MASALAH KEJIWAAN TOKOH JALESWARI DALAM NOVEL BATAS KARYA AKMAL NASERY BASRAL (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) Oleh: Melya Deviona Iswan
ABSTRAK
Perkembangan penelitian ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan penulis tentang bagaimana masalah kejiwaan yang dialami oleh tokoh Jaleswari. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan bentuk masalah kejiwaan tokoh Jaleswari dalam novel Batas, (2) Mendeskripsikan penyebab dan akibat dari masalah kejiwaan tokoh Jaleswari dalam novel Batas, (3) Mendeskripsikan solusi dari masalah kejiwaan tokoh Jaleswari dalam novel Batas. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis dan hasil penyajian. Pada tahap pengumpulan data digunakan metode kualitatif. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra dengan menerapkan hukum-hukum psikologi sosial yang dibantu dengan analisis intrinsik novel. Hasil analisis data disajikan secara deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan hasil analisis dengan kutipankutipan dari sumber data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jaleswari mengalami masalah kejiwaan yang dikarenakan oleh beberapa faktor atau bentuk, yaitu Jaleswari tidak menerima kematian suaminya; Jaleswari membenci kehamilannya; Jaleswari pindah tugas ke Entikong, Pontianak. Penyebab dan akibat masalah kejiwaan Jaleswari, kebahagiaan yang sementara; tidak sesuai antara keinginan dan kenyataan; pemberontakkan diri Jaleswari. Solusi masalah kejiwaan tokoh Jaleswari adalah mempunyai ibu kedua, mendapatkan sahabat, dan membuka hati untuk orang lain. Kata kunci: “Batas, Masalah Kejiwaan Tokoh Jaleswari, Psikologi Sastra”
1. PENGANTAR Salah satu karya yang bercerita tentang masalah kejiwaan adalah novel Batas. Akmal Nasery Basral sebagai pengarang, menghadirkan kisah tentang seorang janda yang sedang hamil muda, melalui novelnya yang berjudul Batas yang diterbitkan Qanita tahun 2011. Novel ini bercerita tentang kehidupan tokoh utama yang bernama Jaleswari, ketika menerima keputusan dalam melaksanakan tugas di bidang pendidikan dalam menjalankan CSR (Corporate, Sosial Responbility) yang ditugaskan oleh perusahaannya ke Entikong, Pontianak. Sebelum Jaleswari memutuskan untuk menetapkan pilihannya dalam menjalankan tugas ke Entikong, Pontianak, ia sempat berpikir bahwa ini adalah keputusan serta kesalahan terbesar dalam hidupnya yang baru 32 tahun. Semenjak dua bulan terakhir kematian suaminya, Jaleswari masih tidak dapat menerima kenyataan bahwa suaminya telah meninggal dunia. Karena suaminya begitu sangat mencintainya. Begitupun sebaliknya. Jaleswari tidak sanggup untuk menjalani kehidupannya tanpa suaminya tercinta. Kehidupan yang ia bayangkan dengan almarhum suaminya setelah menikah adalah rumah tangga yang bahagia dengan mempunyai anak-anak yang lucu. Namun, kenyataan itu berbeda dengan yang
dialaminya, sehingga Jaleswari tidak sanggup menerima kenyataan bahwa ia harus hidup sendiri tanpa suaminya yang meninggal akibat serangan jantung setelah bermain futsal. Jiwa dan batinnya tidak menerima keadaan tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:113), batin didefinisikan sebagai sesuatu yang terdapat dihati dan menyangkut jiwa. Arti jiwa dalam (KBBI, 2002:475), adalah nyawa, roh manusia yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan seseorang hidup. Sedangkan mental dalam (KBBI, 2002:733), berarti bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga. Pengertian masalah dalam (KBBI,2002: 529), adalah banyaknya bentuk persoalan yang timbul dari dalam maupun dari luar diri manusia. Masalah kejiwaan dalam (KBBI, 2002:587), adalah masalah yang disebabkan karena adanya faktor internal yang lebih besar dibandingkan dengan faktor eksternal yang lebih kecil yang sangat mempengaruhi kejiwaan seseorang sehingga seseorang tersebut sukar menghadapi kenyataan. Nurgiyantoro (1995:124) menyatakan, konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita. Jadi ia merupakan konflik permasalahan intern seorang manusia. Hal itu terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan, atau masalah-masalah lainnya. Selain itu, masalah kejiwaan yang memuncak terjadi ketika dia terperangkap pada masalah kemanusiaan yang terjadi di Entikong, Pontianak yang jauh lebih menarik dan menyentuh perasaan dibanding data perusahaan yang sangat teoritis dan terasa kering karena pada hakekatnya masalah rasa sangat relatif dan memiliki kebenaran yang berbeda. Jaleswari berada dalam tapal batas pilihan. Karisma hutan dan pola hidup masyarakat telah menyadarkan dirinya bahwa upaya memperbaiki kehidupan masyarakat tidak bisa dipisahkan dengan adat istiadat setempat. Tragedi kemanusiaan ini, mengubah pemikiran Jaleswari. Semua peristiwa terjadi di depan matanya. Jiwanya goncang, kepala suku menuntunnya memahami "Bahasa Hutan" yang mengetengahkan rasa hormat dan cinta untuk tidak merusak tetapi sebaliknya menjaga dan meningkatkan harkat manusia dan lingkungan kehidupannya. Untuk pembahasan lebih rinci tentang masalah kejiwaan Jaleswari, penulis menggunakan pendekatan psikologi sosial. Hal ini dilakukan karena ilmu psikologi adalah ilmu yang membahas tentang kejiwaan yang ada pada manusia. Jadi, psikologi sosial adalah pendekatan untuk membahas kejiwaan manusia atau kegiatan-kegiatan manusia yang berhubungan langsung dengan situasi-situasi sosial. Dan situasi sosial itu adalah situasi internal (Hubungan timbal-balik) antara orang ataupun antara orang dan hasil kebudayaan orang (Gerungan, 1996:28). Jadi novel ini akan dianalisis dengan pendekatan psikologi sastra dalam menerapkan hukum psikologi sosial. Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah (1) Bentuk masalah kejiwaan tokoh Jaleswari dalam novel Batas, (2) Penyebab dan akibat dari masalah kejiwaan tokoh Jaleswari dalam novel Batas, (3) Solusi dari masalah kejiwaan tokoh Jaleswari dalam novel Batas. Berdasarkan masalah yang dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan bentuk masalah kejiwaan tokoh Jaleswari dalam novel Batas, (2) Mendeskripsikan penyebab dan akibat dari masalah kejiwaan tokoh Jaleswari dalam novel Batas, (3) Mendeskripsikan solusi dari masalah kejiwaan tokoh Jaleswari dalam novel Batas.
2. TEORI PSIKOLOGI SASTRA 2.1 Pendekatan Psikologi Sastra Pendekatan psikologi sastra adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Pada penelitian ini, peneliti menerapkan hukum psikologi sastra yaitu psikologi sosial yang dikemukakan oleh Rene Wellek. Psikologi sosial adalah pendekatan untuk membahas kejiwaan manusia atau kegiatan-kegiatan manusia yang berhubungan langsung dengan situasi-situasi sosial. Situasi sosial itu adalah situasi internal (Hubungan timbal-balik) antara orang ataupun antara orang dan hasil kebudayaan orang (Gerungan, 1996:28). Analisis dilakukan dengan menerapkan teori kepribadian yang dikembangkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Teori kepribadian merupakan ruh psikologi, karena kepribadian yang menjadi inti dari adanya psikologi, yakni ilmu yang membahas tentang kejiwaan atau kepribadian manusia. Kepribadian terdiri dari berbagai aspek, yakni kemampuan mental, pola pikiran, emosi, perilaku yang berbeda, cara berinteraksi dengan lingkungan, kemampuan bergaul, kestabilan emosi, kepekaan, kehatihatian, dan banyak pula hal lainnya (Zaviera, 2007:24). Skinner berpendapat bahwa psikologi seharusnya tidak menjelaskan prilaku dengan landasan komponen fisiologis atau konstitusional dari organisme, tetapi dengan landasan stimulus lingkungan. Faktor genetik juga cukup penting, tetapi Skinner meyakini bahwa karena mereka sudah dipastikan dari masa pembuahan hal tersebut tidak membantu dalam kontrol perilaku (Feist dan Gregory, 2009:158). Adapun, pandangan dan teori Skinner tentang kepribadian, yaitu: (1) Seleksi Alam, (2) Evolusi Budaya, (3) Empat macam kondisi internal, (4) Prilaku Kompleks dalam Kreativitas dan Perilaku Sosial, (5) Kontrol Sosial dan Kontrol Diri. 2.2 Teori Struktural Struktural muncul di Barat pada abad ke-20. Pada masa ini, terjadi pergeseran yang berangsur dalam bidang ilmu sastra dari pendekatan ilmu sastra sebagai sarana untuk pengetahuan lain ke arah sastra sebagai bidang kebudayaan yang otonom (Nurgiyantoro, 1995: 36). Suatu karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangunnya). Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama memebentuk kebulatan yang indah, Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995: 36). Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fisik yang bersangkutan. Untuk lebih menunjang pendekatan psikologi sosial digunakan analisis unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsurunsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 1995:23). Unsur intrinsik yang akan dibahas penulis adalah tokoh dan penokohan, latar, plot, dan tema. Hal ini karena keempat unsur tersebut dapat membantu penulis dalam melakukan penganalisisan terhadap psikologi tokoh dan masalah kejiwaan yang terjadi pada tokoh Jaleswari sehingga mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini.
3. MASALAH KEJIWAAN JALESWARI
Beberapa bentuk kelakuan dan perkataan Jales yang tidak seperti wanita hamil pada umumnya, yang membuat orangtuanya tidak menyukai perkataan dan perbuatan yang dilakukannya. Seperti kutipan berikut: “Kenapa sih kau ini? desis Jales sedikit jengkel sambil memperkeras tekanannya pada perut, seakan-akan ingin mengatakan agar sang janin lebih tenang dan tak membuat masalah. “Kalau semua ibu hamil merasakan seperti ini, apa yang membuat mereka.....” (Basral, 2011:36). “Jales mendengarkan suara ibunya di ujung sana selama beberapa saat sebelum menjawab. “Tidak apa-apa, Mama. Tadi memang sempat muntah ketika baru datang, gabugan antara hamil muda ini dan jalan rusak yang harus saya tempuh selama enam jam, Ma.... Hmmm, Jales tidak tahu apakah bisa menyelesaikan pekerjaan ini dengan cepat. Mungkin bisa, asal perut ini tidak menyusahkan saja!” (Basral, 2011: 56). Jaleswari tidak sanggup menerima kenyataan bahwa ia harus hidup sendiri tanpa suaminya yang meninggal akibat serangan jantung setelah bermain futsal. Jiwa dan batinnya tidak menerima keadaan tersebut. Seperti kutipan berikut: “Jales tak ingin percaya itu sunguh-sungguh terjadi. Mungkin Jales akan lebih bisa menerima kematian suami yang baru menikahinya empat bulan itu jika mobil Aldo ditabrak mobil tronton besar dan Aldo tergencet di dalamnya” (Basral, 2011:4) 4. KESIMPULAN Bentuk-bentuk masalah kejiwaan tokoh Jaleswari adalah (1) Jaleswari tidak menerima kematian suaminya, (2) Ia membenci kehamilannya, (3) Memutuskan untuk ke Entikong, Pontianak dalam melaksanakan tugasnya. Penyebab masalah kejiwaan Jaleswari adalah (1) Kebahagiaan yang sementara, (2) Tidak sesuainya antara keinginan dan kenyataan. Akibat dari masalah kejiwaan Jaleswari adalah Jaleswari harus meninggalkan dusun Ponti Tembawang. Dan solusi yang dapat disimpulkan dari masalah kejiwaan yang dialami oleh Jaleswari adalah (1) Ia mempunyai ibu kedua, (2) Mendapatkan seorang sahabat, (3) Membuka hati untuk orang lain. DAFTAR PUSTAKA Basral, Akmal Nasery. 2011. Batas. Jakarta: Qanita (Anggota IKAPI). Damono, Sapardi Djoko. 1983. Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta: PT Gramedia. Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: MedPress. ----------------------------2003. Metode Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: MedPress. Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2009. Teori Kepribadian. Salemba Humanika: Jakarta.
Gerungan, W.A. 1996. Psikologi Sosial. PT ERESCO: Bandung. Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penlitian Kualitatif. Bandung.
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ---------------------------- 2005. Sastra dan Cultural Studies. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susanti, Oktalia. 2011. Konflik Batin Tokoh Laman dalam Novel Menjadi Tua danTersisih (Tinjauan Psikologi Sastra). Padang: Universitas Andalas. Suyanto, Agus, Halem Lubis, dan Taufik Hadi. 1980. Psikologi Kepribadian. Jakarta:Bumi Aksara. Sangidu. 2005. Penelitian Sastra: Pendekatakan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Yogyakarta: Seksi Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Gadjah Mada. Teeuw. A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Wellek, Renne dan Warren Austin. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Wulansari, Dewi. 2006. Konflik Kepribadian Tokoh Elektra Novel Supernova Episode Petir, Karya Dee. Skripsi Sarjana. Padang: Universitas Andalas. Zaviera, Ferdinand. 2007. Teori Kepriadian Sigmund Freud. Yogyakarta: Prismasophie. Bahan Internet Agung Rahadi. 2010. “Tentang Wilayah Pontianak” Bahan (http://pontianakkota.go.id/pemkot/deskripsi.html).
internet di
(http://ordebaru.go.id/pemkot/deskripsi.html). (http://pengertianmasalahdanpermasalahansecaraumum.go.id/deskripsi.html).
alamat