MASALAH LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT DI PROVINSI JAWA TENGAH P.M Ananda Samekto STIMART AMNI Semarang Abstrak Masalah kelautan pesisir dikumpulkan dari masyarakat pesisir di daerah bernama kotamadya Semarang provinsi Jawa Tengah, dari nelayan, dan pejabat pemerintah, teknik yang digunakan adalah bahwa dari workshop`s partisipatif lapangan. Hasil penelitian mengungkapkan beberapa masalah pesisir dan laut di lokasi penelitian. Masalah-masalah yang dihasilkan dari tiga faktor dasar pohon, yaitu kesadaran pesisir masyarakat, sumber daya pesisir, dan kebijakan pemerintah. Kegagalan government`s lokal untuk memecahkan masalah tersebut terutama dilakukan kurang kesadaran sosial pengelolaan pesisir lingkungan dan kurangnya penegakan hukum. Kata kunci: Marinir Management`s Masalah Pesisir. Abstract Coastal marine issues are collected from coastal communities in the area called the municipality of Semarang, Central Java province, of fishermen, and government officials, the technique used is that of participatory workshop`s field. Results of the study revealed some coastal and ocean issues at the sites. The problems resulted from a tree three basic factors, namely the awareness of coastal communities, coastal resources, and government policy. Local government`s failure to solve these problems is mainly done less social awareness of coastal environmental management and a lack of law enforcement. Keywords: Coastal Marine Management`s problem. I. Pengantar Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Indonesia adalah negara kepulauan terbepersediaan masalah lingkungan pesisir dan laut sar di dunia, yang terdiri dari lebih dari 17.500 dan isu-isu di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Hal pulau, dan garis pantai sekitar 81.000 km. ini juga diketahui bahwa produktivitas kelautan Ini adalah fakta yang terkenal bahwa daerah air dan pesisir di Jawa Tengah sangat tinggi, namun pesisir adalah ekosistem laut yang paling perkembangan industri di daerah tersebut diduga produktif. Sebagai contoh, produktivitas membahayakan organisme laut yang hidup dan primer mencapai hingga 10.000 g C / m2 / Yr masyarakat pesisir. Banyak industri, misalnya di ekosistem terumbu karang dibandingkan Rencana LNG dan rig minyak lepas pantai yang dengan hanya sekitar 50-100 g C / m2 / tahun beroperasi di daerah ini. di laut lepas. Oleh karena itu garis pantai IndoOleh karena itu beberapa masalah pencenesia dapat memberikan kontribusi penting maran mungkin muncul. Sangat sering tankers bagi pembangunan ekonomi yang potensial. minyak dan kapal tunda melewati daerah pesisir, Namun, banyak kegiatan bersaing untuk pengbahkan di fishing ground nelayan setempat. gunaan sumber daya alam di wilayah pesisir. Limbah termal dari tanaman LNG (Liquid NatuSelain itu, kegiatan, seperti praktek penangkaral Gas), yang lebih hangat daripada suhu air pan ikan menggunakan bahan peledak dan / alami, dapat mempengaruhi organisme hidup atau beracun, sering merusak nilai potensi laut di sekitarnya. Terkait hal ini, penelitian difokuskan pada masalah lingkungan, bagian dari ekosistem laut. J. Sain dan Tek. Maritim Vol. XIII No.2, 2015
93
daerah-daerah. II.Metode Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tambak lorok, Kelurahan Semarang dan Kelurahan Semarang utara, Kecamatan Semarang Utara, Kotamadya di timur Provinsi Jawa Tengah selama dua bulan, dari NovemberDesember 1998, sedangkan pengumpulan data dilakukan selama dua minggu, dari 9-22 November 1998. Dua anak dari data dikumpulkan selama study, i, e primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode sensus masalah melalui Lokakarya Partisipatif Field. Berpartisipasi dalam lokakarya yang lembaga lokal, termasuk Bapedal (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) I & II, Bapedalda (Local Badan Pengendalian Dampak Lingkungan), Biro Lingkungan, dinas perikanan (Departemen Perikanan), I & II, Dinas Pariwisata (Dinas Pariwisata) , PSL (Pusat Studi Lingkungan, NGO`s (Lembaga Swadaya Masyarakat), Lain staf Pemerintah Lokcal (staf dari kabupaten dan desa kecamatan dan Kelurahan, masingmasing dan anggota masyarakat pesisir lokal (Nelayan). Workshop ini dibagi dua kelompok, (a) Kelompok I, yang terdiri dari anggota masyarakat pesisir, terutama nelayan, antara 20 - 30 orang di setiap lokasi (kelurahan), dan (b) Kelompok 2, yang terdiri dari pejabat pemerintah dan NGO` s, 2-3 orang dari masingmasing Badan. Untuk kelompok 2 diskusi, karena peserta berasal dari kabupaten dan / atau kecamatan, ini hanya bertempat di satu lokasi. Warkshop yang diadakan di situs (di daerah pesisir), di mana peserta harus memberikan informasi tentang masalah-masalah lingkungan setempat, yang mereka menguasai karena mereka juga berasal dari daerah sekitarnya. Warkshop yang diadakan di situs (di daerah pesisir), di mana peserta harus memberikan J. Sain dan Tek. Maritim Vol. XIII No.2, 2015
informasi tentang masalah-masalah lingkungan setempat, yang mereka menguasai karena mereka juga berasal dari daerah sekitarnya. Masalah-masalah ini kemudian dibahas oleh peserta sub-kelompok di setiap lokasi selama lokakarya, dan hasilnya kemudian dibahas lagi oleh tiga sub-kelompok, untuk mendapatkan ada masalah lingkungan pesisir dan laut utama di provinsi Kalimantan Timur pada umumnya dan kendala pemerintah dalam management mereka. Mereka diharapkan akan diperoleh untuk kelompok kedua. Dengan metode tersebut, Fieeld Lokakarya partisipasi, data dari masalah pesisir dan laut dapat direkam secara langsung selama diskusi. Data sekunder dikumpulkan dari kantor departemen terkait, misalnya BAPPEDA, PSL dan Departemen Perikanan. Data termasuk kondisi lingkungan pesisir dan laut di wilayah studi. III. HASIL A. Masalah Kelautan di Provinsi Jawa di pesisir Umum. Beberapa ekosistem pesisir dan laut potetential, misalnya mangrove, terumbu karang, rumput laut, yang rusak di beberapa bagian provinsi. Kerusakan ekosistem itu disebabkan oleh beberapa faktor, tapi yang paling penting dari faktor-faktor ini adalah kegiatan manusia untuk menggunakan sumber daya di wilayah pesisir misalnya pertanian, perikanan, hutan, industrialisasi, wisata bahari, pengeboran dan pertambangan minyak. Kegiatan ini mempengaruhi ekosistem pesisir dan laut. Kerusakan ekosistem pesisir dan laut yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut: 1. Mangrove PSLH UNMUL (1996) melaporkan bahwa hutan mangrove banyak rusak di sepanjang pantai provinsi Jawa Tengah, 94
dan hanya sebagian kecil tetap tidak rusak. Kerusakan ini disebabkan oleh aktivitas antropogenik, terutama membersihkan hutan bakau dengan memotong. Banyak pohon bakau dipotong untuk tujuan menggunakan mereka untuk menghasilkan arang, pakan ternak, dan menggunakan daerah dibuka untuk tambak (tambak). Contoh di Tambak Lorok, timur Jawa Tengah menunjukkan bahwa hutan mangrove yang ditebang untuk pembangunan pelabuhan dan pembangunan kolam ikan. Kegiatan ini mengakibatkan beban sedimen dari 457,14-461,43 mg / l, dan degradasi kualitas air laut di daerah itu. Penurunan kualitas air akibat sedimentasi juga dilaporkan pada saat itu Kendal. Pembangunan di daerah, yaitu untuk tambak, pertambangan dan pembangunan infrastruktur pelabuhan telah mengakibatkan beban sedimen yang tinggi. Ini mempengaruhi banyak pohon bakau sehingga mereka dengan diameter> 20 cm meninggal. Hanya sebagian kecil dari mangrove tetap, terutama dari spesies Rhizophora sp dan Avicennia sp. Masalah masyarakat Mangrove juga dilaporkan di daerah Muara Jawa. Banyak pohon bakau yang dibuka untuk pengembangan tambak lebih dari 100 ha. Hal ini mengakibatkan penurunan persentase tutupan mangrove. Hasil dari SPOT satelit oleh PSL UNMUL (1989) menunjukkan warna merah air di mulut Bengawan solo untuk sedimentasi tinggi. Kondisi ini juga terjadi di sebagian besar wilayah pesisir di Provinsi Jawa Tengah. 2. Batu Karang Demikian pula, pada saat yang sama bahwa kerusakan dilakukan untuk ekosistem mangrove, beberapa ekosistem karang juga telah rusak. Misalnya di sepanjang pantai pulau jawa utara, hanya sebagian kecil dari karang hidup tetap. Kerusakan karang telah dilaporkan sebagai efek dari manajemen penggunaan lahan yang buruk, yang mengakibatkan beban sedimen yang tinggi di daerah tersebut. Hal ini telah dibuktikan bahwa terumbu J. Sain dan Tek. Maritim Vol. XIII No.2, 2015
karang tidak dapat menahan suhu air laut terlalu tinggi. Hal ini telah dibuktikan bahwa terumbu karang tidak dapat menahan suhu air laut terlalu tinggi. Coles dan Jokiel (1978), dan Neudecker (1981), melaporkan bahwa dan kenaikan suhu air laut sekitar 4 - 6` atau lebih tinggi di atas permukaan ambien akan mempengaruhi pertumbuhan bahkan membunuh terumbu karang dan plankton (Supriharyono, 1997). Faktor lingkungan lain yang diduga mempengaruhi terumbu karang distribusi di pantai, yang reklamasi, pengerukan untuk transportasi laut, memancing dengan bahan peledak dan bahan beracun, dan sedimentasi. Yang terakhir faktor, sedimentasi ic, mungkin menjadi faktor umum yang mempengaruhi terumbu pertumbuhan karang di sepanjang pantai Jawa 3. Rumput Laut Rumput laut lain ecossystem laut produktif di wilayah pesisir. Dari 12 genera rumput laut yang tercatat di dunia (Den Hartog, 1970) sekitar tujuh dari mereka telah dicatat di perairan Indonesia. Genera ini termasuk Enhalus, Thalassia, Hallophia, Halodule, Cymodoceae, dan Thalassodendron. Genera ini tumbuh di lokasi (Kecamatan Jawa), terutama di pantai Jawa. Mirip dengan terumbu karang, rumput laut juga dipengaruhi oleh sedimentasi yang tinggi dan kegiatan manusia lainnya di daerah pesisir. 4. Perikanan Seperti disebutkan sebelumnya bagian yang sama dari ekosistem pesisir / laut, seperti bakau, terumbu karang, dan padang lamun, penting untuk produk dari sistem kelautan. itu adalah di perairan ini bahwa ikan dan hewan laut lainnya biasanya bertelur, belakang, pakan dan / atau menemukan berlindung alasan. Oleh karena itu kondisi sistem ini secara otomatis mempengaruhi organisme hidup. Seperti diberitakan, ekosistem laut, misalnya bakau, terumbu 95
karang dan rumput laut tempat tidur menunjukkan degradasi kondisi mereka, karena penurunan kualitas air. Namun, produksi penangkapan ikan laut adalah sekitar 8.000 ton / tahun di Semarang. Sayangnya, tidak ada informasi di mana ikan-ikan itu ditangkap. Saya percaya bahwa fishing ground jauh dari garis pantai, karena kualitas air mungkin cukup baik untuk pertumbuhan ikan di daerah itu. B. Studi Kasus pantai dan laut Masalah Lingkungan dan isu-isu di kotamadya Semarang Propinsi Jawa Tengah Kotamadya Semarang mungkin salah satu distrik yang sibuk di provinsi Jawa Tengah. Kotamadya Semarang mungkin salah satu distrik yang sibuk di provinsi Jawa Tengah. Banyak aktivitas manusia, dari pertanian, perikanan, kehutanan, sampai dengan industrialisasi (termasuk pertambangan dan pengeboran minyak), semua dikembangkan di kabupaten ini. Kegiatan ini, dalam rangka untuk menggunakan sumber daya pesisir dan laut, beberapa kali tumpang tindih, karena itu beberapa masalah dan masalah, misalnya penurunan pesisir / kualitas air laut, mungkin terjadi di daerah-daerah. Masyarakat pesisir, terutama nelayan, mungkin masyarakat yang paling miskin. Sejak itu, sering bahwa fishing ground pindah ke daerah lanjut, karena menurunnya kualitas air di daerah pesisir. Masalah dan isu-isu, kendala managemen pesisir, apalagi, dijelaskan sebagai berikut. 1. Masalah dan Isu Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa masalah dan isu-isu yang dilaporkan di lokasi penelitian, yaitu Kelurahan Tambak Lorok, Kelurahan Mangunharjo, dan Kelurahan Matikharjo, Kecamatan Semarang Utara, Kotamadya Semarang. Masalah-masalah ini terdaftar sebagai berikut: J. Sain dan Tek. Maritim Vol. XIII No.2, 2015
a. Kurangnya estetika daerah pesisir, karena kesadaran masyarakat pesisir tentang pengelolaan pesisir. b. Industri, limbah pertanian dan domestik, seperti minyak juga tumpahan baik dari kapal tunda, kapal nelayan, atau orang lain, termasuk kapal tanker. Polutan ini mengakibatkan bahwa fishing ground, terutama untuk perikanan kecil, menjadi jauh dan jauh dari garis pantai. Apalagi polutan ini juga dilaporkan oleh petani ikan yang mereka mempengaruhi produksi ikan; c. Banyak tambak (tambak air payau) telah rusak dan tidak longers produktif, banyak karena menurunnya kualitas air. d. Kapal tabrakan. Ini terutama terjadi antara kapal nelayan dan kapal tanker. Menurut nelayan setempat, kecelakaan yang terjadi karena banyak kapal tunda dioperasikan di daerah nelayan. e. ekosistem mangrove rusak karena perubahan ini. Banyak bakau fungsional telah dipotong atau dibuka untuk tambak. Hal ini mengakibatkan bahwa penutup bakau menurun di lokasi penelitian. f. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan untuk mengelola lingkungan pesisir. g. Abrasi, Hal ini mengakibatkan meningkatnya beban sedimen di daerah pesisir. 2. manajemen Kendala Menurut pemerintah, sebenarnya masalah lingkungan pesisir dan laut telah dicoba untuk dipecahkan. Sayangnya, ada beberapa kendala yang terjadi, dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup di daerah. kendala tersebut adalah sebagai berikut: a. kesadaran masyarakat yang rendah. Respon masyarakat pesisir sangat rendah pada lingkungan mereka. b. Tidak tahu teknik yang tepat untuk pengelolaan pesisir; c. Kontrol lingkungan adalah belum efektif; 96
d. Tidak ada pengelolaan wilayah pesisir terpadu sebagai pendekatan lintas sektor; e. Tidak ada lembaga khusus yang bertanggung jawab untuk pengelolaan wilayah pesisir; f. pemantauan lingkungan Pesisir tidak stabil. Alasan utama untuk masalah di atas adalah karena para ahli yang terbatas untuk pengelolaan pesisir dan laut. Sementara bukubuku panduan untuk hal ini belum tersedia dari pemerintah.rastruktur tidak supporet cukup untuk kegiatan pengendalian lingkungan.
- Coles, S.L. dan P.L. Jokiel, 1978. efek Sinergis suhu, salinitas, dan cahaya pada karang hermatypic Montastrea verrucosa. Maret Biol, 49: 187-195 - Den Hartog, C, 1970 rumput laut Dunia. Nort Holland Publishing Company. Amsterdam, 275p
IV.KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa beberapa masalah dan isu-isu dihadapkan kepada pemerintah daerah. Ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu masalah yang berhubungan dengan (a) kesadaran masyarakat pesisir, (b) penggunaan pesisir, dan (c) kebijakan pemerintah. Meskipun pemerintah telah mencoba untuk memecahkan ini, tetapi beberapa kendala dalam kaitannya dengan pengelolaan pesisir. V. DAFTAR PUSTAKA - ADB, 1993. Persyaratan Pengkajian Lingkungan dan Upaya Ulasan Lingkungan Bank Pembangunan Asia. Kantor Lingkungan Hidup - AMDAL LNG Bontang, 1983. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Proyek LNG Bontang, Kalimantan Timur. PT Widya Pertiwi Teknik Dan Universitas Mulawarman. - BAPEDA, 1998. Rencana Strategis Pengelolaan Pesisir Dan Laut / Marine Management Strategis Tanaman Pesisir dan (10 volume untuk setiap MREP Proyek) J. Sain dan Tek. Maritim Vol. XIII No.2, 2015
97