ANALISIS BIAYA DAN …..(26):160-169
ANALISIS BIAYA DAN WAKTU PEMBUATAN BRIKET ARANG BERDASARKAN BENTUK DARI KAYU BAKAU (Rhizophora mucronata Lamck) DAN RAMBAI (Sonneratia acida Linn) Oleh/by Hj. NOOR MIRAD SARI1, ADI RAHMADI1 & M. ALI SHODIQIN2 Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2) Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 1)
ABSTRACT This research aim to know the cheapest cost and the most efficient time (start from making process until charcoal briquette ready tested) in making charcoal briquette from mangrove wood and wood of rambai until get the highest calorie rate. The benefit from this research was expected get information and input to society if mangrove wood and wood of rambai can exploited efficiently that was with making vinegar wood and the waste from vinegar wood could re-use as charcoal briquette processing with the cheapest cost and the most profit. In this research,charcoal briquette quality from all composition mixture which was have been done in various shape get result average calorie rate do not fulfill conditions quality for standard import briquette. That have calorie rate ranging 5311,20 cal/gr up to 5815,63 cal/gr. Average data from cost expenditure during making process charcoal briquette was not differences between mangrove wood and wood of rambai. The average cost which is expenditure around IDR 200,000.00 for buying iron mould; for glue of molase IDR 108.00; for buying charcoal from mangrove and wood of rambai IDR 1.500,00 and tested calorie rate IDR 450,000.00. Average data measurement time during making briquette process was tend to increase with many hole in briquette where was for silinder shape start from 195.7 minutes (without hole) up to 199.2 minutes (five hole) and for square shape start from 195.7 minutes (without hole) up to 198.7 minutes (five hole). Result from t analysis test showing no differences cost in making process and testing between both of briquette shape. Keywords : Cost And Time Analysis, Charcoal Briquette, Mangrove Wood Penulis untuk korespondensi: Telp. +628125169095, e-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Jenis vegetasi yang tumbuh pada hutan mangrove antara lain bakau dan rambai. Jenis ini termasuk jenis yang tidak komersial dari segi kelas awet dan kelas kuat kayu. Karena itu perlu adanya pemanfaatan yang bukan dari kayu antara lain dengan pembuatan cuka kayu dan lain-lain. Telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai manfaat yang dapat di hasilkan dari kayu bakau dan
kayu rambai selain hanya memanfaatkan buah rambai dan kayu bakau saja, dari pembuatan cuka kayu maka akan menghasilkan limbah berupa arang dan arang tersebut dapat dimanfaatkan kembali dengan pembuatan briket arang sehingga kayu bakau dan kayu rambai dapat di manfaatkan secara efisien (Soerianegara dan Indrawan, 1980).
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
160
ANALISIS BIAYA DAN …..(26):160-169
Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan bahan bakar dalam kebutuhan rumah tangga dan industri, maka perlu upaya pemanfaatan sumber daya alam selain minyak bumi dengan cara pembuatan briket arang sebagai efisiensi bahan bakar yang semakin menipis. Kebutuhan pasar dunia akan produk industri pengolahan arang sebagian besar di penuhi oleh Indonesia, terbukti hingga saat ini Indonesia menjadi negara pengekspor terbesar dari 34 negara produsen arang. Industri arang Indonesia secara umum memiliki keunggulan di antaranya bahan baku tersedia dalam jumlah yang cukup banyak dan dapat diambil dari berbagai dimensi dan jenis kayu seperti dari limbah industri, potongan kayu berdiameter kecil dan dari jenis kayu tidak komersial. http://www.kompas.com/kompascetak/0304/15/ilpeng/256044.htm (2003), pada tahun 1980-an, Pemerintah Indonesia membangun kebun energi. Biomassa yang dihasilkan dari kebun energi relatif cukup tinggi, yaitu sekitar 25-30 meter kubik/hektar/tahun, mutu kayunya seragam, dan karena areal tanaman mudah dijangkau, maka biaya pemanenan dan transportasinya menjadi lebih murah. Biomassa hutan ini masih merupakan sumber energi yang sangat ekonomis, terutama dalam pemanfaatan limbah kayu dari industri perkayuan untuk pengadaan energi yang diperlukan oleh industri kayu yang bersangkutan. Teknologi sederhana yang biasa digunakan secara umum untuk mengonversi biomassa menjadi energi tersebut seperti proses karbonisasi untuk memproduksi briket arang. Kayu rambai dan bakau selama ini digunakan sebagai bahan bakar dengan nilai mutu dan nilai ekonomi rendah dan tidak memenuhi standart apabila digunakan sebagai bahan pondasi suatu bangunan. Pemanfaatan kayu rambai dan kayu
bakau yang ekonomis dapat ditingkatkan secara lestari salah satunya dengan pembuatan bahan bakar arang yang terus dikembangkan nilai mutunya. Apabila briket arang yang dihasilkan memiliki nilai kalor yang tinggi tentu saja dapat menjadi alternatif lain bagi masyarakat untuk menanggulangi kondisi pemanfaatan bahan bakar yang semakin menipis. Teknologi didalam proses pembuatan briket arang bisa dilakukan dengan cara sederhana dan dapat juga dilakukan dengan menggunakan mesin, yang dapat dikerjakan dari mesin pembuat serbuk sampai ke mesin pengering briket yang siap untuk digunakan. Proses pembuatan briket arang ini tentu saja membutuhkan biaya dan waktu. Proses pembuatan yang sederhana, murah dan efisien hingga menghasilkan briket arang yang terbaik sesuai dengan standart sangat diperlukan karena dapat memberikan keuntungan bagi pihak yang membutuhkan. Keuntungan itu sendiri merupakan manfaat atau faedah yang diperoleh atau dihasilkan dari suatu kegiatan yang produktif. Waktu yang efisien dan biaya yang murah dalam pembuatan briket arang tentu saja merupakan faktor yang dapat memberikan keuntungan. Faktor ini dapat menentukan dalam penilaian apakah produk briket arang yang dihasilkan dapat dipasarkan dan bagaimana rantai pemasarannya nanti. Maka perlu diteliti dan dinilai berbagai alternatif pengolahan briket arang yang meliputi proses pembuatan, penggunaan bahan baku dan bahan pembantu, ukuran dan penggunaan peralatan, proses pengujian serta penggunaan tenaga kerja yang dapat memberikan keuntungan hingga akhirnya diperoleh nilai kalor yang terbaik dan menghasilkan faedah yang bermanfaat untuk masyarakat.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
161
ANALISIS BIAYA DAN …..(26):160-169
Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis mencoba untuk melanjutkan hasil penelitian Dwi Purwanti (2005) yang telah memanfaatkan limbah dari pembuatan cuka kayu yang berupa arang untuk dijadikan briket arang dari jenis kayu bakau dan kayu rambai ini, sehingga Penulis mengetahui waktu yang efisien dan biaya yang relatif murah untuk mendapatkan nilai kalor
yang tinggi dari briket arang kayu bakau dan kayu rambai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kalor briket arang dari komposisi kayu bakau dan kayu rambai yang paling baik dengan waktu yang paling efisien dan biaya yang paling murah (mulai dari tahapan pembuatan hingga briket arang siap diujikan).
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan yakni dari bulan April 2006 sampai dengan bulan Juli 2006, yang meliputi tahapan pembuatan serbuk arang, pembuatan briket arang, analisis, pengolahan data dan penyusunan laporan. Penelitian ini di dua tempat, dimana untuk pembuatan briket arang dilakukan di Laboratorium Dasar Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru dan untuk pengujian nilai kalor di Laboratorium Balai Riset Standardisasi Industri dan Perdagangan (Baristandindag) Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Bomb kalorimeter, untuk pengujian nilai kalor; (2) Ayakan 30 mesh untuk menyaring serbuk arang; (3) Cetakan besi berbentuk persegi, untuk mencetak briket arang; (4) Cetakan besi berbentuk silinder, untuk mencetak briket arang; (5) Kempa hidrolik, untuk mengepres briket; (6) Desikator, untuk mendinginkan contoh uji; (7) Lumpung besi dan penumbuknya, untuk menghaluskan arang; (8) Gelas ukur, untuk mengukur air; (9) Oven pengering, untuk mengeringkan contoh uji; (10) Timbangan elektrik, untuk menimbang contoh uji; (11) Cawan porselin, untuk meletakkan contoh uji; (12) Kalkulator, untuk menghitung; (13) Jam, untuk menghitung waktu; (14) Kamera,
untuk dokumentasi penelitian; dan (15) Alat tulis menulis. Bahan yang digunakan adalah (1) Serbuk arang dari kayu bakau dan kayu rambai; (2) Perekat molase (sari tetes tebu); dan (3) Air. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan contoh uji adalah a. Menyediakan bahan baku berupa arang yang berasal dari kayu bakau dan kayu rambai b. Menghancurkan arang dengan crusher sehingga menjadi serbuk arang. Serbuk arang tersebut kemudian disaring melalui saringan 30 mesh c. Memanaskan 50 ml air kemudian ditambah perekat molase sebanyak 10% dari berat serbuk arang yang dibuat contoh uji, dan diaduk sehingga menjadi larutan semi solid d. Mencampur serbuk arang kayu bakau dan kayu rambai menggunakan perekat molase dengan komposisi campuran 75% untuk arang kayu bakau dan 25% untuk arang kayu rambai e. Memasukkan campuran serbuk arang kayu bakau dan kayu rambai dengan ukuran berat yang sama ke dalam cetakan berbentuk silinder dan persegi masing-masing sebanyak 3 buah sehingga ada 6 buah briket arang yang terbentuk nantinya f. Melakukan pengepresan dengan tekanan 80 kg/cm2
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
162
ANALISIS BIAYA DAN …..(26):160-169
g. Membuat perlakuan lubang (Gambar 1) dengan ukuran diameter yang sama pada masing-masing briket arang kayu rambai dan kayu bakau yang sudah terbentuk tadi dengan ketentuan : • Tanpa lubang sama sekali • Lubang sebanyak 1 buah • Lubang sebanyak 5 buah h. Melakukan pengepresan kembali dengan tekanan 80 kg/cm2 i. Mengeringkan briket arang yang dihasilkan dengan menggunakan oven pada suhu 100 – 120o C selama kurang lebih 4 jam. j. Melatakkan briket arang tersebut pada udara terbuka selama 24 jam setelah dikeringkan tadi k. Briket arang yang telah kering kemudian siap diuji nilai kalornya l. Melakukan perlakuan yang sama sebanyak 3 kali ulangan sehingga ada 18 buah briket arang yang diujikan nilai kalornya. Pengujian yang dilakukan adalah penetapan nilai kalor. Departemen Pertambangan dan Energi (1997), menyatakan bahwa prosedur pengujian yang dilakukan untuk nilai kalor adalah besarnya panas yang dihasilkan oleh 1,00 gram briket arang. Nilai kalor dihitung berdasarkan jumlah kalor yang diserap dalam satuan kal/gram. Contoh uji briket arang ditimbang sebanyak 1,00 gram, kemudian dimasukkan ke dalam bomb kalorimeter. Nilai kalor yang terbaca pada alat kemudian dikoreksi agar diperoleh nilai kalor akhir. Nilai kalor = A – B, dimana A = Nilai kalor yang terbaca pada alat (kal/gram); B = Koreksi panas pada kawat besi (1 cm = 2,3 kal)
dengan pengujian nilai kalor untuk masing-masing briket arang yang berbentuk persegi dan silinder. Pengukuran waktu dilakukan berupa pencatatan waktu yang diperlukan dalam setiap tahapan pembuatan masing-masing briket arang yang berbentuk persegi dan silinder dengan menggunakan jam biasa. Sedangkan untuk pengukuran biaya dilakukan berupa perhitungan besarnya jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan selama tahapan pembuatan masing-masing briket arang yang berbentuk persegi dan silinder. Data yang dikumpulkan terdiri dari waktu dan biaya-biaya dalam proses pembuatan briket arang (berupa penilaian waktu dan biaya dalam setiap proses produksi yang dilakukan, menyangkut proses pembuatan produk briket arang itu sendiri dan proses pengujian). Hipotesis yang diuji adalah apakah pembuatan briket arang dari kayu bakau dan rambai berbentuk silinder dan persegi dengan menggunakan perekat molase membutuhkan waktu dan biaya yang sama. Secara simbol matematika hipotesis yang diuji adalah Ho : UA = UB melawan H1 : UA ≠ UB Apabila t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel maka terima Ho yang berarti tidak ada perbedaan waktu dan biaya antara pembuatan briket arang dari kayu bakau dan rambai berbentuk silinder dan persegi, tetapi apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka terima H1 yang berarti ada perbedaan waktu dan biaya antara pembuatan briket arang dari kayu bakau dan rambai berbentuk silinder dan persegi. Adapun rumus uji t student tersebut menurut Nation dan Barrizi (1974) dalam Sari (1990).
Pengukuran waktu dan biaya dilakukan pada setiap tahapan pembuatan briket arang sampai
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
163
ANALISIS BIAYA DAN …..(26):160-169
Gambar 1. Bentuk silinder dan persegi briket arang dengan lima lubang HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dari penelitian berupa data hasil pengujian nilai kalor (kal/gr) briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai berbentuk persegi dan silinder dengan menggunakan perekat molase yang berbeda-beda untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Data hasil rekapitulasi rata-rata nilai kalor briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai berbentuk persegi dan silinder dengan menggunakan perekat molase (Tabel 3) secara grafis dapat pula terlihat pada Gambar 2. Data rata-rata persentase nilai kalor (kal/gr) briket arang tersebut menunjukkan bahwa dengan semakin banyaknya lubang pada briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai maka nilai kalor yang dihasilkan juga cenderung semakin menurun baik itu untuk bentuk silinder maupun bentuk persegi. Untuk yang berbentuk silinder yakni mulai dari 5612,97 kal/gr (tanpa lubang) sampai 5311,20 kal/gr (lima lubang) dan untuk yang berbentuk persegi yakni mulai dari 5815,63 kal/gr (tanpa lubang) sampai 5533,95 kal/gr (lima lubang). Kualitas briket arang dari seluruh komposisi campuran briket arang yang telah dilakukan dengan berbagai bentuk pada penelitian ini menghasilkan rata-rata nilai kalor yang tidak memenuhi persyaratan kualitas untuk standar briket impor
yakni memiliki nilai kalor yang berkisar antara 5311,20 kal/gr sampai dengan 5815,63 kal/gr. Karena nilai kalor yang dihasilkan ternyata diluar batas standar kualitas briket arang buatan Jepang, Inggris dan Amerika yang berkisar antara 6000 - 7300 kal/gr. Dengan demikian semua persentase campuran atau kombinasi pada penelitian ini tidak dapat dipakai untuk pembuatan briket arang. Rendahnya nilai kalor (dibawah stnadar briket impor) ini diduga karena rendahnya kandungan lignin yang dikandung kayu bakau dan kayu rambai. Semakin rendah kandungan lignin, maka ikatan molekul atom karbonnya juga semakin kecil dan nilai kalornya juga akan rendah. Serupa dengan pendapat yang dikemukakan oleh http://www.kompas.com/kompascetak/0304/15/ilpeng/256044.htm (2003) bahwa Seperti diketahui bahwa kayu disusun oleh berbagai macam komponen kimia yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif. Komponen tersebut dapat dikonversi untuk menghasilkan berbagai macam bahan kimia dan energi yang sangat diperlukan untuk berbagai industri. Kayu yang mempunyai kandungan lignin dan resin yang tinggi bisa menghasilkan nilai kalor yang tinggi pula.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
164
ANALISIS BIAYA DAN …..(26):160-169
Tabel 1. Data hasil rekapitulasi rata-rata nilai kalor briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai Bentuk Cetakan Perlakuan Nilai kalor (kal/gr) Tanpa lubang 5.612,97 Silinder Satu lubang 5.414,00 Lima lubang 5.311,20 Tanpa lubang 5.815,63 Persegi Satu lubang 5.741,86 Lima lubang 5.533,95
5900
5815.63 5741.86
Nilai kalor (kal/gr)
5800 5700
5612.97
5600
5533.95
5500
5414.00
5400
5311.20
5300 5200 5100 5000 Tanpa lubang
Satu lubang
Lim a lubang
Tanpa lubang
Satu lubang
Lim a lubang
Perlakuan Satu lubang Silinder
Lima lubang Persegi
Gambar 2. Diagram batang nilai rata-rata nilai kalor (kal/gr) briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai Rendahnya nilai kalor briket arang kayu bakau dan kayu rambai juga dapat dikarenakan oleh perbedaan berat jenis antara kayu bakau dan kayu rambai. Arang kayu bakau berat jenisnya lebih tinggi (berat jenis 1,02 – 1,05), pori-porinya lebih besar, serbuk arangnya tidak padat dan berwarna hitam (tidak mengkilap), sedangkan arang kayu rambai memiliki berat jenis yang lebih rendah (berat jenis 0,39 – 0,42), poriporinya lebih kecil, serbuk arangnya padat dan berwarna hitam
(mengkilap). Melihat perbedaan fisik tersebut, arang kayu bakau mempunyai kemampuan yang besar untuk menyerap dan melepaskan air, sedangkan briket arang dari kayu rambai mempunyai kemampuan yang lebih kecil untuk menyerap dan melepaskan air. Perbedaan kemampuan ini berpengaruh pada kadar air briket arang kayu bakau dan kayu rambai. Semakin tinggi kadar air yang dimiliki briket arang, maka nilai kalor yang dimilikinya akan semakin rendah karena adanya kandungan air
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
165
ANALISIS BIAYA DAN …..(26):160-169
dalam briket dapat menurunkan nilai kalor briket arang. Serupa dengan pernyataan Hendriawan (2004), bahwa kadar air dan kadar abu yang tinggi pada briket arang dapat menurunkan mutu briket karena dapat menyebabkan nilai kalor menjadi sangat rendah. Faktor lain yang juga diduga dapat mempengaruhi rendahnya nilai kalor ini ialah alat kempa yang masih menggunakan alat kempa manual sehingga sedikit banyaknya mempengaruhi tekanan yang di berikan pada saat pengepresan briket arang. Semakin rendah nilai kalor briket arang yang dihasilkan maka akan kurang baik untuk dipergunakan sebagai bahan bakar. Hal ini diduga dengan semakin rendah nilai kalor yang dihasilkan maka sumber energi yang dihasilkan juga semakin kecil sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti minyak tanah maupun kayu bakar. Hasil penelitian Hartoyo, Ando dan Roliadi (1978) dalam Pari (2002), menyimpulkan bahwa kualitas briket arang yang dihasilkan setaraf dengan briket arang buatan Inggris dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang maka mengandung nilai kalor yang tinggi. Sedangkan dari hasil penelitian briket arang yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang berlaku sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar karena untuk semua perlakuan berada dibawah standar. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini juga berupa data-data perhitungan waktu dan biaya dalam pembuatan briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai yang berbentuk persegi dan silinder dengan menggunakan perekat molase untuk mendapatkan nilai kalor (kal/gr) yang tertinggi. Briket arang dengan nilai kalor yang tinggi tentu saja dapat menjadi alternatif lain bagi masyarakat untuk menanggulangi kondisi pemanfaatan bahan bakar yang semakin menipis.
Hasil penelitian berupa datadata perhitungan waktu dan biaya dalam pembuatan briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai yang berbentuk persegi dan silinder dengan menggunakan perekat molase untuk setiap perlakuan tidaklah sama. Rekapitulasi data mengenai perhitungan waktu dan biaya untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Data hasil rekapitulasi ratarata pengukuran waktu dan pengeluaran biaya selama proses pembuatan briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai berbentuk persegi dan silinder dengan menggunakan perekat molase secara grafis dapat pula terlihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. Data rata-rata pengukuran waktu selama proses pembuatan briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai tersebut cenderung meningkat dengan semakin banyak lubang yang dibuat pada briket arang. Untuk yang berbentuk silinder yakni mulai dari 195,7 menit (tanpa lubang) sampai 199,2 menit (lima lubang) dan untuk yang berbentuk persegi yakni mulai dari 195,7 menit (tanpa lubang) sampai 198,7 menit (lima lubang). Hal ini dikarenakan dengan semakin banyak lubang yang dibuat maka akan semakin sulit untuk meletakkan posisi lubang supaya tidak merusak beriket arang sebab proses pelubangan ini masih dilakukan dengan proses manual tanpa ada cetakan besi yang sudah berlubang. Data rata-rata pengeluaran biaya selama proses pembuatan briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai tersebut adalah sama. Untuk biaya yang dikeluarkan rata-rata sekitar Rp.200.000,00 untuk biaya pembelian cetakan besi; Rp. 108,00 untuk pembelian perekat molase; Rp.1500,00 untuk pembelian arang kayu rambai dan bakau dan Rp.450.000,00 untuk pengujian nilai kalor.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
166
ANALISIS BIAYA DAN …..(26):160-169
Tabel 2. Data hasil rekapitulasi rata-rata pengukuran waktu dan pengeluaran biaya selama proses pembuatan briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai Bentuk Cetakan Perlakuan Waktu (Menit) Biaya (Rupiah) Tanpa lubang 195,7 Silinder Satu lubang 197,6 651.608 Lima lubang 199,2 Tanpa lubang 195,7 Persegi 651.608 Satu lubang 197,00 Lima lubang 198,7
200.0
199.2
198.7
Waktu (menit)
199.0 198.0 197.0
197.6
197.0
195.7
195.7
196.0 195.0 194.0 193.0
Tanpa Satu Lima Tanpa Satu Lima lubang lubang lubang lubang lubang lubang
Perlakuan Tanpa Silinderlubang
Persegi Satu lubang
Harga
Gambar 3. Diagram batang rata-rata pengukuran waktu selama proses pembuatan briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai 450000 400000 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0
Pembelian Perekat molase Pengujian nilai A rang rambai kalor cet akan besi (sari t et es t ebu)
A rang bakau
Paramater Silinder
Persegi
Gambar 4. Diagram batang rata-rata pengeluaran biaya selama proses pembuatan briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
167
ANALISIS BIAYA DAN …..(26):160-169
Hasil uji t data rata-rata pengukuran waktu juga menunjukkan nilai t hitung = 0,500 ≤ t tabel = 2,132. Dengan demikian maka Ho juga diterima, yang berarti tidak ada perbedaan waktu pembuatan serta pengujian antara kedua bentuk briket arang tersebut. Sedangkan untuk
hasil analisis uji t data rata-rata biaya menunjukkan nilai t hitung = 0 ≤ t tabel = 2,132. Artinya apabila t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel maka terima Ho yang berarti tidak ada perbedaan biaya pembuatan serta pengujian antara kedua bentuk briket arang tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: (1) Kualitas briket arang dari seluruh komposisi campuran briket arang yang telah dilakukan dengan berbagai bentuk pada penelitian ini menghasilkan rata-rata nilai kalor yang tidak memenuhi persyaratan kualitas untuk standar briket impor yakni memiliki nilai kalor yang berkisar antara 5311,20 kal/gr sampai dengan 5815,63 kal/gr; (2) Data rata-rata pengukuran waktu selama proses pembuatan briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai tersebut cenderung meningkat dengan semakin banyak lubang yang dibuat pada briket arang dimana untuk yang berbentuk silinder yakni mulai dari 195,7 menit (tanpa lubang) sampai 199,2 menit (lima lubang) dan untuk yang berbentuk persegi yakni mulai dari 195,7 menit (tanpa lubang) sampai 198,7 menit (lima lubang); (3) Data rata-rata pengeluaran biaya selama proses pembuatan briket arang dari kayu bakau dan kayu rambai tersebut adalah sama. Untuk
biaya yang dikeluarkan rata-rata sekitar Rp.200.000,00 untuk biaya pembelian cetakan besi; Rp. 108,00 untuk pembelian perekat molase; Rp.1500,00 untuk pembelian arang kayu rambai dan bakau dan Rp.450.000,00 untuk pengujian nilai kalor; dan (4) Hasil analisis uji t menunjukkan tidak adanya perbedaan biaya waktu pembuatan serta pengujian antara kedua bentuk briket arang tersebut Saran. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengujian nilai kalor briket arang dengan bahan perekat yang lain serta bentuk briket yang berbeda pula. Selain itu, dapat juga dengan menambah variasi tekanan yang berbeda dan persentase penggunaan komposisi campuran tidak sama pula sebagai bahan baku dalam pembuatan briket arang sehingga menghasilkan briket arang dengan nilai kalor yang memenuhi standar.
DAFTAR PUSTAKA Bramasto, N. 2002. Analisis Biaya Proyek Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Hanafiah, K. A. 1997. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hartoyo. 1983. Pembuatan Arang dan Briket Arang Secara Sederhana Dari Serbuk kayu Gergaji dan Limbah Perkayuan. Proseding Seminar Pemanfaatan Limbah Pertanian/Kehutanan Sebagai Sumber Energi. Pusat Penelitian
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
168
ANALISIS BIAYA DAN …..(26):160-169
dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor. Hartoyo dan Nurhayati. 1976. Rendemen dan Sifat Arang Beberapa Jenis Kayu Indonesia. Laporan No. 62 . Lembaga Penelitian Hasil hutan, Bogor. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna III. Terjemahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pustaka_idx .htm. Arang Briket oleh Hendriawan. 2004. Akses terakhir : 15 Juli 2006. http://tumoutou.net/702_04212/gustan _pari.htm. Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu oleh Gustan Pari, Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian, Bogor. Akses terakhir : 15 Juli 2006. http://www.kompas.com/kompascetak/0304/15/ilpeng/256044.htm. Hutan, Sumber Energi Masa Depan oleh Wasrin Syafii. 2003. Akses terakhir : 28 Juli 2006.
Lukman, A. 1983. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. Banjarbaru. Mulyadi. 1981. Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya. Bagian Penerbit dan Fakultas Ekonomi Univrsitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sanyoto. 1976. Metodik Penyelidikan Waktu Kerja Elementer (Method of Time Study). Bagian Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Jakarta. Soerianegara, I dan A. Inderawan. 1980. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sudrajat. 1982. Produksi Arang dan Briket Arang serta Prospek Pengusahaanya. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Pertanian, Bogor.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
169