MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, sedangkan pengujian pascapemotongan dilakukan di Laboratorium Instrumen, Balai Besar Industri Agro. Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 6 ekor yang terdiri atas 3 ekor domba garut lepas sapih berumur sekitar 2 bulan dan 3 ekor domba garut berumur 8 bulan. Domba yang digunakan merupakan domba garut tipe pedaging. Ternak dikandangkan secara individu dan dipelihara selama tiga bulan. Ternak dipotong pada umur 5 dan 11 bulan. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. Pakan Pakan diberikan kepada domba dalam bentuk pelet dengan rasio hijauan dibanding konsentrat 30:70. Sumber hijauan yang digunakan adalah limbah tauge. Bahan dan formulasi ransum yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Bahan Kimia Bahan yang digunakan untuk analisis proksimat antara lain petroleum eter, K2SO4, HgO, H2SO4, NaOH, Na2S2O3, metilen merah dan biru. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis asam lemak antara lain akuades, KOH, HCl, heksana, helium, nitrogen, asam heptadekanoat, dan komponen asam lemak murni. Bahan yang digunakan untuk analisis kolesterol antara lain alkohol, KOH, akuades, eter, helium, nitrogen, dan sampel kolesterol murni.
15
Tabel 4. Bahan dan Komposisi Kimia Ransum Limbah Tauge Bahan Pakan
Komposisi (%)
Limbah tauge
30
Onggok
10
Jagung
10
Bungkil kelapa
32
Bungkil kedelai
10
CaCO3
2,5
Molases
5
NaCl
0,3
Premix
0,2
Jumlah
100
Komposisi Kimia *) Bahan Kering
100
Protein Kasar
18
Serat Kasar
22,60
Lemak
5,70
Ca
0,83
P
0,10
TDN
72,22
Keterangan:
*)
Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB (2011)
Peralatan Peralatan yang digunakan untuk analisis adalah oven, labu destruksi, labu destilasi, cawan porselen, desikator, batu didih, labu lemak, alat ekstrak soxhlet merek FATEX-S, tabung reaksi, labu erlenmeyer, gelas beaker, pipet mikroliter, injektor, evaporator, timbangan analitik, timbangan digital, hot plate magnetic stirrer, peralatan gas kromatografi merek Shimadzu tipe GC-2010AF untuk analisis asam lemak dan merek HP tipe 2010 untuk analisis kadar kolesterol.
16
Prosedur Analisis Proksimat Analisis proksimat merupakan analisis yang sering digunakan untuk menentukan nilai nutrisi daging. Analisis proksimat dilakukan berdasarkan prosedur AOAC (2005). Kadar Air. Cawan dimasukkan ke oven pada suhu 105 °C, didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang (X1). Sampel ditimbang sebanyak 3 g (A). Sampel dikeringkan dengan cara dimasukkan ke dalam oven suhu 105 °C hingga beratnya konstan (X2). Kadar air dihitung sebagai berikut: Kadar Air (%) =
× 100%
Kadar Protein. Kadar protein diukur menggunakan metode Kjeldahl. Sampel sebanyak 0,2 gram didestruksi dengan H2SO4, HgO, K2SO4 masing-masing 10 ml kemudian dipanaskan sampai filtrat menjadi jernih. Selanjutnya dilakukan destilasi. Filtrat yang telah jernih ditambahkan 20 ml akuades dan 10 ml NaOH-Na2S2O3, sebagai penampung digunakan larutan asam borat 5,5% serta campuran 2 tetes indikator metil merah dan metil biru 0,2% dalam alkohol. Terakhir adalah tahap titrasi. Air bilasan salam tabung kondensor ditampung dalam labu erlenmeyer tempat destilasi. Isi labu erlenmeyer diencerkan hingga 50 ml kemudian dititrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna. Kadar N dihitung sebagai berikut:
Kadar N (%)
=
×
×
,
× 100%
Kadar protein = 6,25 × N Kadar Lemak. Sampel ditimbang sebanyak 5 g dan dihancurkan, kemudian dibungkus dengan kertas saring. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam alat ekstrak soxhlet, selanjutnya diekstraksi dengan pelarut petroleum eter selama 4 jam. Lemak atau minyak yang tertampung dalam soxhlet dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 °C untuk dikeringkan. Kadar lemak dihitung sebagai berikut:
Kadar Lemak (%) =
× 100%
17
Keterangan: A = Berat labu dan lemak yang telah diekstraksi B = Berat labu yang belum diekstraksi C = Berat sampel awal Kadar Abu. Sampel sebanyak 3 g dipanaskan di atas hot plate sampai tidak berasap, kemudian diabukan dalam tanur pada suhu 600°C selama 4 jam sampai diperoleh abu berwarna keputih-putihan. Kadar abu dihitung menggunakan rumus berikut:
Kadar Abu (%) =
× 100%
Keterangan: X1 = Berat cawan dan abu X2 = Berat cawan kosong C = Berat sampel awal Kadar Karbohidrat. Kadar karbohidrat dihitung dengan menggunakan cara by differences dengan rumus sebagai berikut: % Karbohidrat = 100% - (abu+lemak+air+protein)% Analisis Komposisi Asam Lemak Analisis komposisi asam lemak dilakukan sesuai metode AOAC (2005). Sampel daging sebanyak 5 g dicampur 50 ml akuades kemudian dipanaskan. Sebanyak 3 ml KOH ditambahkan kemudian dipanaskan kembali selama 30 menit. Sampel yang telah disaponifikasi ditambah dengan 5 ml HCl 6 N, dimasukkan ke tabung ekstraktor dengan 100 ml heksana, selanjutnya dipanaskan dan direfluks dengan magnetic stirrer dengan kecepatan 250 siklus/menit selama 30 menit. Fraksi yang tidak tersaponifikasi ditambahkan heksana 10 ml. Kondisi alat gas kromatografi yang digunakan adalah: menggunakan kolom silika SPTM-2560 (3 m x 4 mm x 0,2 µm; Supelco, Inc., Bellefonte, PA) dengan detector FID (flame ionization detection). Suhu oven diprogram pada 175°C selama 14 menit dan meningkat menjadi 185°C dengan kecepatan 5°C/menit, dan
18
dipertahankan selama 50 menit. Suhu port detektor dan injektor adalah 185 °C dan 220 °C. Gas pembawa yang digunakan adalah gas helium dengan laju aliran 0,7 ml/menit dan nitrogen dengan laju aliran 40 ml/menit. Identifikasi metal ester asam lemak berdasarkan waktu retensi dan puncak sampel dengan standar senyawa murni setiap komponen asam lemak. Kuantifikasi asam lemak dilakukan berdasarkan standar internal metal ester asam heptadekanoat. Analisis Kadar Kolesterol Saponifikasi dan Ekstraksi. Analisis dilakukan sesuai dengan metode AOAC (2005). Saponifikasi kolesterol dimulai dengan menimbang 2-2,5 g sampel, ditambahkan 25 ml alkohol dan 1,5 ml KOH. Campuran tersebut diaduk, dididihkan, dan direfluks selama 30 menit, kemudian dituang ke separator yang berisi 50 ml akuades. Tabung saponifikasi dibilas dengan 50 ml eter. Bilasan dituangkan ke separator kemudian dikocok hingga lapisan terpisah. Lapisan eter dituang ke separator kedua yang berisi 20 ml akuades. Selanjutnya larutan penyabunan diekstraksi dengan 50 ml eter. Ekstrak eter dikocok perlahan dengan 20 ml akuades kemudian lapisan eter yang terpisah dituang ke tabung berikutnya. Tabung berisi lapisan eter tersebut dituangi akuades 20 ml lalu dikocok. Larutan eter dibilas 3 kali dengan 20 ml KOH 0,5 N dan air, kemudian dikocok kembali. Ekstrak eter dipindahkan pada gelas dan dievaporasi untuk dikeringkan di bawah aliran nitrogen. Pengukuran Kolesterol. Pengukuran dilakukan menggunakan alat kromatografi dengan kolom kapiler (1,8 m x 4 mm x 0,15 µm). Sebanyak 2 ml sampel diinjeksikan ke sistem GC kemudian diinjeksikan 2 ml larutan standar internal kolesterol. Suhu split injektor 200°C
dan suhu detektor 250°C. Detektor yang
digunakan adalah flame ionization detection (FID). Laju alir gas pembawa yaitu helium sebesar 45 ml/menit, nitrogen 20-25 psi, udara 300-340 ml/menit. Kuantifikasi kolesterol berdasarkan waktu retensi dan puncak sampel dengan standar senyawa murni kolesterol. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola searah untuk kandungan nutrisi, komposisi asam lemak,
19
dan kadar kolesterol dengan tiga kali ulangan untuk daging domba garut 5 dan 11 bulan. Model analisis dari rancangan acak lengkap pola searah adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1991):
Yij = µ + αi + €ij Keterangan: Yij
= Hasil nilai pengamatan
µ
= Nilai tengah umum
αi
= Pengaruh taraf ke-i faktor umur
€ij
= Galat percobaan Pengaruh perlakuan dianalisis dengan analisis ragam (analysis of variance/
ANOVA). Apabila perlakuan berpengaruh nyata digunakan uji Duncan untuk melihat perbedaan nilai tengah.
20