JURNAL ßIOêduKASI Vol 1 No (1) September 2012
ISSN : 2301-4678 FKIP Universitas Khairun
MARKAH MOLEKULER DALAM IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KEKERABATAN TUMBUHAN SERTA IMPLIKASINYA BAGI MATA KULIAH GENETIKA (Telaah keilmuan genetika molekuler tumbuhan) SUPARMAN 1 1
Dosen Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Khairun Email :
[email protected]
ABSTRAK Sifat morfologi tanaman meliputi batang, variasi bunga dan bagian-bagian bunga serta variasi bentuk daun telah lama menjadi acuan identifikasi, pemetaan kekerabatan dan taksonomi tanaman, namun sifat morfologi dinilai terbatas karena langsung dipengaruhi lingkungan. Penanda lain yang lebih stabil berupa penanda biokimia seperti isozyma. Penanda ini lebih baik, kurang dipengaruhi kondisi pertumbuhan karakter kuantitatif dan lebih cocok untuk identifikasi varietas, namun terkadang penanda ini juga tidak menunjukan perbedaan yang nyata antar genotip yang diuji. Keterbatasan tersebut, memunculkan markah molekuler, yakni penanda yang ditentukan langsung oleh materi genetik berupa DNA. Sekuen DNA memberikan banyak character state karena perbedaan laju perubahan basa-basa nukleotida di dalam lokus yang berbeda dan lebih akurat serta menghasilkan kekerabatan yang lebih alami. Karakter markah molekuler berupa sekuen DNA pada tumbuhan dapat diambil dari genom nDNA, cpDNA, dan mtDNA. Sekuen DNA yang banyak digunakan pada tumbuhan ialah : mikrosatelit, ITS, gen rbcL, gapC, ndhF, matK, dan psaA. Gen rbcL secara khusus telah direkomendasikan sebagai DNA pada tumbuhan. Perkembangan markah molekuler memberikan implikasi berupa penambahan materi pada kuliah genetika yakni materi dasar bioinformatika dan filogenetik molekuler sebagai tool dalam analisis data molekuler. Lebih jauh lagi, bioinformatika dan filogenetika molekuler ini dapat direkomendasikan menjadi matakuliah pilihan. Kata kunci : markah molekuler, sekuen DNA, kekerabatan tumbuhan, DNA barkode Karakter morfologi yang berupa bentuk
pengelompokan tumbuhan adalah Cronquist
bunga, daun, batang, biji dan karakter fisiologi
(1981)
yang berupa kandungan fitokimia merupakan
mengklasifikasikan ribuan tumbuhan dalam
landasan utama identifikasi dan klasifikasi
sistem
tumbuhan.
ada
morfologi. Backer dan Van Den Brink (1965)
sekarang ini berdasarkan kemiripan morfologi
juga membukukan ratusan tamanan yang ada di
dan fisiologi tersebut. Salah satu panduan
Pulau Jawa berdasarkan karakter morfologi.
Sistem
taksonomi
yang
dalam
Suparman
terintegrasi
(2011)
berdasarkan
yang
karakter
59
JURNAL ßIOêduKASI Vol 1 No (1) September 2012
Pengelompokan pada
tumbuhan
ISSN : 2301-4678 FKIP Universitas Khairun
berdasarkan
masih
morfologi
memiliki
anatomi, fisiologi dan paleontologi tetapi
banyak
sekarang berkembang teknik molekuler dalam
keterbatasan, contoh nyata pada klasifikasi
rekonstruksi filogenetik. Hal ini juga untuk
Genus Mangifera terbaru yang dipublikasi oleh
menjembatani adanya organisme kompleks
Kostermans
mengindikasikan
yang sulit dibedakan hanya dengan data
keraguan pengelompokan (Yonemori, dkk.
morfologi. Data molekuler tersebut seperti peta
2002). Hal ini dapat dianalisis pada kelompok
restriksi, hibridisasi DNA, sekuen protein dan
uncertain position untuk 11 spesies dari
sekuen DNA. Peneliti cenderung menggunakan
Mangifera
diidentifikasi.
sekuen DNA karena dianggap lebih mudah
Keterbatasan markah morfologi juga dapat
dibanding dengan informasi molekuler yang
terlihat
lain (Li dan Graur, 1991).
Bompard
yang
pada
telah
pengelompokan
tanaman
Philantus niruri (Hidayat, dkk. 2008) yang karakter
warna
tumbuhannya
sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
penting
dalam
untuk
memaparkan
penggunaan
markah
molekuler berupa sekuen DNA yang spesifik
Perkembangan biologi molekuler mulai berperan
Latar belakang tersebut memicu penulis
perkembangan
dalam
menganalisis
identifikasi
tumbuhan
kekerabatan sebagai
dan
karakter
berbagai cabang Biologi, begitu juga peranan
alternatif yang menyediakan data lebih akurat
biologi molekuler dalam identifikasi dan
serta
pengelompokan kekerabatan tumbuhan. Semua
genetika molekuler ini terhadap matakuliah
proses
genetika.
kehidupan
seperti
perkembangan,
implikasi
dari
perkembangan
ilmu
fisiologi, dan reproduksi semua organisme dapat dilihat dengan pendekatan molekuler. Studi
evolusi
perkembangan
saat
ini
dipengaruhi
oleh
Biologi
molekuler,
dan
sebaliknya pendekatan evolusi juga digunakan untuk memahami dan mengembangkan Biologi molekuler (Nei dan Kumar, 2000). Perkembangan berpengaruh
pada
kedua
ilmu
pendekatan
tersebut
filogenetik,
sehingga kekerabatan antar organisme yang awalnya hanya berdasarkan data morfologi,
MARKAH MOLEKULER SUATU PENANDA
SEBAGAI
Markah molekuler merupakan penanda yang berbasiskan asam amino, protein atau sekuen DNA sebagai bahan utama. Penggunaan sekuen DNA sebagai penanda baik dalam identifikasi maupun taksonomi telah lama digunakan karena lebih menunjukan sifat yang alami. Pada dasarnya prinsip penggunaan markah molekuler ini sama dengan sifat
60
JURNAL ßIOêduKASI Vol 1 No (1) September 2012
morfologi,
yakni
suatu
sama, berasal dari tempat yang berkondisi sama
individu atau spesies. Pada suatu individu yang
dan usia yang relatif sama. Objek penelitian
lengkap, penggunaan ciri dan tanda morfologi
dari
dapat langsung membantu ahli taksonomi.
kesimpulan berbeda jika berasal dari usia yang
Keterbatasan sifat morfologi mulai terlihat pada
berbeda, atau berasal dari tempat dengan
saat keterbatasan sampel morfologi, misalnya
kondisi
tidak ditemukan secara lengkap karakter-
pengambilan sampel beda usia. Analisis dari
karakter morfologi yang merupakan kunci
awetan
identifikasi
identifikasi,
bagi
untuk
ISSN : 2301-4678 FKIP Universitas Khairun
mengenali
suatu
jenis.
Karakter
spesies
yang
lingkungan
kering
sama
yang
juga
karena
menghasilkan
berbeda,
sangat tidak
atau
sulit
untuk
cukup
hanya
morfologi yang ditemukan secara lengkap
membandingkan satu bagian saja, misalnya
namun beda usia juga akan mengalami masalah
daun atau batang saja, tetapi dibutuhkan semua
dalam identifikasi, hal ini disebabkan ada
bagian
beberapa tanaman yang menghasilkan senyawa
molekuler
tertentu misalnya minyak atsiri pada saat
pengambilan
dewasa sehingga pada saat masih muda tidak
menggunakan sampel dari semua bagian tubuh
ditemukan.
tumbuhan dengan jumlah kuantitaif yang tidak
Karakter morfologi berupa warna cendrung
tumbuhan. ternyata
Penggunaan memudahkan
sampel,
karena
tumbuhan
berbeda
manapun dengan pola yang sama.
Phyllanthus
pada
kasus
niruri/meniran
tanaman
dapat
terdapat
pada
semua
bagian
dkk,
Pengaruh lingkungan terhadap perubahan
2008). Pada sistem klasifikasi sebelumnya,
morfologi dan fisiologi yang tidak permanen
meniran digolongkan menjadi tiga kelompok
memperlihatkan bahwa karakter luar yang
berdasarkan karakter morfologi warna batang
dihasilkan
dan cabang, yaitu meniran merah, meniran
lingkungan tidak stabil. Hal ini mengecohkan
kuning, dan meniran hijau, tetapi karakter
identifkasi dan analisis kekerabatan tumbuhan
warna batang ini cenderung mengecoh karena
bahkan pada makhkuk hidup secara umum.
sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
Markah molekuler dinilai lebih stabil sebagai
Penggunaan
sifat
(Hidayat
dalam
banyak, hal ini karena DNA pada tubuh
berbeda pada perlakuan lingkungan yang seperti
markah
morfologi
dalam
oleh
tumbuhan
karena
respon
penanda dan identifikasi serta dalam analisis
filogenetik dan taksonomi sering mengecoh
taksonomi,
Li
dan
Graur
(1991),
karena bersifat tentatif. Objek-objek yang
mengungkapkan bahwa DNA menyediakan
sedang dianalisis harus berada dalam kondisi
karakter yang lebih berlimpah dibandingkan
61
JURNAL ßIOêduKASI Vol 1 No (1) September 2012
ISSN : 2301-4678 FKIP Universitas Khairun
morfologi dan fisiologi, serta lebih cepat,
tumbuhan dapat diambil dari Inti, kloroplas,
praktis, dan efisien dalam pengerjaan.
dan mitokondria.
Sekuen character
DNA state
memberikan
karena
banyak
perbedaan
laju
perubahan basa-basa nukleotida di dalam lokus yang
berbeda
dan
lebih
akurat
serta
JENIS-JENIS MARKAH MOLEKULR Banyaknya gen pada genom makhluk hidup
menyebabkan
kesulitan
jika
harus
menghasilkan kekerabatan yang lebih alami.
dianalisis secara keseluruhan untuk identifikasi
Sistematika molekuler dengan menggunakan
dan analisis kekerabatan dari satu atau lebih
markah
telah
tingkat takson makhkuk hidup. Langkah yang
digunakan secara luas sebagaimana pada
sedang dilakukan oleh para ahli molekuler ialah
organisme lain dalam determinasi hubungan
mencari suatu gen yang dapat mencirikan suatu
filogenetik
Pada
jenis sekaligus membedakan antara satu jenis
pendekatan
dengan jenis lainnya. Gen tersebut akan
filogenetik dengan karakter molekuler telah
berfungsi sebagai suatu barkode sehingga lebih
digunakan dan efektif dalam mengelompokan
praktis dan efisien dalam identifikasi jenis
takson
tumbuhan dan analisis kekerabatan dari suatu
molekuler
(Asahina,
sistematika
yang
pada
dkk.
tanaman
2010).
Angiospermae
belum
terselesaikan
dengan
pendekatan fenetik (Reddy, 2009).
genus.
Penggunaan sekuen DNA juga dapat
Gen yang dijadikan markah molekuler
mengatasi kelemahan dari data morfologi yang
pada makhkuk hidup harus gen yang lestari
diketahui memiliki keterbatasan karakter dan
moderat “moderate conserved” dan memiliki
cenderung dipengaruhi lingkungan. Kelebihan
variasi yang cukup pada tiap spesies, hal ini
penggunaan markah molekuler, pertama sekuen
akan sangat bermanfaat dalam rekonstruksi
DNA memberikan data yang lebih akurat
filogenetik dan analisis pada level populasi.
terhadap karakter-karakter yang ada (Hidayat
Perbedaan laju mutasi pada kingdom hewan,
2008), kedua sekuen DNA menyediakan
tumbuhan, protista dan jamur menyebabkan
banyak character state karena perbedaan laju
seleksi
perubahan basa-basa nukleotida di dalam lokus
berbeda. Masing-masing gen penanda yang
yang berbeda adalah besar, ketiga sekuen DNA
dapat diajadikan rujukan dalam identifikasi dan
telah terbukti menghasilkan sebuah hubungan
taksonomi pada tiap kingdom ditunjukan pada
kekerabatan yang lebih alami. Karakter dari
Tabel.1 berikut :
pengambilan
gen
penanda
yang
markah molekuler berupa sekuen DNA pada
62
JURNAL ßIOêduKASI Vol 1 No (1) September 2012
ISSN : 2301-4678 FKIP Universitas Khairun
Tabel 1. Markah molekuler pada level spesies pada masing-masing kingdom (Hajibabaei, 2007) Gen/sekuen
Lokasi genomik
CO1-barkod 16s-RNA Cytb ITS1-rDNA ITS2-rDNA 18S-Rdna RbcL
Mitokondria Mitokondria Mitokondria Inti sel Inti sel Inti sel Kloroplas
Hewan 19577 41381 88324 12175 13923 21063 -
Secara umum untuk kelompok hewan telah
Jumlah sekuen genomik Tumbuhan Protista 520 1931 221 2059 165 1920 57693 68839 58065 67332 17121 32290 30663 37328
inti.
Pada
kelompok
direkomendasikan COI, 16s-RNA, dan Cytb
memperlihatkan
dalam identifikasi dan penggunaan dalam
dibandingkan
markah
dierekomendasikan
molekuler.
Semua
gen
tersebut
Jamur 410 285 1084 56675 56349 33327 -
hasil dengan
yang
jamur,
ITS
lebih
efektif
sekuen
sebagai
lain
DNA
dan
barkode
merupakan bagian dari genom mitokondria.
universal dalam semua kingdom fungi pada
COI, merupakan gen cytochrome c oxidase
consortium barcode of life (CBOL). Sementara
yang terdapat pada genom mitokondria, gen ini
kelompok protista dapat juga menggunakan
merupakan bagian dari subunit kompleks
sekuen ITS.
sitokrom oksidase yang merupakan bagian dari
Pada kelompok tumbuhan, beberapa gen
rantai transpor elektron. Beberapa penelitian
telah
menunjukan bahwa sekuen dari COI telah
filogenetik
efektif dalam identifikasi, secara khusus dalam
diantaranya mikrosatelit, ITS, gen rbcL, gapC,
kelompok hewan lebih dari 95% berhasil
ndhF, matK, dan psaA (Suparman, 2011).
dipisahkan dalam level sepesies pada hewan
Mikrosatelit adalah sekuen DNA sederhana
dengan
terdiri dari dua sampai enam pasang basa
menggunakan
sekuen
COI
(Ratnasingham dan Hebert, 2007). Sekuen nonkoding yang banyak digunakan
banyak
digunakan
dan
untuk
identifikasi
analisis tumbuhan
berulang yang disebut pula dengan Simple Sequence
Repeat
(SSRs).
Penggunaan
sebagai markah molekuler ialah ITS, “Internal
mikrosatelit banyak pada penelitian eukariotik
Transcribed Spacer” merupakan suatu daerah
karena
non fungsional RNA yang ada antara struktur
eukariotik. Markah ini bersifat kodominan dan
rRNA pada prekursor transcript umum. ITS
dapat mendeteksi keragaman alel pada level
berukuran kecil kurang lebih 700 pasang basa
tinggi.
terdistribusi
merata
pada
genom
dan memiliki salinan yang banyak pada genom
63
JURNAL ßIOêduKASI Vol 1 No (1) September 2012
Gambar 1.
ISSN : 2301-4678 FKIP Universitas Khairun
Ilustrasi posisi, arah dan panjang basa gen rbcL pada genom kloroplas, berdasarkan Judd, dkk. (2002) ; Yoshinaga, dkk. (1996).
Salah satu markah molekuler yang banyak
filogenetik tumbuhan (Chase, dkk. 1993; Judd,
digunakan dalam filogenetik tumbuhan yakni
dkk. 2002). Penggunaan gen rbcL dalam
rbcL. Gen rbcL tanaman merupakan pengkode
filogenetik tumbuhan karena gen ini dimiliki
sub unit besar enzim riboluse-1,5-bisphosphate
oleh
carboxylse (RubisCo) yang berada di genom
tumbuhan parasit, bahkan ditemukan pula pada
kloroplas (Judd dkk, 2001) dan merupakan gen
sejenis flagelata (La Du, dkk,.2002), jika dilihat
yang universal pada hampir semua tanaman,
dari protein yang dihasilkan maka gen rbcL
sehingga penggunaanya akan efektif mengenali
mudah dideteksi. Hal ini karena RuBisCo yang
keragaman dalam semua tanaman. Penggunaan
dihasilkan oleh gen rbcL sangat melimpah
markah gen rbcL pada analisis filogenetik
dalam sel tumbuhan yakni sampai 15% dari
diantara spesies dalam satu genus telah
total protein tumbuhan (Lane, 1984), dan
dilakukan, seperti pada genus Zygophyllum dari
melebihi 50% dari total protein dalam kloroplas
famili Zygophyllaceae (Bellstedt dkk, 2008)
(Alberts, dkk. 2002). Gen yang terdapat pada
dan genus Caragana dari famili Leguminoseae.
genom
Gen rbcL merupakan gen pengkode salah satu enzim fotosintesis yakni large subunit Ribulosa-1,5-bisphosphate
carboxylase
semua
spesies
kloroplas
tumbuhan
tumbuhan
ini
kecuali
memiliki
panjang basa nukleotida sekitar 1428 base pair (2006; Judd, dkk. 2002). Efektivitas penggunaan gen rcbL dalam
(RuBisCo) atau RUBP karboksilase (Judd, dkk.
filogenetik
2002; Lane, 1984) yang berperan pada tahap
memperlihatkan hubungan kekerabatan evolusi
awal siklus Calvin dari fotosintesis, selain
diantara kelompok organisme (taxon) yang
fungsi
diteliti, selain itu gen rbcL juga merupakan gen
utamanya
dalam
menghasilkan
pada
RuBisCo, rbcL telah umum digunakan untuk
yang sangat
menyediakan sekuen
Angiospermae
data dalam analisis
tumbuhan
bunga
telah
lestari pada hampir semua (Stefanovic
dan
Olmstead,
64
JURNAL ßIOêduKASI Vol 1 No (1) September 2012
ISSN : 2301-4678 FKIP Universitas Khairun
2005). Consortium Barcode Of Life (CBOL)
Lambatnya laju mutasi pada gen rbcL ini
pada kelompok kerja bidang tanaman juga
kemungkinan berkaitan dengan fungsinya yang
merekomendasikan penggunaan rbcL sebagai
sangat
barcode salah satu penanda pada identifikasi
pengkode
tumbuhan secara umum yang dikombinasikan
spesies tumbuhan, perkiraan lokasi gen rbcl
bersama dengan gen matK (CBOL, 2009), hal
dalam genom dapat diketahui degnan melihat
ini berdasarkan eksistensi, efektifitas dan
peta genom kloroplas yang telah ada, misalnya
kelestarian laju mutasi kedua gen tersebut pada
pada tanaman Jagung, Kentang dan Tomat,
hampir semua spesies tumbuhan. DNA barcode
serta
ini, pada bidang sistematika dapat digunakan
diidentifikasi (Ravi, dkk. 2008), berdasarkan
dalam mengidentifikasi spesies tumbuhan, juga
peta kloroplas tersebut dapat digambarkan
berguna dalam analisis filogentik dan analisis
posisi gen rbcL dari gen-gen lainnya pada
populasi (Hajibabaei dkk, 2007), rekomendasi
kloroplas.
esensial
87
bagi
enzim
tumbuhan
rubisko.
spesies
Pada
lainnya
sebagai beberapa
yang
telah
ini memperkuat alasan penggunaan rbcL dalam analisis filogenetik dan kekerabatan tanaman dalam satu genus.
Penggunaan
Penggunaan gen rbcL pada penelitian filogenetik menunjukan pola filogenetik yang tidak
bertentangan
tumbuhan
dengan
berdasarkan
karakter
sistematika morfologi
dalam sistem Cronquist, misalnya analisis pada Caryophyllidae menghasilkan pohon yang yang bersifat monofiletik, begitu juga Apocynaceae, Apiaceae, dan Brassicaseae (Judd, 2002). Kelajuan mutasi rbcL yang lebih lambat dari gen-gen kloroplas lainnya, memungkinkan rbcL masih membawa informasi gen nenek moyang
lebih.
Barraclough
(1996)
mengemukakan terdapat korelasi positif antara kelajuan evolusi sequen gen rbcL dengan diversifikasi
spesies
BIOINFORMATIKA DAN FILOGENETIK MOLEKULER
pada
markah
molekuler
dalam
identifikasi, analisis kekerabatan dan taksonom tumbuhan tidak lepas dari ilmu bioinformatika yang merupakan perangkat pembantu dari tahap awal sampai akhir dari pengolahan pengolahan data molekuler. Bioinformatika merupakan
ilmu
interdisiplin
yang
menghubungkan ilmu komputer dan biologi, atau gabungan dari biologi dan informatik yang mengembangkan
teknologi
komputer
menyimpan,
untuk
menggunakan mengambil,
memanipulasi dan mendistribusikan data yang berhubungan dengan makromolekuler biologi seperti
DNA,
RNA,
dan
protein.
Bioinformatika terbatas pada sekuen, struktur
Angiospermae.
65
JURNAL ßIOêduKASI Vol 1 No (1) September 2012
ISSN : 2301-4678 FKIP Universitas Khairun
Gambar 2. Proses amplifikasi DNA/gen target (a) DNA awal yang mengalami denaturasi, yakni pemisahan DNA dengan pasangannya. (b) Anealling proses menempelnya primer dengan gen target. (c) ekstensi, proses pemanjangan gen target yang telah ditempeli primer dan tahap akhir dari siklus pertama PCR. (Newton & graham, 1995). dan analisis fungsi gen dan genom, serta produknya (Xiong, 2006).
Hasil PCR gen dilakukan elektroforesis dan dilihat dibawah sinar ultraviolet, untuk
Penggunaan markah molekuler setelah
lebih akurat dapat dilakukan proses sekuensing
diketahui gen target yang akan digunakan
yakni
untuk identifikasi maka hal yang pertama
menggunakan dDNTp sehingga didapatkan
dilakukan ialah desain primer dengan perangkat
huruf-huruf yang mencerminkan basa-basa
bioinformatika.
biasanya
nitrogen yang ada pada sekuen DNA tersebut.
dilakukan setelah mengetahui sekuen DNA
Hasil sekuensing dapat dianalisis dengan fungsi
yang
mensejajarkan
BLAST pada genebank, yakni membandingkan
beberapa sekuen gen yang sama dari jenis yang
sekuen gen dengan gen yang telah ada di
berbeda.
genebank.
lestari
Desain
dengan
Primer
ini
primer
cara
berfungsi
sebagai
pembacaan
sekuen
Langkah
DNA
selanjutnya
dengan
dapat
penginisiasi dalam mengisolasi gen target
dilakukan analisis bioinformatika tingkat lanjut
dalam proses PCR. DNA genom yang telah
baik
diisiolasi
identifikasi open reading frame (orf).
selanjtunya
di
PCR
untuk
filogenentik
molekuler
maupun
mengamplifikasi gen target. Proses PCR ini
Proses isolasi DNA, yang diawali dengan
menggunakan prinsip denaturasi, anealling dan
desain primer gen untuk isolasi serta analisis
elongasi DNA target.
filogenetik molekuler dan beberapa analisis bioinformatika merupakan materi genetika
66
JURNAL ßIOêduKASI Vol 1 No (1) September 2012
ISSN : 2301-4678 FKIP Universitas Khairun
molekuler yang belum diaajarkan di prodi Pendidikan Biologi Universitas Khairun, materi
only) Vol. II, Angiospermae, Families 111-160. N.V.P Nordhoff, Groningen, Netherland.
ini sudah mulai dikenalkan pada matakuliah genetika
lanjut.
Lebih
khusus
akan
di
rekomendasikan pada matakuliah tersendiri pada
pilihan
bioinformatika,
filogenetik
molekuler, dan rekayasa genetik. Kesimpulan Penggunaan
markah
molekuler
telah
memberikan paradigma baru yang berguna dalam
identifikasi
tumbuhan,
analisis
filogenetik, dan analisis taksonomi tumbuhan karena
tidak
lingkungan.
dipengaruhi Sekuen
gen
langsung
oleh
rbcL
telah
direkomendasikan oleh barcode of life sebagai DNA barkode pada tumbuhan. Secara khusus perkembangan markah molekuler berimplikasi pada penambahan materi perkuliahan genetika lanjut di prodi Pendidikan Biologi Unkhair serta rekomendasi penambahan matakuliah pilihan bioinformatika, filogenetik molekuler, dan rekayasa genetik. REFERENSI Asahina, H., Shinozaki, J., Masuda, K., Morimitsu, Y., dan Satake, M. (2010) : Identification of medicinal Dendrobium species by phylogenetic analyses using matK and rbcL sequences. The Japanese Society of Pharmacognosy and Springer. J Nat Med 64:133–138. Backer, C.A. dan Van Den Brink, R.C.B. (1965) : Flora of Java (Spermatophytes
Bellstedt, D.U., van Zyl, L., Marais, E.M., Bytebier, B., de Villiers, C.A., Makwarela, A.M., dan Dreyer, L.L. (2008) : Phylogenetic relationships, character evolution and biogeography of Southern African members of Zygophyllum (Zygophyllaceae) based on three plastid regions. Molecular Phylogenetics and Evolution 47 : 932– 949. Elsevier Inc Ga Hun Boo, Kyung Min Lee, et al., 2009, Classification of the Genus Ishige (Ishigeales, Phaeophyceae) in the North Pacific Ocean with Recognition of Ishige Foliacea Based on Plastid rbcL and Mitochondrial Cox3 Gene Sequences1, J. Phycol 45: 906–913, Phycological Society of America Hajibabaei, M, Singer, G.A.C, Hebert, P.D.N, and Hickey, D.A. (2007). DNA barcoding: how it complements taxonomy, molecular phylogenetics and population genetics. TRENDS in Genetics Vol.xxx No.x: 1-6 Hidayat, et al., 2008, Analisis Filogenetik Molekuler pada Phylantus niruri L (Euphorbiaceae), Jurnal Matematika dan Sains Vol. 13 No 1. Judd, W.S., Campbel, C.S., Kellog, E. A., Stevens, P. F., dan Donoghue, M. J. (2002) : Plant Systematics : Phylogenetic Approach, 2nd edition. Sinauer Associates, Inc. Publisher, Sunderland, Massachusets-USA. Lane, A. (1984) : The Penguin Dictionary of Botany. Penguin Book, Market House Books Ltd.
67
JURNAL ßIOêduKASI Vol 1 No (1) September 2012
Li, W., dan Graur, D. (1991) : Fundamental of Molecular Evolution. Sinauer Associates, Inc. Li,
Xiaoxian and Zhou, Zhekun, 2008, Phylogenetic studies of the core Alismatales inferred from morphology and rbcL sequences, Progress in natural Science 19: 931-945, Elsevier limited and Science in China Press.
Maistro, Silvia, et al., 2007, Moleclular Phylogeny and Evolution Of The Order Tribonematales (Heterokonta, Xanthophyceae) Based On Analysis Of Plastidial Genes rbcL and psaA, Molecular Phylogeny and Evolultion 43: 407-417, Elsevier Inc. Nei, M., dan Kumar, S. (2000) : Molecular Evolution and Phylogenetics. Oxford University Press. Newton, C.R, Graham, A., (1995) : PCR, Intoduction to Biotechniques. Bios Scientific Publisher ltd. Ratnasingham, S., Hebert, P.D., 2007. The Barcode of Life Data System. Molecular ecology Notes. Reddy, B.U. (2009) : Molecular phylogeny of Angiospermic plant families using rbcL gene Sequences. International Journal of Bioinformatics Research, 1(2) : pp-27-36. Roche, 2009. PCR Applications Manual 3rd . www.rochwe-applied-science.com. Dikses 2009
ISSN : 2301-4678 FKIP Universitas Khairun
Barcode Loci May Not Work in Complex Groups: A Case Study with Indian Berberis Species. PLoS ONE 5(10): e13674. doi:10.1371/journal.pone.0013674 Suparman. 2011. Analisis filogenetik Genus Mangifera Menggunakan Gen rbcL DNA Kloroplas. (Tesis S2 tidak diterbitkan). SITH-ITB. Bandung Xiong, J. 2006. Essential Bioinformatics. Cambridge University Press: New York. Yonemori, K., Honso, C., Kanzaki, S., Wiadthong, W., dan Sugiura, A. (2002) : Phylogentic relathionship of mangifera species revealed by ITS sequences of nuclear ribosomal DNA and a possibility of their hybrid origin. Plant Syst. Evol. 231: 59-75. Yoshinaga, K., Iinuma,H., Masuzawa, T., dan Uedal, K. (1996) : Extensive RNA editing of U to C in addition to C to U substitution in the rbcL transcripts of hornwort chloroplasts and the origin of RNA editing in green plants. Nucleic Acids Research, 24, No. 6. Oxford University Press Zhang, M., Fritsch, P.W., dan Cruz, B.C. (2009) : Phylogeny of Caragana (Fabaceae) based on DNA sequence data from rbcL, trnS–trnG, and ITS. Journal Molecular Phylogenetics and Evolution 50: 547–559.
Roderic, D.M. (2001) : Tree View Win 32. http://taxonomy.zoology.gla.ac.uk/ rod/rodhtml diakses tgl : 20 Februari 2009. Roy S, Tyagi A, Shukla V, Kumar A, Singh UM, dkk. (2009) : Universal Plant DNA 68