. Mari kita bersatu supaya baik hasilnya. Tak maukah kau memberikan kepercayaan itu?” Kujabat tangannya, lalu aku-berjanji. Kubiarkan pintuku terbuka waktu ia pergi. Kulihat ia masuk ke kamarnya, lalu menutup pintunya. Waktu aku masih saja berdiri tak bergerak, kulihat salah seorang pelayan lewat diam-diam di lorong rumah ia membelakangiku, jadi ia tak melihatkulalu masuk ke kamar tempat Lucy terbaring. Aku terharu melihat hal itu. Jarang sekali kita melihat ketulusan cinta, dan kita jadi merasa sangat berterima kasih pada orang-orang yang memperlihat- Ť kannya tanpa diminta. Pelayan yang baik itu menyingkirkan rasa takut terhadap kematian, yang wajar dimilikinya. Ia pergi seorang diri untuk melihat majikan yang dicintainya di pembaringan kematiannya, hingga jenazah itu takkan merasa ke-328 sepian sebelum dikebumikan di tempat peristirahatannya yang abadi. Aku pasti tidur nyenyak. Hari sudah siang waktu Van Helsing masuk ke kamarku dan membangunkanku. Ia berdiri di sisi tempat tidurku dan berkata, “Kau tak perlu bersusah payah lagi mengenai ^ pisau-pisau itu. Kita tak jadi melakukannya.” . “Mengapa tidak?” tanyaku, karena kesungguhannya semalam sangat mengesankanku. “Karena sudah terlambat,” katanya keras. “Atau terlalu awal. Lihat ini!” Diangkatnya kalung bersalib emas yang kecil itu. “Ini telah dicuri semalam.” “Dicuri bagaimana?” tanyaku heran. “Bukankah sekarang sudah ada di tangan Anda?” “Karena aku telah mengambilnya kembali dari perempuan tak berbudi yang telah mencurinya, perempuan yang merampok orang-orang hidup maupun mati. Dia pasti akan mendapatkan hukumannya, meskipun tidak melalui diriku. Dia sama sekali tak tahu apa yang dilakukannya, dan dia mencurinya tanpa berpikir panjang. Sekarang kita harus menunggu.” Begitu selesai mengucapkan kata-kata itu, ia k*ť*pergi meninggalkan diriku dengan sebuah misteri baru yang harus kupikirkan, dan sebuah teka-teki baru yang.harus kuselesaikan. Pagi ini membosankan, tapi tengah hari pengacara keluarga datang. Mereka adalah Mr. Mar quand dari Wholeman, Sons, Marquand Lidder— 329 dale. Ia amat ramah dan penuh pengertian mengenai apa-apa yang telah kami lakukan, dan mereka mengambil alih dari kami penyelesaian penyelesai an soalsoal kecil. Waktu makan siang, diceritakannya bahwa Mrs. Westenra memang sudah tahu bahwa ia akan meninggal mendadak karena sakit jantungnya. Dan karenanya segala-galanya sudah diaturnya dengan sebaik mungkin. Diberitahukannya bahwa semua kekayaannya, berupa tanah maupun barang-barang lain, diwariskan sepenuhnya pada Arthur Holmwood, kecuali beberapa barang tertentu milik almarhum ayah Lucy, yang diwariskan kepada seorang anggota keluarga jauh, karena tak ada sanak saudara langsung. Setelah memberi penjelasan, ia berkata lagi, “Terus terang, kami telah berusaha mencegah pewarisan semacam itu. Kami kemukakan beberapa kemungkinan tertentu yang akan menyebabkan putrinya kelak mungkin jadi tak memiliki uang sama sekali, atau tak bebas berbuat apa-apa dalam pernikahannya. Yah, kami bahkan menekankan persoalan itu begitu jauh, hingga kami hampir-hampir bentrok, karena almarhumah lalu bertanya apakah kami mau atau tidak melaksanakan keinginan-keinginannya. Kami tentu tak punya pilihan lain, selain menerima. Pada dasarnya kami di pihak yang benar. Dalam sembilan puluh sembilan dari seratus peristiwa, terbukti penilaian kamilah yang benar. Tapi terus terang harus saya akui bahwa dalam perkara ini, bentuk pewarisan lain yang bagaimanapun juga akan terbukti tak
330 bisa melaksanakan keinginan-keinginannya. Karena dengan kematiannya yang mendahului putrinya, berarti putrinya mewarisi semua kekayaannya, meskipun selisih waktu kematian mereka hanya lima menit Dan dengan jatuhnya kekayaan itu ke tangan putrinya, maka sekiranya putrinya tidak meninggalkan surat wasiatdan biasanya anak-anak muda memang tidak menulis surat wasiat bila dia meninggal, kekayaan itu harus dianggap sebagai tidak diwariskan. Dalam hal itu, meskipun Lord Godalming adalah teman yang sangat dicintainya, dia takkan bisa menuntut kekayaan itu. Para pewaris yang terdiri atas keluarga jauh, takkan mau mengabaikan hak mereka terhadap orang yang begitu asing bagi mereka. Jadi yakinlah, Saudara-saudara, saya senang sekali dengan keputusan almarhumah. Benar-benar puas.” Ia seorang pria yang baik, tapi rasa senangnya terhadap bagian kecildalam hal mana ia berkepentingan secara resmidari suatu tragedi besar, patut dijadikan bahan pelajaran mengenai batas-batas pengertian simpati. Ia tak lama tinggal di rumah duka itu, tapi katanya ia akan datang lagi untuk menemui Lord Godalming. Namun kedatangannya merupakan suatu hiburan juga, karena kami tak perlu takut akan menghadapi kritik tajam mengenai perbuatan-perbuatan kami. Arthur diharapkan datang jam lima sore. Maka sesaat sebelum itu, kami masuk ke ruang jenazah. Tepat sekali kamar itu disebut begitu, karena kini ibu dan anak terbaring di da-331 lamnya. Petugas pengurus mayat telah menjalankan tugasnya dengan baik dan telah memamerkan kepandaiannya. Terasa benar suasana kematian di tempat itu, hingga hati kami jadi amat sedih. Van Helsing memerintahkan agar pengaturan yang lama dipertahankan juga. Dijelaskannya bahwa Lord Godalming sebentar lagi akan datang, dan supaya jangan sampai timbul perasaan hampa padanya bila dilihatnya barang-barang tunangannya tersayang sudah tak ada lagi, maka sebaiknya semuanya dibiarkan saja di situ. Petugas pengurus mayat nampak terkejut menyadari kebodohannya sendiri, lalu ia berusaha keras mengembalikan semuanya seperti keadaan semalam, sehingga bila Arthur datang, ia tidak merasa shock. Kasihan pemuda itu! Bukan main sedih dan patah hati ia nampaknya. Sampai-sampai tubuhnya yang kekar pun tampak agak menyusut, gara-gara ketegangan dan emosi yang dialaminya akibat cobaan-cobaan yang begitu berat. Aku tahu ia sayang sekali dan dekat pada ayahnya, dan kehilangan orang tua itu pada saat seperti ini, benar-benar merupakan pukulan hebat baginya. Terhadapku ia tetap hangat seperti biasa, dan terhadap Van Helsing ia manis dan sopan santun, tapi tetap saja kulihat adanya keterpaksaan pada dirinya. Profesor juga melihat hal itu, dan memberiku isyarat untuk mengajaknya naik ke lantai atas. Aku mengajaknya naik. Sesampainya di pintu, kubiarkan ia masuk sendiri, karena kurasa ia ingin berduaan saja dengan kekasihnya. Tapi ia memegang 332 lenganku, mengajakku masuk, dan berkata dengan serak, “Kau juga mencintainya, sahabatku. Dia sudah menceritakan semuanya padaku, dan tak ada sahabat yang lebih dekat di hatinya daripada kau. Aku tak tahu bagaimana harus menyatakan rasa terima kasihku atas segala yang telah kaulakukan untuknya. Aku masih belum bisa berpikir…” Kata-katanya terputus, lalu dirangkulkannya lengannya ke bahuku, dan disandarkannya kepalanya ke dadaku, sambil meratap, “Aduh, aduh! Apa yang harus kulakukan! Segala sesuatu dalam hidupku serasa habis dalam sekejap. Rasanya tak ada lagi gunanya aku hidup di dunia ini.” Kubujuk dia sebisaku. Dalam keadaan seperti itu, seorang pria tak memerlukan banyak kata-kata. Satu genggaman tangan, satu rangkulan di bahu, dan isak tangis
lirih sudah cukup sebagai tanda simpati. Aku diam saja, menunggu sampai isak tangisnya reda. Lalu aku berkata dengan lembut, “Mari kita lihat dia.” Kami mendekati tempat tidur bersama-sama. Kusingkapkan kain penutup dari wajahnya. Ya, Tuhan, alangkah cantiknya dia. Setiap jam kecantikannya seolah makin bertambah. Aku jadi agak ngeri, sedangkan Arthur… ia lunglai dengan gemetar, dan akhirnya benar-benar menggigil seperti demam. Lama kemudian ia berkata dengan bisikan halus, “Benarkah dia sudah meninggal, Jack?”
TAMAN BACAAN >->L.KAUUF. I Ksvi ť. Dengan sedih kubenarkan kenyataan itu. Kukatakan bahwa sering kali, setelah meninggal, wajah orang menjadi lebih lembut dan bahkan kembali pada kecantikan semasa remajanya, dan bahwa hal itu terjadi terutama bila kematian didahului oleh sakit keras atau penderitaan lama. Kukatakan hal itu padanya, karena kupikir keraguan semacam itu tak baik. Kata-kataku agaknya berhasil menghilangkan keraguannya. Setelah berlutut di samping dipan itu beberapa saat, sambil memandangi Lucy dengan penuh kasih sayang dan kerinduan, ia pun menyingkir. Kukatakan bahwa ia harus merelakan perpisahan ini, karena peti mati sudah harus disiapkan. Ia mendekat lagi, lalu mengambil tangan kekasihnya dan menciumnya, lalu ia membungkuk dan mencium dahinya. Sebelum keluar dari kamar, dia masih menoleh dan melihat dengan penuh kasih sayang padanya. Kutinggalkan dia di ruang tamu utama, dan kukatakan pada Van Helsing bahwa ia sudah mengucapkan selamat berpisah. Van Helsing pun pergi ke dapur, akan memheritahu pengurus jenazah bahwa ia bisa melanjutkan persiapannya, sekaligus memaku peti mati. Setelah ia keluar lagi dari kamar itu, kuceritakan padanya tentang keraguan Arthur, dan ia menjawab, “Aku tak heran. Tadi aku sendiri pun ragu-ragu!” Kami semua makan bersama. Kulihat bahwa Arthur berusaha keras untuk bersikap wajar. Selama waktu makan itu, Van Helsing pun tidak 334 berkata apa-apa. Tapi setelah kami menyalakan rokok, ia berkata, “Lord…” Tapi Arthur memotongnya, “Jangan! Demi Tuhan, jangan sebut saya begitu! Setidaknya, belum sekarang. Maafkan saya, Prof, saya tak bermaksud bersikap kasar, tapi kehilangan ini masih terlalu baru.” Dengan manis Profesor menjawab, “Aku memakai sebutan itu karena aku ragu-ragu. Aku tak boleh menyebutmu ‘Mr.’, dan aku sudah telanjur menyayangimuya anakku, aku menyayangimusebagai Arthur.” Arthur mengulurkan tangannya, lalu menjabat tangan orang tua itu dengan hangat. “Sebut saya sesuka hati Anda,” katanya, “dan saya harap saya selalu boleh
menyandang sebutan sahabat Anda. Saya ingin pula mengatakan bahwa saya tak bisa menemukan kata-kata untuk mengucapkan rasa terima kasih pada Anda, atas semua kebaikan Anda terhadap kekasih saya.” Ia diam sebentar, lalu berkata lagi, “Saya tahu bahwa Lucy lebih tahu akan kebaikan Anda daripada saya, dan sekiranya saya bertindak kasar atau entah bagaimana, waktu Anda bertindak begituAnda tentu ingat peristiwa itu,”Profesor mengangguk “maafkan saya.” Dengan ramah tapi bersungguh-sungguh, Profesor menjawab, “Aku mengerti bahwa sulit bagimu untuk mempercayaiku sepenuhnya saat itu. Kita memang harus mengerti untuk bisa menerima tindakan ke— 335 kerasan itu. Aku bahkan yakin bahwa saat itu kau belumatau belum bisamempercayaiku, karena kau belum mengerti. Tapi akan tiba saatnya kau akan percaya penuh padaku dan akan mengerti, seolah-olah matahari sendirilah yang telah memberikan penerangan padamu. Setelah itu, barulah kau akan membenarkan aku dari awal sampai akhir, demi dirimu sendiri dan demi orang-orang lain. Juga demi dia yang tersayang, pada siapa aku sudah bersumpah akan melindungimu.” “Sungguh, Prof,” kata Arthur, dengan hangat, “saya akan percaya pada Anda dalam segala hal. Saya tahu dan yakin bahwa Anda memiliki hati yang sangat luhur. Anda adalah sahabat Jack, dan juga sahabat kekasih saya. Anda boleh berbuat apa saja yang Anda anggap perlu.” Profesor menelan ludah beberapa kali, mencoba untuk berbicara, dan akhirnya barulah ia bisa berkata, “Bolehkah aku menanyakan sesuatu sekarang?” “Tentu.” “Tahukah kau bahwa Mrs. Westenra telah mewariskan semua kekayaannya padamu?” “Tidak. Ah, Ibu tersayang, tak pernah saya mengira begitu.” “Dan karena semuanya menjadi milikmu, kau berhak menanganinya sesuka hatimu. Sehubungan dengan itu, aku ingin meminta izinmu untuk membaca semua surat Miss Lucy, baik yang resmi maupun yang pribadi. Percayalah, alasannya bukan sekadar rasa ingin tahu. Aku yakin Miss Lucy 336 akan membenarkan alasanku. Semua surat itu ada padaku. Aku sudah mengambilnya sebelum kami tahu bahwa semuanya menjadi milikmu, supaya tak ada tangan orang asing menyentuhnyadan tak ada mata asing yang akan bisa melihat ke dalam jiwanya, melalui kata-kata yang ditulisnya dalam surat-surat itu. Kalau boleh aku ingin menyimpannya, meskipun kau boleh melihatnya, tapi aku akan menyimpannya dengan aman. Tak sepatah kata pun akan bocor, dan pada waktunya kelak akan kukembalikan padamu. Permintaanku memang sulit dikabulkan, tapi kau mau, bukan? Demi Lucy?” Arthur berbicara dengan bersemangat, seperti biasanya, “Prof. Van Helsing, Anda boleh berbuat sesuka Anda. Saya merasa bahwa dengan berkata begini, saya melakukan apa yang dibenarkan oleh kekasih saya. Saya takkan mengganggu Anda dengan pertanyaan-pertanyaan, sampai tiba saatnya.” * Sambil bangkit, Profesor berkata dengan bersungguh-sungguh, “Kau benar. Kita semua akan merasa sakit, tapi tidak semuanya menyakitkan dan tidak untuk selamanya. Kami dan kau jugalebih-lebih kau, anakkuakan melalui masa-masa getir ini sebelum kita mencapai yang manis. Tapi kita harus berani dan tak memikirkan kepentingan diri sendiri. Kita harus melakukan kewajiban kita supaya semuanya beres!”
Malam itu aku tidur di sofa, di kamar Arthur. 337 Van Helsing sama sekali tidak tidur. Ia berjalan hilir-mudik, seolah sedang merondai rumah, dan tak pernah jauh dari kamar tempat Lucy terbaring di dalam petinya. Peti mati itu ditaburi bunga bawang putih liar yang baunya lebih tajam daripada harum bunga-bunga lili dan mawar yang ada di situ.
CATATAN HARIAN MINA HARKER 22 September.Di kereta api ke Exeter. Jonathan sedang tidur. Rasanya baru kemarin aku terakhir menulis. Padahal sudah banyak sekali yang terjadi sejak itu, yaitu sejak aku di Whitby, dan seluruh dunia terbentang di hadapanku. Waktu itu Jonathan sedang pergi, dan tak ada berita darinya. Sekarang aku sudah menikah dengan Jonathan. Jonathan yang penasihat hukum, seorang partner, kaya, dan pemimpin dalam perusahaannya. Mr. Hawkins sudah meninggal dan sudah dimakamkan, dan Jonathan baru saja mendapat serangan yang mungkin akan berakibat buruk baginya. Pada suatu hari kelak, mungkin ia akan bertanya tentang itu. Jadi sebaiknya semuanya kutuliskan. Kemampuanku dalam menulis steno sudah berkurangsuatu bukti bahwa kepandaian yang didapat dengan mendadak, kurang bisa bertahanjadi aku menulis ini sekalian untuk melancarkan lagi kemampuanku itu…. Upacara pemakaman Mr. Hawkins sangat sederhana, namun khidmat Yang ada hanya kami berdua dan para pelayan, dan satu dua orang teman 338 lamanya di Exeter, agennya di London, dan seorang mewakili Sir John Paxton, ketua Persatuan Ahli Hukum. Aku dan Jonathan berpegangan tangan. Kami merasa sahabat kami yang terbaik dan tersayang telah meninggalkan kami…. Kami kembali ke kota dengan tenang, naik bus ke Hyde Park Corner. Pikir Jonathan, aku akan senang pergi ke kedai minum Row sebentar. Maka kami pun pergi ke sana, tapi di situ sedikit sekali orang, dan rasanya sepi dan menyedihkan melihat begitu banyak kursi kosong. Kami jadi teringat pada kursi yang akan terus kosong di rumah, jadi kami keluar dan berjalan-jalan di Piccadilly. Jonathan menuntun lenganku, seperti dulu kalau aku akan pergi sekolah. Aku merasa hal itu tak pantas. Sebab sudah bertahun-tahun lamanya aku mengajarkan etiket dan sopan santun pada murid-murid perempuan, hingga dengan sendirinya hal-hal itu tertanam benar dalam diriku sendiri. Tapi yang menggandengku ini adalah Jonathan, suamiku sendiri, dan kami tak mengenal seorang pun di antara mereka yang melihat kamidan kami pun tak pedulimaka kami berjalan terus. Aku melihat seorang gadis yang amat cantik, yang memakai topi untuk bepergian dengan kereta. Ia sedang duduk di sebuah kereta kuda kecil di depan Toko Guiliano. Tiba-tiba kurasakan Jonathan mencengkeram lenganku dengan lebih kuat, hingga terasa sakit dan ia berseru dengan berbisik, “Ya, Tuhan!” Aku cepat-cepat menoleh padanya, dan bertanya ada apa. Aku selalu khawatir akan keadaan 339 Jonathan, takut kalau-kalau suatu gangguan saraf menyerang dan mengacaukannya lagi. Ia nampak pucat, matanya melotot, setengah ketakutan dan setengah keheranan. Ia menatap seorang pria kurus tinggi, berhidung bengkok, berkumis hitam, dan berjanggut runcing. Orang itu juga sedang memperhatikan gadis cantik itu. Ia
memandang sedemikian lekatnya pada gadis itu, hingga ia tidak melihat kami, jadi aku bisa melihatnya dengan leluasa. Wajahnya tak enak dipandang. Wajah itu keras, kejam, dan penuh nafsu, giginya kelihatan lebih putih karena bibirnya merah sekali, dan gigi itu runcing-runcing seperti gigi binatang. Jonathan menatap terus padanya, hingga aku takut kalau-kalau orang itu merasakan tatapan itu, lalu marah, karena orang itu nampak kejam dan jahat. Kutanya Jonathan mengapa ia jadi kacau begitu, dan ia menjawab, “Kaukenal orang itu?” Seolah aku tahu siapa pria itu. “Tidak, Sayang,” kataku, “aku tak kenal siapa dia. Siapa dia?” Jawabannya membuatku sangat terkejut dan tegang, karena ia mengatakannya seolah-olah bukan kepadaku. “Itulah dia orangnya!” Kelihatannya kekasihku itu ketakutan akan sesuatuamat sangat ketakutan. Aku yakin bahwa sekiranya tak ada aku untuk tempatnya bersandar, ia pasti sudah jatuh. Ia terus menatap. Seorang pria keluar dari toko itu dengan membawa sebuah bungkusan kecil, yang diberikannya pada gadis itu, lalu keretanya berangkat. Pria kurus yang ber— 340 pakaian serba hitam itu masih saja memandang lekat pada gadis itu. Ia memanggil sebuah kereta sewaan, dan waktu kereta gadis itu bergerak ke arah Piccadilly, ia mengikutinya ke arah yang sama. Jonathan memandanginya terus dari belakang, lalu berkata, seolah-olah pada dirinya sendiri, “Aku yakin itu Count, tapi dia sudah jadi lebih muda. Ya, Tuhan, bila itu benar! Oh, Tuhanku! Tuhanku! Kalau saja aku tahu!” Ia nampak tersiksa sendiri, hingga aku tak berani bertanya, takut kalau kalau pikirannya terus tertuju pada hal itu. Jadi aku diam saja. Aku hanya menariknya perlahan-lahan, dan ia ikut dengan patuh, sambil mencengkeram tanganku kuat-kuat. Kami berjalan terus sampai beberapa jauh, lalu akhirnya masuk ke taman Green Park, dan duduk sebentar di situ. Hari panas, meskipun waktu itu musim gugur. Tapi ada bangku di tempat teduh. Setelah beberapa menit lamanya menatap terus tanpa melihat apa-apa, mata Jonathan tertutup, dan ia tertidur dengan tenang. Kepalanya tersandar pada bahuku. Kupikir itulah yang terbaik baginya, jadi aku tidak mengganggunya. Kirakira dua puluh menit kemudian, ia terbangun dan berkata dengan ceria, “Wah, aku tertidur, Mina! Aduh, maafkan aku. Mari kita cari tempat untuk minum kopi.” Agaknya ia sudah lupa sama sekali pada orang asing berpakaian hitam itu. Seperti juga dalam sakitnya, ia pun lupa akan seluruh episode yang mengingatkannya akan hal itu. Aku tak suka akan sifat 341 barunya yang sering lupa dan sering kambuh itu. merusak otaknya. Aku tak boleh bertanya apa-apa kalau itu tak baik dan malah akan merugikannya. hal mengenai perjalanannya ke luar negeri dulu. bagiku untuk membuka bungkusan buku catatan itu situ. Oh, Jonathan, aku yakin kau mau memaafkan tapi itu demi kebaikanmu sendiri, Sayang.
Itu akan menimbulkan atau padanya, karena takut kalau Tapi aku harus mempelajari halKurasa kini sudah tiba saatnya dan membaca apa yang tertulis di aku bila perbuatanku itu salah,
Kemudian.Kami pulang, dan disambut oleh suasana sedih. Rumah itu terasa kosong tanpa orang yang kami sayangi, yang begitu baik pada kami. Wajah Jonathan masih pucat, dan katanya ia pusing gara-gara penyakitnya kambuh tadi. Lalu ada pula sepucuk telegram dari Van Helsing. Siapa pula itu? Isi telegram itu sebagai berikut, Kami menyampaikan berita sedih bahwa Mrs. Westenra meninggal lima hari yang
lalu, dan bahwa Lucy meninggal kemarin dulu. Hari ini mereka berdua dimakamkan. Aduh, betapa besar kesedihan yang disampaikan oleh kata-kata singkat itu! Kasihan Mrs. Westenra! Kasihan Lucy! Pergi, pergi untuk tidak kembali lagi pada kami! Dan kasihan Arthur yang malang, yang kehilangan manisnya hidup! Tuhan, tolonglah kami menanggung semua kesulitan ini. 342 CATATAN HARIAN DR. SEWARD 23 September.Semuanya sudah berlalu. Arthur sudah kembali ke Ring, dan ia mengajak Quincey Morris Baik sekali Quincey itu! Aku yakin bahwa jauh di lubuk hatinya, ia pun menderita atas kematian Lucy, seperti kami. Tapi ia bisa mengatasinya dengan tabah. Kalau saja Amerika Serikat bisa melahirkan lebih banyak laki-laki seperti dia, negara itu pasti akan menjadi kekuatan besar di dunia. Van Helsing sedang berbaring. Ia beristirahat, bersiap-siap untuk perjalanan pulangnya. Nanti malam ia akan kembali ke Amsterdam, tapi katanya besok malam ia akan datang lagi. Ia hanya ingin mengatur beberapa hal yang hanya bisa dilakukan olehnya sendiri. Ia akan menginap di rumahku, kalau ia datang lagi nanti, katanya. Ada pekerjaan yang harus dikerjakannya, yang mengharuskannya tinggal di London beberapa lama. Kasihan orang tua itu! Aku takut ketegangan selama minggu yang lalu bisa melemahkan kekuatannya yang luar biasa. Kulihat bahwa selama pemakaman dia terus-menerus menahan diri. Selama pemakaman itu kami mengapit Arthur. Setelah semuanya selesai, Arthur berbicara. Dikatakannya bahwa ia telah menyerahkan darahnya untuk ditransfusikan ke pembuluh-pembuluh darah Lucy. Dan oleh karenanya, sejak saat itu ia merasa seolah mereka berdua benar-benar sudah menikah, dan bahwa Lucy adalah istrinya di mata Tuhan. Kulihat wajah Van Helsing berubah menjadi pucat, 343 kemudian merah padam. Tak ada di antara kami yang menceritakan tentang darah yang telah kami berikan pula, dan kami takkan pernah mengatakannya. Arthur dan Quincey langsung pergi ke stasiun, sedangkan aku dan Van Helsing kembali kemari. Begitu kami tinggal berduaan saja di kereta, ia pun jadi histeris. Tapi ia membantah bahwa ia histeris, dan tetap bertahan mengatakan bahwa itu adalah rasa humornya yang meledak dalam keadaan-keadaan luar biasa. Ia tertawa sampai mengeluarkan air mata, dan aku sampai merasa perlu menutup tirai jendela kereta, takut kalau-kalau ada yang melihat, lalu orang akan mengira yang bukan-bukan. Lalu ia menangis sampaiť tertawa lagi, lalu tertawa dan sekaligus menangis, seperti seorang wanita. Aku mencoba bersikap tegas terhadapnya, seperti terhadap seorang wanita dalam keadaan begitu, tapi tak ada pengaruhnya. Berbeda sekali pria dan wanita menyatakan kekuatan atau kelemahan sarafnya! Lalu, setelah wajahnya menjadi serius kembali, kutanyakan padanya mengapa dia begitu geli, dan mengapa justru pada saat demikian. Jawabannya khas Van Helsing, keras, dan sekaligus misterius. Katanya, “Oh, kau tak mengerti, John. Jangan kira aku tidak sedih, meskipun aku tertawa. Lihat saja aku menangis, meskipun tawa itu rasanya akan menyesakkan napasku. Tapi jangan pula mengira bahwa aku benar-benar sedih bila aku menangis, karena tawa itu tetap akan datang juga. Ingatlah 344 selalu bahwa tawa yang mengetuk pintu hatimu dan berkata, ‘Bolehkah aku masuk?’ Itu bukan tawa murni. Tawa yang sebenarnya adalah seperti raja, yang datang pada waktu dan dengan cara yang disukainya sendiri. Dia tak minta izin pada orang, tak memilih waktu yang sesuai. Dia hanya berkata, ‘Inilah aku!’ Lihat saja
contoh sekarang ini. Aku sedih sekali dengan kepergian gadis manis yang masih begitu muda itu. Kuberikan darahku padanya, meskipun aku sudah tua dan letih. Kuberikan waktu dan keahlianku, kukorbankan tidurku, dan kuminta pula orangorang lain berkorban supaya dia bisa mendapatkan segala-galanya. Namun demikian, aku bisa tertawa geli di dekat liang kuburnyatertawa saat tanah jatuh di atas peti matinya hingga menggemakan bunyi, ‘Duk! Duk!’ Aku tertawa sampai ke lubuk hatiku, .hingga membuat mukaku merah. Hatiku perih melihat anak muda yang malang ituanak laki-laki yang begitu dekat di hatiku, yang seumur dengan putraku sendiri sekiranya dia masih hidup, dan yang rambut dan matanya serupa pula. Nah, sekarang kalian tahu mengapa aku sangat menyayanginya. Hati kebapakanku menyayanginya dengan rasa sayang yang tak pernah kuberikan pada pria mana pun juga, bahkan tidak padamu, John, karena kau dan aku sejajar dalam pengalaman. Di antara kita tak ada rasa hubungan ayah dan anak. Namun ketika dia mengucapkan kata-kata itu di tepi liang kubur tadi, sang Raja Tawa mendatangiku dan berteriak di telingaku, ‘Ini aku! Ini aku!’ hingga 345 darahku naik dan pipiku merah. Yah, John, dunia ini memang aneh, sedih, penuh dengan kesengsaraan, duka cita, dan kesulitan. Namun bila sang Raja Tawa datang, semuanya tunduk di bawah kehendaknya. Dan menurutku, baik juga dia datang. Kita semua, baik pria maupun wanita, tegang seperti tali yang diikat kuat-kuat oleh ketegangan yang menarik kita kian-kemari seenaknya. Suatu ketika ketegangan itu mungkin jadi terlalu besar, hingga kita hancur. Tapi sang Raja Tawa datang bagaikan sinar matahari, meringankan ketegangan itu, dan kita pun jadi bisa bertahan dan menjalankan pekerjaan kita, apa pun pekerjaan itu.” Aku tak mau menyinggung perasaannya dengan berpura-pura tak mengerti jalan pikirannya. Tapi karena aku benar-benar belum mengerti alasannya tertawa, aku bertanya. Waktu ia menjawab, wajahnya menjadi keras, dan nadanya lain, “Itulah ironisnya. Gadis yang begitu cantik itu kepalanya berhiaskan bunga dan kelihatan makin cantik dan hidup, hingga kita bertanya apakah dia benar-benar sudah meninggal. Kini dia terbaring di tanah pekuburan yang sepi, di tengahtengah sanak saudara dan ibunya tercinta. Lalu lonceng pun dibunyikan, lambat dan sedih. Orang-orang alim yang mengenakan pakaian putih seperti malaikat, berpura-pura membaca, padahal mata mereka tak pernah melihat ke halaman-halaman buku itu. Sedangkan kita semua berdoa dengan kepala tertunduk. Untuk apa semua itu? Bukankah dia sudah meninggal? Mau apa lagi?” TAŤVf4N PACJMN ” -JA\> -V..-AOS 346 ‘ . YOGYAKARTA “Yah, Profesor,” kataku, “tapi saya masih belum mengerti apa yang lucu dalam hal itu. Penjelasan Anda malah mempersulit teka-teki itu. Meskipun upacara penguburan itu lucu, bagaimana dengan Art yang malang dan kesulitannya? Bukankah hatinya hancur luluh?” “Memang. Tapi bukankah dia berkata bahwa dengan ditransfusikannya darahnya ke dalam pembuluh-pembuluh darah gadis itu, maka gadis itu benar-benar telah menjadi pengantinnya?” “Ya, dan itu memang merupakan pikiran yang manis, yang bisa menghibur dirinya.” “Benar. Tapi ada sulitnya, John. Kalau apa yang dikatakannya itu benar, bagaimana dengan kita yang lain-lain ini? Wah, wah. Kalau begitu gadis manis itu bersuami banyak. Sedangkan aku, istriku sudah meninggal, tapi berdasarkan hukum gereja masih hidup. Aku yang selama ini tetap setia pada istriku, meskipun dia sudah tiada, aku pun menjadi pria yang beristri dua.” “Dalam hal itu pun saya tak melihat leluconnya!” kataku, dan aku jadi tak begitu
senang padanya gara-gara kata-katanya itu. Diletakkannya tangannya ke atas lenganku, dan ia berkata, “John sahabatku, maafkan aku kalau aku sudah menyakiti hatimu. Aku tak pernah mau menunjukkan perasaanku pada orang lain bila itu melukai hatinya, kecuali padamu, sahabat lamaku yang bisa kupercayai. Kalau saja kau bisa melihat ke lubuk hatiku, kalau saja kau bisa melihat ke dalam hatiku saat tawa itu datang, lalu kalau saja kau bisa 347 melihat pula batiku setelah sang Raja Tawa pergi ya, dia sudah pergi sekarang, pergi lama, lama sekalimungkin akulah yang paling kaukasihani daripada semua orang lain.” Aku terkesan oleh kelembutan nada bicaranya, dan bertanya apa maksudnya. “Karena aku tahu,” katanya lagi. Sekarang kami semua sudah menyebar, dan kesepian akan lama hinggap di rumah kami masing-masing. Lucy terbaring di pekuburan keluarganya, di makam indah di tanah pekuburan yang sepi, jauh dari keramaian kota London, di mana udara masih segar dan matahari terbit di Hampstead Hill, dan di mana bunga-bunga liar tumbuh sendiri. Maka kuakhiri catatan harian ini. Hanya Tuhan yang tahu apakah aku akan mulai menulis lagi atau tidak. Bila itu kulakukan, atau bahkan bila aku membuka buku ini lagi, kurasa tulisanku adalah mengenai orang-orang lain. Maka di sini, di mana roman kehidupanku sudah kukisahkan, dan sebelum aku memulai lagi pekerjaan hidupku, kutuliskan dengan sedih dan tanpa harapan, perkataan “tamat”. WESTMINISTER GAZETTE, 25 SEPTEMBER
SUATU MISTERI DI HAMPSTEAD Saat ini penduduk di Hampstead sedang mengalami cobaan berupa serangkaian peristiwa yang 348 kelihatannya sama dengan apa yang disebut oleh para penulis berita utama sebagai “Kengerian Kensington” atau “Wanita Penikam” atau “Wanita Berpakaian Hitam”. Selama dua tiga hari terakhir ini telah terjadi beberapa peristiwa hilangnya anak-anak, atau yang lupa pulang setelah bermain-main di padang rumput. Dalam semua peristiwa itu, anak-anak itu terlalu kecil untuk memberikan keterangan yang benar. Tapi secara umum alasannya adalah bahwa dalam peristiwa-peristiwa itu, mereka selalu bersama seorang “setan wanita”. Mereka selalu hilang malam hari, dan pada dua peristiwa, anak-anak itu baru ditemukan pagi-pagi keesokan harinya. Anggapan umum di sekitar tempat itu adalah, karena anak yang pertama memberikan alasan bahwa ia bersama seorang “setan wanita”, maka yang lain-lain ikut-ikutan memberikan alasan itu pula. Itulah alasan yang paling masuk akal, karena permainan yang paling disukai anak-anak sekarang adalah saling melarikan diri selama masa-masa tertentu. Seorang koresponden menulis bahwa lucu sekali melihat anak-anak itu berpura-pura menjadi “setan wanita” itu. Katanya beberapa pelukis karikatur kita bisa belajar dari keadaan aneh itu, dalam membandingkan kenyataan dengan gambarannya. Bahwa “setan wanita” itu memegang peran penting dalam peristiwa-peristiwa khayal itu, sesuai benar dengan asas-asas umum dari sifat manusia. Seenaknya saja koresponden kami menulis bahwa bintang film Ellen Terry sekalipun
349 takkan bisa menyamai kecantikan yang ditirukan oleh anak-anak berwajah kotor itu. Namun mungkin ada sisi serius dari peristiwa itu, karena beberapa dari anak-anak yang hilang malam harinya menderita luka kecil di lehernya. Agaknya luka-luka itu disebabkan oleh gigitan tikus atau anjing kecil. Dan meskipun tak besar pengaruhnya, agaknya binatang apa pun yang melukai mereka, memiliki sistem tersendiri. Polisi di bagian itu mendapat instruksi untuk mengawasi benar-benar anak-anak yang tersesat itu, terutama bila mereka masih amat kecil sekali, di Hampstead dan sekitarnya. Juga mencari kalau-kalau ada anjing tersesat di sekitar tempat itu. WESTMINISTER GAZETTE, 25 SEPTEMBER
BERITA ISTIMEWA KENGERIAN HAMPSTEAD SEORANG ANAK LAGI LUKA -SETAN WANITA” Kami baru saja mendapat laporan bahwa seorang anak lagi hilang semalam, dan baru menjelang siang tadi ditemukan di bawah semak-semak di daerah bukit Shooter di Hampstead Heath, yang mungkin sangat jarang dilewati orang daripada bagianbagian yang lain. Anak itu men 350 derita luka kecil di lehernya seperti terlihat pula pada anak-anak lain dalam peristiwa yang sama sebelumnya. Ia amat lemah dan kurus. Setelah mulai sembuh, dia juga punya cerita yang sama, yaitu bahwa ia dilarikan oleh “setan wanita”. 351 T am am j? a oa AN i ‘ 01 99 5.4 Bab 14
CATATAN HARIAN MINA BARKER 23 September.Setelah semalam gelisah, Jonathan sekarang sudah sehat. Aku senang sekali ia banyak pekerjaan, karena dengan begitu pikirannya akan teralih dari hal-hal mengerikan itu. Aku juga senang sekali karena ia kini tidak lagi merasa terlalu berat memikul tanggung jawab dalam kedudukannya yang baru. Aku tahu ia tak mau menipu dirinya, dan kini aku amat bangga melihat Jonathan-ku sudah maju dan bisa menyesuaikan diri dengan semua tugas yang dihadapinya. Hari
ini ia takkan pulang sepanjang hari, dan takkan bisa makan siang di rumah, katanya. Pekerjaan rumah tanggaku sudah selesai, jadi akan kuambil catatan hariannya sewaktu di luar negeri. Akan kukunci diriku di dalam kamar, dan aku akan membacanya…. 24 September.Semalam aku tak sampai hati menulis. Catatan harian Jonathan yang mengerikan itu membuatku sedih. Kasihan sekali kekasihku! 352 Betapa besar penderitaannya waktu itu, baik itu memang merupakan peristiwa sebenarnya, maupun bila itu hanya imajinasinya saja. Apakah semuanya itu ditulisnya setelah ia menderita demam otak, atau memang adakah dasar yang sebenarnya? Kurasa aku takkan pernah tahu, karena aku tak berani mengemukakan persoalan itu padanya…. Tapi pria yang kami lihat kemarin itu! Kelihatannya Jonathan yakin benar bahwa itulah orangnya…. Kasihan dia! Mungkin pemakaman itu telah mempengaruhi jiwanya,, hingga pikirannya melayang ke masa lalu…. Tapi ia yakin sekali. Aku ingat, pada hari pernikahan kami ia berkata, “Asalkan aku tidak mendapat tugas suci yang mengharuskan aku mengingat kembali saat-saat mengerikan itu, baik dalam keadaan tidur maupun dalam keadaan sadar, dalam keadaan gila ataupun waras.” Agaknya ada benang yang tersambung pada kedua peristiwa itu…. Count yang menakutkan itu telah datang ke London… Kalau ia memang telah ada di London yang berpenduduk jutaan jiwa ini… Mungkin akan ada tugas suci itu, dan bila memang ada, kita tak boleh menghindarinya. Aku akan siap. Sekarang juga akan kuambil mesin tulisku, dan mulai menyalin catatan harian Jonathan ini dengan mesin tik, supaya kami sudah siap bila ada orang lain yang membutuhkannya. Dan bila diperlukan, mungkin aku pun siap untuk berbicara atas nama Jonathan, karena ia tak boleh sampai menjadi kacau, dan tak boleh diganggu atau disusahkan oleh hal apa pun. Kelak, bila Jonathan sudah sembuh” 353 benar dari gangguan sarafnya, mungkin ia mau menceritakan semuanya padaku, dan aku bisa menanyakan hal-hal itu supaya aku memahaminya, dan tahu bagaimana aku bisa menghiburnya. SURAT DARI VAN HELSING KEPADA MRS. HARKER (rahasia) Dengan hormat, 24 September. Maafkan saya menulis surat ini. Sebagai seorang teman, saya ingin menyampaikan berita duka tentang kematian Miss Lucy Westenra. Berkat kebaikan hati Lord Godalming, saya diizinkan membaca surat-surat Miss Lucy, baik yang resmi maupun pribadi, karena saya sangat memikirkan beberapa hal penting demi kehidupan. Di antara surat-surat itu saya temukan beberapa pucuk surat Anda, yang menunjukkan betapa mesranya persahabatan Anda berdua, dan bahwa Anda sangat menyayanginya. Dan, Madam Mina, demi kasih sayang itu, saya mohon Anda mau membantu saya. Saya minta itu demi kebaikan orang-orang lainuntuk memperbaiki suatu kesalahan besar dan menghapuskan kesulitan besar yang mungkin lebih serius daripada dugaan Anda. Bolehkah saya menemui Anda? Anda bisa mempercayai saya. Saya adalah sahabat Dr. Seward dan Lord Godalming (yaitu Arthur bagi Miss Lucy). Untuk sementara, pertemuan itu saya rahasiakan dari semua orang. Bila Anda mengizinkan saya datang, te mana dan kapan, saya akan segera datang ke 354 Exeter menemui Anda. Maafkan saya, Madam. Saya sudah membaca surat-surat Anda pada Lucy yang malang, dan saya jadi tahu betapa baiknya hati Anda, dan betapa besarnya penderitaan suami Anda. Jadi saya mohon, kalaupun saya tak bisa meringankan penderitaannya, kita berusaha supaya kita tak sampai merugikannya. Sekali lagi saya minta maaf.
Hormat saya, Van Helsing. TELEGRAM DARI MRS. HARKER KEPADA VAN HELSING 25 September.Datanglah hari ini dengan kereta api jam sepuluh lewat seperempat, kalau masih sempat Bisa menerima Anda setiap saat Wilhelmina Harker.
CATATAN HARIAN MINA HARKER 25 September.Mau tak mau, aku merasa tegang dengan makin mendekatnya saat kunjungan Dr. Van Helsing. Kuharap dengan kunjungannya itu akan terbukalah rahasia pengalaman Jonathan yang menyedihkan. Dan karena dialah yang merawat Lucy selama sakit sampai akhir hayatnya, maka ia pasti bisa menceritakan segalanya tentang sahabatku tercinta itu. Dan memang itulah tujuan kedatangannya, yaitu menanyakan tentang Lucy dan kebiasaannya berjalan dalam tidur, bukan mengenai Jonathan. Kalau begitu, aku takkan pernah 355 tahu keadaan yang sebenarnya! Bodoh sekali aku! Catatan harian yang mengerikan itu telah mencekam imajinasiku, dan mewarnai segala-galanya dengan warnanya sendiri. Kedatangan sang Profesor tentu sehubungan dengan Lucy. Kebiasaan itu timbul kembali pada dirinya, dan malam yang mengerikan di tebing karang itu pasti telah membuatnya sakit. Gara-gara masalah-masalahku sendiri, aku hampir lupa betapa parahnya sakitnya setelah itu. Ia pasti sudah bercerita pada Profesor mengenai petualangannya tidur berjalan di tebing karang itu, dan bahwa aku tahu semuanya tentang itu. Dan kini profesor itu menginginkan aku yang menceritakannya supaya ia mengerti. Kuharap tindakanku waktu itu benar, yaitu dengan tidak menceritakannya pada Mrs. Westenra. Aku takkan pernah memaafkan diriku bila gara-gara perbuatanku, betapapun kecilnya, aku jadi merugikan Lucy. Aku juga berharap Prof. Van Helsing tidak akan menyalahkan aku. Begitu banyak masalahku akhir-akhir ini, hingga rasanya aku takkan bisa menanggung lebih banyak lagi. Kurasa menangis kadang-kadang ada baiknya bagi kitaseperti hujan yang membersihkan udara. Mungkin gara-gara membaca catatan harian itu kemarin, hatiku jadi risau, lalu tadi pagi Jonathan pergi dan takkan pulang selama sehari semalam. Inilah perpisahan kami yang pertama sejak kami menikah. Kuharap kekasihku bisa menjaga dirinya, dan kuharap tak ada yang merisaukannya. Sudah jam dua, sebentar lagi Dokter datang. 356 Aku takkan mengatakan apa-apa tentang catatan harian Jonathan, kecuali kalau ia menanyakannya. Aku senang catatanku sendiri sudah kusalin dengan mesin tik, sehingga bila ia bertanya tentang Lucy, itu bisa kuserahkan padanya, supaya ia tak perlu bertanya terlalu banyak. Kemudian.Profesor tadi datang dan sudah pergi lagi. Pertemuan yang aneh dan membuat kepalaku berputar-putar! Aku merasa seperti dalam mimpi. Apakah semua itu mungkin, atau hanya sebagian saja yang benar? Sekiranya aku belum membaca catatan Jonathan, pasti aku takkan bisa menerimanya sebagai suatu kemungkinan. Kasihan, Jonathan tersayang! Betapa berat penderitaannya. Tolong, Tuhan, jangan biarkan ini merisaukannya lagi. Aku akan berusaha mencegahnya. Tapi, betapapun menakutkan dan mengerikan akibatnya, akan bisa pula merupakan hiburan atau bantuan baginya, bila diketahuinya bahwa mata, telinga, dan otaknya tidak
menipunya, dan itu memang benar. Mungkin keragu-raguannyalah yang selalu membayanginya. Bila keraguan itu dihilangkan entah dalam keadaan bangun atau mimpidan terbukti benar, ia akan merasa lebih puas, dan bisa menanggung shock dengan lebih baik. Bila Prof. Van Helsing memang bersahabat dengan Arthur dan Dr. Seward, dan bila mereka sampai memintanya datang dari Negeri Belanda, pasti ia seorang pria yang baik dan amat pintar. Bila melihatnya nanti, aku akan bisa merasa 357 bahwa ia memang orang yang baik, ramah, dan berbudi luhur. Bila ia datang besok, aku akan bertanya tentang Jonathan, lalu, ya Tuhan, semoga semua kesedihan dan rasa khawatir ini berakhir dengan baik. Dulu aku pernah berpikir ingin berlatih mewawancarai orang. Seorang teman Jonathan yang bekerja di harian The Exeter News berkata bahwa yang terpenting dalam pekerjaan itu adalah ingatan kitakita harus mampu menuliskan dengan tepat, hampir setiap perkataan yang diucapkan seseorang, meskipun sesudahnya kita harus memperbaiki beberapa di antara kata-kata itu. Pertemuanku dengan Dr. Van Helsing akan merupakan suatu wawancara langka. Aku akan mencoba mencatatnya kata demi kata. Jam setengah tiga terdengarlah ketukan itu. Aku mengumpulkan seluruh keberanianku, dan menunggu. Beberapa menit kemudian, Mary membuka pintu dan memberitahukan, “Prof. Van Helsing.” Aku bangkit, lalu membungkuk, dan ia mendatangiku. Tubuhnya sedang-sedang saja, meskipun cukup kekar. Bahunya tertarik ke belakang dan dadanya bidang, sedangkan lehernya seimbang dengan bobot dan kepalanya. Bentuk kepalanya segera memberi kesan bahwa dia seorang pemikir dan memiliki kekuatan batin. Kepala itu anggun, berukuran biasa dan melebar di bagian belakang telinga. Wajahnya yang tercukur licin memperlihatkan dagu segi empat dan keras, mulutnya 358 yang lebar menunjukkan tekad sangat ekspresif. Hidungnya berukuran sedang, agak lurus dengan cuping yang sensitif dan cepat bergerak. Hidung itu tampak melebar bila alisnya yang tebal berkerut dan mulutnya tertutup rapat. Dahinya lebar dan halus, mula-mula naik dengan lurus, kemudian melandai ke belakang di atas dua benjolan yang letaknya saling berjauhan. Dahinya sendiri berhentak sedemikian rupa, hingga rambutnya yang berwarna kemerahan tak mungkin bisa jatuh ke situ, melainkan jatuh ke belakang dan ke samping secara wajar. Matanya yang besar dan berwarna biru tua, terpisah jauh satu sama lain. Mata itu cepat berubah, bisa lembut bisa keras, sesuai dengan suasana hatinya. Ia mulai berbicara dengan berkata, “Mrs. Harker, bukan?” Aku membungkuk membenarkan. “Yang dulu bernama Miss Mina Murray?” Aku membungkuk lagi. “Yang ingin saya datangi adalah Miss Murray yang bersahabat baik dengan Lucy Westenra, gadis malang itu. Madam Mina, saya datang demi yang sudah meninggal.” “Sebagai seorang teman yang sudah banyak menolong Lucy Westenra, Anda boleh minta apa saja dari saya, Profesor.” Kuulurkan tanganku. Ia menjabatnya, lalu berkata dengan lembut, “Oh, Madam Mina, saya sudah tahu bahwa sahabat gadis malang yang serupa dengan bunga lili itu pastilah orang yang baik. Tapi saya masih 359
harus membuktikannya….” Ia mengakhiri kata-katanya dengan membungkuk sopan. Kutanyakan padanya apa yang akan ditanyakannya, lalu ia langsung mulai, “Saya sudah membaca surat-surat Anda pada Miss Lucy. Maafkan saya, tapi saya harus mulai menanyakan beberapa hal, dan saya tak tahu kepada siapa saya harus bertanya. Saya tahu bahwa Anda pernah bersama dia di Whitby. Kadang-kadang dia menulis dalam buku catatan harian nyajadi Anda tak perlu terkejut, Madam Mina. Kebiasaan menulis itu dimulainya setelah Anda pergi. Katanya dia meniru kebiasaan Andadan di dalam buku catatan itu tertulis tentang kebiasaannya tidur berjalan, dan Anda pernah menyelamatkannya. Jadi, dalam keadaan bingung saya pun mendatangi Anda, dan meminta kebaikan hati Anda untuk menceritakan semua yang Anda ingat” “Saya rasa saya bisa menceritakan semuanya, Prof. Van Helsing.” “Wah, kalau begitu Anda memiliki ingatan kuat tentang fakta-fakta. Apakah juga mengenai hal-hal sekecil-kecilnya sekalipun? Wanita-wanita muda biasanya tidak begitu.” “Tidak, Dokter, tapi saya menuliskannya waktu itu. Akan saya perlihatkan pada Anda kalau Anda mau.” “Oh, Madam Mina. Itu akan merupakan bantuan yang amat besar. Saya sangat berterima kasih.” Timbul keinginanku untuk mempermainkannya 360 sedikitmungkin itu semacam rasa tak rela dalam memberikan sesuatu. Maka kuberikan padanya catatanku yang ditulis dengan huruf steno. Diterimanya buku itu dengan sikap berterima kasih, lalu katanya, “Bolehkah saya membacanya?” “Silakan,” kataku setenang mungkin. Dibukanya buku itu, tapi seketika wajahnya jadi kecewa. Lalu ia bangkit dan membungkuk. “Anda memang seorang wanita yang amat pandai!” katanya. “Saya sudah lama tahu bahwa Mr. Jonathan harus banyak bersyukur bisa menikahi Anda. Lihatlah, istrinya mempunyai begitu banyak kemampuan. Tapi maukah Anda menolong membacakannya untuk saya? Soalnya saya tak bisa membaca huruf steno.” Lelucon kecilku berhasil, dan aku jadi agak malu. Maka kuambil lembaran yang sudah kuketik dari keranjang kerjaku, dan kuberikan padanya. “Maafkan saya,” kataku. “Saya tak bisa berbuat lain. Tadi saya kira Anda ingin bertanya tentang Lucy, tapi Anda tak punya waktu untuk menunggubukan karena saya, tapi karena saya tahu waktu Anda amat berhargasaya sudah mengetiknya untuk Anda.” Dan ia menerimanya, matanya berseri. “Anda baik sekali,” katanya. “Bolehkah saya membacanya sekarang? Mungkin nanti saya perlu’ menanyakan beberapa hal, kalau sudah selesai membaca.” “Tentu,” kataku, “silakan membaca, sementara saya menyiapkan makan siang. Nanti Anda boleh 361 mengajukan pertanyaan-pertanyaan Anda, sementara kita makan.” Ia membungkuk, lalu duduk di sebuah kursi yang membelakangi lampu, dan langsung asyik membaca surat-surat itu, sementara aku pergi mengatur makan siang, terutama supaya ia tidak merasa terganggu. Waktu aku kembali, kutemukan ia
sedang berjalan hilir-mudik di kamar itu dengan langkah-langkah panjang, wajahnya merah karena kacau. Ia cepat-cepat mendatangiku, lalu menggenggam kedua belah tanganku. “Aduh, Madam Mina^” katanya, “bagaimana saya bisa mengatakan betapa besar utang budi saya pada Anda? Kertas ini memberikan penerangan bagaikan sinar matahari. Dia telah membukakan mata saya. Saya merasa linglung, silau karena banyaknya sinar. Tapi di balik cahaya itu, awan gelap masih selalu membayang. Anda pasti tak mengerti. Namun demikian, saya amat berterima kasih pada Anda. Anda wanita yang amat pandai, Madam.” Kata-kata itu diucapkannya dengan khidmat “Kapan saja saya, Abraham Van Helsing, bisa berbuat sesuatu bagi Anda dan keluarga Anda, saya percaya Anda tentu mau memberitahu saya. Amat menyenangkan dan membanggakan bila saya boleh memberikan jasa saya sebagai seorang sahabat. Semua yang sudah saya pelajari, apa saja yang bisa saya lakukan, adalah bagi Anda dan orang-orang yang Anda cintai. Dalam hidup ini ada sisi-sisi gelap dan sisi terangnya. Andalah sisi terang itu. Anda akan hidup berbahagia dan T .AMAN tiACJkAN YSOYAKArfTA senang, dan suami Anda beruntung telah mendapatkan Anda.” “Ah, Dokter, Anda terlalu memuji saya, padahal… padahal Anda tidak mengenal saya.” “Tidak mengenal Anda? Saya yang sudah begini tua, yang sepanjang hidup sudah mempelajari manusia, baik pria maupun wanita, saya yang telah mengkhususkan diri pada otak manusia dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu dan yang merupakan hasil kerja otak itu! Apalagi saya telah membaca catatan harian Anda, yang dengan kebaikan hati Anda telah Anda salinkan untuk saya, catatan yang setiap barisnya bernapaskan kebenaran. Saya, yang sudah membaca surat-surat Anda yang manis pada Lucy yang malang, mengenai pernikahan dan keyakinan Anda, bisakah Anda katakan bahwa saya tidak mengenal Anda? Oh, Madam Mina, wanitawanita yang baik sepanjang hidupnya setiap saat mengucapkan hal-hal yang terbaca oleh malaikat dan kami kaum pria yang punya keinginan untuk tahu, memiliki sesuatu yang menyerupai mata malaikat Suami Anda berbudi luhur, Anda pun demikian, karena Anda yakin, dan keyakinan tak mungkin ada pada sifat jahat Nah, bagaimana keadaan suami Anda? Apakah dia sehat-sehat saja? Apakah demam itu sudah hilang sama sekali? Dan apakah dia sudah kuat dan bersemangat?” Di sini kulihat peluang untuk menanyakan tentang Jonathan padanya, jadi aku berkata, 363 “Dia sudah hampir pulih, tapi dia tertekan sekali oleh kematian Mr. Hawkins.” Sang Profesor menyela, “O, ya, saya tahu, saya tahu. Saya sudah membaca dua surat Anda yang terakhir.” Kataku lagi, “Saya rasa hal itu membuatnya kacau lagi. Waktu kami berada di kota pada hari Kamis yang lalu, dia mengalami semacam shock lagi.” “Mengalami shock? Begitu cepat setelah demam otak itu? Itu tak baik. Shock macam apa itu?” “Dia merasa melihat seseorang yang mengingatkannya pada sesuatu yang mengerikan, sesuatu yang menyebabkannya menderita demam otak itu.” Pada saat itu, aku serasa dikuasai oleh berbagai emosi yang menyerang secara mendadak. Rasa ibaku pada Jonathan, kengerian yang telah dialaminya, misteri menakutkan sebagaimana yang tertulis dalam buku catatan hariannya, dan semua rasa takut yang terpendam dalam diriku, semuanya datang menyerang sekaligus. Kurasa aku jadi histeris, sebab aku lalu menjatuhkan diri dengan berlutut, dan mengangkat tanganku ke arah sang Profesor. Kumohon padanya untuk menyembuhkan suamiku. Diambilnya tanganku, lalu diangkatnya aku, dan didudukkannya aku di sofa. Kemudian ia duduk di sampingku, sambil tetap menggenggam tanganku. Dengan manis ia berkata,
“Hidup saya gersang dan sepi, dan penuh dengan pekerjaan, hingga saya tak punya banyak waktu untuk menjalin persahabatan. Tapi sejak saya diminta datang kemari oleh sahabat saya John 364 Seward, saya jadi mengenal banyak sekali orang baik, dan melihat lebih banyak keluhuran budi. Hal ini menambah rasa sepi dalam hidup saya, sejalan dengan bertambahnya usia. Jadi percayalah bahwa saya datang kemari dengan perasaan sangat menghargai Anda, karena Anda telah memberi saya harapanbukan yang berhubungan dengan apa yang saya cari, tapi bahwa masih banyak wanita baik yang masih bisa membahagiakan hidupwanita wanita luhur yang hidup serta keyakinannya bisa memberikanť pelajaran baik pada anak-anak yang akan dilahirkannya. Saya senang, senang sekali, karena di sini saya bisa berguna bagi Anda. Kalaupun suami Anda menderita, penderitaannya masih berada dalam lingkup bidang studi dan pengalaman saya. Dan saya berjanji akan melakukan segalagalanya untuknya dengan segala senang hatisegala-galanya, untuk menjadikan hidupnya kuat dan tegar, dan menjadikan hidup Anda berbahagia. Sekarang Anda harus makan. Anda terlalu tegang, dan mungkin rasa khawatir Anda terlalu berlebihan. Suami Anda, Jonathan, tentu tak suka melihat Anda begitu pucat, dan tak baik baginya melihat sesuatu yang tak disukainya pada diri orang yang dicintainya. Oleh karenanya, demi dia, Anda harus makan dan tersenyum. Anda telah menceritakan segala-galanya tentang Lucy. Sekarang jangan kita bicarakan tentang itu lagi, karena itu akan membuat Anda sedih. Malam ini saya akan menginap di Exeter, sebab saya ingin berpikir. tentang apa yang telah Anda ceritakan 365 ] pada saya. Setelah berpikir, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan lagi kalau boleh. Anda juga boleh menceritakan semua kesulitan Jonathan, suami Anda, sebanyak yang Anda ketahui: Tapi tidak sekarang. Sekarang Anda harus makan. Sesudah itu, Anda boleh menceritakan segala-galanya.” Setelah makan dan kembali ke ruang tamu utama, ia berkata, “Nah, sekarang ceritakanlah semuanya tentang suami Anda.” Setelah tiba waktunya harus berbicara dengan orang yang sangat berilmu itu, aku jadi takut kalau kalau aku nanti dianggapnya lemah dan bodoh, dan Jonathan dianggapnya gila, karena catatan harian itu memang aneh sekali. Sebab itu aku jadi bimbang. Tapi ia begitu baik, dan ia telah berjanji untuk membantu. Aku percaya padanya. Jadi aku berkata, “Prof. Van Helsing, apa yang akan saya ceritakan ini aneh sekali, jadi saya harap Anda tidak menertawakan saya maupun suami saya. Sejak kemarin saya merasa penuh keraguan. Jadi Anda harus berbaik hati pada saya, dan jangan menganggap saya bodoh karena saya mau percaya akan hal-hal aneh itu, meskipun hanya setengah percaya saja.” Baik dengan sikap maupun dengan kata-katanya, ia meyakinkan diriku dan berkata, “Ah, anak manis, kalau saja Anda tahu betapa anehnya persoalan yang menyebabkan saya harus datang kemari, maka Andalah yang akan menertawakan saya. Saya sudah belajar untuk tidak meremehkan keyakinan siapa pun, betapapun anehnya. 366 Saya selalu mencoba menghadapi sesuatu dengan pikiran terbuka. Dan bukanlah halhal biasa dalam hidup ini yang bisa menutupinya, melainkan hal-hal aneh yang luar biasa, hal-hal yang membuat orang-orang merasa ragu apakah dirinya waras atau gila.” “Terima kasih, terima kasih, beribu-ribu terima kasih! Anda telah mengurangi beban pikiran saya. Kalau Anda mau, akan saya ambilkan sesuatu untuk Anda baca. Bacaan itu panjang, tapi saya sudah mengetiknya. Bacaan itu akan lebih
menjelaskan pada Anda tentang kesulitan-kesulitan saya dan Jonathan. Bacaan yang saya “maksud itu adalah catatan harian Jonathan waktu dia berada di luar negeri dan segala-galanya yang telah terjadi di sana. Saya tak berani mengatakan sesuatu tentang hal itu. Anda baca dan nilai sendirilah. Dan bila kita bertemu lagi, saya harap Anda mau berbaik hati untuk mengatakan pendapat Anda.” “Saya berjanji,” katanya, waktu kuberikan berkas kertas-kertas itu. “Kalau boleh, besok pagi saya akan datang menemui Anda dan suami Anda, secepat mungkin.” “Jonathan akan kembali jam setengah dua belas besok. Anda harus makan siang bersama kami, dan Anda bisa kembali dengan kereta api cepat jam 15.34, dan tiba di Paddington sebelum jam delapan.” Ia heran bagaimana aku bisa hafal jadwaljadwal kereta api. Ia tak tahu bahwa aku sengaja menghafalkan semua jadwal kereta api ke dan dari Exeter, supaya aku bisa membantu Jonathan kalau ia terburu-buru. 367 Maka dibawanya berkas kertas-kertas itu pulang. Aku pun duduk berpikirentah memikirkan apa. SURAT (DITULIS TANGAN) DARI VAN HELSING KEPADA MRS. HARKER Madam Mina yth., 25 September, jam 6. Telah saya baca semua catatan harian suami Anda yang luar biasa itu. Anda boleh tidur nyenyak dengan tenang. Betapapun aneh dan mengerikannya catatan itu, semuanya benari Saya berani bersumpah untuk itu. Bagi orang lain akibatnya mungkin lebih buruk, tapi bagi Anda dan suami Anda, tak ada yang perlu ditakutkan, la orang, hebat, dan berdasarkan pengalaman saya mengenai kaum pria, dapat saya katakan bahwa seseorang yang berani berbuat seperti yang telah dilakukannya, yaitu merayap menuruni tembok untuk masuk ke kamar ituyah, bahkan kemudian melakukannya lagi untuk kedua kalinyaia tak mungkin dicederai oleh shock untuk selama-lamanya. Saya berani menjamin bahwa otak dan jantungnya baik-baik saja, meskipun saya belum bertemu dengannya. Jadi tenanglah. Saya memang harus bertanya banyak padanya mengenai hal-hal lain. Beruntunglah saya karena boleh mengunjungi Anda hari ini, karena saya telah mempelajari banyak hal sekaligus sehingga saya bingung, dan saya harus berpikir. Hormat saya, Abraham Van Helsing. 368 SURAT DARI MRS. HARKER KEPADA VAN HELSING Prof. Van Helsing 25 September, yang terhormat, jam 18.30 petang. Terima kasih banyak atas surat Anda yang menyenangkan. Surat itu telah meringankan beban pikiran saya. Namun bila itu benar, betapa banyaknya hal mengerikan di dunia ini, dan betapa menakutkannya bila orang itu, monster itu, benar-benar berada di London! Ngeri saya memikirkannya. Saat sedang menulis surat ini, saya menerima telegram dan Jonathan, yang memberitahukan bahwa ia akan berangkat naik kereta api jam 18.25 sore ini, dari Launceston dan akan tiba di sini jam 20.18 malam, jadi saya tak perlu merasa takut malam ini. Sehubungan dengan itu, bersediakah Anda mengubah jam kedatangan Anda, hingga kita tidak makan siang bersama, melainkan sarapan bersama jam delapan besok? Apakah itu tidak terlalu pagi bagi Anda? Bila Anda terburu-buru, Anda bisa pulang naik kereta api jam 10.30, hingga Anda bisa tiba di Paddington jam 14.35. Tak usah Anda balas surat ini, karena saya anggap saja Anda bersedia datang untuk sarapan bersama kami, bila saya tidak mendengar berita apa-apa dari Anda.
Sahabat Anda yang setia, Mina Harker. 369
CATATAN HARIAN JONATHAN HARKER 26 September.Kusangka aku takkan menulis dalam buku harian lagi. Tapi ternyata tiba saatnya aku menulis lagi. Waktu aku tiba di rumah semalam, Mina sudah menunggu dengan makan malam. Setelah kami makan, ia bercerita tentang kunjungan Prof. Van Helsing. Katanya ia telah memberikan dua buku catatan yang telah diketiknya. Ia juga berkata betapa cemasnya ia memikirkan keadaanku. Diperlihatkannya surat dokter itu, di mana dinyatakan bahwa semua yang kutulis dalam catatanku memang benar. Berita itu serasa membuatku menjadi manusia baru. Perasaan ragu akan kebenaran apa yang telah kutuliskan di situlah yang merusak pikiranku. Aku merasa diriku tak punya kemampuan dan berada dalam kegelapan, tanpa punya keyakinan. Tapi kini aku tahu, aku tak takut lagi. Bahkan pada Count pun tidak. Jadi rupanya rencananya untuk datang ke London telah berhasil, dan memang dialah yang kulihat itu. Ia telah menjadi lebih muda, tapi bagaimana itu bisa terjadi? Van Helsing-lah orang yang akan membuka kedoknya dan mengusirnya keluar, kalau ia memang manusia seperti yang diceritakan Mina. Kami tidur jauh malam karena membicarakan hal itu. Sekarang Mina sedang berpakaian, dan beberapa menit lagi aku akan pergi ke hotel untuk menjemput Prof. Van Helsing…. Kurasa ia terkejut melihatku. Waktu aku masuk ke kamarnya dan memperkenalkan diriku, di— 370 pegangnya pundakku lalu diputarnya wajahku ke arah lampu. Setelah memandangiku dengan tajam, ia berkata, “Tapi kata Madam Mina, Anda sakit, dan Anda baru saja mengalami shock hebat.” Rasanya lucu mendengar istriku disebut “Madam Mina” oleh orang tua yang berwajah tegas ini. Aku tersenyum dan berkata, “Saya memang sakit, dulu. Dan saya memang telah mengalami shock, tapi Anda lelah menyembuhkan saya.” “Bagaimana mungkin?” “Lewat surat Anda pada Mina semalam. Saya ragu-ragu, lalu semuanya tampak tak benar, dan saya lalu tak tahu apa yang bisa saya percayai. Saya bahkan tak tahu lagi apakah saya bisa mempercayai apa yang ditangkap oleh pancaindera saya sendiri. Karena tak tahu apa yang bisa saya percayai, saya jadi bingung tentang apa yang harus saya lakukan. Jadi selama ini saya hanya mengerjakan apa yang. merupakan kebiasaan dalam hidup saya saja. Lalu kebiasaan itu terasa tak berguna lagi bagi saya, dan saya jadi tidak mempercayai diri saya sendiri. Dokter, Anda tak dapat membayangkan apa artinya meragukan segala-galanya, termasuk diri sendiri. Tidak, orang dengan alis seperti Anda pasti takkan bisa membayangkannya.” Kelihatannya ia senang, dan sambil tertawa ia berkata, “Oh, rupanya Anda ahli firasat. Makin banyak saja yang saya pelajari di sini. Saya senang sekali 371 boleh ikut Anda untuk sarapan bersama. Lalu, yah, izinkanlah seorang tua
memberikan pujiannya. Anda beruntung mendapatkan istri seperti itu.” Aku tak ingin mendengarkan ia memuji Mina terus-menerus, jadi aku hanya mengangguk saja dan tidak berkata apa-apa. “Dia benar-benar wanita c.ptaan Tuhan, yang diciptakan Nya untuk menunjukkan pada kita, laki-laki dan wanita-wanita lain, bahwa surga itu ada di mana-mana, dan bahwa cahayaNya bisa sampai ke bumi ini juga. Dia begitu jujur, manis, luhur, sedikit sekali memikirkan dirinya sendiri. Sifat-sifat seperti itu besar sekali artinya dalam zaman yang penuh dengan kesangsian dan egoisme ini. Sedangkan Anda sendiri… Saya sudah membaca semua surat istri Anda pada Miss Lucy, dan beberapa di antaranya menceritakan tentang Anda, jadi saya sudah mengenal Anda beberapa hari setelah saya mengenal yang lain-lain. Tapi baru kemarin malamlah saya baru melihat Anda yang sebenarnya. Mari kita berjabat tangan, dan mari kita bersahabat selama hidup kita.” Kami berjabat tangan, dan ia berkata dengan sangat bersungguh-sungguh dan ramah hingga leherku serasa tercekat, “Nah, sekarang,” katanya, “bolehkah saya meminta bantuan Anda lagi? Ada suatu tugas besar yang harus saya kerjakan, dan langkah pertamanya adalah tahu. Dalam hal itulah Anda bisa membantu saya. Bisakah Anda ceritakan apa yang terjadi sebelum Anda berangkat ke Transylvania? Kelak 372 mungkin saya akan meminta bantuan lebih banyak lagi, bantuan yang lain jenisnya. Tapi pertama-tama itu saja dulu.” “Tapi, Profesor,” kataku, “apakah tugas Anda itu ada hubungannya dengan si Count?” “Ada,” katanya. “Kalau begitu, saya akan membantu Anda dengan sekuat tenaga. Karena Anda akan berangkat naik kereta api jam 10.30 nanti, Anda takkan sempat membacanya di sini. Tapi saya akan mengambil berkas-berkas suratnya. Anda boleh membawanya pulang, dan membacanya di dalam kereta api.” Setelah sarapan, aku mengantarnya ke stasiun. Saat akan berpisah, ia berkata, “Maukah Anda datang ke London kalau saya undang, dengan mengajak Madam Mina juga?” “Kami berdua akan datang kapan saja Anda ingini,” sahutku. Kubelikan dia surat-surat kabar pagi, dan surat kabar London yang semalam. Sementara kami bercakap-cakap lewat jendela kereta api, sambil menunggu kereta berangkat, ia membalik-balik surat-surat kabar itu. Agaknya tiba-tiba terbaca olehnya sesuatu dalam salah satu surat kabar itu, yaitu Westminister Gazetteaku mengenalinya karena warnanya. Wajahnya jadi pucat. Dibacanya berita itu sambil menggumam sendiri, “Mein Gottl Mein Gotfi.*Sudah begitu cepat! Sudah begitu cepat!” Kurasa ia tak ingat lagi bahwa aku masih ada di situ saat itu. Lalu peluit berbunyi, dan kereta api 373 mulai bergerak. Ia sadar, lalu menjulurkan tubuhnya ke luar jendela, dan melambai sambil berseru, “Sampaikan salam saya pada Madam Mina. Saya akan menulis surat secepat mungkin.” CATATAN HARIAN DR. SEWARD 26 September.Sesungguhnya memang tak ada yang disebut selesai itu. Belum
sampai seminggu aku menuliskan “tamat” pada catatan harianku, sekarang aku sudah mulai lagi, atau tepatnya melanjutkan rekaman yang sama. Sampai petang tadi aku masih belum punya alasan untuk memikirkan apa yang telah terjadi. Pada dasarnya, Renfield sudah waras. Ia sudah maju dalam urusan lalatnya, dan juga sudah mulai dengan laba-labanya, jadi ia tidak menyulitkan aku. Aku menerima surat dari ^ Arthur, yang ditulisnya pada hari Minggu, dan dari surat itu aku* tahu bahwa keadaannya sudah lebih baik. Quincey Morris masih menemaninya, dan itu sangat membantu. Quincey orang yang penuh semangat Ia juga ikut menulis sebaris, dan dari situ aku tahu bahwa keceriaan Arthur yang dulu sudah mulai pulih kembali. Jadi aku tidak khawatir mengenai mereka. Mengenai diriku sendiri, aku tetap bekerja dengan tenang, dengan semangat yang kumiliki sejak dulu, hingga bolehlah kukatakan bahwa luka yang ditinggalkan oleh Lucy sudah sembuh. Tapi kini semuanya terbuka kembali, dan bagaimana akhirnya, hanya Tuhan yang tahu. Kurasa Van Helsing merasa ia tahu juga, tapi ia hanya mau berbicara seperlunya untuk memenuhi 374 rasa ingin tahu kita. Kemarin ia pergi ke Exeter dan menginap di sana semalam. Hari ini ia kembali. Ia menyerbu masuk ke kamarku kira-kira jam setengah enam, dan menjejalkan harian Westminister Gazette terbitan semalam ke tanganku. “Bagaimana pendapatmu tentang itu?” tanyanya sambil berdiri dengan lengan terlipat. Aku melihat-lihat surat kabar itu, karena aku benar-benar tak tahu apa maksudnya. Lalu diambilnya kembali surat kabar itu, dan ditunjukkannya suatu berita mengenai anak-anak yang dipikat keluar dari kota Hampstead. Berita itu mula-mula tidak begitu berarti bagiku, sampai pada bagian yang melukiskan lukaluka kecil berdarah di leher mereka. Aku teringat akan sesuatu, dan aku mendongak. “Bagaimana?” tanyanya. “Seperti keadaan Lucy.” “Dan bagaimana kesimpulanmu mengenai hal itu?” “Jelas bahwa ada persamaan penyebabnya. Apa pun yang tlulu melukai Lucy, kini melukai anak-anak itu.” Aku tak begitu mengerti waktu ia menyahut “Secara tak langsung, itu benar, tapi secara langsung, tidak.” “Apa maksud Anda, Profesor?” tanyaku. Aku cenderung untuk tidak terlalu serius menanggapinyakarena bagaimanapun juga, istirahat selama empat hari telah melepaskan aku dari ketegangan 375 yang membakar dan menyakiti, dan telah membantu memulihkan semangatkutapi waktu melihat wajahnya, aku jadi sadar. Tak pernah wajahnya sekeras itu. Bahkan saat kami berada di tengah-tengah perasaan putus asa dalam menghadapi keadaan Lucy pun tidak. “Tolong katakan saja!” kataku. “Saya tak berani’ memberikan pendapat. Saya tak tahu harus beranggapan apa, dan saya tak punya data untuk dijadikan dasar pendapat saya.” . “Apakah kau akan mengatakan bahwa kau sama sekali tidak menaruh curiga mengenai penyebab kematian Lucy? Juga setelah melihat petunjuk-petunjuknya yang tidak hanya bisa dilihat dari peristiwa-peristiwanya, melainkan juga dari yang telah kuajarkan?” “Kematiannya disebabkan oleh kelemahan saraf sebagai akibat banyak kehilangan
darah.” “Dan apa yang menyebabkan dia kehilangan darah itu?” Aku menggeleng, la mendekat, lalu duduk di sampingku, dan berkata lagi, “Kau orang pintar, John. Kau pandai berpikir, dan otakmu cerdas, tapi kau terlalu berpraduga. Kau tidak menyuruh matamu melihat dan telingamu mendengar. Apa-apa yang berada di luar kehidupan sehari-harimu tak berarti bagimu. Tidakkah kau bisa menduga hal-hal yang tak bisa kaupahami? Bahwa ada orang-orang yang bisa memahami hal-hal yang tak bisa dipahami oleh orang-orang lain? Tapi ada pula hal-hal, baik yang TŤ*MN F* AC A AN ‘Ś “vS W* ( YOGYAKARTA lama maupun yang baru, yang tak boleh terlihat oleh mata manusia, karena mereka tahu atau me-rasa tahuapa-apa yang telah diberitahukan oleh orang-orang lain padanya. Itulah kelemahan ilmu pengetahuan kita, yang menuntut penjelasan atas ‘ segala sesuatu, dan bila ada sesuatu yang tak dapat dijelaskan, dikatakan saja bahwa itu tak perlu dijelaskan. Padahal setiap hari kita lihat di sekeliling kita tumbuhnya keyakinan-keyakinan baru atau yang dianggap baru, padahal itu sebenarnya keyakinan lama. Kurasa kau tak percaya akan adanya perubahan fisik, kan? Juga tidak pada penjelmaan, bukan? Atau pada benda-benda angkasa. Juga tidak pada kemampuan membaca pikiran, bukan? Atau hipnotisme…” “Saya percaya pada yang terakhir itu,” kataku. “Charcot telah membuktikannya dengan baik.” Sambil tersenyum ia berkata lagi, “Lalu kau merasa puas begitu saja? Dan kau tentu mengerti bagaimana cara kerjanya. Kau mengikuti pikiran Charcot yang hebat itu, memasuki jiwa pasien yang dipengaruhi. Sayang sekali Charcot sudah tak ada lagi. Jadi, John, aku harus berkesimpulan bahwa kau hanya mau menerima fakta, dan merasa puas dengan ruang kosong di antara dasar pendapat dan kesimpulan? Begitu, bukan? Kalau begitu, karena aku pernah mempelajari soal otak, tolong katakan bagaimana kau bisa menerima hipnotisme, tapi menolak kemampuan membaca pikiran? Sebaiknya kukatakan saja, John, kini ada hal-hal dalam pengetahuan perlistrikan yang di-377 anggap tidak sah oleh orang-orang yang telah menemukan listrik itu sendiri. Selalu saja ada misteri dalam hidup ini. Mengapa seseorang seperti Methuselah bisa hidup sampai sembilan ratus tahun, dan Old Parr sampai mencapai umur seratus enam puluh sembilan tahun. Sedangkan Lucy yang malang, yang pembuluhpembuluh darahnya telah dialiri darah dari tubuh empat orang laki-laki, tak bisa bertahan hidup satu hari saja lagi? Karena sekiranya dia bisa hidup satu hari lebih lama, kita akan bisa menyelamatkannya. Tahukah kau semua misteri dalam hidup dan mati? Tahukah kau tentang anatomi perbandingan? Dan bisakah kau mengatakan mengapa ada laba-laba yang mati cepat dengan tubuh kecil, sedangkan laba-laba besar ada yang bisa hidup selama berabad-abad di menara gereja tua di Spanyol, dan terus tumbuh hingga waktu dia turun dia bisa meminum minyak dari semua lampu di gereja itu? Bisakah kau mengatakan padaku mengapa di daerah Pampas dan juga di tempat-tempat lain ada kelelawar yang datang malam hari dan melukai urat ternak dan kuda, lalu mengisap darah binatang-binatang itu sampai kering? Bahwa di beberapa pulau di laut-laut sebelah barat ada kelelawar yang sepanjang hari bergantung pada pohon-pohon, bahkan ada yang ukurannya sebesar buah atau kacang raksasa, dan kalau kelasi kelas kapal tidur di atas dek karena kepanasan, kelelawar itu terbang dan turun mendatangi mereka… lalulalu kelasikelasi itu di-378 temukan mati dalam keadaan pucat seperti Miss Lucy?” “Ya, Tuhan, Prof,” kataku terkejut. “Apakah maksud Anda Lucy meninggal karena digigit oleh kelelawar semacam itu? Dan apakah hal semacam itu ada di London ini, dalam abad kesembilan belas ini?”
Diisyaratkannya supaya aku menutup mulut, lalu ia berkata lagi, “Bisakah kau mengatakan padaku mengapa pe-ny|i hidup lebih lama daripada manusia selama beberapa generasi? Mengapa gajah hidup terus sampai sempat melihat beberapa dinasti manusia? Dan mengapa burung beo tak pernah mati kalau hanya digigit kucing atau anjing atau karena keluhan-keluhan lain? Bisa pulakah kau mengatakan mengapa manusia percaya bahwa di mana pun juga, sepanjang masa, ada manusiameskipun sedikit jumlahnyayang bisa hidup selamanya bila dibiarkan, dan bahwa memang ada pria dan wanita yang tak bisa mati? Kita semua tahukarena ilmu pengetahuan telah memberikan kesaksian atas fakta itubahwa ada katak yang hidup terkurung dalam batu-batu karang selama beribu-ribu tahun, terkurung di lubang kecil yang hanya cukup untuk tubuhnya, sejak dunia masih muda. Bisakah kau menjelaskan bagaimana seorang fakir India bisa mematikan dirinya sendiri lalu dikuburkan, peti matinya digembok, dan di atasnya ditaburkan benih padi, lalu hasilnya dipanen, setelah itu benih ditaburkan lagi dan hasilnya dipanen lagi, berulang 379 kali. Lalu orang-orang membuka peti mati yang gemboknya masih utuh itu, dan di dalamnya masih terbaring si fakir India. Dia tidak mati, melainkan bangkit dan hidup lagi di antara orang-orang lain seperti biasa.11 Di situ aku menyelanya. Aku jadi bingung, kepalaku sudah dipenuhinya dengan peristiwa alam yang ganjil dan hal-hal yang tak mungkin tapi telah menjadi mungkin, sehingga imajinasiku serasa terbakar. Aku jadi mendapat kesan samarsamar bahwa ia sedang memberi kuliah lagi padaku, seperti yang dulu dilakukannya di ruang kerjanya di Amsterdam. Tapi waktu itu diajarkannya padaku supaya aku selalu punya bahan pikiran. Sedangkan sekarang aku tak punya bahan itu untuk membantu, padahal aku ingin bisa mengikutinya. Maka aku berkata, JTrof, jadikanlah saya mahasiswa kesayangan Anda lagi. Tolong beritahu saya dalilnya, supaya saya bisa memanfaatkannya waktu Anda melanjutkan penjelasan Anda itu. Sekarang ini, pikiran saya hanya bisa mengikutinya point demi point, seperti orang gila, bukannya sebagai seorang waras yang mengikuti suatu jalan pikiran. Saya merasa seperti orang yang belum berpengalaman, yang harus bersusah payah melewati sebuah rawa-rawa berkabut, melompat dari satu rumpun ke rumpun lain, dalam usaha membabi buta untuk bergerak, tanpa tahu ke mana saya harus pergi.” “Itu suatu pengungkapan yang baik,” katanya. 380 “Nah, akan kukatakan padamu. Dalilku hanya satu. Aku ingin kau percaya!” “Percaya apa?” “Mempercayai hal-hal yang rasanya tak bisa kaupercayai. Coba kulukiskan. Aku pernah mendengar tentang seorang Amerika yang sangat membatasi pengertian kepercayaan, yaitu suatu kemampuan yang memungkinkan orang untuk mempercayai hal-hal yang kita tahu tak benar. Pada dasarnya, aku memahami orang itu. Maksudnya kita harus memiliki pikiran terbuka, dan tidak membiarkan suatu kebenaran kecil menghalangi datangnya suatu kebenaran yang besar artinya. Bisa disamakan dengan sebutir batu kecil yang merintangi kereta api. Pertama-tama kita usahakan untuk menemukan kebenaran yang kecil itu dulu. Baik! Kita menyimpannya dan kita mengakui keberadaannya, tapi jangan sampai kebenaran kecil itu merasa bahwa dia adalah satu-satunya kebenaran di muka bumi ini.” “Jadi Anda ingin agar saya tidak membiarkan suatu keyakinan terdahulu sampai merusak daya tampung pikiran saya terhadap suatu hal yang aneh. Benarkah tafsiran saya mengenai pelajaran Anda itu?” “Wah, kau masih bisa kuanggap mahasiswa kesayanganku rupanya. Tak rugi aku mengajarmu. Bukan karena kau cepat menangkap, tapi karena kau telah mengambil
langkah pertama yang tepat untuk mengerti. Jadi kau beranggapan bahwa lubanglubang kecil di leher anak-anak itu dibuat 381 oleh sesuatu yang sama dengan yang telah membuat lubang pada leher Miss Lucy?” “Saya rasa begitu.” Ia bangkit, lalu berkata dengan bersungguh-sungguh, “Kalau begitu kau keliru. Oh, alangkah baiknya seandainya hanya begitu saja keadaannya. Kenyataannya lebih buruk daripada itu. Jauh lebih buruk!” “Demi Tuhan, Profesor Van Helsing, apa maksud Anda?” seruku. Diempaskannya tubuhnya ke