Dialek Sambas digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan yang bersifat adat istiadat atau yang berhubungan dengan kebudayaan, seperti: pada prosesi penobatan raja, perkawinan, dan ritual keagamaan. Dialek sambas juga dapat terlihat pada kesenian yang ada di Kabupaten Sambas, contohnya: Seni sastra (zikir nazam, berzanji, dan pantun), seni pertunjukkan, dan seni musik.
1
BMDS memiliki variasi pelafalan huruf vokal dan konsonan sebagai bentuk pembeda dengan bahasa daerah lain. Variasi dalam BMDS menimbulkan keunikan yang menjadikannya sebagai ciri khas dari daerah Kabupaten Sambas. Keunikan tersebut dapat kita lihat dalam pelafalan vokal seperti dalam kata kemana menjadi keman (kemane) dan pada perulangan konsonan dalam kata gelap menjadi galap (gallap). Berdasarkan penjelasan tersebut, untuk menjaga dan melestarikan BMDS agar tetap digunakan oleh masyarakat Melayu Sambas dan tetap terjaga karakteristik bahasanya maka upaya yang dapat dilakukan yaitu dalam bentuk penelitian tentang kebahasaan, seperti meneliti mengenai kesinoniman flora dan fauna. Kesinoniman dalam BMDS dijadikan objek penelitian dengan beberapa pertimbangan. Pertama, melalui penelitian ini dapat ditemukan persamaan makna, bentuk-bentuk kata, hubungan makna kata dalam BMDS yang berkaitan dengan flora dan fauna. Kedua, penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai kesinoniman, menunjang pendidikan dari segi kebahasaan, dan dapat bermanfaat sebagai dokumentasi yang berharga di daerah Kabupaten Sambas. Ketiga, peneliti sebagai penutur asli ingin mendokumentasikan serta menginformasikan persamaaan makna kata flora dan fauna yang digunakan oleh masyarakat Melayu Sambas. Keempat, peneliti ingin mendeskripsikan definisi kompleks yang berhubungan dengan kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS. Flora dan fauna dalam BMDS dijadikan objek penelitian karena melalui penelitian ini masyarakat dapat mengetahui bentuk-bentuk kata dari flora dan fauna yang digunakan dalam BMDS. Penelitian ini juga menjelaskan mengenai makna dari bentuk kata dalam BMDS sehingga dengan membaca penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat dalam menguasai bahasa daerahnya sendiri. Penelitian ini dapat dikaitkan dengan pembelajaran kebahasaan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang terdapat di SMK kelas XI semester 1. Materi kesinoniman terdapat pada Standar Kompetensi 2. Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat Madya dengan Kompetensi Dasar 2.4 membaca untuk memahami makna kata, ungkapan, dan kalimat dalam konteks bekerja. Guru dapat menggunakan contoh-contoh yang terdapat di penelitian ini sebagai pemandu siswa dalam memahami makna kata agar siswa lebih mudah memahami materi tersebut. Penelitian ini dapat menjadi acuan siswa yang sekolahnya berada di Kabupaten Sambas untuk mendapatkan contoh dari setiap bentuk kata dalam BMDS yang menjelaskan maknanya secara mendalam. Soedjito (1986: 1) mengemukakan sinonim ialah dua kata atau lebih yang maknanya sama atau hampir sama (mirip). Menurut Chaer (1995: 83) hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim bersifat dua arah. Jadi, kalau bunga bersinonim dengan kata kembang, maka kata kembang juga bersinonim dengan kata bunga. Berdasarkan penjelasan tersebut, sinonim dapat dikatakan bahwa bentuk kata yang masih terdapat dalam satu kelas kata yang sama dan memiliki makna yang hampir sama. Menurut Keraf (1985: 35) kesinoniman kata dapat diukur dari dua kriteria. Pertama, kedua kata itu harus saling bertukar dalam 2
semua konteks disebut sinonim total. Kedua, dua kata itu memiliki makna kognitif dan emotif yang sama; hal ini disebut sinonim komplet. Kridalaksana (1986: 67) mengemukakan bahwa flora dan fauna termasuk ke dalam bagian dari nomina bernyawa. Nomina flora dan fauna mempunyai ciri sintaksis, yaitu: 1) tidak dapat disubstitusikan dengan ia, dia, atau mereka; dan 2) tidak dapat didahului partikel si. kecuali flora dan fauna yang dipersonifikasikan seperti si kancil, si kera. Soedjito (1989:5) mengemukakan bahwa kata-kata yang bersinonim selalu sama kelas katanya. Kesinoniman nomina merupakan perpadanan kata yang maknanya hampir sama dan termasuk dalam satu kelas kata yang sama yaitu termasuk kelas kata yang menyatakan kebendaan. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memecahkan masalah yang terdapat dilapangan sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Data harus sesuai dengan gambaran bahasa yang digunakan oleh masyarakat. Menurut Sudaryanto (1988:57) cara penanganan metode deskriptif ini melalui tahapan pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil data. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mengkaji data berdasarkan fakta-fakta yang ada dan memberikan bukti tentang penggunaan bahasa yang asli. Data-data yang diperoleh adalah kumpulan beberapa leksem bersinonim sesuai dengan yang digunakan oleh masyarakat Melayu Sambas saat sekarang yang berkaitan dengan flora dan fauna. Penelitian ini tidak mengkaji kesalahan berbahasa masyarakat, tetapi melihat bentuk-bentuk leksem disertai maknanya yang sesuai dengan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu Sambas. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian kualitatif. Penelitian ini secara alamiah menggunakan data-data yang sesuai dengan kenyataan yang terdapat dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Bogman dan Taylor (dalam moleong, 1991:3) menyampaikan pendapatnya tentang penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang diperoleh berupa kata-kata yang dituturkan apa adanya tanpa pengubahan bentuk bahasa oleh penutur. Peneliti secara langsung mancari informasi kelapangan untuk mendapatkan jawaban dari setiap permasalahan dalam penelitian, terutama yang berkaitan dengan kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS. Penelitian mengenai kesinoniman flora dan fauna dalam bahasa Melayu dialek Sambas merupakan pendeskripsian leksem secara leksikal, substitusi leksem secara gramatikal, dan analisis fungsi semantis leksem dalam BMDS terkait dengan Flora dan Fauna. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik simak libat cakap, teknik catat dan teknik rekam, teknik pancing. penelitian ini dilakukan dengan teknik simak libat cakap artinya peneliti terlibat langsung dalam proses pemerolehan calon data dengan ikut berpartisipasi dalam pembicaraan bersama informan. Teknik catat difungsikan untuk mencatat data-
3
data penting yang berupa bentuk-bentuk kata, pengertian serta penggunaan kata tersebut dalam kalimat yang digunakan oleh masyarakat Melayu Sambas.Pada saat informan bercerita peneliti melakukan perekaman dengan teknik rekam agar dapat memudahkan peneliti mengingat data yang sudah dituturkan oleh informan karena melalui pendokumentasian bahasa lisan yang berbentuk rekaman dapat diputar secara berulang-ulang. Teknik pancing ini mencoba mencari kata-kata yang masih belum diucapkan oleh informan. Peneliti membuat daftar pertanyaan, kartu data, atau berupa gambar yang mengarah ke makna sebuah kata untuk mendapatkan kata dari makna tersebut yang belum diutarakan penutur. Alat pengumpulan data yang utama adalah peneliti sendiri dengan dibantu instrumen-instrumen lain berupa daftar pertanyaan, daftar gambar, kartu data yang digunakan untuk mencatat data-data yang diperlukan oleh peneliti sesuai dengan kelompoknya, alat perekam berupa handphone untuk merekam setiap ujaran yang diucapkan informan, dan cerita rakyat. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini meliputi transkripsi, klasifikasi, penerjemahan, klasifikasi data, analisis data, serta kesimpulan. Penelitian ini perlu dilakukan pengujian keabsahan data, sehingga mengharuskan peneliti menggunakan tiga teknik pemeriksaan. Pertama, Kecukupan referensial yaitu peneliti membaca, mengunjungi, dan menelaah sumber-sumber data serta berbagai pustaka yang berhubungan dengan masalah penelitian secara berulang-ulang agar peneliti dapat memahami bacaan dengan baik dan mendapatkan keabsahan data dan informasi. Kedua, pemeriksaan sejawat melalui diskusi. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat (Moleong, 1991:179). Pada tahap pemeriksaan sejawat melalui diskusi dilakukan dengan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan angkatan 2009 yang bernama Rahmawati. Ketiga, triangulasi yang dilakukan dengan dosen pembimbing pertama dan dosen pembimbing kedua. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil analisis data dalam penelitian ini terdiri atas deskripsi leksem, substitusi leksem, dan analisis fungsi semantis. 1. Deskripsi leksem kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS. Deskripsi leksem menjelaskan mengenai bentuk-bentuk leksem disertai dengan komponen makna yang mendasari setiap defenisi leksem tersebut. Terdapat 18 leksem yang terdiri dari 36 kata yang memiliki hubungan kesinoniman. 18 leksem tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu 11 leksem flora dan 7 leksem fauna. 11 leksem flora tersebut adalah (1) ‘ubi kayu’ meliputi kata bando dan magam, (2) ‘kelapa’ meliputi kata ior dan klapa, (3) ‘Lada’ meliputi kata saha dan lad, (4) ‘bambu’ meliputi kata buloh dan aor, (5) ‘keduduk’ kata ckodok dan taka, (6) ‘pegagan’ meliputi kata pgag dan tapak kud, (7) ‘jeruk’ meliputi kata limau dan jarok, (8) ‘jeruk sambal’ meliputi kata limau calo dan jarok sambal, (9) 4
‘pisang klutuk’ meliputi Kata pisa gal dan pisa batu, (10) ‘sirsak’ meliputi Kata klomt dan naka bland, (11)‘anggur hutan’ meliputi kata mirau dan agor utan. Sedangkan, 7 leksem fauna tersebut adalah (1) ‘elang’ meliputi pendaol dan kala kuik, (2) ‘buaya’ meliputi kata jalu dan buaya, (3) ‘burung hantu’ meliputi kata buro antu dan buak, (4) ‘belacak’ meliputi kata timbakol dan janjan, (5) ‘luwak’ meliputi kata bogoh dan munsa kopi, (6) ‘kecoa’ meliputi kata lipas dan liph, (7) ‘lele’ meliputi kata kal dan litak. 2. Substitusi leksem kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS. 18 leksem yang dianggap bersinonim kemudian disubstitusikan untuk menguji kebenarannya. 11 leksem flora yang besinonim terlihat pada penyubstitusian berikut: a) kata bando dan magam ‘ubi kayu’ Uma ar
bando magam
untokan buat ukal
Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘ubi kayu’. Berikut substitusi kata bando dan magam dalam kalimat: magam Ka lo suk makan tapai bando Secara gramatikal, kedua kalimat di atas masih berterima karena kata bando dan magam dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai objek dalam kalimat. b) kata ior dan klapa ‘kelapa’ ior bis di pinum a. klapa Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘kelapa’. Berikut substitusi kata ior dan klapa dalam kalimat: klapa N uwan aam daon untokan buat ktupat. ior Kedua kalimat tersebut masih menggunakan kata yang berada dalam satu makna ‘kelapa’ yaitu kata klapa dan ior. Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kedua kata tersebut dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek atau objek dalam kalimat. c) kata saha dan lad ‘Lada’ Tanak lad makai itam. saha lad Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘lada’. Berikut substitusi kata saha dan lad dalam kalimat:
5
Ka ah takan numbok lad untokan bumbu bubor padas. saha Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata saha dan lad dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai objek dalam kalimat. d) kata buloh dan aor ‘bambu’ N aki naba buloh untokan tia daau. aor Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘bambu’. Berikut substitusi kata aor dan buloh dalam kalimat: Uwan pandai ayam aor jadi bakol. buloh Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata aor dan buloh dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai objek dalam kalimat. e) kata cekodok dan taka ‘keduduk’ ckodok bis ngobat ura sakit diar. taka Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘keduduk’. Berikut substitusi kata ckodok dan taka dalam kalimat: ckodo Usu mrabus daon k taka dangan jari supay paik ila. Daon
Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata ckodok dan taka dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek atau objek dalam kalimat. f) Kata Pgag dan Tapak Kud ‘Pegagan’ Buah pgag bbau wai dan ras paik. tapak kud Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘pegagan’. Berikut substitusi kata tapak kud dan pgag dalam kalimat: tapak kud pgag
tumboh di darah ya lambab.
Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata tapak kud dan pgag dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat. g) kata jarok dan limau ‘jeruk’ ando vitamin jarok limau 6
Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘Jeruk’. Berikut substitusi kata jarok dan limau dalam kalimat: Kak d buat jus
limau jarok Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata jarok dan limau dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek atau objek dalam kalimat. h) kata limau calo dan jarok sambal ‘jeruk sambal’ Uma marah k ikan ya laka di sia. limau calo jarok sambal
Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘jeruk sambal’. Berikut substitusi kata jarok sambal dan limau calo dalam kalimat: jarok sambal Kam malar makai limau calo mun makan bakso. \ Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata jarok sambal dan limau calo dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai objek dalam kalimat. i) kata pisa gal dan pisa batu ‘pisang klutuk’ pisa gal ad big rup na batu. pisa batu Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘pisang klutuk’. Berikut substitusi kata pisa gal dan pisa batu dalam kalimat: Cato pisa batu di pakai urang untokan obat biak kacik sakit parut. pisa gal
Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata pisa batu dan pisa gal dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat. j) kata klomt dan naka bland ‘sirsak’ Kulik bduri tapi ja duri lambut. klomt naka bland
Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘pisang klutuk’. Berikut substitusi kata naka bland dan klomt dalam kalimat: Buah bedagi puth dan ras masam. naka bland klomt 7
Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata naka bland dan klomt dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat. k) Kata Mirau dan Agor Utan ‘Anggur Hutan’ Buah sam daan agor bantuk. mirau Agor utan Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘anggur hutan’. Berikut substitusi kata agor utan dan mirau dalam kalimat: agor buah mrah, bjuntai, ras manis. utan mirau Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata agor utan dan mirau dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat. 7
penyubstitusian leksem fauna dideskripsikan sebagai berikut:
a) Kata pndaol dan kala kuik ‘elang’ Buro
pndaol kala kuik
beputar-putar di langit takan ar makan.
Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘elang’. Berikut substitusi kata kala kuik dan pndaol dalam kalimat: kala kuik Ayamku sampai bmatian dimakan pndaol Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata kala kuik dan pndaol dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek atau objek dalam kalimat. b) Kata Jalu dan Buaya ‘Buaya’ Ura mliat jalu di muar suai. Substitusi kalimatbuaya berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘buaya’. Berikut substitusi kata buaya dan jalu dalam kalimat: buaya jalu
brana macam na kayu aut.
8
Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata buaya dan jalu dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai objek atau subjek dalam kalimat. c) Kata Buro Antu dan Buak ‘Burung Hantu’ Buro bis mutarkan kpala ke belaka. antu Buak Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘burung hantu’. Berikut substitusi kata buak dan buro antu dalam kalimat: buak puny mat ya basar. buro antu Secara gramatikal kedua kalimat itu masih berterima karena kata buak dan buro antu dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat. d) kata timbakol dan janjan ‘belacak’ timbakol baak di jumpa di tapi pantai. janjan Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘belacak’. Berikut substitusi kata janjan dan timbakol dalam kalimat. janjan timbakol
mun di dakat capat bkalh.
Secara gramatikal kedua kalimat tersebut masih berterima karena kata dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat. e) Kata Bogoh dan Munsa Kopi ‘Luwak’ a. bogoh i. suk lah udah makan kopiku. munsa kopi Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘luwak’. Berikut substitusi kata munsa kopi dan bogoh dalam kalimat: munsa kopi bogoh
pandai lalu milh kopi na dah masak.
Secara gramatikal kedua kalimat tersebut masih berterima karena dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat. f) Kata Lipas dan Liph ‘Kecoa’ lipas liph
baak bkliaran di rumah ura na crobo.
9
Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘kecoa’. Berikut substitusi kata liph dan lipas dalam kalimat: Kau na mliat liph nun yo di WC. lipas Secara gramatikal kedua kalimat tersebut masih berterima karena kata dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai objek dalam kalimat. g) Kata Kal dan Litak ‘Lele’ a. kal litakb. pu pat di badan. Substitusi kalimat berikut masih menggunakan dua kata yang berada dalam satu makna ‘lele’. Berikut substitusi kata litak dan kal dalam kalimat: Ikan litak bias dium tibaya. kal Secara gramatikal kedua kalimat tersebut masih berterima karena kata dapat saling menggantikan kedudukannya sebagai subjek dalam kalimat. 3. Analisis fungsi semantis leksem kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS. Terdapat 18 leksem yang akan dideskripsikan pada analisis fungsi semantis kata yang digunakan oleh masyarakat secara langsung dalam sebuah kalimat. Deskripsi fungsi semantis pada 11 leksem kesinoniman flora dalam BMDS, yaitu: a) Kata Bando dan Magam ‘Singkong’ Contoh penggunaan kata bando dalam kalimat sebagai berikut: Kam bias masak sayo lamak makai cok bando. ‘Kami biasanya masak sayur lemak menggunakan pucuk daun singkong.’ Kata bando di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai keterangan dan menerangkan peran semantis keterangan sumber. Contoh penggunaan kata magam dalam kalimat sebagai berikut: Uma buat ukal dari magam. ‘Ibu membuat kue ukal dari singkong.’ Kata magam di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai keterangan dan menerangkan peran semantis keterangan sumber. b) Kata Ior dan Klapa ‘Kelapa’ Contoh penggunaan kata ior dalam kalimat sebagai berikut: Ior tibaya tumboh di tapi pantai. ‘kelapa banyak tumbuh di tepi pantai.’ Kata ior di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku. Contoh penggunaan kata kelapa dalam kalimat sebagai berikut: Aku suk mun disuroh marut kelapa.
10
c)
d)
e)
f)
‘Aku senang kalau disuruh memarut kelapa.’ Kata kelapa di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran Kata Saha dan Lad ‘Lada’ Contoh penggunaan kata saha dalam kalimat sebagai berikut: Lo tumbok saha iy lati-lati i. ‘Kak aLong tumbuk lada itu halus-halus ya’. Kata saha di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran Contoh penggunaan kata lad dalam kalimat sebagai berikut: Kam masak bubor padas tatap makai lad. Kata lad di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai keterangan sumber. Kata Buloh dan Aor ‘Bambu’ Contoh penggunaan kata buloh dalam kalimat sebagai berikut: Ura jamor pakaian makai buloh. ‘Orang menjemur pakaian menggunakan buluh’ Kata buloh di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai keterangan dan menerangkan peran semantis sebagai keterangan alat. Contoh penggunaan kata aor dalam kalimat sebagai berikut: Dindi rumah ura iy tbuat dari aor. ‘Dinding rumah orang itu terbuat dari aor’. Kata aor di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai keterangan dan menerangkan peran semantis sebagai keterangan sumber. Kata Ckodok dan Taka ‘Keduduk’ Contoh penggunaan kata ckodok dalam kalimat sebagai berikut: Ura makai daon ckodok unto obat sakit parut. ‘Orang menggunakan daun keduduk untuk obat sakit perut’. Kata ckodok di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran. Contoh penggunaan kata taka dalam kalimat sebagai berikut: Jari rabus dolo daan daon taka biar jari daan paik. ‘Jengkol rebus dulu dengan daun keduduk supaya jengkolnya tidak pahit’. Kata taka di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran. Kata Pgag dan Tapak Kud ‘Pegagan’ Contoh penggunaan kata pgag dalam kalimat sebagai berikut: Abaku karap makan lalap pgag. ‘Abang saya sering makan lalap pegagan.’ Kata pgag di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran. Contoh penggunaan kata tapak kud dalam kalimat sebagai berikut: Tapak kud tibaya tumboh di dapan rumahku. ‘Pegagan banyak tumbuh di depan rumahku’.
11
Kata tapak kud di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku g) Kata Jarok dan Limau ‘Jeruk’ Contoh penggunaan kata jarok dalam kalimat sebagai berikut: Ura suke bali jarok di Tabas. ‘Orang senang membeli jeruk Kecamatan Tebas’. Kata jarok di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran. Contoh penggunaan kata limau dalam kalimat sebagai berikut: Sariawan mun makan limau bis baik. ‘Sariawan kalau makan jeruk bisa sembuh’. Kata limau di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran. h) Kata Limau Calo dan Jarok Sambal ‘Jeruk Sambal’ Contoh penggunaan kata limau calo dalam kalimat sebagai berikut: Umaku minta balikan limau calo di waro. ‘Ibu saya meminta di belikan jeruk sambal di warung.’ Kata limau calo di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran. Contoh penggunaan kata jarok sambal dalam kalimat sebagai berikut: Uma iris jarok sambal untok buat sambal blacan. ‘Ibu mengiris jeruk sambal untuk membuat sambal terasi.’ Kata jarok sambal di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran. i) Kata Pisa Gal dan Pisa Batu ‘Pisang Klutuk’ Contoh penggunaan kata pisa gal dalam kalimat sebagai berikut: Pisa gal dipakai daon leh ura untokan obat sakit rasto. ‘Pisang klutuk digunakan daunnya untuk mengobati sakit polip.’ Kata pisa gal di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran. Contoh penggunaan kata pisa batu dalam kalimat sebagai berikut: Pisa batu payah kin ito ar. ‘Pisang klutuk susah sekarang dicari.’ Kata pisa batu di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran. j) Kata Klomt dan Naka Bland ‘Sirsak’ Contoh penggunaan kata klomt dalam kalimat sebagai berikut: Ura makai daon klomt jaman dolok untokan obat. ‘orang menggunakan daun sirsak jaman dulu untuk obat.’ Kata klomt di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran. Contoh penggunaan kata naka bland dalam kalimat sebagai berikut: Urang nanam naka bland dakat kelapa. ‘Orang menanam sirsak dekat kelapa.’ 12
Kata naka bland di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran. k) Kata Mirau dan Anggor Utan ‘Anggur Hutan’ Contoh penggunaan kata mirau dalam kalimat sebagai berikut: Mir:au tumbuh liar di utan. ‘Anggur hutan tumbuh liar di Hutan.’ Kata mirau di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku. Contoh penggunaan kata agor utan dalam kalimat sebagai berikut: Agor utan mun dah masak barok aman di makan. ‘Anggur hutan kalau sudah matang baru bisa dimakan.’ Kata agor utan di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran. Deskripsi fungsi semantis pada 7 leksem kesinoniman fauna dalam BMDS, yaitu: a) Kata Pendaol dan Kala Kuik ‘Elang’ Contoh penggunaan kata pendaol dalam kalimat sebagai berikut: Pendaol ag makan ayam. ‘Pendaol sedang makan ayam’. Kata pendaol di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku. Contoh penggunaan kata kala kuik dalam kalimat sebagai berikut: Buro kala kuik iy badan basar. ‘Burung kalang kuik itu badannya besar’. Kata kala kuik di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai atribut. b) Kata Jalu dan Buaya ‘Buaya’ Contoh penggunaan kata jalu dalam kalimat sebagai berikut: Ura meliat jalu puth di danau sebada. ‘Orang melihat buaya putih di danau sebedang’. Kata jalu di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai sasaran. Contoh penggunaan kata buaya dalam kalimat sebagai berikut: Kam suah mliat buaya di talok ma janto. ‘Kami pernah melihat buaya di teluk mak jantu’. Kata buaya di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek dan menerangkan peran semantis sebagai keterangan sasaran. c) Kata Buro Antu dan Buak ‘Burung Hantu’ Contoh penggunaan kata buro antu dalam kalimat sebagai berikut: Buro antu makan tikus. ‘Burung hantu memakan tikus.’
13
d)
e)
f)
g)
Kata buro antu di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek menerangkan peran semantis sebagai pelaku. Contoh penggunaan kata buak dalam kalimat sebagai berikut: Buak suk keluar malam ari dan bias ad di kuboran. ‘Burung hantu senang keluar malam dan biasa ada di kuburan’. kata buak di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek menerangkan peran semantis sebagai pelaku. Kata Timbakol dan Janjan ‘Belacak’ Contoh penggunaan kata timbakol dalam kalimat sebagai berikut: Nelayan suk na makai tmbakol untok umpan. ‘Nelayan selalu menggunakan belacak untuk umpan’ Kata timbakol di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek menerangkan peran semantis sebagai sasaran. Contoh penggunaan kata janjan dalam kalimat sebagai berikut: Janjan bkliaran dakat bata bakau. ‘Belacak berkeliaran dekat tumbuhan bakau’. Kata janjan di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek menerangkan peran semantis sebagai pelaku. Kata Bogoh dan Munsa Kopi ‘Luwak’ Contoh penggunaan kata bogoh dalam kalimat sebagai berikut: Ura ad mliat bogoh di kabon kopi. ‘Orang ada melihat luwak di kebun kopi.’ Kata bogoh di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek menerangkan peran semantis sebagai sasaran. Contoh penggunaan kata munsa kopi dalam kalimat sebagai berikut. Munsa kopi iy binatang liar. ‘Luwak itu binatang liar’. Kata munsa kopi di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek menerangkan peran semantis sebagai atribut. Kata Lipas dan Liph ‘Kecoa’ Contoh penggunaan kata lipas dalam kalimat sebagai berikut: Kau tinjak jak be lipas ye laso mati di. ‘Kamu injak saja lipas itu langsung mati dia’. Kata lipas di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai objek menerangkan peran semantis sebagai sasaran. Contoh penggunaan kata liph dalam kalimat sebagai berikut: Liph suk na antol kotor. ‘Kecoa menyenangi tempat kotor’. Kata liph di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek menerangkan peran semantis sebagai pelaku. Kata Kal dan Litak ‘Lele’ Contoh penggunaan kata kal dalam kalimat sebagai berikut: Pat kal bis nyababkan damam. ‘Patil lele bisa menyebabkan demam’.
dan
dan
dan
dan
dan
dan
dan
dan
14
Kata kal di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku. Contoh penggunaan kata litak dalam kalimat sebagai berikut: Litak bias makan ama um. ‘Lele biasanya memakan hama sawah’. Kata litak di dalam kalimat memiliki fungsi sebagai subjek dan menerangkan peran semantis sebagai pelaku. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis data pada penelitian ini dibatasi hanya pada pasangan leksem flora dan fauna yang bersinonim berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di daerah Desa Sebayan Kecamatan Sambas. Hasil analisis data berdasarkan deskripsi, substitusi, dan fungsi semantis leksem kesinoniman flora dan fauna dalam BMDS terdapat 18 pasang leksem yang bersinonim. Data tersebut terdiri atas 11 pasang leksem flora dan 7 pasang leksem fauna. Hasil analisis data berdasarkan deskripsi leksem yang mengacu pada flora terdiri atas 11 pasangan leksem. Hasil analisis data berdasarkan deskripsi leksem yang mengacu pada fauna terdiri atas 7 pasangan leksem. Hasil analisis data berdasarkan peran semantis terdiri atas keterangan sumber, pelaku, sasaran, keterangan alat, dan atribut. Saran Pendokumentasian dan pelestarian bahasa daerah perlu dilakukan, satu diantaranya dengan meneliti penggunaan bahasa Melayu dialek Sambas. Penelitian ini sebagai wujud pelestarian terhadap karakteristik bahasa Melayu dialek Sambas yang hingga kini masih terjaga keasliannya. Penelitian ini merupakan bagian dari aspek semantis, sehingga untuk penelitian yang berkesinambungan dengan penelitian ini dapat dilakukan kembali dengan teliti dan detail agar hasilnya mencapai kesempurnaan. Sehubungan dengan bahasa Melayu dialek Sambas dapat diteliti dari aspek yang lainnya seperti dari aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan pragmatik. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik 1 Pengantar Ke arah Ilmu Makna. Bandung. PT Eresco. Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung. PT Refika Aditama.
15
Hasyim, Zubeirsyah Mohd. dan Nurhayati Z. Lubis. 1984. Pengantar Metode Penelitian Linguistik. Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Mahsun, M.S. 2012. Metode Penelitian Bahasa; Tahapan, Srategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Prawirasumantri, Abud, dkk. 1997. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Soedjito. 1989. Sinonim. Bandung: C.V. Sinar Baru. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
16