Nilai Ekonomi dan Sebaran Aren (Arenga pinnata) di Desa Bukum dan Desa Suka Maju, Kecamatan Sibolangit (Economic Values and Distribution of Arenga pinnata in Suka Maju and Bukum village, Sub District of Sibolangit, Deli Serdang Regency) aProgram
Erickson Purbaa*, Oding Affandia, Liliek Pudji Asmonoa Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Jl. Tri Dharma Ujung No. 1 Kampus USU Medan 20155 (*Korespondensi Penulis,
[email protected])
Abstract Arenga pinnata is a forest plant that has a lot of advantages but can not be utilized yet completely by the local community. This research conducted in Bukum and Suka Maju village from March to May 2013. This research aimed to determine the distribution and economic value of Arenga pinnata. Sampling was done by purposive sampling technique to select the respondents and to determine the distribution of the Arenga pinnata by plotting at each height class as much as 2 plot using random line. Market price approach technique used to determine the economic values. The results of this research showed that the distribution of Arenga pinnata is obtained and dominant grew at the altitude of 600-800 meters above sea level, while the highest economic value of Arenga pinnata is brown sugar (Rp. 333.600.000/year for 31 farmers) and the lowest economic value is palm wine (Rp 39.360.000/year for 10 farmera). The marketing channels of Arenga pinnata involved Arenga pinnata farmers, brown sugar and palm wine producers, collector agents and consumers. Keywords : Aren, Arenga pinnata, distribution, economic value. PENDAHULUAN Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh petanamanan dan tumbuhan lainnya. Sumber daya hutan merupakan salah satu unsur dasar pembangunan yang pemanfaatannyan perlu dilakukan secara bijaksana sehingga sumber daya hutan tetap lestari agar selalu dapat mendukung pembangunan serta memenuhi kebutuhan masyarakat. (UU No. 41 Tahun 1999). Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan merupakan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi dengan luas keseluruhan mencapai 51.600 ha yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan peranan hutan untuk menjaga ekosistem alam di sekitarnya serta sebagai upaya konservasi sumber daya alam.Kawasan Tahura didominasi oleh jenis-jenis tanaman pegunungan baik jenis lokal maupun yang berasal dari luar. Beberapa jenis tersebut antara lain : Pinus merkusii, Altingia exelsa, Schima wallichi, Podocarpus sp., Toona surei dan jenis yang lain seperti Durian, Dadap, Rambutan, Pulai, Aren (Arenga pinnata) , Rotan, dan lain-lain. Jenis tanaman yang berasal dari luar diantaranya : Pinus caribeae, Pinus khasia, Pinus insularis, Eucalyptus sp., Agathis sp., dan lain-lain. (Departemen Kehutanan, 1999). Aren (A. pinnata) adalah hasil hutan bukan kayu yang dapat dijadikan solusi yang ditempuh dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Tanaman aren merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga sangat prospektif dalam pengembangannya dan memiliki peluang yang sangat besar dalam meningkatkan perekonomian suatu wilayah. Aren (A. pinnata) termasuk salah satu tanaman berpotensi cukup besar dikembangkan di Indonesia, karena tanaman ini merupakan sumber daya alam yang
dikenal di kawasan tropika, disebabkan oleh manfaatnya yang beraneka ragam, seperti sagu, ijuk, tangkai, tandan bunga jantan, buah, daun, pelepah, akar dan kulit batang yang banyak dimanfaatkan orang (Sunanto, 1993). Pelestarian tanaman aren perlu dilakukan, mengingat banyaknya manfaat dari tanaman tersebut. Hanya saja agak lambat dalam perkembangannya menjadi komoditi agribisnis karena sebagian tanaman aren yang dihasilkan adalah tumbuh secara alamiah atau belum dibudidayakan. Penelitian ini nantinya bisa menghasilkan data sebaran Aren (A. pinnata) disekitar kawasan Tahura Bukit Barisan, di area atau di ketinggian berapakah aren banyak di temukan di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan dan juga penelitian ini bisa memperoleh gambaran pemanfaatan Aren (A. pinnata) dan nilai ekonominya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran tanaman Aren (A. pinnata) di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan Kabupaten Deli Serdang, mengetahui pemanfatan tanaman Aren oleh masyarakat sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan Kabupaten Deli Serdang, mengetahui nilai ekonomi hasil Aren (A. pinnata) yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan Kabupaten Deli Serdang dan untuk mengetahui jalur pemasaran produk pemanfaatan Aren (A. pinnata). (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. 1998). METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa sekitar Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara yaitu Desa Suka Maju dan Desa Bukum Kecamatan Sibolangit.
1
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret hingga Mei 2013. Bahan dan Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, Komputer, Alat tulis, bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aren (A. pinnata), peta adm Tahura dan Kabupaten Deli Serdang, kuisioner. Prosedur Penelitian Teknik pengambilan sampel 1. Responden Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik Pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu yaitu sampel yang diambil dari masyarakat adalah masyarakat yang sehat jasmani dan rohani serta mampu berkomunikasi dengan baik. 2. Aren (A. pinnata) Pengambilan sampel tanaman aren dilakukan dengan membuat plot di setiap kelas ketinggian sebanyak 2 plot dengan ukuran 20mx100m, di mana teknik yang digunakan adalah random jalur. Random jalur adalah teknik pembuatan plot menurut jalur yang ada secara acak. Plot dibuat pada kiri dan kanan jalur dan di usahakan terdapat objek penelitian di dalamnya. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini baik itu data primer maupun data sekunder adalah : Observasi lapangan Observasi lapangan bertujuan untuk memperoleh informasi yang tidak dapat diperoleh baik dengan wawancara maupun dengan kuisioner. Beberapa alasan mengapa observasi perlu dilakukan dalam penelitian, antara lain : 1. Observasi didasarkan atas pengamatan langsung. 2. Observasi merupakan jalan terbaik untuk mengecek kepercayaan yang kemungkinan bias. 3. Observasi memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagai mana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. 4. Observasi memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. 5. Observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Observasi lapangan ini akan diketahui gambaran umum lokasi penelitian, kehidupan ekonomi, sosial budaya masyarakat. Selain itu peneliti akan melihat pemanfaatan dan pengolahan tanaman Aren (A. pinnata).
Kuisioner Kuisioner hanya diajukan kepada responden terpilih. Masing-masing responden diberikan pertanyaan (kuisioner) yang sama sesuai dengan keperluannya. Data yang diharapkan dari kuisoner ini antara lain adalah identitas responden dan cara pemanfaatan aren (A. pinnata). Wawancara Wawancara merupakan kegiatan atau pengumpulan data yang dilakukan dengan bertatapan langsung dengan responden. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara ini adalah berupa penjelasanpenjelasan dari data hasil kuisioner dan data-data lain yang tidak diperoleh melalui kuisioner. Dokumentasi Dokumentasi berupa foto yang dapat menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan sebagai data pelengkap untuk meyakinkan keadaan sebenarnya di lapangan. Analisis Data 1. Menentukan sebaran populasi Menentukan sebaran populasi mengunakan metode deskriptif yaitu penentuan lokasi berdasarkan perbedaan ketinggian antara 0-1500 m dpl. Jumlah Aren dihitung berdasarkan ketinggian. 2. Menentukan nilai ekonomi aren yang dimanfaatkan Data yang diperoleh dari pengamatan dilapangan baik melalui wawancara maupun kuisioner kemudian dianalisis secara kuantitatif, nilai barang hasil dari aren untuk setiap jenisnya per tahun yang diperoleh masyarakat dihitung dengan cara: 1. Harga barang yang dihasilkan dari aren (A. pinnata) dianalisis dengan pendekatan harga pasar. 2. Menghitung nilai rata-rata jumlah barang yang diambil per responden per jenis. Rata-rata jumlah barang yang diambil :
3.
4.
5.
Keterangan : Xi = Jumlah barang yang diambil responden n = Jumlah banyak pengambilan per jenis barang. Menghitung total pengambilan per Unit Barang per Tahun Total pengambilan per tahun = (rata-rata jumlah yang diambil ) x (frekuensi pengambilan) x ( jumlah pengambilan). Menghitung nilai ekonomi barang hasil dari aren per jenis barang per tahun Nilai Hasil Hutan Per jenis = Total Pengambilan (unit/tahun) x Harga Hasil dari aren. Menghitung persentasi nilai ekonomi dengan cara :
2
NE =
6.
x 100%
Keterangan : NE = Persentase nilai ekonomi (%) NEi = Nilai ekonomi hasil dari Aren per jenis ∑NE = Jumlah total nilai ekonomi dari seluruh hasil aren Kontribusi nilai ekonomi aren terhadap pendapatan masyarakat KNE =
x 100%
Keterangan : KNE = Kontribusi Nilai ekonomi Aren (%). ∑TNE = Total Nilai Ekonomi Aren (%) . ∑TPM = Total Pendapatan Masyarakat (%). HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Populasi Aren (A. pinnata) Berdasarkan Ketinggian Di Sekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan Wilayah Kabupaten Deli Serdang. Pola sebaran Aren (A. pinnata) berdasarkan ketinggian di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan wilayah Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat dari Gambar 1.
Gambar 1. Peta sebaran tanaman aren
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat ketinggian dari masing-masing plot di setiap ketinggian yang di bedakan berdasarkan warna titik plot. Tanaman aren yang tumbuh di kawasan penelitian tumbuh dengan sendirinya tetapi ada juga ditanam oleh masyarakat sekitar. Masyarakat pada umunya hanya memanfaatkan tanaman aren yang tumbuh liar di dalam hutan, dan pengetahuan masyarakat akan memanfaatkan tanaman aren masih kurang, sehingga hasil yang diperoleh dari memanfaatkan tanaman aren ini masih kecil. Pengelompokan jumlah tanaman aren berdasarkan ketinggian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Pengelompokan jumlah tanaman aren berdasarkan ketinggian
Ketinggian (mdpl) 600 m-800 m 800 m-1000 m 1000 m-1200 m
Plot (20m x 100m ) 1 2 1 2 1 2
Jumlah tanaman 7 6 4 4 2 1
Kerapatan/Ha (Tanaman) 55 30 20 20 10 5
Titik berwarna biru berada pada ketinggian 600-800 mdpl, dilakukan pengambilan sampel sebanyak 2 plot dan pada titik tersebut didapatkan jumlah tanaman aren yang cukup banyak yaitu berjumlah 85 batang yang terdiri dari berbagai kelas umur dan lokasinya berada diluar kawasan Tahura tepatnya berada dekat dengan wilayah desa Suka Maju tetapi masih berada dalam kawasan hutan Negara. Titik berwarna kuning merupakan titik pada ketinggian 800 – 1000 m dpl dan pada titik ini dilakukan pengambilan sampel sebanyak 2 plot, jumlah tanaman aren yang didapat sebanyak 40 batang dan lokasi pengambilan titik ini berada dalam kawasan Tahura berdekatan dengan desa Bukum. Titik berwarna merah berada dalam ketinggian 1000-1200 m dpl, pengambilan sampel yang dilakukan sama pada titik yang sebelumnya yaitu sebanyak 2 plot, dan jumlah tanaman aren yang didapat semakin sedikit yaitu berjumlah 15 batang, hal ini disebabkan bahwa tanaman aren tumbuh baik pada ketinggian 500-800 mdpl sesuai dengan pernyataan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan (1998), tanaman aren dapat tumbuh baik pada ketinggian 500-800 m dpl. Pada daerah- daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 mdpl dan lebih dari 800 mdpl, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya hanya kurang memuaskan. Karena lokasi tempat tumbuh aren jauh dari pemukiman warga, maka masyarakat yang memanfaatkan tanaman aren tidak banyak, masyarakat belum begitu antusias dalam memanfaatkan hasil dari tanaman aren sehingga produk aren yang bisa dimanfaatkan hanya niranya yang dibuat jadi gula merah dan tuak. Jumlah tanaman aren setiap ketinggian, semakin tinggi kawasan penelitian maka tanaman aren yang ditemukan semakin sedikit. Ini di mungkinkan karena dua komponen yaitu komponen abiotik dan biotik, salah komponen abiotik yaitu iklim. Menurut Sunanto (1993), faktor lingkungan tumbuhnya juga berpengaruh. Daerah perbukitan yang lembab dimana disekelilingnya tumbuh banyak tanaman keras, tanaman aren dapat tumbuh dengan subur dan juga tidak membutuhkan sinar matahari yang banyak sepanjang hari. Hal inilah yang menyebabkan berkurangnya jumlah tanaman aren pada kawasan yang semakin tinggi. Pada lokasi penelitian yang dilakukan memiliki curah hujan sekitar 1200 mm. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan (1998), tempat tumbuh aren yang paling baik dengan curah hujan > 1200 mm.
3
Hal ini juga yang dapat mempengaruhi kerapatan tiap ketinggian, semakin tinggi wilayah peneyebarannya, maka respon hewan terahadap perbedaan habitat dan cuaca musiman akan mempengaruhi penyebaran tanaman aren (Soeseno, 1995). Pada kondisi di lokasi penelitian, tanaman aren yang tumbuh alami tumbuh pada lahan yang miring dan cukup terjal sehingga konsini inilah yang membuat sebagian masyarakat kurang memanfaatkannya dan untuk menuju ke lokasi tanaman aren tersebut kita harus melewati lembah atau jurang. (Surbakti, 2005) Walaupun banyak dijumpai tanaman aren yang sudah tua atau tidak mampu berproduksi lagi, ditandai dengan warna daun yang berubah jadi cokelat dan yang sudah banyak tumbang, tetapi selalu ada tunas baru yang tumbuh disampingnya sehingga dapat dipastikan bahwa tanaman aren yang tumbuh secara alami tidak akan lenyap di alam. Penyebaran tanaman aren di alam yang dijumpai di lokasi penelitian yaitu secara mengumpul hal ini sesuai dengan pernyataan Syafe’i (1990), penyebaran secara berkelompok adalah yang paling umum di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini disebabkan oleh berbagai hal yaitu respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara local dan respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman akibat dari cara atau proses reproduksi atau regenerasi. Pemanfaatan Tanaman Aren Oleh Masyarakat Desa Bukum dan Suka Maju Tanaman aren (A. pinnata) yang dimanfaatkan masyarakat digunakan untuk mencukupi pendapatan rumah tangga. Jenis pemanfaatan tanaman Aren (A. pinnata) oleh masyarakat Desa Bukum dan Suka Maju yaitu gula merah dan tuak dan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis pemanfaatan Aren (A. pinnata) oleh masyarakat Desa Suka Maju dan Desa Bukum Memanfaatkan (orang) Persentase No Hasil Aren (%) Bukum Suka Maju 1
Gula Merah
17
27
68
2
Tuak
8
13
32
Masyarakat sekitar memanfaatkan aren sebagian besar untuk membuat gula merah. Masyarakat mengambil nira dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, untuk membuat tuak dan sebagian lagi untuk membuat gula merah, setiap air nira yang diambil pagi hari yang masih belum mencukupi untuk dibuat gula merah harus dipanasi hingga digabung dengan air nira yang diambil pada sore harinya, ini dilakukan agar air niranya tidak basi. Pembuatan tuak, masyarakat pemanfaat aren tinggal mengambil nira yang sudah terkumpul dan dicampur dengan raru yang sudah disediakan.
Gambar 2. Jumlah responden pemanfaat gula merah dan tuak
Dalam gambar 2, didapat jumlah yang memanfaatkan produk dari aren dominan berada pada desa Suka Maju, karena pada desa Suka Maju berada pada ketinggian 500 – 800 m dpl sesuai dengan pernyataan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan (1998) yang merupakan ketinggian optimal pada pertumbuhan tanaman aren. Desa Bukum dan desa Suka Maju memiliki potensi yang cukup untuk dikembangkan menjadi daerah pengahasil nira dan gula merah. 1. Gula Merah Air nira dapat manfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan gula merah. Air nira yang telah diambil dimasukkan ke dalam satu wadah (wajan) yang diletakkan di atas tungku api kemudian dimasak. Pemasakan dilakukan hingga air nira menjadi kental dan berubah warna dari bening menjadi merah. Proses pemasakan ini membutuhkan waktu sekitar 2- 3 jam. Setelah masak, air nira yang kental dimasukkan ke dalam cetakan. Cetakan ini terbuat dari bambu yang dipotong melebar dengan tinggi sekitar 10 cm dan ditunggu hingga mengeras. Biasanya proses ini membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Harga gula merah Rp18.000/kilogram merupakan harga yang sesuai. (Surbakti, 2005) Masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan nira menjadi gula merah ini adalah produksi nira dari tanaman aren sendiri kurang maksimal disebabkan oleh pokok tanaman aren kurang dirawat dengan baik dan ada juga hama yang melanda berupa monyet, musang, tikus, serta kayu bakar yang minim dan cukup mahal yang dibutuhkan selama proses pemasakan. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 44 orang atau 68% dari jumlah responden penduduk Desa Bukum dan Suka Maju ikut memanfaatkan gula merah, rata-rata total pembuatan dalam sebulan pada kedua desa tersebut sekitar 210 Kg/ Bulan. Gula merah yang dihasilkan pada desa Bukum dan Suka maju merupakan gula merah yang asli atau dengan kata lain memiliki kualitas yang bagus karena murni dimasak seutuhnya dari nira yang diambil tanpa ada campuran tambahan. 2. Tuak Tuak adalah minuman beralkohol yang terbuat dari air nira aren. Minuman ini pembuatanya masih tradisional, tetapi peminat dari tuak ini cukup banyak dan kebanyakan dari kalangan orang batak,
4
hal ini dikarenakan bahwa tuak merupakan minuman yang memiliki rasa dan bau yang khas yang banyak memikat peminumnya. Tuak biasanya paling enak diminum saat malam dan lagi berkumpul dengan teman-teman. Efek dari tuak hampir sama dengan minuman beralkohol yang lainnya, memberikan rasa panas di badan tergantung banyaknya yang diminum. Pada prosesnya air nira diambil dari pokoknya yaitu tanaman aren, nira diambil dari pelepah tanaman aren yang sudah dipotong dan ditampung dengan menggunakan bambu yang sudah dibentuk sedemikian rupa untuk tempat nira, setelah itu masyarakat memanjat pokok aren dengan menggunakan batang bambu yang besar serta panjang yang sudah diikat dengan batang aren dengan menggunakan tali pengikat dan disetiap bagian bilur batangnya dibuat lubang tempat pemijakan. Pada dasarnya pembuatan tuak tidak terlalu sulit, air nira di biarkan lebih kurang satu hari saja pasti menjadi tuak. Sunanto (1993) mengatakan nira aren segar yang manis itu jika dibiarkan masih di dalam bumbung bambu akan mengalami proses fermentasi. Akan tetapi kualitas atau rasa tuak kurang enak, ada bahan yang harus dicampurkan. bahan yang digunakan adalah raru yang merupakan salah satu jenis kulit tanaman raru (Vatica Pauciflora Blume) yang masuk kedalam suku dipterocarpaceae, dan sebagian besar raru yang didapat didatangkan dari Pekanbaru dengan nama istilah “Raru Sibolga”. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 21 orang atau 32% dari jumlah responden penduduk Desa Bukum dan Suka Maju ikut memanfaatkan tanaman aren untuk membuat tuak, rata-rata pembuatan dalam sebulan sekitar 450 liter/ Bulan. Kualitas tuak yang dihasilkan dari desa Bukum dan Suka Maju cukup baik tetapi tergantung kondisi iklim yang ada didaerah tersebut. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa responden peminum tuak, tuak dari desa Bukum dan Suka Maju yang kualitas baik apabila dibawa ke Medan belum tentu masih tetap kulaitas baik dikarenakan perbedaan suhu kedua daerah. Sehingga untuk mengatisipasinya, tergantung pada kamampuan sipengelola tuak meracik atau mencampur nira dengan raru yang dipakai. Sementara untuk pemanfaatan jenis hasil tanaman aren yang lain seperti kolang-kaling dan ijuk, masyarakat desa Bukum dan desa Suka Maju belum dapat memanfaatkannya karena permintaan akan produk tersebut jarang dan pengetahuan akan memfaatkannya masih minim. Nilai Ekonomi Hasil Aren Nilai ekonomi adalah nilai suatu barang atau jasa jika diukur dengan uang. Nilai ekonomi hasil aren dapat juga diartikan sebagai nilai / harga hasil aren yang dimanfaatkan yang dapat ditukarkan dengan uang. Aren termasuk sumber daya hutan yang nilai ekonomi yang sangat menjanjikan. Ichwandi (1996) mengatakan bahwa penelitian ekonomi sumber daya hutan adalah suatu metode atau teknik untuk
mengekstimasi nilai uang dari barang atau jasa yang diberikan oleh suatu kawasan hutan. Nilai ekonomi hasil aren diperoleh dari perkalian total pengambilan per jenis pertahun dengan harga perjenis. Hasil penelitian Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai ekonomi dari hasil pemanfaatan aren oleh masyarakat Desa Bukum dan Suka Maju Kecamatan Bandar Baru sebesar Rp 1.166.616.000 di tahun 2013. Nilai ini diperoleh dari pemanfaatan hasil aren seperti gula merah dan tuak. Jenis pemanfaatan aren yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan masyarakat adalah gula merah dengan nilai ekonomi sebesar Rp 924.696.000 (68%) dari jumlah total keseluruhan nilai hasil aren yang dimanfaatkan. Hal ini disebabkan karena frekuensi pengambilan sebanyak 36 kali dalam setahun dan harga jual gula merah juga sangat tinggi yaitu sebesar Rp 18.000 persatuan unitnya (kg).
Gambar 3. Persentase nilai ekonomi pemanfaat hasil aren.
Pada Gambar 3, pemanfaatan aren yang memiliki kontribusi lain yaitu : tuak sebesar Rp 241.920.000 (32%) dan frekuensi pengambilannya sebesar 48 kali dalam setahun serta harga jual dari tuak yang dihasilkan sebesar Rp 1.400 per satuan unitnya (liter) Tabel 4. Persentase nilai ekonomi hasil aren yang dimanfaatkan masyarakat Jenis Persentase NE No Pemanfaatan Jumlah (Rp) (%) Aren 1
Gula Merah
2
Tuak
Total
924.696.000
68
241.920.000
32
1.166.616.000
100
Besar dan kecilnya nilai ekonomi hasil pemanfaatan aren tergantung kepada jumlah pengambilan, frekuensi pengambilan dan harga tiap satuan jenis hasil aren (Surbakti, 2005) . Masyarakat di desa Bukum dan Suka Maju belum secara maksimal memanfaatkan hasil atau produk dari tanaman aren tersebut, terbukti masyarakat pemanfaat tanaman aren masih hanya memanfaatkan niranya saja dengan produk turunannya ialah gula merah dan tuak,
5
didukung dengan permintaan akan gula merah dan tuak selalu ada dan berkelanjutan. Sehingga untuk memanfaatkan produk tanaman aren yang lain seperti kolang-kaling dan ijuk seperti terabaikan dikarenakan permintaan untuk kedua produk tersebut tidak ada atau jarang ada permintaan, didukung juga karena pengetahuan akan pengelolaan akan kolang-kaling dan ijuk belum paham. Pada produk kolang-kaling, dari hasil wawancara yang dilakukan pada responden pemanfaat tanaman aren, masalah yang dihadapi diantaranya adalah permintaan akan kolang-kaling hanya pada bulan tertentu saja seperti lebaran dan tahun baru. Untuk pengelolaanya cukup sulit karena apabila salah prosedur maka kolang-kaling yang dihasilkan akan rusak atau kualitas yang buruk sehingga tidak memiliki harga jual. Sedangkan untuk produk ijuk, permintaan konsumen atau pengumpul jarang atau tidak ada ke desa Bukum dan Suka Maju, sehingga masyarakat yang memanfaatkan tanaman aren tidak begitu tertarik atau tidak memanfaatkan ijuk dari tanaman tersebut. Oleh karena kondisi tersebut maka petani yang memanfaatka tanaman aren di desa Bukum dan Suka Maju hanya mengelola produk yang bisa menjanjikan atau menambah pengahasilan sehingga dapat dikelola secara turun temurun (Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, 2013). Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat pemanfaat tanaman aren, yang paling besar mendapat kontribusi nilai terhadap pendapatan ialah bapak Dian Ginting karena bertindak sebagai pembuat dan pengumpul tuak yaitu sebesar Rp 90.720.000 per tahun. petani aren yang mendapat kontribusi dari tanaman aren yang paling sedikit ialah bapak Hendrianus Barus dan Candra Barus sebesar Rp 4.704.000, disebabkan karena tidak memiliki pokok aren yang cukup banyak dan hanya memanfaatkan yang tumbuh di alam saja. Pemanfaat tanaman aren berasal dari desa Suka Maju, tanaman aren pada wilayah desa ini cukup banyak, karena desa ini berada pada ketinggian 600-800 mdpl yang merupakan ketinggian yang optimal pada tanaman aren seperti pada Gambar 3 diatas, sesuai dengan pernyataan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan (1998), tanaman aren dapat tumbuh baik pada ketinggian 500800 m dpl. Kontribusi Nilai Ekonomi Aren terhadap Pendapatan Masyarakat Aren (A. pinnata) memberikan manfaat kepada masyarakat baik itu dari segi ekonomi maupun dari segi ekologi. Kontribusi nilai ekonomi aren terhadap pendapatan masyarakat sebesar 44,23% dari total keseluruhan pendapatan yaitu Rp 1.166.616.000. Nilai ini hanya berasal dari salah satu produk aren yaitu nira yang diolah menjadi gula merah dan tuak, gula merah memberikan nilai kontribusi sebesar 35,06% dari seluruh total pendapatan masyarakat yang memanfaatkan tanaman aren yaitu Rp 924.696.000. Sedangkan tuak memberikan nilai kontribusi sebesar 9,17% dari total seluruh pendapatan
masyarakat pemanfaat tanaman aren yaitu Rp 241.920.000. Sehingga apabila diolah secara maksimal maka dapat dipastikan total pendapatan dari aren akan bertambah. Dari hasil yang diperoleh bahwa bukan hanya aren yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat di desa tersebut, tetapi masih ada mata pencaharian lain yang utama juga. Gambar 4 menunjukkan bahwa mata pencaharian utama masyarakat selain aren memiliki kontribusi sebesar 55,77% dari total seluruh pendapatan masyarakat yaitu Rp 1.470.638.000 yang berasal dari berbagai tingkat pekerjaan seperti bersawah, menanam kopi, cabai, karet, menanam jagung, berkerja sebagai honor, dan PNS. Dari bersawah memberikan kontribusi sebesar 25,72% yaitu Rp 678.408.000, untuk kontribusi kopi sebesar 15,35% yaitu Rp 404.916.000, untuk kontribusi cabai sebesar 3,19% yaitu Rp 84.242.000.
Gambar 4. Jumlah responden pemanfaat selain hasil aren.
Untuk kontribusi tanaman Karet sebesar 1,93% yaitu Rp 51.072.000, untuk kontribusi Tanaman jagung sebesar 0,45% yaitu Rp 12.000.000, untuk kontrisi dari pendapatan sebagai honor sebesar 2,95% yaitu Rp 78.000.000, dan untuk kontribusi sebagai PNS sebesar 6,14% yaitu Rp 162.000.000, pendapatan masyarakat yang paling besar selain dari tanaman aren ialah bertani yaitu sebesar Rp 678.408.000 karena mayoritas masyarakat di desa Bukum dan Suka Maju adalah bertani. Melihat hal ini, pihak Tahura Bukit Barisan memberikan bantuan bibit aren sebanyak 1000 bibit kepada desa Bukum yang merupakan desa yang berbatasan langsung kepada Tahura, akan tetapi bantuan yang diberikan kurang begitu mempengaruhi karena masyarakat kurang begitu antusias untuk menanamnya dan penyuluhan akan manfaat tanaman aren tersebut dari pihak Tahura belum dipahami seluruhnya oleh masyarakat desa tersebut serta kebanyakan masyarakat hanya ingin memanfaatkan tanaman aren yang tumbuh alami saja. Setelah melakukan wawancara dan menganalisis data, ternyata kontribusi dari tanaman aren terhadap pendapatan masyarakat petani aren di desa Bukum dan Suka Maju sangatlah besar dan merupakan mata pencaharian yang menjanjikan dan turun- temurun (Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, 2013). Jalur Pemasaran Hasil Aren oleh Masyarakat Nilai ekonomi juga tercipta karena adanya pasar, bahkan besar dari pada nilai tersebut dapat
6
dipengaruhi oleh kondisi pasar, maksudnya banyak permintaan atau penawaran yang ada. Hal ini didukung oleh pernyataan Wirakusumah (2003), pasar merupakan jawaban terhadap masalah-masalah ekonomi yang secara konsekuensi ditempuh dalam sistem ekonomi bebas karena di pasarlah terjadi interaksi antara produsen dan konsumen secara leluasa. Setiap pihak memutuskan sendiri berapa banyak komoditi yang akan dibeli atau dijual dan pada tingkat harga yang mana transaksi pembelian/penjualan itu diputuskan yang biasanya disebut harga pasar. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran adalah tengkulak, pedagang besar, agen penjualan dan pengecer (Soekartawi, 2002). Jalur pemasaran manfaat hasil aren pada kawasan desa Bukum dan Suka Maju tidak terlalu banyak melibatkan lembaga atau pelaku pasar. Umumnya jalur pemasaran pemanfaatan hasil aren pada kawasan desa Bukum dan Suka Maju hanya melibatkan pengumpul, pengecer dan konsumen. Jumlah masyarakat yang menjadi pengelolah cukup banyak. Pengumpul air nira bertindak juga sebagai pengelolah dimana aren sudah diolah menjadi gula merah dan tuak. Pada tingkat pengecer hasil pemanfaatan nira yang diperoleh sudah dalam bentuk olahan seperti menjadi gula merah dan tuak, pengecer hanya berasal dari dalam desa. Pada desa Bukum dan Suka Maju, hasil aren yang diolah ada yang dipasarkan keluar desa seperti ke Berastagi dan pasar Sibolangit dan ada juga yang dipasarkan di dalam desa berupa pajak desa. 1. Gula Merah Pada pemasaran untuk air nira yang telah diolah menjadi gula merah, desa Bukum dan Suka Maju melibatkan pengumpul nira yang sekaligus bertindak sebagai pembuat gula merah yang merupakan petani aren , pengumpul , pengecer dan konsumen. Gambar 5 menunjukkan pengumpul mendapatkan gula merah dari rumah pembuat gula, pengumpul lalu memasarkanya ke pengecer yang, proses ini terjadi di pasar dari pengecer hingga di pasarkan ke konsumen. Petani aren / Pembuat Gula Merah
Pengu mpul
Peng ecer
Konsu men
Gambar 5. Jalur Pemasaran Gula merah .
Pengumpul merupakan individu yang memiliki modal besar, karena dia akan mengumpulkan barang-barang yang dibelinya lalu dijual kembali ke pengecer atau pedagang kecil. Biasanya yang menjadi pengumpul di sebut sebagai toke. Toke bukan penduduk asli desa, melainkan orang luar yang datang membeli. Dari toke inilah lalu gula aren di pasarkan ke pengecer atau pedagang kecil, yang disebut pengecer adalah warung-warung atau kedai-kedai kecil. Air nira yang telah diolah menjadi gula merah dipasarkan dengan harga Rp18.000/kilogram.
2. Tuak Untuk air nira yang diolah untuk minuman beralkohol atau biasa disebut sebagai tuak, tidak hanya dipasarkan hanya didalam desa tetapi ada keluar desa bahkan keluar kecamatan . Terkadang tidak ada perantara antara pembuat tuak dan konsumen. Konsumen biasanya membeli tuak langsung ke pembuat tuak tersebut. (Surbakti, 2005) Hal ini terjadi karena konsumen lebih percaya kepada pembuat langsung karena tuak yang dihasilkan masih asli, makanya konsumen langsung membeli langsung ke rumah pembuat tuak, pembuat tuak sekaligus pengumpul adalah yang bermodal besar yang disebut juga toke. 1.
2.
Petani aren
Pembuat Tuak / pengumpul
Petani aren
Peng ecer
Pembuat Tuak
Konsu men
Konsumen
Gambar 6. Jalur pemasaran tuak aren
Tuak di pasarkan lewat pengecer, yang menjadi pengecer adalah kedai tuak. Biasanya ramai pada malam hari, ada juga yang membelinya untuk dibawa pulang, di minum di tempat lain. Konsumen tuak ini umumnya meminum tuak dengan makanan lain seperti kacang atau daging atau sering di sebut juga dengan tambul. Tuak dipasarkan dengan harga Rp 4.000 per botol atau Rp 3000/ liter, umumnya yang menjadi konsumen adalah orang dewasa Tuak biasanya di minum saat malam hari. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat juga beberapa manfaat aren yang belum dimanfaatkan. Jenis produk aren tersebut antara lain daun aren, rambut aren (ijuk), batang aren, buah aren dan akar aren. Berdasarkan hasil wawancara manfaat aren ini tidak dimanfaatkan karena kurangnya pengetahuan mengenai pengolahannya dan harga jualnya yang relatif rendah di bandingkan dengan manfaat aren yang telah dimanfaatkan . KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebaran aren (A. pinnata) di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan yang paling banyak terdapat pada ketinggian 600 – 800 m. 2. Jenis – jenis hasil aren yang dimanfaatkan masyarakat Desa Bukum dan Suka Maju Kecamatan Sibolangit adalah ; Gula merah dan tuak. 3. Nilai ekonomi hasil aren yang paling besar adalah pemanfaatan gula merah dengan persentase nilai jenis sebesar 35,01 % yaitu Rp 333.600.000/tahun dengan jumlah pengguna sebanyak 31 orang dan nilai ekonomi yang
7
4.
paling kecil adalah pemanfaatan tuak dengan persentase nilai jenis sebesar 4,13 % yaitu Rp 39.360.000/tahun dengan jumlah pengguna sebanyak 10 orang. Jalur pemasaran dari setiap hasil aren yang dimanfaatkan adalah sama, pelaku/lembaga yang terlibat didalam pemasaran adalah dimulai dari petani aren, pembuat gula merah dan tuak, agen pengumpul dan konsumen akhir.
Saran Potensi dan kegunaan yang di miliki tanaman aren (Arengan pinnata) masih belum dimanfaatkan secara maksimal, di harapkan kepada lembaga pemerintahan yang terkait lebih serius dalam mendukung masyarakat dalam pemanfaatan tanaman aren. DAFTAR PUSTAKA Affandi, O., dan Pindi P. 2002. Penelitian Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Non-Marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan. USU. Medan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. 1998. Buku panduan kehutanan Indonesia.Departemen Kehutanan dan Pekebuanan Indonesia. Jakarta Departemen Kehutanan. 1999. Balai Konservasi Sumber Daya Alam I Sumatera Utara. Medan. Departemen Kehutanan. 2007. Rencana Makro Pemberdayaan Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan. Jakarta. Ginting, P. 2006. Pemasaran Produk Pertanian: Studi Empiris Tentang Marjin Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran Sayuran di Kotamadya Bandung. USU Press. Medan. Hardjosoediro, S. 1980. Pemilihan jenis Tanaman Reboisasi dan penghijauan hutan alam dan Hutan rakyat. Lokakarya Pemilihan Tanaman Reboisasi.Yokyakarta.Yayasan Pembinaan Fakultas Kehutanan UGM. Mulyadi. 2004. Sekilas Tentang Hutan Tangkahan. email:
[email protected]. 23 Oktober 2010. Nazzaruddin dan F. Muchlisah. 1994. Buah Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. 2013. Data Dasar Profil Desa Bukum. Pemerintahan Deli Serdang. Lubuk Pakam. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang . 2013. Data Dasar Profil Desa Suka Maju. Pemerintahan Deli Serdang. Lubuk Pakam Reksohadiprodjo, S. 1994. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Siagian, D. 2012. Jenis, Potensi Dan Nilai Ekonomi Hasil Hutan Yang Di Manfaatkan
Masyarakat Sekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan. Fakultas Pertanian USU. Medan Simbolon, M. 1989. Tanaman Hutan Bukit Barisan Sumatera Utara. Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Medan. Sitepu, P. 2003. Perencanaan Interpretasi Lingkungan Pada Jalur Pendakian Gunung Sibayak Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soeseno, S. 1995. Bertanam Aren. Penebar Swadaya. Jakarta Sunanto, H. 1993. Aren Budidaya dan Multiguna. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Surbakti, I.2005.Nilai Ekonomi dan Pola Sebaran Aren di Taman Nasional Gunung Leuser.USU. Medan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan http://www.dephut.go.id/INFORMASI/UNDA NG2/uu_41_99.htm(5 Januari 2012) Undang-Undang Republik Indonesia no. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Wirakusumah, S. 2003. Mendambakan Kelestarian Sumber Daya Hutan Bagi SebesarBesarnya Kemakmuran Rakyat. Indonesia
8