Analisis Pengaruh Tenaga Kerja Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Kab/Kota Di Provinsi Jawa Tengah
DISUSUN OLEH :
AVANDA FAHRI ATAHRIM (108084000034)
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Avanda Fahri Atahrim
Tempat, Tanggal Lahir
: Depok, 11 Nopember 1990
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status
: Belum menikah
Kebangsaan
: Indonesia
Alamat
: Jln. Margonda Raya KM 11 Kedondong RT 001/016 No.10 Beji Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Depok.
Email
:
[email protected] dan
[email protected]
Latar Belakang Pendidikan
:
1995-1996
TK aisyah
1996-2002
SDN Beji timur 2 Depok
2002-2005
SMPN 1 Depok
2005-2008
MAN 13 Jakarta Selatan
2008-2013
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
ABSTRACT
Economic growth in the industrial sector is still the main goal and an important indicator of the success of regional economic development. Central Java provincial has fluctuated economic growth rate and still low if compared to other provinces in Java. The purpose of this study is to determine the progress of government expenditure allocation of industrial sector and examines its effect on economic growth in the industrial sector in Central Java province. In reviewing the effect of government spending, the analysis conducted with other related variables that is Labor. Data that used are GDRP (Growth Domestic Regional Product), expendeture govermentand labor data in the industrial sector from 2001 to 2011. This data consists of the time series data (2001-2011) and cross section data (35 districts/cities) in Central Java Province published by BPS Central Java Province and Ministry of Finance. This research used panel data method with Random Effects Model approach. Research results show that government expenditure and amount of labor in the industrial sector have significant positive impact on regional economic growth. Finally, the role of local government through government expenditure to stimulate labor absorption is expected to be able to increasing regional economic activity in order to achieve economic growth and increasing per capita income of people. Keywords: industrial sector Economic Growth, industrial sector Government Expenditure, industrial sector Labor.
v
ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi sektor industri masih merupakan tujuan utama dan indikator penting keberhasilan pembangunan ekonomi daerah. Provinsi Jawa Tengah mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang berfluktuatif dan masih rendah dibandingkan propinsipropinsi lainnya di Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan pengalokasian pengeluaran pemerintah sektor industri serta mengkaji pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Provinsi Jawa Tengah. Dalam mengkaji pengaruh pengeluaran pemerintah analisis dilakukan bersama dengan variabel terkait lain yaitu Tenaga Kerja. Data yang digunakan adalah Data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sektor industri dan jumlah tenaga kerja sektor industri dari tahun 2001-2011. Data ini terdiri atas data time series (2001-2011) dan data cross section (35 kabupaten/kota) di Provinsi Jawa Tengah yang diterbitkan oleh BPS Propinsi Jawa Tengah dan KEMENKEU. Metode penelitian yang digunakan Data panel dengan pendekatan Random Effect Model. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor industri dan tenaga kerja sektor industri berpengaruh postif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Akhirnya, peran pemerintah daerah melalui pengeluaran pemerintah yang dapat merangsang penyerapan tenaga kerja diharapkan mampu meningkatkan kegiatan ekonomi daerah guna tercapainya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri, Pengeluaran Pemerintah Sektor Industri, Tenaga Kerja Sektor Industri.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah”. Terselesaikannya skripsi ini bukan semata-mata hasil dari penulis seorang tetapi juga berkat bantuan, dorongan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Allah SWT yang telah mengatur segalanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Ibukuku tercinta Tasmiatun yang senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian dan doa kepada penulis. Dan untuk Bapakku Suripto atas kerja keras, motivasi dan doanya. Terima kasih juga atas didikan serta nasihat-nasihat yang kalian berikan selama ini.
3.
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Dr. Lukman, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan sekaligus dosen pembimbing I. Terima kasih telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi.
5.
Fitri Amalia, S.pd, M.Si selaku dosen pembimbing II. Terima kasih telah memberikan bimbingan dan support kepada penulis dalam pengerjaan skripsi.
6.
Utami Baroroh, M.Si selaku sekertaris jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah memberikan arahan, motivasi dan petunjuk selama penulis berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Pheni Chalid, Phd selaku pembimbing akademik yang telah memberi motivasi, ide dan gagasan bagi penulis dan terima kasih atas kontribusinya selamanya.
8.
Seluruh dosen, staf pengajar dan staf administrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas seluruh ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
9.
Kedua kakakku, Meyika Kurniawan dan Anid Dwi Pratiwi serta kakak iparku Anny Andini dan Muh. Fajri tak lupa keponakan jagoan kecilku yang selalu memberi rasa damai di rumah yaitu Darren Galih yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis di setiap saat.
vii
10. Anak-anak kosan : Fahri, Wanda, Arief, Sony, andhika danes, andika, Iqbal, Riza, Egy, Hasan, Uki, Syafran, Dimas, Adi, Fahdi, Feline, Wisnu, Angga, Huza, Hafiz Dan Para Member Ceban Lita, Fika Dan Devita. Terima kasih atas semua bantuan, petuah dan wejangan kepada penulis. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna menjadikan skripsi ini lebih baik lagi dan dapat bermanfaat bagi orang banyak. Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, Juli 2013
Penulis
viii
DAFTAR ISI Cover Cover Dalam LEMBAR PENGESAHAN SKRPSI ........................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................. iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v ABSTRACT .................................................................................................. vi ABSTRAK ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................. ix DAFTAR TABEL ........................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… ...
14
A. Landasan Teori ...............................................................................
14
1. Pertumbuhan ekonomi ..................................................................
14
a. Teori pertumbuhan ekonomi ....................................................
18
b. Faktor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi .........................
21
c. industri ......................................................................................
22
ix
d. Peranan sektor industri terhadap pertumbuhan ........................
24
e. Pembangunan daerah................................................................
25
f. Pendapatan Regional ...............................................................
26
2. Tenaga kerja ....................................................................................
29
a) Definisi tenaga kerja ...........................................................
29
b) Teori tenaga kerja ...............................................................
29
c) Hubungan tenga kerja dengan pertumbuhan ekonomi ........
32
3. Pengeluaran pemerintah .................................................................
32
a) Definisi pengeluaran pemerintah ........................................
32
b) Teori pengeluaran pemerintah ............................................
33
c) Hubungan pengeluaran pemerintah terhadap Pertumbuhan ekonomi .......................................................
40
B.
Penelitian terdahulu ...............................................................
40
C.
Kerangka pemikiran ...............................................................
49
D.
Hipotesis ................................................................................
53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
55
A. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................
55
B. Metode Penentuan Sampel ..............................................................
55
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................
56
D. Metode Analisis Data ......................................................................
57
1. Estimasi Model Regresi dengan Panel Data ............................
59
2. Pemilihan Metode Data Panel ..................................................
62
3. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik ................................
64
E Pengujian Statistik…………………………………………………… 66 x
1. Uji Signifikansi Parsial (Uji T) ...................................................
66
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ...............................................
67
3. Koefisien Determinasi (Uji
) ...................................................
68
F. Definisi Operasional Variabel…………………………………….
69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
72
A. Gambaran kondisi Umum daerah ...................................................
72
1. Aspek geografi ........................................................................
72
2. Kondisi perekonomian di Provinsi Jawa Tengah .....................
73
3. Tenaga kerja sektor industri ....................................................
75
4. Pengeluaran pemerintah sektor industri ..................................
77
B. Analisis dan Pembahasan ................................................................
79
1. Memilih Metode Data Panel ......................................................
79
a. Uji Chow ............................................................................
79
b. Uji hausman ........................................................................
80
2. Hasil estimasi data panel ...........................................................
81
3. Asumsi Klasik .........................................................................
81
a. Uji Normalitas .......................................................................
81
b. Uji Multikolineritas ...............................................................
82
c. Uji Autokorelasi ....................................................................
83
d. Uji Heterokedastis .................................................................
84
4. Pengujian Statistik……………………………………………… 84 a. Uji signifikasi parsial (Uji T) ...............................................
84
b. Uji signifikasi Simultan (Uji F) ............................................
85
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2 ...............................
86
C. Interprestasi Data Panel ..................................................................
86
xi
D. Analisis Ekonomi ...........................................................................
94
1. Tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri...
96
2. Pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan sektor industri .
99
BAB V Kesimpulan dan Implikasi ..................................................
103
1. Kesimpulan ...............................................................................
103
2. Implikasi ...................................................................................
100
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................
105
LAMPIRAN .......................................................................................
109
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1
Distribusi Persentase PDB Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2007-2011 (Persen) ........................................................................................
Tabel 1.2
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Konstan Sektor Industri di Pulau JawaTahun 2008 – 2011 (Juta).........
Tabel 1.3
3
4
Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga konstan Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006–2011 (Persen) ........................................................................
5
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu ...................................................
46
Tabel 3.1
Operasional Variabel .......................................................
71
Tabel 4.1
Produk domestik Regional Bruto atas harga konstan sektor industri kab/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001 – 2011 (Jutaan) ...................................................................................
Tabel 4.2
Data Tenaga kerja sektor industri menurut kab/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001 – 2011 (Jiwa) .........................................
Tabel 4.3
74
76
Pengeluaran pemerintah sektor industri menurut Kab/kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2001 – 2011 (Jutaan) ................................................ 77
Tabel 4.4 Hasil Uji Chow .............................................................................
80
Tabel 4.5 Hasil Uji Hausman ........................................................................
80
Tabel 4.6 Hasil Random effect model ............................................................
81
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas .....................................................................
81
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas .............................................................
82
xiii
Tabel 4.9 hasil uji heterokedastis ...................................................................
82
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikasi Parsial (Uji T) ................................................
84
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Data Panel ..........................................................
86
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kurva Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner ..........
35
Gambar 2.2
kurva Teori Peacock dan Wiseman ......................................................
37
Gambar 2.3
Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ..................................
38
Gambar 2.4
Kerangka Berfikir ...............................................................
52
Gambar 4.1 Hasil Uji Jarque bera ..............................................................
xv
131
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
Data Laju Pertumbuhan sektor industri,
109
Pengeluaran Pemerintah sektor industri Dan Tenaga Kerja sektor industri Lampiran 2
Data Observasi
113
Lampiran 3
Uji Chow
124
Lampiran 4
Uji Hausman
125
Lampiran 5
Pooled Least Square
126
Lampiran 6
Fixed Effect Model
127
Lampiran 7
Random Effect Model
129
Lampiran 8
Uji Normalitas
131
Lampiran 9
Uji Autokorelasi
132
Lampiran 10
Uji Heterokedastis
133
Lampiran 11
Uji Multikolineritas
134
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berdasarkan dari tesis berjudul Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat yang diteliti Anasmen dan skripsi berjudul Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Aglomerasi, Tenaga Kerja Dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang diteliti oleh Dyke Susetyo. Pembangunan ekonomi menjadi hal yang sangat penting karena ketika berbicara mengenai pembangunan ekonomi berarti di dalamnya terdapat sebuah proses pembangunan yang melibatkan pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan beberapa perubahan. Perubahan-perubahan itu antara lain mencakup perubahan struktur ekonomi (dari pertanian ke industri atau jasa) dan perubahan kelembagaan, baik melalui regulasi maupun reformasi kelembagaan itu sendiri (Mudrajad Kuncoro, 2006: 254). Pertumbuhan ekonomi memilki kaitan yang erat dengan industri karena hampir semua negara–negara di dunia memajukan sektor industri demi memilki nilai efisiensi yang tinggi, nilai guna serta menciptakan daya saing tinggi terhadap negara–negara sekitarnya. Namun indonesia juga tidak mau ketinggalan begitu saja terbukti perkembangan industrialisasi di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat yang dibarengi juga dengan pertumbuhan ekonomi ditambah indonesia merupakan salah satu negara yang memilki jumlah
penduduk yang besar sekaligus memiliki pasar domestik yang amat besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Dengan asumsi bahwa sektor industri dapat memimpin sektor-sektor perekonomian lainnya menuju pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, di Indonesia sektor industri dipersiapkan agar mampu menjadi penggerak dan memimpin (the leading sector) terhadap perkembangan sektor perekonomian lainnya, selain akan mendorong perkembangan industri yang terkait dengan yang lainnya. Industrialisasi memiliki peran strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan produksi fisik masyarakat melalui perluasan lapangan usaha dan memperluas kesempatan kerja. Pembangunan di sektor industri merupakan bagian dari usaha jangka panjang untuk memperbaiki struktur ekonomi yang tidak seimbang karena bercorak pertanian kearah ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang antara pertanian dan industri (Kemenperin, 2012:7). Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dibutuhkan kerjasama yang baik antar sektor perekonomian. Kerjasama yang baik antar sektor mengakibatkan setiap kegiatan sektor produksi memiliki daya menarik (backward linkage) dan daya mendorong (forward linkage) terhadap sektor lain. Sektor industri pengolahan memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai pembentukan dalam PDB yang memiliki kontribusi yang cukup tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lain hal ini perlu mendapat perhatian yang ekstra bagi para pelaku pemegang kebijakan yaitu pemerintah guna menciptakan perkembangan sektor industri yang
2
dinamis dan tepat sasaran. Perkembangan kontribusi PDB indonesia pada menurut lapangan kerja di Indonesia dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Distribusi Persentase PDB Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2007-2011 (Persen) No
Lapangan Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata
1
Pertanian, Kehutanan Dan Perikanan
2
Pertambangan Dan Penggalian
15.70 11.20
15.30 10.90
15.10 10.60
14.89 11.16
14.60 11.95
15,03 10.97
3
Industri Pengolahan
27.10
27.90
26.40
24.80
24.33
26.09
4 5
Listrik, Gas Dan Air Kontruksi Perdagangan Besar, Eceran. Rumah Makan Dan Hotel Angkutan Dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, Persewaan, Dan Jasa Perusahaan Jasa – Jasa Lain Total
0.90 7.70
0.80 8.50
0.80 9.90
0.76 10.25
0.77 10.16
0,81 9.50
14.90
14.0
13.30
13.69
13.80
13.94
6.70
6.30
6.56
6.56
6.62
6.50
7.70
7.40
7.20
7.24
7.21
7.35
10.10 100
9.70 100
10.20 100
10.24 100
10.56 100
10.16 100
6 7 8 9
Sumber : BPS Indonesia dalam angka, diolah Dari Tabel 1.1 di atas menunjukan bahwa kontribusi tertinggi Indonesia masih berada di sektor industri pengolahan, hal ini hampir 26,09 % memiliki kontribusi terhadap PDB, Diikuti oleh sektor pertanian sebesar 14,70 % dan sektor Industri perdagangan sebesar 13,94 %. Dari tabel 1.1 pula kita dapat melihat sektor pertanian cenderung menurun dari tahun ke tahun, yaitu pada tahun 2007 sebesar 15,70 % turun menjadi 15,30 % pada 2008 dan mengalami penurunan pada tahun ke tahun sampai pada tahun 2011 sebesar 14,60 %. Sedangkan sektor industri pengolahan sempat mengalami penurunan pada tahun 2009 dan tahun 2010 namun kembali meningkat pada tahun 2011. Jika di pulau Jawa ditunjukkan dengan PDRB pada sektor industri pengolah dengan 6 Provinsi yang memiliki letak yang saling berdekatan satu sama lain. Berikut tabel PDRB
3
sektor industri pengolah di pulau Jawa tahun 2008–2011 dalam Jutaan dapat dilihat dibawah ini. Tabel 1.2 : Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Konstan Sektor Industri di Pulau Jawa Tahun 2008 – 2011 (Juta) Propinsi
2008
2009
2010
2011
Rata- rata
DKI Jakarta 58.367.314 58.447.652 60.567.510 62.044.551 59.856.756 Jawa Barat 130.702.671 131.432.856 135.549.749 144.010.048 135.423.831 Jawa Tengah 53.158.962 57.444.185 61.390.101 65.528.810 59.380.514 Yogyakarta 540.334 545.867 549.574 594.845 557.655 Jawa Timur 81.033.880 83.299.893 86.900.779 92.171.191 85.851.435 Banten 41.496.752 43.432.000 44.911.000 47.034.000 34.113.463
Sumber : BPS Pusat, Pada tabel 1.2 dilihat bahwa rata–rata pertumbuhan ekonomi di sektor industri mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana yang terlihat di tabel tersebut. adapun rata–rata tabel yang memilki pertumbuhan sektor industri tertinggi di Pulau Jawa berada di Provinsi Jawa Barat dengan rata–rata pertumbuhan sektor industri sebesar Rp. 135.423.831 (Juta), disusul di posisi kedua oleh Provinsi Jawa Timur dengan rata–rata pertumbuhan ekonomi sektor industri Rp. 85.851.435 (Juta) dan posisi ketiga ditempati oleh Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp. 59.856.756 (Juta) setelah itu posisi berikutnya ditempati oleh Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 59.380.514 (Juta), Provinsi Banten sebesar Rp. 34.113.463 (Juta) dan posisi terakhir ditempati oleh Provinsi yogyakarta dengan rata–rata pertumbuhan ekonomi sektor industri sebesar Rp. 557.655 (Juta). Bila melihat dari tabel 1.2 posisi Provinsi Jawa Tengah menempati posisi ke empat berada di bawah Provinsi DKI Jakarta yang memiliki rata–rata pertumbuhan ekonomi sektor industri yang tidak jauh beda. hal ini yang agak mengherankan terlebih Provinsi DKI Jakarta yang sebagai ibukota negara tentu memilki kelebihan lain dibandingkan dengan provinsi – provinsi di pulau Jawa.
4
Bila melihat Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur menempati posisi pertama dan kedua hal ini bisa dikatakan juga karena pada tahun 2011 dengan jumlah penduduk provinsi itu menempati posisi pertama dan kedua terbanyak sebesar 43.053.732 (Jiwa) dan 34.476.757 (Jiwa) di pulau Jawa sehingga hal itu memilki keunggulan tersendiri bagi provinsi tersebut yang memilki pasar domestik amat besar untuk melayani kebutuhan setiap penduduknya, Namun yang sangat mengherankan dimana posisi Provinsi Jawa Tengah hanya menempati posisi keempat padahal bila diukur melalui jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah menempati posisi ketiga pada tahun 2011 yaitu sebesar 32.282.657 (jiwa) tapi pertumbuhan ekonomi sektor industri Provinsi Jawa Tengah sangat kecil dibandingkan Provinsi Jawa Timur yang memilki jumlah penduduk yang tidak terlalu jauh berbeda namun memilki jumlah pertumbuhan ekonomi industri yang besar hal ini memicu pertanyaan dalam penelitian ini. Adapun distribusi PDRB terhadap sektor yang ada yang di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat tabel berikut Tabel 1.3 : Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga kostan Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006 – 2011 (Persen) No
Lapangan usaha
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1
Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
20,57
20,03
19,57
19,30
18,69
17,87
2 3 4 5
Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air bersih Bangunan
1,11 31,98 0,83 5,61
1,12 31,97 0,84 5,61
1,10 32,94 0,84 5,74
1,11 32,51 0,86 5,83
1,12 33,06 0,86 5,89
1,11 33,06 0,85 5,91
21,11
21,30
20,96
21,38
21,42
21,73
4,95
5,06
5,11
5,20
5,24
5,37
3,58
3,62
3,70
3,79
3,76
3,79
10,25 100
10,36 100
10,04 100
10,03 100
10,18 100
10,32 100
6 7 8 9
Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa –Jasa Total
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan tabel 1.3 hal ini menunjukkan Di Provinsi Jawa Tengah, industri pengolahan mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2006
5
ke tahun 2011 industri pengolahan mengalami kenaikan sekitar (1,08 %) dan hal ini berpengaruh positif terhadap PDRB di tahun 2011. Kenaikan yang terjadi membuat pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah
menjadi baik dan
berdampak pada pembangunan kabupaten/kota yang positif. Pembangunan kabupaten/kota yang positif diraih oleh sektor industri karena memiliki tingkat kontribusi tertinggi di PDRB Provinsi Jawa Tengah maka mendorong pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana pendukung guna menunjang pertumbuhan sektor industri itu. Terlebih sektor industri dikenal juga sebagai sektor pemimpin yang bisa memilki hubungan dalam perekonomian dengan saling kait mengkaitkan dengan sektor – sektor lain seperti sektor pertanian sebagai bahan baku industri, sektor transportasi sebagai alat pengangkutan hasil industri, sektor jasa keuangan sebagai sarana permodalan dalam industri, dan lain-lain. Menurut Sadono Sukirno (2011:120) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Pada tabel (Lampiran 1, hal 108) dapat dijelaskan bahwa laju pertumbuhan ekonomi sektor industri yang tertinggi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 tertinggi ada di Kabupaten Brebes sebesar 9,61 (Persen) dan pertumbuhan ekonomi sektor industri terendah ada di Kabupaten Blora
pada tahun 2011
sebesar 1,23 (Persen) Pertumbuhan jumlah penduduk yang disertai dengan pendidikan bisa menciptakan tenaga kerja yang berkualitas. Pertumbuhan ekonomi sebaiknya dapat memperlihatkan trend yang meningkat dan berkelanjutan dari tahun ke tahun karena pertumbuhan ekonomi
6
yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan struktur perekonomian daerah menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi juga diperlukan untuk memacu pembangunan dibidang-bidang lainnya sekaligus sebagai kekuatan utama pembangunan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan sosial ekonomi (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2011:80). Menurut todaro (2004:92) ada tiga faktor atau komponen utama yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, ketiganya adalah akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal (capital accumulation) meliputi semua jenis investasi baru baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun swasta yang ditanamkan dengan bentuk tanah, peralatan fisik, dan modal sumber daya. Akumulasi modal akan terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabungkan (diinvestasikan) kembali dengan tujuan untuk memperbesar output atau pendapatan di kemudian hari. Akumulasi modal yang dilakukan oleh pemerintah menggambarkan seberapa besar peran pemerintah dalam sistem perekonomian suatu daerah. Menurut Arsyad Lincolin (2010:150) bahwa perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang menerapkan mekanisme pasar, artinya bahwa jalannya perekonomian sepenuhnya menjadi wewenang pasar karena hanya mekanisme pasar yang mampu mengalokasikan sumber daya secara efisien. Namun dalam hal-hal tertentu menunjukan bahwa mekanisme pasar memiliki kelemahan yaitu gagal mencapai alokasi yang efisien disebabkan oleh adanya common goods, unsur ketidaksempurnaan pasar, barang publik, ekternalitas, incomplete market, kegagalan informasi, unemployment dan uncertaint. Maka pemerintah daerah
7
selaku pengambil kebijakan di daerah selanjutnya akan lebih memilih mengadopsi kebijakan pembangunan yang disesuaikan dengan karakteristik potensi daerah itu sendiri, tentunya tuntutan pengenalan potensi daerah dapat dijadikan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi pembangunan daerahnya. Keberadaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang bersumber dari bantuan pusat dan Pendapatan Asli Daerah merupakan bentuk dari akumulasi modal pemerintah yang digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Peranan strategis dari investasi pemerintah ini sasaran penggunaannya untuk membiayai pembangunan di bidang sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran usaha swasta dan pemenuhan pelayanan masyarakat (Raharjo: 2006:6). Keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi oleh pemerintah daerah menuntut adanya suatu kebijakan yang tepat dari pemerintah. Upaya-upaya peningkatan pendapatan asli daerah dapat dilakukan pada kondisi dan item tertentu saja, karena secara umum upaya tersebut justru dapat meningkatkan beban yang harus ditanggung masyarakat. Salah satu sudut pandang kebijakan yang dapat dilakukan adalah melalui kebijakan pengeluaran pemerintah. Kebijakan yang dituangkan dalam APBD memerlukan perhatian terutama dalam hal pendistribusian anggaran, sehingga dapat terciptanya sumber-sumber pendapatan baru bagi daerah. Kebijakan pengeluaran pemerintah yang secara efektif dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Perkembangan besarnya pengeluaran pemerintah sektor industri pada tahun 2008 -2011. Kabupaten/kota yang tertinggi berada di Kabupaten Banyumas pada
8
tahun 2011 sebesar Rp. 10.703 Jutaan dan yang terendah pada Kabupaten Magelang sebesar Rp. 1.169 Jutaan (Lampiran 1, hal 108). Dari data yang dijabarkan pengeluaran pemerintah sektor industri kecenderungan dari tahun ke tahun semakin meningkat sedangkan laju pertumbuhan ekonomi sektor industri selalu fluktuatif dari tahun ke tahun di semua kab/kota Provinsi Jawa Tengah. Mengutip teori Wagner adalah suatu perekonomian, Apabila pendapatan perkapita naik
secara
relatif
maka
pengeluaran
pemerintah
pun
meningkat
(Mangkoesubroto, 2008: 179). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Darma Rika Swaramarinda dan Susi Indriani (2011) yang meneliti peranan variabel pengeluaran konsumsi, pengeluaran investasi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran investasi pemerintah berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi hal ini karena pengeluaran investasi pemerintah memilki peran ekonomi dan mendorong berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat dan anggaran pembangunan dialokasikan terutama untuk membiayai proyek – proyek yang tidak dibiayai sendiri oleh masyarakat. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah. Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat kepada pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan penambahan tersebut memungkinkan suatu daerah untuk menambah produksi untuk memenuhi pasar domestik yang meningkat. Namun di sisi lain, Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat yang tingkat pertumbuhan ekonominya masih
9
rendah. Hal ini berarti bahwa kelebihan jumlah penduduk tidak seimbang dengan faktor produksi lain yang tersedia dimana penambahan penggunaan tenaga kerja tidak akan menimbulkan penambahan dalam tingkat produksi. Gambaran mengenai jumlah tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 di capai tenaga kerja tertinggi berada di Kota Jepara dengan jumlah 227.589 (Jiwa) dan tenaga kerja terendah berada di Kota Magelang pada tahun 2011 sebesar 7.098 Jiwa (Lampiran 1, hal 108). Semakin banyak penduduk yang bekerja, berarti penduduk memiliki penghasilan. Dengan begitu kesejahteraan penduduk akan meningkat yang berarti akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi
Provinsi
Jawa
Tengah.
Menurut
Hukum
Okun
menyatakan tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi dengan asumsi laju pertumbuhan yang tinggi akan menyebabkan penurunan tingkat pengangguran sedangkan laju pertumbuhan yang rendah atau negatif akan diikuti oleh tingkat pengangguran yang meningkat (dornbuch, 2006: 13). Di dalam peneltian dilakukan oleh Ramesh Chandra Paudel (2010) menunjukkan tenaga kerja memiliki hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi dan juga ditemukan bahwa ada hubungan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dengan tenaga kerja. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, antara variabel itu, tenaga kerja memiliki kontribusi utama terhadap pertumbuhan ekonomi Sri Lanka. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis menarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH TENAGA KERJA DAN
PENGELUARAN
PEMERINTAH
TERHADAP
PERTUMBUHAN
10
EKONOMI SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2002–2011 KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH” B.
Rumusan Masalah Pada akhirnya pertumbuhan ekonomi masih menjadi indikator untuk menilai keberhasilan suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi saat ini juga memberikan indikasi tentang sejauh mana aktivitas perekonomian telah berdampak pada peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Tingkat pertumbuhan ekonomi sektor industri di Provinsi Jawa tengah berdasarkan laju PDRB sektor industri atas dasar harga konstan 2000 periode tahun 2008 -2011 ternyata menunjukan fluktuatif (lihat lampiran 1). variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain pertumbuhan tenaga kerja sektor industri,
pengeluaran pemerintah sektor
industri. Peranan pemerintah daerah dalam pertumbuhan ekonomi dimaksudkan agar dapat mempengaruhi jalannya perekonomian, dengan demikian dapat diusahakan terhindarnya perekonomian dari keadaan yang tidak diinginkan (Raharjo, 2006:11). Peranan pemerintah daerah di dalam kegiatan ekonomi tercermin pada APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah), dimana variabel pengeluaran pemerintah sektor industri dapat diartikan sebagai besarnya investasi oleh pemerintah daerah yang digunakan untuk membangun sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran usaha swasta guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya. Berdasarkan data yang ada ternyata Pengeluaran pemerintah sektor industri digunakan untuk investasi guna mencapai sasaran-sasaran program mendukung perkembangan
11
kegiatan industri yang telah ditetapkan dalam RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah). Variabel-variabel eksternal yang menunjang dan bersinergi demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor industri adalah Tenaga kerja sektor industri. Keadaan yang ada di Provinsi Jawa Tengah ternyata menunjukkan kontribusi dan kurang optimalnya variabel ini dalam menunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Atas dasar permasalahan diatas maka rumusan masalah penelitiannya sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh secara parsial tenaga kerja sektor industri, pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah ?. 2.
Bagaimana pengaruh secara simultan tenaga kerja sektor industri, pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah ?.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara parsial tenaga kerja sektor industri , pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di kab/kota Provinsi Jawa tengah. 2. Untuk mengetahui apakah ada
pengaruh secara simultan tenaga
kerja sektor industri, pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Kab/kota Propinsi Jawa tengah.
12
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Teoritis Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi dan kontribusi bagi para kalangan investor, praktisi, akademisi, institusi dan masyarakat pada umumnya yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh tenaga kerja sektor industri, pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri kab/kota di Provinsi Jawa Tengah 2. Praktis Penulisan ini diharapkan sebagai kontribusi sederhana terhadap pemerintah dan kalangan ekonom di Indonesia mengenai besarnya pengaruh tenaga kerja sektor industri , pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan
ekonomi sektor industri
kab/kota di Provinsi Jawa Tengah 3. Kebijakan Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi para kalangan yang terkait untuk memutuskan secara tepat dan menindak lanjuti hal-hal yang harus dilakukan. Sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat indonesia.
\
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.
Definisi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sadono Sukirno (2011:120) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksi
dalam
masyarakat
bertambah
dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Di samping itu, tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka. Adapun penelitian yang mengkaitkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja yaitu teori fungsi produksi Cobb Douglas dalam teori ini menjelaskan adanya pembagian pendapatan nasional diantara modal dan tenaga kerja tetap konstan selama periode yang jangka panjang. Dengan kata lain, ketika perekonomian mengalami pertumbuhan yang mengesankan, pendapatan total pekerja dan pendapatan total pemilik modal tumbuh pada tingkat yang nyaris sama. Jika pembagian faktor yang konstan maka ada
14
faktor-faktor selalu menikmati produk marjinalnya. Fungsi produksi tersebut harus mempunyai unsur dimana. = MPK x K = αY
Pendapatan Modal Dan Pendapatan Tenaga Kerja
= MPL x L = (1-α)Y
Dimana α adalah konstanta antara nol dadn satu yang mengukur bagian modal dari pendapatan. Yaitu α menentukan betapa bagian pendapatan yang masuk ke modal dan berapa yang masuk ke tenaga kerja. Cobb menunjukan fungsi dengan unsur ini adalah F(K,L) = A KαL1-α Dimana A adalah parameter yang lebih besar dari nol yang mengukur produktivitas yang ada. Fungsi ini dikenal sebagai fungsi produksi cobbdouglas. Bila lihat dari unsur dalam fungsi produksi ini. Pertama, fungsi produksi cobb-douglas memiliki skala konstan. Yaitu, jika modal dan tenaga kerja meningkat dalam propornsi yang sama, maka output meningkat menurut proporsi yang sama. Dinyatakan produk marjinal untuk fungsi produksi cobbdouglas. Produk marjinal tenaga kerja adalah MPL = (1-α) k α L-α Dan MPK = α K α-1L1-α dari persamaan ini, dengan mengetahui bahwa α berada antara nol, kita melihat apa yang menyebabkan produk marjinal dari kedua faktor berubah. Kenaikan dalam jumlah modal meningkat MPL dan mengurangi MPK. Demikian pula, kenaikan dalam jumlah tenaga kerja mengurangi MPL dan
15
meningkatkan MPK. Maka produk marjinal fungsi produksi cobb-douglas bisa ditulis sebagai: MPL MPK
= (1-α) Y/L = α Y/K
MPL proposional terhadap output per pekerja dan MPK proporsional terhadap output per unit modal. Y/L disebut produktivitas tenaga kerja ratarata dan Y/K disebut produktivitas modal rata-rata. Jika fungsi produksi adalah cobb-douglas, maka produktivitas marjinal sebuah faktor proporsional terhadap produktivitas rata-rata. (Mankiw, 2007:55) Teori diperkuat oleh jurnal penelitian yang diteliti oleh Rindang Bangun Prasetyo Dan Muhammad Firdaus berjudul Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Indonesia (2009) yang menegaskan hal yang sama di dalam penelitian elastisitas variabel tenaga kerja lebih besar dari modal. Hal ini mengindikasikan perekonomian di indonesia lebih banyak bersifat padat karya dibandingkan padat modal. Sedangkan
pengeluaran
pemerintah,
peneliti
mengutip
teori
mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah tersebut, teori Peacock & Wiseman dianggap sebagai teori sering disebut sebagai The Displacement Effect, dimana teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah
yang semakin
besar tersebut.
Peacock dan Wiseman
mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, suatu tingkat dimana masyarakat dapat
16
memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pungutan pajak. Teori Peacock dan Wiseman adalah sebagai berikut: pertumbuhan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Peningkatan pada PDB dalam keadaan normal menyebabkan penerimaan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena adanya perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang. Salah satu cara umtuk meningkatkan penerimaannya tersebut dengan menaikkan tarif pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek pengalihan (Displacement effect) yaitu adanya gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Bird mengkritik hipotesa yang dikemukakan oleh Peacock dan Wiseman. Bird
menyatakan bahwa selama terjadinya gangguan sosial
memang terjadi pengalihan aktivitas pemerintah dari pengeluaran sebelum gangguan ke pengeluaran yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal ini akan diikuti oleh peningkatan persentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB.
Akan tetapi setelah terjadinya gangguan, persentase
pengeluaran pemerintah terhadap PDB akan menurun secara perlahan-lahan kembali ke keadaan semula. Jadi menurut Bird, efek pengalihan merupakan
17
gejala dalam jangka pendek, tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang (Guritno Mangkoesoebroto, 2008: 176). Adapun untuk menguatkan teori ini di dalam jurnal penelitian yang diteliti oleh Dwi Suryanti yang berjudul Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Subosukawonosraten (2010) menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah
digunakan
sepenuhnya
untuk
kegiatan
ekonomi
yang
memberikan dorongan bagi perkembangan bagi ekonomi terlebih bila belanja modal pemrintah daerah mengindikasikan besarnya pembangunan maupun perbaikan infrastruktur. a. Teori Pertumbuhan Ekonomi 1) Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Adapun ekonomi klasik menurut Arsyad (2010:115) pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk . Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga: a) Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian. b) Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja. c) Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output.
18
Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor-
sektor
dalam
menggunakan
faktor-faktor
produksinya.
Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik. 2) Teori Pertumbuhan Neo Klasik Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow dan Swan . Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow, dan Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Adapun model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan dibawah ini: Yi =
i
( K, L)
Dalam kerangka ekonomi regional, menderivasikan rumus diatas menjadi sebagai berikut: Yi = ai Ki + (1- ai )ni Dimana: Yi
= besarnya output
ai
= bagian yang dihasilkan dari faktor modal
Ki
= tingkat pertumbuhan modal
(1- ai ) = bagian yang dihasilkan diluar faktor modal ni
= tingkat pertumbuhan tenaga kerja
19
Teori Neoklasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Hal khusus yang perlu dicatat adalah bahwa model neoklasik mengasumsikan I=S. Hal ini berarti kebiasaan masyarakat yang suka memegang uang tunai dalam jumlah besar dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Analisis lanjutan dari paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat saving yang tinggi dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali. 3) Teori David Ricardo Menurut Lincoln Arsyad (2010:100), proses pertumbuhan ekonomi masih memacu antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumber daya alam) tidak bisa bertambah sehingga akhirnya faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatua masyarakat. Perekonomian yang diciri-cirikan Ricardo sebagai berikut: a) Tanah terbatas b) Tenaga kerja meningkat atau menurun sesuao tingkat upah diats atau dibawah tingkat uapah minimal. c) Akumulasi modal terjadi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal berada diatas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik meraka melakukan investasi.
20
d) Sektor pertanian dominan Dari faktor produksi tanah dan tenaga kerja, ada satu kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian kearah tingkat upah minimum, yaitu bekerjanya the lawa of diminishing return. Pada akumulasi modal juga berlaku hukum tersebut. Dimana The law od dimishing return yang kan menang. Keterbatasan faktor produksi tanah akan membatas pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu negara hanya bisa tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh sumber-sumber alamnya. Apabila sumber daya alam ini telah diekspolitasi secara penuh maka perekonomian berhenti tumbuh, masyarakat akan mencapai stationernya. b. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Pertumnbuhan Ekonomi 1) Sumber Daya Alam Faktor utama
yang mempengaruhi perkembangan
suatu
perekonomian adalah sumber daya alam atau tanah, sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam 2) Akumulasi Modal Akumulasi modal terjadi apabila sebgaian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memprbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Investasi produktif yang bersifat langsung harus dilengkapi berbagai investasi penunjang yang biasa disebut dengan investasi infraktruktur ekonomi dan sosial.
21
3) Pertumbuhan Penduduk dan Tenaga Kerja Pertumbuhan dan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang berarti akan menambah jumlah tenaga kerja produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestik lebih besar. 4) Kemajuan Teknologi Dalam pengertian sederhana, kemajuan teknologi digambarkan dengan ditemukannya cara–cara baru atau perbaikan atas cara–cara lama dalm menangani pekerjaan–pekerjaan (misalnya dalam proses produksi) yang lebih efisien dan efektif. c. Industri a. Pengertian Industri Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbedabeda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak
22
jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Menurut Badan Pusat Statistik (2011:34) industri mempunyai dua pengertian: 1.
Pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi bersifat produktif.
2.
Dalam pengertian secara sempit, industri hanyalah mencakup industri pengolahan yaitu suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar mekanis, kimia, atau dengan tangan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya dan sifatnya lebih kepada pemakaian akhir. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja (Siahaan, 2000:34),
adalah sebagai berikut 1. Industri rumah tangga yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan. 2. Industri kecil yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau
23
masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan. 3.
Industri sedang yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.
4.
Industri besar yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.
d. Peranan
Sektor
Industri
dalam
Pembangunan
Ekonomi
Pembangunan industri merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja. Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha
untuk
meningkatkan
mutu
sumber
daya
manusia
dan
kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia.
24
Negara–negara maju maupun negara berkembang didunia sektor industri mempunyai peranan penting sebagai sektor pemimpin (leading sector). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan
industri
maka
akan
memacu
dan
mengangkat
pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasa pun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya, yang kesemuanya itu nanti akan mendukung
lajunya
pertumbuhan
industri.
Seperti
diungkapkan
sebelumnya, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan (daya beli) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat. e. Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentuka institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas
kerja yang ada untuk menghasilkan
produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana kesemuanya ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan
25
jumlah
dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah (Arsyad,
2010:154). f. Pengertian pendapatan regional Menurut Tarigan (2005:96) pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyrakat pada suatu wilayah tertentu . Tingkat pendapatan regional dapat diukur dari total pendapatan wilayah ataupun pendapatan rata – rata masyarakat pada wilayah tersebut. Beberapa
istilah
yang
sering
digunakan
untuk
menggambarkan pendapatan regional, diantaranya adalah: 1) Produk domestik regional bruto (PDRB) PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah atau propinsi. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermiede cost). Komponen – komponen faktor pendapatan (upah, gaji, bunga, sewa tanah dan keutungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung niali tambah bruto dari masing – masing sektor dan kemudian menjumlahkan akan menghasilkan produk domestik regional bruto (PDRB). Berikut tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk menghitung pendapatan regional dengan metode langsung :
26
1. Pendekatan pengeluaran Pengeluaran adalah cara penentuan pendapatan regional dengan cara menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri. Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan atau produksi barang dan jasa itu digunakan untuk: konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi) perubhan stok dan ekspor neto(total ekspor dikurangi dengan total impor). Rumus pendekatan pengeluaran: Y= C + I + G (X –M) Dimana; Y
= PDRB
I
= Investasi
G
= pengeluaran pemerintah
(X-M)
= ekspor dikurangi impor
2. Pendekatan produksi PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang akhir yang dihasilkan oleh unit produksi disuatu wilayah dalan suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB adalah nilai produksi bruto dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi. Metode ini yang digunakan dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan negara-negara berkembang. Adapun perhitungan PDRB dengan metode produksi:
27
Y = P1Q1 + P2Q2 + .... + PnQn Dimana: Y
= PDRB
P1,P2,...Pn
= harga satuan produk pada satuan masing sektor ekonomi
Q1,q2,...Qn
= jumlah produk pada satuam masing sector ekonomi
3. Pendekatan pendapatan PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktorfaktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan dimana pajak penghasilan dan pajak langsung belum dipotong. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pola komponen penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Rumus pendekatan pendapatan: Y = Yw +Yr + Yi + Yp Dimana: Y
= pendapatan regional
Yi
= pendapatan bunga
Yw
= pendapatan upah/gaji
Yp
= pendapatan laba/profit
Yr
= pendapatan sewa
28
1. Tenaga Kerja a. Definisi Tenaga Kerja Tenaga Kerja Adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun atau lebih) yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja, diantaranya adalah mereka yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah (pelajar dan mahasiswa), mengurus rumah tangga, dan mereka yang tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai pekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan (Disnaker, 2006:54). 1) Teori tenaga kerja a) Teori fungsi produksi cobb douglas Dalam teori ini menjelaskan adanya pembagian pendapatan nasional diantara modal dan tenaga kerja tetap konstan selama periode yang jangka panjang. Dengan kata lain, ketika perekonomian mengalami pertumbuhan yang mengesankan, pendapatan total pekerja dan pendapatan total pemilik modal tumbuh pada tingkat yang nyaris sama. Jika pembagian faktor yang konstan maka ada faktor-faktor selalu menikmati produk marjinalnya. Fungsi produksi tersebut harus mempunyai unsur dimana. = MPK x K = αY
Pendapatan Modal Dan Pendapatan Tenaga Kerja
= MPL x L = (1-α)Y
Dimana α adalah konstanta antara nol dadn satu yang mengukur bagian modal dari pendapatan. Yaitu α menentukan betapa bagian
29
pendapatan yang masuk ke modal dan berapa yang masuk ke tenaga kerja. Cobb menunjukan fungsi dengan unsur ini adalah F(K,L) = A KαL1-α Dimana A adalah parameter yang lebih besar dari nol yang mengukur produktivitas yang ada. Fungsi ini dikenal sebagai fungsi produksi cobb-douglas. Bila lihat dari unsur dalam fungsi produksi ini. Pertama, fungsi produksi cobb-douglas memiliki skala konstan. Yaitu, jika modal dan tenaga kerja meningkat dalam propornsi yang sama, maka output meningkat menurut proporsi yang sama. Dinyatakan produk marjinal untuk fungsi produksi cobb-douglas. Produk marjinal tenaga kerja adalah MPL = (1-α) k α L-α Dan MPK = α K α-1L1-α dari persamaan ini, dengan mengetahui bahwa α berada antara nol, kita melihat apa yang menyebabkan produk marjinal dari kedua faktor berubah. Kenaikan dalam jumlah modal meningkat MPL dan mengurangi MPK. Demikian pula, kenaikan dalam jumlah tenaga kerja mengurangi MPL dan meningkatkan MPK. Maka produk marjinal fungsi produksi cobb-douglas bisa ditulis sebagai: MPL MPK
= (1-α) Y/L = α Y/K
MPL proposional terhadap output per pekerja dan MPK proporsional terhadap output per unit modal. Y/L disebut produktivitas tenaga kerja rata-rata dan Y/K disebut produktivitas modal rata-rata. Jika fungsi produksi adalah cobb-douglas, maka produktivitas marjinal sebuah
30
faktor proporsional terhadap produktivitas rata-rata. (Mankiw, 2007:55) b) Hukum Okun Salah satu teori yang menjelaskan hubungan tenaga kerja dan pertumbuhan
ekonomi
adalah
Hukum
Okun.
Hukum
okun
menjelaskan antara output dan tingkat pekerja dengan asumsi bahwa output dan pekerja bergerak sama, jadi perubahan pada output akan menghasilkan perubahan yang sama pada tenaga kerja juga. Persamaan Hukum Okun adalah sebagai berikut: Q ∗ −Q Q
= α U −U*
Dimana : Q* = output potensial Q = output aktual U = tingkat pengangguran U* =Tingkat pengangguran pembanding α = koefisien Okun Hukum Okun ini menerangkan mengenai hubungan output aktual dan potensial (GDP) dan pengangguran. Dimana Hukum Okun menyatakan bahwa untuk setiap penurunan 2% yang berhubungan dengan GDP potensial, angka pengangguran meningkat sekitar 1% dan Hukum Okun menyatakan hubungan yang sangat penting anatara pasar output dan pasar tenaga kerja yang menggambarkan antara pergerakan jangka pendek pada GDP nyata dan perubahan angka pengangguran (dornbush, 2006: 13).
31
b. Hubungan Tenaga Kerja Dengan Pertumbuhan Ekonomi Menurut
Todaro
(2004:93)
pertumbuhan
penduduk
dan
pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang benar–benar cepat akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya. Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi. 2. Pengeluaran Pemerintah a. Definisi Pengeluaran Pemerintah Menurut (Mangkoesubroto, 2008:169) pengeluaran pemerintah mencerminkan
kebijakan
pemerintah.
Apabila
pemerintah
telah
menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran
32
pemerintah itu. Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah, semakin besar pula pengeluaran pemerintah
yang bersangkutan. Proporsi
pengeluaran pemerintah terhadap penghasilan nasional (GNP) adalah suatu ukuran terhadap kegiatan pemerintah dalam suatu perekonomian. 1) Teori–teori pengeluaran pemerintah a) Teori pengeluaran pemerintah Rostow Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap pembangunan ekonomi. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana. Pada tahap menengah investasi pemerintah tetap diperlukan untuk menghindari terjadinya kegagalan pasar yang disebabkan oleh investasi swasta yang sudah semakin besar pula. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, aktivitas pemerintah beralih pada bentuk pengeluaran
pengeluaran
untuk
aktivitas-aktivitas
sosial
(Mangkoesoebroto, 2008:170). b) Teori Hukum Wagner Teori Hukum Wagner menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat. Menurut Wagner mengapa peranan pemerintah semakin besar, disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam
33
masyarakat,
hukum,
pendidikan,
rekreasi
kebudayaan
dan
sebagainya (Mangkoesubroto, 2008: 179). Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut : 𝐺𝑝𝐶𝑡 𝐺𝑝𝐶𝑡 𝐺𝑝𝐶𝑡 − 2 𝐺𝑝𝐶𝑡 − 𝑛 > > >⋯> 𝑌𝑝𝐶𝑡 𝑌𝑝𝐶𝑡 − 1 𝑌𝑝𝐶𝑡 − 2 𝑌𝑝𝐶𝑡 − 𝑛
Keterangan: Gpc = Pengeluaran pemerintah perkapita YpC = Produk atau pendapatan nasional perkapita t = Indeks waktu menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu tuntutan peningkatan perlindungan
keamanan
dan
pertahanan,
kenaikan
tingkat
pendapatan masyrakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi serta perkembangan demokrasi dan ketidak efisienan birokrasi yang mengiringi pemerintah. Hukum Wagner yang menjelaskan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah ditunjukkan dalam
gambar berikut ini,
dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk eksponensial dengan kurva berbentuk cembung dan bergerak naik dari kiri bawah menuju kanan atas, sebagaimana yang ditunjukkan Kurva 1, dan bukan seperti ditunjukkan oleh Kurva 2 yang memiliki bentuk linear.
34
Gambar 2.1 Kurva Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner Kurva 1
Gpc/Ypc Kurva 2
0
Waktu Sumber : Guritno Mangkoesoebroto (2008: 172)
c) Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes Teori ini menguraikan bahwa pendapatan total perekonomian dalam jangka pendek, sangat ditentukan oleh keinginan rumah tangga,
perusahaan
dan
pemerintah
untuk
membelanjakan
pendapatannya. Dengan demikian pengeluaran agregat dapat dibedakan kepada empat komponen: konsumsi rumah tangga, investasi swasta, pengeluaran pemerintah dan ekspor.
Keseimbangan pendapatan nasional akan dicapai pada keadaan Y=C+I+G. Dengan demikian pendapatan nasional adalah Y. Apabila perekonomian ini berubah menjadi terbuka maka akan timbul dua aliran pengeluaran baru, yaitu ekspor dan impor. Ekspor akan menambah pengeluaran agregat manakala impor akan mengurangi pengeluaran agregat. Apabila perekonomian menjadi tertutup ke ekonomi terbuka, pengeluaran agregat akan bertambah sebanyak ekspor neto yaitu, sebanyak (X-M). Maka pendapatan
35
nasional untuk perekonomian terbuka yaitu Y=C+I+G+(X-M). Dapat disimpulkan G dalam sebagai pengeluaran pemerintah memiliki peran terhadap pencapaian kegiatan perekonomian melalui kebijakan
pemerintah
guna
mengatasi
pengangguran
dan
pertumbuhan ekonomi yang lambat sehingga pemerintah perlu menambah
pengeluaran
untuk
pembangunan
infrakstruktur,
pelabuhan dan mengembangkan pendidikan (Sadono Sukirno: 2007:211) . d) Teori Peacock dan Wiseman Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha memperbesar pengeluaran, sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Peacock dan Wiseman menyebutkan bahwa perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah. Dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan
pemerintah
semakin
besar.
Begitu
juga
dengan
pengeluaran pemerintah yang menjadi semakin besar (Guritno Mangkoesoebroto, 2008: 173).
36
Gambar 2.2 Teori Peacock dan Wiseman
Pengeluaran pemerintah/GDP C
A
0
t
D
F Pengeluaran pemerintah
G
B Pengeluaran swasta
t+1
Tahun
Sumber : Guritno Mangkoesoebroto (2008: 174)
Dalam keadaan normal, dari tahun t ke t+1, pengeluaran pemerintah dalam persentase terhadap GNP meningkat sebagaimana yang ditunjukan garis AG. Apabila pada tahun t terjadi perang maka pengeluaran pemerintah meningkat sebesar AC dan kemudian meningkat seperti yang ditunjukan pada segmen CD. Setelah perang selesai pada tahun t+1, pengeluaran pemerintah tidak menurun ke G. Hal ini disebabkan setelah perang, pemerintah membutuhkan tambahan dana untuk mengembalikan pinjaman pemerintah yang digunakan dalam pembiayaan pembangunan. Kenaikan tarif pajak tersebut dimaklumi oleh masyarakat sehingga tingkat toleransi pajak meningkat dan pemerintah dapat memungut pajak yang lebih besar tanpa menimbulkan gangguan dalam masyarakat.
Secara grafik, perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman bukanlah berpola seperti kurva mulus berslope
37
positif sebagaimana tersirat dalam pendapat Rostow dan Musgrave. Melainkan berslope positif dengan bentuk patah-patah seperti tangga.
Gambar 2.3 Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran pemerintah/GDP
Wagner, Solow, Musgrave
Peacock dan Wiseman
0
Tahun
Sumber : Guritno Mangkoesoebroto (2008: 175)
Bird mengkritik hipotesa yang dikemukakan oleh Peacock dan Wiseman. Bird menyatakan bahwa selama terjadinya gangguan sosial memang terjadi pengalihan aktivitas pemerintah dari pengeluaran sebelum gangguan ke pengeluaran yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal ini akan diikuti oleh peningkatan persentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB. Akan tetapi setelah terjadinya gangguan, persentase pengeluaran pemerintah terhadap PDB akan menurun secara perlahan-lahan kembali ke keadaan semula. Jadi menurut Bird, efek pengalihan merupakan gejala dalam jangka pendek, tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang (Guritno Mangkoesoebroto, 2008: 176). a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang
38
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD terdiri atas: 1)
Anggaran pendapatan, terdiri atas a) Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain b) Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus c) Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
2)
Anggaran
belanja,
yang
digunakan
untuk
keperluan
penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah. 3)
Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran.
b. Hubungan Antara Pengeluaran Pemerintah Dengan Pertumbuhan Ekonomi Pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari kebijakan fiskal yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional. Tujuan dari
39
kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi (Sadono Sukirno, 2008:275). B. Penelitian Terdahulu Untuk mendukung penelitian ini digunakan beberapa penelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan, diantaranya adalah: 1. Ramesh Chandra Paude/ and Nelson Perera Penelitian ini berjudul “Labor Force, Foreign Debt, Trade Openness, and Economic Growth from Sri Lanka” dalam penelitian ini variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel independen ialah
tenaga kerja., utang luar negeri, dan perdagangan
(ekspor – impor) yaitu total perdagangan adalah jumlah dari total ekspor dan impor. Dengan menggunakan metode vector autoregressive model. Dalam pendekatan regresi maka memilki hubungan kointegrasi yaitu : LGDPR – 0.07LFD + 0.29LRTT + 1.3LLF Hasil diatas membuktikan bahwa variabel-variabel ini memiliki hubungan
positif
dengan
pertumbuhan
ekonomi
dalam
jangka
panjang. Elastisitas utang luar negeri adalah 0,07, yang menunjukkan bahwa pinjaman luar negeri tidak memberikan keuntungan . cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sri Lanka, perdagangan memiliki kontribusi yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi, yang ditunjukkan oleh nya elastisitas 0,29. Diantara variabel-variabel ini, tenaga kerja memiliki hubungan yang positif tertinggi dengan pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja membuat kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan
40
ekonomi seperti yang ditunjukkan oleh nya dengan elastisitas sebesar 1.32. 2. Rindang Bangun Prasetyo dan Muhammad Firdaus Penelitian ini berjudul “pengaruh infrakstruktur pada pertumbuhan ekonomi wilayah di indonesia” dalam penelitian variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel independen ialah tenaga kerja, investasi, variabel listrik yang terjual, variabel panjang jalan, dan variabel dummy krisik. Dengan menggunakan metode data panel Model penelitian sebagai berkut: PDRBit =a0+a1MDLit+a2TNK+a3PDK+a4LST+a5JLNit+a6PAM+a7DKS+ uit Hasil penelitian menunjukkan variabel tenaga kerja, investasi, variabel listrik yang terjual, variabel panjang jalan, dan variabel dummy krisis terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu berpengaruh signfikan dan memilki nilai positif jika dibandingkan Elastisitas variabel tenaga kerja lebih besar dari pada modal, hal ini mengindikasikan bahwa perekonomian di Indonesia lebih banyak yang bersifat padat karya daripada padat modal. 3. Mehdi safdari Penelitian berjudul “ importance of quality of labour force on economic growth in
Iran. Dengan variabel independent adalah
pertumbuhan ekonomi (GDP) dan variabel dependen ialah tenaga kerja (L), tingkat pendidikan universitas (HC), modal (K), ekspor migas(XOIL) , non ekspor migas(XNONOIL) , inflasi (NP), pengeluaran konsumsi pemerintah (GCO) dan biaya penelitian pemerintah (reseach). Dengan
41
metode vector autoreggresion. Model yang digunakan adalah GDP
=F (L+HC+K+XOILR+LR+XNOILR+NP+GC) reseach)
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tenaga Kerja, Universitas lulusan bekerja modal, fisik, Ekspor Minyak, Non Migas Ekspor, Inflasi, konsumsi Pemerintah pengeluaran dan Biaya penelitian pemerintah memiliki positif berpengaruh pada tingkat pertumbuhan produk domestik bruto. 4. Ardyan wahyu sandhika dan mulyo herdarto Penelitian berjudul “ analisis pengaruh aglomerasi, tenaga kerja, jumlah penduduk dan modal terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten kendal”. Dengan variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi dan variabel independent ialah aglomerasi, tenaga kerja, jumlah penduduk dan modal. Metode analisis yang digunakan ordinary least square (OLS). Bentuk regresi adalah sebagai berikut: Y=βo+β1AGLOt+β2logLABt+β3logJP+β4KAP+ uit Berdasarkan analisisi maka dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut: Hasil analisis menunjukan hubungan signifikan dan berpengaruh positif antara variabel aglomerasi, tenaga kerja dan modal terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Kendal dan Hasil analisis menunjukan hubungan signifikan dan berpengaruh negatif antara variabel jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Kendal.
42
5. Darma Rika Swaramarinda dan Susi Indriani Penelitian ini berjudul “pengaruh pengeluaran konsumsi dan investasi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia dengan variabel dependent adalah pertumbuhan ekonomi dan variabel independen adalah pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran investasi pemerintah. Metode yang digunakan OLS. Model ekonometrik penelitian ini diformulasikan sebagai berikut:
Yt = β0 +βtGct +β2Git+єt Hasil menununjukan secara empiris maupun ekonomi mengenai hubungan antara pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran investasi terhadap pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif. Hal ini dikarenakan pengeluaran konsumsi pemerintah berupa belanja pegawai konsumsi pegawai atau masyarakat terhadap barang-barang meningkat yang kemudian menaikkan fungsi konsumsi yang menyumbang kontribusi terhadap bruto nasional sedangkan Pengeluaran investasi pemerintah mendorong berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat sehingga anggaran pembangunan dialokasikan terutama untuk membiayai proyekproyek yang tidak dapat dibiayai sendiri oleh masyarakat. 6. Ibrahem Mohamed Al Bataineh Dalam penelitian “The impact of goverment expenditures on economic growth in Jordan for period 1990 - 2010”. Dengan variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi (GDP), dan variabel independen adalah pengeluaran rutin (re), belanja modal (cap), pembayaran transfer (tra) dan pembayaran bunga (int). Dengan metode OLS.
43
Model ekonometrik penelitian ini diformulasikan sebagai berikut: GDP= a + β1re + β2cap + β3tra + β4int Hasil penelitian menunjukan bahwa pengeluaran pemerintah pada tingkat agregat memilki dampak positif terhadap pertumbuhan GDP yang sesuai dengan teori keynesian serta juga menemukan pembayaran transfer dan pembayaran bunga tidak memilki pengaruh terhadap pertumbuhan GDP. 7. Dwi Suryanto Penelitian ini berjudul “analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten) Tahun 2004-2008”. Dengan variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel independen ialah tenaga kerja, pengeluaran pemerintah dan dummy. Metode yang digunakan data panel dengan metode Least Square Dummy Variabel. persamaan panel data yang digunakan adalah Least Square Dummy Variabel (LSDV) dengan spesifiksi model sebagai berikut : Yit = ao+a1Tkit +a2tpit + a3git + b1d1 + b2d2 + b3d3+ b4d4 + b5d5 + b6d6 + uit Hasil penelitian menunjukan bahwa tenaga kerja dan tingkat pendidikan dan pengeluraan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun variabel dummy bernilai negatif hal ini menjelaskan perbedaan pertumbuhan antara pusat pertumbuhan dengan daerah pendukung bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten Sragen lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan
44
ekonomi di Kota Surakarta. Sedangkan Kabupaten Karanganyar tidak berbeda dengan pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta sebagai pusat pertumbuhan. 8. Adrian sutawijaya zulfahmi Penelitian ini berjudul “pengaruh ekspor dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia tahun 1980 – 2006”. Dengan variabel dependen ialah pertumbuhan ekonmi sedangkan variabel investasi pemerintah, investasi swasta, ekspor MIGAS dan ekspor non MIGAS. Metode yang digunakan adalah Ordinari least square (OLS). Spesifikasi model diformulasikan dalam bentuk logaritma natural brikut: LnYt = α + α1LnIPt + α2LnIGt + α3LnXMGt + α4LnXNMGt + uit Hasil penelitian menunjukan Tiga dari empat variabel independen, yaitu investasi swasta, investasi pemerintah dan ekspor non migas berpengaruh positif terhadap variabel dependen, yaitu pertumbuhan ekonomi, yang secara statitistik sangat signifikan. Sedangkan variabel independen yang tidak berpengaruh berpengaruh secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi adalah variabel ekspor migas.
45
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No 1.
2.
3.
Peneliti
Judul penelitian Ramesh Foreign Chandra Debt, Trade Paudel Openness, (2009) Labor Force and Economic Growth: Evidence from Sri Lanka Rin “Pengaruh dang Infrakstruktu Bangun r Pada Prasetyo Pertumbuhan dan Ekonomi Muhamad Wilayah Di Firdaus Indonesia”. (2009)
Mehdi Safdari (2012)
importance of quality of labour force on economic growth in Iran
Variabel
Metode penelitian
Hasil
Variabel dependen: pertumbuhan ekonomi (GDP), variabel independen: utang asing, tenaga kerja, perdagangan ( ekspor – impor) Dependen: Pertumbuhan ekonomi. Independen: tenaga kerja , modal , variabel listrik yang terjual , variabel panjang jalan, dan variabel dummy krisis
Vector Autoregress ivw Model (VAR). Dengan hubungan kointegrasi
variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi (GDP) dan variabel independent ialah tenaga kerja (L), tingkat pendidikan universitas (HC), modal (K), ekspor migas(XOIL) ,
Metode Vector Autoreggre sion (VAR)
Hasil penelitian menunjukan bahwa utang asing, tenaga kerja dan perdagangan (ekspor – impor) memilki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Hasil penelitian menunjukkan variabel tenaga kerja, modal , variabel listrik yang terjual , variabel panjang jalan, dan variabel dummy krisis terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu berpengaruh signfikan dan memilki nilai positif Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tenaga Kerja, Universitas lulusan bekerja modal, fisik, Ekspor Minyak, Non Migas Ekspor, Inflasi,
Metode Data panel
46
non ekspor migas (XNONOIL) , inflasi (NP), pengeluaran konsumsi pemerintah (GCO) dan biaya penelitian pemerintah (reseach)
4.
Ardyan wahyu sandhika dan Mulyo Herdarto (2012)
5.
Darma Rika Swaramari nda dan Susi Indriani (2011)
analisis pengaruh aglomerasi, tenaga kerja, jumlah penduduk dan modal terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten kendal
Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Dan Investasi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia tahun 1997 – 2007
konsumsi Pemerintah pengeluaran dan Biaya penelitian pemerintah memiliki positif berpengaruh pada tingkat pertumbuhan produk domestik bruto. penetian variabel Met Hasil menunjukan dependen adalah ode menunjukan pertumbuhan ordinary hubungan ekonomi dan least square signifikan dan variabel (OLS) berpengaruh independent ialah positif antara aglomerasi, variabel aglomerasi, tenaga tenaga kerja, kerja dan modal jumlah penduduk terhadap dan modal pertumbuhan ekonomi di kabupaten Kendal sedangkan variabel jumlah penduduk memilki hubungan signifikan dan berpengaruh negatif. Dependen: Metode hasil menunjukkan Pertumbuhan OLS bahwa variabel ekonomi pengeluaran Independen: konsumsi pengeluaran pemerintah dan pemerintah pengeluaran konsumsi dan investasi pembamgunan pembangunan memilki signifikan dan berdampak positif terhadaap pertumbuhan ekonomi
47
6.
Ibrahem Mohamed Al Bataineh (2012)
7.
Dwi Suryanto (2010)
8.
Adrian Sutawijaya Zulfahmi (2010)
Hasil penelitian menunjukan pengeluaran pemerintah pada tingkat aggregat memilki dampak positif terhadap pertumbuhan dan pembayaran transfer serta pembayarann bunga tidak memilki pengaruh terhadap pertumbuhan GDP Hasil penelitian analisis Dependen: Metode Pengaruh Pertumbuhan data panel menunjukan bahwa tenaga Tenaga ekonomi, Least kerja dan tingkat Kerja, Independen: Square pendidikan dan Tingkat tenaga kerja, Dummy pengeluraan Pendidikan, pengeluaran Variabel pemerintah dan pemerintah dan (LSDV) berpengaruh positif dan Pengeluaran dummy signifikan Pemerintah terhadap Terhadap pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi. Namun Ekonomi Di variabel dummy SUBOSUK bernilai negatif AWONOSR terhadap pertumbuhan ATEN ekonomi. Pengaruh variabel Metode Hasil pengujian Ekspor Dan dependen ialah Ordinari adalah : Investasi pertumbuhan least square Investasi swasta, Terhadap ekonmi (OLS) investasi Pertumbuhan sedangkan pemerintah, Ekonomi variabel investasi ekspor migas, Indonesia pemerintah, ekspor non migas Tahun investasi swasta, secara bersama – 1980–2006 ekspor MIGAS sama berpengaruh dan ekspor non secara signifikan MIGAS terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. The impact Dependen: of pertumbuhan goverment ekonomi (GDP). expenditures Independen: on economic Pengeluaran growth in rutin, belanja Jordan modal, pembayaran transfer, dan pembayaran bunga
Metode OLS
48
Dari semua jurnal penelitian terdahulu perbedaan terletak pada menunjuk sektor tertentu yakni sektor industri, tahun yang digunakan namun persamaan dari penelitian ini terletak pada pengaruh pertumbuhan ekonomi yang yang berproksi dengan PDRB atau jumlah barang dan
jasa yang
dihasilkan setiap daerah per tahunnya. Namun ada yang mendekati dengan penelitian ini yakni pada penelitian Dwi Suryanto (2010) yang berjudul “Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten)” baik dari segi variabel , dan ada beberapa daerah bagian dari Provinsi Jawa Tengah yang diteliti serta metode penelitian data panel menunjukan hasil tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. C. Kerangka Pemikiran Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2011:120). Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu
perekonomian. Kenaikan
kapasitas itu sendiri
ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaianpenyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologi terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (M.P. Todaro, 2000: 144). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja, menurut Michael P.Todaro yaitu ada tiga komponen utama dalam
49
pertumbuhan ekonomi adalah akumuasi modal, pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah tenaga kerja dan kemajuan teknologi. Jika dengan Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang benar – benar cepat akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya. Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi (Michael P.Todaro2008: 93) Dan juga faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu pengeluaran pemerintah. Menurut Wagner
dalam suatu perekonomian
apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah juga akan meningkat. Terutama
ada lima hal yang
menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyrakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi serta perkembangan demokrasi dan ketidak efisienan birokrasi yang mengiringi
pemerintah.
(Mangkoesoebroto,
2008:179).
Pengeluaran
50
pemerintah memilki dua macam yakni pengeluaran pemerintah konsumsi dan pengeluran pemerintah pembangunan. jika dalam pengeluaran sektor industri memiliki sasaran umum berupa investasi fisik dan sosial baik itu dari menciptakan tenaga kerja berkualitas sesuai perkembangan industri, meningkat edukasi industri kecil menegah dalam menrapkan tekonologi modern serta terciptanya sktruktur industri yang kuat antara industri hulu dan hilir dengan pendekatan kluster sehingga bersaing tinggi dan terberntuknya kertekaitan industri hulu dan industi hilir. Seperti halnya kemajuan ekonomi yang dramatis yang dicapai Jepang, Taiwan dan negara Asia lainnya dalam dekade terakhir menggambarkan pentingnya modal manusia dalam pertumbuhan. Walaupun miskin modal/sumberdaya alam dan mendapat diskriminasi dari negaranegara Barat, namun karena investasi di bidang modal manusia yang tinggi mereka berhasil mencapai pertumbuhan yang sangat cepat sehingga dijuluki Asian Tigers. Oleh karena itu berdasarkan pada hubungan keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi sektor industri, tenaga kerja sektor industri dan pengeluaran pemerintah sektor industri, maka persamaan yang dapat ditulis adalha sebagi berikut: Pertumbuhan ekonomi sektor Industri = F {tenaga kerja sektor industri, pengeluaran sektor industri} ..... ( 2 ) Berdasarkan pada persamaan dan hubungan keterkaitan antara tenaga kerja sektor industri dan pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri, maka kerangka berfikir dapat ditulis sebagi berikut:
51
Gambar 2.4
Kerangka Berfikir
Faktor pertumbuhan ekonomi sektor industri
Pengeluaran pemerintah Tenaga kerja sektor industri
sektor Industri
(X1)
(X2)
Pertumbuhan ekonomi sektor industri ( Y)
52
D. Hipotesis Penelitian Adapun penelitian yang mengkaitkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja pada teori neo klasik tradisional (Michael P.Todaro, 2008:128) “bahwa pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi) serta penyempurnaan teknologi”. Teori diperkuat oleh jurnal penelitian yang diteliti oleh Mehdi Safdari (2012) yang berjudul Importance of Quality of Labour Force on Economic Growth in Iran menyimpulkan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan namun pentingnya tenaga kerja berkualitas disertai pendidikan guna meningkatkan produktivitas dalam jangka panjang. Sedangkan pengeluaran pemerintah, peneliti mengutip Teori Keynes adalah bahwa pengeluran pemerintah merupakan bagian dari bentuk pendapatan nasional dimana formulasi pendapatan nasional yaitu Y = C + I + G + (X-M) . Adapun untuk menguatkan teori ini didalam jurnal penelitian yang diteliti oleh Andrian Sutawijaya Zulfahmi (2010) berjudul “pengaruh ekspor dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia tahun 1980 – 2006”. Menyimpulkan setiap peningkatan investasi pemerintah sebesar 1% akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,084% dengan asumsi faktor lainnya konstan. Hal ini sejalan dengan tujuan investasi yang dilakukan pemerintah, di mana investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat
53
lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum Berdasarkan teori keterkaitan yang telah dijelaskan pada bagian kerangka berfikir diatas dan dukungan dari penelitian terdahulu, maka penelitian mengambil hipotesis: 1) Diduga ada pengaruh signifikan secara parsial tenaga kerja sekrtor industri, pengeluaran sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri. 2) Diduga ada pengaruh signifikan secara simultan antara tenaga kerja sektor industri, pengeluaran sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri.
54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Variabel penelitian merupakan konsep yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang nyata mengenai fenomena yang diteliti. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. 1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian adalah pertumbuhan ekonomi sektor industri kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah dari tahun 2001–2011 . Penelitian mengenai analisis pengaruh tenaga kerja sektor industri dan pengeluaran pemerintah sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Provinsi Jawa Tengah. penelitian inin menggunakan data PDRB harga konstan 2000 sektor industri Kabupaten/kota sebagai variabel dependen (variabel tidak bebas) untuk mewakili pertumbuhan ekonomi sektor industri kabupaten/kota Propinsi Jawa Tengah . 2. Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah tenaga kerja sektor industri dan pengeluaran pemerintah sektor industri di kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah dari tahun 2001–2011. B. Metode Penentuan Sampel Di dalam penelitian ini menggunakan tidak diperlukan sampel. Karena keselurahan objek dapat dijangkau peneliti. Populasi yang diteliti adalah PDRB atas dasar harga konstan sektor industri, tenaga kerja sektor
55
industri, dan pengeluaran sektor industri di 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2001–2011. C. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder dari tahun dari tahun 2001–2011, yang terdiri dari satu variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam hal ini PDRB Harga Konstan 2000 sektor industri dan dua variabel independen yaitu tenaga kerja sektor industri, dan pengeluaran pemerintah sektor industri di Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan sumber data berasal dari: 1.
Penelitian Lapangan (Field Research) Metode pengumpulan data yang penulis gunakan untuk mendukung penelitian kepustakaan diatas adalah penelitian lapangan. Dari penelitian lapangan diperoleh data sekunder. Data sekunder diperoleh dengan mempelajari dokumen, laporan dan informasi lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
2.
Penelitian Kepustakaan (Library research) Penelitian kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui media perantara atau pihak lain. Penelitian kepustakaan meliputi kegiatan pencarian, pengumpulan dan pengkajian data dari sumber relevan dan dapat mendukung dalam penulisan skripsi ini. Seperti literature beberapa buku, artikel, jurnal ekonomi dan bahan lain seperti surat kabar, internet dan media massa lain yang
56
mempunyai relevansi dengan permasalahan yang dibahas khususnya berkaitan dengan penelitian skripsi ini. D. Metode Analisis Untuk menguji pengaruh dari tenaga kerja sektor industri tenaga kerja sektor industri, dan pengeluaran sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Provinsi Jawa Tengah, penulis menggunakan analisis panel data Analisis dengan menggunakan panel data adalah kombinasi antara derat waktu (time series) dan data cross section (Nachrowi, 2006:309).Sesuai dengan model data panel persamaan model dengan menggunakan data cross section dapat ditulis sebagai berikut: Yi = β0+β1Xi + εi; I = 1,2,…N Dimana N adalah banyaknya data cross-section, Sedangkan persamaan model dengan time-series adalah: Dimana T adalah banyaknya data time-series, Mengingat data panel merupakan gabungan dari time-series dan cross-section, maka model dapat ditulis dengan: Yit= β0+β1Xit+ εit I = 1,2,….N ; t = 1,2,….T N
=banyaknya observasi
T
= banyaknya waktu
NхT
= banyaknya data panel Penelitian ini mengenai pengaruh tenaga kerja sektor industri dan
pengeluaran pemerintah sektor industri
terhadap pertumbuhan ekonomi
sektor industri di Provinsi Jawa Tengah, menggunakan data time-series selama 11 tahun yang diwakili data tahunan dari 2001–2011 dan data cross-
57
section sebanyak 35 data kabupaten / kota di Provinsi Jawa tengah yang menghasilkan 385 observasi dengan fungsi persamaan data panelnya dapat ditulis sebagai berikut:
Yit =βo +β1 TK it + β2 PPI it + μit Dimana:
Y
= PDRB harga konstan 2000 sektor industri kab/Kota Jawa Tengah
TK
= Tenaga kerja sektor industri Kab/Kota Jawa Tengah
PPI
= Pengeluaran pemerintah sektor industri Kab/Kota Jawa Tengah
βo
= intersep
β1,β2,
= koefisien regresi variabel bebas
i
= unit cross section
t
= unit time
𝜇
= error t
Adanya perbedaan satuan dan besaran variabel bebas dalam persamaan menyebabkan persamaan regresi harus dibuat dengan model logaritma natural. Oleh karena itu fungsi logaritma digunakan didalam persamaan (3.4) untuk memecahkan persamaan yang pangkatnya tidak diketahui. Menurut Gujarati (2007:637) Keunggulan penggunaan data panel dibandingkan data time series dan data cross section adalah: 1. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap individu. 2. Dengan data panel, data lebih informasif, lebih bervariasi, mengurangi
58
kolinearitas antar variabel, meningkatkan derajat kebebasan (degree of freedom), dan lebih efisien. 3. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan dengan studi berulang dari cross-section. 4. Data panel lebih mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diukur oleh data time-series atau cross section. 5. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih kompleks. 6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak. 1. Model Regresi dengan Panel Data Model regresi dengan data panel secara umum mengakibatkan kesulitan dalam spesifikasi modelnya. Residualnya akan mempunyai tiga kemungkinan yaitu residual time series, cross section maupun gabungan keduanya. Dari tiga pendekatan metode data panel, dua pendekatan yang sering digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan data panel adalah pendekatan fixed effect model dan pendekatan random effect model. Untuk menentukan metode antara pooled least square dan fixed effect dengan menggunakan uji F sedangkan uji Hausmant digunakan untuk memilih antara random effect atau fixed effect. Selain itu, dalam teknik estimasi model regresi data panel, terdapat uji F, uji Chow Test dan uji Hausman. Dibawah ini akan dijelaskan tiga pendekatan yang digunakan dalam data panel :
59
a) Pooled Least Square (PLS) Metode ini juga dikenal sebagai Common Effect Model (CEM). Pada metode ini, model mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada menunjukkan kondisi sesungguhnya dimana nilai intercept dari masing – masing variabel adalah sama dan slope koefisien dari variabel – variabel yang digunakan adalah identik untuk semua unit cross section. Di dalam pendekatan ini, unit cross section maupun time series semua diperlakukan sama lalu diregresikan menggunakan metode ordinary least square yang akan menghasilkan persamaan dengan intercept dan koefisien-koefisien variabel independen yang konstan untuk setiap unit. Kelemahan dalam model common effect ini yaitu adanya ketidaksesuaian model dengan keadaan yang sebenarnya. Dimana kondisi tiap objek saling berbeda, bahkan satu waktu akan sangat berbeda dengan kondisi objek tersebut pada waktu yang lain (Wing Wahyu Winarno, 2007:14) b) Fixed Effect Model Kendala yang dimiliki oleh pooled least square adalah asumsi yang menganggap intercept dan koefisien slope yang sama untuk setiap unit cross section maupun time series. Mengatasi hal itu, pendekatan lainnya adalah dengan menggunakan variabel-variabel dummy untuk memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan dalam intercept dari setiap unit cross-section maupun time series. Pendekatan ini disebut dengan Fixed Effect Model atau Least Square Dummy
60
Variabel. Adapun kemungkinan asumsi intercept dan koefisien slope yang terjadi adalah sebagai berikut: a.
Intercept untuk setiap unit cross section berbeda-beda, koefisien slope konstan.
b.
Intercept untuk setiap unit cross section maupun time series berbeda-beda.
c.
Intercept dan koefisien slope untuk semua individu atau unit cross section berbeda-beda
Banyaknya
penggunaan
variabel
dummy
dapat
menjadi
kelemahan bagi model ini karena menyebabkan rendahnya degree of freedom, adanya variabel-variabel yang tidak berubah terhadap waktu, kemungkinan adanya multikolinearitas, serta asumsi error yang digunakan, yang pada akhirnya mempengaruhi koefisien dari parameter yang diestimasi. c) Random Effect Model Model ini dibentuk untuk mengatasi kelemahan pada fixed effect model dengan memasukkan parameter-parameter yang berbeda antar unit cross section maupun time series ke dalam error term. Pendekatan ini disebut Random Effect Model atau Error Component Model dan mengasumsikan bahwa komponen error antar unit cross section dan time series tidak berkorelasi satu sama lain. Asumsi utama dari random effect model ini adalah bahwa komponen error individu tidak berkorelasi satu dengan yang lainnya, tidak berautokerlasi antar unit cross section dan time series dan juga
61
mengasumsikan bahwa error secara individual tidak berkorelasi dengan
error
kombinasinya.
Pendekatan
ini
mencoba
untuk
meningkatkan efisiensi proses permodelan Ordinary Least Square, penganggu-penganggu antar unit cross section dan time series diperhitungkan sehingga metode yang digunakan adalah Generalized Least Square (GLS). 2. Pemilihan Metode Data Panel Dalam pengolahan data panel mekanisme uji menentukan metode pemilihan data panel yang tepat yaitu dengan cara membandingkan metode pendekatan PLS dengan metode pendekatan FEM terlebih dahulu. Jika hasil yang diperoleh menunjukkan model pendekatan PLS yang diterima, maka pendekatan PLS yang akan dianalisis. Jika model FEM yang diterima, maka dilakukan perbandingan lagi dengan model pendekatan REM. Untuk melakukan model mana yang akan diapakai, maka dilakukan pengujian diantaranya: a. Uji Chow Test yaitu uji yang akan digunakan untuk mengetahui apakah model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data. Uji ini dapat dilakukan dengan uji restriced F-Test atau uji Chow-Test. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut: 𝐻0 : Model PLS (Restriced) 𝐻1 : Model Fixed Effect (Unrestriced) Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F statistic seperti yang dirumuskan sebagai berikut:
62
𝑐ℎ𝑜𝑤 =
(RRSS − URSS)/(N − 1) URSS/(NT − N − K)
Dimana: RRSS = Restriced Residual Sum Square (merupakan Sum Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled least square/common intercept) URSS = Unrestriced Residual Sum Square (merupakan Sum Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode fixed effect) N = Jumlah data cross section T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel penjelas Pengujian ini mengikuti ditribusi Fstatistic yaitu FN-1, N-K jika nilai F-test atau Chow Statistik (F-statistik) hasil pengujian lebih besar dari F-Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang akan digunakan adalah model fixed effect. b. Uji Hausman Test Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah model fixed effect atau random effect yang akan dipilih. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut: 𝐻0 : Model mengikuti Random Effect 𝐻1 : Model mengikuti Fixed Effect Dasar penolakan Ho dengan menggunakan pertimbangan statistic Chi-Square. Jika Chi-Square statistic > Chi-Square tabel maka 𝐻0 ditolak (model yang digunakan adalah Fixed Effect).
63
3. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis data maka data diuji sesuai asumsi klasik, jika terjadi penyimpangan akan asumsi klasik digunakan pengujian statistik nonparametrik sebaliknya asumsi klasik terpenuhi apabila digunakan statistic parametrik untuk mendapatkan model regresi yang baik, model regresi tersebutharus terbebas dari multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas serta data yang dihasilkan harus berdistribusi normal. Maka
digunakan untuk menguji penyimpangan asumsi klasik adalah
sebagai berikut : 1) Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak berlaku (Suliyanto, 2005 : 63). Ada beberapa metode untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi residual antara lain Jarque-Bera (J-B) Test dan metode grafik. Dalam metode ini akan menggunakan J-B Test, apabila J-B hitung < nilai 𝑋 2 (Chi-Square) tabel, maka nilai residual terdistribusi normal. 2) Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen.
Multikolinearitas
artinya
terdapat
korelasi
yang
siginifikan diantara dua atau lebih variabel independen dalam model
64
regresi. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinearitas ini dilakukan dengan cara melihat koefisien korelasi antar variabel. Beberapa kaidah untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model empiris, yaitu sebagai berikut: a) Nilai 𝑅 2 yang dihasilkan dari hasil estimasi model empiris sangat
tinggi,
tetapi
tingkat
signifikan
variabel
bebas
berdasarkan t statistic sangat sedikit. b) Tolerance and variance inflation factor (VIF). VIF mencoba melihat bagaimana varian dari suatu penaksir meningkat seandainya ada multikolienaritas dalam suatu model empiris. Misalkan 𝑅 2 dari hasil estimasi regresi secara parsial mendekati satu, maka nilai VIF akan mempunyai nilai tak hingga. Dengan demikian nilai kolinearitas meningkat, maka varian dari penaksir akan meningkat dalam limit yang tak terhingga. 3) Uji Autokorelasi Menurut (Suliyanto, 2005:64) uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara serangkaian data observasi yang diuraikan menurut data time series atau data cross section”. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series. Cara mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi salah satunya adalah dengan uji Durbin – Watson. Keunggulan dari uji D-W dalam mendeteksi masalah autokorelasi adalah karena uji ini didasarkan pada residual yang ditaksir.
65
4) Uji Heteroskedastisitas Heterokedastisitas adalah variasi individual tidak sama untuk semua pengamatan. Salah satu uji penting dalam regresi linear klasik adalah bahwa gangguan yang muncul dalam regresi populasi adalah homokedastisitas yaitu semua gangguan memiliki varians yang sama atau varians setiap gangguan yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai pada variabel – variabel independen berbentuk konstan yang sama dengan 𝜎 2 . Dan jika suatu populasi yang dianalisis memiliki gangguan varians tidak sama maka mengindikasikan terjadinya gangguan heterokedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas dilihat dari nilai Sum Squared Resid Weighted statistic dan Sum Squared Resid Unweighted statistics. Apabila nilai Sum Squared Resid Weighted statistic > Sum Squared Resid Unweighted Statistics maka model teridentifikasi mengandung gejala heterokedastisitas. E. Pengujian Statistik 1. Uji Pengujian Signifikansi (Uji t) Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak terikat secara individual dan menganggap variabel lain konstan. Hipotesis yang digunakan: 1. H0 :
1 ≤ 0 tidak ada pengaruh antara variabel tenaga kerja
sektor industri dengan Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri . H1 :
1 > 0 ada pengaruh positif antara tenaga kerja sektor
industri dengan Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri.
66
2. H0 :
2 ≤ 0 tidak ada pengaruh antara variabel Pengeluaran
pemerintah sektor industri dengan pertumbuhan ekonomi sektor industri. H1 :
2 < 0 ada pengaruh positif antara variabel Pengeluaran
pemerintah sektor industri dengan Pertumbuhan ekonomi sektor industri. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus: 𝑡=
β1 – 𝛽𝑖 ∗
𝑆𝐸 ( 𝛽𝑖 )
Dimana: 1 i*
= parameter yang diestimasi = nilai i pada hipotesis
SE( i) = standar error
i
Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya salah satu variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 2. Jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima, artinya salah satu
variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 2. Pengujian Signifikansi (Uji F) Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara keseluruhan signifikan secara statistik dalam
67
mempengaruhi variabel dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai. F tabel maka variabel-variabel independen secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan :
H0 = β1 = β2 = 0 H1: minimal ada satu koefisien regresi tidak sama dengan nol Nilai F hitung dirumuskan sebagai berikut Dimana :
𝑥=
R2 /(K − 1) (1 − R2 )/(N − K)
K = jumlah parameter yang diestimasi termasuk konstanta N = jumlah observasi Pada tingkat signifikasi 5 persen dengan kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
1) H0 diterima dan H1 ditolak apabila F hitung < F tabel, yang artinya variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama tidak mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan. 2) H0 ditolak dan H1 diterima apabila F hitung > F tabel, yang artinya variabel penjelas secara serentak dan bersama-sama mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan. 3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted 𝑹𝟐 )
Suatu model mempunyai kebaikan dan kelemahan jika diterapkan dalam masalah yang berbeda. Untuk mengukur kebaikan suatu model (goodnes of fit) digunakan koefisien determinasi (𝑅 2 ). “Koefisien deteminasi (𝑅 2 ) intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
68
menerangkan variasi variabel terikat” (Mudrajad Kuncoro, P.hd, 2006: 220). Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut: R2 =
Σ(Y1 −Y )2 Σ(Y1 −Y)2
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai 𝑅 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Mudrajad,2006 : 220). F. Operasional Variabel Penelitian Dalam penelitian ini definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan Ekonomi sektor industri (PDRB) Pertumbuhan ekonomi sektor industri adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasabyang
diproduksi
dalam
masyarakat
bertambah
dan
kemakmuran masyarakat meningkat diKab/Kota Provinsi Jawa Tengah sektor industri tahun 2001-2011. Satuan Jutaan (Rupiah). 2. Tenaga Kerja sektor industri (L) Tenaga Kerja menurut BPS adalah kerja bila mereka melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja
69
paling sedikit 1 (satu) jam secara kontinu selama seminggu yang lalu di Kab/Kota Provinsi Jawa Tengah sektor industri tahun 20012011. Satuan Jiwa. 3. Pengeluaran pemerintah sektor industri (PPi) kebijakan
pemerintah.
Apabila
pemerintah
telah
menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan di sektor
industri
guna
menunjang
kegiatan
industri
serta
meningkatkan prasarana dan sarana industri demi kesejahteraan masyarakat dalam tahun 2001-2011. Satuan Jutaan (Rupiah).
70
TABEL Operasional Variabel No
variabel
Definisi
Tahun Data
Skala
Satuan
BPS Provinsi Jawa Tengah
20012011
Nominal
Jutaan Jutaan
TK
BPS Provinsi Jawa Tengah
20012011
Nominal
Jiwa
PPI
KEMENKE U
20012011
Nominal
Jutaan Rupiah
Simbol
Sumber Data
Jumlah barang dan
Pertumbuhan jasa yang 1 ekonomi sektor dihasilkan selama industri
2
Tenaga kerja industri
3
Pengeluaran Pemerintah Sektor industri
satu tahun Penduduk usia 15 – 16 yang meng hasilkan barang atau jasa Kebijakan fiskal yang digunakan untuk mendukung kegiatan hal – hal yang berkaitan industri
PDRB
71
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Kondisi Umum Daerah 1. Aspek Geografi Wilayah Provinsi Jawa Tengah berada pada 5040’ - 8030’ Lintang Selatan dan 108030’ - 111030’ Bujur Timur. Secara administratif wilayah Provinsi Jawa Tengah berbatasan langsung dengan : 1. Sebelah selatan
:Samudera Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Sebelah barat
: Provinsi Jawa Barat
3. Sebelah timur
: Provinsi Jawa Timur
4. Sebelah utara
: Laut Jawa
Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota, dan terdiri dari 573 Kecamatan yang meliputi 7.810 Desa dan 767 Kelurahan dengan luas wilayah sebesar 3.254.412 Ha atau 25,04% dari luas Pulau Jawa. Topografi wilayah Jawa Tengah memiliki relief yang beraneka ragam, meliputi daerah pegunungan dan dataran tinggi yang membujur sejajar dengan panjang pulau Jawa di bagian tengah; dataran rendah yang hampir tersebar di seluruh Jawa Tengah; dan pantai yaitu Pantai Utara dan Selatan. Kemiringan lahan di Jawa Tengah bervariasi, meliputi lahan dengan kemiringan 0-2% sebesar 38%; lahan dengan kemiringan 2-15% sebesar 31%; lahan dengan kemiringan 1540% sebesar 19%; dan lahan dengan kemiringan lebih dari 40% sebesar 12%.
72
Selain itu, keadaan iklim di Jawa Tengah termasuk dalam kategori iklim tropis basah. 2. Kondisi Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 6,0% (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2010, yaitu sebesar 5,8%. Meskipun pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah meningkat, tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,5%. PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah atau propinsi. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermiede cost). Komponen – komponen faktor pendapatan (upah, gaji, bunga, sewa tanah dan keutungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung niali tambah bruto dari masing – masing sektor dan kemudian menjumlahkan akan menghasilkan produk domestik regional bruto (PDRB).. Sektor dalam PDRB Jawa Tengah yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, serta perdagangan, hotel dan restoran, dengan kontribusi tertinggi pada sektor industri pengolahan. Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya se Pulau Jawa - Bali, angka pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2011 berada di peringkat keenam. Pada tabel dibawah ini bisa dilihat perkembangan PDRB atas harga konstan sektor industri kabupaten/kota di Provinsi Jawa tengah.
73
Tabel 4.1 Produk domestik Regional Bruto atas harga konstan sektor industri kab/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001 – 2011(Jutaan Rupiah) No
Kab/ Kota
PDRB sektor Industri Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (jutaan Rupiah) 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
2001
2002
7703346
8548864
9231399
9963465
10904122
11481971
11583445
12387609
2010
2011
12197894
12600215
13035198
1
Kab. Cilacap
2
Kab. Banyumas
538676
555090
578401
602635
617386
637418
659537
681529
702273
733231
781051
3
Kab.Purbalingga
160563
165705
171096
178341
187909
199967
213149
226128
241343
257831
277887
4
Kab.Banjarnegara
302810
312675
321321
325862
329889
338493
353362
366595
374322
379956
394672
5
Kab. kebumen
209561
216821
224579
224663
223916
233872
256538
267407
278186
293230
306216
6
Kab. Purworejo
172101
180179
192361
202877
220886
233649
263428
275014
286029
297732
314879
7
Kab. Wonosobo
162978
166267
169434
171598
174839
179686
184539
189240
193795
197825
205659
8
Kab. Magelang
527402
546283
573201
598422
624775
653952
685408
715344
738830
766616
794598
9
Kab. Boyolali
564490
567377
570773
561277
563954
582759
609253
638448
666424
691493
733294
753926
797268
821704
855226
896705
841653
869903
891042
920432
978880
1044666
11 Kab. Sukoharjo
1045253
1086068
1124808
1162044
1202242
1248116
1303211
1359291
1408382
1480403
1568341
12 Kab. Wonogiri
83185
87297
95116
103068
107776
117307
123304
129129
134461
144317
151990
1670038
1179899
1911514
2065453
2201053
2320190
2460945
2563118
2658292
2769047
2946327
409238
429441
449252
473230
500203
532376
568751
607878
638637
683322
738328
15 Kab. Grobogan
76877
79647
82577
85445
88705
91130
95161
99068
102486
108826
114916
16 Kab. Blora
89483
92114
95787
99929
106826
112851
119311
126589
131884
135952
137635
17 Kab. Rembang
63285
64711
66668
69647
73250
77118
81794
84635
86908
89830
95039
577889
614661
6470747
686367
722697
763160
806904
844437
870458
928761
979557
19 Kab. Kudus
5112626
5407457
5715468
6226357
6557621
6689910
6901300
7107442
7421852
7651696
7938351
20 Kab. Jepara
836712
859932
873110
901598
931381
977008
1033625
1083963
1130177
1203937
1257831
21 Kab. Demak
229611
241039
249598
260160
279777
283160
289798
295966
302523
315523
336270
1835889
1886452
1969962
2103627
2108699
2177770
2282474
2375117
2467389
2585787
2729084
335053
347638
365240
386711
400966
419532
433190
450026
459175
476539
506463
24 Kab. Kendal
1505890
1529126
1613583
1641119
1716524
1756426
1869692
1926518
1959314
2153337
2228766
25 Kab. Batang
523920
535594
548021
565348
580360
583043
593025
606302
619607
649547
686721
26 Kab. Pekalongan
647840
665271
680089
702043
716467
740214
769243
792495
803973
837955
89472
27 Kab. Pemalang
567067
590818
580891
607140
630560
657076
689361
722815
751959
788340
829796
28 Kab. Tegal
579214
619147
668408
729093
781586
841243
899472
954554
1019360
1075036
1130962
29 Kab. Brebes
347494
357120
377762
403146
440160
476796
525893
569684
633770
686356
752324
30 Kota Magelang
28804
29176
30051
28693
29588
30972
32233
35139
35628
37094
39623
31 Kota Surakarta
920386
962964
1027498
1089912
1105952
1134134
1173423
1200607
1235953
1277210
1312946
32 Kota Salatiga
132366
130308
137034
143573
150764
159333
168536
171322
175970
180163
190657
3958867
4116601
4257540
4385583
4508130
4724893
4998706
5236515
5465109
5732672
6047908
34 Kota Pekalongan
288082
306032
322248
330239
354605
366068
382475
394036
407309
425217
444914
35 Kota Tegal
175089
182624
197661
214440
226920
238177
248922
259875
268711
278467
289215
35057666
36941202
39150335
41269198
42903429
4328901
46636885
50870785
53158962
57444185
63390101
10 Kab. Klaten
13 Kab.Karanganyar 14 Kab. Sragen
18 Kab. Pati
22 Kab. Semarang 23 Kab.Temanggung
33 Kota Semarang
Jawa Tengah
74
Pada tabel 4.1 terlihat perkembangan PDRB sektor industri Provinsi Jawa tengah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yakni pada tahun 2001 sebesar Rp. 35.057.666 (Jutaan) terus meningkat pada tahun 2004 sebesar Rp. 41.269.198 (Jutaan) selanjut terus meningkat pada tahun 2011 mencapai sebesar Rp. 63.390.101 (Jutaan). Ini menunjukan perkembangan perekonomian Provinsi Jawa Tengah berjalan baik terlebih sektor industri memiliki kaitan kebelakang dan kaitan ke depan terhadap sektor lainnya. Jika dilihat kabupaten/ kota yang memiliki PDRB tertinggi tahun 2011 berada di kabupaten cilacap sebesar Rp. 13.035.198 (Jutaan) sedangkan PDRB terendah tahun 2011 ada di kota Magelang sebesar Rp. 39.623 (Jutaan). 3. Tenaga kerja sektor industri Tenaga Kerja Adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun atau lebih) yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja, diantaranya adalah mereka yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah (pelajar dan mahasiswa), mengurus rumah tangga, dan mereka yang tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai pekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan (Disnaker, 2006:54). Kondisi tenaga kerja sektor industri di Provinsi Jawa Tengah masih menempati di urutan kedua setelah sektor pertanian yang mendominasi namun sektor pertanian memiliki tren menurun dari tahun ke tahun hal ini berbeda dengan sektor industri yang cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.2 tenaga kerja sektor industri Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah dibawah ini.
75
Tabel 4.2 Data Tenaga kerja sektor industri menurut kab/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001 – 2011 (Jiwa)
Tenaga Kerja sektor Industri (Jiwa) No
Kab/ Kota 2001
2003
2005
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1
Kab. Cilacap
68370
103136
133388
118185
110124
107079
102759
108407
113855
92218
164730
2
Kab. Banyumas
97592
135304
141326
105465
123428
123815
136619
142410
132072
151234
177488
3
Kab.Purbalingga
71136
53127
85113
89134
84378
102815
87130
80759
86492
102565
136373
4
Kab.Banjarnegara
51724
55216
51150
54587
43348
38344
48069
59603
53268
71033
39965
Kab. kebumen
101751
116625
103889
95586
78723
116690
122600
113040
117505
118494
171125
Kab. Purworejo
17336
33428
41882
41406
44650
60120
46253
40982
48282
44718
31245
7
Kab. Wonosobo
19531
43225
31245
37826
28672
28602
37412
43919
47438
35955
23879
8
5 6
Kab. Magelang
63422
75439
84220
62936
63791
82762
80497
84716
87823
99502
94586
9
Kab. Boyolali
28578
63570
59065
56724
66442
82343
81753
75687
72494
78863
88100
10
Kab. Klaten
122514
142625
149196
133225
151001
157760
124663
115580
126081
127913
161421
11
Kab. Sukoharjo
81087
110721
92376
99559
116731
111696
103644
103946
93651
108310
121628
12
Kab. Wonogiri
50694
36132
22226
26249
29036
32902
25349
28139
27853
32913
48953
13
Kab.Karanganyar
84070
81049
89691
79848
87954
88849
81981
74036
64931
77896
88430
14
Kab. Sragen
50394
51765
57754
47718
40582
72066
53544
67998
61502
65804
57673
15
Kab. Grobogan
15650
25012
24188
23716
29630
33063
37774
41555
32221
35713
51152
16
Kab. Blora
11704
18195
10154
19972
19809
24046
12956
15899
14947
20240
16431
17
Kab. Rembang
18909
23031
18760
18041
20432
17790
21095
24846
27792
29639
28833
18
Kab. Pati
59424
64119
74396
75259
68228
67021
86000
90575
83466
93075
86044
19
Kab. Kudus
149821
139190
147030
145025
156517
168966
169619
164280
151515
156381
144368
20
Kab. Jepara
135306
224527
229228
231088
256280
239221
240485
223814
237572
251474
227589
21
Kab. Demak
45114
68770
73299
57399
64917
61156
74118
704411
65677
75821
52059
22
Kab. Semarang
68211
96327
102073
88506
113298
93567
102742
112496
102040
128091
98736
23
Kab.Temanggung
15912
18254
21758
20757
30417
74365
88393
62945
72244
61783
77862
24
Kab. Kendal
48954
44080
52496
48540
45160
62339
62891
61536
59645
53249
68091
25
Kab. Batang
41651
41946
54613
55968
51872
62088
72475
80152
73089
77261
95917
26
Kab. Pekalongan
107301
120442
117730
122722
143625
142554
141232
140900
150417
142369
146094
27
Kab. Pemalang
38346
73561
58905
57417
51878
63417
75317
76151
66225
66922
92969
28
Kab. Tegal
81186
102666
107120
83032
120853
107117
132511
111789
102188
97409
123313
29
Kab. Brebes
27552
43452
33709
26260
64997
37785
44204
32744
34049
25851
41406
30
Kota Magelang
7367
7100
6705
7638
8352
8928
7095
6778
6033
8050
7098
31
Kota Surakarta
41410
51759
63240
48279
59472
46647
58236
44222
42065
46189
49748
32
Kota Salatiga
6670
15572
12274
15768
14428
15470
15715
14161
12365
12388
20572
105804
111942
157231
148169
144312
138101
130695
122577
127304
156423
151878
Kota Pekalongan
41404
40438
39071
35106
45210
39269
44034
47479
49221
53099
43830
Kota Tegal
18835
15450
14262
15958
17568
17441
15784
14683
13350
16447
17138
1994730
2447195
2560763
2395072
2598120
2728200
2767651
3335223
2658681
2817302
3048735
33
Kota Semarang
34 35
Jawa Tengah
76
Pada tabel 4.2 menerangkan jumlah tenaga kerja sektor industri di provinsi Jawa tengah tahun 2001 – 2011 perkembangan tenaga kerja mengalami turun naik terutama pada tahun 2008 ke 2009 mengalami penurunan dari 3.335.223 (Jiwa) ke 2.658.681 (Jiwa) namun ke tahun berikutnya mengalami kenaikan pada tahun 2011 mencapai 3.048.735 (Jiwa). Yakni jumlah tenaga kerja sektor industri kabupaten/ kota yang tertinggi tahun 2011 berada di kota jepara sebesar 227.589 (Jiwa) dan tenaga kerja sektor industri yang terendah berada di kota magelang tahun 2011 sebesar 7.098 (Jiwa). 4. Pengeluaran pemerintah sektor industri Menurut
(Mangkoesubroto,
2008:169)
pengeluaran
pemerintah
mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Tabel 4.3 Pengeluaran pemerintah sektor industri menurut Kab/kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2001 – 2011 (Jutaan Rupiah) Pengeluaran Pemerintah Sektor Industri (Jutaan Rupiah) No
kab/ kota 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1
Kab. Cilacap
1227
1289
1345
1392
1466
1838
2772
3518
4075
4211
7763
2
Kab. Banyumas
3920
2664
4651
4958
5694
4763
7091
9504
10685
11062
10703
3
Kab.Purbalingga
1784
1840
1920
1879
2080
1853
2468
595
1009
2475
3480
4
Kab.Banjarnegara
1520
1535
1621
1812
2207
2385
2704
2805
2040
1950
3000
5
Kab. kebumen
1870
1672
1715
2071
1963
2388
1121
1335
1378
1571
1461
6
Kab. Purworejo
2116
3928
4229
3762
4170
5938
6483
6890
5439
5441
6370
7
Kab. Wonosobo
2080
2344
2740
2884
2136
2045
2030
2757
4380
4899
5241
8
Kab. Magelang
2112
2070
1267
1290
1321
1457
1761
2469
2245
1143
1169
9
Kab. Boyolali
6927
7980
8438
5779
9201
8888
1132
5915
6274
7537
4450
10
Kab. Klaten
4450
3400
3658
4591
4695
5441
6561
6549
7689
8070
8670
11
Kab. Sukoharjo
6195
6780
6961
6440
5080
5426
6540
6790
6837
7501
8592
12
Kab. Wonogiri
4366
4501
4846
6130
6501
3430
4519
5669
5736
6175
7398
13
Kab.Karanganyar
5120
5280
5377
6128
5357
5741
6390
6880
7650
8493
9230
77
Pengeluaran pemerintah sektor Industri (Jutaan Rupiah) No
Kab/Kota 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
14
Kab. Sragen
2359
2535
2634
3237
4951
5250
6754
7816
5610
6083
7358
15
Kab. Grobogan
2668
2883
3190
3430
6110
2245
4813
3117
8646
5410
6083
16
Kab. Blora
1608
2950
3070
5013
5109
4074
4286
4890
5200
5308
4906
17
Kab. Rembang
3361
3509
4065
4441
5625
5210
5630
4690
4350
4557
4920
18
Kab. Pati
4701
4900
7828
7142
8261
9289
4210
3884
7390
8455
7318
19
Kab. Kudus
2395
2560
1923
2372
2040
2724
2980
2551
3961
2870
4197
20
Kab. Jepara
2229
2385
2566
3076
3785
4303
4460
4458
4201
4752
3450
21
Kab. Demak
1506
1252
1615
2223
2802
5743
2943
2876
7607
7820
6594
22
Kab. Semarang
6418
4050
4591
2562
2666
2894
3388
3867
6692
5767
5643
23
Kab.Temanggung
4473
5635
3392
3446
4631
5367
3094
2525
6175
5716
6329
24
Kab. Kendal
4247
3486
6154
8980
4980
2254
6374
4576
3250
6890
5430
25
Kab. Batang
5250
4940
1135
1008
1005
803
1483
1333
3354
3889
5816
26
Kab. Pekalongan
1154
1287
1926
1914
1121
1826
2469
4163
3209
4890
2980
27
Kab. Pemalang
3486
3243
1056
3426
1879
3355
1795
2926
1680
2650
2795
28
Kab. Tegal
4125
1735
10677
9211
5750
10795
8600
8670
6718
4048
4525
29
Kab. Brebes
1371
1260
1290
1649
1120
1548
1399
1155
2310
4035
4927
30
Kota Magelang
1604
1109
1260
980
1322
1457
1761
2469
2245
2732
2169
31
Kota Surakarta
8470
8550
10988
11508
14392
17656
6380
5326
5918
6500
6225
32
Kota Salatiga
3589
4287
3451
3627
3683
5642
5760
3509
3609
3209
3870
33
Kota Semarang
1190
2904
3212
12632
13436
17203
4968
6303
7405
6031
6016
34
Kota Pekalongan
3490
4739
3054
4720
5599
6926
5817
5473
5507
5745
4130
35
Kota Tegal
3740
3153
4267
2847
1319
2294
1143
7468
1839
1128
1620
113381
118635
132112
150565
155463
162458
144086
153268
174322
181022
186839
Jawa Tengah
Bila dilihat dari tabel 4.3 pengeluaran pemerintah sektor industri Provinsi Jawa Tengah mengalami fluktuatif dari tahun 2006 sebesar Rp. 162.458 (Jutaan) ke tahun 2006 dengan sebesar Rp. 172.458 (Jutaan) namun mengalami penurunan tahun 2007 menjadi Rp. 144.086 (Jutaan) dan sempat mengalami kenaikan tahun 2008 namun kembali turun pada tahun 2009 selanjutnya adanya peningkatan sampai pada tahun 2011 sebesar 186.839 (Jutaan). Adapun Kab/Kota yang memiliki pengeluaran industri pada tahun 2011 berada di Kabupaten banyumas sebesar Rp. 10.703 (Jutaan) dan yang terendah pada Kabupaten Magelang sebesar Rp. 1.169 (Jutaan).
78
Adapun Sasaran umum urusan industri di provinsi Jawa Tengah yakni: Sasaran umum yang hendak dicapai dalam pembangunan di urusan perindustrian adalah menciptakan industri yang tangguh dan berdaya saing tinggi (dikutip dalam RKPD, 2012:173) yaitu : a) Berkembangnya IKM serta industri besar dan sedang dengan kinerja yang efisien dan kompetitif serta memiliki ketergantungan rendah pada bahan baku impor b) Terwujudnya efisiensi industri-industri unggulan melalui klaster c) Terciptanya struktur industri yang kuat antara industri hulu dan hilir dengan berbasis pada pendekatan klaster sehingga berdaya saing tinggi dan terbentuknya keterkaitan antara industri hulu dan hilir d) Meningkatnya jumlah IKM yang menerapkan teknologi modern dan terlindungi dari kemungkinan pembajakan HaKI e) Tersedianya tenaga kerja berkualitas antara mendukung perkembangan industri ikm serta industri besar dan sedang. 1. Memilih Metode Data Panel a. Uji Chow Untuk mengetahui model data panel yang akan digunakan, maka digunakan uji F-restriced atau uji Chow dengan membandingkan F statistic dan F tabel. Dengan pengujian hipotesa sebagai berikut: 𝐻0 : Model PLS (Restriced) 𝐻1 : Model Fixed Effect (Unrestriced) Dari hasil regresi berdasarkan metode FEM dan PLS diperoleh Fstatistik di bawah ini:
79
Tabel 4.4 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square
Statistic 319.223532 1336.569632
d.f.
Prob.
(34,348) 34
0.0000 0.0000
Sumber : Lampiran 3 hal 124 Berdasarkan hasil dari uji Chow diperoleh nilai statistic sebesar 319.223532 dengan df (34,348), dengan menggunakan F tabel 𝜶 = 5%, diperoleh nilai sebesar (1.87) yang berarti menolak pooled least squared (PLS) dan menerima fixed effect model (FEM). b. Uji Hausman Untuk mengetahui apakah model fixed effect atau random effect yang dipilih, maka digunakan uji Hausman Test dengan cara membandingkan Chi-Square statistic dan Chi-Square tabel. Dengan pengujian hipotesis sebagai berikut: 𝐻0 : Model mengikuti Random Effect Model 𝐻1 : Model mengikuti Fixed Effect Model Dari hasil regresi berdasarkan metode Random Effect Model diperoleh nilai Chi-Square statistic sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: Untitled Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. 5.578124
2
Prob. 0.0615
Sumber : Lampiran 4 hal 125
80
Berdasarkan pada hasil uji hausman yang telah dilakukan, didapatkan Chi-Square statistik sebesar 5.578124 dengan probabilitas 0.0615 pada d.f 2, dengan menggunakan Chi-Square tabel diperoleh nilai sebesar 5.99146. Hasil tes menyatakan bahwa Chi-Square statistik lebih kecil dari pada Chi-Square tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak dan model terbaik yang dapat digunakan untuk model penelitian adalah Random Effect Model. 2. Hasil Estimasi Model Data Panel a. Pendekatan Random Effect Model (REM) Setelah
dilakukan
pengolahan
data
dengan
menggunakan
pendekatan Random Effect Model dengan metode pendekatan panel least square pada uji F-Resticed. Dari hasil pengolahan E-views 7.0 mendapatkan hasil seperti tampilan berikut: Tabel 4.6 Regresi Data Panel Random Effect Model R-squared
0.615950
Adjusted R-squared
0.610798
Sumber : Lampiran 7 hal 129 3. Uji asumsi klasik a. Uji normalitas Salah satu asumsi dalam model regresi linear adalah distribusi probabiliotas gangguan μi memilki rata-rata yang diharapkan samadengan nol, tidak berkorelasi dan mempunyai varian konstan. Uji normalitas bertujuan untuk melihat bahwa suatu data berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak, dilakukan uji jarque-bera. Hasil uji jarque-bera dapat dilihat gambar berikut ini.
81
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas 50
Series: Standardized Residuals Sample 2001 2011 Observations 385
40
30
20
10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-7.11e-10 8214.553 929988.7 -1193559. 356508.8 0.072084 2.430461
Jarque-Bera Probability
5.536930 0.062758
0 -1000000
-500000
0
500000
1000000
Sumber : Lampiran 8 hal 131 Untuk melihat nilai residual berdistribusi normal atau tidak diliohat dari nilai jarque-bera (JB Test) < nilai χ2 (Chi Square) tabel. Dengan df = (n-k) = 385 – 3 = 382, maka diperoleh nilai χ2 (Chi Square) tabel 124,34211. Dibandingkan dengan nilai jarque-Bera pada gambar sebesar 5.536930, dapat disimpulakn bahwa probalitas gangguan μi regresi tersebut berdistribusi normal karena nilai Jarque-Beralebih kecil dibandingkan nilai χ2 (Chi Square) tabel. b.
Uji Multikolinearitas Pengujian ini untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan korelasi antar variabel independen. Untuk melihat adanya keberadaan multikolinieritas, salah satunya dengan cara melihat R-Square nya, apabila nilai R-Square nya tinggi tapi sedikit rasio t yang signifikan maka diduga terdapat gejala multikolinieritas (Gujarati.2007: 68). Asumsi keberadaan multikolinieritas boleh diabaikan apabila pada hasil regresi
82
awal, paling sedikit ada satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tabel 4.8 Tabel Hasil Uji Multikolinieritas Variabel
t-Statistik
Prob
Tenaga kerja industri
2.550947
0.0111
Signifikan
2.485158
0.0134
Signifikan
Pengeluaran Pemerintah industri
Signifikansi
Sumber : Lampiran 11 hal 133 Dalam model yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat multikolinieritas karena semua variabel independen berpengaruh secara signifikan. c.
Uji Autokorelasi Uji yang dikenal untuk mendeteksi autokolerasi adalah uji durbinwatson (Gujarati.2007:121). Adapun untuk melihat ada tidaknya autokolerasi dalam hasil regresi dapat melihat nilai durbin-watson statistiknya. Apabila nilai DW lebih kecil dari nilai dL, berarti memiliki autokolerasi. Dari hasil pengolahan di dapat nilai Durbin Watson yaitu 0.147109 Sedangkan dengan n = 385 dan k = 2 diperoleh dari tabel DW, dL = 1.7483 dan dU = 1.7887. Nilai DW statistik (0.147109) lebih kecil dari nilai dL (1.7483) , maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini terdapat autokolerasi. Akan tetapi Menurut Shochrul R. Ajija, Dyah W. Sari, Rahmat H. Setianto dan Martha R. Primanti dalam bukunya yang berjudul “Cara Cerdas Menguasai Eviews” , apabila mengunakan regresi panel data maka tidak harus dilakukan pengujian asumsi klasik (2011: 52).
83
d. Uji Heterokedastisitas Untuk melihat gejala Heterokedastisitas dalam penelitian ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengestimasi model ke cross
section
weight
(GLS),
kemudian
langkah
selanjutnya
membandingkan nilai sum squared di weight statistics dengan nilai sum squared di unweight statistics. Apabila nilai sum squared di weight statistics lebih kecil dari pada nilai sum squared di unweight statistics, maka terdeteksi Heterokedastisitas. Tabel 4.9 Hasil Uji Heterokedastisitas Weight Statistics Sum squared resid
5.46E+13
Unweight Statistics Sum squared resid
1.74E+13
Sumber : Lampiran 10 hal 133 Dapat dilihat pada tabel diperoleh hasil regresi sum squared statistics lebih besar dari pada sum squared unweigh statistics. Dapat diartikan bahwa hasil regresi tidak terdapat gejala Heterokedastisitas. 4. Pengujian statistik a. Uji Signifikansi Parsial (Uji T) Tabel 4.10 Tabel nilai t-statistik Variabel C
P Signifikansi
Coefficient
t-Statistic
1108161.
3.227847
0.0014
2.550947
0.0111
Signifikan
2.485158
0.0134
Signifikan
Tenaga Kerja 1.084649 industri Pengeluraan pemerintah 6.293698 industri Sumber : Lampiran 7 hal 129
prob
84
Jika ditulis dalam persamaan maka hasilnya adalah : Estimation Equation: Pertumbuhan ekonomi industri = βo +β1 TK it + β2 PPi it + μit Substituted Coefficients: Pertumbuhan ekonomi industri = 1108161. + 1.084649*TK + 6.293698*PPi Pada variabel Tenaga Kerja industri diperoleh nilai t-statistik (2.55) > t.tabel (1.65) dan nilai probabilitas (0.0111) dengan tingkat keyakinan sebesar
95%. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa variabel
tenaga kerja industri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi industri karena nilai t-statistik lebih besar daripada nilai t tabel. Pada variabel Pengeluaran pemerintah industri diperoleh nilai tstatistik (2.48) > t.tabel (1.65) dan nilai probabilitas (0.0134) dengan tingkat keyakinan sebesar 95%. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa variabel pengeluaran pemerintah industri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi industri karena nilai t-statistik lebih besar daripada nilai t tabel. b. Uji simultan (Uji F) Hasil regresi pengaruh tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah tahun 2001-2011 dengan menggunakan taraf keyakinan 95 persen (𝜶 = 5 persen), dengan degree of freedom for numerator (dfn) = 2 ( k-1=3-1 ) dan degree of freedom for dominator (dfd) = 382 ( n-k = 385–3 ), maka diperoleh F tabel sebesar 3,04. Dari hasil regresi diperoleh F statistic sebesar 3.095801 dan nilai probabilitas statistiknya 0.046376 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen (Tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri berpengaruh
85
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Pertumbuhan ekonomi sektor industri ). c. Uji koefisien determinan (Adjusted R2) Hasil koefisien determinan pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen secara statistic. Dari hasil regresi pengaruh tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Jawa Tengah tahun 20012011 adalah 0.610798. hal ini berarti bahwa 61 persen pertumbuhan ekonomi sektor industri di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variabel tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah. Sedangkan 39 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model atau faktor – faktor lain diluar penelitian ini. C. Interprestasi data Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Data Panel Variabel C TK PPi
_CILA-C _BANY-C _PURB-C _BANJ-C _KEBU-C _PURW-C _WONO-C _MAGE-C _BOYO-C _KLAT-C
Pertumbuhan ekonomi sektor industri Coeficient t-Statistik Prob 1108161. 3.227847 0.0014 1.084649 2.550947 0.0111 6.293698 2.485158 0.0134 Random Effects Individual (Cross section) Effect 10707759 9599598. 409610.2 -698550.8 101659 -1006502. 278726.9 -829434.1 117289.3 -990871.7 167143.3 -941017.7 128102 -980059.0 561307.3 -546853.7 499704 -608457.0 695401.3 -412759.7
86
_SUKO-C _WONGC _KARA-C _SRAG-C _GROB-C _BLOR-C _REMB-C _PATI-C _KUDU-C _JEPA-C _DEMA-C _SEMA-C _TEMA-C _KEND-C _BATA-C _PEKA-C _PEMA-C _TEGA-C _BREB-C _KOMA-C _KOSU-C _KOSA-C _KOSE-C _KOPE-C
8873.6 -1058202. 1063055. -650910.8 -1073901. -1036150. -1080610. -464812.2 5302590. -367758.7 -981755.3 981041.5 -772086.3 606801.5 -603020.4 -517440.0 -519653.1 -419677.2 -652948.9 -1091210. -89548.71 -987503.6 3544323.
1117034.7 49959 2171216 457250.2 34260 72011 27550 643348.8 6410751 1475919.7 126405.7 2089202.5 336074.7 1714962.5 505140.6 590721 588507.9 688483.8 455212.1 16951 1018612.2 120657.4 4652484
-818752.9
289408.1
_KOTG-C
-905836.0
202325
R-squered Adjusted R-squered F-statistic Prob (F-statistic)
0.615950 0.610798 3.095801 0.046376
1. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Cilacap akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri
meningkat sebesar Rp. 10.707.759
(Jutaan). 2. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
87
maka Kabupaten Banyumas akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 409.610,2 (Jutaan). 3. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Purbalingga akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 101.659 (Jutaan). 4. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka kabupaten Banjarnegara akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 278.726,9 (Jutaan). 5. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Kebumen akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri
menurun sebesar Rp. 117.289,3
(Jutaan). 6. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Purworejo akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri
menurun sebesar Rp. 167.143,3
(Jutaan).
88
7. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Wonogiri akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 128.102 (Jutaan). 8. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Magelang akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 561.307,3 (Jutaan). 9. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Boyolali akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 499.704 (Jutaan). 10. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar
waktu,
maka Kabupaten Klaten akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi menurun sebesar Rp. 695.401,3 (Jutaan). 11. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kab/kota maupun antar waktu, maka kabupaten Sukoharjo akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 1.117.034,69 (Jutaan). 12. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu,
89
maka Kabupaten Wonogiri akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 49.959 (Jutaan). 13. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kab/kota maupun antar waktu, maka kabupaten Karanganyar akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan industri meningkat sebesar Rp. 2.171.216 (Jutaan) . 14. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kota Sragen akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 457.250,2 (Jutaan). 15. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka kabupaten Grobogan akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 34.260 (Jutaan). 16. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Blora akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 72.011 (Jutaan). 17. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Rembang akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri sebesar menurun Rp. 27.550 (Jutaan).
90
18. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka kabupaten Pati akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 643.348,8 (Jutaan). 19. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka kabupaten Kudus akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 6.410.751 (Jutaan). 20. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Jepara akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri sebesar menurun Rp. 1.475.919,7 (Jutaan). 21. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka
kabupaten
demak
akan
mendapat
pengaruh
individu
terhadap pertumbuhan ekonomi indsutri menurun sebesar Rp. 126.405,7 (Jutaan). 22. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Semarang akan mendapat pengaruh individu terhadap
91
pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 2.089.202,5 (Jutaan). 23. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Temanggung akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 336.074,7 (Jutaan). 24. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka
kabupaten
Kendal
akan
mendapat
pengaruh
individu
terhadap pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 1.714.962,5 (Jutaan). 25. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka
Kabupaten
Batang
akan
mendapat
pengaruh
individu
terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 505.140,6 (Jutaan). 26. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Pekalongan akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 590.721 (Jutaan) 27. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Pemalang akan mendapat pengaruh individu terhadap
92
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 588.507,9 (Jutaan). 28. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Tegal akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 688.483,8 (Jutaan). 29. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kabupaten Brebes akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 455.212,1 (Jutaan). 30. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kota Magelang akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 14.201 (Jutaan). 31. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kota Surakarta akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 1.018.612,29 (Jutaan). 32. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kota Salatiga akan mendapat pengaruh individu terhadap
93
pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 120.657,4 (Jutaan). 33. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kota Semarang akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 4.652.484 (Jutaan). 34. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kota Pekalongan akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 289.408,1 (Jutaan). 35. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupaten/kota maupun antar waktu, maka Kota Tegal akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 202.325 (Jutaan). D. Analisis ekonomi Pada analisis regresi data panel pengaruh tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Jawa Tengah tahun 2002 – 2011, dengan model yang digunakan Random Effect Model (REM). Interpretasi dari hasil regresi data panel analisis pengaruh tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Jawa Tengah tahun 2001 – 2011 adalah :
94
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat nilai Adjusted R2 sebesar 0.610798. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel bebas dalam model mampu menjelaskan variasi pengaruh dari variabel terikat sebesar 61 persen, sedangkan sisanya sebesar 39 persen dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model tersebut. Dengan nilai konstanta sebesar 1108161, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila variabel bebas (tenaga kerja sektor industri, pengeluaran pemerintah sektor industri) dianggap konstan maka nilai pertumbuhan sektor industri Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan sebesar Rp. 1.108.161 (Jutaan). Dari hasil pengujiam regresi tenaga kerja diketahui bahwa berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri. Dengan nilai koefisien 1.084649. Hal ini berarti Peningkatan tenaga kerja industri sebesar 1 jiwa maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi industri mengalami penigkatan sebesar Rp. 1.084.649. Sedangkan hasil pengujiam regresi pengeluaran pemerintah diketahui bahwa berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri. Dengan nilai koefisien 6.293698. Peningkatan pengeluaran pemerintah industri sebesar 1 Juta maka akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi industri sebesar Rp. 6.293.698.
1. Tenaga kerja terhadap pertumbuhan sektor industri Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
95
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan penduduk usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Hasil regres ditemukan bahwa tenaga kerja memberikan pengaruh yang positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri dilihat dari probabilitas sebesar 0.0111 dan nilai koefisien sebesar 1.084649. Hal ini berarti Peningkatan tenaga kerja industri sebesar 1 jiwa maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi industri mengalami penigkatan sebesar Rp. 1.084.649, Dengan menganggap variabel yang lain konstan. Semakin bertambah tenaga kerja industri maka akan semakin bertambah pertumbuhan ekonomi industri. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Ramesh Chandra Paudel di negara Srilanka (2009),”. Ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Ardyan Wahyu Sandhika dan Mulyo Herdanto di Kabupaten Kendal (2012). Hasil penelitian menunjukan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri sesuai dengan teori penelitian ini adalah teori artur okun, yang lebih dikenal dengan hukum Okun
96
yang menyatakan tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan dengan pertumbuhan output (GNP), artinya bila laju pertumbuhan ekonomi yang naik maka meningkatkan pertumbuhan tenaga kerja atau mengurangi pengangguran sebaliknya jika laju pertumbuhan ekonomi yang rendah atau negatif akan diikuti tingkat pengangguran yang meningkat. Dan diperkuat oleh Rindang Bangun Prasetyo dan Muhamad Firdaus (2009) dalam penelitian yang berjudul “pengaruh infrastruktur pada pertumbuhan
ekonomi
wilayah
di
Indonesia”
menyimpulkan
bahwa
perekonomian di indonesia lebih banyak bersifat padat karya daripada padat modal sehingga perlunya investasi dalam pembinanaan sumber daya manusia (pendidikan) akan
membawa dampak positif yang sama terhadap angka
produksi, bahkan akan lebih besar jika terus bertambahnya manusia demi menunjang perkembangan berkelanjutan dalam pembangunan dari segi ketrampilan dan pengetahuan sehingga terciptanya kualitas modal manusia baik tenaga kerja terampil dan terlatih yang bisa memanfaatkan barang-barang modal secara efektif yang bisa meningkat produktivitas. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan laju pertumbuhan tenaga kerja. Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 mengalami penurunan terutama di Sektor Pertanian sebesar 7,56 persen dan Sektor Jasa Kemasyarakatan sebesar
97
3,29 persen. Sedangkan sektor-sektor yang mengalami kenaikan adalah Sektor Lainnya (Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Konstruksi, Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, Keuangan dan Lainnya) sebesar 7,98 persen, Sektor Industri sebesar 3,74 persen dan Sektor perdagangan sekitar 0,89 persen). Jika dibandingkan dengan Agustus 2010
hampir semua sektor
mengalami kenaikan jumlah pekerja, kecuali Sektor Pertanian mengalami penurunan jumlah pekerja sebesar 4,27 persen. Sektor Pertanian, Perdagangan, Industri dan Sektor Jasa Kemasyarakatan secara berurutan menjadi penampung terbesar tenaga kerja pada bulan Agustus 2010. Perubahan struktur ekonomi yang di Provinsi Jawa Tengah 2001-2011 sesuai model perubahan struktural yang memusatkan perhatiannya pada mekanisme
yang
memungkinkan
negara-negara
terbelakang
untuk
mentransformasikan struktur ekonomi mereka dari pola perekonomian pertanian ke perekonomian modern lebih berorientasi ke industri manufaktur. Hasil penelitian ini sesuai dengan perkembangan data yang didapat oleh penulis, ini membuktikan dari data tenaga kerja dibeberapa kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi sektor industri. Bila dalam masa yang akan datang pertumbuhan industri bisa bertambah besar terlebih sektor industri sebagai sektor pemimpin yang memilki saling kait mengkaitan dengan sektor lain baik itu sektor pertanian sebagai bahan baku, sektor transportasi sebagai pengangkutan, sektor prasarana: listrik, gas, air minum dan jalan raya maupun sektor keuangan dan jasa yang semua saling mendukung satu sama lain.
98
2. Pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan sektor industri Pengeluaran
pemerintah
mencerminkan
kebijakan
pemerintah.
Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut (Mangkoesubroto, 2008:169). Hasil regres ditemukan bahwa Pengeluaran pemerintah industri memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi industri dengan nilai probabilitas sebesar 0.0134 dan koefisien sebesar 6.293.698. Peningkatan pengeluaran pemerintah industri sebesar 1 Juta maka akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi industri
sebesar Rp.
6.293.698. Dengan menganggap variabel yang lain konstan. Semakin bertambah pengeluaran pemerintah yang efektif maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor industri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Ibrahem Mohamed Al Bataineh in Jordan (2012). Dan diperkuat juga oleh Adrian Sutawijaya (2010) dan Dwi Suryanto meneliti pertumbuhan ekonomi di SUBOSUKAWONOSRATEN tahun 2004-2008 menyimpulkan pengeluran pemerintah merupakan investasi yang dihasilkan berupa sarana dan prasarana publik yang tidak disediakan swasta namun diharapkan mengalokasikan belanja aparatur daerah (yang memberi dampak secara tidak langsung terhadap pembangunan) dengan belanja modal (yang memberi dampak langsung terhadap pembangunan). Dari kesimpulan semuanya jurnal menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah secara signifikan berpengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
99
Dalam penelitian ini sesuai dengan Teori Wagner. Teori Wagner menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat. Menurut Wagner mengapa peranan pemerintah semakin besar, disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi kebudayaan dan sebagainya (Mangkoesubroto, 2008: 179). Menurut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2012 dalam program kebijakan pengeluaran pemeritah sektor industri
berdasarkan
kondisi capaian terdapat 4 capaian target kinerja urusan perindustrian telah tercapai sesuai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang telah direncanakan, yaitu pengembangan produk unggulan daerah dengan penurunan kandungan bahan baku impor pada IKM, pengembangan klaster industri; pembinaan terhadap IKM serta pendidikan dan latihan penyaluran tenaga terampil bidang industri. Sedangkan capaian 2 target kinerja diperhitungkan akan tercapai yaitu untuk pembinaan dan bimbingan teknis terhadap 1.000 unit usaha IKM serta pengembangan produk unggulan daerah 35 jenis produk. Walaupun sebagian besar capaian kinerja yang telah ditetapkan sebagaimana indikator tersebut diatas telah tercapai, namun tetap harus memperhatikan kondisi realitas dan dinamika kebutuhan masyarakat, wilayah, pembangunan serta dampak pemberlakuan ACFTA. Sementara jika dilihat dalam masa yang akan datang. Dengan jumlah penduduk yang relatif besar, akses sumber daya alam yang relatif mudah menyebabkan sektor sekunder (industri, listrik dan air bersih dan gas dan
100
konstruksi) dan
tersier (Jasa, pedagangan, dan pengangkutan dan
komunikasi) berkembang cukup pesat. Ditambah Sektor primer terutama ditopang oleh sub sektor pertanian tanaman pangan sehingga Jawa Tengah menjadi salah satu lumbung pangan nasional sehingga pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif. Diprediksikan pertumbuhan ke arah positif antara lain karena meningkatnya pergerakan sektor riil yang secara langsung bermanfaat bagi pelaku usaha dan masyarakat. Dukungan infrastruktur dan investasi yang mulai beroperasi di tahun mendatang antara lain mulai beroperasinya proyekproyek investasi besar Jawa Tengah seperti Pabrik Semen di Rembang, Pabrik Gula di Blora, Jalan Tol Semarang – Bawen, Peningkatan layanan Pelabuhan Tanjung Mas dan Pembangunan Jalur Ganda Kereta Api lintas Solo-Yogyakarta, Yogyakarta-Kutoarjo, Bandara Ahmad Yani, Waduk Serbaguna Jatibarang, Pembangunan Peningkatan pelabuhan/ terminal Kendal, Pengembangan Bandara Dewandaru Karimunjawa, termasuk pembangunan infrastruktur yang mendukung proyek-proyek tersebut. Ekspor Jawa Tengah pada Tahun mendatang diperkirakan masih tertuju pada pasar ekspor antara lain Amerika, Jepang dan China dengan komoditas berupa TPT, barang kayu dan olahan kayu, hasil manufaktur pabrik serta hasil pertanian, sedangkan secara nilai ekspor diprediksikan dapat meningkat apabila tidak terjadi kondisi yang bersifat ekstrim. Ke depan yang harus diperhatikan adalah upaya untuk membuka pasar ekspor yang baru, disamping mampu memberikan nilai tambah pada barang ekspor untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi pasar bebas melalui peningkatan kualitas produk barang yang dihasilkan. Ekspor pada sektor
101
industri dan pertanian selanjutnya lebih difokuskan pada produk olahan, bukan bahan baku atau bahan.
102
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan 1. Pengaruh secara parsial a) Tenaga kerja sektor industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001-201. b) Pengeluaran pemerintah sektor industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2001-2011 2. Secara bersama–sama tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah 2001-2011. Hal ini dilihat dari tingkat kepercayaan 95 persen. B. Implikasi Dari kesimpulan di atas, penulis mencoba mengungkapkan beberapa implikasi diantaranya sebagai berikut : 1. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang Berbasis pada Sumber Daya Lokal. Pemerintah daerah Provinsi Jawa tengah perlunya menciptakan ikm dengan
kinerja
yang
efisien
dan
kompetitif
serta
memiliki
ketergantungan rendah terhadap bahan baku impor dengan diversifikasi dengan peningkatan standar mutu produk berbasis ekspor maupun peningkatan penguatan kandungan lokal produk industri sehingga dapat
103
subsitusi impor yang disamping juga pengembangan industri padat karya dipedesaan. 2.
Penataan Struktur Industri. Untuk penataan struktur industri perlu terciptanya struktur industri yang kuat antara industri hulu dan hilir melalui fasilitasi peningkatan jaringan produksi, pengembangan informasi produk industri hulu dan hilir, peningkatan kualitas sarana dan prasarana penunjang industri dan pengembangan kemitraan usaha antara industri skala kecil dan menengah dengan industri skala besar, fasilitasi pengembangan akses bahan baku industri dan pelayanan teknis di bidang industri; mewujudkan efisiensi industri unggulan di Jawa Tengah melalui pengembangan klaster industri penghela dan klaster pendukung lainnya
3. Peningkatan SDM, Pelatihan dan Bantuan Peralatan Industri. pengembangan SDM industri yang berkualitas, profesional dan mempunyai kemampuan teknis tinggi guna mendukung peningkatan produktivitas industri melalui penyelenggaraan pendidikan dan latihan, bimbingan teknis, magang kerja, akses pasar kebutuhan industri dan bantuan peralatan produksi tepat guna serta peningkatan koordinasi dan sinergitas program pengembangan industri.
104
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, R. Shocrul, Dkk.” Cara Cerdas Menguasai E Views”. Jakarta: Salemba Empat, Jakarta, 2011 Al Bataineh, Ibrahem Mohamed.”The Impact Of Goverment On Economic Growth In Jordan” Journal of contemporary research in business vol 4 No.6 Hal 132 – 145, 2012. Anasmen. “ Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Barat : 2000-2006”. Tesis, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2009. Arsyad, Lincolin. “Ekonomi Pembangunan”. Edisi kelima, Yogyakarta: STIM YKPN, Yogyakarta, 2010. Bangun, Rindang Prasetyo. dan Firdaus, Muhammad.”Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Indonesia.” Institut Pertanian Bogor, ( Mei 2009): hal 222 – 236. BPS,“kependudukan dan ketengakerjaan tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2006- 2011”. Jawa Tengah : BPS Jawa Tengah, 2012. ____,“kependudukan dan ketengakerjaan tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2000- 2006”. Jawa Tengah : BPS Jawa Tengah, 2012. ____,“Penyusunan Data sosial ekonomi (suseda di Provinsi Jawa Tengah)”.berbagai edisi pernerbitan ”. Jakarta : BPS Jawa Tengah, 2007. ____, “Produk domestik regional bruto di Provinsi Banten tahun 2006 - 2011”. Banten : BPS Banten, 2012. ____, “Produk domestik regional bruto di Provinsi DI Yogyakarta tahun 2006 2011”. DI Yogyakarta : BPS DI Yogyakarta, 2012. ____, “Produk domestik regional bruto di Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 2011”. DKI Jakarta : BPS DKI Jakarta, 2012. ____, “Produk domestik regional bruto di Provinsi Jawa Barat tahun 2006 2011”. Jawa Timur: BPS Jawa Timur, 2012. ____, “Produk domestik regional bruto di Provinsi Jawa Timur tahun 2006 2011”. Jawa Timur: BPS Jawa Timur, 2012. ____,“Stastistik industri sedang dan industri besar di Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 - 2010 ”. Jakarta : BPS Jawa Tengah, 2011
105
____,“Tinjauan Produk domestik regional bruto tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2006- 2011”. Jawa Tengah: BPS Jawa Tengah, 2012. Cahyono, Eko Fajar dan Kaluge, David.” Analisis Pengaruh Infrakstruktur Publik Terhadap Produk domestik Bruto Perkapita di Indonesia”: Universitas Brawijaya malang (Maret 2010) hal 1 -19. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. “Konsep Ketenagakerjaan”. Jakarta: Disnakertrans, Jakarta, 2006. Djalal, Nachrowi. “Ekonometrika untuk analisis ekonomi dan keuangan”, Jakarta:FEUI, Jakarta, 2006. Dornbush, Rudiger. “Makroekonomi” . edisi keempat. Jakarta: penerbit erlangga, Jakarta, 2006 Dumairy .”Perekonomian Indonesia”. Jakarta: Erlangga, Jakarta, 1997. Fafurida, “Perencanaan Pengembangan Sektor Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan di Kabupaten Kulonprogo: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang,vol. 2, no 2 (September 2009):h. 144-155. Gama , Ayu Savitri,”Disparitas Dan Konvergensi Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Per Kapita Antar Kabupaten/ Kota Di Provinsi Bali”: Jurnal Ekonomi dan Sosial Vol. 2 No. 1 (januari 2009): Hal 38 – 48. Gujarati, Damodar. “Ekonometrika Dasar”. Edisi Ketiga, Jakarta: Erlangga, Jakarta, 2007. Iwan, “Energi Ganjal Pertumbuhan Industri Jateng.” Suara, Merdeka, 21 oktober 2011.http://www.suaraharianmerdeka.com2011/08/21/masalah-industridan-energiganjal-pertumbuhan-industri-jateng.html diakses pada 12 november 2012 Kemenperin,”Rencana Strategis Kementrian Perindutrisan Tahun 2010- 2014” http://www.kemenperin.go.id/2012/p01d06-wone.html. Artikel diakses pada 5 Desember 2012. Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi”. Edisi keempat, Jakarta : Erlangga, Jakarta, 2006. Kuncoro, Mudrajat.” Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan”. Edisi ke empat, Yogyakarta : YKPN AMP UPP, Yogyakarta, 2006. Mangkoesoebroto, Guritno, “Ekonomi Publik Edisi 3”. Yogyakarta: BPFE, Yogyaarta, 2008.
106
Mankiw, Gregory. N.”Makro Ekonomi, edisi keenam”. Jakarta: Erlangga, Jakarta, 2007. Paudel, Ramesh Chandra.”Foreign Debt, Trade Openness, Labor Force and Economic Growth: Evidence from Sri Lanka”: ICFAI Journal of Applied Economics Vol. 8 No.1 Hal 57-64, 2009. Raharjo, Adi. “ Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta Dan Angkata Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1982-2003 Di Kota Semarang”. Tesis, Fakultas ekonomi, Universitas Diponegoro, 2006. RKPD, “Rencana Kerja Pembangunan Daerah” . Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah: 2012. Safdari, Mehdi. “ Importance of Quality of Labour Force on Economic Growth in Iran.” University of Qom, ( April 2012) hal 1 -6. Sahoo, Pravakar.dkk.”infrastruktur Development and Economic Growth in China”: Indian Council for International Economic Realtion (ICRIE R): Oktober 2010 Hal 1 – 39. Sameulson, Paul A dan Wiliam, D Nordhaus.“MakroEkonomi”, Edisi Kempatbelas. jakarta: Erlangga, Jakarta, 2001. Sandhika, Ardyan Wahyu dan Hendarto, Mulyo.” Analisis Pengaruh Aglomerasi, Tenaga Kerja, Jumlah Penduduk, Dan Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal”. DIPONEGORO Journal of Economic vol 1 no 1. (2012): hal. 1-6. Siahaan,Bisuk. “Industrialiaasi di Indonesia: sejak periode Rehabilitasi sampai awal Reformasi “, Bandung: ITB, Bandung, 2000. Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Modern, Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga Keynesian Baru”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. _____________. “Ekonomi Pembangunan:Proses, masalah dan Dasar Kebijakan”. Edisi ketiga, Jakarta: Kencana Persada Media Group, Jakarta, 2011. _____________. “makroekonomi: Teori Pengantar”.edisi Ketiga, Jakarta: Rajawali Pers, Jakarta, 2008. Suliyanto.”Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran”. Yogyakarta: Ghalia Indonesia. Yogyakarta, 2005. Suparmoko, Maria.”ekonomi publik”, edisi pertama, Yogyakarta: penerbit Andi yogyakarta, 2002.
107
Susetyo, Dyke. “Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Aglomerasi, Tenaga Kerja dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, 2011. Suryanto, Dwi. “ Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Subosukawonosraten Tahun 2004-2008”. Universitas Diponegoro, 2010. Swaramarinda, Darma Rika Dan Indriani, Susi. “Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Dan Investasi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”. Econosains Universitas Negeri Jakarta volume IX, nomor 2 (agustus 2011): h. 95 - 105. Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara, Jakarta: 2005. Todaro, Michael P. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”. Edisi Ketujuh. Jakarta : Penerbit Erlangga, Jakarta, 2004. Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik: Eviews”. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2007. Zulfahmi, Adrian Sutawijaya.” Pengaruh Ekspor Dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1980-2006”. Jurnal organisasi dan manajemen volume 6 no. 1 (maret 2010): hal. 15 – 27.
108
LAMPIRAN 1 Laju PDRB Harga Kostan 2000 Sektor Industri, Tenaga Kerja Sektor Industri dan pengeluaran pemerintah sektor industri Menurut Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2011 No 1
2
3
4
5
6
7
8
Kab/Kota Kab. Cilacap
Kab. Banyumas
Purbalingga
Kab. Banjarnegara
Kab. Kebumen
Kab. Purworejo
Kab. Wonosobo
Kab. Magelang
Tahun
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri (Persen)
Tenaga Kerja Sektor Industri (Jiwa)
Pengeluaran Pemerintah Sektor Industri ((Jutaan))
2008
6,49
108.407
3.518
2009
1,55
113.855
4.075
2010
3,29
92.218
4.211
2011
3,45
164730
7763
2008
3,33
142.410
9.504
2009
3,03
132.072
10.685
2010
4,4
151.234
11.062
2011
6,52
177488
10703
2008
6,08
80.759
5.95
2009
6,72
86.492
1.009
2010
6,83
102.565
2.475
2011
7,77
136.373
3480
2008
3,74
59.603
2.805
2009
2,1
53.268
2.040
2010
1,5
71.033
1.950
2011
3,87
39.965
3000
2008
4,23
113.040
1.335
2009
4,03
117.505
1.378
2010
5,4
118.494
1.571
2011
4,42
171.125
1461
2008
4,39
40.982
6.890
2009
4
48.282
5.439
2010
4,09
44.718
5.441
2011
5,75
31.245
6370
2008
2,54
43.919
2757
2009
2,4
47.438
4.380
2010
2,07
35.955
4.899
2011
3,96
23.879
5241
2008
4,36
84.716
2.469
2009
3,28
87.823
2.245
2010
3,76
99.502
1.143
2011
3,65
94.586
1169
109
No 9
10
11
12
13
14
15
16
17
Kab/Kota
Tahun
Kab. Boyolali
2008
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri (Persen) 4,79
2009
4,38
72.494
6.274
2010
3,76
78.863
7.537
2011
6,04
88100
4.450
2008
2,43
115.580
6.549
2009
3,29
126.081
7.689
2010
6,35
127.913
8.070
2011
6,72
161.421
8.670
2008
4,3
103.946
6.790
2009
3,61
93.651
6.837
2010
5,94
108.310
7.501
2011
5,94
121.628
8.572
2008
4,72
28.139
5.669
2009
4,12
27.853
5.736
2010
7,33
32.913
6.175
2011
5,31
48.953
7.398
2008
4,15
74.036
6.880
2009
3,71
64.931
7.650
2010
4,16
77.896
8.493
2011
6,4
88.430
9.230
2008
6,87
67.998
7.816
2009
5,06
61.502
5.610
2010
6,99
65.804
6.083
2011
8,04
57.673
7.358
2008
4,1
41.555
3.117
2009
3,45
32.221
8.646
2010
6,81
35.713
5.410
2011
5,59
51.152
6.083
2008
6,1
15.899
4.890
2009
4,18
14.947
5.200
2010
3,08
20.240
5.308
2011
1,23
16.431
4.906
2008
3,47
24.846
4.690
2009
2,68
27.792
4.350
2010
3,36
29.639
4.557
2011
5,79
28.833
4.920
Kab. Klaten
Kab. Sukoharjo
Kab. Wonogiri
Kab. Karanganyar
Kab. Sragen
Kab. Grobogan
Kab. Blora
Kab. Rembang
Tenaga Kerja Sektor Industri (Jiwa) 75.687
Pengeluaran Pemerintah Sektor Industri (Jutaan) 5.915
110
No 18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kab/Kota Kab. Pati
Kab. Kudus
Kab. Jepara
Kab. Demak
Kab. Semarang
Kab. Temanggung
Kab. Kendal
Kab. Batang
Kab. Pekalongan
2008
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri (persen) 4,65
2009
3,08
83.466
7.390
2010
6,69
93.075
8.455
2011
5,46
86.044
7.318
2008
2,98
164.280
2.151
2009
4,42
151.515
3.961
2010
3,09
156.381
2.870
2011
3,74
144.368
4.197
2008
4,87
223.814
4.458
2009
4,26
237.572
4.201
2010
6,52
251.474
4.752
2011
4,47
227.589
3.450
2008
2,12
70.411
2.876
2009
2,21
65.677
7.607
2010
4,29
75.821
7.820
2011
6,57
52.059
6.594
2008
4,05
112.496
3.876
2009
3,88
102.040
6.692
2010
4,79
128.091
5767
2011
5,54
98.736
5.643
2008
3,88
62.945
2.525
2009
2,03
72.244
6.175
2010
3,78
61.783
5.716
2011
6,27
77.862
6.329
2008
3,03
61.536
4.576
2009
1,7
59.645
3.250
2010
7,9
53.249
6.890
2011
3,5
68.091
5.430
2008
2,23
80.152
1.330
2009
2,19
73.089
3.354
2010
4,83
77.261
3.889
2011
5,72
95.917
5.816
2008
3,02
140.900
4.163
2009
1,44
150.417
3.209
2010
4,22
142.369
4.890
2011
1,9
146.094
2.980
Tahun
Tenaga Kerja Sektor Industri (Jiwa) 90.575
Pengeluaran Pemerintah Sektor Industri (Jutaan) 3.884
111
No
Kab/Kota
Tahun
27
Kab. Pemalang
2008
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri (persen) 4,85
2009
4,03
66.225
1.680
2010
4,83
66.922
2.650
2011
5,25
92.969
2.795
2008
6,12
111.789
8.670
2009
6,78
102.188
6.718
2010
5,46
97.409
4.048
2011
5,2
123.313
4.525
2008
8,32
32.744
1.115
2009
11,2
34.049
2.310
2010
8,29
25.851
4.035
2011
9,61
41.406
4.927
2008
9,01
6.778
2.469
2009
1,39
6.033
2.245
2010
4,11
8.050
2.732
2011
6,81
7.098
2.169
2008
2,31
44.222
5.326
2009
2,94
42.065
5.918
2010
3,33
46.189
6.500
2011
2,79
49.748
6.225
2008
1,65
14.161
3.509
2009
2,71
12.365
3.609
2010
2,38
12.388
3.209
2011
5,82
20.572
3.870
2008
4,75
122.577
6.303
2009
4,36
127.304
7.405
2010
4,89
156.423
6.031
2011
5,49
151.878
6.061
2008
3,02
47.479
5.473
2009
3,36
49.221
5.507
2010
4,39
53.099
5.745
2011
4,63
43.830
4.130
2008
4,21
14.683
7.468
2009
3,28
13.350
1.839
2010
3,5
16.447
1.128
2011
3,85
17.138
1.620
28
29
30
31
32
33
34
35
Kab. Tegal
Kab. Brebes
Kota Magelang
Kota Surakarta
Kota Salatiga
Kota Semarang
Kota Pekalongan
Kota Tegal
Tenaga Kerja Sektor Industri (Jiwa) 76.151
Pengeluaran Pemerintah Sektor Industri (Jutaan) 2.926
112
LAMPIRAN 2 DATA OBSERVASI
Wilayah
Tahun
PDRB industri
_CILA
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002
7703346 8548864 9231399 9963465 10904122 11481971 11583445 12387609 12197894 12600215 13035198 538676 555090 578401 602635 617386 637418 659537 681529 702273 733231 781051 160563 165705 171096 178341 187909 199967 213149 226128 241343 257831 277887 302810 312675
_BANY
_PURB
_BANJ
Tenaga kerja industri 68370 103136 133388 118185 110124 107079 102759 108407 113855 92218 164730 97592 135304 141326 105465 123428 123815 136619 142410 132072 151234 177488 71136 53127 85113 89134 84378 102815 87130 80759 86492 102565 136373 51724 55216
Pengeluaran pemerintah industri 1227 1289 1345 1392 1466 1838 2772 3518 4075 4211 7763 3920 2664 4651 4958 5694 4763 7091 95043 10685 11062 10703 1784 1840 1920 1879 2080 1853 2468 595 1009 2475 3480 1520 1535
113
Wilayah
Tahun
_BANJ
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
_KEBU
_PURWO
_WONO
PDRB industri 321321 325862 329889 338493 353362 366595 374322 379956 394672 209561 216821 224579 224663 223916 233872 256538 267407 278186 293230 306216 172101 180179 192361 202877 220886 233649 263428 275014 286029 297732 314879 162978 166267 169434 171598 174839 179686 184539
Tenaga kerja industri 51150 54587 43348 38344 48069 59603 53268 71033 39965 101751 116625 103889 95586 78723 116690 122600 113040 117505 118494 171125 17336 33428 41882 41406 44650 60120 46253 40982 48282 44718 31245 19531 43225 31142 37826 28672 28602 37412
Pengeluaran pemerintah industri 1621 1812 2207 2385 2704 2805 2040 1950 3000 1870 1673 1715 2071 1963 2388 1121 1335 1378 1571 1461 2116 3928 4229 3762 4170 5938 6483 6890 5439 5441 6370 2080 2344 2740 2884 2136 2045 2030
114
Wilayah
Tahun
_WONO
2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001
_MAGE
_BOYO
_KLAT
_SUKO
PDRB industri 189240 193795 197825 205659 527402 546283 573201 598422 624775 653952 685408 715344 738830 766616 794598 564490 567377 570773 561277 563954 582759 609253 638448 666424 691493 733294 753926 797268 821704 855226 896705 841653 869903 891042 920432 978880 1044666 1045253
Tenaga kerja industri 43919 47438 35955 23879 63422 75439 84220 62936 63791 82762 80497 84716 87823 99502 94586 28578 63570 59065 56724 66442 82343 81753 75687 72494 78863 88100 122514 142625 149196 133225 151001 157760 124663 115580 126081 127913 161421 81087
Pengeluaran pemerintah industri 2757 4380 4899 5241 2112 2070 1267 1290 1321 1457 1761 2469 2245 1143 1169 6927 7980 8438 5779 9201 8888 1132 5915 6274 7537 4450 3643 3400 3658 4591 4695 5441 6561 6549 7689 8070 8670 6195
115
Wilayah
Tahun
_SUKO
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006
_WONG
_KARA
_SRAG
PDRB industri 1086068 1124808 1162044 1202242 1248116 1303211 1359291 1408382 1480403 1568341 83185 87297 95116 103068 107776 117307 123304 129129 134461 144317 151990 1670038 1779899 1911514 2065453 2201053 2320190 2460945 2563118 2658292 2769047 2946327 409238 429441 449252 473230 500203 532376
Tenaga kerja industri 110721 92376 99559 116731 111696 103644 103946 93651 108310 121628 50694 36132 22226 26249 29036 32902 25349 28139 27853 32913 48953 84070 81049 89691 79848 87954 88849 81981 74036 64931 77896 88430 50394 51765 57754 47718 40582 72066
Pengeluaran pemerintah industri 6780 6961 6440 5080 5426 6540 6790 6837 7501 8592 4366 4501 4846 6130 6501 3430 4519 5669 5736 6175 7398 5120 5280 5377 6128 5357 5741 6390 6880 7650 8493 9230 2359 2535 2634 3237 4951 5250
116
Wilayah
Tahun
_SRAG
2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
_GROB
_BLOR
_REMB
PDRB industri 568751 607878 638637 683322 738328 76877 79647 82577 85445 88705 91130 95161 99068 102486 108826 114916 89483 92114 95787 99929 106826 112851 119311 126589 131884 135952 137635 63285 64711 66668 69647 73250 77118 81794 84635 86908 89830 95039
Tenaga kerja industri 53544 67998 61502 65804 57673 15650 25012 24188 23716 29630 33063 37774 41555 32221 35713 51152 11704 18195 10154 19972 19809 24046 12956 15899 14947 20240 16431 18909 23031 18760 18041 20432 17790 21095 24846 27792 29639 28833
Pengeluaran pemerintah industri 6754 7816 5610 6083 7358 2668 2883 3190 3430 6110 2245 4813 3117 8646 5410 6083 1608 2950 3070 5013 5109 4074 4286 4890 5200 5308 4906 3361 3509 4065 4441 5625 5210 5630 4690 4350 4557 4920
117
Wilayah
Tahun
_PATI
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005
_KUDU
_JEPA
_DEMA
PDRB industri 577889 614661 647047 686367 722697 763160 806904 844437 870458 928761 979557 5112626 5407457 5715468 6226357 6557621 6689910 6901300 7107442 7421852 7651696 7938351 836712 859932 873110 901598 931381 977008 1033625 1083963 1130177 1203937 1257831 229611 241039 249598 260160 279777
Tenaga kerja industri 59424 64119 74396 75259 68228 67021 86000 90575 83466 93075 86044 149821 139190 147030 145025 156517 168966 169619 164280 151515 156381 144368 135306 224527 229228 231088 256280 239221 240485 223814 237572 251474 227589 45114 68770 73299 57399 64917
Pengeluaran pemerintah industri 4701 4900 7828 7142 8261 9289 4210 3884 7390 8455 7318 2395 2560 1923 2372 2040 2724 2980 2551 3961 2870 4197 2229 2385 2566 3076 3785 4303 4460 4458 4201 4752 3450 1506 1252 1615 2223 2802
118
Wilayah
Tahun
_DEMA
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
_SEMA
_SEMA
_TEMA
_KEND
PDRB industri 283160 289798 295966 302523 315523 336270 1835889 1886452 1969962 2103627 2108699 2177770 2282474 2375117 2467389 2585787 2729084 335053 347638 365240 386711 400966 419532 433190 450026 459175 476539 506463 1505890 1529126 1613583 1641119 1716524 1756426 1869692 1926518 1959314 2153337
Tenaga kerja industri 61156 74118 704411 65677 75821 52059 68211 96327 102073 88506 113298 93567 102742 112496 102040 128091 98736 15912 18254 21758 20757 30417 74365 88393 62945 72244 61783 77862 48954 44080 52496 48540 45160 62339 62891 61536 59645 53249
Pengeluaran pemerintah industri 5743 2943 2876 7607 7820 6594 6418 4050 4891 2562 2666 2894 3388 3867 6692 5643 5767 4473 5635 3392 3446 4631 5367 3094 2525 6175 5716 6329 4247 3486 6154 8980 4980 2254 6374 4576 3250 6890
119
Wilayah
Tahun
_KEND _BATA
2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004
_PEKA
_PEMA
_TEGA
PDRB industri 2228766 523920 535594 548021 565348 580360 583043 593025 606302 619607 649547 686721 647840 665271 680089 702043 716467 740214 769243 792495 803973 837955 894272 567067 590818 580891 607140 630560 657076 689361 722815 751959 788340 829796 579214 619147 668408 729093
Tenaga kerja industri 68091 41651 41946 54613 55968 51872 62088 72475 80152 73089 77261 95917 107301 120442 117730 122722 143625 142554 141232 140900 150417 142369 146094 38346 73561 58905 57417 51878 63417 75317 76151 66225 66922 92969 81186 102666 107120 83032
Pengeluaran pemerintah industri 5430 5250 4940 1135 1008 1005 803 1483 1333 3354 3889 5816 1154 1287 1926 1914 1121 1826 2469 4163 3209 4890 2980 3486 3243 1056 3426 1879 3355 1795 2926 1680 2650 2795 4125 1735 10677 9211
120
Wilayah
Tahun
_TEGA
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
_BREB
_BREB
_KOMA
_KOSU
PDRB industri 781586 841243 899472 954554 1019360 1075036 1130962 347494 357120 377762 403146 440160 476796 525893 569684 633770 686356 752324 28804 29176 30051 28693 29588 30972 32233 35139 35628 37094 39623 920386 962964 1027498 1089912 1105952 1134134 1173423 1200607 1235953
Tenaga kerja industri 120853 107117 132511 111789 102188 97409 123313 27552 43452 33709 26260 64997 37785 44204 32744 34049 25851 41406 7367 7100 6705 7638 8352 8928 7095 6778 6033 8050 7098 41410 51759 63240 48279 59472 46647 58236 44222 42065
Pengeluaran pemerintah industri 5750 10795 8600 8670 6718 4048 4525 1371 1260 1290 1649 1120 1548 1399 1155 2310 4035 4927 1604 1109 1260 980 1322 1457 1761 2469 2245 2732 2169 8470 8550 10988 11508 14392 17656 6380 5326 5918
121
Wilayah
Tahun
_KOSU
2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2001 2002 2003
_KOSA
_KOSE
_KOPE
_KTEG
PDRB industri 1277210 1312946 132366 130308 137034 143573 150764 159333 168536 171322 175970 180163 190657 3958867 4116601 4257540 4385583 4508130 4724893 4998706 5236515 5465109 5732672 6047908 288082 306032 322248 330239 354605 366068 382475 394036 407309 425217 444914 175089 182624 197661
Tenaga kerja industri 46189 49748 6670 15572 12274 15768 14428 15470 15715 14161 12365 12388 20572 105804 111942 157231 148169 144312 138101 130695 122577 127304 156423 151878 41404 40438 39071 35106 45210 39269 44034 47479 49221 53099 43830 18835 15450 14262
Pengeluaran pemerintah industri 6500 6225 3589 4287 3451 3627 3683 5642 5760 3509 3609 3209 3870 1190 2904 3212 12632 13436 17203 4968 6303 7405 6031 6016 3490 4739 3054 4720 5599 6926 5817 5473 5507 5745 4130 3740 3153 4267
122
Wilayah
Tahun
_KTEG
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
PDRB industri 214440 226920 238177 248922 259875 268711 278467 289215
Tenaga kerja industri 15958 17568 17441 15784 14683 13350 16447 17138
Pengeluaran pemerintah industri 2847 1319 2294 1143 7468 1839 1128 1620
123
LAMPIRAN 3 UJI CHOW
Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square
Statistic 319.223532 1336.569632
d.f.
Prob.
(34,348) 34
0.0000 0.0000
124
LAMPIRAN 4 UJI HAUSMAN
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: Untitled Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. 5.578124
2
Prob. 0.0615
125
LAMPIRAN 5 POOLED LAST SQUARE
Dependent Variable: SER01 Method: Panel Least Squares Date: 05/22/13 Time: 15:15 Sample: 2001 2011 Periods included: 11 Cross-sections included: 35 Total panel (balanced) observations: 385 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C TK? PPI?
341590.2 12.01627 -8.231686
277323.2 3.710509 4.049371
1.231741 3.238444 -2.032831
0.2188 0.0013 0.0428
0.108117 0.103448 2037244. 1.59E+15 -6137.722 23.15373 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
1219568. 2151568. 31.89986 31.93066 31.91207 0.091867
126
LAMPIRAN 6 FIXED EFFECT MODEL
Dependent Variable: P? Method: Pooled Least Squares Date: 05/22/13 Time: 15:05 Sample: 2001 2011 Included observations: 11 Cross-sections included: 35 Total pool (balanced) observations: 385
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C TK? PPI? Fixed Effects (Cross) _CILA-C _BANY-C _PURB-C _BANJ-C _KEBU-C _PURW-C _WONO-C _MAGE-C _BOYO-C _KLAT-C _SUKO-C _WONGC _KARA-C _SRAG-C _GROB-C _BLOR-C _REMB-C _PATI-C _KUDU-C _JEPA-C _DEMA-C _SEMA-C _TEMA-C _KEND-C _BATA-C _PEKA-C _PEMA-C _TEGA-C _BREB-C _KOMA-C
1115754. 0.982476 6.335850
40324.35 0.409153 2.557365
27.66948 2.401245 2.477492
0.0000 0.0169 0.0137
9633423. -695333.7 -1008247. -834464.8 -989984.3 -947596.2 -987354.2 -548064.7 -611240.6 -407847.4 11648.69 -1066000. 1066878. -654937.1 -1081808. -1045466. -1089479. -466274.4 5327275. -353470.2 -980127.3 986620.2 -777241.7 606537.7 -606056.8 -513058.6 -522289.9 -418016.2 -658852.0 -1101553.
127
_KOSU-C _KOSA-C _KOSE-C _KOPE-C _KOTG-C
-92692.94 -996927.3 3561443. -824689.9 -914751.5 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.872292 0.869426 376213.7 4.93E+13 -5469.437 339.2083 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1219568. 2151568. 28.60487 28.98479 28.75555 0.159454
128
LAMPIRAN 7 RANDOM EFFECT MODEL
Dependent Variable: P? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 05/22/13 Time: 16:38 Sample: 2001 2011 Included observations: 11 Cross-sections included: 35 Total pool (balanced) observations: 385 Swamy and Arora estimator of component variances Variable C TK? PPI? Random Effects (Cross) _CILA-C _BANY-C _PURB-C _BANJ-C _KEBU-C _PURW-C _WONO-C _MAGE-C _BOYO-C _KLAT-C _SUKO-C _WONGC _KARA-C _SRAG-C _GROB-C _BLOR-C _REMB-C _PATI-C _KUDU-C _JEPA-C _DEMA-C _SEMA-C _TEMA-C _KEND-C
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
1108161. 1.084649 6.293698
343312.9 0.425195 2.532515
3.227847 2.550947 2.485158
0.0014 0.0111 0.0134
9599598. -698550.8 -1006502. -829434.1 -990871.7 -941017.7 -980059.0 -546853.7 -608457.0 -412759.7 8873.696 -1058202. 1063055. -650910.8 -1073901. -1036150. -1080610. -464812.2 5302590. -367758.7 -981755.3 981041.5 -772086.3 606801.5
129
_BATA-C _PEKA-C _PEMA-C _TEGA-C _BREB-C _KOMA-C _KOSU-C _KOSA-C _KOSE-C _KOPE-C _KOTG-C
-603020.4 -517440.0 -519653.1 -419677.2 -652948.9 -1091210. -89548.71 -987503.6 3544323. -818752.9 -905836.0 Effects Specification S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
2022962. 376213.7
Rho 0.9666 0.0334
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.615950 0.610798 377971.6 3.095801 0.046376
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
68277.06 380028.9 5.46E+13 0.147109
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.018519 1.74E+13
Mean dependent var Durbin-Watson stat
1219568. 0.004601
130
LAMPIRAN 8 UJI NORMALITAS
50
Series: Standardized Residuals Sample 2001 2011 Observations 385
40
30
20
10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-7.11e-10 8214.553 929988.7 -1193559. 356508.8 0.072084 2.430461
Jarque-Bera Probability
5.536930 0.062758
0 -1000000
-500000
0
500000
1000000
131
LAMPIRAN 9 UJI AUTOKORELASI
Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
2022962. 376213.7 0.615950 0.610798 377971.6 3.095801 0.046376
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
Rho 0.9666 0.0334 68277.06 380028.9 5.46E+13 0.147109
132
LAMPIRAN 10 UJI HETEROKEDASTIS
Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random
2022962. 376213.7
Rho 0.9666 0.0334
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.615950 0.610798 377971.6 3.095801 0.046376
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
68277.06 380028.9 5.46E+13 0.147109
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.018519 1.74E+15
Mean dependent var Durbin-Watson stat
1219568. 0.004601
133
LAMPIRAN 11 Tabel Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel
t-Statistik
Prob
Tenaga kerja industri
2.550947
0.0111
Signifikan
2.485158
0.0134
Signifikan
Pengeluaran Pemerintah industri
Signifikansi
134