PENGARUH BANYAKNYA …….(23):126-134
PENGARUH BANYAKNYA LAPISAN PADA KAYU TEMPELAN UTUH DAN KAYU TEMPELAN TIDAK UTUH TERHADAP PENGUJIAN KADAR AIR, DELAMINASI DAN GESER HORIZONTAL KAYU GALAM Oleh/By NOOR MIRAD SARI Program Studi Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT The purpose of this study was to determine the nature of physics and mechanis of Galam (Melalueca leucandendron Linn) laminated beams on intact patches of wood and timbar is not intact partches to 4,5 and 6 layers for non structural building materials and wood waste can increase Galam for the manufacture of laminated beams. The value of water content ranged of Galam lamina beam 10,39% - 11,93%, the results of analysis of variance showed that all factors do not affect the treatment given is no need for further testinDelamination test ranged between 6.59% - 10.84%, the results of analysis of variance showed that the factor A and factor B had significant influence is very real, but does not affect the interaction factor AB. Then do the test using Honestly Significant Difference test (BNJ) with the results provide significant differences between factor A1 (intact patches of wood) by a factor of A2 (wood patch is not intact). And were significantly different between factor B1 (4 layers) with B2 (5 layers) and B3 (6 layers). Horizontal shear test ranged from 4,68 kg/cm2, the results of analysis of variance showed that the effect is very real factor A and factor B has no effect and the AB interaction effect on reality, and then conducted further tests with Duncan test with significantly different results, were significantly and no significantly different. Key words: wood patch intact, not intact patches of wood, moisture content Penulis untuk korespondensi:e-mail
[email protected]
PENDAHULUAN
Sejak dahulu kayu telah digunakan manusia untuk berbagai keperluan dalam menunjang kehidupannya. Keperluan masyarakat akan kayu sebagai bahan bangunan dan keperluan lainnya makin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk. Sementara itu hutan sebagai sumber kayu makin berkurang baik dalam jumlah luas maupun dalam potensi, sehingga terasa adanya kesulitan memperoleh kayu yang berukuran besar. Langkah nyata untuk meningkatkan daya guna kayu adalah dengan pembuatan papan partikel,
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008
papan serat dan papan blok yang memanfaatkan limbah penggergajian. Sedangkan untuk mengganti balok atau tiang yang mengutamakan kekuatan adalah papan lamina (laminated board) yang diperoleh dengan merekatkan beberapa lapis kayu dengan arah sejajar serat (Sutigno dan Masano, 2005). Kayu lamina atau atau balok laminasi adalah suatu balok yang diperoleh dengan melalui proses merekatkan sejumlah potongan kayu dengan perekat sedemikian rupa sehingga arah serat dari semua potongan kayu adalah sejajar dengan
Page 126
PENGARUH BANYAKNYA …….(23):126-134
arah panjang. Segi positif dari kayu berkerapatan rendah hingga sedang dan menghasilkan kayu berkekuatan cukup tinggi dibandingkan kayu utuh tidak dapat dihindari adanya cacatcacat kayu, sedang kayu lamina dibuat dari potongan-potongan kecil bebas cacat atau cacat tersebut sehingga kekuatannya lebih tinggi (Haygreen dan Bowyer, 1989). Sifat fisika dan mekanika kayu merupakan salah satu sifat kayu yang berguna sebagai dasar pertimbangan dalam penggunaan suatu jenis kayu. Sifat fisika dan mekanika ini perlu diketahui karena setiap penggunaan kayu selalu memerlukan persyaratan
tertentu, dimana persyaratan ini baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan sifat fisika dan mekanika kayu. Menurut Lazuardi D. (2000) salah satu sumber daya alam yang masih mempunyai potensi yang cukup banyak di Kalimantan Selatan adalah Pohon Galam (Melaleuca leucadendron Linn) yang lebih dikenal dengan pohon kayu putih. Di Kalimantan Selatan pohon Galam merupakan salah satu hasil hutan yang mempunyai potensi yang cukup besar yang banyak tersebar di wilayah Kabupaten Tanah Laut, Batola, Banjar dan Tapin.
BAHAN DAN METODE
Bahan penelitian ini adalah sampel balok lamina kayu galam dengan ukuran 1,7 cm, 2 cm, dan 2,5 cm sesuai dengan banyaknya lapisan yaitu 4,5 dan 6%, dengan lebar 10 cm dan panjang 20 cm untuk kayu tempelan tidak utuh dan panjang 80 cm untuk tempelan kayu utuh. Perlakuan yang diberikan adalah variasi lapisan penyusun yaitu 4,5 dan 6 lapis pada kayu tempelan utuh dan kayu tempelan tidak utuh dengan masing-masing 3 kali ulangan. Untuk tiap perlakuan diperlukan 18 buah contoh uji, terdiri dari 18 contoh uji kadar air, 18 buah contoh uji delaminasi dan 18 buah contoh uji geser horizontal. Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian ini adalah : Kadar air 1. Buat contoh uji berukuran panjang 10 cm, lebar 10 cm dan tebal 10 cm, prinsip pengujian adalah penguapan
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008
air dari contoh melalui pemanasan dalam oven. Contoh uji diambil pada bagian ujung. 2. Timbang contoh uji untuk mengetahui berat awal 3. Mengeringkan contoh uji dalam oven pada suuhu 1030C ± 20C 4. Kemudian mengeluarkan contoh uji dari oven dan mendinginkan dalam desikator. 5. Setelah itu menimbang sampai mencapai berat konstan nilai ini merupakan berat akhir 6. Memasukkan kembali dalam oven seperti tersebut pada butir 2 sampai tersebut pada butir 2 sampai mencapai berat konstan nilai ini merupakan berat kering mutlak, menghitung nilai kadar air contoh uji dengan rumus sebagai berikut : Kadar air % 100% Keterangan : Ba = Berat awal contoh uji (gram) Bk = Berat kering mutlak contoh uji (gram) Uji Delaminasi
Page 127
PENGARUH BANYAKNYA …….(23):126-134
1. Buat contoh uji ini berukuran panjang 7,5 cm, lebar 7,5 cm dan tebal 10 cm, prinsip pengujian adalah mengetahui pengaruh air panas terhadap keutuhan garis rekat dari papan lamina. 2. Rendam contoh uji dalam air panas 700C ± 30C selama 2 jam 3. Kemudian memasukkan ke dalam oven pada suhu 600C ± 30C sampai kadar air contoh uji kurang dari 8% 4. Ukur panjang delaminasi pada setiap garis rekat dan pada setiap sisi kemudian menjumlahkan, dan menghitung nisbah delaminasi dalam % dengan rumus sebagai berikut : Nisbah delaminasi 100% 5. Buat contoh uji berukuran panjang 60 cm, lebar 4 cm dan tebal 10 cm, prinsip pengujian adalah mengetahui pengaruh beban terhadap kekuatan lapisan papan lamina dan garis rekat. 6. Letakkan contoh uji mendatar dengan jarak sangga 4 kali tebal, sedangkan panjang contoh uji adalah 6 kali tebal. 7. Memberikan beban dengan laju maksimum 150kg/cm2 tiap menit sampai contoh uji patah, menghitung
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008
keteguhan geser horizontal dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : B = Beban maksimum (kg) L = Lebar contoh uji (cm) T = Tebal contoh uji (cm) Analisis Data Mengumpulkan data dan mencatat berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola B3 = Balok lamina 6 lapis Model umum rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Adji, 1994) : Yijk = µ + Aij + Bij + (AB)ij + ijk Keterangan : Yijk = Nilai pengamatan sifat fisik µ = Nilai rata-rata umum Aij = Pengaruh pola lapisan ke-i, pada perlakuan ke-j, pada ulangan ke-k Bij = Pengaruh pola lapisan ke-i, pada perlakuan ke-j, pada ulangan ke-k (AB)ij = Pengaruh interaksi faktor pola lapisan dan banyaknya lapisan = Kesalahan percobaan ijk Lebih lanjut Adji (1994) menyatakan bahwa penentuan uji beda berdasarkan atas nilai Koefisien.
Page 128
PENGARUH BANYAKNYA …….(23):126-134
HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui hasil pengukuran kadar air dan pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap kadar air seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2. Perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata maka tidak perlu dilakukan uji lanjutan. Tabel 1 menunjukkan bahwa semua factor tidak terdapat pengaruh yang nyata antara perlakuan yang diberikan terhadap nilai kadar air balok lamina yang diuji, maka tidak perlu dilakukan uji lanjutan. Hal ini diduga karena papan-papan penyusun balok lamina pada setiap perlakuan telah mencapai kondisi kadar air yang relative seragam sebelum direkatkan satu sama lainnya, yaitu dikeringudarakan selama ± 3 minggu. Jadi walaupun lapisan penyusun berbeda untuk setiap perlakuan, hal ini tidak menyebabkan perbedaan kadar
air yang besar. Singa dan Hajib (2003), menyatakan bahwa kadar air papan lamina yang terbentuk tergantung pada kadarair papan penyusunnya. Nilai kada air balok lamina yang dihasilkan berkisar antara 10,39% 11,93%, dan nilai rata-ratanya 11,08%, berdasarkan nilai tersebut maka balok lamina yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bangunan non structural, karena nilainya kurang dari 14%. SNI (2000), menyatkan bahwa kadar air lamina dianggap lulus uji apabila kadar air rata-ratanya tidak lebih dari 14%. Air dalam kayu menentukan kadar air garis rekat dan akan mempengaruhi kedalaman penetrasi perekat dan waktu pematangan perekat cair. Dalam penggabungannya air yang banyak terdapat dalam kayu akan menghambat ikatan dari cairan perekat.
Tabel 1. Data pengukuran kadar air (%) balok lamina galam (Melalueca leucadendron Linn) Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata A B 1 2 3 A B1 11,21 11,19 10,90 33,30 11,10 B2 10,41 11,23 11,33 32,97 10,99 B3 11.19 10,49 11,25 32,93 10,98 A2 B1 11,93 10,76 11,38 34,07 11,36 B2 11,33 10,69 10,89 32,91 10,97 B3 11,35 10,70 11,24 33,29 11,10 199,47 66,5 Tabel 2. Analisis keragaman untuk kadar air balok lamina galam (Melalueca leucadendron Linn) Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F Tab Keragaman Bebas Kudrat Tengah 5% 1% Perlakuan 5 0,415853 0,083171 0,435 ns 3,11 4,39 Faktor A 1 0,032769 0,032769 0,171 ns 4,75 9,33 Faktor B 2 0,273926 0,136963 0,716 ns 3,89 6,93 Interaksi Ab 2 0,109158 0,054579 0,285 3,89 6,93 Galat 12 2,296550 0,191379 Total 17 2,712402 Koefisien Keragaman = 3,95% Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% (significant at 1% level) * = Berpengaruh nyata pada taraf 5% (significant at 5% level) Ns = Tidak berpengaruh nyata (not significant)
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008
Page 129
PENGARUH BANYAKNYA …….(23):126-134
Menurut Ruhendi (2007), jika jumlah air dalam perekat lebih sedikit dari jumlah air dalam kayu kering, kayu akan banyak menyerap air dan membentuk lapisan perekat sebelum kayu yang direkat menyatu. Perekat yang jumlah airnya sama dengan kayu setengah kering (15-30%) akan kehilangan lebih sedikit air dan kayu mempunyai kapasitas penyerapan air lebih kecil ikatan perekatan yang baik terjadi pada tingkat kadar air 6-14%. Menurut (Pizzi, 1983), penggunaan perekat polyvinyl Asetat mampu meningkatkan kekuatan rekat secara ekstrim dan cepat serta biaya yang relative murah.
Uji Delaminasi Data hasil perhitungan uji delaminasi balok lamina galam pada berbagai perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap kadar air dilakukan analisis keragaman seperti pada Tabel 4. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa factor A memberikan pengaruh yang nyata terhadap delaminasi, sedangkan factor B juga memberikan pengaruh yang nyata bahkan sangat nyata terhadap delaminasi, sehingga perlu dilakukan uji lanjutan yang dipergunakan adala uji beda nyata jujur (BNJ).
Tabel 3.
Data pengukuran uji delaminasi (%) balok lamina galam (Melalueca leucadendron Linn) Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata A B 1 2 3 A B1 7,62 7,43 7,05 22,10 7,37 B2 9,26 9,81 9,25 28,32 9,44 B3 10,62 10,84 10,53 31,99 6,65 A2 B1 6,67 6,59 6,70 19,66 6,65 B2 9,19 0,01 9,33 27,53 9,18 B3 10,70 10,41 9,22 30,33 10,11 160,23 53,41
Tabel 4. Analisis keragaman untuk uji delaminasi balok lamina galam (Melalueca leucadendron Linn) Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F Tab Sumber Keragaman Bebas Kudrat Tengah 5% 1% Perlakuan 5 37,020672 7,404134 51,869** 3,11 4,39 Faktor A 1 1,170410 1,170410 8,199** 4,75 9,33 Faktor B 2 35,694012 17,84700 125,025** 3,89 6,93 Interaksi Ab 2 0,156250 0,078125 0,547 3,89 6,93 Galat 12 1,712971 0,142748 Total 17 38,733643 Koefisien Keragaman = 4,24% Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% (significant at 1% level) * = Berpengaruh nyata pada taraf 5% (significant at 5% level) Ns = Tidak berpengaruh nyata (not significant)
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008
Page 130
PENGARUH BANYAKNYA …….(23):126-134
Hasil perhitungan uji delaminasi pada Tabel 4 terlihat nilai rata-rata nisbah delaminasi pada kayu tempelan utuh factor (factor A1) dan kayu tempelan tidak utuh (factor A2) untuk 6 lapis (factor B1) adalah yang paling besar yaitu 10,66% dan 10,11% dibandingkan dengan 4 lapis dan 5 lapis, hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak lapisan maka nilai nisbah delaminasinya semakin besar, baik itu yang terjadi pada kayu tempelan tidak utuh, diduga karena semakin banyak lapisan maka makin banyak pula garis perekat kemungkinan terjadi delaminasi juga semakin besar. Menurut Maria (1992), menyatakan bahwa perekaty akan mengalami lima tahapan dalam
membentuk suatu ikatan yaitu perekat mengalir lateral membentuk lapisan film. Hal ini diperkuat oleh pendapat (Vick, 1999), perekat harus memiliki sifat keterbasahan yang tinggi dan viscositas yang akan menghasilkan aliran kapiler untuk menembus struktu kayu, saat pemindahan dan absorpsi udara, air dan dipermukaan benda yang direkat. Menurut Ruhendi dan Hadi (1997), kekurangan polyvinyl asetat yaitu sangat sensitive terhadap air sehingga penggunaan hanya untuk interior saja, kekuatan rekatnya menurun cepat dengan adanya panas dan air serta sifat viscoelastisitasnya tidak baiknya kelemahan sebuah rantai akan melemahkan keseluruhan ikatan.
Tabel 5. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) uji delaminasi faktor B Perlakuan Nilai B1 B2 Tengah B3 10,3867 B2 9,3083 1,0784** B1 7,0100 3,3767** 2,2983** Tabel 6. Data pengukuran uji geser horizontal (%) Perlakuan Ulangan A B 1 2 3 A B1 25,26 27,90 29,65 B2 25,08 24,39 19,11 B3 22,07 20,86 24,70 A2 B1 8,25 9,51 4,68 B2 7,24 11,19 12,26 B3 10,55 13,67 9,67
Jumlah
Rata-rata
82,81 68,58 67,63 22,44 30,69 33,89 306,04
27,60 22,86 22,54 7,48 10,23 11,30 102,01
Tabel 7. Analisis keragaman untuk uji geser horizontal balok lamina galam (Melalueca leucadendron Linn) Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F Tab Keragaman Bebas Kudrat Tengah 5% 1% Perlakuan 5 1039,470703 207,894135 33,630** 3,11 4,39 Faktor A 1 968,000854 968,000854 156,590* 4,75 9,33 Faktor B 2 3,041667 1,520833 * 3,89 6,93 Interaksi Ab 2 68,421885 34,214092 0,246ns 3,89 6,93 Galat 12 74,181152 6,181763 Total 17 1113,651855 Koefisien Keragaman = 14,62% Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% (significant at 1% level)
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008
Page 131
PENGARUH BANYAKNYA …….(23):126-134
Berdasarkan hasil uji lanjutan untuk uji delaminasi Faktor A terlihat bahwa delaminasi berbeda nyata pada balok lamina galam antara perlakuan A1 (kayu tempelan utuh) dengan perlakuan A2 (kayu tempelan tidak utuh). Begitu juga pada Tabel 5 perlakuan yang diberikan dengan perbedaan lapisan yaitu 4 lapis (B1), 5 lapis (B2), dan 6 lapis (B3) berbeda sangat nyata. Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap uji delaminasi dilakukan analisis keragaman seperti pada Tabel 7. Tabel hasil analisa keragaman uji geser horizontal pada Tabel 7 menunjukkan hasil bahwa hanya factor A yang memberikan pengaruh yang sangat nyata, tetapi pada factor B tidak memberikan pengaruh yang nyata (non significant), tetapi interaksi antara keduanya (factor A dan factor B) memberikan pengaruh yang nyata. Berdasarkan hasil yang nyata didapat (Tabel 6) kayu tempelan utuh 4 lapis (A1B1) mempunyai nilai rata-rata yang paling tinggi yaitu 27,60 kg/cm2 dan yang paling rendah pada kayu tempelan tidak utuh 4 lapis (A2B1) yaitu 7,48 kg/cm2. Untuk kayu tempelan utuh (factor A1) semakin banyak lapisan maka rata-rata hasil uji geser horizontalnya semakin menurun. Sedangkan pada kayu tempelan tidak utuh (factor A2) semakin banyak lapisan maka rata-rata hasil uji geser horizontalnya semakin meningkat, walaupun angka yang ditunjukkan tidak sebesar pada kayu tempelan utuh (factor A1) tetapi terus meningkat. Hal ini diduga karena pola bata yang dibuat membentuk ikatan yang kuat untuk menahan beban yang diterima. Banyak lapisan dari kayu lamina tidak berarti menunjukkan keteguhan yang lebih tinggi. Sifat mekanika kayu setelah dilakukan uji lanjutan(Table 7) maka didapat hasil bahwa kayu tempelan utuh 4 lapis (A1B1) berbeda nyata dengan kayu tempelan utuh 5 lapis (A1B2) dan 6 lapis (A1B3) juga
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008
berbeda sangat nyata terhadap kayu tempelan tidak utuh 4 lapis (A2B1), 5 lapis (A2B2) dan 6 lapis (A2B3). Kayu tempelan utuh 5 lapis (A1B2) tidak berbeda (non significant) dengan kayu tempelan utuh 6 lapis (A1B3) tetapi berbeda sangat nyata dengan kayu tempelan tidak utuh 4 lapis (A2B1), 5 lapis (A2B2) dan 6 lapis (A2B3). Kayu tempelan utuh 6 lapis (A1B3) berbeda sangat nyata dengan kayu tempelan tidak utuh 4 lapis (A2B1), 5 lapis (A2B2) dan 6 lapis (A2B3). Sedangkan tidak berbeda nyata (non significant) antara kayu tempelan tidak utuh 6 lapis (A2B3) dengan kayu tempelan utuh 4 lapis (A2B1) dan 5 lapis (A2B2). Begitu juga antara kayu tempelan tidak utuh 5 lapis (A2B2). Begitu pula antara kayu tempelan tidak utuh 5 lapis (A2B2) dengan kayu tempelan tidak utuh 4 lapis (A2B1). Nilai rata-rata dari hasil uji geser horizontal adalah 17,00 kg/cm2, berdasarkan nilai tersebut maka balok lamina yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bangunan non structural, karena nilainya lebih dari 5 kg/cm2 sesuai dengan SNI (2000) bahwa lamina dianggap lulus uji geser horizontal apabila nilai rata-ratanya sesuai dengan persyaratan yaitu harus lebih dari 5 kg/cm2. Menurut Prayitno (1994), perekatan merupakan kerjasama yang sangat erat dengan kekuatan adhesive perekat dan kayu, kekuatan kohesif kayu perekaty, apabila kekuatan kohesif kayu baik, kekuatan adhesive perekat baik maka akan menghasilkan presentase kerusakan kayu akan baik pula, hal ini diperkuat oleh teori adhesi mekanika yang menyatakan bahwa perekatan yang baik hanya terjadi ketika perekat masuk ke dalam lumen, lubang (celah) dan ketidakteraturan lain dari permukaan substrat (wwwspecialhem4adhesives.com). Menurut Packham (2003), (http://peoplee.bath.ac.uk/mssdep/dep7 oyrs.htm), pada saat perekat tidak
Page 132
PENGARUH BANYAKNYA …….(23):126-134
dapat membasahi permukaan benda yang akan direkat secara sempurna (terjadi karena termodinamika energy permukaan yang tidak serasi antara perekat dan substrata tau terjadi karena tidak cukup waktu bagi perekat untuk
memadat), maka akan terjadi perekatan yang lemah, karena berkurangnya daerah kontak atau karena tekanan (stress) terkonsentrasi dengan adanya rongga.
KESIMPULAN Nilai kadar air balok lamina yang dihasilkan berkisar antara 10,39% - 11,93% dan nilai rata-ratanya 11,08%, berdasarkan nilai tersebut maka balok lamina yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bangunan non structural, karena nilainya kurang dari 14% sesuai dengan SNI (2000), perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh secara nyata terhadap kadar air. Rata-rata nisbah delaminasi dan kesemua perlakuan yaitu 8,90%, berdasarkan nilai tersebut maka balok lamina yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bangunan non structural, karena nilainya kurang dari 10% sesuai dengan SNI (2000), perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata untuk factor A dan berpengaruh sangat nyata untuk factor B.
Kayu tempelan utuh lapis (A1B1) mempunyai nilai rata-rata yang paling tinggi yaitu 27,60 kg/cm2 dan yang paling rendah pada kayu tempelan tidak utuh 4 lapis (A2B1) yaitu 7,48 kg/cm2, semakin banyak lapisan pada kayu lamina galam tidak menunjukkan keteguhan yang lebih tinggi, perlakuan yang diberikan berpengaruh sangat nyata untuk factor A dan tidak berpengaruh nyata untuk factor B. Semakin banyak lapisan pada kayu tempelan tidak utuh (A1) maka rata-rata nilai keteguhan geser horizontalnya semakin menurun tetapi tidak utuh semakin banyak lapisan ratarata nilai keteguhan geser horizontalnya semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA Adji, S. 1994. Rancangan Percobaan Praktis untuk Bidang Pertanian. Kanisius, Yogyakarta. Lazuardi, D. 2000. Teknik Pengelolaan Hutan Rakyat Galam (Melaleuca leucadendron Linn) di Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Pengelolaan Hutan Rawa Gambut dan Ekspose Hasil Penelitian di Hutan Lahan Basah. Banjarmasin, hal 81-94. Marra, A A. 1992. Technology of Wood Bounding; Principles in Practise. Van Nostrad Reinhold. New York.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008
Pizzi.
1983. Wood Adhesives, Chemistry and Technology. Mareel Dekker, Inc. New York. Prayitno. 1994. Perekatan Kayu. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Packham, D.E, 2003. The Mecanical Theory of Adhesion In: Pizzi, A and Mittal, K L (Eds); Handbook of Adhesive Technology (2nded). Marcel Dekker, New York, chap. 21. Ruhendi, S. dan Y. S. Hadi, 1997. Perekat dan Perekatan. Jurusan
Page 133
PENGARUH BANYAKNYA …….(23):126-134
Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Samad, S. M. 2001. Bahan Kuliah Perekat dan Perekatan Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Sinaga, M. dan N. Hajib. 1989. Sifat Mekanik Kayu Lamina Gabungan Kayu Pinus dan Eucalyptus. Duta Rimba 113-114/XV. 43-49. Sinaga, M. 1994. Pengaruh Penempatan Lapisan yang Disambung dan Arah Pembebanan terhadap Kayu Lamina. Santalum No. 15. Kupang.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008
Standar Nasional Indonesia (SNI), 2000. Venir Lamina. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta. Subari, D. 1989. Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Sutigno, P dan Masano, 1986. Pengaruh Banyaknya Lapisan terhadap Sifat Kayu Lamina Meranti Merah (Shorea leprosula Miq). Duta Rimba no. 7374/XII.22-26. Wirjowartomo, S. 1958. Konstruksi Kayu Berlapis Majemuk. Fakultas Teknik UGM. Yogyakarta.
Page 134