Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Penggunaan Beberapa Macam Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Padi Gogo di Lahan Kering Desa Bakung Ogan ILir The Use of Several Kinds of Organic materials on The Growth of Upland Rice in Bakung Village Ogan Ilir
Maria Fitriana1*). Yakup Parto, Nusyirwan1 1
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih. Km. 32 Indralaya. Ogan Ilir 30662 *) Corresponding author:
[email protected] HP.08127118242
ABSTRACT The aim of this study was to investigate the effects of organic matters and NPK fertilizer on soil chemical, the growth and yield of upland rice. Study was conducted at Agro Techno Park Indralaya, from April through November 2014. This study consisted of two phases, the first phase was to applicate organic materials. The method that was used was randomized complete block design, consisted of 4 treatments and 3 replications. The treatments in the first phase were K1= land planted with cowpea, K2= corn stalks compost, K3= cow manure, K4= land was fallow. The second phase was carried out at the same land with the first phase. The method used was split plot design, as the main plot was organic matter that its application had been done on first phase, while the subplot was NPK fertilizer rates. It consisted of: P0 = without NPK fertilizer, P1= 25%, P2= 50%, P3 = 75%. Total treatments was 48 units. The results showed that corn stalks compost treatment was the best. It had the highest growth and yield of upland rice. Combination of Corn stalks compost treatment and 50% rate of NPK fertilizer gave the highest component of growth and yield of upland rice. Key words: Upland rice. organic matter. NPK fertilizer. compost. ABSTRAK Penelitian untuk mengkaji pengaruh beberapa bahan organik dan pupuk NPK pada beberapa taraf terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan serta hasil tanaman padi gogo. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai November 2014 di Agro techno park Desa Bakung. Indralaya Sumatera Selatan. Penelitian terdiri dari dua tahap, pertama pengaplikasian bahan organik, menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuannya: K1 = lahan ditanami dengan kacang tunggak, K2 = lahan diberi kompos batang jagung, K3 = lahan diberi pupuk kandang sapi, K4 = lahan diberakan. Perlakuan ini sebagai perlakuan petak utama pada tahap kedua. Tahap kedua menggunakan rancangan petak terbagi, petak utama terdiri dari 4 perlakuan bahan organik (perlakuan tahap 1), anak petak terdiri dari 4 dosis pupuk NP K yaitu: P0 = tanpa pupuk NPK, P1 = 25%. P2 = 50%, P3 = 75% . Dosis standar 200 kg urea. 75 kg SP-36 dan 50 kg KCl per ha, diulang tiga kali, totalnya ada 48 unit perlakuan. Perlakuan pemberian kompos batang jagung adalah terbaik, menghasilkan komponen pertumbuhan dan komponen hasil padi gogo tertinggi. Kombinasi perlakuan kompos batang jagung dan pupuk NPK dosis 50% memberikan hasil tertinggi terhadap komponen pertumbuhan dan produksi padi gogo. Kata kunci: Padi gogo. bahan organik. pupuk NPK. kompos.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 PENDAHULUAN Beras merupakan salah satu komoditas pangan yang sangat strategis karena merupakan makanan pokok utama bagi masyarakat Indonesia. Beras juga merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan, berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan, dan memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto nasional (Sirappa. 2012). Upaya peningkatan produksi beras guna memperkuat ketahanan pangan nasional akan lebih berkesinambungan apabila dilakukan melalui program perluasan areal tanam padi gogo di lahan bukaan baru. Produktivitas padi gogo masih rendah jika dibandingkan dengan padi sawah. Seperti yang dilaporkan Biro Pusat Statistik (2005) rata-rata produktivitas padi gogo adalah 2.56 ton ha-1 sedangkan padi sawah sebesar 4.74 ton ha-1. Akan tetapi melalui program PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah dapat berproduksi sampai 6-8 ton ha-1 tergantung dengan varietas, sedangkan untuk padi gogo dapat mencapai 6 ton ha-1 (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008). Upaya peningkatan produksi beras guna memperkuat ketahanan pangan nasional akan lebih berkesinambungan apabila dilakukan melalui program perluasan areal tanam padi gogo di lahan bukaan baru. Dibandingkan dengan pencetakan lahan sawah. pembukaan lahan baru untuk padi gogo relatif lebih murah dan lebih mudah. Lahan kering merupakan salah satu alternatif yang potensial untuk dikembangkan. Permasalahan yang biasa terjadi. pada umumnya wilayah lahan kering mempunyai produktivitas lahan yang rendah. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesuburan lahannya yang rendah dan juga rendahnya intensitas pertanaman karena kebutuhan air tidak tersedia sepanjang tahun (Rahayu. et al.. 2005). Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan kering dataran rendah dengan potensi luasan 1,462,135 ha. Padi gogo termasuk salah satu komoditas unggulan dengan potensi luas 385,407 ha, sedangkan lahan yang sudah dikelola baru 52,679 ha atau 13.7% (Thamrin. et al.. 2009). Areal lahan yang potensial untuk perluasan lahan tanam padi gogo di Sumatera Selatan khususnya, sebagian besar merupakan lahan-lahan marginal yang mempunyai tingkat kesuburan dan kandungan bahan organik rendah, bereaksi masam, dengan kandungan hara makro seperti N, P, K, Ca dan Mg rendah serta tingginya kandungan Al dan Fe yang dapat meracuni tanaman (Notohadiprawiro. 2006). Kendalakendala tersebut dapat diatasi dengan pengapuran, pemupukan dengan pupuk buatan dosis tinggi. Cara ini memerlukan biaya besar dan berdampak yang kurang menguntungkan terhadap kondisi tanah dan menimbulkan masalah lingkungan (Setyorini et al.. 2004). Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan alternatif teknologi dengan menggunakan bahan organik yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia untuk meningkatkan produksi padi gogo. Pemupukan selain dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman juga berpengaruh terhadap pertumbuhan gulma. Kehadiran gulma pada lahan pertanian dapat mengakibatkan kegagalan tanaman yang diusahakan (Merrill dan Carol, 2009). Terjadi peningkatan jenis gulma setelah perlakuan bahan organik (Fitriana, et al., 2013b). Hasil penelitian dari Rachman et al.. (2008) menunjukkan bahan organik dengan takaran 20 ton ha-1 yang dikombinasikan dengan pupuk N, P, K dosis 200, 200, 100 kg ha-1 memberikan hasil bobot tongkol basah jagung yang tertinggi. Selanjutnya Sarno (2009) mendapatkan hasil dari penelitiannya bahwa pupuk kandang dosis 20 ton ha-1 tanpa pupuk N, P, K memberikan hasil terbaik terhadap pH, C-organik dan N-total tanah. Penelitian Aisyah (2008) mendapatkan bahwa pemberian pupuk organik NAP (Nutri Agro Plus) yang diaplikasikan ke tanaman dengan dosis 200 ml ha-1 yang dikombinasikan dengan pupuk
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 anorganik 75% dari dosis standar memberikan hasil gabah sebesar 2.78 ton ha-1. Didapatkan dari penelitian Fitriana (2013a), penanaman kacang tunggak sebelum penanaman jagung dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebesar 50%. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Agro Techno Park Kementerian Riset dan Teknologi Desa Bakung Indralaya Sumatera Selatan, pada bulan April sampai November 2014. Jenis tanah Ultisol dengan pH 3.95, C-organik 3.90%, N-total 0.28%, P-tersedia 29.15 ppm, K-dd 0.10 me kg-1, pada ketinggian 19 m dpl. Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama pengaplikasian bahan organik. menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuannya terdiri dari: K1 = lahan ditanami dengan kacang tunggak, K2 = lahan diberi kompos batang jagung, K3 = lahan diberi pupuk kandang sapi, dan K4 = lahan diberakan. Perlakuan ini sebagai perlakuan petak utama pada tahap kedua. Tahap kedua menggunakan rancangan petak terbagi (Gomez dan Gomez 1995), petak utama (PU) terdiri dari 4 perlakuan bahan organik (perlakuan tahap 1). Anak petak (AP) terdiri dari 4 dosis pupuk N, P, K yaitu: P0 = tanpa pupuk N, P, K, P1 = 25% dosis standar (50 kg urea, 18.75 kg SP-36 dan 12.5 kg KCl ha-1).P2 = 50% dosis standar (100 kg urea, 37.5 kg SP-36 dan 25 kg KCl ha-1). P3 = 75% dosis standar (150 kg urea, 56.25 kg SP-36 dan 37.5 kg KCl ha-1), diulang tiga kali, totalnya ada 48 unit perlakuan. Aplikasi bahan organik dilakukan pada tahap pertama, yaitu penanaman kacang tunggak dilakukan langsung dengan menggunakan tugal sebanyak 2 butir per lubang dengan jarak tanam 50 cm x 20 cm. Untuk melindungi benih ke dalam lubang dimasukkan pula Furadan 3-G dengan dosis 10 kg ha-1. Penyulaman untuk kacang tunggak dilakukan satu minggu setelah tanam. Pembuatan kompos sesuai dengan jenis bahan organik. yaitu kompos batang jagung. Masing-masing bahan organik sebanyak 10 ton ha-1, yaitu kompos batang jagung dan pupuk kandang sapi diaplikasi langsung ke petakan. Pada tahap kedua ini dilakukan beberapa kegiatan seperti: Pengolahan tanah sampai tanah menjadi remah dan siap untuk ditanami. Kemudian dibuat petakan dengan ukuran 5 m x 4 m dalam setiap petak utama sesuai dengan perlakuan, jarak antar petakan 60 cm dan jarak antar ulangan 100 cm. Penanaman, benih padi gogo ditanam dengan cara ditugal sebanyak 5 benih per lubang dengan menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Pemupukan, pupuk kimia yang diberikan dalam bentuk pupuk Urea, SP-36 dan KCl, dengan dosis sesuai perlakuan (0%. 25%. 50%. dan 75%). Dosis pupuk standar adalah 200 kg urea ha-1, 75 kg SP-36 ha-1 dan 50 kg KCl ha-1. Sepertiga bagian pupuk urea dan seluruh bagian pupuk SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam dan dua pertiga dari pupuk urea diberikan pada 4 minggu setelah tanam. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi. Penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada umur 4 minggu setelah tanam bersamaan dengan pemupukan untuk penyiangan pertama dan umur 6 minggu setelah tanam untuk penyiangan kedua. Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan Regent, Biocron-500 EC dengan konsentrasi 2 cc liter-1. Fungisida yang digunakan adalah Benstar 50 WP. Pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman padi meliputi: 1). Tinggi tanaman. 2) Jumlah anakan maksimum per rumpun. 3) umur keluar malai. Analisis tanah sebelum dan setelah perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 1. Pertumbuhan Tanaman Padi Pemberian bahan organik yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata hanya pada peubah tinggi tanaman. sedangkan terhadap jumlah anakan per rumpun dan umur keluar malai tidak berbeda nyata. Pemberian pupuk NPK pada dosis yang menurun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun dan umur keluar malai. Nilai F hitung pengaruh bahan organik dan pupuk NPK terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun dan umur keluar malai dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai F hitung pengaruh bahan organik (K) dan pupuk NPK (P) terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun dan umur keluar malai F hitung Parameter Interaksi Ppk NPK (P) BO (K) Tinggi Tanaman 7.21* 2.48tn 0.75tn Jumlah anakan per rumpun
1.16tn
2.34tn
1.34tn
Umur keluar malai
2.24tn 4,76
0.24tn 3,01
0.78tn 3,26
BNT 0,05 Keterangan : * Berpengaruh nyata tn berpengaruh tidak nyata
2.Tinggi Tanaman Padi Gogo Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi atau juga untuk melihat pengaruh lingkungan dan perlakuan yang diterapkan (Sitompul dan Guritno. 1995). Pengaruh bahan organik terhadap tinggi tanaman memberikan pengaruh yang nyata (Tabel 1). Perlakuan K1, K2, K3 dan K4 masing-masing berbeda nyata antara satu dengan yang lain. Tinggi tanaman yang tertinggi adalah pada K2 (kompos batang jagung) yaitu 92.99 cm dan terendah pada perlakuan K4 (73.50cm), lahan diberakan (Tabel 2). Perlakuan pupuk NPK terhadap tinggi tanaman tidak berpengaruh nyata. Tanaman yang tertinggi pada perlakuan P2 (dosis 50% dari standar) yaitu 86.74 cm dan terendah pada perlakuan P0, tanpa pupuk NPK yaitu 77.40 cm (Tabel 2). 3. Jumlah Anakan Per Rumpun Hasil analisis keragaman terhadap peubah jumlah anakan per rumpun menunjukkan bahwa perlakuan bahan organik dan dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata. Perlakuan K2 (lahan diberi kompos jagung) jumlah anakan tertinggi (11.12), dan terendah pada perlakuan K4 (lahan diberakan) yaitu 10.00. Perlakuan pupuk NPK perlakuan yang tertinggi adalah pada P3 (dosis 75% standar) yaitu 11.15, terendah pada P1 (dosis 25% dari standar) yaitu 9.80 (Tabel 2 ). 4. Umur Keluar Malai
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Perlakuan bahan organik dan pupuk NPK serta interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata. Umur keluar malai yang terlama pada perlakuan K3 (pupuk kandang sapi) yaitu 132.33 hari, dan yang paling cepat keluar malai pada K2 (kompos batang jagung) yaitu 111.83 hari. Pengaruh pupuk NPK terhadap umur keluar malai terlama pada perlakuan P0 (tanpa pupuk NPK) yaitu 126.33 hari dan tercepat pada P2 (kompos batang jagung) yaitu 120.17 hari (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk N,P,K terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan per Rumpun dan Umur Keluar Malai Pupuk NPK Bahan Organik Rerata P0 P1 P2 P3 1.Tinggi Tanaman (cm) K1 75.07 80.03 84.85 83.20 80.79 a K2 85.28 86.42 106.13 94.13 92.99 b K3 76.92 83.67 80.53 82.88 81.00 a K4 72.35 72.03 75.43 74.17 73.50 a Rerata 77.40 80.54 86.74 83.60 2. Jlh Anakan Per-rumpun (anakan) K1 9.40 10.00 12.00 11.33 10.63 K2 11.80 10.40 11.33 10.93 11.12 K3 9.13 8.87 11.53 11.53 10.27 K4 10.13 9.93 8.93 11.00 10.00 Rerata 10.12 9.80 10.95 11.20 3.Umur Keluar Malai (hari) K1 122.00 122.00 122.00 117.33 120.83 K2 122.00 122.00 86.00 117.33 111.83 K3 134.00 127.33 139.33 128.67 132.33 K4 127.33 127.33 133.33 122.00 127.50 Rerata 126.33 124.67 120.17 127.55
5. Hasil Analisis Tanah Sebelum Perlakuan Bahan Organik Hasil analisis tanah sebelum perlakuan bahan organik menunjukkan bahwa lahan penelitian bereaksi masam karena pH 3.95 dan kandungan C-organik cukup tinggi dengan nilai 3.90% (Tabel 3).
Tabel 3. Sifat kimia tanah sebelum perlakuan bahan organik pH 3,95
C-org (%) 3.9
Sifat Kimia Tanah P-tersedia N-Tot 0.28 29.15
K-dd 0.1
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 6. Hasil Analisis Tanah Setelah Perlakuan Bahan Organik Hasil analisis tanah sesudah perlakuan bahan organik menunjukkan bahwa tanah di lahan percobaan tetap masam, hanya sedikit terjadi peningkatan pH tanah dari 3.95 sebelum perlakuan bahan organik menjadi 4.75 setelah perlakuan pada petak K2U2 (kompos batang jagung untuk ulangan kedua). Terjadi peningkatan kandungan C-organik dari 3.90% sebelum percobaan menjadi 4.01% pada petak K1U2. Begitu juga untuk kandungan unsur-unsur yang lain tidak banyak mengalami peningkatan, kecuali kandungan P-tersedia terjadi peningkatan hampir pada semua petak (Tabel 4).
Tabel 4. Sifat kimia tanah sesudah perlakuan bahan organik Petak perlakuan
Sifat Kimia
K1U1 K1U2 K1U3 K2U1 K2U2 K2U3 K3U1 K3U2 K3U3
pH
4,1
4,2
3,9
4,26
4,5
4,75
4,48
4,37
4,46
C-org (%)
3,82
4,01
3,78
3,75
3,71
3,8
3,61
3,75
3,44
N-tot (%)
0,27
0,29
0,33
0,32
0,27
0,34
0,26
0,29
0,25
P-ters (ppm)
27,6
35,7
40,5
44,7
57
88
K-dd (me/100g)
0,13
0,13
1,6
0,51
0,58
0,26
91,65 51,45 58,65 0,45
0,22
0,58
7. Kandungan NPK pada Jaringan Tanaman Padi Gogo Kandungan NPK pada jaringan tanaman padi gogo setelah perlakuan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 5. Pada Tabel tersebut diketahui bahwa K4 ( lahan yang diberakan) mengandung nitrogen tertinggi yaitu 6.3 dan 6.02 masing-masing pada petak K4P0 dan K4P1. Sedangkan petak yang mengandung fosfor tertinggi adalah K4P3 dan K2P3. Hal ini disebabkan karena P3 adalah pemberian pupuk NPK tertinggi yaitu 75% dari standar. Kandungan K tertinggi pada perlakuan K2P0 (kompos batang jagung tanpa pupuk NPK) yaitu 1.125% (Tabel 5).
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Tabel 5. Hasil analisis jaringan tanaman padi gogo setelah perlakuan bahan organik No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Perlakuan K1P0 K1P1 K1P2 K1P3 K2P0 K2P1 K2P2 K2P3 K3P0 K3P1 K3P2 K3P3 K4P0 K4P1 K4P2 K4P3
Nitrogen (%) 2.1 4.62 4.34 5.32 1.4 1.4 3.22 3.92 1.82 4.06 2.38 3.36 6.3 6.02 3.64 3.22
Fosfor (%) 0.36 0.41 0.48 0.63 0.36 0.38 0.45 0.65 0.37 0.39 0.45 0.53 0.43 0.37 0.43 0.65
Kalium (%) 0.75 0.75 0.88 0.75 1.13 0.88 1.00 1.00 1.00 0.75 1.00 1.00 0.75 0.63 0.75 0.63
KESIMPULAN 1. Perlakuan pemberian kompos batang jagung adalah terbaik, menghasilkan komponen pertumbuhan dan komponen hasil padi gogo tertinggi. 2. Kombinasi perlakuan kompos batang jagung dan pupuk NPK dosis 50% memberikan hasil tertinggi terhadap komponen pertumbuhan dan produksi padi gogo. 3. Terjadi peningkatan sifat kimia tanah yaitu pH tanah, C-organik, P-tersedia dan K-dd karena pengaruh perlakuan bahan organik. terutama pupuk kandang sapi. 4. Kandungan nitrogen dan fosfat tertinggi pada jaringan tanaman didapatkan pada perlakuan lahan yang diberakan, sedangkan kandungan kalium tertinggi didapatkan pada perlakuan kompos batang jagung. DAFTAR PUSTAKA Aisyah. N. 2008. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik pada Berbagai Dosis Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi di Lahan Kering. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Indralaya. (Tidak dipublikasi) Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Padi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Pusat Statistik 2005. Statistik Indonesia 2004. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 604 p. Fitriana. Maria. 2013a. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Gulma dan Produksi Jagung pada Rotasi Tanaman Jagung di Lahan Kering. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Disertasi (tidak dipublikasi). Fitriana, Maria., Yakup Parto., Munandar dan Dedik Budianta. 2013b. Pergeseran Jenis Gulma Akibat perlakuan Bahan Organik pada Lahan Kering Bekas Tanaman Jagung (Zea mays L.). J. Agron. Indonesia 41(2): 118-125. Merrill, R.A., dan Carol, A. Lembi. 2009. Applied Weed Science: Including The Ecology and Management of Invasive Plant. Pearson Education Inc., Upper Saddle River, New Yersey USA.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9 Gomez. K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Statistical Procedures for Agricultural Research. Diterjemahkan oleh Endang S.. Justika S. B. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Notohadiprawiro. T. 2006. Pertanian Lahan Kering di Indonesia : Potensi. Prospek. Kendala. dan Pengembangannya. (online). http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1981/1989%20pert%20l.pdf. Diakses 30-9-2013 Rachman. I.A.. Sri Djuniwati dan Komarudin Idris. 2008. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk NPK terhadap Serapan Hara dan Produksi Jagung di Inceptisol Ternate. Jurnal Tanah dan Lingkungan. 10 (1): 7-13 Rahayu. M.. Djoko Prayitno. dan Abdul Syukur. 2005. Pengaruh Penanaman Padi Gogo dan Beberapa Varietas Nanas secara Tumpangsari terhadap Perubahan Sifat-sifat tanah Mediteran. Agrosains. 7 (2): 101-107 Sarno. 2009. Pengaruh Kombinasi NPK dan Pupuk Kandang terhadap Sifat tanah dan Pertumbuhan serta Produksi tanaman Caisim. J. Tanah Tropika 14(3):211-219 Setyorini. D.. L.R. Widowati dan S. Rochayati. 2004. Teknologi Pengelolaan Hara Lahan Sawah Intensifikasi. Dalam F. Agus. A. Adimihardja. A.M. Fagi dan W. Hartatik (Eds.). Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak). Bogor. 137-167. Sirappa. M.P. 2012. Strategi Peningkatan Produksi Beras. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat. Thamrin. T.. Rudy. S.. dan Yanter. H. 2009. Keragaan Galur-galur Harapan Padi Gogo lahan Kering di Sumatera Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan.
.