2013 MARKET INTELLIGENCE PELUANG PASAR PRODUK CPO (CRUDE PALM OIL) DI ITALIA
INDONESIAN TRADE PROMOTION CENTER ITPC MILAN
Via Vittor Pisani, 8 – 6° Piano 20124 Milan (MI), ITALIA Tel. +39 02 3659 8182 Fax. +39 02 3659 8191
[email protected] www.itpc-milan.com
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ....................................................................................................................................1 DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................................................2 DAFTAR TABEL ...............................................................................................................................2 KATA PENGANTAR ITPC MILAN ..........................................................................................................3 KATA PENGANTAR BEACON SRL .........................................................................................................4 BAB I LATAR BELAKANG....................................................................................................................5 1.1 Sejarah Singkat Kelapa Sawit .................................................................................................................................. 5 1.2 Minyak Nabati dan Produk-produk Turunannya - Tren Pasar Global & Outlook ................................................. 6 1.3 Italia: Overview Makro-ekonomi ............................................................................................................................ 7 1.4 Pasar CPO di Italia ................................................................................................................................................... 9 1.5 Profil Impor Italia .................................................................................................................................................. 10 1.6 Apa yang membuat CPO begitu menarik bagi pasar Italia?................................................................................. 11 BAB II PELUANG PASAR CPO DI ITALIA ................................................................................................ 12 BAB III INFORMASI PASAR CPO......................................................................................................... 14 3.1 Trend Pasar ............................................................................................................................................................ 14 3.2 Prospek CPO di Italia ............................................................................................................................................. 15 3.3 Segmentasi Pasar .................................................................................................................................................. 15 3.4 Perilaku Konsumsi ................................................................................................................................................. 16 BAB IV INFORMASI DAGANG ........................................................................................................... 17 4.1 Impor CPO Italia dari pasar dunia ......................................................................................................................... 17 4.2 Negara-negara pengekspor CPO ke dalam Pasar Italia ........................................................................................ 19 4.3 Analisis Kompetitor Indonesia .............................................................................................................................. 19 4.4.2 Regulasi Impor CPO di Italia .......................................................................................................................... 26 4.4.3 Prosedur Bea Cukai........................................................................................................................................ 31 4.4.4 Kualitas dan persyaratan sertifikasi Keselamatan, Kesehatan dan Masalah Lingkungan .......................... 32 4.5 Jalur Distribusi ....................................................................................................................................................... 37 BAB V STRATEGI ........................................................................................................................... 39 BAB VI REFERENSI-REFERENSI PENTING .............................................................................................. 40 LAMPIRAN ................................................................................................................................. 42
Market Intelligence 1
DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Negara-negara produsen Minyak Kelapa Sawit Utama Gambar 2: Permintaan Minyak nabati berdasarkan jenis Gambar 3: Balance Account Italia dan posisi Investasi Internasional (dalam % GDP) Gambar 4: Nilai impor Italia dari 10 negara pengekspor utama CPO dalam juta US$ Gambar 5: Impor CPO (HS 151110) di Italia dalam kg Gambar 6: Harga aktual CPO Malaysia (per Agustus 2013) dalam MYR Gambar 7: Prediksi harga CPO Futures Crude Palm Oil (FCPO) Dic. 2013 – Jul 2015 (in MYR) Gambar 8: Komposisi anggota RSPO
5 6 7 18 18 25 25 29
DAFTAR TABEL Tabel 1: Tujuan Ekspor Utama Italia tahun 2011 Tabel 2: Tujuan Ekspor Utama Italia tahun 2011 Tabel 3: Komoditi impor Italia tahun 2011-2012 Tabel 4: Sepuluh Besar Komoditi Impor Italia (2009-2011) Tabel 5: Impor kelapa sawit Italia 2005 - 2011 : Nilai perdagangan & Kuantitas Tabel 6: Klasifikasi kegunaan CPO Tabel 7: Market share Indonesia dalam impor minyak nabati Italia, termasuk CPO Tabel 8: Market Share Indonesia dalam impor minyak nabati di Italia Tabel 9: Impor CPO dari pasar internasional dan Indonesia Tabel 10: Impor CPO dan fraksi-fraksinya dari pasar dunia dan Indonesia dalam juta US$ Tabel 11: Impor CPO (HS 151110) Italia berdasarkan asal negara Tabel 12: Kode HS produk minyak kelapa sawit Tabel 13: Daftar Fee dan Duty Italia dan Uni Eropa Tabel 14: Konteks hukum terkait dalam ekspor produk minyak kelapa sawit Tabel 15: Jalur distribusi
Market Intelligence 2
8 9 10 10 11 12 14 15 17 17 19 31 32 33 37
KATA PENGANTAR ITPC MILAN Dalam upaya penyediaan informasi mengenai perkembangan perdagangan Indonesia dengan negara mitra termasuk peluang pasar produk ekspor Indonesia di negara mitra, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 706/M-DAG/KEP/9/2011 tentang Pedoman Penyusunan dan Mekanisme Pelaporan Perwakilan Perdagangan di Luar Negeri, maka Indonesia Trade Promotion Center melakukan pengamatan langsung yang fokus dan mendalam mengenai kondisi pasar dan peluang produk CPO (Crude Palm Oil) di Italia. Pemilihan produk CPO didasarkan atas pertimbangan untuk meningkatkan ekspor produk utama, potensial dan jasa yang masuk dalam kategori produk 10 10 3. Disamping itu, produk CPO juga merupakan produk ekspor utama Indonesia yang diminati oleh pasar Italia. Berdasarkan data Kementerian Pertanian Indonesia, produksi minyak kelapa sawit mentah (CPO) di Indonesia pada tahun 2012 telah mencapai 26,5 juta ton dengan produktivitas lahan sawit baru sekitar 3,57 ton per hektare. Hal ini tentunya telah menjadikan Indonesia sebagai negara produsen CPO terbesar di dunia, diikuti oleh Malaysia sebanyak 19,4 juta ton dan Nigeria sebanyak 900.000 ton. Secara umum, CPO merupakan bahan baku utama yang dibutuhkan industri produk makanan olahan (processed food), sabun/deterjen, kosmetik dan biodiesel di Italia. Impor CPO Italia dari Dunia tercatat senilai 700,03 juta USD di tahun 2012 atau meningkat 20,59% dibandingkan tahun sebelumnya senilai 682,06 juta USD. Dari total impor CPO Italia dari Dunia di tahun 2012 tersebut, share impor Indonesia adalah sekitar 80% dengan nilai sebesar 559,86 juta USD, sehingga Indonesia merupakan negara pemasok CPO utama bagi Italia. Sampai saat ini Indonesia memang memiliki keunggulan bersifat kompetitif dan komparatif dalam hal kapasitas produksi CPO dibandingkan dengan negara-negara produsen CPO lainnya. Namun demikian, upaya-upaya meningkatkan daya saing industri CPO di Indonesia perlu terus dilakukan melalui pengembangan industri berbasis sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi. Di samping itu, benchmarking dengan negara-negara pesaing utama Indonesia untuk impor produk CPO di Italia juga menjadi hal sangat relevan untuk dilakukan, secara khusus dengan Malaysia sebagai negara produsen CPO terbesar kedua di dunia. Usaha pembandingan ini akan membantu Indonesia mengetahui kekuatan dan kelemahan negara pesaingnya, yang pada akhirnya dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan industri CPO di Indonesia serta peningkatan ekspor CPO Indonesia ke Italia. Mengingat besarnya peluang pengembangan ekspor CPO Indonesia ke Italia, terbukti dengan adanya prediksi peningkatan permintaan CPO Italia sebesar 3,9% sampai dengan akhir tahun 2013, maka untuk saat ini sangat diperlukan usaha pengamatan dan perolehan informasi pasar untuk mengetahui kondisi pasar dan menentukan strategi produksi dan pemasaran produk agar dapat memenuhi selera konsumen dan persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah Italia. Oleh karena itu, Laporan Market intelligence ini dibuat dengan harapan dapat mengakomodasi pengusaha Indonesia dan pemerintah Indonesia dalam upaya pengembangan ekspor CPO Indonesia ke Italia. Lebih dari itu, semoga Laporan Market Intelligence ini dapat memberikan kontribusi terhadap peluang kerjasama yang lebih besar antara Indonesia dan Italia. Disadari sepenuhnya bahwa penulisan Laporan Market Intelligence ini masih jauh dari sempurna, untuk itu atas segala kekurangan yang ada dengan rendah hati ITPC Milan mohon dimaafkan, kritikan serta masukan yang membangun sangat diharapkan. Semoga Laporan Market Intelligence ini dapat memberikan manfaat sebagaimana mestinya. Milan,
November 2013
Kepala ITPC Milan Sumber Sinabutar
Market Intelligence 3
KATA PENGANTAR BEACON SRL Beacon Srl. adalah sebuah perusahaan konsultan Italia yang bergerak di bidang pengembangan bisnis, internasionalisasi dan manajemen krisis. Adalah merupakan suatu kehormatan bagi kami menjadi co-partner bagi ITPC Milan dalam penyusunan Laporan Market Intelligence berjudul Peluang Pasar Produk CPO di Italia. Penyusunan Laporan Market Intelligence ini bertujuan untuk menyediakan informasi-informasi penting kepada para pelaku bisnis CPO dalam rangka mendukung peningkatan kerjasama perdagangan produk CPO antara Italia dan Indonesia. Laporan ini dibagi ke dalam 2 bagian utama, yaitu Riset Sekunder (Desk Research) yang berisi informasi umum dan data statistik mengenai CPO, dan Riset Primer (Field Research) yang memberikan tips dan rekomendasi penting yang datang dari berbagai stakeholders utama yang memang secara langsung terlibat dalam proses perdagangan CPO. Melalui penyusunan Laporan ini diharapkan agar hubungan bilateral kedua negara dapat lebih ditingkatkan lagi, khususnya dalam hal aktivitas perdagangan. Pada kesempatan ini, kami pun secara pribadi tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sumber Sinabutar, Kepala ITPC Milan atas dukungan dan kepercayaan yang telah diberikan. Milan, November 2013
Presiden Beacon Srl. Riccardo Rabuffi
Market Intelligence 4
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Sejarah Singkat Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari hutan tropis di Afrika Barat (Kamerun, Pantai Gading, Ghana, Liberia, Nigeria, Sierra Leone, Togo, dan di sepanjang garis khatulistiwa di Angola dan Congo) Gambar 1: Negara-negara produsen Minyak Kelapa Sawit Utama
Sumber: International Monetary Fund (IMF) Pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit yang bisa dimakan telah dilakukan di Afrika selama beriburibu tahun, dan minyak yang dihasilkan merupakan bahan baku yang penting bagi masakan tradisional Afrika Barat. Selama abad ke-14 dan abad ke-17, buah kelapa sawit dibawa ke Amerika dan mulai diperkenalkan juga ke Timur. Hal ini disebabkan pentingnya nilai ekonomis buah kelapa sawit sebagai sumber minyak makan dan minyak lainnya. Kini tanaman kelapa sawit ditanam sebagai tanaman perkebunan di sebagian besar negara dengan iklim tropis dan curah hujan tinggi. Perkembangan industri minyak kelapa sawit di banyak negara tropis selama ini didukung oleh potensi produksinya yang cukup tinggi. Tanaman kelapa sawit mengahsilkan panen minyak tertinggi, baik dari minyak kelapa sawit maupun minyak kernel per unitnya apabila dibandingkan dengan tanaman-tanaman lain. Perdagangan minyak kelapa sawit internasional dimulai pada awal abad ke-19, sedangkan minyak kernel muai berkembang setelah tahun 1832. Perdagangan minyak kelapa sawit dari Afrika Barat terutama disebabkan oleh adanya revolusi industri di Afrika. Meningkatnya kesadaran akan sanitasi dan kebersihan orang-orang Eropa saat itu membuat permintaan sabun meningkat yang berlanjut pada meningkatnya permintaan minyak nabati untuk memproduksi sabun dan penggunaanpenggunaan teknis lainnya. Pada awal tahun 1870, ekspor minyak kelapa sawit dari Delta Niger mencapai angka 25000-30000 ton per tahun dan pada tahun 1911, wilayah-wilayah Inggris di Afrika barat telah mengekspor minyak kelapa sawit sebesar 87000 ton. Ekspor minyak kernel juga dimulai pada tahun 1832 dan pada tahun 1911, Afrika Barat sendiri telah mengekspor sebanyak 157000 ton di mana 75% dari jumlah ini dipasok oleh Nigeria. Nigeria merupakan pengekspor terbesar sampai tahun 1934 ketika Malaysia mulai mengungguli ekspor Nigeria. Afrika memimpin produksi dan ekspor minya kelapa sawit di dunia hingga pertengahan abad ke-20, dipimpin oleh Nigeria dan Zaire. Pada tahun 1966, Malaysia dan Indonesia telah mengungguli total produksi minyak kelapa sawit Afrika. Lebih dari 3 juta ton minyak kelapa sawit diproduksi oleh Malaysia sendiri pada tahun 1983, dibandingkan dengan 1.3 juta ton produksi Afrika. Saat ini, konsumsi minyak zaitun dalam bentuk produk semi-finish untuk produksi biofuel (CPO) telah dikenal luas sebagai jembatan penghubung produk antara Negara-negara Eropa dan Negara-negara berkembang.
Market Intelligence 5
1.2 Minyak Nabati dan Produk-produk Turunannya - Tren Pasar Global & Outlook Menurut Laporan Outlook Sektor Agrikultural yang dirilis oleh Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi Dunia (OECD) dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), produksi global minyak nabati yang tidak mencukupi permintaan membuat penarikan persediaan global dan penurunan rasio saham global menjadi tak terelakkan. Konsekuensi dari hal tersebut, terutama setelah periode peralihan ketika harga mulai menjadi stabil, kuotasi minyak biji kembali menguat lagi pada awal tahun 2012. Hal ini juga diakibatkan oleh kekhawatiran bahwa persaingan lahan antara kedelai dan jagung yang bisa terulang pada tahun 2012/13. Produksi dan konsumsi minyak nabati diperkirakan akan meningkat kurang lebih sebesar 28% dalam periode 2012 sampai dengan 2021, sebuah peningkatan yang melebihi antisipasi untuk produksi minyak nabati tahunan, dikarenakan adanya kontribusi dari minyak kelapa sawit dan minyak kelapa. Produksi minyak nabati global pun masih tetap terpusat secara geografis, dengan jumlah pusat produksi yang relatif sedikit (Indonesia, Malaysia, Cina, Uni Eropa, Amerika Serikat, Argentina, Brazil dan India) atau sekitar 79% dari total output. Indonesia dan Malaysia ditetapkan menjadi dua produsen terbesar di dunia dengan produksi minyak sawit masingmasing sebesar 20 % dan 14 % dari total produksi minyak global pada tahun 2021. Dalam jangka waktu sepuluh tahun ke depan, produksi minyak sawit gabungan dari kedua negara tersebut diproyeksikan meningkat sebesar 37% atau 12 juta ton. Meskipun minyak rapa dan minyak kedelai diperkirakan akan tetap menjadi bahan baku utama, penggunaan minyak kelapa sawit diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat dalam sepuluh tahun ke depan, dengan sekitar 9% dari produksi minyak sawit global diserap oleh industri biofuel pada tahun 2021 (OECD - FAO Agricultural Outlook 2012 – 2021). Di negara maju, penggunaan makanan dan permintaan biodiesel menempati 27% dan 73% dari pertumbuhan konsumsi total. Pertumbuhan permintaan biodiesel harus terus dipimpin oleh Uni Eropa, di mana pada tahun 2021, produsen biofuel diperkirakan akan menyerap 51 % minyak nabati dalam negeri. Gambar 2: Permintaan Minyak nabati berdasarkan jenis
Sumber: Roundtable on Sustainable Palm Oil - Fact-sheet
Market Intelligence 6
1.3 Italia: Overview Makro-ekonomi Karena adanya efek krisis Eropa, proyeksi jangka pendek semakin menjadi tidak pasti. Masih belum jelas apakah kesepakatan yang dicapai di tingkat Eropa dan kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan saat ini mampu untuk mengembalikan kepercayaan dan kondisi permintaan yang diperlukan untuk mengadakan perdagangan. Tahun 2012 telah menjadi tahun resesi yang mendalam, walaupun demikian pada tahun 2013 tercatat up-turn yang cukup positif. Seperti pola siklus masa lalu, penurunan permintaan domestik telah membawa perbaikan pada pendapatan eksternal negara. Defisit neraca pembayaran pada transaksi yang sedang berjalan menyusut dari 3,5% dari GDP pada tahun 2010 menjadi 3,3% pada tahun 2011. Posisi investasi internasional netto Italia juga meningkat berkat penyesuaian penilaian hutan sehubungan dengan penurunan harga surat hutang negara. Namun demikian, sistem ekonomi Italia masih menunjukkan kemampuan yang rendah untuk menarik investasi baru dari luar negeri dan dengan demikian mendorong Italia untuk membidik segmensegmen dengan nilai tambah tinggi (high value added) dari rantai produksi internasional. Resesi pada tahun 2012 mengakibatkan pengurangan impor barang dan jasa (turun 9% dari periode tahun sebelumnya). Tingkat penetrasi impor pasar domestik Italia umumnya meningkat di atas 28% pada tahun 2011, tetapi masih berada di bawah rata-rata semua negara Eropa lainnya, kecuali Yunani. Meskipun perekonomian makro Italia cenderung kurang terbuka, fakta bahwa penetrasi impor lebih rendah di Italia dibandingkan di semua negara Uni Eropa utama lainnya menunjukkan masih adanya margin untuk meningkatkan keterlibatan sistem ekonomi Italia dalam memanfaatkan integrasi internasional. Pada tahun 2011, ekspor juga melambat secara progresif menyusul semakin parahnya krisis. Namun demikian, ekspor barang dan jasa menjadi satu-satunya komponen dinamis dari permintaan, meningkat sebesar 5,6% dalam hal volume sepanjang tahun tersebut dan kecenderungan untuk ekspor (rasio ekspor barang dan jasa terhadap GDP pada harga konstan) naik menjadi 28,4 %, mendekati rata-rata negara-negara lainnya di Eropa. Gambar 3: Balance Account Italia dan posisi Investasi Internasional (dalam % GDP)
Sumber: Bank of Italy dan ISTAT
Dalam hal impor, arus dari Eropa melambat, sementara impor dari sejumlah negara berkembang meningkat dengan cepat, terutama dari negara-negara penghasil minyak.
Market Intelligence 7
Tabel 1: Tujuan Ekspor Utama Italia tahun 2011
Sumber: ISTAT Data perdagangan Italia di tahun 2012 menunjukkan perlambatan ekspor dibandingkan Uni Eropa, tetapi ekspor Italia masih tumbuh dengan peningkatan yang positif ke beberapa pasar non-Uni Eropa, khususnya Swiss (19%) Afrika (16%), Amerika Utara (14%) dan Jepang (21%). Imbas dari krisis saat ini juga harus dilihat dari segi impor Italia, yang mengalami penurunan dengan perbedaan yang cukup besar dari semua negara partner impornya, kecuali dari Amerika Serikat, Rusia, Timur Tengah, Afrika Utara dan Timur Jauh yang secara bertahap terlihat membaik. Selanjutnya, hubungan perdagangan antara Uni Eropa dan negaranegara ASEAN tetap stabil dan tidak terkena efek krisis yang melanda Eropa saat ini. Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar kedua ASEAN setelah China, dengan kontribusi sebesar sekitar 11,2% dari
Market Intelligence 8
total perdagangan ASEAN selama periode 2009-2010. ASEAN sendiri, sebagai suatu kesatuan, merupakan mitra dagang terbesar Uni Eropa kelima dengan nilai ekspor dan impor mencapai 118 miliar Euro. Penurunan impor Italia untuk hampir semua jenis produk di tahun 2012 menjelaskan fakta bahwa pasar Italia masih belum terlepas dari kondisi krisis ekonomi. Hanya pembelian produk-produk energi yang secara nilai mencatat peningkatan menyusul semakin tingginya harga minyak dunia. Tabel 2: Tujuan Ekspor Utama Italia tahun 2011
Sumber: ISTAT
1.4 Pasar CPO di Italia
Market Intelligence 9
Sebagai konsekuensi trend pasar global, Uni Eropa merupakan salah satu daerah ekonomi yang paling penting bagi aktivitas impor CPO untuk berbagai aplikasi, tidak terkecuali Italia. Data awal berikut menegaskan bahwa Italia termasuk negara yang menjanjikan dan merupakan pasar ekspor CPO bernilai tinggi. Pasar global mengkonfirmasikan adanya kenaikan impor CPO oleh negara-negara maju, termasuk Italia. Pada tahun 2007, Italia berada di peringkat ketiga sebagai importir minyak sawit terbesar di Eropa dengan 40.000 ton, atau tercatat 10.000 ton lebih besar dibandingkan dengan impornya pada tahun 2006. 1.5 Profil Impor Italia Secara umum, Italia dapat dianggap sebagai imporir energi utama, dengan tiga komoditas yang berkaitan dengan energi dalam enam komoditi impor terbesar antara tahun 2011 dan 2012. Untuk mengetahui dari arus impor CPO Italia dari Dunia secara khusus dapat mengacu pada tabel 5. Tabel 3: Komoditi impor Italia tahun 2011-2012 1. Bahan bakar mineral, lubrikan, dan materi-materi terkait (SITC section 3) 2. Produk-produk akhir yang diklasifikasikan berdasarkan material (SITC section 6) 3. Minyak bumi dan minyak-minyak yang berasal dari mineral-mineral yang mengandung bitumen, dalam bentuk mentah (Kode HS 2709) 4. Mobil dan kendaraan-kendaraan bermotor untuk transportasi (Kode HS 8703) 5. Gas-gas yang berasal dari minyak bumi dan gas-gas Hidrokarbon lainnya (Kode HS 2711) 6. Mesin dan peralatan transportasi (SITC section 7) Sumber: UN Comtrade Untuk memastikan kecenderungan secara umum, dapat dilihat bahwa dalam jangka waktu yang lebih panjang Italia merupakan importir energi utama. Berdasarkan data dalam tabel 4, tiga diantara 10 komoditas yang paling banyak diimpor pada tahun 2009-2011 terkait dengan produksi energi (posisi 1, 3 dan 5). Secara umum dan dipastikan dari berbagai sumber internasional terkemuka, Italia telah, sedang dan akan menjadi negara pengimpor utama dalam perdagangan CPO. Tabel 4: Sepuluh Besar Komoditi Impor Italia (2009-2011)
Sumber: UN Comtrade
Market Intelligence 10
Tabel 5: Impor kelapa sawit Italia 2005 - 2011 : Nilai perdagangan & Kuantitas
Negara
Komoditas
Tahun
Kode Komoditas
Flow
Italia
Minyak kelapa sawit mentah
2011
151110
impor
Italia
Minyak kelapa sawit mentah
2010
151110
impor
Italia
Minyak kelapa sawit mentah
2009
151110
impor
Italia
Minyak kelapa sawit mentah
2008
151110
impor
Italia
Minyak kelapa sawit mentah
2007
151110
impor
Italia
Minyak kelapa sawit mentah
2006
151110
impor
Italia
Minyak kelapa sawit mentah
2005
151110
impor
Trade (USD)
683,274,799
591,248,883
467,755,600
336,538,453
134,493,513
97,389,000
94,684,666
Unit Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Jumlah
689,341,653
805,589,755
642,429,457
373,322,242
220,885,823
213,559,103
219,137,398
Sumber data: UN data - statistical data section of United Nations - http://data.un.org/Default.aspx
1.6 Apa yang membuat CPO begitu menarik bagi pasar Italia? Minyak kelapa sawit dianggap salah satu minyak sayur yang paling populer dan paling banyak diperdagangkan pada skala global. Selain itu, produk ini memiliki karakteristik tertentu yang membuatnya sangat dihargai di pasar Italia. Beberapa fitur tersebut adalah: • • • •
Harga: relatif murah Serbaguna Hasil: menghasilkan tinggi Ketersediaan: diproduksi paling banyak
Market Intelligence 11
BAB II PELUANG PASAR CPO DI ITALIA
Bab ini bertujuan untuk memberikan informasi terpercaya bagi para eksporer tentang bagaimana mengakses pasar Uni Eropa dan pasar Italia. Laporan ini memaparkan gambaran umum minyak kelapa sawit dengan fokus utama pada produk CPO. Minyak kelapa sawit dikonsumsi luas di Italia dan merupakan salah satu jenis minyak yang paling banyak diimpor. Sehubungan dengan aplikasi/tujuan pengunaan produk CPO di Italia, terdapat tiga kategori utama, yaitu: • • •
Industri pangan (terutama minyak kelapa sawit dan RDB) Industri kosmetik dan produk-produk kecantikan (terutama CPO) Produksi biofuel (terutama CPO)
Dalam industri pangan, minyak kelapa sawit merupakan salah satu bahan untuk produksi beberapa produk sehari-hari yang paling banyak dikonsumsi, misalnya: • •
Snack/biskuit/cracker/roti tahan lama (diproduksi oleh Kraft, Saiwa, dan Motta) Beberapa jenis saus pasta yang diproduksi oleh Barilla
Dalam produksi produk-produk kosmetik dan kecantikan, minyak sawit dapat ditemukan dalam berbagai produk yang dihasilkan oleh: • Dove • Palmolive Menurut data dan informasi yang didapatkan sejauh ini, konsumen/pengguna CPO di pasar Italia seharusnya tidak secara langsung didefinisikan sebagai publik umum. Target yang tepat untuk penetrasi pasar Italia adalah industri makanan, industri non-makanan dan industri transformasi biofuel.
Tabel berikut menunjukkan berbagai kemungkinan aplikasi penggunaan CPO menurut kode HS. Tabel yang sama dapat ditemukan dalam bagian-bagian khusus dalam laporan ini mengenai tata cara impor. Tabel 6: Klasifikasi kegunaan CPO Code
Description
1511
Minyak kelapa sawit dan fraksi-fraksinya, baik terolah mauapun tidak terolah, tapi tidak dimodifikasi secara kimia
1511.10
Crude Oil
1511.10.10
Untuk penggunan teknis atau industri selain produksi makanan untuk konsumsi manusia
1511.10.90
CPO dan lain lain
1511.90
Lainnya
1511.90.11
Fraksi padat dalam kemasan siap jual dengan isi tidak melebihi 1 kg
1511.90.19
Lainnya
Market Intelligence 12
Code 1511.90.19.10 dan 1511.90.91.10
Description Untuk produksi: • • •
•
• •
Industrial monocarboxylic fatty acids of dengan 3823 19 10, Methyl esters of fatty acids dengan heading 2915 or 2916, Fatty alcohols dengan subheadings 2905 17, 2905 19 and 3823 70 untuk industri kosmetik, produk pembersih atau produk pharmaceutical Fatty alcohols dengan 2905 16, murni ataupun campuran, yang digunakan untuk industri kosmetik, produk pembersih atau produk pharmaceutical Stearic acid dengan subheading 3823 11 00 Goods dengan heading 3401
1511.90.19.90
Lainnya
1511.90.91
Lain-lain untuk penggunaan teknis maupun industri selain produksi makanan dan konsumsi manusia
1511.90.91.90 1511.90.99
Lainnya
Sumber: Taxation and Customs of European Commission
Market Intelligence 13
BAB III INFORMASI PASAR CPO 3.1 Trend Pasar Sisi supply global: kondisi cuaca yang kurang mendukung telah membuat turunnya panen rapeseed di Eropa dan di Amerika utara, biji bunga matahari di Russia dan Ukraina sepanjang tahun 2012. Namun demikian, dalam harapan akan panen kacang kedelain normal dan di tempat-tempat lain untuk panen-panen yang lain di pertengahan tahun 2012/13, produksi biji minyak global diprediksi akan mencapai 462,9 juta ton, yaitu meningkat sebesar 4,6% apabila dibandingkan tahun sebelumnya dengan kenaikan terbesar disumbangkan oleh melambungnya panen kedelai dari Brazil dan Argentina yang telah terprediksi sebelumnya. Minyak kelapa sawit diharapkan akan mengalami produksi yang cukup baik pada tahun 2012-2013 yang didukung oleh masuknya sawit-sawit muda ke dalam usia produksi di Indonesia dari 7,1 juta ha pada tahun 2011/12 menjadi 7,6 juta ha pada tahun 2012/13. Dengan demikian, produksi minyak kelapa sawit global diharapkan akan meningkat sebesar 2,8 juta ton menjadi 53,4 ton pada tahun 2012/13 dibandingkan dengan tahun 2011/2012 sebesar 50,6 juta ton dan sebagian besar merupakan kontribusi Indonesia. Meningkatnya hasil minyak kelapa sawit dapat mengimbangi perkiraan turunnya produksi minyak biji untuk tahun ini. Produksi global delapan minyak nabati utama diperkirakan akan mencapai 156,6 juta ton pada tahun 2012/13, yang berarti adanya peningkatan sebesar 1 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya, dimana kecepatan ekspansinya merupakan yang terendah dalam periode beberapa tahun belakangan ini. Dari sisi permintaaan global: konsumsi global delapan minyak nabati utama pada tahun 2012/13 diperkirakan akan bertambah sebesar 5,9 juta ton (3.9%), berangkat dari angka 155,8 juta ton pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan dalam sektor pangan dan non pangan sebesar 4,4 juta ton akan memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan konsumsi minyak nabati, yang merupakan akibat meningkatnya permintaan dari Cina, India, Indonesia, dan USA. Minyak nabati yang digunakan dalam sektor industri (termasuk produksi biodiesel) diprediksikan akan naik sebesar 1,5 juta ton. Permintaan kumulatif terhadap minyak kelapa sawit dan minyak kernel untuk periode 2012/13 diproyeksikan akan meningkat sebesar 3,5 ton dibandingkan tahun sebesarnya yaitu 57,5 juta ton. Minyak kelapa sawit akan mendominasi naiknya konsumsi minyak nabati. Pangsa pasar minyak nabati diperkirakan akan mencapai angka 33% untuk sektor pangan dan 49,5% untuk sektor industri. Tabel 7: Market share Indonesia dalam impor minyak nabati Italia, termasuk CPO
Sumber data: ISTAT
Market Intelligence 14
3.2 Prospek CPO di Italia Italia adalah salah satu pasar minyak kelapa sawit terbesar di antara negara-negara Uni Eropa. Pada tahun 2009, konsumsi minyak kelapa sawit Italia tercatat sebesar 911 juta ton, dengan peningkatan tahunan rata-rata sebesar 25% sejak tahun 2005. Pada tahun 2009, konsumsi Italia mencapai 11% dari total impor Uni Eropa, yang menjadikannya imporer terbesar ketiga setelah Belanda dan Jerman. Impor minyak kelapa sawit Italia mencapai angka 590 juta ton atau setara dengan 350 juta Euro. Nilai ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata tahunan sebesar 12% dalam satuan volume dan 22% dalam nilai impornya sejak 2005. Pasar umum Italia untuk komoditi minyak kelapa sawit didominasi oleh perusahaan-perusahaan multinasional seperti Unigrà dan Cargill, yang memang menangani minyak kelapa sawit dalam jumlah besar dan klien-klien besar. Perusahaan-perusahaan besar tersebut bukanlah saluran yang paling umum bagi eksporter skala kecil atau menengah untuk dapat mengakses pasar. Sebaliknya, eksporter-eksporter skala kecil dan menengah disarankan untuk focus pada importer-importer khusus, broker dan agen untuk menemukan celah peluang di pasar Italia. Informasi selengkapnya mengenai topik tersebut dapat disimak pada Bab IV “Informasi Dagang ”. Tabel 8: Market Share Indonesia dalam impor minyak nabati di Italia Market Share Indonesia (dalam %) dalam impor minyak nabati di Italia, termasuk CPO 2007 6,29% 2008
12,16%
2009
18,61%
2010
19,92%
2011
17,71%
Sumber data: ISTAT
3.3 Segmentasi Pasar Italia memegang peranan yang penting baik sebagai importer maupun re-eksporter minyak kelapa sawit. Sebagian besar impor minyak kelapa sawit di Italia langsung berasal dari negara-negara tropis. Sebagian besar minyak kelapa sawit yang masuk ke pasar domestik di Italia digunakan dalam industri pangan, dikonsumsi sebagai minyak goreng di sektor-sektor produksi atau sebagai bahan penyusun produk dari margarine hingga cokelat. Penggunaan di sektor industri adalah segemen utama CPO di Italia. Pasar domestik Italia untuk minyak kelapa sawit dengan demikian dibedakan dalam dua kategori utama: • Sektor pangan (terutama minyak kelapa sawit) • Sektor industri (terutama CPO) Identifikasi segmen pasar bedasarkan demografi dinilai kurang relevan mengingat minyak kelapa sawit, terutama CPO, sebagian besar diimpor dalam bentuk bahan baku untuk digunakan secara domestik dalam proses industri. Studi investigasi demografis dapat dilakukan untuk produk-produk final yang melibatkan transformasi CPO pada pasar Italia. Saat ini, minyak kelapa sawit dan CPO lebih dianggap sebagai bahan baku daripada produk akhir untuk digunakan sebagai minyak yang dapat dimakan. Seperti telah disebutkan sebelumnya, pasar terbesar untuk minyak kelapa sawit dan CPO adalah industri pangan diikuti produksi biodiesel. Beberapa alasan yang dapat mencegah minyak kelapa sawit menjadi komoditi minyak yang bisa dimakan secara langsung adalah: •
Ketersediaan beberapa jenis minyak nabati lokal
Market Intelligence 15
Minyak zaitun adalah salah satu minyak nabati utama yang dikonsumsi langsung. Lebih lanjut minyak zaitun juga memiliki akar kebudayaan yang kuat di Italia dan Italia terkenal di dunia sebagai produsen minyak zaitun asli menurut diet Mediteranean. •
Kepedulian akan kesehatan Minyak kelapa sawit secara umum dianggap sebagai salah satu minyak nabati yang paling banyak mengandung lemak dan memiliki kandungan kalori cukup tinggi dibandingkan dengan minyak-minyak nabati lainnya. Hal ini mempengaruhi persepsi publik terhadap minyak kelapa sawit yang dapat membayakan kesehatan apabila dikonsumsi secara langsung.
•
Kepedulian akan lingkungan Timbulnya kesadaran masyarakat akan adanya berbagai masalah yang muncul dari bisnis minyak kelapa sawit dan CPO. Beberapa isu yang menyangkut lingkungan, biodiversitas, dan hak asasi manusia dapat menjadi batu sandungan bagi minyak kelapa sawit dan CPO untuk diterima sebagai produk sehari-hari. Hal ini jugalah yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pentingnya aktivitas perdagangan CPO dengan penyertaan sertifikasi sustainability.
3.4 Perilaku Konsumsi Akibat tingginya permintaan Eropa dan Italia, bisa dikatakan bahwa permintaan untuk minyak kelapa sawit dan CPO tergolong cukup stabil dan berkesinambungan. CPO sebagai minyak nabati dipengaruhi oleh batas musiman. Keberadaan minyak sawit di pasar global, pemasok stok internasional serta pengaruh musiman buah kelapa sawit adalah faktor-faktor yang menyebabkan harga minyak kelapa sawit mengalami fluktuasi sepanjang tahun. Di sektor pangan, kekurangan supply minyak kelapa sawit dapat diatasi dengan menggantikannya dengan minyak-minyak nabati lainnya yang diproduksi secara domestik, misalnya minyak bunga matahari dan minyak zaitun. Sebaliknya, di sektor industri, pasar Italia cenderung untuk tetap menggunakan minyak kelapa sawit. Perusahaan-perusahaan biasanya cenderung untuk menyisihkan stok minyak kelapa sawit untuk mengantisipasi kekurangan produk, sebab tidak terdapat banyak pilihan produk pengganti minyak kelapa sawit. Permintaan domestik untuk minyak kelapa sawit dan CPO dapat dikatakan cukup stabil sepanjang tahun namun dapat dipengaruhi oleh fluktuasi harga. Eksportir disarankan untuk memonitor harga minyak kelap sawit dan CPO di pasar global secara teratur untuk mengindentifikasi waktu terbaik untuk menjual. Sangat mungkin bahwa pembeli memiliki jadwal membeli tetap berdasarkan studi dan analisis finansial internal.
Market Intelligence 16
BAB IV INFORMASI DAGANG 4.1 Impor CPO Italia dari pasar dunia Menurut data yang dikutip dari ISTAT dan UN Comtrade, Indonesia ternyata memegang peranan yang cukup besar dalam memasok minyak kelapa sawit dan produk-produk turunannya ke Italia. Trend impor CPO ke Italia sejak 2008 menunjukkan kenaikan yang cukup konstan walaupun terkadang mengalami fluktuasi. Selain itu trend juga menunjukkan bahwa CPO lebih banyak diimpor dibandingkan minyak kelapa sawit olahan. Bagian selanjutnya dari Laporan ini yang membahas lebih lanjut bahwa trend tersebut dipengaruhi oleh dinamika pasar internal dan bahwa pasar utama untuk produk tersebut bukan konsumen akhir atau publik melainkan industri dan perusahaan-perusahaan multinasional yang cukup besar. Pelaku pasar tersebut cenderung mendominasi angka impor komoditas produk CPO. Tabel 9: Impor CPO dari pasar internasional dan Indonesia
Sumber data: ISTAT
Tabel 10: Impor CPO dan fraksi-fraksinya dari pasar dunia dan Indonesia dalam juta US$
Sumber data: ISTAT
Market Intelligence 17
Gambar 4: Nilai impor Italia dari 10 negara pengekspor utama CPO dalam juta US$
Sumber data: ISTAT
Gambar 5: Impor CPO (HS 151110) di Italia dalam kg
Sumber data: ISTAT
Market Intelligence 18
Tabel 11: Impor CPO (HS 151110) Italia berdasarkan asal negara
Negara Indonesia Malaysia Thailand Papua Nugini Belanda Jerman
2008
2009
2010
2011
289,197,81
570,363,946
694,342,400
508,513,870
23,063,993
5,999,173
65,334,196
90,330,605
40,981,300
8,084,370
NA
56,221,700
18,376,520
54,500,641
39,629,083
32,618, 360
414,623
324,685
675,947
711,523
871,600
185,469
371,297
136,436
Sumber data: UN - Statistics division
4.2 Negara-negara pengekspor CPO ke dalam Pasar Italia Seperti telah disebutkan dalam beberapa bagian di dalam Laporan ini, Italia adalah salah satu pengimpor minyak nabati yang paling besar dalam sektor pangan, industri, dan biodiesel. Secara historis dan karena berbagai kondisi yang memungkinkan, Indonesia selalu menjadi partner EU utama dalam memasok minyak kelapa sawit dalam bentuk yang berbeda-beda (CPO, RDB, dan sebagainya). Secara khusus, Indonesia merupakan pemasok terbesar minyak kelapa sawit di sebagian besar pasar Eropa dan juga di Italia. Lima negara pengekspor minyak sawit utama bagi pasar Italia adalah sebagai berikut: • • • • •
Indonesia (31.000) Malaysia (19.000) Thailand (2.100,00) Papua New Guinea (630.00) China (Data Tidak Tersedia)
* Top players CPO suppliers 2009 - 2012 - Asian DCs – Sumber: CBI Ministry of Foreign Affairs - Netherlands * Kuantitas dalam: 1000 JUTA TON - Periode 2013 – Sumber: IndexMundi Rata-rata sebanyak 80% CPO di Italia pada tahun 2009 diimpor dari negara-negara berkembang di Asia sedangkan selebihnya berasal dari pasar internal Uni Eropa. Pelaku pasar terpenting di pasar internal Uni Eropa antara lain: • • •
Belanda Jerman Rumania
*Top players CPO suppliers 2009 - 2012 - EU internal market - Sumber: CBI Ministry of Foreign Affairs - Belanda 4.3 Analisis Kompetitor Indonesia Malaysia 6
Italian Institute for Foreign Commerce (ICE) menilai Malaysia sebagai pesaing utama Indonesia dalam sektor minyak kelapa sawit. Malaysia adalah kompetitor yang cukup penting mengingat kedekatannya dengan Indonesia dan Market Intelligence 19
kapasitas produksinya. Malaysia merupakan supplier minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Indonesia. Malaysia memasok sebanyak 30% kebutuhan kelapa sawit dunia sedangkan Indonesia 62%. Situasi strategis Malaysia dibandingkan dengan Indonesia Produksi minyak kelapa sawit Malaysia membutuhkan cost yang lebih besar, karena: Keterbatasan lahan Pada tahun 2012, perkebunan kelapa sawit di Malaysia menempati areal sebesar 5,08 juta ha, dengan adanya perluasan perkebunan di Sarawak (Borneo). Pekebunan kelapa sawit terluas Malaysia berada di Borneo, yaitu sebesar 49% (2,45 juta Ha) dari total area tertanam di Malaysia. Malaysian Palm Oil Board (MPOB) sebagai lembaga pemerintah Malaysia menetapkan luas maksimal untuk perkebunan sawit sebesar 5,6 juta ha dan 600.000 ha sisanya untuk perluasan lahan. Kebijakan resmi pemerintah Malaysia menyebutkan bahwa setidaknya 50% wilayah negara tersebut harus berupa hutan. Peningkatan panen yang stagnan Terbatasnya penggunaan varietas biji baru kelapa sawit menjadi alasan utama mengapa produsen Malaysia berjuang keras untuk meningkatkan panen rata-ratanya. Semenjak tahun 1997 sampai dengan tahun 2010, panen rata-rata per hektar mencapai angka 3,35-4,65 ton. Panen mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir dikarenakan kondisi cuaca yang mendukung dan tingginya harga pasar. Meningkatnya penggunaan pupuk mengakibatkan perkebunan mengalami tekanan secara biologis walaupun produksinya mengalami kenaikan. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan panen yang cukup stagnan adalah rendahnya tingkat replanting. Kelapa sawit membutuhkan waktu delapan hingga sepuluh tahun sebelum mencapai panen puncak dan secara ekonomi tanaman kelapa sawit dapat dipertahankan hingga 22-25 tahun. Lebih dari 30% perkebunan kelapa sawit Malaysia telah berumur 20 hingga 30 tahun. Pemerintah Malaysia menyediakan insentif bagi para penanam untuk menaikkan tingkat replanting (sekitar 3-4% dari total area tertanam). Menurut statistik resmi Indonesia, 60% kelapa sawit Indonesia berada pada tahap panen pra-puncak Biaya Produksi Satu ton CPO yang diproduksi di Malaysia memakan biaya sebesar 330 Euro. Biaya tenaga kerja adalah faktor utamanya. Upah harian di Malaysia adalah sekitar 20-25 MYR atau sekitar 5-6 Euro. Ekspansi perkebunan yang cukup cepat menimbulkan permintaan akan tenaga kerja terlatih dari luar Malaysia. Menurut data statistik yang dikeluarkan MPOB (Malaysian Palm Oil Board), sekitar 76% tenaga kerja industri CPO di Malaysia adalah tenaga asing dan 89% dari angka tersebut berasal dari Indonesia. Menurut sensus MPOB pada tahun 2011, tenaga kerja Malaysia di sektor minyak kelapa sawit adalah sebesar 485.500 pekerja (dan akan mengalami peningkatan mencapai 800.000 pekerja termasuk dalam industri hilir) dan akan ada kekurangan tenaga kerja sebesar 36.000 (untuk tenaga pemanen dan petani) •
Menurut konferensi MPOB pada tahun 2011, kekurangan tenaga kerja diperkirakan setara dengan 5% total produksi (sekitar 5 juta ton buah kelapa sawit) atau sekitar 3 miliar MYR (689,8 juta Euro atau 9,679 miliar rupiah)
•
Pengaruh pulihnya ekonomi global terhadap harga-harga komoditi Kebutuhan dalam negeri di Malaysia adalah sepersembilan dari total produksi minyak kelapa sawitnya, yaitu dengan permintaan sebesar 0,1 juta ton dibanding produksi rata-rata sebesar 2 juta ton.
Startegi Marketing Malaysia MPOC mengharapkan konsumen dan konsumen potensial di seluruh dunia untuk mengenal CPO Malaysia sebagai CPO yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Market Intelligence 20
Memiliki kualitas tinggi dan bersertifikat Sustainable Cepat dikirim Didukung oleh aktivitas R&D yang memadai
• • • • Promosi
Malaysian Palm Oil Council (MPOC) secara gencar mempromosikan minyak kelapa sawit Malaysia dengan nama brand “Malaysia Palm”. Strategi ini bertujuan untuk membedakan minyak kelapa sawit (yang dapat langsung dimakan) dengan komoditas-komoditas lain dan minyak kelapa sawit lainnya di pasar minyak dan lemak makan. MPOC juga memiliki website (www.mpoc.org.my) yang ditujukan untuk: • Memperkenalkan minyak kelapa sawit dan bagaimana menggunakannya • Menggarisbawahi sustainable production minyak kelapa sawit production (Palm Oil and the Environment, MPOWCF (Malaysia Palm Oil Wildlife Conservation Fund) • Mempromosikan event-event dan mengkomunikasikan statistik pasar
Startegi pasar terpenting yang diadopsi oleh produsen-produsen minyak kelapa sawit Malaysia adalah dengan menekankan sustainability produk mereka. Pasar Uni Eropa dan Amerika menuntut sertifikasi dan bukti bahwa CPO berasal dari sustainable production. Malaysia menjawab tantangan tersebut dengan strategi-strategi sebagai berikut: • •
•
Industri-industri terpenting di Malaysia adalah bagian dari RSPO MPOC mendirikan MPOWCF untuk menjawab tuduhan-tuduhan dari NGO Eropa bahwa industri minyak kelapa sawit melakukan praktek-praktek yang tidak sustainable, seperti perusakan hutan dan habitat suaka margasatwa, terumata habitat orangutan. Tuduhan-tuduhan tersebut adalah kampanye negatif terhadap pemasaran minyak kelapa sawit. MPOWCF mengkomunikasikan proyek-proyek mereka untuk melindungi habitat alam http://www.mpoc.org.my/Malaysian_Palm_Oil_Wildlife_Conservation_Fund_(MPOWCF)_.aspx) Menyebarnya sertifikasi sustainability Malaysia (MSPO - Malaysian Sustainable Palm Oil) yang idealnya berperan sebagai standar Malaysia dan akan diterapkan sebelum akhir tahun 2013. Seperti halnya dengan sertifikat RSPO, sertifikat MSPO juga bersifat optional.
Label Minyak kelapa sawit Malaysia, sebagaimana minyak kelapa sawit pada umumnya mengikuti ketentuan-ketentuan di Negara tujuan ekspornya. Produksi Malaysia Produksi minyak kelapa sawit Malaysia pada tahun 2012 mencapai angka 18.789 juta ton. Produksi CPO pada tahun 2012 menurun secara marginal sebanyak 0,7% menajadi 18,79 juta ton, dengan penurunan produksi kepulauan Malaysia sebesar 0,5% ke angka 10,32 juta ton, sedangkan produksi Sabah turun sebesar 5,1% menjadi 5,43 juta ton. Sarawak justru mencatat peningkatan produksi sebesar 8,4% menjadi 2,92 juta ton dengan masuknya usia panen areal-areal yang baru. Di Malaysia, penggunaan minyak kelapa sawit di sektor pangan mencakup kurang dari 5% total produksi CPO sedangkan sisanya digunakan di sektor industri untuk diolah lebih lanjut. Pada tahun 2012 terdapat setidaknya 51 industri penyulingan di Malaysia dengan kapasitas total output sebesar 23.5 ton minyak olahan per tahun. Malaysia mengekspor 14,45 juta ton CPO olein pada tahun 2011. Kapasitas penyulingan juga merupakan masalah di Indonesia. Industri penyulingan di Indonesia, hanya memiliki kapasitas olah sebesar 22,2 juta ton, tetapi saat ini masih beroperasi 50% kapasitasnya.
Market Intelligence 21
Lebih lanjut, dengan adanya revisi skema pajak ekspor yang ditetapkan pada tahun 2011, kapasitas penyulingan diharapkan akan meningkat dari 25 juta ton menjadi 35 juta ton per tahun. Seperti yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan kapasitas pengolahan biodiesel yang cukup cepat, pemerintah Malaysia cukup antusias untuk meningkatkan penggunaan biofuelnya dan memperluas pasar baik domestik maupun internasional. Upaya tersebut sayangnya masih belum secara optimal dilakukan akibat kondisi pasar yang kurang mendukung (tingginya harga minyak kelapa sawit dan tertundanya implementasi campuran biodiesel dari yang awalnya tahun 2008 menjadi Juni 2011). Akibatnya, hanya sepuluh pabrik biodiesel yang masih beroperasi pada tahun 2010 dari total 29 pabrik yang telah dibangun. Pada kenyataannya, produksi biodiesel Indonesia (dan ekspor) didukung dengan adanya skema subsidi ekstensif dan kebijakan campuran biodiesel saat ini telah mampu mengungguli produksi Malaysia. Pada tahun 2011, ekspor biodiesel Malaysia tidak mencapai 50.000 ton, sedangkan Indonesia mengekspor 1,37 juta ton. Seperti ditunjukkan profil produksi dan ekspor, biodiesel Malaysia telah melebihi kapasitas produksinya dan masa depan produksi biodiesel Malaysia masih tak menentu. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia dibandingkan Indonesia Pada tahun 2011 Malaysia mengekspor 3,48 ton CPO dan 14,48 ton minyak kelapa sawit olahan. Trend di Indonesia saat itu adalah sebaliknya, CPO sebagai ekspor utama dengan angka ekspor 9,52 ton dibandingkan 7,48 ton minyak kelapa sawit olahan. Ekspor Malaysia cenderung berfokus pada minyak kelapa sawit olahan, sedangkan perbedaan antara minyak kelapa sawit mentah dan olahan masih sangat kecil di Indonesia. Satu hal yang dapat menjelaskan hal ini adalah perbedaan kebijakan perindustrian, di mana Malaysia lebih mengedepankan ekspor sendangkan Indonesia lebih mementingkan kebijakan pengganti impor. Pada tahun 2012, untuk keenam kalinya Cina menjadi pasar terbesar bagi pengekspor minyak kelapa sawit Malaysia. Impor Cina hampir sebesar dua kali pengimpor terbesar kedua minyak kelapa sawit Malaysia, yaitu Uni Eropa. Kurang lebih 12% ekspor minyak kelapa sawit Malaysia masuk ke pasar Uni Eropa yang mewakili 28% dari total impor produkproduk minyak kelapa sawit Uni Eropa. Pakistan, India, dan Amerika Serikat adalah pasar ekspor utama bagi minyak kelapa sawit Malaysia. Sejalan dengan trend terakhir dan pemicu permintaan minyak kelapa sawit, pasar-pasar yang sedang berkembang juga menjadi penting bagi eksporer Malaysia. Pakistan sendiri mengimpor lebih banyak minyak kelapa sawit apabila dibandingakan dengan ekspor Uni Eropa pada tahun 2010. Di antara negara-negara Uni Eropa, Belanda adalah pengimpor terbesar minyak kelapa sawit Malaysia, yaitu sebesar lebih dari 50% total impornya (sebagian besar dalam bentuk CPO). Pada tahun 2011, negara-negara Uni Eropa mengimpor 5,6 juta ton minyak kelapa sawit (11,1% dari total supply Malaysia). Di Uni Eropa, minyak kelapa sawit merupakan komoditi utama bagi produksi minyak goreng, minyakminyak khusus, margarine dan berbagai jenis makanan bernilai tinggi dan produk-produk oleokimia. Dalam 10 tahun terakhir, impor minyak kelapa sawit EU naik dari 2 juta ton menjadi lebih dari 5 juta ton per tahun. Biodiesel hanya menempati persentase yang cukup kecil dari jumlah tersebut. Keberadaan pabrik penyulingan biodiesel minyak kelapa sawit Malaysia di Uni Eropa membuat sejumlah minyak kelapa sawit mentah dan olahan diekspor ke Uni Eropa dan kemudian diproses lebih lanjut menjadi biodiesel. Kebijakan minyak kelapa sawit Malaysia Diterapkannya kebijakan-kebijakan yang berorientasi ekspor (perpindahan dari produksi dan ekspor minyak mentah ke produk-produk olahan minyak kelapa sawit), pengolah dan eksportir minyak kelapa sawit Malaysia menikmati corporate tax holiday (atau dinamakan “pioneer status”). Sebagai tambahan, diberikan juga pajak kredit investasi (yang kemudian dikenal sebagai pajak pinjaman investasi) yang memungkinkan bagi perusahaan/firma untuk memperoleh pembebasan pajak melalui penghematan modal. Sebagai sektor yang penting secara strategis, pemerintah Malaysia secara signifikan mengatur industri minyak kelapa sawit dengan menetapkan banyak peraturan dan kebijakan yang terus menerus diperbaharui.
Market Intelligence 22
Menurut Industrial Master Plan Malaysia (IMP) untuk rencana tahun 2006-2020, Industri Minyak Kelapa Sawit diprediksikan akan semakin mengembangkan kemampuan manufaktur hilirnya dalam menghasilkan berbagai produk dengan nilai tambah (value added) yang tinggi. Untuk itu, fokus akan lebih ditujukan pada produk-produk oleokimia (dengan menghasilkan barang-barang konsumsi), biodiesel, biomassa (produk energi dan produk-produk seperti plywood, pulp, kertas dan bio-plastik) dan biogas, termasuk mengembangkan pasar-pasar baru untuk minyak kelapa sawit Malaysia. Sektor minyak kelapa sawit telah diidentifikasikan sebagai satu dari dua belas kunci perekonomian Malaysia dalam program transformasi ekonomi, ETC (Economic Transformation Program) 2011-2020. Sebagai bagian dari ETP, sejumlah proyek (EPP - Entry Point Projects) telah dikeluarkan dengan indicator performans tahunan yang akan dicapai. EPP mengenai produksi minyak kelapa sawit di antaranya adalah: • EPP1: Mempercepat replanting dan penanaman tanaman kelapa sawit baru • EPP2: Meningkatkan panen tandan buah segar • EPP3: Meningkatkan produktivitas pekerja • Meningkatkan rate ekstraksi minyak • Meningkatkan fasilitas biogas pada pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit • Fokus pada produk turunan minyak yang bernilai tinggi • Mengkomersialisasikan biofuel generasi kedua • Meningkatkan pertumbuhan segmen hilir pangan dan kesehatan
Delapan EPP tersebut dibagi ke dalam dua kategori strategi, yaitu: • Memastikan sustainability dan meningkatkan produktivitas sektor hulu industri minyak kelapa sawit (EPP 1-5) • Mengembangkan sektor hilir industri minyak kelapa sawit (EPP 6-8) Dengan mempertimbangkan EPP 1-4, tantangan yang dihadapi bagi perkembangan industri sangatlah tinggi, pada tahun 2011, target yang ditetapkan untuk replanting tidak tercapai dan EPP3 juga tidak memenuhi harapan (sasaran saat itu adalah untuk menjual 3.000 alat panen baru, tapi hanya sebanyak 2.100 yang terjual). Produktivitas tenaga kerja yang rendah dapat dikaitkan dengan industri yang tergantung pada tenaga manual, terutama yang dilakukan oleh pekerja tanpa keahlian, tetapi dengan upah rendah. Program insentif Replanting Pada tahun 2011, PEMANDU (The Performance Management and Delivery Unit) menetapkan program insentif replanting sebesar 1 miliar MYR. Sasaran program ini adalah petani dengan kebun seluas hingga 40 ha, dengan menawarkan 6.000 MYR per ha untuk mengimbangi biaya penanaman kembali. Program ini direvisi pada bulan April 2012, dan pemerintah Malaysia sekarang menawarkan 7.500 MYR/ha untuk penanaman atau pekerjaan replanting bagi petani-petani kecil (smallholder) di Semenanjung Malaysia dan 9,000 MYR/ha di Sabah dan Sarawak Kegiatan Riset dan Pengembangan yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta, telah mampu menghasilkan bibit unggul telah serta produk-produk baru dan aplikasi untuk kelapa sawit. Kebijakan pajak ekspor Malaysia Sementara minyak kelapa sawit olahan Malaysia tidak dikenakan pajak ekspor, minyak kelapa sawit mentah dikenakan pajak ekspor sebesar 10-30% tergantung harga pasar. Dengan harga pasar minyak kelapa sawit saat ini, ekspor dibebani pajak kurang lebih sebesar 23%. Namun demikian, perusahaan-perusahaan minyak kelapa sawit mentah tertentu melalui joint venture dalam pasar ekspor diberikan tax waiver untuk minyak kelapa sawit mentah. Pajak terhadap ekspor minyak kelapa sawit mentah diperkanalkan pada tahun 60an. Pajak ekspor minyak kelapa sawit mentah besarnya tetap sama sejak tahun 1984 (ekspor minyak kelapa sawit mentah dari Sabah dan Serawak).
Market Intelligence 23
Menurut Kementerian Keuangan Malaysia, kuota bebas pajak ekspor CPO Malaysia di tahun 2012 adalah sebesar 5,6 juta ton, dalam rangka mencegah built-up saham dikarenakan adanya tingkat produksi yang tinggi dan untuk mencegah penurunan harga CPO. Petani kelapa sawit dan pabrik produksi utama di Malaysia •
Upaya Pemerintah Intervensi pemerintah Malaysia pertama dalam industri kelapa sawit terjadi pada tahun 1960-an ketika perkebunan swasta milik asing diakuisisi oleh PERNAS (Permodalan Nasional) dan PNB (Permodalan Nasional Berhad). Kapabilitas FELDA (Federal Land Development Authority) dan FELCRA (Federal Land and Crop Authority) juga secara signifikan ditingkatkan untuk mendukung perkebunan kelapa sawit di Malaysia. PORLA (Otoritas Pendaftaran dan Perizinan Minyak Kelapa Sawit) pun telah dibentuk pada tahun 1974 dan merupakan inisiatif pertama dalam upaya mendorong penanaman kelapa sawit berkoordinasi dengan sektor swasta. Tugas PORLA adalah untuk mengumpulkan aset perkebunan dalam rangka menciptakan skala ekonomi dalam aktivitas transportasi, pengolahan dan penyimpanan.
•
Pemerintah dan organisasi-organisasi pemerintah terkait PORIM (Palm Oil Research Institute of Malaysia) didirikan pada tahun 1979, dengan dukungan dari Universitas Pertanian Malaysia (UPM) untuk melakukan aktivitas Riset dan Pengembangan Industri Kelapa Sawit. MPOB (Malaysian Palm Oil Board) merupakan penggabungan dari PORIM dan PORLA. Sebenarnya, MPOB adalah lembaga di bawah Departemen Industri Perkebunan dan Komoditas dengan tujuan meningkatkan industri kelapa sawit Malaysia. MPOB bertanggung jawab untuk penelitian dan pengembangan, fungsi regulasi dan penegakan hukum. MPOC (Malaysian Palm Oil Council) adalah Badan Industri Minyak Kelapa Sawit penting lainnya. Dewan Minyak Kelapa Sawit Malaysia ini, pada kenyataannya, bertanggung jawab atas promosi dan kegiatan pemasaran. Mengingat perannya sebagai promotor, MPOC mendirikan kantor-kantor regional di seluruh dunia, di pasar ekspor Malaysia yang paling penting (Pakistan, India, Bangladesh, Cina, Turki, Mesir, serta Uni Eropa (Brussels) dan Amerika Serikat).
•
Asosiasi petani kelapa sawit dan lembaga-lembaga koperasi Petani kelapa sawit dan produsen mendirikan beberapa lembaga koperasi, misalnya MPOPA (Asosiasi Kelapa Sawit Malaysia) dan OPGA (Asosiasi Petani Kelapa Sawit). MPOA (Malaysian Palm Oil Association) merupakan sebuah asosiasi yang membawahi perkebunan kelapa sawit yang dibentuk pada tahun 1999. Fungsi utama dari asosiasi ini adalah melakukan lobi atas nama petanipetani yang lebih besar dalam industri (memiliki lahan seluas setidaknya 40 ha). Anggota dewan MPOA antara lain perwakilan IOI, United Plantations, Sime Darby dan sebagainya. Sektor swasta Malaysia memegang 60% dari total lahan untuk perkebunan, sedangkan pemerintah dan rakyat terkait memegang 25% serta 14% petani kecil mandiri.
Sektor swasta Malaysia sebagian besar terdiri dari perusahaan dengan operasi terintegrasi yang mencakup seluruh proses produksi dari perkebunan sampai ke penyulingan dan distribusi produk ke konsumen. Sebenarnya ada lebih dari 40 perusahaan perkebunan kelapa sawit terkait yang terdaftar di bursa saham Malaysia, yang lebih besar adalah Sime Darby, IOI, KLK dan FELDA. •
Sime Darby Diakuisisi oleh pemerintah pada pertengahan tahun 1970-an, sekarang menjadi Perusahaan yang terkait dengan pemerintah Malaysia. Perkebunan adalah segmen Sime Darby yang paling menguntungkan hingga saat ini karena memberikan kontribusi hingga 31,5% dari pendapatan dan 57% dari keuntungan. Sime Darby memiliki 322.121 ha perkebunan di Malaysia dan 207.889 ha di Indonesia. Perusahaan ini juga memiliki 26 pabrik pengolahan kelapa sawit. Di Liberia, kelompok ini hanya menanam 7.782 ha dari total kepemilikan lahan seluas 227.782 ha. Seluruh lahan ini diharapkan akan seluruhnya ditanam pada tahun 2030. Sime Darby juga memiliki kilang minyak di Singapura, Cina, Belanda, Afrika Selatan, dan Vietnam, serta pabrik biodiesel di Belanda.
Market Intelligence 24
•
IOI Group Didirikan pada tahun 1982 operasi IOI Group telah menjangkau seluruh supply chain kelapa sawit. Grup ini memiliki 82 perkebunan kelapa sawit dengan areal tertanam seluas 157.045 ha dan 12 pabrik pengolahan. Sebanyak 95% dari perkebunan ini berada di Malaysia dan sisanya di Indonesia. Perusahaan ini juga mengambil sumber bahan baku melalui anak perusahaan di Ghana dan memiliki fasilitas manufaktur di Mesir, yang mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi (minyak dan lemak). IOI telah membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit terbesar Eropa di Rotterdam, dengan kapasitas tahunan sebesar 1,32 juta ton.
•
Kuala Lumpur Kempong Bhd (KLK) Didirikan pada tahun 1906 sebagai bagian dari Kuala Lumpur Rubber Co Ltd di Inggris. Segmen perkebunan perusahaan terutama adalah budidaya dan pengolahan produk sawit dan karet dan pemurnian produk sawit. Pasar yang paling signifikan untuk investasi KLK adalah Indonesia, karena memiliki perkebunan besar di Indonesia. Secara langsung dan tidak langsung, KLK memiliki sekitar 250.000 ha lahan di Malaysia dan di Indonesia di mana total 110.000 ha perkebunan tersebut berada di Malaysia. KLK juga telah berinvestasi dalam produksi hilir oleo-kimia, asam lemak, kosmetik, deterjen dan obat-obatan.
•
FELDA FELDA adalah pemilik perkebunan sawit terbesar ketiga di dunia dengan luas 811.140 ha. Sebagian dari FELDA telah diprivatisasi dengan nama Felda Global Ventures Holdings (FGVH). FGVH adalah pemain utama di sektor pertanian dan komoditas pertanian global dengan anak perusahaan dan kegiatan di 10 negara di empat benua. FELDA beroperasi dalam tiga segmen bisnis: perkebunan, hilir dan gula. Gambar 6: Harga aktual CPO Malaysia (per Agustus 2013) dalam MYR
Sumber: Malaysian Palm Oil Council (MPOC) Gambar 7: Prediksi harga CPO Futures Crude Palm Oil (FCPO) Desember 2013 – Juli 2015 (dalam MYR)
Sumber: Malaysian Palm Oil Council (MPOC) Market Intelligence 25
4.4 Peran Indonesia dalam memasok CPO ke pasar Italia 4.4.1 Analisis Strength dan Weakness Indonesia dibandingkan kompetitor-kompetitor lainnya Menurut data ISTAT, kurang lebih 80% CPO yang diimpor oleh Italia berasal dari Indonesia. Dengan membandingkan data CPO yang diimpor dari seluruh dunia dan CPO yang diimpor dari Indonesia, dapat dikatakan bahwa kenaikannya sebanding (dengan peningkatan rata-rata sebesar 20%). Impor minyak kelapa sawit olahan dari Indonesia mengalami peningkatan (2009-2012) dari seperlima total minyak kelapa sawit menjadi sepertiga. Angka-angka statistik tersebut menunjukkan semakin kuatnya posisi Indonesia sebagai pengekspor minyak kelapa sawit dunia, termasuk ke Italia. Indonesia memasok lebih dari 62.2% total minyak kelapa sawit yang diimpor oleh Italia. Keunggulan Indonesia adalah standar produksinya yang bersifat sustainable, didukung dengan kualitas produk dan ketersediaan saluran pipa minyak di bawah laut (berbagai carrier Italia pun telah lama beroperasi di Indonesia, misalnya JAS) Image Minyak Kelapa Sawit dan Industrinya Minyak kelapa sawit adalah komoditas yang k ontroversial, sebab dianggap terkait erat dengan aktivitas illegal logging dan pengrusakan keragaman hayati. Perluasan perkebunan kelapa sawit telah diidentifikasikan oleh aktivis-aktivis lingkungan dan NGO sebagai penyebab deforestasi yang cukup mengkhawatirkan di Malaysia dan di Indonesia. NGO lingkungan, terutama di Uni Eropa, menekankan adanya praktek-praktek dalam industri kelapa sawit yang tidak sustainable, terutama di Asia Tenggara, dalam hal kondisi pekerja yang kurang baik dan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan. Akibat meningkatnya tekanan dari dunia internasional, terutama dari consumer, industri minyak kelapa sawit telah meningkatkan aktivitas CSR (Corporate Social Responsibility), dimana perusahaan-perusahaan besar saat ini mulai mengimplementasikan prosedur-prosedur yang menunjang keberlanjutan sosial dan lingkungan ke dalam aktivitasaktivitas produksi mereka. 4.4.2 Regulasi Impor CPO di Italia Minyak Kelapa Sawit untuk Konsumsi Manusia Menurut EU FIC (European Union Food Information Council), tidak ada masalah kesehatan khusus yang terkait minyak kelapa sawit. Walaupun demikian, diharapkan konsumsi lemak jenuh tidak berlebihan. Hubungan antara asupan nutrisi dan kesehatan harus dianalisis secara menyeluruh dan tidak hanya pada satu jenis makanan tertentu saja. Minyak kelapa sawit mengandung 50% lemak jenuh (84% dalam minyak kernel, 92% dalam minyak kelapa, 62% dalam minyak kakao, dan 66% dalam mentega). Penggunaan minyak kelapa sawit disamping minyak-minyak nabati yang terhidrogenasi sebagian menurunkan kandungan trans-fat dalam makanan (trans fat akan menyebabkan penurunan HDL atau yang dikenal sebagai kolesterol baik dan menaikkan tingkat trigliserida, keduanya berhubungan dengan resiko penyakit jantung koroner) EU FIC menjawab pertanyaan: Apakah minyak kelapa sawit dalam produk-produk makanan harus digantikan dengan lemak-lemak yang lain? Dari sudut pandang gizi, tidak disarankan untuk mengganti minyak kelapa sawit dari produk makan. Tingginya kadar minyak jenuh memberikan alasan untuk mengkonsumsi minyak kelapa sawit secara bijak. Namun demikian, tingkat konsumsi minyak kelapa sawit untuk saat ini belum menjadi fenomena yang mengkhawatirkan. Diet sehat dan seimbang terletak pada diversitas dan moderasi konsumsi makanan. Dari perspektif sosial dan ekonomi, sangatlah penting untuk menitikberatkan produksi minyak kelapa sawit bersifat sustainable. Menggantikan minyak kelapa sawit dengan minyak-minyak nabati lainnya atau lemak hewani Market Intelligence 26
membutuhkan lahan baru untuk mencapai tonasi yang ekivalen, yang berarti kontrak produktif bagi lingkungan. Konsekuensi dari larangan minyak kelapa sawit hanya akan berakibat negatif pada supply makanan global. Label – Minyak kelapa sawit untuk konsumsi manusia Sebagian besar produk makanan saat ini tidak memiliki label untuk minyak kelapa sawit. Mulai dari Desember 2014, dengan diberlakukannya Peraturan Uni Eropa No. 1169/2011, anggota Uni Eropa wajib untuk menginformasikan semua lemak yang terkandung dalam makanan. Label khusus untuk trans fatty acid tidak disyaratkan, namum demikian Komisi Uni Eropa tetap harus memberikan laporan tentang adanya trans fatty acid tersebut dalam makanan guna memutuskan apakah informasi selanjutnya harus dicantumkan dalam label, atau penggunaan produk tersebut harus dibatasi.
Kebun Minyak kelapa sawit sustainable yang mendukung komunitas lokal Penting untuk diketahui bahwa EU FIC mempertimbangkan pentingnya implikasi social dan ekonomi dari produksi minyak kelapa sawit pada komunitas lokal di Indonesia. Sebagai dukungan bagi aktivitas marketing Indonesia, pernyataan EU FIC berikut ini harus diperhatikan:
Apa saja implikasi-implikasi social-ekonomi produksi minyak kelapa sawit bagi komunitas lokal? Perkebunan kelapa sawit dapat membawa penghasilan yang tinggi dan stabil. Perkebunan kelapa sawit juga dapat menciptakan masyarakat kelas menengah yang dapat berlanjut hingga beberapa generasi. Hanya sedikit bahan baku tropis yang mampu melakukannya hingga saat ini. Di Sumatra, Indonesia, penghasilan rata-rata dalam satu tahun financial dari perkebunan minyak kelapa sawit adalah sebesar 2.100 Euro per ha, dibandingkan dengan penanaman padi yang hanya menghasilkan 200 euro per ha. Angka ini juga setara dengan upah harian sebesar 36 Euro vs 1,7 Euro. Diperkirakan terdapat 25 juta rakyat Indonesia yang hidup secara langsung dari eksploitasi kelapa sawit.
CPO untuk produksi biofuel dan Peraturan EU untuk renewable energy (EU Renewable Energy Directive) Peraturan renewable energi Uni Eropa, RED (Renewable Energy Directive) mulai berlaku pada bulan Desember 2010 dan sedang diadaptasikan ke dalam hukum nasional semua negara anggota. EURED ini merupakan bagian dari peraturan mengenai iklim dan energi Uni Eropa tahun 2008. Peraturan ini menetapkan tiga tujuan yang akan dicapai pada tahun 2020: - Pengurangan emisi gas rumah kaca 20% di bawah pemakaian tahun 1990; - Pengurangan 20% dalam penggunaan energi dengan meningkatkan efisiensi energi di bawah pemakaian tahun 1990 - 20% pangsa energi terbarukan dalam konsumsi energi total Dalam 20% renewable energy tersebut ditetapkan target sebesar 10% untuk bahan bakar terbarukan di sektor transportasi, termasuk biofuel. Kriteria tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa biofuel dapat menghemat gas rumah kaca (dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya) dan tidak berasal dari hutan, lahan basah, lahan gambut dan kawasan alam yang dilindungi dalam rangka melestarikan keanekaragaman hayati. EURED memberikan insentif bagi produksi biofuel. Biofuel yang tidak memenuhi kriteria masih dapat diimpor dan dipasarkan di Uni Eropa. Namun, Biofuel tersebut bagaimanapun juga tidak dibebaskan dari pajak atau menerima subsidi atau insentif lain yang diberikan oleh Uni Eropa untuk impor produk CPO yang dipakai untuk produksi biofuel. Biodiesel dari kelapa sawit mendapatkan perlakuan yang sama seperti biofuel yang bersumber dari minyak nabati lainnya. Tidak ada perbedaan antara biofuel yang diproduksi di dalam negeri (Italia) dengan yang diimpor. Kriteria yang sama berlaku di seluruh Uni Eropa. Menyangkut penghematan gas rumah kaca, peraturan tersebut menetapkan nilai ambang batas (penghematan gas rumah kaca sebesar 35% dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya) serta nilai default (business-as-usual) dari bahan-bahan baku yang berbeda sesuai dengan indikasi JRC (Joint Research Council). Market Intelligence 27
Memenuhi syarat atau tidaknya sebuah produksi biofuel dari minyak sawit sangat tergantung pada proses produksi yang dilakukan itu sendiri. Lampiran V EURED (di bawah ini, pada halaman 30) secara khusus mengidentifikasi proses produksi yang memenuhi syarat untuk insentif EURED. Kebijakan insentif EURED EURED secara eksklusif menitikberatkan perdagangan biofuel, bahkan negara-negara Uni Eropa akan menawarkan insentif untuk mempromosikan penggunaan biofuel yang diproduksi secara berkelanjutan, termasuk biodiesel yang berasal dari kelapa sawit sawit. Hal ini akan meningkatkan peluang bagi negara-negara ketiga seperti Indonesia untuk melakukan ekspor CPO ke Uni Eropa, dengan menekankan potensi pasar baru. Untuk mengakses insentif EURED pemasok harus menunjukkan data ilmiah bahwa biofuel mereka memiliki penghematan gas rumah kaca lebih tinggi dari nilai ambang batas yang dikenakan oleh EURED. Di sisi lain EURED bisa dilihat sebagai penghalang perdagangan, pada kenyataannya selain pengajuan bukti-bukti ilmiah tentang emisi gas rumah kaca, pola produksi yang dilakukan pun menjadi subjek yang sewaktu-waktu bisa berubah (sesuai permintaan). Selain itu, EURED memberikan persyaratan ketat tentang perlindungan lahan dan sebagian besar perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara berada pada hujan-hutan tropis dengan keragaman hayati tinggi atau di lahan gambut. Sertifikasi Sustainable Palm Oil Sehubungan dengan tuntutan-tuntuan konsumen tentang penyertaan Sertifikasi Sustainable untuk industri kelapa sawit, maka setelah peluncuran ISPO (Standar Indonesia for Sustainable Palm Oil) pada tahun 2010, Pemerintah Malaysia mulai memperkenalkan dan menyebarluaskan MSPO (Skema Sertifikasi Nasional Malaysia untuk Sustainable Palm Oil). Standar ini akan memerlukan beberapa waktu untuk mendefinisikan standar terpercaya sesuai dengan keberlanjutan konsumen dan masyarakat internasional mengenai sustainability. RSPO - Roundtable on Sustainable Palm Oil RSPO adalah inisiatif multi-stakeholder industri kelapa sawit, dan merupakan forum yang paling penting di dunia, mencakup seluruh supply chain dan industri hilir, termasuk perusahaan Uni Eropa. Beberapa perusahaan multinasional, seperti Unilever, juga mendukung inisiatif Roundtable tersebut. RSPO terdiri sebagai berikut: Sebagian besar perusahaan yang akan beralih ke sumber minyak sawit yang memiliki sertifikasi sustainable pada tahun 2015. Dalam hal ini, Majelis Umum ke-9 RSPO mengadopsi kriteria baru berikut sebagai tambahan dari Prinsip dan Kriteria yang telah ada, antara lain: •
•
•
•
Semua anggota RSPO menyediakan informasi kepada stakeholder lainnya mengenai isu lingkungan, sosial dan hukum yang relevan dengan kriteria RSPO, dalam bahasa dan format yang memadai guna memungkinkan adanya partisipasi efektif dalam pengambilan keputusan. Dokumen yang berkaitan dengan manajemen dapat diakses oleh publik, kecuali bila dicegah oleh aturan kerahasiaan dagang atau ketika keterbukaan informasi akan berdampak terhadap lingkungan atau sosial yang negatif. Adanya kepatuhan terhadap semua hukum lokal, nasional, dan ratifikasi peraturan-peraturan internasional. Prosedur operasi didokumentasikan secara tepat dan diimplementasikan dan dipantau secara konsisten. Rencana untuk mengurangi polusi dan emisi, termasuk gas rumah kaca, dikembangkan, diimplementasikan dan dipantau. Terdapat sistem yang disepakati bersama dan didokumentasikan untuk menangani keluhan dan ketidakpuasan, yang diimplementasikan dan diterima oleh semua pihak. Pembayaran dan kondisi karyawan dan kontraktor harus selalu memenuhi paling tidak standar minimum hukum atau industri dan cukup untuk memberikan hidup yang layak.
Market Intelligence 28
•
• •
Perusahaan menghormati hak seluruh karyawan untuk membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja sesuai dengan pilihan mereka dan untuk memiliki posisi tawar menawar kolektif. Dimana hak kebebasan berserikat dan perundingan bersama dibatasi oleh hukum, maka perusahaan harus memfasilitasi media dan asosiasi independen dan meningkatkan posisi tawar-menawar bagi seluruh karyawan. Setiap bentuk diskriminasi berdasarkan ras, kasta, kebangsaan, agama, kecacatan, jenis kelamin, orientasi seksual, keanggotaan serikat, afiliasi politik atau umur, dilarang. Suatu kebijakan untuk mencegah pelecehan seksual dan berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dan melindungi hak reproduksi mereka dikembangkan dan diaplikasikan.
Standar RSPO terdiri dari 8 prinsip dan 39 kriteria dengan berbagai indikator dan pedoman yang mencakup aspek ekonomi, sosial, lingkungan, dan hukum produksi. RSPO memberikan sertifikat atas permintaan yang diprakarsai oleh petani atau pelaku dalam supply chain hanya melalui persetujuan Lembaga Sertifikasi yang diakui oleh RSPO. Badan Sertifikasi bertugas untuk mengevaluasi kepatuhan pengaju terhadap prinsip dan kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan dan RSPO Sistem Sertifikasi Supply Chain RSPO. Gambar 8: Komposisi anggota RSPO
Sumber: Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)
Market Intelligence 29
Market Intelligence 30
4.4.3 Prosedur Bea Cukai Bea masuk, Pajak dan Biaya Crude Palm Oil di Uni Eropa Menurut Custom Italia, cara terbaik untuk mengetahui tarif dan langkah-langkah impor lainnya yang diterapkan pada Palm Oil Crude Palm Oil dan turunannya adalah dengan menyimaknya melalui Database EU Market Access. Berikut ini adalah kode produk-produk Minyak Kelapa Sawit: Tabel 12: Kode HS produk minyak kelapa sawit Code
Description
1511
Minyak kelapa sawit dan fraksi-fraksinya, baik terolah mauapun tidak terolah, tapi tidak dimodifikasi secara kimia
1511.10
Crude Oil
1511.10.10
Untuk penggunan teknis atau industri selain produksi makanan untuk konsumsi manusia
1511.10.90
CPO dan lain lain
1511.90
Lainnya
1511.90.11
Fraksi padat dalam kemasan siap jual dengan isi tidak melebihi 1 kg
1511.90.19
Lainnya
1511.90.19.10 dan 1511.90.91.10
Untuk produksi: • • •
•
• •
Industrial monocarboxylic fatty acids of dengan 3823 19 10, Methyl esters of fatty acids dengan heading 2915 or 2916, Fatty alcohols dengan subheadings 2905 17, 2905 19 and 3823 70 untuk industri kosmetik, produk pembersih atau produk pharmaceutical Fatty alcohols dengan 2905 16, murni ataupun campuran, yang digunakan untuk industri kosmetik, produk pembersih atau produk pharmaceutical Stearic acid dengan subheading 3823 11 00 Goods dengan heading 3401
1511.90.19.90
Lainnya
1511.90.91
Lain-lain untuk penggunaan teknis maupun industri selain produksi makanan dan konsumsi manusia
1511.90.91.90 1511.90.99
Lainnya
Sumber: Taxation and Customs of European Commission
Market Intelligence 31
Menurut TARIC dan Italian Border Agency, berikut ini adalah duties dan fees Italia dan Uni Eropa Tabel 13: Daftar Fee dan Duty Italia dan Uni Eropa Tax
Law or Rule
VAT: 22%
Regulation n. 1 063300/1972
or VAT 4%
CADD: Q032 (Vegetable Oils for human or animal consumption, included crude oils destined to be refined for alimentary purposes)
or VAT 10%
CADD: Q033 (Vegetable Oils for human or animal consumption)
Health Authority controls certificate (food consumption) CADD T010 (Health measures - goods for human consumption), T012 (Health measures - goods for animal consumption), T031(cosmetics or content cosmetics)
Experimental Oil and Fat Station Contribution: 0.072 %
EU duty fee (erga omnes): 3.80 %
Regulation 4R 2204/99
Sumber: Taxation and Customs of European Commission Sebagai contoh, misalnya pengiriman CPO, yang berasal dari Indonesia dan ditujukan ke Italia, bukan untuk konsumsi manusia atau hewan dan produk yang mengandung non-kosmetik hanya perlu membayar tarif sebagai berikut: 3,80% (EU duty) + 0,072% (Kontribusi Minyak Eksperimental dan Fat Station) + 22% (PPN) = 25,872% Penanganan pengiriman, pelabuhan, asuransi dan sebagainya tidak termasuk di dalamnya. Sebelum pengiriman disarankan untuk meminta informasi tarif binding (ITV - Informazione Tariffaria Vincolante) ke Badan Perbatasan Italia, setidaknya 3 - 4 bulan sebelum pengiriman, untuk memiliki konfirmasi tarif dan bea yang harus dibayar. Saat ini tidak ada hambatan non-tarif untuk perdagangan untuk mengimpor CPO di Uni Eropa.
4.4.4 Kualitas dan persyaratan sertifikasi Keselamatan, Kesehatan dan Masalah Lingkungan Bagian ini memberikan informasi umum tentang persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon eksportir CPO agar dapat mengakses pasar Uni Eropa dan Italia. Beberapa pertimbangan awal dan penting harus dipikirkan terlebih dahulu: •
•
KERANGKA HUKUM UTAMA: Untuk mengakses pasar Uni Eropa, dalam hal ini pasar Italia, konteks legal utama akan ditetapkan di tingkat Uni Eropa di satu negara tertentu. Oleh karena itu, setiap calon eksportir CPO disarankan untuk dapat memperhatikan undang-undang Uni Eropa dan dalam fase selanjutnya mempertimbangkan undang-undang nasional Italia. PENGGUNAAN AKHIR: Perlunya pemahaman jenis legislasi dan persyaratan khusus yang diwajibkan sesuai dengan tujuan penggunaan produk CPO yang diekspor. Misalnya CPO untuk penggunaan makanan memiliki undang-undang yang lebih ketat dibandingkan dengan CPO untuk biodiesel atau keperluan industri .
Market Intelligence 32
•
PIHAK YANG AKAN MEMBELI PRODUK: Pada umumnya pembeli utama CPO di Italia adalah perusahaan multinasional besar. Perusahaan-perusahaan tersebut menyadari sepenuhnya persyaratan yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa mereka dapat membeli produk tersebut. Selama fase negosiasi, sangatlah penting bagi eksportir untuk mengetahui persyaratan- persyaratan yang diminta oleh pembeli. Sebagai contoh, beberapa buyer CPO di Italia mensyarakan adanya penyertaan sertifikasi RSPO.
Pada tahap ini sangat penting untuk membagi semua persyaratan yang diperlukan menjadi dua bagian utama: • •
Persyaratan legal Kebutuhan non-hukum
Persyaratan Legal Persyaratan legal adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi bagi produk-produk yang dipasarkan di Uni Eropa. Produk yang tidak memenuhi persyaratan ini tidak diperbolehkan dipasarkan di Uni Eropa. Undang-undang Uni Eropa menetapkan dasar untuk persyaratan hukum di Uni Eropa, tetapi kemungkinan terdapat beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya dalam legislasi nasional di negara-negara anggota . Pada tingkat internasional, Codex Alimentarius - http://www.codexalimentarius.net – merupakan dasar undangundang Uni Eropa yang menetapkan standar minimum untuk minyak-minyak nabati utama. Semua produk makanan di Uni Eropa harus sesuai dengan UU Pangan Umum (General Food Law, Regulation (EC) 178/2002), yang menetapkan prinsip-prinsip umum dan persyaratan perundang-undangan makanan, mendirikan Otoritas Keamanan Makanan Eropa dan prosedur dalam hal keamanan makanan. Ketentuan ini juga mencakup asal muasal makanan. Directive 76/621/EEC yang secara langsung berfokus pada isu minyak nabati menjabarkan tingkat maksimum asam erusat dalam minyak dan lemak untuk konsumsi manusia dan bahan makanan yang mengandung tambahan minyak dan lemak. Persyaratan lain yang tercantum di dalamnya juga mencakup isu-isu terkait bahan makanan pada umumnya, seperti tingkat residu, eksistensi kontaminan, nilai gizi, sertifikasi dan aspek pemasaran. Tabel di bawah ini menunjukkan ketentuan utama terkait dengan konteks hukum dalam penjelasan pada paragrafparagraf sebelumnya. Oleh karena itu, pihak eksportir disarankan untuk mempertimbangkan undang-undang khusus tersebut. Tabel 14: Konteks hukum terkait dalam ekspor produk minyak kelapa sawit Peraturan Additif, enzim, dan perasa dalam makanan
Kontaminan dalam makanan Pelarut untuk ekstraksi makanan
Reference Regulation (EC) No 1331/2008 No 1332/2008 No 1333/2008 No 1334/2008 Regulation (EC) 1881/2006 Directive 88/344/EEC
Market Intelligence 33
Peraturan
Reference
Materi yang berhubungan dengan makanan
Regulation (EC) 1935/2004 Directive 84/500/EEC Directive 2007/42/EEC Directive 2002/72 EC Regulation (EC) 282/2008 Regulation (EC) 372/2007 Directive 78/142/EEC Directive 93/11/EEC Regulation (EC) 1895/2005 Directive 2008/39/EC
Pengendalian makanan (Food Control)
Regulation (EC) 882/2004 Regulation (EC) 669/2009
Label makanan
Directive 2000/13/EC Directive 90/496/EC Regulation 1924/2006/EC Directive 2005/26/EC Direct ive 2007/68/EC Directive 2006/125/EC Directive 2002/46/EC
Suplemen (vitamins and minerals)
General food law (Peraturan utama menyangkut makanan)
Regulation (EC) 178/2002
CASE: General product safety of food products (Ketentuan keamamanan makanan umum)
Regulation (EC) 178/2002
Good manufacturing practice (GMP) for food contact
Regulation (EC) 2023/2006
Hygiene of foodstuffs (HACCP) Kebersihan produk makanan
Regulation (EC) 852/2004
Maximum level for erucic acid in oils and fats (Ambang batas erucic acid dalam minyak dan lemak)
Directive 76/621/EEC
Maximum Residue Levels (MRLs) of pesticides in food (Ambang batas residu pestisida dalam makanan)
Regulation (EC) 396/2005 Regulation (EC) 178/2006 Regulation (EC) 149/2008
Market Intelligence 34
Peraturan
Reference
Microbiological contamination of food (Kontaminasi mikriobiologi dalam makanan)
Regulation (EC) 2073/2005
Novel foods including traditional foods
Regulation (EC) 258/97 Recommendation 97/618/EC
Nutrition and health claims on Food (Klaim nutrisi dan kesehatan pada produk makanan)
Regulation (EC) 1924/2006
Organic production and labelling (Produksi dan label organik)
Regulation (EC) 834/2007 Regulation (EC) 889/2008 Regulation (EC) 1235/2008
Vitamins and minerals added to Regulation (EC) 1925/2006 Food (Vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam makanan) CASE: Phytosanitary certificate
Directive 2000/29/EC
Sumber: CBI Ministry of Foreign Affairs - Netherlands
Market Intelligence 35
Ketentuan non legal Ketentuan non-legal pada dasarnya lebih mengarah kepada persyaratan-persyaratan yang diminta oleh pihak imporer/buyer Italia. Federasi industri minyak protein dan makanan Uni Eropa (FEDIOL) telah merancang beberapa kode praktik yang relevan untuk aktivitas ekspor ke Uni Eropa terkait dengan ketentuan-ketentuan non legal. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada situs FEDIOL: http://www.fediol.be/. Seperti yang diinformasikan di dalam situs FEDIOL, ketentuan-ketentuan non legal tersebut adalah mengenai persyaratan-persyaratan yang berhubungan dengan lingkungan dan sosial. Berkenaan dengan minyak nabati, persyaratan-persyaratan tersebut pun meliputi sertifikasi organik dan fair trade. Sertifikasi Sustainable Palm Oil yang dikeluarkan oleh RSPO juga merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Memahami skema sertifikasi untuk berbagai jenis minyak nabati adalah langkah yang penting guna memasuki pasar Uni Eropa. Informasi selengkapnya tentang sertifikasi-sertifikasi tersebut dapat merujuk kepada situs-situs berikut ini: • Roundtable on Sustainable Palm Oil - http://www.rspo.org • Ecocert - http://www.ecocert.com Pada level nasional, telah ditetapkan Peraturan No. 206 pada bulan September tahun 2005 yang mengatur “Consumer Code” sebagai dokumen berisikan sejumlah hak konsumen terhadap produk jadi. Melalui dokumen ini, para eksportir yang memang menargetkan penjualan langsung produk jadi kepada konsumen Italia secara terperinci dapat memperoleh masukan-masukan yang sifatnya relevan. http://www.codicedelconsumo.it
Market Intelligence 36
4.5 Jalur Distribusi Tabel 15: Jalur distribusi
Sumber: CBI Ministry of Foreign Affairs - Netherlands
Market Intelligence 37
Metode pembayaran yang lebih sering digunakan di Italia Perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga publik Italia biasanya menerima pembayaran untuk transaksi internasional dengan menggunakan: •
Letter of Credit (LC), sebagaimana didefinisikan oleh ICC (International Chamber of Commerce). Letter of Credit juga dapat berupa sight LC atau time/date LC. Jenis Confirmed LC adalah metode pembayaran yang paling umum diterima di Italia.
•
Documentary Credit
•
Documentary Collection (CAD - Cash Against Documents), sebagaimana didefinisikan oleh ICC URC 525
•
Pembayaran langsung Hukum Italia tidak mengijinkan pembayaran tunai untuk jumlah di atas 1.000 Euro, sehingga setiap pembayaran di atas 1.000 Euro harus dilakukan melalui transfer bank atau cek.
INCOTERMS INCOTERMS merupakan kumpulan istilah yang dibuat untuk menyamakan pengertian antara penjual dan pembeli dalam perdagangan internasional yang paling banyak digunakan dalam perdagangan internasional. Adapun jenis INCOTERMS yang paling sering digunakan dalam perdagangan CPO adalah CIF atau FOB. Jalur Promosi Daftar pembeli CPO terbesar di Italia diidentifikasikan. Strategi pemasaran yang paling tepat di Italia adalah dengan mengajukan produk-produk dengan sertifikat RSPO secara langsung kepada pembeli atau kepada produsen makanan. Sebagai contoh, Ferrero, produsen Nutella menyatakan bahwa mulai tahun 2014, semua minyak kelapa sawit yang akan dibeli oleh Ferrero wajib memiliki sertifikat RSPO. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, konsumen Uni Eropa menuntut Sertifikat Sustainability RSPO, sehingga kampanye pemasaran harus ditargetkan kepada dua kelompok, yaitu: • •
Bagi pembeli melalui promosi langsung B2B (Business to Business) Bagi konsumen melalui komunikasi massa (Website atau Artikel)
Kampanye internal (di antara produsen-produsen CPO Indonesia) untuk mengadaptasikan kebijakan RED Uni Eropa dan sertifikasi RSPO dapat juga dilakukan untuk mendapatkan insentif. Kampanye ini lebih tepat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan bagi pemilik kebun dan petani, daripada melalui promosi pembentukan konsorsium smallholder.
Market Intelligence 38
BAB V STRATEGI
Italia memegang peranan penting sebagai imporer maupun re-eksporer minyak kelapa sawit. Sebagian besar impor minyak kelapa sawit oleh Italia berasal langsung dari negara-negara tropis. Mayoritas minyak kelapa sawit yang masuk pasar Italia digunakan untuk sektor pangan, dan selebihnya untuk sektor industri dan produksi biofuel. Walaupun mengalami fluktuasi, permintaan minyak kelapa sawit Italia bisa dikatakan masih cukup kuat. Mayoritas organisasiorganisasi internasional seperti UN, WTO, dan FAO memperkirakan permintaan Uni Eropa yang semakin menguat seiring dengan bertambah pentingnya pasar minyak kelapa sawit di masa yang akan datang. Penting bagi para calon eksporter untuk mengetahui ketentuan-ketentuan baik itu legal maupun non legal untuk memasuki pasar Uni Eropa dan pasar Italia. Sangat disarankan bagi ekspotir kecil atau menengah untuk berhubungan dengan mitra kerja Italia yang terpercaya yang dapat memberikan asistensi selama proses birokrasi dan pemasaran. Laporan ini memaparkan daftar asosiasi dan perusahaan yang melakukan perdagangan minyak kelapa sawit di Italia. Sebelum mengadakan kegiatan operasional, diperlukan studi preliminary melalui kegiatan market intelligence yang mendukung. Sebagai contoh, beberapa eksportir kecil-menengah akan tertarik untuk mencari jaringan pembeli di Italia dan Eropa, namun perlu dipertimbangkan resiko-resiko untuk setiap saluran perdagangan yang dipilih. Pembeli harus ditempatkan pada posisi yang penting. Eksportir harus menyetujui, dalam bentuk perjanjian tertulis ketentuan-ketentuan khusus yang diinginkan pembeli tunggal. Semua persetujuan dan kontrak harus diatur sedemikian rupa dalam kerangka ketentuan-ketentuan legal dan non legal. Eksportir juga disarankan untuk bergabung dengan jaringan-jaringan atau asosiasi-asosiasi khusus yang dapat membantu mereka untuk berhubungan dengan pembeli-pembeli lokal dan mendapatkan akses ke komunitas minyak kelapa sawit di Italia dan di Eropa. Keikutsertaan pada acara pertemuan dan pameran dagang internasional terkait dapat membantu eksportir untuk memperluas networkingnya dengan para buyer Italia. Isu lingkungan merupakan salah satu topik yang paling penting di Italia menyangkut produk minyak kelapa sawit. Kesadaran publik akan aspek lingkungan dari produksi minyak kelapa sawit di negara-negara berkembang jelas sangat tinggi. Atas dasar ini pun, sebagian besar importir cenderung mengaplikasikan “green strategy” dan hanya membeli minyak kelapa sawit bersertifikat. Importir juga biasanya meminta supplier untuk membuktikan bahwa minyak kelapa sawit yang dijualnya memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh organisasi-organisasi yang cukup dikenal seperti RSPO atau EURED. Pihak berwenang Indonesia harus melakukan usaha untuk mendukung proyek dalam rangka meningkatkan kesadaran komunitas petani-petani lokal akan produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan sebagai kunci akses dalam memasuki pasar Eropa dan Italia. Cek list bagi eksporer Ketika mengekspor minyak kelapa sawit (dalam bentuk CPO maupun RDB) ke Negara Uni Eropa terutama Italia, eksporer harus mengingat hal-hal berikut ini: • Ketentuan legal • Ketentuan non-legal • Ketentuan custom • Sertifikasi Asal Usul Internasional • Business intelligence sebelum beroperasi • Perjanjian yang jelas dengan pembeli • Logistik
Market Intelligence 39
BAB VI REFERENSI-REFERENSI PENTING Semua data, informasi, dan berita telah dikumpulkan dari organisasi-organisasi berikut ini: Badan Publik dan Negara Italy in the world economy, 2012 - ICE – Istituto Commercio Estero – Italian Government Bank of Italy - Italian Government ISTAT - Istituto Statistico - Italian Government Italian Border Agency - Italian Government AIDA Tariffa Doganale Integrata - TARIC - Italian Border Agency, Ministry of Economics - Italian Government EUFIC - European Union Food Information Council - EU Market Access Database - EU DG Taxation and Customs Union - EU USDA – United States Department of Agriculture – US Government ETP – Economic Transformation Program – Malaysia Government Oil Palm Review - Tropical Development and Research Institute in the Inited Kingdom - UK Government CBI - Ministry of Foreign Affairs - Netherlands Tradewatch for vegetable oils 2013 - CBI - Ministry of Foreign Affairs - Netherlands United Nations World Bank statistics UNCOMTRADE – United Nations Agricultural outlook 2012 - 2021 - OCED - FAO Environmental outlook to 2050 - OCED Agricultural service bulletin - Small scale palm oil in Africa - FAO Country report on Indonesia - FAO NPO, NGOs, other organizations RSPO - Roundtable on Sustainable Palm Oil - World Palm oil buyers scorecard 2011 - WWF International - World Wildlife Fund International - World (based in UK) ISPO - Indonesian Sustainable Palm Oil Fundation - Indonesia LINKS - Lingkar Komunitas Sawit - Indonesia PanEco Foundation - Switzerland Sektor Swasta Icam S.p.a - Company - Italy IGOR S.p.a - Company - Italy NUTKAO S.r.l - Company - Italy Barilla G e R F.lli S.p.a - Company - Italy Pellegrini S.r.l - Company - Italy Ferrero S.p.a - Company - Italy New Britain palm oil report, 2012 - NBPOL Ltd - Company - Papua New Guinea (UK stock exchange market) Sime Darby - Company - Malaysia IOI Group - Company - Malaysia KLK - Kuala Lumpur Kempong Bhd - Company - Malaysia FGVH - FELDA Global Ventures Holding- Company - Malaysia GAPKI - Asosiasi minyak kelapa sawit Indonesia MPOB - Malaysian Palm Oil Board RSPO - Roundtable on Sustainable Palm Oil Daftar asosiasi bisnis minyak kelapa sawit di Italia Beberapa asosiasi Italia yang dapat membantu eksporter untuk meningkatkan peluang mereka menjual produknya di Italia adalah sebagai berikut: • Federazione Nazionale del Commercio Oleario Via delle Conce 20, Roma http://www.federolio.it
[email protected] Tel +39 (0)65754201 • Italian Oil Industry Association (ASSITOL) Piazza Campitelli 3 Roma - http://www.assitol.it -
[email protected] Tel: +39 (0)669940058 Market Intelligence 40
• •
Italian Food Industry Federation (Federalimentare) Viale Pasteur 10 Roma-Eur http://www.federalimentare.it -
[email protected] - Tel +39 (0)659903380 Ecoage: association concerning bio-diesel - http://www.ecoage.it -
[email protected]
Importir-importir CPO di Italia • Unigra http://www.unigra.it/eng/default.aspx -
[email protected] Tel: +39 (0)545989511 - Via Gardizza 9/B 48017 Conselice (RA) • Cargill - http://www.cargill.it/en/index.jsp -
[email protected] • Cominter Bio - http://cominter-bio.it –broker yang berurusan -dengan berbagai makanan organik- baik bahan baku maupun produk akhir, salah satu pemasoknya adalah minyak kelapa sawit organic dari Brazil. Brazil. Viale Monza 43/B Milano
[email protected] - Tel: +39 (0)22840392 • Olfood - http://www.olfood.it – Produsen margarine skala kecil, berkomitmen untuk membeli minyak dan lemak dengan label “sustainable palm oil” (anggota RSPO) Via Enrico Fermi 11 Borgo San Giacomo (BS) Tel: +39 (0)30940251 • Agro Trading - http://www.agrotrading.it – Agen/broker yang berurusan dengan minyak nabati, khususnya minyak-minyak dari Negara tropis seperti minyak kelapa sawit • Via Cantore 8G-85 Genova Tel: +39 (0)104694412
[email protected] • De Donno Condimenti - http://www.dedonnocondimenti.it – San Nicola Lecce Tel: +39 (0)833233861 – supplier extra virgin olive oil (termasuk organik) tapi juga minyak kelapa sawit • AZIENDA AGRICOLA CAMPO BARGELLO Loc.Fontino 58024 Massa Marittima (GR), Italy http://www.campobargello.it -
[email protected] - +39 (0)558952775 • DELIZIA 2000 S.R.L. Via Cerignola, Cn 71049 Trinitapoli (fg) Italy http://www.delizia200.eu
[email protected] Tel: +39 (0)883631345 • OLEIFICIO SPERONI SRL Frazione S. Margherita 28 43036 Fidenza, Parma, Italy http://www.oleificiosperoni.it -
[email protected] - Tel: +39 (0)52463102 • OLITALIA SRL Via A. Meucci 22/A 47100 Forlì Italy http://www.olitalia.com Tel: +39 (0)543794811 • ORGANIC OILS SPA Strada Montebuono 12/b 06076 Mugnano (PG) Italy -
[email protected] Tel: +39 (0)75529991 http://www.organicoils.it • Ferrero - Nutella & Chocolate producer http://www.ferrero.com
Market Intelligence 41
LAMPIRAN A. Introduction Dalam upaya menyediakan informasi penting dan up-to-date kepada para eksportir CPO Indonesia, Laporan Market Intelligence ini juga memuat lampiran spesifik menyangkut riset primer (field research). Metode menggabungkan riset sekunder (desk research) dengan informasi-informasi yang diperoleh dari kegiatan riset primer merupakan cara yang paling efektif dalam menyusun rekomendasi yang sifatnya lebih praktis bagi pelaku-pelaku usaha terkait. Untuk itu, ITPC Milan telah melakukan kerjasama dengan Beacon Srl. untuk mengadakan pertemuan dengan tiga stakeholders terkait di Italia, yaitu dengan: • • •
Mrs. Barbra Bucci dari Kantor Kesehatan di Bandara Milan Linate, Kementerian Kesehatan Italia Mrs. Lucia Spidalieri, CEO Perusahaan Pengiriman Barang, CAD Global Mr. Alberto Zanelli, Commercial Manager Unigrà SPA, salah satu imporir terbesar CPO di Italia
Adapun informasi-informasi ini dapat berubah-ubah dikarenakan oleh adanya perubahan kebijakan, fluktuasi harga dan beberapa faktor eksternal bersifat umum lainnya. Oleh karena itu, disarankan agar para eksportir, importir, agen, perusahaan pengiriman barang dan semua pelaku usaha terkait dapat senantiasa melakukan update guna mendapatkan informasi-informasi terkini.
B. Pertemuan dengan Kementerian Kesehatan Italia Pada tanggal 10 Juli 2013, telah diadakan pertemuan dengan Mrs. Barbra Bucci, Direktur Kantor Kesehatan di Bandara Linate Milan, Kementerian Kesehatan Italia, yang adalah spesialis di bidang ekspor-impor dan kesehatan publik. Kantor Kesehatan ini bertanggung jawab dalam melakukan pengecekan terhadap semua barang yang masuk ke Italia dan pelaksanaan customs clearance dari segi kesehatan. Dari pertemuan ini diketahui bahwa tujuan pemakaian produk merupakan hal yang penting dalam menentukan ada tidaknya persyaratan kesehatan yang dikenakan untuk ekspor produk CPO ke Italia. Dalam hal ini identifikasi perlu dilakukan untuk mengetahui apakah produk CPO yang diimpor adalah untuk konsumsi manusia atau untuk pemakaian industri. Jika produk CPO yang diimpor diperuntukkan untuk kegiatan industri, maka tidak terdapat ketentuan khusus terkait isu kesehatan. Sehingga pihak eksportir hanya perlu memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang diminta oleh pihak importir di Italia saja. Sementara itu, jika produk CPO yang diimpor untuk konsumsi manusia, maka sejumlah peraturan yang lebih ketat terkait isu kesehatan harus diaplikasikan. Perlu diketahui bahwa hingga akhir tahun 2011, Pemerintah Italia bekerja sama dengan Komisi Uni Eropa melakukan pengecekan terhadap kandungan zat pewarna “Sudan” pada setiap impor produk CPO dari luar EU sebab dianggap membahayakan bagi kesehatan manusia, sehingga mengharuskan para eksportir produk CPO untuk menyertakan sertifikasi “Sudan Free”. Referensi utama untuk impor produk CPO tujuan konsumsi manusia adalah sebagai berikut: • •
C.
Codex Alimentarius yang dikeluarkan oleh Uni Eropa: http://www.codexalimentarius.org/ Regulasi Komisi Uni Eropa No. 669/2009: http://eurlex.europa.eu/LexUriServ/LexUriServ.do?uri=OJ:L:2009:194:0011:0021:EN:PDF
Pertemuan dengan Perusahaan Pengiriman Barang (Freight Forwarder) Italia
Pada tanggal 26 September 2013, telah dilakukan pertemuan dengan Mrs. Lucia Spidalieri, CEO dari CAD Global Transport Overseas SRL., di Peschiera Borromeo, Milan-Italia. CAD Global merupakan perusahaan pengiriman barang (freight forwarder) yang memiliki dua agen lokal di Indonesia (di Jakarta dan Surabaya) dan juga bertindak sebagai customs broker, yang memiliki otoritas untuk merilis barang-barang impor (semua jenis produk) di Italia.
Market Intelligence 42
Dari pertemuan dengan CAD Global diketahui bahwa prosedur perilisan customs didasarkan pada tujuan pemakaian produk CPO, apakah untuk konsumsi manusia atau bukan konsumsi manusia Hal ini juga merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam mengimpor produk CPO dari luar Uni Eropa. Di bawah ini contoh beberapa perkiraan biaya untuk impor produk CPO di Italia: •
Perusahaan Pengangkutan: NYK Full Container Load Port of Loading (POL): Jakarta/Surabaya Port of Destination (POD): Genova Ocean Freight: USD 1000/ PER 20 BOX USD 2000/PER 40 BOX Biaya Lokal: Biaya Terminal Handling Charge (THC) Biaya Dokumen Biaya Entry Summary Declaration (ENS) Biaya Customs Clearance Biaya Undername Biaya Phyto Sanitary Biaya Trucking
: USD 145 : USD 55 : USD 25/dokumen : USD 120 : USD 180/container pertama, berikutntya USD 100/container : USD 200/dokumen : USD 250/300/300
Berlaku sampai dengan akhir November 2013, sehingga disarankan agar eksportir dapat menghubungi agen perusahaan tersebut untuk quotation terkini. Keterangan: o Biaya tambahan dapat berubah-ubah. o Tarif dapat mencakup biaya tambahan lainnya dan harus disetujui oleh perusahaan pengangkutan sebelum menerima atau merilis setiap pemesanan. o Biaya-biaya di atas tergantung pada ketersediaan ruang dan peralatan. o Biaya-biaya di atas dapat berubah-ubah dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. o Jenis pengiriman: LCL (Less Than Container Load). •
Perusahaan Pengangkutan: NYK Full Container Load Port of Loading (POL): Jakarta/Surabaya Port of Destination (POD): Genova Ocean Freight: USD 55/meter kubik (Jakarta – Genova) USD 65/meter kubik (Surabaya – Genova) Biaya Lokal: Biaya Container Freight Station (CFS) Biaya Dokumen Biaya Administrasi Biaya Customs Clearance Biaya Undername Biaya Phyto Sanitary Biaya Trucking
: USD 250/meter kubik : USD 55 : USD 30 : USD 120 : USD 180 : USD 200 : USD 95 (1-5 meter kubik)
Keterangan: o Biaya tambahan dapat berubah-ubah. o Tarif dapat mencakup biaya tambahan lainnya dan harus disetujui oleh perusahaan pengangkutan sebelum menerima atau merilis setiap pemesanan.
Market Intelligence 43
Berikut ini tabel yang meringkaskan biaya-biaya Customs Clearance and Door Delivery di Italia:
Selain itu, disampaikan juga informasi terkait besarnya pajak yang dikenakan dan dokumen penting yang harus disertakan untuk impor produk CPO di Italia berdasarkan tujuan kegunaannya. Untuk tujuan konsumsi manusia: • PPN sebesar 10% • Eksportir harus menyertakan Sertifikat Phytosanitary • Eksportir harus menyediakan Sertifikat Asal Produk (Certificate of Origin) • Menurut Peraturan Italia, Sertifikat Asal Produk dapat digantikan dengan mengisi FORM A (FORM A bukan dokumen pembebasan pajak) • Commercial Invoice harus berdasarkan Incoterm (seperti FOB, CIF, dsb.) • Waybill harus disertakan Untuk tujuan bukan konsumsi manusia: • PPN sebesar 22% • Eksportir harus menyediakan Pernyataan Tujuan Kegunaan Produk • Pengisian FORM A • Commercial Invoice harus berdasarkan Incoterm (seperti FOB, CIF, dsb.) • Waybill harus disertakan
D. Pengiriman Survey kepada Imporir CPO Italia Dalam upaya merangkumkan kegiatan riset primer untuk penyusunan Laporan Market Intelligence bertemakan Peluang Pasar Produk CPO di Italia, telah dikirimkan juga sebuah Email Survey kepada Mr. Alberto Zanelli, Manager Unigrà SPA, salah satu imporir CPO terbesar di Italia. Adapun hasil survey tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perusahaan Anda mengetahui dan melakukan kontak dengan eksportir/supplier dari Indonesia? Melalui cabang perusahaan kami di Singapura (bertanggung jawab untuk kawasan Asia Tenggara). 2. Berapa lama perusahaan Anda telah mengimpor CPO dari Indonesia? Sejak lebih dari 20 tahun yang lalu hingga sekarang. 3. Bagaimana perusahaan Anda mengimpor produk CPO Indonesia? (apakah dengan mengimpor langsung dari eksportir lokal di Indonesia atau dari perusahaan di negara-negara lain atau melalui jasa perantara Broker/Agen?) Market Intelligence 44
Kantor perwakilan kami di kawasan Asia Tenggara bertanggung jawab mengelola kontak dengan negara pemasok dan produsen CPO. Setiap kantor operasional kami di luar negeri secara konstan melakukan kontak dengan kantor pusat di Italia, meski mereka juga mengatur jaringan komersial sendiri, memiliki gudang dan dapat memberikan penawaran langsung kepada klien dengan layanan yang berkualitas tinggi. 4. Sebutkan nama-nama partner impor/supplier CPO perusahaan Anda di Indonesia? Cargill. 5. Jenis produk CPO manakah yang umumnya diimpor oleh perusahaan Anda dari Indonesia? Produk CPO yang tidak disuling/difilter (non refined CPO), yang kemudian proses penyulingannya dilakukan di Italia. 6. Untuk tujuan apa perusahaan Anda mengimpor produk CPO dari Indonesia? Untuk industri makanan dan energi (mesin kogenerasi). 7. Berapa banyak (jumlah dan nilai) impor CPO perusahaan Anda dari Indonesia setiap tahunnya? Lebih dari 300.000 ton per tahun dengan nilai impor rata-rata sebesar 22 juta USD. 8. Apakah perusahaan Anda memiliki persyaratan khusus terkait kemasan dan pelabelan untuk impor CPO dari Indonesia? Produk CPO umumnya diangkut dengan kapal yang menjamin keselamatan dan integrasi produk sampai tiba di pelabuhan Italia (Ravenna). Sesampainya di pelabuhan, produk CPO segera dibongkar dan dikirim ke gudang perusahaan di dekat pelabuhan (Daerah Conselice). 9. Apakah perusahaan Anda memerlukan Sertifikat Kesehatan atau sertifikat khusus lainnya untuk produk impor CPO dari Indonesia? Hal ini tergantung pada tujuan kegunaan produk, tetapi pada umumnya kami mensyaratkan Medical Port Certificate/Sanita Marittima. 10. Sarana transportasi (freight) apa yang umumnya digunakan oleh perusahaan Anda untuk impor CPO dari Indonesia? Menggunakan Ocean/Water Freight. 11. Jenis INCOTERMS apa yang biasanya dipakai perusahaan Anda untuk impor CPO dari Indonesia? Kebanyakan FOB, tetapi sangat tergantung pada permintaan eksportir/supplier. 12. Metode Pembayaran apa yang umumnya digunakan oleh perusahaan Anda saat mengimpor CPO dari Indonesia? Pembayaran dilakukan pada saat barang telah sampai di Port of Destination (POD) di Italia.
Market Intelligence 45