PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA RESPONSIF PADA SISWA KELAS VIII. I SMP NEGERI 1 GEROKGAK Md. Afpri Yantini, I Nym. Seloka Sudiara, I Md. Astika Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis atau responsif siswa di kelas VIII. I SMP Negeri 1 Gerokgak, (2) mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca kritis atau responsif siswa melalui model pembelajaran CIRC pada siswa kelas VIII. I SMP Negeri 1 Gerokgak, dan (3) mendeskripsikan respons siswa terhadap penerapan model pemebalajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis atau responsif siswa di kelas VIII. I SMP Negeri 1 Gerokgak. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah salah satu guru bahasa indonesia dan siswa kelas VIII. I SMP Negeri 1 Gerokgak dan objek yang dikaji adalah aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran membaca responsif dengan model pembelajaran CIRC, kemampuan membaca responsif siswa, dan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran CIRC selama pembelajaran membaca responsif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, tes, kuesioner, dan wawancara. Data dianalisis dengan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca responsif dengan menerapkan model pembelajaran CIRC. Hasil belajar yang diperoleh juga meningkat. Skor rerata siswa pratindakan adalah 69,7. Pada siklus I, skor meningkat menjadi 79,8, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 82,7. Respons siswa yang berkenaan dengan minat, sikap, bakat, motivasi, dan tujuan juga meningkat dari siklus I ke siklus II, yakni dari 45 menjadi 47,02. Peneliti menyarankan agar hasil penelitian ini dapat diterapkan oleh guru bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan membaca responsif siswa. Kata kunci: kemampuan membaca siswa, membaca responsif, model CIRC
Abstract The purpose of this research are (1) describe the teacher and students’ activity in learning model assembling of CIRC to improve responsive reading ability for the student’s in VIII. I class SMP Negeri 1 Gerokgak, (2) describe to improve the students’ responsive reading ability through CIRC for the students in VIII. I class SMP Negeri 1 Gerokgak, and (3) describe the students’ response to CIRC learning model to improve their responsive reading ability in VIII. I class SMP Negeri 1 Gerokgak. This research is a class action research. The subject are one of Indonesian teachers and the students in class VIII. I SMP Negeri 1 Gerokgak and the investigated object were the activity of the teacher and students during the learning process of responsive reading by CIRC model, the students’ responsive reading ability, and the students’ response to the learning model assembling of CIRC in responsive reading learning process. The collecting data used
observation method, test, questioner, and interview. The data is analysed by quantitative and qualitative data analysis technique. The result of this research shows that there is the improvement of the teacher and students’ activity in learning responsive reading by assembling CIRC model. The result of learning also get the improvement. The average score of the pre test is 69,7. In first cycle, the score becomes 79,8, and then get the improvement in second cycle is 82,7. The students’ response that consider to the interest, attitude, talent, motivation, and the purpose also get the improvement from first cycle to second cycle, that is from 45 to be 47,02. The researcher suggests that the result of this research can be applied by the Indonesian teacher to improve the students responsive reading ability. Keywords : CIRC model, responsive reading, students reading ability.
PENDAHULUAN Membaca adalah salah satu keterampilan dasar dalam berbahasa. Membaca merupakan kegiatan untuk memperoleh atau menyerap informasi sebanyakbanyaknya dari bahan bacaan. Tarigan (1988:9) menjelaskan bahwa membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tulisannya. Membaca adalah proses pengasosiaan huruf, penerjemahan, dan pemahaman makna isi bacaan. Pembaca yang terampil dengan sendirinya akan menyesuaikan strategi membaca dengan taraf kesulitan tulisan, pengenalannya tentang topik yang dibaca, serta tujuan membacanya. Pembaca akan memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya berkenaan dengan topik tersebut dan memantau pemahamannya tentang bacaan yang dihadapinya, serta menyesuaikan strateginya bila ia tidak berhasil memahaminya. Membaca merupakan kegiatan yang sangat berarti dalam kehidupan. Dengan membaca, seseorang akan memperoleh informasi atau pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui. Sudiana (2007:2) bahkan menyatakan bahwa membaca dapat diibaratkan sebagai kunci pembuka gudang ilmu dan pengetahuan. Selain itu dikenal pula ungkapan yang menyatakan bahwa membaca sebagai jendela dunia, yang artinya melaui membaca,
wawasan atau cakrawala pengetahuan tentang dunia menjadi sangat luas. Begitu besar manfaatmanfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca. Hernowo (2003:33) menyatakan bahwa orang yang rajin membaca buku dapat terhindar dari kerusakan jaringan otak pada masa tua, bahkan membaca buku juga dapat membantu seseorang untuk menumbuhkan saraf-saraf baru di otak. Salah satu bentuk keterampilan membaca yang penting untuk dikuasai siswa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kelas VIII semester 2, yaitu membaca intensif khususnya membaca kritis. Membaca secara kritis atau membaca responsif adalah teknik membaca yang bertujuan menganalisis serta menilai pendapat penulis melalui sebuah teks yang dibaca. Pada saat membaca, terkadang pembaca belum merasa puas walaupun sudah memahami hal yang telah disampaikan penulis. Dalam hal ini pembaca ingin merefleksikan gagasan, konsep, atau ide penulis. Membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya (Soedarso, 2006:71). Pembaca tidak sekadar menyerap informasi yang disajikan, tetapi ia bersama-sama penulis
berpikir tentang masalah yang dibahas. Burhan (dalam Sudiana, 2007:60) menyatakan bahawa membaca secara kritis berarti membaca secara analisis dan dengan penilaian membaca secara kritis atau responsif menuntut berbagai macam keterampilan membaca untuk dapat merangkum isi bacaan, menganalisis, dan akhirnya menilai gagasan yang ditemukan dalam bacaan. Membaca kritis sangat penting dan diperlukan dalam PBM, khususnya dalam pembelajaran membaca. Membaca secara kritis atau membaca responsif sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan daya kritis pembaca. Sehubungan dengan peningkatan daya kritis ini, dalam pengajaran membaca, sudah semestinya siswa perlu dilatih membaca responsif secara memadai. Dalam hal ini, siswa perlu diajak untuk mengkritisi ide-ide penulis yang tertuang dalam teks. Demikian juga, siswa perlu dilatih kepekaannya terhadap teks yang dibaca. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meminta siswa untuk menyampaikan pandangannya terhadap materi teks yang telah dibacanya. Melalui membaca responsif, siswa akan dibantu untuk dapat memahami maksud penulis. Dalam pengajaran membaca, khususnya membaca secara kritis atau responsif, dibutuhkan antusiasme penganalisisan serta penilaian yang kritis dari siswa. Model membaca secara kritis atau membaca responsif menuntut berbagai macam keterampilan mambaca untuk dapat merangkum isi bacaan, menganalisis, dan akhirnya menilai gagasan yang ditemukan dalam bacaan (Burhan dalam Sudiana, 2007:60). Untuk itu dibutuhkan suatu metode yang dapat berkolaborasi dengan lingkungan siswa. Metode pembelajaran yang dapat dikolaborasikan dengan lingkungan
siswa disebut dengan metode pembelajaran kooperatif. Berdasarkan informasi dari salah seorang guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Gerokgak, diperoleh gambaran bahwa ternyata pembelajaran membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa masih kurang maksimal. Hasil observasi awal menunjukan bahwa kemampuan membaca responsif siswa masih kurang. Hal ini terbukti dari nilai yang diperoleh siswa pada pelajaran membaca. Peneliti juga mengobservasi model atau strategi yang digunakan oleh guru masih belum maksimal sehingga pengajaran membaca khususnya membaca responsif menjadi kurang efektif. Kurangnya motivasi siswa mengikuti pelajaran dan dalam pengerjaan tugas juga sangat terlihat. Selain itu, pembelajaran membaca dianggap sebagai sampingan saja. Jika siswa telah menguasai tata bahasa dan kosakata bahasa yang dipelajarinya, dianggap dengan sendirinya siswa telah menguasai keterampilan membaca. Hal ini terbukti dari pemerolehan skor membaca siswa rata-rata bahkan di bawah 70, padahal kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang semestinya diperoleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah 75. Dari 45 orang siswa yang mendapatkan nilai tuntas hanya 17 orang (37,78 %), sedangkan 28 orang (62,22 %) mendapatkan skor di bawah KKM. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti memilih model CIRC untuk diterapkan dalam pengajaran membaca kritis atau responsif. Penulis memilih model CIRC karena model ini sangat cocok dengan aspek membaca khususnya membaca secara kritis atau responsif. Model CIRC menekankan pada pembelajaran membaca, menulis, dan tata bahasa
(Kemendikbud, 2013:172). Dalam pembelajaran ini para siswa saling menilai kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompok. Model pembelajaran CIRC merupakan salah satu metode kooperatif yang menekankan pada aspek membaca dan menulis. Model pembelajaran ini cocok diterapkan untuk memecahkan masalah pembelajaran, khususnya untuk pembelajaran membaca dan menulis. Selain itu, model pembelajaran CIRC memiliki tujuan utama, yaitu menggunakan kelompok-kelompok kooperatif untuk membantu siswa dalam mempelajari kemampuan dalam memahami bacaan yang dapat diterapkan secara luas. Melalui penerapan model pembelajaran ini siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami pemecahan konsepkonsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan teman sebayanya. Selain itu, model pembelajaran ini mampu meningkatkan cara berpikir kritis, kreatif, serta menumbuhkan rasa sosial yang tinggi serta mampu menguasai pelajaran. Peneliti telah menemukan beberapa penelitian sejenis yang menggunakan model kooperatif tipe CIRC. Penulisan mengenai penggunaan model CIRC yang pertama berjudul “Pengaruh Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Berbantuan Media Gambar Berseri terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2012/2013” oleh I Gusti Ayu Dewi Chandra Prabawati, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha pada tahun 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh penggunaan model
pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) terhadap kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD yang terlihat dari perbedaan hasil skor yang diperoleh siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model CIRC dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Penelitian sejenis yang kedua adalah penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Berbasis Jolly Phonics terhadap Kemampuan Membaca dan Menulis pada Siswa Kelas II SD di Gugus II Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar Tahun Ajaran 2012/2013” oleh Cokorda Istri Kartika, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha pada tahun 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan menulis pada siswa yang mengikuti model pembelajaran CIRC berbasis Jolly Phonics lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasy eksperiment.. Penelitian sejenis yang ketiga berjudul “Efektivitas Strategi KWL (Know, Want, Learn) dalam Pembelajaran Membaca Kritis pada Siswa SMP Kelas VIII SMP Negeri 1 Winong Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2012/2013” oleh Yeni Rahmawati, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi KWL (Know, Want, Learn) dalam pembelajaran membaca kritis sangat efektif digunakan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Winong Kabupaten Pati. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memiliki pemikiran untuk menggunakan model pembelajaran CIRC guna meningkatkan kemampuan membaca secara kritis atau responsif siswa di kelas VIII I SMP Negeri 1 Gerokgak. Penelitian yang menggunakan model pembelajaran CIRC dalam pembelajaran membaca kritis belum pernah dilakukan sebelumnya khususnya di lingkungan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan belum pernah dilakukan di SMP Negeri 1 Gerokgak. Hal tersebutlah yang membuat peneliti berkeinginan melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Responsif atau Membaca Kritis pada Siswa Kelas VIII I SMP Negeri 1 Gerokgak”. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Subjek dalam penelitian ini adalah salah satu guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII dan siswa kelas VIII. I SMP Negeri 1 Gerokgak. Objek penelitian yang pertama adalah aktivitas guru dan siswa kelas VIII. I SMP Negeri 1 Gerokgak selama pembelajaran membaca responsif dengan menerapkan model pembelajaran CIRC. Objek penelitian kedua adalah kemampuan membaca responsif siswa kelas VIII. I SMP Negeri 1 Gerokgak. Objek penelitian yang terakhir adalah respons siswa kelas VIII. I SMP Negeri 1 Gerokgak terhadap penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan membaca responsif siswa. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini menghasilkan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa angka-angka, yaitu
hasil observasi, hasil tes yang dilakukan siswa, dan hasil kuesioner siswa. Data kualitatif berupa data mengenai respons dan hasil observasi guru dan siswa setelah dikonversikan ke dalam kriteria tertentu serta hasil wawancara terhadap siswa dalam belajar mengajar. Observasi peneliti lakukan terhadap kegiatan siswa dan guru ketika pembelajaran berlangsung. Metode observasi yang dilakukan berupa kegiatan observasi nonpartisipatif. Peneliti tidak ikut secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi mengamati dan melakukan pencatatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan situasi yang menyertainya. Pencatatan dilakukan pada lembar observasi yang telah disiapkan. Peneliti menyediakan 17 item untuk guru dan 10 item untuk siswa dan disertai dengan penilaian berupa skala bertingkat dari 1 sampai dengan 5. Skala 5 menandakan aktivitas guru dan siswa berada pada tingkat sangat aktif berturutturut hingga skala 1 yang berada pada kategori tidak aktif. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa pertanyaanpertanyaan yang dibuat oleh peneliti dan guru bahasa Indonesia. Pertanyaan yang dibuat berhubungan dengan materi yang diberikan. Hasil tes ini menampakkan kemampuan membaca responsif siswa. Hasil tes dianalisis dengan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif yang dijabarkan dalam analisis data. Angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai respons siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yaitu responden menjawab pertanyaan
berdasarkan sejumlah alternatif pilihan jawaban yang telah disediakan. Dalam lembar kuesioner, peneliti menyediakan sepuluh pernyataan dan disertai dengan pilihan jawaban dengan penilaian dari rendah ke tinggi (1–5). Skor 5 menandakan aktivitas siswa berada pada tingkat sangat aktif berturut-turut hingga pada skor 1 yang berada pada kategori tidak aktif. Metode wawancara adalah suatu metode dengan cara mengajukan pertanyaan kepada subjek penelitian terkait dengan materi dalam penelitian yang dilaksanakan. Dalam wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan sebuah situasi atau fenomena yang terjadi dan hal ini tidak dapat ditemukan melalui metode observasi dan metode angket. Peneliti melakukan wawancara dengan siswa kelas VIII. I di SMP Negeri 1 Gerokgak. Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara terstruktur, yakni pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis oleh peneliti. Hasil wawancara akan digunakan untuk mendapatkan data mengenai respons siswa mengenai penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan membaca responsif siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan siklus I menemui beberapa hambatan sehingga berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Hambatan-hambatan tersebut adalah pemahaman siswa terhadap bahan bacaan, alokasi waktu, penggunaan media, dan penggunaan ejaan. Hambatanhambatan di atas, dapat diperbaiki
pada siklus II sehingga diperoleh hasil yang lebih baik daripada hasil siklus I. Secara keseluruhan hasil dalam penelitian ini dibahas sebagai berikut. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dapat dinyatakan bahwa pembelajaran membaca responsif menemui beberapa hambatan. Guru terlihat kewalahan dan kebingungan saat mengatur kelompok untuk siswa. Hal ini disebabkan oleh jumlah siswa yang banyak. Jadi, waktu yang seharusnya digunakan untuk berdiskusi banyak terbuang karena dihabiskan untuk membagi kelompok. Selain itu, waktu banyak terbuang ketika siswa mencari dan bergabung dengan kelompoknya. Beberapa siswa terlihat kurang fokus mengikuti pelajaran. Jumlah media yang digunakan kurang sehingga ada beberapa orang tidak mendapatkan artikel untuk dibaca. Saat membuat laporan, sering terjadi kesalahan ejaan yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan hasil tes pada siklus I, terdapat dua orang siswa yang tidak tuntas. Pada saat diwawancarai, kedua siswa tersebut mengaku kurang memahami isi artikel yang dibaca karena tidak pernah mendengar ataupun menyaksiskan berita tentang illegal logging sebelumnya. Hal ini mengakibatkan mereka mendapatkan nilai yang rendah dibandingkan dengan siswa yang lainnya. Tarigan (2008:8) menyatakan bahwa membaca merupakan proses berpikir untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung dalam katakata yang tertulis. Membaca merupakan proses membangun makna dari pesan yang disampaikan melalui simbol-simbol tulisan. Dalam proses tersebut, pembaca mengintegrasikan atau mengaitkan pesan atau informasi dalam objek
atau tulisan dengan pengetahuan atau pengalaman yang dimilikinya (skemata). Pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas, baik pada guru maupun siswa. Hasil itu menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas pada siklus I sampai dengan tindakan pada siklus II. Skor rata-rata aktivitas yang diperoleh pada siklus I adalah 3,8 (kategori cukup aktif) meningkat menjadi 4,2 (kategori aktif) pada siklus II. Hal ini terlihat pada saat siswa mengerjakan tugas dalam kelompoknya masing-masing dan pada saat presentasi. Meningkatnya aktivitas belajar siswa ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Selain aktivitas belajar siswa, peneliti juga mengamati aktivitas mengajar guru. Aktivitas yang ditunjukkan oleh guru selalu berpedoman pada langkah-langkah pembelajaran yang ada pada RPP dan skenario model pembelajaran CIRC. Skor yang diperoleh guru pada siklus I adalah 71 dengan ratarata 4,2 (kategori dilakukan dengan baik) meningkat menjadi 74 dengan rata-rata 4,4 (kategori dilakukan dengan baik). Slavin (2010:4) mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan peningkatkan rasa harga diri. Selain itu, tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang tepat untuk itu.
Selain itu, adanya peningkatan kemampuan membaca siswa khususnya kemampuan membaca responsif. Pada saat refleksi awal, yaitu dalam pratindakan skor ratarata yang diperoleh siswa adalah 69,7 (kategori sangat kurang). Pada saat siklus I skor rata-rata meningkat menjadi 79,8 (kategori cukup). Walaupun belum mencapai kriteria keberhasilan, namun secara kuantitas sudah ada peningkatan sebesar 10,1. Pada siklus II, skor rata-rata yang diperoleh siswa meningkat menjadi 82,7 (kategori baik). Jika dibandingkan dengan pencapaian peningkatan kemampuan membaca antara pratindakan dan siklus II, terjadi peningkatan sebesar 13. Jika dilihat dari segi ketuntasan belajar, pembelajaran pada siklus II ini sudah dapat dikatakan tuntas karena dari 45 orang siswa, 40 (88,89%) orang mendapatkan nilai di atas KKM sedangkan skor 5 (11,11%) orang sisanya masih berada di bawah KKM. Siswa menjadi sangat senang dan aktif mengikuti pembelajaran membaca responsif. Ini merupakan temuan penting terakhir dalam penelitian ini. Rasa senang dan aktif tersebut dapat dilihat dari rata-rata respons yang diberikan oleh siswa dalam pembelajaran ini. Sebagian besar siswa memberikan respons yang sangat positif terhadap tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada siklus I skor rata-rata respons siswa adalah 45 (kategori setuju), kemudian skor rata-rata respons siswa meningkat menjadi 47,02 (kategori sangat setuju) pada siklus II. Siswa merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran ini karena divariasikan dengan penerapan model pembelajaran CIRC. Hal ini terbukti dari pendapat siswa yang menjadi lebih bersemangat membaca, siswa merasa lebih mudah memahami topik yang dibaca, dan merasa lebih
cepat menemukan informasi bacaan dengan menggunakan teknik membaca responsif dalam penerapan model pembelajaran CIRC. Temuan ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Slavin (1995:35) bahwa model pembelajaran CIRC ini memiliki beberapa keunggulan, yakni (1) memberikan pengalaman dan membuat kegiatan belajar anak didik menjadi relevan dengan tingkat perkembangan anak; (2) memberikan kesempatan bagi siswa untuk memilih kegiatan belajar sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak; (3) membuat kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama; (4) merupakan pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan keterampilan berpikir anak; (5) merupakan pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang ditemui dalam lingkungan anak; (6) merupakan pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kea rah belajar yang dinamis, optimal, dan tepat guna; (7) menumbuhkembangkan interaksi social anak, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain; (8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar. Jadi, penerapan model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca responsif siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II dibandingkan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I. Aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan yang terlihat pada siklus I dan siklus II. Untuk mengatasi beragam permasalahan
yang ditemui oleh guru ataupun siswa dalam pembelajaran membaca, khususnya membaca responsif, guru dapat mengaplikasikan model pembelajaran CIRC ini. Model pembelajaran CIRC dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan alternatif dalam upaya peningkatan kemampuan membaca siswa. Daftar Pustaka
Alfin
Afdila, Faricha. 2012. “ Pengaruh Strategi SQ3R Terhadap Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelas VII Smp Negeri 3 Malang”. Artikel. Tersedia pada http://jurnalonline.um.ac.id/.../artikel/p df (diakses pada Jumat, 14 Ferbruasi 2014).
Arikunto,
Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:PT. Bumi Aksara
---------. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:PT. Bumi Aksara Dewi Chandra Prabawati, I Gusti Ayu. 2013. “Pengaruh Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Berbantuan Media Gambar Berseri Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas V SD Gugus V Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Singaraja:
Universitas Ganesha.
Pendidikan
Membaca. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Herwono. 2003. Quantum Reading : Cara Cepat dan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Membaca. Bandung : Mizan Learned Center.
Nurkancana ,Wayan dan Sumartana. 1996. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Kartika,
Cokorda Istri. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Berbasis Jolly Phonics Terhadap Kemampuan Membaca dan Menulis pada Siswa Kelas II SD di Gugus II Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar Tahun Ajaran 2012/2013”. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru:Implementasi Kurikulum 2013 SMP/ MTs Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan SDM Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud. Munaf, Yarni. 2008. “Rangkuman Pengajaran Keteranpilan Membaca”. (Bahan Ajar). Padang: FBSS UNP. Nurhadi.
2010. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan
Rahmawati. Yeni. 2013. “Efektivitas Strategi KWL (Know, Want, Learn) dalam Pembelajaran Membaca Kritis pada Siswa SMP Kelas VIII SMPNegeri 1 Winong Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2012/2013”. Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang: IKIP PGRI Semarang. Slavin,
R.E. 2010. Cooperative Learning:Teori, Riset, dan Praktik. Jakarta: Nusa Media.
Sudiana, I Nyoman. 2007. Membaca. Malang: Universitas Negeri Malang. Sugiyono. 2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung Alfabeta. Soedarsono. 2004. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. ---------.
2006. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Soedarso. 2006. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat
dan Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Tarigan,
Henry Guntur. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
---------. 1988. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. ---------. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Thobroni,
Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: ArRuzz Media.
Wardhani, I. dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.