Matahari yang Membawa Harapan telah Bersinar
Sekretariat: Jalan H. Agus Salim II no. 8 Gandaria Utara Jakarta Selatam Jakarta 12140
Voice From The East (VOTE) Matahari yang Memberi Harapan Telah Bersinar Indonesia Timur adalah benteng terakhir keserasian hidup manusia dan lingkungan di Indonesia. VOTE (Voice From the East) merupakan sebuah gerakan kampanye sosial untuk mengembalikan martabat kemanusiaan, perdamaian, kesejahteraan, pelestarian lingkungan, demokratisasi serta merawat keberagaman dan budaya di Indonesia Timur. Laguna biru cerah hamparan, pasir putih, tarian lumbalumba di pesisir pantai, pekik burung camar dan kerimbunan nyiur melambai menaungi deretan rumah panggung di pulau-pulau di bagian timur Nusantara. Tabuhan tifa, totobuang, denting gitar dan nyanyian rakyat di kala bulan purnama adalah keseharian kehidupan rakyat Indonesia Timur. Keindahan alam dan persaudaraan sesama manusia adalah wajah asli Indonesia Timur. Namun, tawa-ria dan kebahagiaan anak-anak dan remaja di Indonesia Timur di Papua, Maluku, Sulawesi dan Kepulauan Sunda Kecil (Bali-NTB dan NTT) kini berganti dengan tangis serta tanda tanya besar menanti masa depan mereka akibat kehancuran hutan, laut dan pertambangan yang turut membawa pemiskinan, pembodohan, wabah penyakit hingga merebaknya HIV-AIDS di kampung-kampung terpencil. Kerusakan diperparah dengan korupsi sistemik dan pelanggaran hak asasi manusia dalam berbagai sisi kehidupan. Relasi kekerabatan dan persaudaraan turut dirusak akibat kerusuhan sosial di Poso, Ambon dan Maluku Utara yang menjadi dagangan politik bagi segelintir orang. Operasi keamanan oleh aparat telah mengikis makna menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang diakui harkat dan martabatnya. Upaya pemulihan pasca-konflik dengan
V O T E 3
pendekatan keamanan memakan waktu yang lama dan menyisakan luka sosial dan trauma bagi masyarakat. VOTE bertujuan membuka mata batin masyarakat Indonesia tentang kekerasan modal dan penguasa yang telah menghancurkan tatanan sosial dan hak masyarakat serta lingkungan untuk hidup dalam harmoni seperti sediakala ketika negeri ini diproklamasikan yakni mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Vote bermaksud membangun kesadaran masyarakat untuk mengetahui kondisi-kondisi nyata Indonesia Timur; dan meningkatkan solidaritas sosial untuk membantu Indonesia Timur dari keterpurukan serta eksploitasi alam yang berlebihan.
V O T E 4
Kampanye ini didukung oleh kelompok seni seperti Slank, God Bless, Indra Lesmana, Seringai, Panji Pragiwaksono, Tompi, Sandy Sondoro, Jflow, EndahNRheza, The Extralarge, IYR, Matthew Sayersz, Ivan Nestorman, Endah ‘n Resha, Edo Kondologit, Ras Muhammad, Bobby ‘one way’, Franky sihombing, GMBc, The Paint Killers, Wizzow, Aldisyah, Aiko, Zee, Pallo, RockerKasarunk, Maliq n D’essenial, Boy Clemens, Radhini, Barry Likumahuwa, Efek Rumah Kaca, Nicky Manuputy, Imel, Melanie Subono, Inspiring Signals, Alifa Feat. Raffi Feat Dima, 21st Night, Ron Kingston dan dan lain-lain yang berkolaborasi dengan pegiat kemanusiaan dan lingkungan seperti ICW, Walhi, Kiara, Migrant Care, Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika, Jatam, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, YLBHI, Imparsial, Elsam, Demos dan Foker LSM Papua. Bahkan organisasi Internasional pun turut mendukung kampanye ini, seperti Amnesty Internasional, Greenpeace dan International Centre for Transitional Justice. Kampanye dilakukan dengan pendekatan budaya dan membangun partisipasi yang seluas-luasnya bagi siapapun, terutama bagi mereka ada di Indonesia Timur.
Ide membentuk VOTE berawal obrolan santai musisi pop Glenn Fredly dengan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS). Obrolan ini muncul dari kegelisahan atas situasi kondisi di Indonesia Timur yang terus memburuk dari hari ke hari, diantaranya persoalan pelanggaran HAM, kekerasan, kerusakan lingkungan, korupsi sistemik dan diabaikannya hak-hak masyarakat adat.
Eksploitasi Alam Lebih Buruk Dari Tanam Paksa Belanda Eksploitasi alam di Indonesia Timur merupakan salah satu bentuk penjajahan modern yang lebih buruk dari praktik Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) yang “hanya” mengambil 20 persen hasil panen petani di Jawa untuk mengisi kas Kerajaan Belanda pada abad ke19. Sebagai bukti, sebuah pertambangan emas di Papua yang menghasilkan minimal 300 kilogram emas setiap hari, hanya mengembalikan 1 persen atau 3 kilogram emas ke Republik Indonesia dan tentu lebih sedikit lagi yang kembali ke bumi Papua! Cerita-cerita kelam eksploitasi alam juga banyak terjadi di tempat-tempat lainnya. Praktik pencemaran lingkungan di Teluk Buyat, mengakibatkan kerugian besar yang harus ditanggung negara dan warga Buyat. Gizi buruk yang diderita banyak warga Maluku, akibat tidak mampu mengonsumsi sumberdaya pangan yang baik, juga menjadi fakta sosial yang tidak pernah diketahui publik. Di sejumlah daerah pertambangan kini sudah mulai ditemukan anak-anak yang memiliki kulit bersisik sejak lahir. Di saat perusahaan tambang menutup usaha, masyarkat setempat harus hidup dengan kondisi lingkungan yang sudah hancur. Belum lagi penyakit sosial yang dibawa industri pertambangan dengan munculnya prostitusi, narkoba dan rumah tangga yang terbelah sebagai dampaknya. Pertambangan telah menjadi
V O T E 5
magnet bagi masuknya jaringan prostitusi lintas daerah yang menambah panjang daftar penularan HIV-AIDS. Kasus Bima adalah contoh serius, ribuan warga yang hidup dari bertani bawang harus tiba-tiba terancam penghidupannya karena rencana penambangan emas. Penolakan rakyat tidak didengar penguasa yang dengan pengusaha. Aksi “kekerasan modal” yang merupakan kolaborasi penguasa dan pengusaha akhirnya disikapi dengan “kekerasan rakyat” yang tidak memiliki akses politik dan hanya memiliki darah, daging dan jiwa-raga untuk melawan. Kecenderungan kasus-kasus serupa ini terus bermunculan di Indonesia Timur mengingat minimnya akses masyarakat terhadap informasi dan keadilan.
V O T E 6
Kehancuran Laut, Kehancuran Masa Depan Masa depan Indonesia terdapat di laut yang merupakan 2/3 bagian dari wilayah Nusantara. Ironisnya, lautan Indonesia Timur yang indah lambat laun kini dihancurkan secara sistematis. Eksploitasi di laut dengan maraknya pencurian ikan, pembuangan tailing pertambangan hinggas pembukaan pangkalan perikanan asing yang merusak tatanan sosial serta merebaknya HIVAIDS di masyarakat sekitar kawasan perikanan seperti di Tual, Maluku dan Merauke, Papua. Padahal sejatinya lautan di Indonesia Timur lebih dari cukup menjadi lumbung gizi dan protein. Alih-alih menjadi sumber protein dan gizi serta perekonomian yang melimpah dari penangkapan serta budidaya laut, warga Indonesia Timur seperti di Sulawesi Selatan, NTB dan NTT ramai-ramai menjadi buruh migran di Malaysia. Tangkapan ikan tuna yang melimpah dari lautan Indonesia Timur justru tidak berhasil mengangkat derajat hidup rakyat setempat. Ikan dari Indonesia
Timur menjadi primadona di Pasar Ikan Tuna Tsukiji, Tokyo yang terbesar di dunia dan dinikmati orang lain! Bagi ketahanan pangan Asia-Pasifik, lautan Nusantara memiliki makna strategis sebagai lintasan migrasi ikan dari perairan tropis dan sub-tropis. Pantai Indonesia Timur merupakan persinggahan mamalia laut langka seperti migrasi ikan paus dalam jumlah besar. Belum lagi keragaman flora-fauna asli Kepulauan Indonesia Timur yang terancam punah oleh aktivitas ekonomi skala besar yang tidak mengindahkan kelestarian lingkungan serta kesejahteraan warga setempat yang hanya secara seremonial dijadikan obyek “Community Development”.
Masyarakat Asli, Dikorbankan
Perempuan
dan
Anak
Dalam praktik pemerintahan yang korup dan bergandengan tangan dengan pengusaha hitam, otomatis perempuan dan anak di Indonesia Timur menjadi korban pertama ekspansi modal serta korupsi massal. Ketertinggalan pembangunan di Indonesia Timur menciptakan rawan pangan yang selalu terulang sehingga Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) di Indonesia Timur tercatat termasuk paling rendah di Indonesia. Sungguh memprihatinkan mengingat Indeks Pembangunan Indonesia pun sudah tergolong rendah di Asia Tenggara. Penganiayaan adalah salah satu bentuk derita dari siksaan yang lebih parah yakni perdagangan manusia yang tak kunjung diperhatikan oleh negara. Gelombang demi gelombang buruh migran asal Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur “diekspor” ke negara tetangga. Siksaan fisik, perkosaan hingga dipaksa melacurkan diri menjadi lagu lama yang selalu terulang. Masyarakat adat sebagai payung pemersatu masyarakat
V O T E 7
V O T E 8
Indonesia Timur turut dihancurkan dalam serangan pemodal dan penguasa yang merusak keasrian bumimanusia di ujung timur negeri ini. Walhasil masyarakat adat mengalami krisis identitas yang parah. Diskriminasi, penindasan dan kekerasan terutama atas budaya Melanesia dan identitas budaya Pasifik Selatan terus berlangsung. Padahal, masyarakat adat Pasifik Selatan di Fiji, Kepulauan Solomon, Samoa, Kaledonia Baru hingga Selandia Baru bisa mempertahankan identitas budaya dan hidup dalam kedamaian di tengah lingkungan alam yang asri. Belum lagi lunturnya kearifan tradisional terkait pengelolaan sumber daya perikanan, yang tidak hanya terbukti adaptif terhadap perubahan iklim, melainkan juga mengandung nilainilai pelestarian budaya, seperti Sasi di Pulau Haruku, Maluku; Bapongka di Sulawesi; Awig-awig di Nusa Tenggara Barat, Ola Nua di Lamalera, NTT, dst. Kepekaan dan solidaritas dibutuhkan untuk memulihkan rasa keadilan bermartabat bagi saudarasaudari kita di Indonesia Timur. Rangkaian cerita-cerita kelam ini harus disuarakan melalui sebuah gerakan kampanye bersama; di mana ekspresi kebudayaan melalui musik, tari dan bentuk kebudayaan lainnya digunakan untuk menyatukan ikatan sosial manusiamanusia Indonesia. Atas nama perdamaian dan persaudaraan sebangsa setanah air tanpa campur tangan elit politik dan konglomerasi hitam. Melalui Vote kami berharap bahwa semakin terbangun kesadaran masyarakat dan menciptakan gerakan publik untuk mengetahui kondisi nyata ketertinggalan Indonesia Timur; dan meningkatkan solidaritas sosial untuk mengangkat derajat hidup masyarakat Indonesia Timur seraya menjaga kelestarian lingkungannya.
Jenis kegiatan a. Kampanye sosial media b. Launching Gerakan Kampanye c. Diskusi dan konser akustik di kampus, universitas dan komunitas, termasuk di wilayah Indonesia Timur; d. Kirab budaya dan Konser Musik e. Kampanye pasca konser musik
Waktu kegiatan Launching VOTE 05 Februari 2012
:
Kampanye sosial media 05 Februari 2012
:
Diskusi dan konser akustik 05 Februari – 14 April 2012
:
:
Konser Musik 14 April 2012
:
Pasca Event setelah 14 April 2012
:
Kirab Budaya 14 April 2012
V O T E 9
Rincian kegiatan : I. Kampanye Sosial Media • Membangun kesadaran masyarakat terhadap aksi Voice from the east. • Mendorong keterlibatan masyarakat dalam penyelesaian masalah-masalah HAM,kebudayaan dan lingkungan di Maluku, Papua dan Nusa Tenggara Timur • Membangun medium jembatan bagi masyarakat yang ingin terlibat memberikan dukungan untuk mendesak desak pemerintah agar menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Indonesia Timur
V O T E 10
Metode kampanye sosial media a. Buzz 1. Mengundang Key Opinion Leaders (KOL) di Twitter dan Blog untuk secara aktif membantu Voice from the east. 2. Menyebarkan informasi terkini tentang Indonesia Timur melalui sosial media secara sistematis. 3. Menyiapkan website www.voicefromtheeast. org b. Invitation 1. Mengundang masyarakat luas untuk ikut berpartisipasi dalam Voice from the east melalui media konvensional dan sosial media, dengan cara : • Tweetition • Give your voices to the east
2. Potential media TV,SCTV,Tempo
partners:
KompasTV,Metro
c. Amplifikasi • Merubah dukungan masyarakat melalui sosial media menjadi desakan bagi pemerintah. • Mengumpulkan seluruh surat petisi, mencetak dan mengirimkan ke Istana Negara dengan diliput oleh media • Dengan jumlah pengguna twitter sekitar 7 juta dan Facebook 40 juta,maka kami berharap akan terkumpul jutaan surat yang menyuarakan kepedulian untuk Indonesia Timur.
V O T E 11
II. Launching Gerakan VOTE Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang gerakan VoTE ini, dengan tujuan agar mereka mengetahui, bersolidaritas dan ikut terlibat dalam gerakan ini, khususnya hingga konser digelar. Acara ini akan digelar pada Minggu, 5 Februari 2012, pukul 14.00 – selesai di FX Mall Jakarta. Lebih dari 30 orang musisi dan budayawan akan terlibat dalam acara ini.
III. Diskusi dan Konser Akustik di Universitas, Sekolah dan Komunitas, termasuk di wilayah Indonesia Timur
V O T E 12
Diskusi dan konser akustik ini ditujukan kepada masyarakat dan khususnya kalangan anak muda di beberapa universitas, sekolah dan komunitas untuk mengenalkan situasi tentang Indonesia dan membangun partisipasi aktif dalam gerakan ini. Acara ini juga akan difokuskan di wilayah Indonesia Timur dengan mengajak partisipasi musisi, budayawan serta aktivis kemanusiaan, anti korupsi serta lingkungan hidup di wilayah Indonesia timur.
IV. Kirab Budaya dan Konser Musik Untuk menggalang dukungan yang lebih luas dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia, VOTE akan menggelar konser budaya pada bulan tanggal 14 April 2012 kota Yogyakarta tepatnya di areal alun-alun yang menjadi pusat kota. Dipilihnya Yogyakarta untuk konser budaya VOTE adalah karena tingginya nilai historis Yogyakarta yang merupakan salah satu pusat budaya dan peradaban Indonesia. Selain itu, Yogyakarta merupakan kota Indonesia yang amat akrab dan bersahabat dengan komunitas Indonesia Timur dimana ribuan penduduknya berasal dari propinsi-propinsi di Indonesia Timur. Rangkaian acara konser budaya VOTE akan dibuka dengan parade budaya Indonesia Timur di sepanjang jalan Malioboro, untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat menyaksikan langsung betapa indahnya budaya Indonesia Timur dan betapa penting kontribusinya bagi budaya Indonesia. Acara lalu akan dilanjutkan dengan konser besar yang diisi oleh para musisi terkenal dari berbagai aliran musik dan budayawan yang mewakili keragaman budaya Indonesia. Acara juga menampilkan dukungan dari tokoh-tokoh HAM baik nasional maupun internasional. Selain acara utama, di lokasi akan disiapkan big screens sebagai media untuk menyampaikan dukungan dari rakyat Indonesia yang tidak dapat hadir pada acara dan booth informasi serta merchandise bagi pengunjung.
V O T E 13
V. Kampanye Paska Konser Pasca event, acara akan dilakukan untuk aktivitas bersifat advokatif, yaitu : • Petisi melalui sosial media untuk pemerintah • Amplifikasi acara melalui media • Aksi simpatik dengan tema “Indonesia Timur” • Menjaring relawan Indonesia Timur • Memelihara kepedulian masyarakat melalui sosial media
V O T E 14
• Membuat event-event lanjutan di berbagai kota di Indonesia
Para Pendukung:
V O T E 15